Hanya Bupati Pang sendiri yang tidak begitu setuju dengan sifat dan perilaku para warga desa ini.
Semakin dia berbicara, semakin dia merasa warga nakal ini mungkin kabur membawa uang, hanya khawatir Zhao Fucheng akan marah.
Bagaimanapun dia adalah Penakluk Hantu, konsekuensi kemarahannya sangat berbeda dengan orang biasa.
Bupati Pang yang sebelumnya sering berinteraksi dengannya, melihatnya selalu tersenyum ramah, perlahan mulai mengendurkan kewaspadaan. Hari ini setelah ucapan itu keluar dan melihat kemarahannya, dia segera menyesal.
Saat sedang ketakutan mencari cara untuk memperbaiki situasi, tiba-tiba melihat Zhao Fucheng duduk kembali di tempat semula tanpa kemarahan hebat atau kehilangan kendali emosi.
Di luar sinar matahari bersinar terang, aula Balai Pemerintahan terasa sejuk dan tenang.
Kuaai Manzhou duduk berlutut dengan tenang tak jauh dari Zhao Fucheng, tubuh bagian atasnya bersandar pada meja teh, setengah bayangannya disinari cahaya matahari.
Semua terasa damai, tidak seperti situasi hantu gentayangan yang lepas kendali. Bupati Pang sedikit melegakan batu besar yang menggantung di hatinya.
Dia pertama kali mengakui kesalahan:
"Jika Guo ini benar-benar kabur, ini karena kesalahan penilaian saya. 300 uang logam itu akan saya ganti dari gaji saya."
"Bukan masalah itu."
Zhao Fucheng melambaikan tangan.
Melihat Bupati Pang yang wajahnya pucat ketakutan, dia tak bisa menahan senyum kecil:
"Urusan pribadi tetap pribadi, urusan dinas tetap dinas. Kita sedang membahas urusan resmi, tak perlu takut."
Bupati Pang dengan susah payah memaksakan senyum.
Bahkan tanpa bicara, Zhao Fucheng bisa menebak isi hatinya. Dengan tenang dia berkata:
"Untuk sementara saya belum mungkin kehilangan kendali."
Zhao Fucheng mengangkat cangkir teh: "Tapi bagaimanapun aku adalah manusia, pasti memiliki emosi senang dan marah. Wajar saja jika merasa kesal atau marah, tidak perlu terlalu heran."
Mendengar ini, Bupati Pang tertegun di tempat, wajahnya berganti-ganti antara pucat dan merah, menampakkan ekspresi canggung dan malu.
Zhao Fucheng mengamati ekspresi bupati tua itu dengan penuh minat, diam-diam menyesap teh sambil menikmati kebingungannya.
Beberapa saat kemudian, Bupati Pang menyusun kedua tangan dalam salam hormat:
"Tuan benar memberi pelajaran, ini kesalahan hamba."
Meski begitu, sikap Bupati Pang tiba-tiba menjadi jauh lebih kaku.
Jika berinteraksi dengan orang biasa seperti Yu Weide, terkadang mereka bisa berdebat hingga muka merah karena perbedaan pendapat.
Tapi saat berdebat dengan Zhao Fucheng, ia merasa seperti tali menggelantung di leher, selalu diliputi ketakutan dimana reaksi tubuhnya selalu lebih cepat dari pikirannya.
Zhao Fucheng yang cerdik menangkap reaksi Bupati Pang ini.
Ketakutan orang biasa terhadap Penakluk Hantu bukanlah hal yang terbentuk dalam sehari.
Terutama Bupati Pang sebagai pejabat yang pernah mengalami bencana hantu, ketakutannya terhadap hantu gentayangan sudah mendarah daging. Mustahil konsep ini bisa terbongkar hanya dengan beberapa kata darinya?
Dia tertawa pendek, lalu mengalihkan topik kembali ke 'orang bermarga Guo' yang disebut Bupati Pang:
"Ceritakan lagi padaku tentang marga Guo ini."
