Zhao Fucheng terlihat santai, tapi Ding Datong dalam hati sangat menyesal.
Ucapannya sama sekali tidak mengandung basa-basi.
Rumah Kantor Zhenmo Si benar-benar sederhana dan minimalis, hanya cocok untuk tinggal sementara, tidak terlalu nyaman.
Dia khawatir Zhao Fucheng hanya berpura-pura sopan, nanti jika tidak puas dengan kamar mungkin akan mencatat kesalahannya...
Semakin dipikir semakin gelisah:
“Lebih baik saya segera mengosongkan kamar di Yunke Lai kabupaten——”
“Jangan repot-repot.” Zhao Fucheng menggelengkan kepala:
“Cuma tidur semalam, di mana saja sama saja.”
Fan Bisi yang baru saja pulih dari perasaan aneh saat 'menangkap' janin hantu ikut bicara:
“Tuan sebelumnya menangani kasus di Kabupaten Baozhi juga seperti ini, Tuan Ding tidak perlu khawatir.”
Zhang Chuanshi juga mengangguk-angguk.
Dengan pernyataan kedua orang ini, meski hati Ding Datong masih gelisah, tapi karena sudah larut malam dan khawatir fajar akan tiba jika terus repot, akhirnya mengiyakan.
Kemudian Song He mengatur orang-orang untuk beristirahat.
Kantor Zhenmo Si Kabupaten Changping tidak hanya luas areanya, kamar sampingnya juga banyak, cukup untuk menampung orang dari Kabupaten Wan'an.
Setelah kerumunan diarahkan satu per satu, Ding Datong baru merasa seperti melepas beban seribu kati, memandang orang-orang di sekelilingnya. Melihat ketiga bersaudara Zhong Yao masih berada di tempat dengan sikap tahu diri, dia segera berkata lagi:
“Ikuti aku, ceritakan secara detail tentang situasi Kabupaten Wan'an.”
Yu Ping sudah mempersiapkan diri secara mental, mendengar hal itu dia mengangguk-angguk.
Pasukan Kabupaten Wan'an dan Kabupaten Changping berpisah menjadi dua kelompok.
Jiang Ying dan Tao Lifang juga sangat penasaran dengan situasi Kabupaten Wan'an. Karena tidak berani bertanya langsung, mereka mencoba mendapat informasi dari ketiga bersaudara Zhong Yao dengan pertanyaan tidak langsung, sehingga ikut mengikuti di belakang Ding Datong.
Saat rombongan Kabupaten Changping meninggalkan kamar barat dan kembali ke ruang rapat kecil di sisi lain, para Ling Shi baru datang melayani.
Kursi utama sudah dilapisi bulu binatang yang lembut, tapi saat Ding Datong memasuki aula, secara tak terduga dia duduk di samping.
Setelah tersadar, dia buru-buru berpindah tempat duduk seperti terbakar pantat.
Beberapa Ling Shi mendekat dengan sikap menjilat untuk memijat bahu dan menepuk kepalanya. Ding Datong yang sebelumnya membungkuk-bungkuk di depan Zhao Fucheng baru merasakan energi hidupnya mulai bangkit melalui pelayanan antusias bawahannya.
Dia pertama-tama menghela napas lega panjang, kemudian bertanya pada Zhong Yao:
“Bagaimana situasi Kabupaten Wan'an? Kenapa semua orang yang mereka kirim itu——”
Pertanyaan ini menjadi perhatian utama semua orang.
Zhong Yao menarik sapu tangan penutup wajahnya. Hu Rong dan yang lain melihat wajahnya yang sudah setengah manusia-setengah hantu.
“Kita semua adalah Penakluk Hantu, dan akan menghadapi masalah kebangkitan hantu jahat.”
Ding Datong yang semula panik tiba-tiba terdiam beberapa saat saat melihat wajah Zhong Yao.
Kecuali para Ling Shi biasa yang tak memiliki kemampuan pengendali hantu—mereka memalingkan wajah dengan ketakutan dan jijik—para Penakluk Hantu lainnya menunjukkan ekspresi kompleks yang jarang terlihat.
Bagaimanapun Ding Datong adalah jenderal istana kabupaten. Ia cepat pulih, berhenti sejenak, lalu berkata:
“Setelah kunjunganmu ke Kabupaten Wan'an, kondisimu tampak membaik.”
