Putra sulung Yang Tiehan belum berpisah rumah, tinggal di sisi kiri rumah, menyambung dua ruangan.
Berhadapan langsung dengan rumah putra sulung, terdapat kamar dua putri Yang Tiehan yang belum menikah. Sebelahnya terdapat kandang ternak dan jamban, di depan ada gubuk jerami dengan tungku dan peralatan dapur di bawahnya.
Palung pakan ternak pertama yang dilihat Wang Hun saat itu berada di samping dapur.
Menurut penuturannya kemudian kepada Bupati Pang, di sebelah palung itu terdapat beberapa ikat jerami dan sekam gandum kering untuk bahan bakar.
Sebelum datang, Zhao Fucheng berdiskusi dengan Fan Bisi tentang situasi Desa Liutu. Dia sudah menduga kunjungan ini akan sulit, sehingga menghafal semua detail ini.
Saat masuk ke halaman sekarang, matanya langsung menyapu seluruh area.
“Aula utama, kamar samping di kiri-kanan, serta dapur tambahan di luar—semuanya sesuai dengan deskripsi Wang Hun.”
“Bahkan dua kuali di atas tungku tanah: satu wajan besi hitam besar dan cerek tembaga berparuh panjang juga persis seperti disebutkan. Hanya saja batu cekung berisi mayat tanpa kepala itu telah lenyap.”
“Bersamaan dengan itu, beberapa ikatan jerami yang telah diikat rapi juga menghilang.”
“Jerami yang seharusnya berdiri di sisi dalam tembok pagar menurut Wang Hun kini berserakan di tanah, dengan banyak jejak kaki basah yang masih segar.”
“Kabupaten Wan'an baru saja diguyur hujan lebat. Jejak yang belum kering ini jelas menunjukkan ada orang yang masuk setelah kejadian.”
“Cai Datou dan yang lain meremas-remas jari dengan gelisah. Melihat Zhao Fucheng langsung menuju tumpukan jerami setelah masuk halaman, sorot mata Cai Datou berkedip-kedip lalu teriak:”
“Tuan——”
“Zhao Fucheng mengabaikannya. Ia menyepak jerami itu dengan kaki, menyingkap jejak tanah segar di bawahnya yang membentang di halaman.”
“Halaman ini merupakan tanah berbatu yang dipadatkan.”
“Di atasnya sejak lama terletak batu cekung berisi air, membuat warna tanah di bawahnya kontras dengan sekitarnya.”
“Fan Bisi juga menyadari hal ini dan mendengus dingin.”
“Zhao Fucheng tidak tersenyum. Bahkan raut wajahnya terlihat kaku.”
“Tindakan warga desa itu bodoh secara gamblang, tapi ini bukan salah mereka.”
“Mereka miskin dan tertinggal, tanpa visi jangka panjang maupun kecerdasan yang luar biasa.”
Bahkan dalam situasi di mana ada yang tewas di desa, mereka masih berusaha menutupi dengan cara yang konyol, sehingga jejak rekayasanya terlihat di mana-mana.
"Ke mana kalian memindahkan jenazah keluarga Yang Tiehan?" Zhao Fucheng menoleh dengan tenang memandang Cai Datou.
Kakek tua ini menyusupkan bahunya.
Dia memiliki telapak tangan yang besar yang kontras dengan pergelangan tangannya yang kurus.
Kapalan di jari dan telapak tangannya sangat tebal, membentuk lapisan baju zirah yang melindungi persendian jarinya.
Kulit kapalan ini telah retak, dipenuhi kotoran di dalamnya.
Saat kedua tangannya yang gelisah saling menggenggam, darah merembes dari retakan bercampur kotoran hitam, tapi dia seperti tak merasakan sakit, seluruh pikirannya dipenuhi ketakutan karena pertanyaan Zhao Fucheng.