"Baik."
Bupati tua itu menyusun tangan dalam salam hormat, membungkuk di bawah tatapan Zhao Fucheng sambil menjawab:
“Orang ini bermarga Guo, nama pemberiannya Wei. Dia berasal dari Desa Fengmen, di mana keluarganya telah tinggal turun-temurun.”
Bupati Pang telah mengenal Zhao Fucheng selama hampir setengah tahun, sehingga cukup memahami karakteristiknya.
Dia tahu dalam urusan resmi, Zhao Fucheng sangat hati-hati dan suka mengumpulkan petunjuk detail.
Bahkan hal-hal sepele yang dianggap tidak penting oleh orang lain, dia tetap mendengarkan dengan sabar tanpa menganggapnya bertele-tele.
Bupati Pang sendiri juga merupakan pribadi yang teliti dan waspada.
Sebelum memilih Guo Wei, dia tidak sembarangan menghamburkan uang untuk merekrut orang, melainkan melakukan investigasi terlebih dahulu.
Setelah mengingat kembali riwayat hidup Guo Wei di benaknya, barulah dia berkata:
“Desa Fengmen berbeda dengan desa klan seperti Desa Kuaicheng dan Desa Zhuangjia. Populasi di sini terdiri dari berbagai marga yang hidup berdampingan.”
Karena warga Desa Fengmen bukan kerabat maupun memiliki kepentingan bersama seperti di Desa Huanggang, masyarakat desa ini tidak bersatu padu.
“47 tahun yang lalu, bupati saat itu pernah melakukan sensus populasi Desa Fengmen. Menurut catatan resmi, jumlah penduduknya mencapai 1.124 jiwa.”
Zhao Fucheng terkejut mendengar ini:
“Desa Fengmen ternyata merupakan desa yang cukup besar.”
“Untuk ukuran zaman itu,” Bupati Pang mengangguk-angguk,
“Tapi karena penduduknya terbagi-bagi dalam kelompok masing-masing, pengelolaannya relatif mudah.”
Dia melanjutkan:
“Namun data sensus itu sudah terlalu lama. Setelah memeriksa arsip, desa ini pernah mengalami bencana hantu yang menewaskan banyak korban. Meski masih ada penduduk yang tersisa, data kependudukan saat ini sudah tidak akurat lagi.”
Mendengar penjelasan ini, hati Zhao Fucheng berdesir:
“Apakah sebelumnya pernah terjadi kasus hantu di Desa Fengmen?”
“Terjadi 43 tahun yang lalu.”
Bupati Pang mengangguk-angguk:
“Zhenmo Si seharusnya juga memiliki catatannya.”
Ruang arsip Zhenmo Si yang menyimpan dokumen kasus masa lalu sebelumnya menjadi berantakan akibat bencana hantu di Balai Pemerintahan.
Sebagian arsip kasus tahun-tahun sebelumnya ternoda dan rusak, namun seiring dengan kembalinya Zhenmo Si ke jalur normal dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar dokumen telah dikatalogkan dan diarsipkan kembali.
Dengan petunjuk tahun spesifik dari Bupati Pang ini, Zhao Fucheng akan lebih mudah menemukan arsip terkait.
Dia membalas:
“Aku akan segera mencari arsipnya nanti.”
Bupati Pang memberi hormat, lalu melanjutkan:
“Jika Tuan tidak menemukannya, saya bisa meminta sekretaris membuat salinannya.”
“Baik.” Zhao Fucheng tidak menolak, mengangguk padanya:
“Lanjutkan.”
“Baik.” Bupati Pang menjawab sopan sebelum melanjutkan:
“Sebelum mempekerjakan Guo Wei, saya juga menyelidiki latar belakangnya. Empat generasi keluarganya tinggal di Desa Fengmen, catatan awal menyebut mereka berasal dari Xiangnan yang mengungsi ke lahan ini karena bencana banjir.”
Sebagai pendatang baru, awalnya mereka sulit berbaur dengan warga desa dan dikenal sangat jujur.