Awalnya hanya basa-basi, namun Zhong Yao malah mengangguk-angguk mendengar perkataannya:
“Benar.”
Zhong Yao melanjutkan:
“Mari bahas Tuan Zhao terlebih dahulu.”
Dia tidak terus membahas dirinya sendiri, melainkan mengangkat topik yang paling diperhatikan Ding Datong:
“Seperti yang dikatakan Zheng He sebelumnya, kekuatan Tuan Zhao benar-benar tak terukur.”
Begitu topik serius dimulai, kerumunan segera menyimak dengan seksama.
“Saat kami ke Kabupaten Wan'an, kami tidak berhadapan langsung dengannya. Tapi ketika kami bertiga masuk ke kabupaten, kebetulan mendengar dia membuat segel untuk keluarga terpandang di kabupaten—” Saat dia menyebutkan segel Dewa Pintu hantu yang dibuat untuk keluarga Xu Yachen, Ding Datong mulai mengingat-ingat.
Mereka sering berurusan dengan saudagar kaya dan tokoh masyarakat. Xu Yachen dulunya berdagang di Xuzhou, kemudian menetap di Kabupaten Baozhi dan rutin menyumbang untuk Zheng He, menjadi keluarga terpandang ternama di Baozhi.
Namun keluarga Xu termasuk tokoh masyarakat yang kekayaannya belum cukup untuk menarik perhatian rutin Ding Datong. Jadi dia hanya tahu nama Xu Yachen, tidak menyadari keluarga Xu sudah pindah ke Kabupaten Wan'an.
“Cetak segel hantu?” Ding Datong mendengar ini, pandangannya bertemu dengan Hu Rong dan Tao Lifang.
Zhong Yao mengangguk:
“Kemudian kami pergi ke rumah keluarga Xu, aku hampir tewas dalam segel Dewa Pintu hantu.”
Perkataannya ini langsung membuat yang lain terkejut.
“Sekadar segel hantu saja sekuat ini?” Jiang Ying setengah percaya.
Sekalipun hantu gentayangan yang dikendalikan Zhao Fucheng berada di atas tingkat bencana, segel hantu maksimal hanya bisa menekan hantu tingkat sha. Tapi hanya dengan satu segel hantu ingin membunuh Penakluk Hantu, masih belum memenuhi syarat.
“Dua hantu.” Zhong Yao berkata dengan wajah dingin:
“Begitu muncul langsung mengurungku, hampir tidak bisa kabur.”
Setelah selesai, dia menambahkan:
“Sebenarnya alasan aku bisa lolos adalah karena segel hantu itu menjaga rumah besar Xu.”
Jika tubuh asli Dewa Pintu yang dikendalikan Zhao Fucheng ada di sana, Zhong Yao pasti sudah langsung dibunuh dewa-hantu saat itu juga.
“Hantu tingkat bencana sekuat ini? Apa karena faktor dua hantu?” Wang Xu terkejut.
Zhong Yao menggelengkan kepala:
“Aku curiga ini bukan tingkat bencana, setidaknya sudah mencapai tingkat malapetaka——”
Ini sebenarnya perkiraan Zhong Yao yang sudah cukup konservatif.
Saat berpapasan dengan Dewa Pintu sesaat itu, dia mengalami tekanan total dari hantu gentayangan. Namun daya tekan dari satu cap justru jauh lebih kuat dibanding hantu aslinya.
Segel hantu tingkat bencana tidak bisa memberikan daya tekan seperti itu.
Lagipula Dewa Pintu bukan sekadar dua hantu langka, mereka juga memiliki benda kutukan yang sangat berbahaya, sudah membentuk hantu gentayangan khusus.
“Kesimpulannya, Dewa Pintu milik Tuan Zhao sangat kuat.” Zhong Yao melihat kerumunan Kabupaten Changping yang terdiam membeku, lalu menggelengkan kepala:
“Saat kejadian itu terjadi, Ling Shi Wu juga tiba di tempat.”
Yu Ping yang selama ini diam menambahkan:
“Beliau adalah pejabat yang malam ini mengambil 'mantel besar' untuk dipakaikan pada Guang Jing.”
Hu Rong memperhatikan detail dalam ucapannya:
“Tuan?”
Suaranya bertanya dengan nada halus menyerupai ular.
Yu Ping merinding saat berbicara dengannya, seolah-olah sedang diawasi oleh ular berbisa.
