“……”
Kening Zhao Fucheng berkerut.
"Sial."
Melihat ekspresi tidak senang Zhao Fucheng, Zhang Chuanshi sadar telah berlebihan. Dia segera mengendalikan diri dan berkata:
"Sejak Tuan pergi dari Kabupaten Wan'an bersama Fan Bersaudara dengan kereta kemarin siang, langit kabupaten cepat gelap."
Sekarang Agustus, siang hari panjang. Biasanya langit tidak gelap sebelum waktu Xu.
Tapi kemarin baru pertengahan waktu You, langit sudah mulai gelap.
Saat itu kerumunan merasa gelisah.
“Tapi pikir-pikir, belakangan ini tidak ada hantu gentayangan muncul di Kabupaten Wan'an. Baru saja bencana hantu di Yaofan Hutong berlalu, mana mungkin sebegitu sialnya, baru saja Ling Si Zhenmo Si pergi, langsung ada kasus hantu?”
“Hantu kan tidak punya IQ, tidak mungkin tahu Zhao Fucheng sudah meninggalkan kota.”
“Begitu dipikir, semua orang pun tidak mempedulikan langit yang mulai gelap.”
“Tapi Zhang Chuanshi merasa gelisah, malam itu juga mengemasi barang-barangnya dan pindah dari toko peti mati seberang ke Zhenmo Si.”
“Entah mengapa, dia selalu merasa seperti ada kejadian besar akan terjadi.”
“Benar saja, malam itu dia mendengar suara ketukan 'brak-dug brak-dug'.”
“Ada yang mengetuk pintu Zhenmo Si?”
Zhao Fucheng bertanya.
Kali ini Bupati Pang sudah mulai tenang, menggeleng:
“Bukan cuma Zhenmo Si, saya juga dengar suara ketukan.”
Zhang Chuanshi yang bicara setengah jalan disela lagi, kesal melototi bupati kurus itu:
“Saya sedang bicara ini——”
“Apa bedanya siapa yang bicara?” Zhao Fucheng mengetuk meja dua kali dengan jari.
“Beda dong! Jasa-jasa semua direbut dia...” Suara Zhang Chuanshi awalnya keras, lalu diam saat melihat tatapan dingin Zhao Fucheng.
Zhao Fucheng tidak melanjutkan debat, memandang yang lain.
Pejabat besar-kecil, tuan tanah lokal, dan orang kaya di kota semua terlihat panik. Jelas suara ketukan ini ada hubungannya dengan hantu.
Dia bertanya:
“Kalian juga dengar?”
“Dengar.”
Kerumunan serentak mengangguk-angguk.
"Puluhan orang ini berbicara serentak, mengguncang balok rumah hingga 'berdengung', pesuruh di luar juga gelisah mengintip, jelas semua orang sangat memperhatikan hal ini."
"Yu Weide, kamu yang jelaskan."
Zhao Fucheng kembali memanggil Yu Weide.
Sesepuh itu gemetaran menyandang tongkat maju ke depan, berkata:
"Lapor Tuan, hamba sudah tua, sulit tidur. Malam sebelum kemarin akhirnya bisa terlelap, tiba-tiba di tengah malam seperti mendengar suara 'dug-dug' memahat."
Dia mengisahkan kejadian malam itu, masih ketakutan, bulu kuduk di lehernya tampak jelas, suaranya bergetar.
"Waktu itu hamba kira ada pelayan kurang ajar, tengah malam masih berisik 'dug-dug' mengganggu ketenangan."
Yu Weide yang memang sulit tidur, semakin marah saat terbangun, segera memanggil orang untuk mencari pelayan pengacau itu.
Tapi setelah diperiksa lama, tak ditemukan siapa yang memukul.
Selama itu, suara pukulan tak berhenti sekejap pun.
"Jujur Tuan, suara itu benar-benar membuat kepala hamba pusing, mata seperti mau pecah, emosi semakin tak tertahankan."
Zhao Fucheng mengangguk-angguk:
"Setelah terpengaruh wilayah hantu gentayangan, sangat mungkin muncul gejala gelisah dan emosi tidak stabil."