"Jen-jenazah keluarga Yang Tiehan apa? Keluarga Tiehan tidak mati--"
Pandangannya mondar-mandir tak mau menatap mata Zhao Fucheng:
"Yang di sampingku ini Yang Tiehan, Tuan juga baru saja melihatnya. Jika Tuan ingin melihat keluarga Yang Tiehan, saya bisa panggil mereka--"
"Berani kau--"
Fan Wujiu hendak menegur ketika mendengar kakek tua ini masih berani mengoceh, namun Zhao Fucheng menyela:
"Kau bilang semua rumah di Desa Liutu ada di sini, berarti seluruh penduduk desa berada di lahan ini."
"Setuju, setuju--" Cai Datou mengangguk-angguk lega melihatnya tak membahas Yang Tiehan.
"Kalau begitu panggil semua benda itu kemari, akan kuperiksa satu per satu."
Zhao Fucheng berkata dengan tenang:
“Wang Hun datang ke desa kalian hari ini untuk mendata kependudukan.”
Sebelum menemukan kecelakaan menimpa keluarga Yang Tiehan, sebagian besar penduduk desa telah tercatat dalam data kependudukan.
“Aku akan mencocokkan daftar ini. Ditambah sembilan anggota keluarga Yang Tiehan, apakah jumlahnya sesuai?”
“T-Tuan——” Cai Datou langsung panik mendengar ini.
Saat Zhao Fucheng berbicara dengan Cai Datou, Fan Bisi masuk ke ruang dalam. Tak lama kemudian, ia keluar sambil menggelengkan kepala ke arah Zhao Fucheng:
“Tuan, benda-benda di dalam berantakan. Tidak ada mayat.”
TKP keluarga Yang telah dirusak.
Zhao Fucheng menarik napas dalam-dalam.
“Di mana jenazah keluarga Yang disembunyikan?” tanya Zhao Fucheng.
“Tuan, keluarga Yang benar-benar tewas tapi ini bukan ulah hantu gentayangan. Kematian mereka bukan karena bencana hantu, Tuan!”
Cai Datou yang sebelumnya bersikeras keluarga Yang masih hidup, tiba-tiba berlutut di lantai seolah tahu tak bisa berbohong lagi:
“Mohon Tuan Zhenmo Si kembali. Kami akan tangkap pelakunya dan serahkan ke pemerintah kabupaten. Pasti akan memuaskan Tuan!”
“……”
Zhao Fucheng tiba-tiba merasa dadanya sesak.
“Kalian yang menangkap pelakunya?” Ia menyeringai dingin sambil membungkuk ke arah Cai Datou:
“Maksudmu, kalian sudah punya petunjuk siapa yang memenggal kepala keluarga Yang?”
Cai Datou terus-menerus membenturkan keningnya ke lantai:
“Tahu, tahu, Tuan.”
“Menurutmu siapa pelakunya?” tanya Zhao Fucheng.
“Ya, ya——” dia ragu-ragu sejenak.
Tiba-tiba, di pintu gerbang halaman, seorang warga desa yang mengikuti Cai Datou berdehem beberapa saat, lalu akhirnya memberanikan diri maju:
“Ya, saya, sayalah yang membunuh.”
Zhao Fucheng menoleh.
Orang ini terlihat sudah sangat tua, rambutnya memutih dan sangat tipis.
Sehelai saputangan kekuningan dililitkan di dahinya, giginya sudah rontok separuh. Saat berhadapan dengan tatapan Zhao Fucheng, dia refleks mundur dua langkah, kedua kakinya gemetaran:
“Sayalah yang membunuh.”
Zhao Fucheng merasa ini agak absurd, tak tanya:
“Bagaimana kau membunuh? Kulihatmu sudah tua renta, rambut rontok dan gigi ompong, mungkin bahkan tak sanggup mengangkat pisau.”
Si kakek tua itu pura-pura tak mendengar kalimat terakhirnya, langsung menjawab:
“Keluarga Yang, Keluarga Yang punya dendam denganku. Putranya pernah bertengkar dengan putraku. Mereka baru saja punya bayi, istrinya tak punya ASI, bayinya kelaparan sampai menjerit-jerit tengah malam, mengganggu tidurku. Aku sangat jengkel, tadi malam... tadi malam kuangkat pisau dan kubunuh seluruh keluarganya.”
“Kedengarannya masuk akal.”
Zhao Fucheng mengangguk-angguk, lalu bertanya lagi:
“Lalu jenazah keluarga Yang mana?”