Tapi dia tidak berani menyinggung Hu Rong, akhirnya memberanikan diri menjawab:
“Benar, Wu Shaochun... Tuan Wu juga seorang Penakluk Hantu.”
Meskipun dari keberanian Wu Shaochun dan saudara-saudara Fan mendekati hantu sebelumnya, kerumunan Changping sudah menduga ketiga orang ini bukan orang biasa. Tapi ketika benar-benar mendengar dari mulut Yu Ping bahwa Wu Shaochun mengendalikan hantu, Ding Datong langsung duduk tegak seperti ikan mas yang melompat:
“Penakluk Hantu?”
“Yang dikendalikan adalah roh jahat tingkat bencana.” Zhong Yao menambahkan dengan suara lembut.
Wajah Ding Datong langsung berubah pucat.
Kalimat ini dampaknya jauh lebih besar daripada dugaan sebelumnya Zhong Yao tentang dua hantu Dewa Pintu Zhao Fucheng yang mencapai tingkat malapetaka.
Meski Zhao Fucheng kuat, Ding Datong sudah merasakan aura Kereta Hantu sebelumnya dan punya perkiraan.
Tapi Wu Shaochun sama sekali tidak menunjukkan kemampuan, bahkan tidak terlihat tanda-tanda Penakluk Hantu yang lepas kendali.
"Yang paling penting, Kabupaten Wan'an hanyalah sebuah pemerintah kabupaten, bahkan pernah ditinggalkan oleh pemerintah. Namun kini orang-orang berbakat bermunculan di kabupaten ini."
"Seorang Penakluk Hantu yang bisa mengendalikan hantu kelas bencana seharusnya cukup mumpuni untuk menjaga suatu wilayah, bahkan berhak mendapat gelar jenderal dari pemerintah. Tapi dia malah hanya menjadi Ling Shi tak terkenal di Kabupaten Wan'an."
"Ini——"
Ding Datong menoleh tak percaya ke Hu Rong dan yang lain. Kerumunan itu sama sekali tak bisa berkata-kata.
"Saat kami memasuki kabupaten hari itu, aku menyaksikan langsung Tuan Wu bertindak. Yu Ping dan Yisheng hampir tewas di tangannya," kata Zhong Yao.
Yu Ping dan Xia Yisheng mengangguk-angguk.
Dalam perkara sebesar ini, mereka tak berani berbohong sembarangan.
Lagipula emas asli tak takut ujian api.
Selama perjalanan mengawal janin hantu ini kita harus hidup bersama. Apakah benar-benar Penakluk Hantu atau bukan, meski tak terlihat sepanjang jalan, pasti akan ketahuan saat bertemu Jenderal Emas di ibu kota kekaisaran.
Memikirkan ini, Ding Datong mengerutkan kening sambil mengangguk.
"Selain kedua orang ini, menurut informasi kami, Man Zhou—anak kecil itu—juga Penakluk Hantu di Kabupaten Wan'an."
Saat menyebut Kuaai Manzhou, Zhong Yao merasa gelisah.
Hanya dengan menyebut nama Kuaai Manzhou, matanya langsung membayangkan sorot mata anak itu: tenang, dingin, seolah tak ada secercah emosi manusia, seperti binatang kecil yang membuat orang merinding.
Bukan hanya Zhong Yao yang terdiam sejenak saat berbicara, bahkan Ding Datong pun secara tak terduga menoleh ke sekeliling, tanpa sadar menggosok-gosok lengannya beberapa kali.
"Dia sangat menakutkan," kata Ding Datong.
Tao Lifang juga mengangguk-angguk:
"Kuat!"
Bayangan hantu yang menggeliat di bawah tubuh Hu Rong tiba-tiba menjadi tenang, suaranya kembali normal:
"Anak kecil ini tidak hanya memiliki kekuatan luar biasa, tapi juga mekanisme yang beragam——"
Ding Datong yang memiliki wawasan lebih luas dari yang lain segera membenarkan perkataan Hu Rong:
"Bukan mekanisme beragam, melainkan hukumannya berbeda dari hantu yang biasa dikendalikan."
"Maksud Tuan, apakah dia mengendalikan beberapa roh jahat sekaligus?" Song He berserak ketakutan.
