Debu peti merah yang hancur bergulung-gulung di dalam Kuil Fuzi.
Pandangan ketiga orang tiba-tiba terhalang oleh 'kabut merah' yang pekat tak tertembus.
Debu masuk ke hidung.
Kecuali Kuaai Manzhou, Liu Yizhen dan Zhao Fucheng mulai batuk-batuk.
Bayangan nona kecil itu semakin samar, seolah seluruh tubuhnya menjadi ilusi, debu merah tua menembus badannya.
Mutasi aneh yang tiba-tiba ini membuat ketiganya kalang kabut, secara naluri mereka memutar langkah, saling membelakangi, waspada melihat sekeliling.
Zhao Fucheng menyipitkan mata, menahan perih di matanya, menahan napas, menyamakan tangan sebagai kipas mengibas-ngibas di depan wajah.
Beberapa detik kemudian, debu mulai reda, serbuk merah darah bertebaran di mana-mana.
Selama ini, hantu gentayangan tidak bangkit.
Jantung Zhao Fucheng yang nyaris keluar dari tenggorokan kembali ke tempatnya, lalu berdebar 'brak brak brak' keras.
Setelah ketakutan ini, dia tak tahan mengumpat:
"Dasar kakekmu, nyaris kubunuh diriku!"
Liu Yizhen juga ketakutan setengah mati, saat masih belum stabil hatinya, mendengar ucapan Zhao Fucheng, entah mengapa rasa takutnya langsung menghilang, tidak hanya menjadi tenang tapi juga ingin tertawa.
Nyatanya dia benar-benar tertawa terbahak:
“Kupikir kau tidak takut pada langit maupun bumi.”
Zhao Fucheng meliriknya sambil mengerling:
“Aku belum ingin mati, siapa bilang aku tidak takut.”
“Hahaha.” Liu Yizhen tertawa lebar.
Sejak pertama kali bertemu, ini pertama kalinya dia melihat Zhao Fucheng begitu kalap.
Zhao Fucheng menepuk-nepuk serbuk merah di bajunya sambil bergumam kesal:
“Sudah, jangan tertawa! Peti kakekmu hampir hancur, kau ini cucu durhaka masih bisa tertawa.”
“……” Tawa Liu Yizhen terhenti mendadak, kini giliran Zhao Fucheng yang tersenyum.
Saat mereka sedang saling menggoda, Kuaai Manzhou menarik tangan Zhao Fucheng. Senyum Zhao Fucheng langsung menghilang saat ia menoleh ke arah peti.
Peti merah yang menampung mayat Liu Huacheng itu kini penuh lubang akibat mutasi aneh tadi, meski belum benar-benar remuk.
Setelah semua mereda, yang tersisa di depan ketiga orang itu adalah peti yang compang-camping.
Tutup peti hancur lebur, sementara badan peti di sekelilingnya terkikis besar-besaran.
Anehnya, meski terkena dampak kabut mengerikan hantu gentayangan, peti ini tidak benar-benar berantakan—beberapa bagian kayu yang masih utuh menyambungkan seluruh rangka peti dengan rumit.
Bagian-bagian peti yang masih utuh itu membentuk pola yang sangat aneh.
Ekspresi Zhao Fucheng menjadi menarik untuk direnungkan, sementara Liu Yizhen yang sudah tidak lagi tersenyum tampak serius.
Mereka saling bertatapan sebentar, lalu memandang ke arah peti compang-camping itu.
Bagian peti yang masih utuh tidak hanya ukurannya sama, tetapi juga bentuknya serupa.
Setiap bagian berukuran sekitar telapak tangan, bagian atas berbentuk bulat seperti bola, bagian bawah agak ramping menyerupai badan, dengan dua lengan mini di sisi kiri dan kanan, serta dua kaki kecil di bawah.
Bentuk dan rupa ini, bagaimanapun dilihat, menyerupai 'boneka kertas' sederhana sebesar telapak tangan yang tersebar rapat di sekitar peti dalam berbagai pose - berbaring, berdiri, atau menengadah.
Mereka seolah 'telapak tangan' saling bergandengan, mengurung erat Liu Huacheng yang terbaring di dalam peti.
"Ini——"
Wajah Liu Yizhen langsung berubah sangat buruk.
Meski ketiganya belum mengintip ke dalam peti, bayangan aneh 'boneka kertas' telah tembus dari peti merah, membuktikan tubuh hantu Liu Huachengi memang telah dimanipulasi.
"Ternyata kamu benar."
Liu Yizhen kini kehilangan keceriaannya. Zhao Fucheng dan Kuaai Manzhou bisa melihat suasana hatinya yang sangat buruk.