Ini dia ketahui dari arsip catatan pendahulu.
"Terkadang ketakutan manusia tersembunyi sangat dalam, dan karena harga diri, tidak bisa diekspresikan dengan lancar, sehingga berubah menjadi kemarahan, membuat sifat menjadi sangat aneh."
Yu Weide mendengar perkataannya, langsung mengangguk-angguk cepat:
"Tuan benar sekali."
"Lalu bagaimana?"
Zhao Fucheng segera menanyakan petunjuk terkait bencana hantu.
"Semakin kupikir, semakin marah. Aku merasa para pelayan ini hanya pura-pura patuh. Mungkin mereka melihatku sudah tua, ingin menipuku?"
Karena pikiran ini, dia tidak mau menyerah. Malam itu juga menyuruh semua anggota keluarga dan pelayan berkumpul di aula utama keluarga Yu.
Saat itu mandor rumah diperintahkan untuk menyusun Buku Register, memanggil nama satu per satu.
"Aku ingin tahu siapa yang berani mengetuk tengah malam, terus mengganggu tidurku sambil memahat benda." Yu Weide menceritakan kejadian itu. Entah karena pengaruh bencana hantu, kumisnya bergetar dan masih terlihat marah.
"Lalu apakah Akhirnya kau menemukan keanehan?"
Zhao Fucheng bertanya sekadar.
Meski bertanya demikian, sebenarnya hatinya sudah punya dugaan.
Bupati Pang sebenarnya sudah menyebutkan Jawaban terakhir. Pertanyaan ini hanya untuk memahami detail kasus.
Begitu dia selesai bicara, wajah Yu Weide berubah pucat sambil geleng-geleng kepala:
"Tuan pasti sudah menebak. Semua anggota keluarga sudah dikumpulkan di depan aula. Setelah dipanggil satu per satu, ternyata semua ada di sana. Bahkan cicit dalam gendongan pun dibawa. Tidak ada yang mengetuk!"
Tapi suara pahatan saat itu tidak juga berhenti.
“Saat itu saya tidak berpikir tentang kasus hantu, lalu menduga apakah ada orang di luar yang mengetuk sesuatu, mungkin karena malam yang sunyi, suaranya terdengar keras dan jauh, masuk ke rumah keluarga Yu.”
Namun Yu Weide adalah tuan tanah lokal yang terkenal di Kabupaten Wan'an.
Rumahnya sangat besar, tetangga kiri dan kanan berjarak jauh, secara logis seharusnya suara tidak bisa terdengar sejauh itu.
Selain suara malam yang terdengar jauh dan keras, satu-satunya kemungkinan adalah gangguan hantu gentayangan.
Saat itu mereka belum memikirkan hal ini.
Keluarga Yu kemudian membawa lentera keluar untuk mencari, berkeliling beberapa kilometer di sekitar, tapi tidak menemukan sumber ketukan, namun suara ketukan tidak berhenti.
Yu Weide saat menceritakan ini, teringat sesuatu, kakinya gemetar ketakutan, memandang Bupati Pang dengan minta tolong.
Bupati Pang melihat ekspresi permohonannya, segera melangkah maju:
"Untuk kejadian selanjutnya, biar saya yang menceritakan."
"Silakan." Zhao Fucheng mengangguk menyetujui.
"Kondisi keluarga Tuan Yu juga mirip dengan Balai Pemerintahan saya."
"Saat itu saya masih mengatur arip kantor, belum tidur." Bupati Pang menelan ludah saat mengatakan ini.
Belakangan ini karena Zhao Fucheng berjaga di Kabupaten Wan'an, dia merasa tenang, sehingga lebih bersemangat mengurus urusan kabupaten, setiap hari dengan senang hati bekerja lembur, tidak mau beristirahat sebelum larut malam.
Saat suara ketukan muncul, istrinya kebetulan membawa makanan larut malam untuk membujuknya, mengatakan malam dingin dan berkabut, khawatir begadang merusak kesehatan, menyuruhnya segera beristirahat.
“Bupati Pang dan istrinya adalah teman masa kecil yang telah menikah selama bertahun-tahun dengan hubungan yang harmonis.”