Hingga generasi Guo Wei, keluarga Guo bahkan menjadi terlihat pengecut karena kejujuran berlebihan.
“Struktur keluarganya sederhana, keberaniannya pun minim. Perbuatan kriminal sekecil apapun tidak berani mereka lakukan.”
Yang dimaksud Bupati Pang dengan 'perbuatan kriminal' di sini adalah menjadi bandit.
Desa Fengmen dan Desa Huanggang letaknya berdekatan. Banyak pedagang keliling dari Desa Huanggang yang sering mempekerjakan pemuda-pemuda kuat.
Zhao Fucheng pernah mendengar dari Wu Shaochun bahwa metode pekerja yang direkrut pedagang ini tidak bersih - dengan kata lain, warga desa ini bukanlah warga baik yang jujur.
Perkataan Bupati Pang berikutnya membuktikan dugaan Zhao Fucheng:
"Warga desa ini biasanya bertani. Begitu panen gagal atau mendengar ada pedagang masuk desa, mereka langsung berubah menjadi perampok bersenjata yang membunuh pedagang keliling."
Wajah Bupati Pang terlihat dingin saat mengucapkan ini.
Sebagai pejabat pemerintah, toleransinya terhadap warga nakal yang bertindak semena-mena ini sangat rendah.
Sayangnya Kabupaten Wan'an semakin terpuruk dalam beberapa tahun terakhir.
Dinasti Han Raya semakin miskin. Pemerintah tak punya uang logam untuk memelihara tentara atau membayar gaji dan logistik.
Kabupaten Wan'an tidak memiliki pasukan pemerintah. Untuk meminta pasukan penumpas perampok, harus mengajukan ke Prefektur Xuzhou di tingkat atas.
Sedangkan korupsi di kalangan militer sudah menjadi hal biasa.
Memanggil pasukan 'kakek' ini mengharuskan Balai Pemerintahan kabupaten menyiapkan banyak emas dan perak.
Dengan melemahnya kendali pemerintah atas Zhenmo Si dan jenderal pasukan lokal, pasukan ini bukanlah orang baik. Jika datang tak terkendali, mereka mungkin merampok, membunuh, dan memperkosa.
Memanggil dewa mudah, mengusirnya sulit.
Setelah itu, beberapa bupati Kabupaten Wan'an meski tahu ada perampok di sekitar Desa Fengmen dan warga desa sangat menderita, namun balai pemerintahan tidak berani melapor ke departemen pemerintah tingkat atas karena takut masalah akan berlarut-larut di kemudian hari.
Dalam kondisi seperti ini, Desa Fengmen membentuk dua ekstrem:
"Pertama, perampok ganas merajalela menjarah rumah-rumah; kedua, warga baik yang harus membayar pajak ke pemerintah sekaligus menghadapi rampokan berkala dari bandit." Bupati Pang menghela napas:
"Guo Wei adalah 'warga baik' jenis ini."
"“Ini disebut warga baik macam apa?”" Zhao Fucheng mengusap dahinya:
"“Ini jelas sudah dipaksa ke ujung tanduk.”"
"“Ya, utang menumpuk.”"
Bupati Pang mengangguk-angguk:
"“Keluarga mereka miskin sampai-sampai kepala desa setempat tak berani menagih, khawatir seluruh keluarga ini putus asa dan mengakhiri hidup dengan seutas tali.”"
"……" Zhao Fucheng tak tahu harus berkomentar.
Bupati Pang melanjutkan:
"“Keluarga itu punya tunggakan pajak besar ke pemerintah. Setelah berjuang bayar selama setahun, saat panen musim gugur tiba, penagih utang sudah duduk menunggu di rumahnya.”"
Justru karena alasan inilah Bupati Pang memilihnya – Guo Wei benar-benar tidak punya pilihan lain.
Tiga ratus koin uang yang dijanjikan Bupati Pang ini ditolak orang lain, tapi bagi Guo Wei yang sudah miskin kronis, ini seperti rezeki nomplok yang membuatnya berani melakukan pekerjaan apa pun.