Wajah Ding Datong berkerut serius sambil mengangguk:
"Setidaknya dua hantu, bahkan——" Ia ragu sejenak sebelum melanjutkan:
"Dan aku curiga setidaknya di atas tingkat malapetaka."
Perkataan mengejutkan Ding Datong membuat kerumunan tertegun, lalu kembali terbenam dalam keheningan.
Meski awalnya terdengar mustahil, pernyataan Ding Datong bukanlah tanpa dasar.
Saat Zhao Fucheng memaksa membuka pintu rumah mayat hidup (saat itu semua tahu kemampuan Zhao Fucheng membongkar papan pintu hantu), Kuaai Manzhou langsung bertindak sebagai penekan utama hantu gentayangan.
Orang-orang Kabupaten Changping juga tidak bodoh.
Ketika menekan janin hantu di Kuang Ci'an Kabupaten Fengning, persiapan matang telah dilakukan. Namun saat berpapasan langsung, Penakluk Hantu pengendali hantu kelas bencana langsung tewas tanpa sisa.
Meski sama-sama Penakluk Hantu, Kuaai Manzhou hari ini bisa sepenuhnya menekan janin hantu dengan kekuatan mutlak. Sangat mungkin hantu yang dikendalikannya melebihi tingkat malapetaka.
“Sepertinya kondisinya stabil, tidak ada tanda-tanda kebangkitan hantu gentayangan——”
Tao Lifang bergumam:
“Jika yang dikendalikan adalah dua hantu, mungkin sudah tercapai keseimbangan antara hantu kembar——”
Matanya berbinar, seolah menemukan jalan keselamatan.
Tapi sekejap kemudian, Ding Datong mendinginkan semangatnya:
“Lupakan saja. Mengendalikan hantu juga butuh takdir, bisa menguasai satu hantu gentayangan saja sudah dianggap 'keberuntungan khusus'——”
Tao Lifang menyeringai dingin mendengarnya:
“Keberuntungan?”
Menjadi pengendali hantu sulit dikatakan sebagai keberuntungan atau kemalangan.
Tao Lifang sudah berada di ambang kebangkitan hantu, setiap saat bisa tewas. Tujuan utama menerima kasus janin hantu dan pergi ke ibu kota kekaisaran ini sebenarnya untuk mencari cara bertahan hidup.
Ding Datong diam sejenak, baru perlahan berkata:
“Intinya, mengendalikan hantu bukanlah hal yang bisa kita kuasai semau kita.”
Saat berhadapan langsung dengan hantu, bisa saja berhasil mengendalikannya atau justru menjadi korban hantu gentayangan. Tak ada yang bisa memastikan.
Kuaai Manzhou yang masih belia bisa mengendalikan dua roh jahat di atas tingkat malapetaka sekaligus menjaga keseimbangan memang sulit dipercaya, namun kasus seperti ini sangat langka dan tidak bisa ditiru.
Tao Lifang kembali menyeringai dingin tanpa berkata-kata.
“Di antara rombongan ini, masih ada satu orang lagi yang sangat berbahaya.”
Zhong Yao menghela nafas.
Ding Datong teringat sesuatu:
“Sang istri tua itu——”
Zhong Yao mengangguk:
“Di Kabupaten Wan'an, dia dijuluki Nenek Meng. Asal-usulnya tidak diketahui, tapi semua orang sangat menghormatinya. Dia——”
Di tengah kalimat, dia ragu-ragu sejenak.
"Nenek Meng sama sekali tidak terlihat seperti Penakluk Hantu."
"Tidak! Tepatnya, orang-orang Kabupaten Wan'an tidak terlalu mirip Penakluk Hantu. Kondisi mereka sangat stabil, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda lepas kendali, dan mereka sangat patuh pada Zhao Fucheng."
"Saat kami ke Kabupaten Wan'an, Tuan Zhao membawa beberapa orang keluar kota untuk menangani kasus. Baru dua hari lalu kembali. Katanya kasus hantu sudah diselesaikan, semua personel yang berangkat kembali utuh, tidak ada korban sama sekali."
“……”
Semua yang mendengar ini benar-benar tersentuh.
Kami semua bukan anggota baru yang masih hijau, sangat paham betapa sulitnya mencapai hal seperti ini dalam kasus hantu.
Tapi karena kekuatan Kabupaten Wan'an yang luar biasa, tak ada yang menyangkal ketika Zhong Yao mengatakan ini.