“Saat ia bertugas di Kabupaten Wan'an, orang tua, anak, dan cucunya tetap di ibu kota kekaisaran. Hanya istrinya yang menemani, khawatir ia kesepian.”
“Setelah menerima sup, ia tersenyum dan berkata:”
“'Aku ingin mengurus urusan kabupaten dengan baik, mendukung Tuan Zhao di bidang logistik agar ia bisa fokus menangani kasus hantu demi keamanan Wan'an.'”
“Belum genap dua tahun ia menjabat di Wan'an, sebelumnya pernah berurusan dengan Zhao Qiming, mantan Ling Si.”
“Setiap kali terpaksa bertemu Zhao Qiming, ia merasa takut seolah berbicara dengan mayat hidup.”
“Bupati Pang menyaksikan perubahan sikap Zhao Qiming dari kalem menjadi berubah-ubah tidak menentu, hingga akhirnya kehilangan sifat manusiawi dan hanya menyisakan kekejaman.”
“Para pesuruh di Zhenmo Si yang membuatnya tidak senang langsung dibunuh.”
“Semua orang berinteraksi dengannya dengan ketakutan, termasuk Bupati Pang yang selalu berhati-hati.”
“Namun situasi ini tidak bertahan lama. Setelah kematian Zhao Qiming, Zhenmo Si Wan'an terjerat kasus hantu yang kemudian menyebar ke berbagai daerah.”
“Saat itu Bupati Pang yakin dirinya akan tewas.”
“Dengan runtuhnya Zhenmo Si lokal dan tidak adanya dukungan pemerintah, kabupaten ini pasti akan menjadi kota hantu.”
“Dalam kondisi seperti ini, kemunculan Zhao Fucheng bagai pelampung penyelamat di tengah keputusasaan bagi Bupati Pang.”
“Dia bahkan menunjukkan semangat dan motivasi seperti masa muda, setiap hari bekerja keras menangani urusan publik, tidak berani santai sedikit pun.”
“Dalam situasi ini, sang istri yang memahami hatinya pun tidak berani banyak menasihati.”
“Setelah suami istri berbincang beberapa saat, suara 'klak-klak' terus terdengar tanpa henti.”
“Awalnya Bupati Pang mengira itu suara ketukan sementara dari suatu tempat.”
“Meski terdengar aneh di malam hari, mungkin si pengetuk tahu diri, berhenti setelah beberapa kali.”
“Tidak disangka, setelah mereka berbicara sekitar seperempat jam, suara itu terus berlangsung tanpa jeda.”
“Dia merasa gelisah mendengar suara ketukan ini, khawatir pekerjaan menumpuk.”
“Di depan istrinya, dia mengeluh:”
“Aku awalnya ingin memanfaatkan kepergian Tuan untuk mengurus kabupaten, menyelesaikan beberapa urusan. Dengan suara begini, bagaimana bisa bekerja?”
“Nyonya Pang yang biasanya lembut tiba-tiba menunjukkan kegelisahan aneh. Mendengar perkataan suaminya, dia marah besar:”
“Kamu benar! Tengah malam begini, berani-beraninya orang membuat keributan! Sungguh keterlaluan!”
“Wajah Nyonya Pang dingin membeku:”
“Tenang, aku yang akan menyelesaikan ini. Pasti akan kutangkap si pembuat onar itu!”
“Setelah berkata demikian, dia pergi dengan penuh amarah.”
“Tentu saja, hasil akhirnya sama dengan kasus Yu Weide.”
“Nyonya Pang bersusah payah menyelidiki, tapi tidak menemukan petunjuk. Suara 'klak-klak' itu terus berlangsung sepanjang malam hingga fajar menyingsing.”
“Malam itu terasa sangat panjang, waktu subuh pun datang lebih lambat dari biasanya.”
“Bersamaan dengan terbitnya matahari, suara ketukan yang menyiksa warga Kabupaten Wan'an semalaman itu akhirnya berhenti.”
“Bupati Pang sangat marah, namun saat melihat langit mulai terang, ia merasa sedikit lega.”