Dia mengepal tinju:
"Tapi bagaimana mungkin dia melakukannya?"
Sejak ditugaskan menjaga hantu gentayangan di Kuil Fuzi, dia tak pernah sekalipun meninggalkan wilayah Yaofan Hutong, bahkan saat pergi dengan Zhao Fucheng hanya duduk di warung Nenek Meng dekat pintu masuk gang.
Dalam pengawasan ketat seperti ini, bagaimana Zhang Patung Kertas bisa menyelinap melewati penjagaannya, mendekati peti Liu Huacheng, lalu mengincar kakeknya?
Liu Yizhen ingin tak paham.
“Kalau saat ini tidak mengerti, ya sudah.”
Bagaimanapun kejadian sudah terjadi, Zhao Fucheng berkata:
“Daripada terus memikirkan mengapa ini terjadi, lebih baik fokus menyelesaikan masalah dulu.”
Perkataannya masuk akal.
Ekspresi Liu Yizhen masih gelap dan mengancam, menahan amarah, akhirnya mengangguk-angguk dengan enggan:
“Aku cuma tak rela.”
“Aku mengerti.”
Zhao Fucheng kali ini tidak bercanda, serius mengatakan:
“Kami di tempat terang dia di kegelapan, berada dalam posisi pasif. Ada hal-hal yang tak perlu dipahami sekarang, tapi tak boleh selamanya tak dimengerti.”
Zhang Patung Kertas yang menghitung dengan licik, Zhao Fucheng dari nol bisa bertahan hingga kini. Meski masih pasif, setidaknya bisa melawan balik. Dia sudah cukup puas.
“Orang ini sudah menyiapkan banyak jebakan, menciptakan banyak kasus hantu. Tak peduli seberapa lama dia bersembunyi, suatu hari pasti ketahuan.”
Dia menyeringai dingin:
“Saat itu tiba, kita tangkap dan interogasi semua rahasianya.”
Mungkin semua peristiwa ini sudah dia prediksi sebelumnya. Ekspresinya tenang tanpa kepanikan, menunjukkan ketenangan yang aneh.
Meski Liu Yizhen tahu situasi sebenarnya mungkin lebih buruk dari perkiraan mereka, ketenangan Zhao Fucheng memberinya ilusi 'semua terkendali' yang meredakan amarahnya akibat kepanikan.
Emosinya perlahan mereda, lalu mengangguk:
“Baik, aku ikuti katamu.”
“Begitulah yang benar.” Zhao Fucheng sengaja memanggil melihat kemarahan masih tersisa di wajahnya:
“Yizhen ah——”
“……” Liu Yizhen secara refleks menoleh ke Kuaai Manzhou, namun hanya melihat ujung rambut anak kecil itu bergerak.
Dia seketika mengerti, malu berubah jadi marah:
“Jangan panggil aku seperti itu!”
“Hahaha!”
Sebuah candaan kecil yang tepat membuat suasana tegang di Kuil Fuzi sedikit mengendur.
Zhao Fucheng tahu kapan harus berhenti.
Melihat Liu Yizhen telah kembali tenang seperti biasa, barulah dia serius berkata:
“Pertama-tama lihat kondisi kakekmu.”
Liu Yizhen mengangguk-angguk:
“Baik.”
Meski situasi saat ini relatif stabil, dengan dua hantu gentayangan dan grup opera hantu tak terlihat di Kuil Fuzi yang belum menunjukkan tanda-tanda bangkit tak terkendali, ketiganya tetap berhati-hati mendekati peti merah yang setengah rusak.
Semakin dekat dengan hantu gentayangan, Zhao Fucheng semakin bisa merasakan tekanan dari aura darah jahat pekat yang dipancarkan makhluk halus tersebut.
Liu Huacheng memang terlahir sebagai makhluk jahat.
Meski dalam keadaan tertidur, hawa dingin mencekam yang secara tak sadar terpancar dari dirinya tetap menyelimuti area radius lebih dari 1 zhang di sekitar peti mati.
Begitu langkah Zhao Fucheng memasuki wilayah Liu Huacheng, rasa dingin menggetarkan langsung muncul dari dasar hatinya. Meski berusaha keras mengendalikan diri, tubuhnya tetap tak bisa menahan menggigil.
Tangan dan kakinya mulai bergetar halus.
‘Sebuah ketakutan tak jelas membuat jantungnya berdebar kencang, panik, bahkan matanya berkunang-kunang, kesadarannya kacau sejenak.’
‘Di sekejap itu, telinganya mulai berdenging.’
‘Bung——’
‘Pertama suara dengungan kacau, kemudian cahaya merah berkedip di depan mata, ‘Dung dung long dung qiang’, gemuruh gamelan menggelegar di kepalanya.’