Ding Datong terdiam lama, tiba-tiba berkata dengan putus asa:
"Kabupaten Wan'an memang punya banyak talenta dan orang kuat, tapi kenapa mereka mengerahkan begitu banyak personel? Apakah Tuan Zhao membawa semua Penakluk Hantu dari Wan'an? Tidak perlu penjaga di kabupaten?"
Dia melontarkan beberapa pertanyaan sekaligus.
Yu Ping menatapnya dengan pandangan aneh.
"Tuan, Kabupaten Wan'an masih menyisakan satu Penakluk Hantu."
Ding Datong terkejut:
"Siapa lagi?"
"Masih ada Zheng He," kata Xia Yisheng.
"...Benar, masih ada Zheng He. Kenapa aku lupa? Tapi kondisinya tidak stabil—"
Sebelum Ding selesai bicara, Zhong Yao sudah menunjukkan ekspresi iri:
"Dia sudah stabil."
"Apa?!"
"Apa!"
"Apa!"
Tanggapan untuk Zhong Yao adalah beberapa teriakan kaget.
“Semua Penakluk Hantu di Kabupaten Changping, termasuk Ding Datong, semuanya melotot.”
“Zheng He sebelumnya pernah datang ke Kabupaten Changping, saat itu kondisinya jelas terlihat oleh semua orang——untuk mengatakan tanpa basa-basi, Ding Datong saat itu bahkan takut Zheng He tewas di Kabupaten Changping, dan hantu gentayangan langsung bangkit di tempat.”
“Tapi maksud Zhong Yao saat ini adalah kondisi Zheng He telah stabil.”
“Saya tidak berani menanyakan detailnya, tapi kami melihat Zheng He.”
“Masalah Zheng He pergi berbelanja tidak terkait kasus janin hantu, Zhong Yao juga malas menjelaskan panjang lebar, langsung berkata:”
“Perutnya telah rata, aura hantu di tubuhnya sangat tipis. Saya dengar dari orang-orang Wan'an, Tuan Zhao memberinya segel hantu. Saya menduga segel itu menekan hantu yang dikendalikan Zheng He, menghilangkan status kebangkitannya.”
“Begitu kata-katanya selesai, Tao Lifang yang awalnya bermuka suram tiba-tiba matanya memancarkan cahaya terang.”
……
“Ngomong-ngomong, saya ingin mengingatkan Tuan. Kekuatan hantu Nenek Meng yang kalian lihat tadi, diduga terkait dengan bulan merah darah. Saat itu Tuan Zhao mengetahui kami dibatasi oleh Buku Jiwa——”
“Zhong Yao tidak mengatakan hal ini mungkin lebih baik, begitu dikatakan, Ding Datong langsung teringat:”
“Buku Jiwa kalian——”
“Capnya dihapus oleh Nenek Meng.”
“Zhong Yao berkata dengan serius.”
“Perkataannya membuat orang-orang Kabupaten Changping terhenyak dalam diam yang panjang.”
“Bab 372 Persiapan Perjalanan”
“Bab 372”
Zhao Fucheng sendiri kekuatannya tidak diketahui, namun diketahui dia setidaknya memiliki satu lengan hantu, dua Dewa Pintu langka tingkat malapetaka, sekaligus sebuah kereta hantu yang mengerikan.
Awalnya Ding Datong memperkirakan di atas tingkat bencana, namun kini secara samar merasa telah meremehkan kekuatan Zhao Fucheng. Kereta hantu bisa menandainya, dan membuatnya tak memiliki sedikitpun kemampuan melawan, berarti setidaknya kereta hantu itu ada di tingkat malapetaka.
——Dengan perhitungan ini, Zhao Fucheng juga seperti Kuaai Manzhou, merupakan Penakluk Hantu mengerikan yang setidaknya mengendalikan dua hantu gentayangan tingkat malapetaka.
Kuaai Manzhou dan kekuatan Nenek Meng, Wu Shaochun adalah Penakluk Hantu yang mengendalikan hantu gentayangan tingkat bencana, setara kekuatan dengan Ding Datong. Namun kondisinya lebih stabil, berbicara dengan santai tanpa sedikitpun terpengaruh hantu, ini jauh lebih unggul dari Ding Datong.
Kekuatan saudara kembar tidak diketahui, namun berani melakukan kontak fisik dengan hantu gentayangan.
Keberanian seperti ini sudah melampaui banyak Ling Shi biasa.