“Dia memanggil sekretaris dan menyuruh petugas mencari tahu siapa yang mengganggu tadi malam.”
“Ternyata petugas yang datang bekerja juga terlihat lelah. Setelah ditanya, mereka semua mendengar suara ketukan tadi malam.”
“Ada petugas yang tinggal jauh, ada yang dekat, jarak antar mereka cukup jauh, tapi semua mendengar suara itu bersamaan——”
Bupati Pang merasa ngeri:
“Saat itu aku langsung tahu ada yang tidak beres.”
“Tapi kebetulan saat itu Zhao Fucheng yang bisa menyelesaikan kasus hantu ini sedang keluar kota.”
“Siang hari petugas menyelidiki ke berbagai tempat. Hasilnya sesuai dugaan Bupati Pang, seluruh Kabupaten Wan'an mendengar suara ketukan aneh itu.”
“Seperti ada orang memukul sesuatu dengan palu runcing.”
“Dia curiga ada keanehan, langsung memerintahkan sekretaris mengirim regu petugas untuk mengirim surat ke Kabupaten Baozhi.”
“Petugas berangkat pagi, berputar-putar, lalu kembali kebingungan saat tengah hari.”
Bupati Pang menggigil saat menceritakan situasi saat itu, wajahnya penuh ketakutan:
“Begitu masuk kantor, dia langsung berteriak minta tolonh, ingin bertemu bupati Kabupaten Baozhi——”
Bupati Pang menelan ludah, melanjutkan:
“Dia mengangkat surat sambil klaim sebagai petugas dari Kabupaten Wan'an yang ingin menemui Tuan Zhao——”
Dari perkataan Bupati Pang tidak sulit didengar bahwa petugas saat itu mungkin telah memasuki wilayah hantu, dipengaruhi persepsinya oleh hantu, lalu memutar balikkan matanya——sehingga setelah berputar-putar dia kembali ke Kabupaten Wan'an. Dalam persepsi petugas itu, mungkin dia merasa telah meninggalkan Kabupaten Wan'an dan tiba di Kabupaten Baozhi.
Yang menemuinya saat itu bukanlah 'Bupati Pang'. Dari sudut pandangnya, yang dia temui seharusnya adalah bupati Kabupaten Baozhi.
——Situasi ini agak mirip dengan kasus Desa Goutou yang indranya dikaburkan hantu.
"Dia seolah sama sekali tidak mengenaliku lagi, menganggapku sebagai orang lain, juga tidak ingat bahwa surat yang diangkatnya ditulis tanganku sendiri."
Bupati Pang kini sudah menyadari keseriusan masalah ini.
Untuk mencegah masalah lebih lanjut, dia segera menyuruh orang untuk menahan petugas yang pikirannya telah diganggu hantu gentayangan ini.
Gagalnya pengiriman surat jelas menunjukkan seluruh Kabupaten Wan'an telah terjerumus dalam wilayah hantu yang aneh.
Mereka hanya bisa menunggu secara pasif.
"Dan sampai kemarin sore, situasinya menjadi semakin mengerikan——"
Bupati Pang yang menceritakan kejadian saat itu, ekspresinya langsung berubah drastis.
Dia menelan ludah:
"Kemarin sebelum pertengahan Shenshi, langit perlahan mulai gelap——"
Dua hari satu malam setelah Zhao Fucheng meninggalkan Kabupaten Wan'an, waktu senja datang semakin awal tiap harinya.
Bupati Pang sudah menduga akan ada sesuatu yang terjadi setelah gelap.
Benar saja, ketika malam tiba, suara 'kong-kong' memahat yang familiar bagi warga Kabupaten Wan'an kembali terdengar.
Kali ini suara ketukan tidak hanya datang dari satu sumber.
Sampai di bagian ini, mata Bupati Pang langsung memerah, dua aliran air mata tua mengalir:
“Saat itu saya mendengar, selain suara ‘kuang-kuang’ tadi malam, sepertinya ada suara pukulan lain yang bercampur di dalamnya. Tepat saat itu, sekretaris buru-buru datang mencariku——”
Dia berkata sampai di sini, tak bisa melanjutkan lagi, berbalik badan untuk mengusap matanya dengan lengan baju.
