Tapi ada kemungkinan lain——
Pandangan Zhao Fucheng beralih ke Wu Dajing.
“Orang tua ini wajahnya pucat kebiruan, pipinya cekung, janggutnya ternoda darah, ujung janggut menggumpal menjadi helaian.”
“Jangan-jangan perkataan orang desa ini setengah benar setengah palsu, menipuku? Atau mungkin dia dipengaruhi hantu gentayangan, ingatannya kacau sehingga ucapannya kontradiktif.”
Matanya berkedip-kedip, tangannya diam-diam meraih lengan hantu yang kering dan mengerut, ujung jarinya menggosok lengan hantu itu lama, akhirnya perlahan menenangkan gejolak dalam hatinya.
Sampai saat ini, Kasus hantu ini masih banyak kejanggalan, tapi Zhao Fucheng juga telah memperoleh banyak informasi tak terduga.
Dalam menangani kasus hantu ini, dia menunjukkan kesabaran luar biasa, tidak mudah putus asa meskipun pemikirannya sempat mentok.
Karena belum bisa memecahkan petunjuk ini untuk sementara, Zhao Fucheng beralih bertanya pada Wu Dajing:
“Sejak kapan kamu mulai mimisan?”
Si tua desa tak sadar dirinya sudah setengah kaki menginjak ambang kematian, langsung menjawab:
“Baru beberapa hari lalu--”
“Setelah keluarga Wu Liren menghilang?” Zhao Fucheng bertanya dengan keyakinan 80-90% di hati.
Wu Dajing tertegun sejenak, lalu mengacungkan jempol:
“Tuan benar-benar bisa meramal segalanya, memang begitu kejadiannya.”
Meski dia bicara santai, hati Zhao Fucheng justru makin berat.
Hantu gentayangan sudah mulai membunuh.
Sampai detik ini, dia hampir pasti keluarga Wu Liren sudah menjadi korban.
"Alasan mengapa bencana hantu kali ini lepas kendali adalah karena kematian Wu Datong, ayah Wu Liren."
"Dalam kasus hilang ini, Wu Datong menjadi pusat peristiwa. Kasus hantu ini kemungkinan besar terkait dengan Kasus Hantu Kuil Leluhur Keluarga Liu empat puluh tahun lalu, dan juga memiliki hubungan dengan leluhur Zhang Patung Kertas. Sayangnya Zhang Patung Kertas saat ini menghilang tanpa jejak."
"Wu Dajing melihat ekspresi serius Zhao Fucheng, mengira dia khawatir dengan kondisi kesehatannya. Seketika ia tersentuh:"
"'Jangan khawatirkan saya, Yang Mulia. Desa kami mungkin fengshui-nya buruk. Bertahun-tahun belakangan banyak orang meninggal karena pendarahan seperti ini.'"
"Zhao Fucheng menatapnya. Wu Dajing melanjutkan:"
"'Kami menduga mungkin ada kuburan keluarga yang tidak dikuburkan dengan benar, sehingga menimpa keturunannya.' Matanya berbinar penuh harap sambil memandang Zhao Fucheng:"
"'Bisakah Yang Mulia mengunjungi desa kami untuk memeriksa kuburan dan memberi petunjuk fengshui? Mungkin kita bisa melakukan perbaikan--'"
"Zhao Fucheng sudah 70-80% yakin dengan kondisinya. Dia menggeleng:"
"'Aku tidak bisa membaca fengshui.'"
"Wajahnya menunjukkan kekecewaan:"
"'Ah, petugas Zhenmo Si tidak bisa membaca fengshui?'"
"Zhao Fucheng menggeleng. Cahaya di matanya langsung meredup. Orang tua yang semula cerewet ini akhirnya menunjukkan ketakutan:"
"'Lalu... lalu apa yang harus kulakukan--'"
"Zhao Fucheng diam. Zhang Chuanshi menjawab dengan suara melankolis:"
"'Hidup mati manusia sudah ditakdirkan. Usiamu 67 tahun sudah lebih dari cukup.'"
"'Aku tidak ingin mati--' gumam Wu Dajing."
“Setelah itu, tidak ada lagi suara dalam mobil, kecuali Wu Dajing yang sesekali menggaruk-garuk tubuhnya dan terbatak-batuk.”
“Sepanjang perjalanan, Wu Dajing hanya memberi petunjuk arah tanpa berbicara lagi.”
“Perkataan Zhao Fucheng seakan memutus harapannya, membuatnya lesu dan putus asa.”
“Jalan setelah keluar kota sangat buruk, getaran membuat roda seolah-olah mau copot. Menjelang gelap, Wu Dajing yang pendiam sepanjang jalan akhirnya seperti mendapatkan kembali semangatnya:”
“Sampai.”