“Fengshui keluarga Guo Wei tidak baik, tidak bisa mempertahankan nyawa wanita. Kakek dan cucunya selama beberapa generasi kehilangan istri. Sekarang, dia tinggal bersama istri, anak, dan ayah tuanya.” Bupati Pang kira-kira menyelesaikan penjelasan situasi Desa Fengmen, lalu memusatkan perhatian pada Guo Wei:
“Dia dan istrinya memiliki dua putra satu putri, tapi satu putra dan satu putri tidak bisa dipertahankan. Tinggal anak bungsu yang sekarang berusia empat tahun, sehari-hari diurus oleh suami istri.”
Bupati Pang berkata:
“Desa Fengmen berada di bawah yurisdiksi Kota Changtiao. Saya menemui Guo Wei melalui kepala kota setempat, menjanjikannya bantuan merekrut orang. Awalnya saya beri 300 keping uang tembaga sebagai imbalan. Jika orang yang direkrutnya berkualitas dan diterima oleh Balai Pemerintahan, saya akan beri dia 1 keping per orang.”
“Cara ini bagus.”
Zhao Fucheng mengangguk-angguk.
Bupati Pang tersenyum:
“Guo Wei juga setuju. Saat itu dia menepuk dada menjamin urusan akan beres. Tapi siapa sangka baru sepuluh hari, dia mundur bilang tidak sanggup.”
Bupati tua ini mengeluarkan ekspresi sulit:
“Utusan dari kota sana bilang, ada anggota keluarganya yang hilang. Sejujurnya Tuan, awalnya saya kira ini cuma alasan.”
“Belum tentu alasan.”
Zhao Fucheng menggelengkan kepala. Ia berpikir sejenak:
“Anda sendiri bilang, warga Desa Fengmen keras kepala, ada masalah perampok di desa—”
Di tengah kalimat, Zhao Fucheng berhenti sebentar. Ia memiringkan kepala memandang Bupati Pang:
“Menurut Hukum Han Besar, hukuman apa yang akan dijatuhkan jika perampok ini tertangkap?”
"Orang-orang ini membunuh dan merampas, menindas perempuan dan anak-anak tak berdosa. Biasanya mereka membakar, membunuh, merampok tanpa henti. Jika tertangkap, pasti dihukum penggal kepala, mayatnya digantung di pintu gerbang kota selama setengah bulan, dibiarkan dimakan burung gagak." Bupati Pang menjawab tanpa ragu.
Namun begitu ucapannya selesai, dia langsung menyadari masalahnya:
"Maksud Tuan, ada orang di desa yang membocorkan informasi ini, sehingga Guo Wei menjadi korban balas dendam bandit?"
Bandit-bandit kejam ini tidak berperikemanusiaan, tangan mereka berlumuran darah. Pemerintah baru-baru ini sering bertindak, mungkin para bandit sudah mendapat kabar angin.
Sedangkan Guo Wei saat ini berpihak pada pemerintah.
Menurutnya, pemerintah memberinya uang untuk merekrut buruh, buruh mendapat pekerjaan, sementara dia mendapat hadiah dari pemerintah—ini situasi saling menguntungkan.
Tapi di mata bandit, sangat mungkin Guo Wei dianggap sebagai anjing penjilat pemerintah, kaki tangan kekaisaran yang membantu memberantas bandit.
Dengan dugaan ini, bandit-bandit ganas pasti akan nekat bertindak.
Jika mereka segan pada pemerintah dan punya otak cerdik di belakang layar, tidak akan berani terang-terangan menyerang Guo Wei—karena ini akan memicu kemarahan pemerintah dengan konsekuensi fatal.
Menurut alur pikir Zhao Fucheng, seharusnya mereka menyandera keluarga Guo Wei, diam-diam memeras agar dia tidak bekerja sama dengan pemerintah, lalu menyabotase kerja sama ini dari belakang.