Sekretaris yang berdiri di belakang Bupati Pang segera melengkapi ucapan bupati yang belum selesai:
“Saat itu nyonya mengalami musibah.”
Dia teringat kejadian saat itu, ketakutan membuat pipinya berkedut tak terkendali:
“Saya dengar pelayan Balai Pemerintahan melaporkan, katanya nyonya seperti kerasukan, minta cepat memberitahu tuan.”
“Apa yang dilakukan nyonya?”
Zhao Fucheng tersentak hatinya, bertanya satu kalimat.
Mata sekretaris memancarkan ekspresi ketakutan campur kecemasan:
“Nyonya mengambil tusuk konde, sedang memukul cermin dengan keras.”
“……”
‘Grr.’
Zhang Chuanshi jelas sudah mendengar tentang peristiwa aneh ini sebelumnya, tapi saat mendengar sekretaris menyebutkannya lagi, mungkin tertular rasa takut lawan bicaranya, dia ikut menelan ludah, secara refleks bergesak lebih dekat ke arah Zhao Fucheng.
Zhao Fucheng memandangnya dengan ekspresi jijik, memperingatkannya untuk tidak mendorong ke arah kursinya.
“Hehe.” Dia tertawa kering dua kali, menggeser diri sedikit di bawah tatapan Zhao Fucheng. Tapi begitu sang nyonya memalingkan pandangan, Zhang Chuanshi diam-diam kembali mendekat.
Zhao Fucheng malas membongkar trik kecilnya saat ini, bertanya lagi pada Yu Weide:
“Apakah keluarga Yu mengalami masalah?”
“Ada!”
Yu Weide segera mengangguk-angguk menyahut:
“Anak kedua saya juga memegang pahat, mengetuk sepotong bahan batu——”
Saat berbicara, ekspresinya perlahan berubah:
“Kuang, kuang, kuang—— Setiap ketukan mengeluarkan suara seperti ini.”
Setelah selesai, seolah takut orang-orang yang hadir tidak memahami, dia mengangkat tongkatnya dan mulai mengetuk lantai.
‘Kuang-kuang, kuang-kuang——’
Kerumunan yang awalnya duduk atau berdiri diam di ruangan menunggu Zhao Fucheng menyelesaikan interogasi sebelum membahas solusi masalah ini.
Tak disangka Yu Weide tiba-tiba mulai mengetukkan tongkatnya ke lantai di tengah pembicaraan.
Bupati Pang yang sebelumnya lunglai di kursi setelah menyebutkan istrinya, terlonjak ketakutan mendengar suara ‘kuang-kuang’:
“Tuan Yu, bicara saja, perlu apa mengetuk-ngetuk untuk menakut-nakuti?”
Orang-orang yang hadir sudah cukup trauma selama dua malam terakhir.
Jika awalnya suara ketukan hanya mengganggu, kini setiap dentuman memicu ketakutan akan hantu gentayangan yang mengerikan.
Yu Weide mengabaikan perkataan Bupati Pang.
Masih mengangkat tongkatnya, dia terus mengetuk berirama: ‘Kuang-kuang, kuang-kuang——’
“Yu Weide!” Setiap dentuman ‘kuang-kuang’ membuat detak jantung Bupati Pang semakin kencang, urat pelipusnya berdenyut-denyut, tangannya gemetar tak terkendali.
Dengan napas tersengal, dia berteriak:
“Berhenti mengetuk——”
‘Kerumunan juga seolah terjebak dalam ketakutan yang dikuasai oleh suara ketukan misterius selama dua malam ini, mengikuti ritme suara "Kuang-kuang" yang berirama.’
‘Ruang utama Zhenmo Si bergemuruh "Bzzz—", kulit kepala mereka merinding. Ketakutan berubah jadi amarah, bahkan lupa Zhao Fucheng belum memberi sikap. Mereka berteriak untuk menekan Yu Weide kembali ke kursinya.’
‘Kuang-kuang, Kuang-kuang——’
‘Yu Weide sudah berhenti bicara.’