Liu Yizhen memiliki peti hantu yang aneh, memiliki kekuatan luar biasa, berani membawa hantu gentayangan di punggungnya.
Mampu hidup berdampingan dengan benda kutukan yang sangat berbahaya, dan tidak takut pada hantu gentayangan. Hanya dengan keberanian dan peti hantu ini, Ding Datong tak berani meremehkannya.
Bahkan Zhang Chuanshi yang belum bertindak, hanya bermain kata-kata, terlihat misterius di mata orang-orang Kabupaten Changping...
……
Setelah lama, akhirnya Ding Datong menerima semua informasi.
Dia menghela napas:
“Kami dalam perjalanan ini akan mengikuti Zhao Fucheng sebagai pemimpin. Apa pun yang dia katakan, kami akan patuhi——” Saat mengucapkan ini, dia secara samar merasa wajahnya kehilangan muka, juga ada sedikit ketidakrelaan.
Bagaimanapun juga status dan posisi mereka berbeda. Dialah penguasa sejati kabupaten, sedangkan Zhao Fucheng sebelumnya hanyalah orang tak bernama.
Tapi Ding Datong tetap seorang jenderal kabupaten. Pikiran tidak rela ini hanya berputar sebentar di kepalanya, lalu segera dipaksakan untuk ditekan.
Dia paham, meski Zhao Fucheng saat ini hanya seorang Ling Si pemerintah kabupaten, jika kasus janin hantu berhasil ditekan dan dikirim ke ibu kota kekaisaran, kekuatannya cepat atau lambat akan diperhatikan oleh orang-orang di ibu kota.
Saat itu Zhang Chuanshi mengatakan dia pantas disahkan sebagai Jenderal Emas. Waktu itu Ding Datong menganggap kakek tua ini orang gila. Tapi melihat kondisi pemerintah yang kekurangan personel sekarang, mungkin saja benar dia akan diangkat sebagai Jenderal Emas.
Nanti status mereka akan bertukar. Dia tetap akan menjadi bawahan - kali ini hanya beradaptasi lebih awal dengan identitas barunya.
Apalagi di antara Penakluk Hantu, kekuatan yang dihormati. Menundukkan kepala bukanlah hal memalukan.
Begitu Ding Datong selesai bicara, kerumunan menunjukkan ekspresi wajar di wajah mereka, serentak mengangguk-angguk:
“Itu sudah pasti.”
“……” Meski sudah menyesuaikan mental, melihat mantan bawahannya langsung "melihat angin dan mengubah arah layar", Ding Datong tetap kesal, “Hmm!”
Dia mendengus pelan:
“Sudahlah. Tuan Zhao bilang besok pagi kita harus berangkat ke ibu kota kekaisaran. Jika tidak ada urusan lain, bubarlah.”
Kerumunan mengangguk-angguk, lalu satu per satu mulai berangkat.
Zhong Yao dan dua orang lainnya telah meninggalkan Kabupaten Changping sejak lama. Meskipun tidak mengalami kesulitan selama di Kabupaten Wan'an, bahkan Zhong Yao berhasil menekan hantu gentayangan sehingga mendapat berkah dari musibah, ketegangan selama periode ini sangat menguras mental. Kini mereka mulai merasa kelelahan.
Ketiga bersaudara pergi satu per satu, diikuti oleh Wang Xu, Jiang Ying, dan yang lainnya.
Tao Lifang berjalan di belakang. Sebelum pergi, ia menoleh melihat Ding Datong.
Ding Datong membubarkan kerumunan orang, namun dirinya sendiri tidak pergi. Ia terkulai di aula. Ketika Tao Lifang menoleh, Ding seolah merasakan pandangan itu dan ikut menoleh balik.
Mantan atasan dan bawahan ini saling bertatapan, senyum penuh pemahaman tersembul di wajah mereka.
Ding Datong telah tinggal di Kabupaten Changping selama dua tahun — dengan kata lain, pengalaman mengendalikan hantunya pun cukup panjang.
Secara lahiriah kondisinya tampak stabil, namun keadaan sebenarnya di dalam tubuhnya tak ada yang tahu.
Kali ini ia menyetujui pengiriman janin hantu yang berbahaya, bisa dibilang Ding mempertaruhkan nyawanya.
Untuk apa ia berjuang mati-matian seperti ini?