“Ucapannya memecah kesunyian dalam mobil. Zhang Chuanshi yang menahan diri sepanjang perjalanan akhirnya menghela napas lega.”
“Zhao Fucheng menjulurkan kepala dari mobil. Di balik senja kelabu, terlihat perkampungan berbukit yang tersembunyi di lembah.”
“Walau sudah waktunya keluarga berkumpul, desa itu sepi tanpa asap dapur maupun cahaya lampu, bagai kampung mati dari kejauhan.”
“Tanpa petunjuk Wu Dajing, Zhang Chuanshi mungkin takkan menyadari ada yang tinggal di sini.”
“Gelap gulita begini, kenapa tidak menyalakan lampu?” gumam Zhang Chuanshi.
“Kabut di pegunungan sangat tebal.”
“Dari topografi sekeliling, Desa Dogou terletak di lembah bawah dengan kabut menyelimuti. Bulan belum terbit, langit gelap membuat desa tanpa cahaya itu terlihat seram.”
“Mana ada uang untuk beli minyak lampu—”
“Wu Dajing” menyeringai hormat dan menjawab.
Zhang Chuanshi berkata:
“Sinar api memasak seharusnya ada kan?”
Wu Dajing menjawab:
“Siang hari kami masak makanan, cuaca panas begini, malam tak perlu dipanaskan lagi, boros kayu bakar dan tungku——”
Sambil bicara, ia menggaruk punggungnya hingga menimbulkan suara ‘gesekan’.
Percakapan mereka memecah kesunyian. Meski Zhang Chuanshi tak menyukai tetua desa ‘pembawa kasus hantu’ ini, setelah seharian tak ada lawan bicara, kini ia pun bersedia mengobrol dengan si kakek.
“Desa kalian semiskin ini?”
“Tidak bisa dibilang miskin.” Wu Dajing menjelaskan:
“Setidaknya kami masih punya makanan, cukup untuk hidup.”
“Berapa tael perak penghasilan setahun?” Zhang Chuanshi bertanya sembarangan.
“Keluarga kami banyak. Saya punya tiga putra dua putri. Dua putri sudah menikah, tiga putra punya tujuh cucu yang semuanya sudah berkeluarga. Total ada lebih dari 20 anggota keluarga yang menjadi tenaga kerja. Setahun dapat segini.” Ia mengacungkan tiga jari.
“30 tael perak?” Zhang Chuanshi menyambung. Wu Dajing mengangguk:
“Benar.”
Topik ini tak terkait kasus hantu. Zhao Fucheng yang awalnya diam, kini melirik Wu Dajing dengan sedikit terkejut:
“Keluargamu ternyata kaya.”
Dari memori almarhum, ia hanya tahu Pasangan Zhao bekerja keras sepanjang tahun tapi tak punya tabungan, malah terbelit utang.
Setiap habis panen, penagih utang berdatangan tak terhitung jumlahnya.
"Setahun bekerja keras, hasil panen terus diangkut pergi, akhirnya tak ada yang tersisa."
"Tahun ini benar-benar jalan buntu, menjual anak perempuan ke Zhenmo Si, akhirnya seluruh keluarga tewas di tangan hantu gentayangan."
"Bukan begitu." Zhang Chuanshi menggelengkan kepala, menjelaskan pada Zhao Fucheng:
"Jangan lihat mereka bisa dapat 30 tael perak setahun, tapi setiap tahun harus bayar banyak pajak, mungkin cuma tampak mewah di luar, diam-diam masih punya utang."
"Memang benar."
Saat menyebut uang, ekspresi Wu Dajing langsung lebih suram daripada saat dengar Zhao Fucheng tak bisa baca fengshui:
"Keluarga kami setiap tahun bayar pajak kepala, pajak jalan, pajak perlindungan, total hampir 28-29 tael perak."
Sisa uang untuk makan keluarga sama sekali tak cukup, di musim sepi pertanian, seluruh keluarga harus kerja serabutan, beternak buat tambahan penghasilan.
Selain itu, "Ini masih harus berharap berkah langit, jangan sampai tertimpa bencana."
Kalau tahun paceklik, hasil panen tak cukup, bukan cuma tak dapat uang, malah harus keluar modal, mayoritas akan menjual anak.
"Di tahun bencana, kalau kamu ke kota kabupaten, tak usah kasih uang, kasih semangkuk nasi saja orang sudah mau ikut--"
Zhang Chuanshi sampai di sini, diam-diam melirik Zhao Fucheng.
Dia tahu asal-usul Zhao Fucheng, takut dia marah dengar ini.
Zhao Fucheng tertegun sejenak.
Dia tahu masyarakat Dinasti Han Raya miskin, tapi setelah terlahir kembali masuk Zhenmo Si, walau mengendalikan hantu gentayangan dan hidup-mati tak pasti, tapi ada yang melayani makan-minum, belum merasakan pahitnya kesulitan hidup.