‘Saat kekacauan melanda ruangan, Zhao Fucheng tetap duduk di kursi utama.’
‘Entah sejak kapan, langit di luar semakin kelam. Kabut abu-abu menyusup masuk, bayangan menyelimuti cahaya lilin di sekeliling ruangan, tiba-tiba redup drastis.’
‘Ketakutan, kepanikan, dan kebingungan di wajah setiap orang menyebar melalui kabut kelabu ini. Di bawah pengaruh wilayah hantu tak kasat mata, kerumunan telah kehilangan ketenangan dan keberanian.’
‘Karena itu mereka tak menyadari: ketakutan dan kecemasan di wajah Yu Weide telah lenyap.’
‘Matanya yang tua menjadi keruh, kerutan wajahnya mengeras, sudut bibirnya terjulur. Ekspresinya berubah kaku, mati rasa, dengan aura dingin anyir yang menusuk.’
‘Zhao Fucheng memperhatikan tangannya mencengkeram tongkat dengan kekuatan luar biasa, menghujamkan ke lantai berulang-ulang, seolah ingin meremukkan batu di bawahnya hingga tercipta lubang besar.’
‘Kuang! Kuang-kuang! Kuang-kuang-kuang!’
‘Dengan wajah tanpa ekspresi, dia terus mengayunkan tongkatnya menghantam tanah: sekali, dua kali, tak henti-hentinya.’
“Jangan ketuk lagi！” Bupati Pang berteriak ketakutan.
“Jangan ketuk lagi——”
Orang-orang lain juga ikut berteriak.
Zhang Chuanshi sebelumnya bersembunyi di Zhenmo Si. Karena hidup menyendiri tanpa anak, mungkin berkat keberuntungan khusus, perubahan aneh semalam tidak muncul di Zhenmo Si sehingga dia tidak mengalami kejadian seram seperti Bupati Pang dan keluarga Yu Weide yang berturut-turut terkena musibah.
Tapi kali ini dia menyaksikan langsung Yu Weide yang tiba-tiba menjadi gila.
Dia berdiri di samping Zhao Fucheng, menyaksikan Yu Weide yang baru saja bicara normal tiba-tiba menghentakkan tongkat ke tanah.
Ditambah saat kerumunan memaki, hanya dia yang diam membisu. Situasi ini benar-benar terasa seram.
Memikirkan ini, Zhang Chuanshi refleks menoleh melihat Zhao Fucheng.
Tampak Zhao Fucheng termenung sambil mengerutkan kening memperhatikan Yu Weide. Setelah mengamati seksama, dia tak melihat tanda ketakutan di wajah Zhao Fucheng.
Selama Zhao Fucheng tidak takut, maka dia pun tidak akan takut!
Seketika keberanian Zhang Chuanshi bangkit.
Dia teringat pertemuan tidak menyenangkan dengan Zhao Fucheng, kemudian karena Zhang Patung Kertas membuat marah dia (perempuan), menyaksikan kebrutalannya, merasa sangat takut akan pembalasan dendam yang mungkin datang suatu hari nanti.
Setelah peristiwa di Desa Goutou, dia selalu ingin mengambil hati Zhao Fucheng dengan mencari-cari kesempatan untuk menunjukkan loyalitas.
Kini kesempatan itu tiba. Jika tidak menunjukkan keberanian sekarang, kapan lagi?!
Begitu pikirannya sampai di situ, Zhang Chuanshi langsung memberanikan diri melangkah maju.
‘Dia mengandalkan daftar hantu yang melindunginya, langsung menghantam dahi Yu Weide!’
‘Prak!’ Suara nyaring terdengar, disusul teriakan keras Zhang Chuanshi:
“Sudah kubilang jangan ketok, dasar si tua bangka! Buta tuli ya, nggak lihat ini mengganggu——”
Belum selesai bicara, Yu Weide yang tadi tegak berdiri tiba-tiba ambruk seperti gundukan pasir, ‘Braak!’ terjatuh tak bergerak.
Vote bulanan masih periode dobel, yang punya kuota cadangan segera vote di awal bulan ya~~~