Mendengar ini, dia malah terlihat lebih tenang, berkata:
“Jenazahnya kulempar ke lubang kotoran besar di belakang rumah Keluarga Lin.”
Saat mengucapkan ini, tempo bicaranya lebih cepat, tidak seperti sebelumnya yang gagap-gagap. Ini murni mengarang cerita, membuktikan bahwa jenazah tanpa kepala keluarga Yang mungkin benar-benar sudah dibuang ke lubang kotoran.
“Tuan——”
Fan Wujiu mendengar sampai di sini, hendak berbicara. Zhao Fucheng mengangkat tangan menghentikannya, menatap kakek tua ini:
"Siapa yang membantumu membuang jenazah?"
"Apa... apa?" Kakek tua itu bertanya bingung.
"Kamu bilang melempar jenazah ke lubang kotoran, siapa yang membantumu mengangkat? Siapa pun yang membantu harus dipenggal kepalanya." Zhao Fucheng berkata dingin.
Mendengar hukuman penggalian, Cai Datou menampakkan ketakutan di wajahnya. Namun entah mengapa, dia menahan ketakutan itu dengan gigih tanpa bersuara.
"Tidak... tidak ada yang membantu, hanya aku sendiri." Kakek tua itu menggelengkan kepala.
"Kamu menipu siapa?" Zhao Fucheng tak bisa menahan tawa:
"Keluarga Yang berjumlah sembilan orang." Selain bayi baru lahir, dua putri Yang Tiehan masih kecil. Yang lain semuanya dewasa.
Sekalipun penduduk desa Liutu miskin dan bertubuh kecil kurus, mengangkat sembilan mayat bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan seorang lansia.
Zhao Fucheng berkata:
"Dari saat Wang Hun melihat TKP hingga kembali ke kota, sampai kami tiba di sini, total tidak sampai satu jam."
Dia berpikir sejenak, lalu berkata:
"Begini saja. Karena kamu ngotot melakukannya sendiri, coba angkat dua Ling Shi di sini dan buang ke lubang kotoran belakang rumah keluarga Lin. Kalau berhasil, aku percaya."
Fan Wujiu gemetar ketakutan mendengar ini:
"Dua Ling Shi yang dimaksud adalah--"
"Ya Fan Da dan Er-ge saja."
“……”
Wajah Fan Wujiu langsung berubah pucat:
"Sebenarnya... Liu Yizhen juga bisa..."
"Tidak boleh." Liu Yizhen menolak dengan dingin.
“Warga desa diam membeku seperti jangkrik di musim dingin.”
Kakek tua yang mengaku membunuh itu terjebak dalam situasi sulit, bangun gemetaran, berjalan mendekati dua bersaudara Fan, dan berkata:
“Kakek Pejabat, maafkan kelancanganku——”
Setelah berkata demikian, ia membuka kuda-kuda dan bersiap mengangkat jenazah.
Meski kurus, tangannya cukup kuat karena terbiasa bekerja ladang. Dengan paksa ia mengangkat jenazah Fan Wujiu.
Tapi mengingat usianya yang senja dan kondisi kurang gizi kronis, mana mungkin sanggup mengangkat dua jenazah.
“Aku... aku membuang jenazah satu per satu——”
“Kalau begitu angkatlah satu-satu.”
Zhao Fucheng mengangguk-angguk.
Kakek tua itu terhuyung-huyung mengangkat Fan Wujiu keluar halaman. Warga lain campur rasa iba dan cemas mengikuti dari belakang.
Baru beberapa langkah, kakinya sudah gemetar. Belum sempat melewati selokan depan gerbang keluarga Yang, tubuhnya terjungkal.
Fan Wujiu yang sudah siaga berputar dan mendarat dengan stabil.
Si kakek terkilir pinggangnya, terkapar sambil merintih kesakitan.
“Apa lagi trik kalian?”
Zhao Fucheng mendengus:
“Waktuku terbatas, tidak ada waktu untuk mengobrol sia-sia dengan kalian.”
Ia mengibaskan lengan:
“Ini kesempatan terakhir. Bila jujur mengaku soal keluarga Yang, desa Litu tak akan kena imbas. Tapi bila tetap berbohong, seluruh desa ini akan kuhukum!”