‘Suara opera yang lantang dan jernih bagai menembus awan menyusup ke benaknya.’
“Yiya——”
‘Lalu, suara pria berbisik sambil tertawa di telinganya:’
“Ada... tamu terhormat datang.”
‘Suara itu terdengar familiar, seolah pernah didengar sebelumnya.’
‘Zhao Fucheng belum sempat berpikir, seseorang menepuk bahunya keras:’
“Fu Sheng, Fu Sheng!”
“Fu Sheng——”
‘Suara lain yang nyaring memanggilnya, terdengar kekanakan namun menyimpan hawa dingin, agak familiar.’
“Fu Sheng siapa?” Pertanyaan muncul di benak Zhao Fucheng:
“Aku harus pergi——”
‘Dia berpikir: Aku sedang ada urusan penting, tiba-tiba terinterupsi oleh teriakan tak tahu diri ini.’
‘Saat rasa kesal mulai muncul, tiba-tatra sadar bahwa ‘Fu Sheng’ adalah dirinya sendiri.’
“Siapa yang memanggilku?” Begitu pikirnya, tiba-tatra kaki terasa dingin.
‘Seolah ada sesuatu yang menjerat langkahnya.’
‘Suara yang tadi membisik di telinganya untuk masuk tiba-tatra terputus oleh hawa dingin di kaki.’
“Tamu terhormat... silakan masuk...”
“Suara pria itu terputus-putus, hampir tak bisa dimengerti.”
“Sementara kesadaran kacau Zhao Fucheng tiba-tiba jernih sejenak. Dengan kaget, beberapa Tali Hantu hitam legam menjerat pinggang dan lengannya, menariknya mundur.”
“Tubuhnya terhuyung-huyung dalam tarikan ini, hampir terjatuh.”
“Terkejutnya bukan main.”
“Zhao Fucheng meraih untuk menstabilkan tubuh, matanya melotot:”
“‘Aku—’”
“Saat membuka mata, kabut merah menyelimuti pandangannya. Tangannya memegang peti merah yang compang-camping.”
“Gemuruh suara gong dan suona yang mengelilingi telinganya lenyap.”
“Nyanyian opera yang jernih itu bergema pelan kemudian menghilang.”
“Yang menggantikan adalah balai Kuil Fuzi yang sunyi mengerikan.”
“Separuh tubuh Zhao Fucheng sudah menempel di peti. Begitu sadar, ia menunduk—di kakinya bergoyang beberapa bunga hantu yang menjerat langkahnya, mengikatnya ke lahan. Tanpa itu, kakinya mungkin sudah merangkak masuk ke peti.”
“Badannyaterjun ke dalam peti, wajahnya berhadapan langsung dengan hantu gentayangan di dalam.”
“Liu Huacheng berusia seratus tahun terbaring tenang, seolah semua keanehan sebelumnya tak ada hubungannya dengannya.”
“‘Yizhen, kakekmu sangat hebat.’”
“Zhao Fucheng masih gemetar ketakutan, menoleh melihat telapak tangan yang mencengkeram erat bahu kanannya seperti terbuat dari emas murni sambil berkata.”
“Beberapa Tali Hantu melilit pergelangan tangan dan pinggangnya, mengikatnya sangat kencang.”
Zhao Fucheng berkata:
“Man Zhou, lepaskan aku.”
Begitu dia berbicara, kedua orang lainnya jelas-jelas menghela napas lega.
Batu besar di hati Liu Yizhen akhirnya jatuh, kilau emas di punggung tangannya memudar berubah menjadi warna daging darah yang alami.
Tangannya masih gemetar, perlahan-lahan menarik diri dari bahu Zhao Fucheng.
“Kamu benar-benar membuat orang mati ketakutan.”
Liu Yizhen menggerutu.
Kuaai Manzhou yang biasanya tak suka menanggapi perkataan orang lain kini mengangguk-angguk setuju, menambahkan:
“Jahat!”
Setelah Zhao Fucheng sebelumnya mengatakan ingin melihat Liu Huacheng, begitu dia melangkah maju tiba-tiba seperti kehilangan kesadaran.
Awalnya Liu Yizhen berdua tak menyadari keanehannya, mengira langkah cepatnya mendekati peti mati hanya karena ingin segera memeriksa situasi.
Kemampuan luar biasa Zhao Fucheng yang telah mengendalikan tiga roh jahat - termasuk sepasang Dewa Pintu tingkat malapetaka, serta rekam jejaknya menangani berbagai Kasus hantu - semua ini sangat membuai persepsi Liu Yizhen.