"Saat ini mendengar Wu Dajing menyebut hal ini, rasanya lebih menakutkan daripada membicarakan hantu."
"Pajak setinggi ini?" tanyanya.
Zhang Chuanshi menoleh dan bertatapan dengan Wu Dajing, keduanya sama-sama menyunggingkan senyum pahit.
Suasana menjadi dingin sejenak, setelah lama akhirnya Zhang Chuanshi memecah kesunyian:
"Pemerintah menarik pajak berdasarkan luas lahan." Dia mengendarai kereta kuda menuju desa sambil berkata:
"Lagipula daerah kami ini sudah setengah ditinggalkan pemerintah, tidak apa-apa membicarakannya."
Katanya:
"Beberapa tahun lalu, saat kaisar tua masih berkuasa, pertanian digalakkan."
"Pertanian itu hal baik." Zhao Fucheng ragu-ragu sejenak sebelum menjawab.
"Baik apanya!" Wu Dajing menggelengkan kepala:
"Menurutku itu keputusan bodoh. Waktu itu pemerintah menjanjikan hadiah beras untuk lahan garapan baru, kami pun membuka lahan. Setelah bekerja keras setahun lebih, berasnya tak kunjung datang, kata pemerintah dicatat sebagai utang."
Saat itu rakyat menggerutu, sementara pejabat yang berjasa membuka lahan diukur lahannya dan mendapat pujian pemerintah. Tak lama kemudian mereka naik pangkat dan dipindahkan.
"Lahan yang dibuka itu tetap tercatat atas nama kami, tahun depan harus bayar pajak." Meski lahan sudah dibuka, rakyat miskin yang kekurangan pangan dan bibit akhirnya meninggalkan lahan itu hingga kembali menjadi tandus.
Tapi meski rakyat tidak menggarap, lahan bekas garapan itu tetap tercatat resmi sebagai sawah, pajaknya harus tetap dibayar penuh.
"Tahun demi tahun terkumpul, jumlahnya tidak kecil."
Zhao Fucheng mendengar perkataan Wu Dajing, wajahnya menunjukkan ekspresi tak percaya:
"Bukankah ini pejabat membuat laporan palsu, membebankan kerugian pada rakyat?"
Wu Dajing tersenyum pahit:
"Selain itu, daerah masih memiliki pajak lain." Katanya sambil terlihat khawatir.
"Pajak apa?" tanya Zhao Fucheng.
"Biaya perlindungan Zhenmo Si." Zhang Chuanshi menjawab spontan.
"Apa?" Zhao Fucheng terkejut, bertanya aneh:
"Aku belum pernah menerima biaya perlindungan dari Zhenmo Si?"
Wajah Zhang Chuanshi menunjukkan penyesalan. Terlalu cepat bicara, beberapa kata terucap tanpa dipikir. Mendengar pertanyaan Zhao Fucheng, ia memberanikan diri menjawab:
"Tuan yang mulia memang belum memungutnya."
"Tapi menurut aturan lama Zhenmo Si, pejabat Ling Si dan Ling Shi tidak terlibat langsung dalam pemungutan biaya perlindungan dan pajak. Semua dikerjakan oleh pesuruh bawahannya. Jumlah ini lebih besar dari pajak pemerintah, dibebankan ke setiap orang wajib bayar."
Setelah selesai bicara, ia berbisik pelan:
"Dulu kami juga harus bayar. Budak mayat di tokoku setiap tahun membayar 2 tael perak."
Para pesuruh membagi uang yang terkumpul: separuh untuk Komandan Penakluk Setan, sebagian untuk keperluan Ling Shi, sisanya masuk kantong sendiri.
Makanya saat Zhao Fucheng menyebut merekrut pesuruh, Fan Wujiu bingung: Merekrut pesuruh kok bayar? Bukankah begitu ada pengumuman pasti banyak yang berebut?
Zhao Fucheng wajahnya agak pucat.
Zhang Chuanshi merasakan suasana hatinya tidak baik, hati menjadi gelisah, tak tahu apakah seharusnya tidak membahas topik ini dengannya.
"Tapi Tuan berbeda dengan Komandan Penakluk Setan sebelumnya. Sejak Tuan berkuasa, Kabupaten Wan'an kami--"
"Sudah, jangan menjilat." Zhao Fucheng memotong perkataan Zhang Chuanshi, lalu bertanya pada Wu Dajing:
"Selama beberapa bulan ini, apakah kalian dikenai biaya perlindungan Zhenmo Si?"
"......" Wu Dajing tak berani bersuara, melirik Zhang Chuanshi dengan ekspresi memelas.
Sekalipun bodoh, dia tahu topik ini membuat Zhao Fucheng tidak senang. Hendak menghentikan pembicaraan, tapi Zhao Fucheng bersabda:
"Bicara!"