Tao Lifang tidak percaya ini demi reputasi atau keuntungan.
Bagi orang seperti mereka, popularitas tak ada artinya di hadapan maut. Diduga Ding ingin menggunakan jasa mengirim janin hantu untuk mendapatkan cap Jenderal Emas guna menstabilkan roh jahat dalam tubuhnya.
Pemikiran ini sejalan dengan rencana Tao Lifang.
Kini seseorang yang mampu membuat segel hantu ada di depan mata, wajar jika kedua pria ini tergoda.
……
“Di sisi Kabupaten Changping, orang-orang perlahan mulai bubar. Di sisi lain, Zhao Fucheng juga bersiap beristirahat setelah membersihkan diri.”
“Menjelang tidur, Kuaai Manzhou tiba-tiba muncul di ruangannya dan duduk di balok langit-langit.”
“Anak ini memang selalu muncul dan menghilang misterius. Zhao Fucheng pura-pura tidak melihatnya, membuka sarung selimut lalu duduk di ranjang sambil berpesan:”
“Nanti padamkan lilin untukku.”
“Anak itu turun perlahan dari balok langit-langit. Seutas tali hantu menggantung di bawahnya, membuatnya terayun-ayun di udara seperti sedang bermain ayunan:”
“Fu Sheng, mereka sedang membicarakan kita - kamu, aku, dan Nenek Meng——”
“Nona kecil itu mengayunkan kaki telanjangnya sambil menyebut rahasia rapat di Kabupaten Changping.”
“Zhao Fucheng tersenyum tanpa menunjukkan keheranan.”
“Sebagai pendatang baru, wajar jika orang Kabupaten Changping melakukan penyelidikan diam-diam.”
“Ia masuk ke dalam selimut, hanya menyisakan kepalanya yang terlihat:”
“Biarkan mereka membicarakan apapun. Tidur lebih awal, besok kita harus memaksakan diri dalam perjalanan.”
“Oh,” jawab anak itu patuh.”
“Tangannya melambai, seutas benang hitam melayang di udara dan membungkus nyala lilin.”
“Lilin yang menyala langsung padam. Bayangan anak itu menghilang dari ruangan.”
“Lama kemudian, sosok anak yang berayun di udara muncul kembali. Kakinya mendorong kuat, tubuhnya melayang tinggi sebelum turun perlahan ke atas tempat tidur.”
"Saat hendak mendarat, berubah menjadi siluet samar anak kecil yang perlahan merebah di selimut Zhao Fucheng, berbisik pelan:"
"Fu Sheng, aku tidak bisa tidur."
Dalam kegelapan, bulu mata Zhao Fucheng bergetar. Tangan yang semula hendak menggapai keluar selimut terhenti, berpura-pura terlelap.
Si kecil menutup mata, kedua tangan mungilnya memeluknya dengan lembut.
Entah berapa lama, tarikan napas anak yang tadinya mengeluh tak bisa tidur itu mulai teratur.
……
Pagi tiba. Saat Zhao Fucheng bangun, Kuaai Manzhou sudah tak ada di kamar.
Fajar merekah. Staf Kabupaten Changping telah menyiapkan air panas untuknya.
Mendengar sang Tuan telah bangun, Ding Datong yang semalaman berjaga segera menuju kamarnya. Ketika Zhao Fucheng keluar usai bersuci, Ding sudah menunggu lama di luar.
Zhao Fucheng sebenarnya telah merasakan kehadirannya sejak tadi, namun tak menyinggungnya. Ia hanya melirik pria itu sebelum melangkah:
"Yang lain?"
Ding Datong menjawab:
"Para pejabat dari Wan'an yang ikut Tuan sudah bangun. Mereka menunggu di aula agar tak mengganggu istirahat Tuan."
Liu Yizhen dan yang lain memang sudah bangun dua kece sebelumnya, tapi tetap menunggu di luar.
Malam kemarin Ding telah mengetahui dari tiga bersaudara Zhong Yao bahwa mereka semua bisa mengendalikan hantu gentayangan. Namun mereka semua tunduk pada Zhao Fucheng, membuktikan wibawanya di mata staf Wan'an.
Memikirkan ini, Ding Datong semakin menghormat.