“Hu... hukuman?” Cai Datou bertanya:
“Hukuman apa?”
“Kalau kalian mengaku membunuh, memenggal kepala keluarga Yang, sudah pasti akan ditangkap dan dibawa ke kantor.” Fan Bisi berkata.
“Lalu, kapan mereka bisa dibebaskan?” Cai Datou berlutut di tanah sambil bertanya gelisah:
“Beberapa bulan lagi, waktunya turun ke sawah untuk menanam padi——”
Ucapannya terdengar naif sekaligus bodoh.
Fan Bisi yang awalnya membenci warga desa, nyaris tertawa mendengar ini:
“Masih mau pulang menanam padi? Jika terbukti kalian yang membunuh keluarga Yang Tiehan, semua pelaku pembunuhan dan pelempar mayat akan dipenggal! Tak ada yang selamat.”
“Apa?!”
Warga desa langsung panik mendengar ancaman itu.
Pernyataan Zhenmo Si jelas bertolak belakang dengan skenario yang telah mereka susun rapi. Solidaritas warga yang semula seperti baja mulai retak, raut keraguan muncul di wajah mereka.
Memanfaatkan momentum ini, Zhao Fucheng menambah tekanan:
“Bagi yang terlibat membuang mayat tapi mau menebus kesalahan dengan memberikan petunjuk terkait keluarga Yang Tiehan—siapa pun yang kooperatif, tidak hanya bebas dari tuntutan, tapi juga akan mendapat hadiah.”
Begitu janji itu diucapkan, beberapa orang mulai tergoda.
“Bolehkah saya bertanya, Tuan—apakah Zhenmo Si memungut uang teh saat menangani kasus?”
“Uang teh?”
Mendengar pertanyaan itu, Zhao Fucheng akhirnya paham alasan warga Desa Liutu membereskan mayat dan merapikan TKP kasus hantu.
Ia teringat istilah yang pernah disebut Zhang Kakek saat di Desa Fengmen.
"Di setiap desa, jika ingin melaporkan Kasus hantu ke Zhenmo Si, desa setempat harus mengumpulkan sejumlah uang untuk diserahkan ke Zhenmo Si sebagai biaya hiburan mereka. Biaya ini disebut uang teh, jumlahnya sangat besar."
"Orang-orang ini menghancurkan TKP bencana hantu dan melempar jenazah ke lubang kotoran hanya karena alasan yang tidak jelas ini..."
Zhao Fucheng tiba-tiba merasa lelah.
"Tidak masuk akal!"
Fan Bisi membentak:
"Tuan kami ini orang macam apa? Siapa yang butuh uang teh kalian?"
"Benar, benar, benar."
Teriakan Fan Bisi justru tidak membuat warga panik, kerumunan malah seperti melepas beban dari hati mereka.
"Sudahkah pajak Zhenmo Si tahun ini dibayar?" Zhao Fucheng menarik napas dalam dan bertanya.
"Sudah, sudah. Kami meminjam beras untuk membayarnya, tidak berani kurang sebutir pun," kata Cai Datou sambil berlutut dan menyusup dua langkah.
"Karena pajak Zhenmo Si sudah dibayar, tidak ada biaya tambahan. Untuk kasus keluarga Yang, jika kalian bisa memberikan petunjuk yang membantu kami menggeledah kasus, warga yang berjasa akan saya bebaskan setengah pajak tahun depan."
"Apa?!"
Begitu kata-kata Zhao Fucheng selesai, semua warga di TKP membeku di tempat.
Pupil Cai Datou menyempit tajam, tiba-tiba ia menoleh dan meneriaki kerumunan:
"Diam saja buat apa? Cepat ambil jenazahnya!"
Beberapa orang ditegurnya, langsung berlari ingin kabur, tapi setelah lari beberapa langkah, seperti teringat sesuatu, mereka menghentikan langkah.
“Orang yang terkait dengan keluarga Yang beberapa hari ini dan mengetahui beberapa situasi keluarga Yang tetap di sini, yang tidak ada hubungan dengan keluarga Yang pergi ambil mayat, panggil semua warga desa ke sini, aku ada pertanyaan.”