"Asalkan menggunakan taktik 'mengulur-ulur waktu', lama-kelamaan, perampas pada dasarnya adalah preman lokal. Pemerintah Kabupaten Wan'an selama puluhan tahun tidak bertindak, keuangan Balai Pemerintahan kosong. 'Peristiwa' kali ini belum tentu bisa bertahan lama."
"Lama-kelamaan, perkara akan berakhir tanpa penyelesaian, semuanya akan lenyap seperti asap."
"Tentu saja, ini dari sudut pandang Zhao Fucheng."
"Tapi belum tentu begitulah cara berpikir para perampas."
"Perkara ini sulit dipastikan."
Zhao Fucheng memiliki pemikirannya sendiri, tapi karena kebiasaannya yang hati-hati dan teliti, dia tidak langsung menyangkal dugaan Bupati Pang:
"Mungkin ada kemungkinan seperti itu, tapi menurutku kemungkinannya kecil."
"Apa maksud Tuan?" tanya Bupati Pang.
"Seperti yang kamu katakan, sebagian besar perampas di Desa Fengmen adalah warga desa yang menjadi bandit." Zhao Fucheng menganalisis:
"Orang-orang ini buta huruf, tidak punya wawasan dan visi, bertindak impulsif. Alasan mereka menjadi momok selama bertahun-tahun murni karena ketidakmampuan dan kebodohan pemerintah Kabupaten Wan'an!"
Ucapannya yang blak-blakan membuat muka Bupati Pang memerah.
Banyak petani yang berubah menjadi bandit, tapi mereka tidak punya persenjataan, tidak berpendidikan, tidak terlatih. Mereka hanya mengandalkan keberanian buta dan kekejaman untuk merampok warga baik.
Alasan mereka menjadi bencana karena memiliki dua identitas.
Saat meletakkan golok, mereka berubah menjadi warga desa. Saat mengangkat golok, berubah menjadi bandit jahat. Ditambah saling melindungi, sulit untuk diidentifikasi.
"Saat pasukan pemerintah datang, para perompak ini akan melarikan diri ke pegunungan. Pasukan membutuhkan pasokan logistik, tidak bisa bertahan dalam perang jangka panjang. Lama-kelamaan, inilah yang membuat pemberantasan perompak sulit tuntas."
"Di sisi lain, bagi warga desa, menjadi korban perompak atau pasukan pemerintah mungkin sama-sama berakhir tragis."
"Bahkan mungkin kerusakan yang ditimbulkan pasukan lebih parah. Bagaimanapun juga, rakyat tetap dirampok dan dibantai. Perompak lokal masih mempertimbangkan perampokan jangka panjang, sedangkan pasukan resmi pemerintah Han Besar lebih kejam, bahayanya lebih besar bagi masyarakat."
"Inilah alasan mengapa perompak Desa Fengmen tidak bisa diberantas tuntas selama puluhan tahun."
"Pada akhirnya, ini bukan karena perompak terlalu licik atau berwawasan, melainkan karena ketidakmampuan pemerintah dan pasukan Dinasti Han Raya yang telah kehilangan dukungan rakyat."
"Perompak ganas seperti ini yang menganggap Guo Wei sebagai pengkhianat, kemungkinan besar akan membunuhnya langsung daripada berbelit-belit dengan menculik keluarganya terlebih dahulu."
"Jika perompak licik ini punya wawasan seperti itu, situasi Desa Fengmen tidak akan separah ini."
Zhao Fucheng menyelesaikan penjelasannya, meletakkan cangkir teh dan meregangkan badan:
"Tapi ini hanya spekulasi saya. Keluarga Guo Wei mungkin mengalami kecelakaan lain atau diculik perompak. Kita harus periksa langsung ke lokasi."
Setelah berkata demikian, dia menatap bupati tua yang terpaku:
"Apakah ada personel yang bisa digunakan di kabupaten sekarang?"
Akhir bulan ini, sekalian minta vote bulanan yang akan kadaluarsa, mohon dukungannya~~~