Tetua desa kaget gemetar:
"Di...dikenai." Dia membungkuk hormat:
"Petugas kota bilang, pajak pemerintah bisa ditunda sampai musim semi tahun depan, tapi uang Zhenmo Si tidak boleh terlambat sedetik pun."
"Satu keluarga harus bayar berapa tael perak setahun?" Zhao Fucheng bertanya lagi.
Wu Dajing menjawab jujur:
"Satu keluarga dua puluh tael perak setahun."
“……”
Tiba-tiba Zhao Fucheng menyadari masalah Kabupaten Wan'an bukan hanya hantu gentayangan membunuh orang.
Beban pajak yang kejam ini nyaris membuat rakyat kecil terjepit, ditambah hantu gentayangan merajalela, bagaimana rakyat bisa bertahan hidup?
"Zhenmo Si menerima uang sebanyak ini, berani mengabaikan kasus hantu?" Dia heran.
Zhang Chuanshi menyeringai:
"Apa anehnya? Nyawa siapa yang bukan nyawa?"
Menggunakan kekuatan hantu gentayangan sebagai Ling Si, harus mempertaruhkan nyawa.
"Saat menerima uang ya menerima uang, tapi soal nyawa itu urusan lain."
Apalagi, kekuatan besar ada di tangan Ling Si, berani kah rakyat tidak membayar? Meski Zhenmo Si menerima uang perlindungan, jika Ling Si tidak mau turun tangan, lalu bagaimana? Ada apa yang bisa rakyat lakukan?
"Ini tidak bisa dipastikan." Zhang Chuanshi menggelengkan kepala.
Zhao Fucheng terdiam di tempat, lama tidak bersuara.
Dalam sekejap, kereta kuda semakin mendekati desa, terlihat papan nama besar di gerbang depan.
Seperti kata Wu Dajing, Desa Dog Head tidak terlalu besar, jumlah penduduknya juga sedikit.
Warga desa mungkin masih berkerabat, tinggal berdekatan. Bentuk desa menyerupai kompleks hutong besar, dibangun mengelilingi lembah, dengan gerbang gapura sebagai jalur masuk-keluar.
Lokasinya cukup jauh dari kota, biasanya jarang ada tamu. Kedatangan kereta kuda menarik perhatian banyak orang.
Banyak yang membawa mangkuk berdiri di depan rumah sambil menatap ke kejauhan, wajah penuh rasa ingin tahu dan spekulasi.
Wu Dajing yang sudah dekat rumahnya menyembul keluar, melihat pria paruh baya dengan mangkuk di kejauhan, tiba-tiba melambai:
"Liyou! Liyou!"
Dia memanggil dua kali. Pria itu menoleh, begitu melihatnya langsung berseru:
"Ayah——"
"Cepat pulang suruh ibumu dan istrimu segera menyalakan kompor! Ada tamu, aku mengundang Tuan Zhao dan Tuan Zhang dari Zhenmo Si untuk menyelesaikan kasus di desa!"
Mendengar 'Zhenmo Si', kerumunan orang menghela napas kaget, serentak mundur beberapa langkah.
"Wu Liyou tampak kebingungan, Wu Dajing kesal karena kelemahannya:
"Cepat pergi!"
"Oh oh oh." Dia (laki-laki) menjawab, lalu berlari sambil berteriak: "Ibu, ibu——"
"……" Wu Dajing merasa agak canggung sekaligus bangga.
Kereta kuda berhenti di gerbang desa, kuda masuk melewati ambang pintu, tapi dua roda kayu tertahan di luar ambang.
"Tuan Zhao——"
Zhang Chuanshi melompat turun, berteriak. Zhao Fucheng tak menunggu desakannya, ikut turun dari kereta kuda.
Dia (perempuan) turun, Wu Dajing juga ikut turun. Warga desa berkerumun mendekatinya, meletakkan mangkuk-sumpit, membantu mengangkat kereta hingga masuk ke halaman.
"Ligong, kau yang antar kudanya, rawat baik-baik."
Wu Dajing memberi perintah:
"Tuan datang ke desa kita untuk urusan kasus, lihat apa yang bagus di rumah, bawa semuanya—jangan disembunyikan——"
Wu Dajing yang kini berbeda dengan sikap penakutnya di Zhenmo Si. Punggungnya tegak, teriakan langsung dituruti warga—ada yang tarik kereta, pegang kuda, bahkan ada yang antusias mengajak Zhang Chuanshi cuci muka-tangan di rumahnya.
Mereka salah mengenali orang.
Mengira Zhang Chuanshi sebagai petinggi Zhenmo Si, sedangkan Zhao Fucheng dianggap nona pembantunya—kesalahan besar.