Zhao Fucheng memerintahkan.
Perkataannya lebih efektif daripada teriakan Cai Datou.
Kabar pengurangan pajak Zhenmo Si ternyata sangat efektif bagi warga desa ini, hampir membuat Zhao Fucheng selalu unggul dalam situasi apapun, baik saat menangani kasus hantu Desa Goutou maupun kasus Desa Fengmen kemudian -
Tapi situasi ini tidak membuat suasana hati Zhao Fucheng menjadi lebih ringan.
Zhenmo Si seharusnya menjadi institusi yang menangani kasus hantu dan mengurangi bencana hantu bagi rakyat, melindungi ketenteraman wilayah, namun kini justru menjadi entitas mengerikan yang menghisap darah rakyat, bahkan telah membuat warga desa ini lebih takut daripada terhadap hantu gentayangan.
Dia (perempuan) mengerutkan kening, memanggil Cai Datou bangkit:
“Setelah kejadian, kamu pernah datang ke rumah keluarga Yang kan?”
Cai Datou buru-buru berdiri, terus-menerus mengusap keringat:
“Pernah, pernah, jujur Tuan, saat petugas pertama kali datang, akulah yang menemaninya masuk ke halaman.”
“Kami juga datang.” Warga desa lain juga ramai bersuara.
“Jangan buru-buru, aku akan tanya satu per satu, pasti akan sampai giliran kalian bicara.” Kata Zhao Fucheng.
Yang lain terpaksa menahan kegelisahan, mengangguk-angguk.
“Tunjukkan padaku posisi dan situasi keluarga Yang sebelum tewas.”
Zhao Fucheng berkata pada Cai Datou.
“Setuju.”
Cai Datou selesai bicara, lalu membungkuk dan kembali berbaring di tempat yang sebelumnya dia berlutut, merapikan jerami yang terhampar di tanah sambil berkata:
“Menjawab Tuan, di sini awalnya ada palung batu. Saat kami dan petugas masuk ke halaman, sudah ada jenazah tergeletak di sini——”
Setelah tahu Zhenmo Si menangani kasus tanpa biaya tambahan dan janji pengurangan pajak tahun depan, otak Cai Datou tiba-tiba menjadi lebih lincah:
“Meski tanpa kepala, tapi dari baju, postur tubuh, juga tangan dan kakinya, saya yakin itu Yang Tiehan.”
Usai bicara, dia kembali mengangguk-angguk dan membungkuk-bungkuk pada Zhao Fucheng: “Tuan silakan ikut saya, saya tunjukkan letak jenazah lainnya.”
Dia memimpin Zhao Fucheng masuk ke dalam rumah:
“Waktu itu di ruang utama ada jenazah pria tanpa kepala, persis di sini——” Arah yang ditunjuk tangannya terdapat ember kayu berisi air keruh setengah penuh, di sebelahnya tergantung handuk usang yang menguning.
“Di kamar samping kiri ada dua jenazah, laki-laki dan perempuan.”
Satu jenazah masih di tepi ranjang, kaki menjuntai di pinggiran, tubuh bagian atas tanpa kepala terjungkal kaku ke dalam tempat tidur.
Jenazah lainnya di kepala ranjang, adalah seorang wanita.
“Kamar samping kiri adalah kamar Lao San keluarga Yang. Dia masih kecil, baru 12 tahun, lebih suka tidur daripada anggota keluarga lain. Ibunya sayang padanya, selalu membangunkannya paling akhir. Saya duga saat ibunya membangunkannya pagi itu, tiba-tiba terjadi masalah sehingga ibu dan anak tewas di sini.”
Cai Datou menghela napas sedih saat menceritakan bagian ini.
"Dengan pengetahuannya, bisa mengutarakan dugaan seperti ini sudah sangat hebat, namun Zhao Fucheng menangkap informasi berguna dari perkataannya:"
"Tidur berlebihan? Bangunkan?" Begitu ucapannya keluar, Cai Datou seketika menunjukkan ekspresi ciut:
"A-aku bicara ngawur--"