Baru setelah Kuaai Manzhou mulai menggunakan kekuatan hantu gentayangan, Liu Yizhen menyadari ada yang tidak beres.
Ketika Zhao Fucheng meraih peti merah, dia langsung berusaha memanjat. Di momen kritis, Kuaai Manzhou menggunakan bunga hantu yang menjerat kedua kakinya, membuatnya tak bisa lepas dari lahan. Berkat ini, dia tidak sepenuhnya terseret ke dalam peti.
Semua ini terjadi secepat kilat.
Liu Yizhen yang menyadari masalah langsung menggenggam bahu Zhao Fucheng.
Tubuhnya terasa dingin menusuk, dengan mata terpejam seperti tertidur. Entah sejak kapan kesadarannya menghilang.
Mengingat pemandangan mengejutkan tadi, Liu Yizhen masih merasakan ngeri yang tertunda. Melihat Zhao Fucheng masih memegangi peti, dia menyarankan: "Kamu—lebih baik minggir sebentar, biar aku yang periksa—"
"Tidak apa."
Zhao Fucheng menggelengkan kepala, menjawabnya dengan santai sebelum kembali memusatkan perhatian pada isi peti.
Sejak dia menjadi pengendali hantu yang terlahir kembali, tak terhitung legenda Liu Huacheng yang telah didengarnya.
Pria ini terlahir dengan keanehan, hidup penuh liku: pernah jadi pejabat, bertemu hantu, kemudian sukses berbisnis sampai kaya raya. Tapi di masa tua, dia menghabiskan seluruh hartanya dan menghabiskan sisa hidupnya menjaga kuil keluarga.
Sepanjang hidupnya dia pernah berbuat baik, juga melakukan kejahatan—memberi makan hantu dengan buku register sedekah, tapi tetap hidup sampai 100 tahun sebelum tewas.
Setelah kematiannya, hantu gentayangan langsung bangkit, menjadi hantu besar yang langka di dunia.
Liu Huacheng sudah mengalami kebangkitan hantu jahat sebelum meninggal, sehingga penampilannya tetap seperti semasa hidup.
"Dia bertubuh tinggi kurus, berjanggut dan kumis, tampak ramping dan berpendidikan. Sulit dibayangkan sosoknya yang elegan semasa hidup bisa dikaitkan dengan pedagang kaya raya atau algojo pembantai."
"Karena berusia lebih dari 100 tahun saat wafat (termasuk usia panjang bahagia), ia mengenakan jubah panjang merah - sesuai dengan perkataan Zhao Fucheng sebelumnya tentang hubungan takdirnya dengan warna 'merah'."
"Secara kasat mata, mayat Liu Huacheng yang tidak membusuk terlihat seperti sedang tertidur."
"Tapi saat Zhao Fucheng memandangnya, rasa takut dan gemetar yang tak terduga menyergap dari dasar hatinya."
"Jangan menatap wajahnya langsung!"
"Naluri survivalnya yang peka terhadap kematian memberi peringatan pada Zhao Fucheng."
"Dia (perempuan) menghela napas:"
"'Yizhen, menurutmu apakah hantu gentayangan benar hanya punya lima tingkatan? Apakah ada hantu lebih mengerikan di atas tingkat malapetaka?'"
"Liu Yizhen yang semula khawatir ia akan terpengaruh lagi saat melihatnya masih mengamati peti mati, tertegun mendadak oleh pertanyaan itu:"
"'Maksudmu?'"
"Pikirannya sudah memahami implikasi ucapan Zhao Fucheng, tapi tubuhnya masih menolak menerima informasi mengerikan ini."
"'Tingkatan kakekmu mungkin bukan sekadar tingkat malapetaka--'"
"Setelah berkata demikian, ia menoleh ke arah peti mati hitam yang menyeramkan yang menahan Hantu Tanpa Kepala:"
"'Hantu Tanpa Kepala juga.'"
"Ia pernah berhadapan dengan hantu gentayangan tingkat malapetaka, dan tidak cuma sekali."
"Baik Dewa Pintu, warga Desa Kuaicheng, maupun Istri Zhuang Si, semuanya termasuk roh jahat tingkat malapetaka. Tapi saat berinteraksi dengan hantu-hantu gentayangan ini, dia tak pernah kehilangan kewaspadaan seperti tadi, tanpa sadar terseret ke dalam ilusi misterius oleh hantu."
Ekspresi tenang Liu Yizhen retak sejenak. Dengan panik dia berbisik gembira:
"Tidak mungkin! Di atas tingkat malapetaka, mana mungkin ada hantu jahat yang lebih besar? Ini adalah kesimpulan pengalaman ratusan tahun Zhenmo Si Dinasti Han Raya--"