“Semalam mendapat kabar kedatangan beberapa Tuan, persiapan Kabupaten Changping kurang memadai, hanya menyediakan hidangan kecil, tidak tahu cocok tidak dengan selera Tuan, sekarang ini——”
Zhao Fucheng tersenyum:
“Tuan Ding tidak perlu repot-repot seperti ini, kami hanya singgah sebentar di Kabupaten Changping, tidak perlu bersusah payah.”
Ding Datong ikut tersenyum:
“Tuan Zhao benar, perjalanan ke ibu kota kekaisaran ini masih perlu mengandalkan Tuan-tuan dari Kabupaten Wan'an. Tuan juga tidak perlu terlalu formal, panggil saja saya Lao Ding seperti Tuan Feng dari Provinsi.”
Zhao Fucheng menatapnya dengan senyum mengembang.
Semalam Kuaai Manzhou menyebutkan para petinggi Changping mengadakan rapat kecil setelah janin hantu ditaklukkan, mengevaluasi kekuatan rombongan Kabupaten Wan'an. Sikap sopan Ding Datong hari ini punya alasan di baliknya.
Orang ini terlihat kasar, tapi bukan tipe tak berotak.
Sengaja menyebut panggilan Tuan Feng dari Provinsi padanya, adalah sindiran halus bahwa perjalanan Zhao Fucheng ke ibukota ini juga merupakan jalur promosi.
Ini bukan urusan besar, Zhao Fucheng paham sindirannya tapi tak melanjutkan percakapan, hanya mengangguk-angguk.
Ding Datong dalam hati lega, lanjut berkata:
“Kapal sudah siap, hanya——”
Zhao Fucheng bertanya:
“Hanya apa?”
Ding Datong ragu-ragu, tapi dari sudut matanya melihat Zhao Fucheng sedang menatapnya menunggu jawaban, buru-buru melanjutkan:
“Hanya ada satu hal——”
“Ada masalah?” Zhao Fucheng mengangkat alis.
“Bukan, bukan.” Ding Datong melambaikan tangan, lalu berkata:
“Hanya ada satu urusan yang perlu dibicarakan dulu dengan Tuan Zhao.”
“Selesai bicara, dia (laki-laki) menggosokkan kedua tangannya, raut wajahnya menyeringai kaku:”
“Perjalanan kali ini awalnya bertujuan membawa janin hantu, karena itu susunan personil didominasi orang Zhenmo Si dengan tambahan koki kapal, buruh, awak kapal dll., total 46 orang.”
Zhao Fucheng berjalan di depan mengangguk, memberi isyarat agar dia melanjutkan penjelasan.
“Tapi semalam Tuan Zhao berhasil menekan janin hantu, kabar ini sudah tersebar——”
Kabupaten Changping penuh dengan mulut-mulut usil. Semalam Zhao Fucheng sengaja menunjukkan sedikit kekuatan untuk memberi tekanan aura pada penduduk Changping, mencegah masalah di perjalanan nanti. Karena itu proses penekanan janin hantu tidak disembunyikan.
Dengan demikian, tersebarnya kabar ini bukanlah hal yang tak terduga.
“Lalu?”
“Setelah mengetahui Tuan Zhao menekan janin hantu, seorang teman tua saya ingin menitipkan permohonan.”
Ding Datong agak canggung menjelaskan:
“Dia punya saudara muda yang sedang ada masalah keluarga, ingin pulang kampung. Tapi perjalanannya jauh dan berisiko. Untuk keamanan, ingin ikut rombongan kita.”
Seandainya ini masih rombongan pengiriman janin hantu dulu, orang Zhenmo Si sendiri saja nyaris tak selamat, mana bisa urusi orang lain.
Tapi begitu kabar penekanan janin hantu oleh rombongan Wan An tersiar, banyak orang langsung berdatangan.
Teman tua yang disebut Ding Datong adalah salah satunya.
“Berapa orang?” Zhao Fucheng bertanya singkat.
Dia (perempuan) tak menolak maupun menyetujui. Ding Datong dalam hati menganalisis, lalu buru-buru menjawab:
“Sepasang suami istri, membawa dua anak, plus kerabat kedua belah pihak dan beberapa pelayan, total sekitar sepuluh orang.”
Setelah selesai bicara, dengan gelisah diam-diam mengangkat pandangan dan menatap Zhao Fucheng.
“Jika tidak bisa, tidak usah——” Ding Datong sendiri setelah selesai bicara, tiba-tiba merasa permintaan ini terlalu mendadak, buru-buru menambahkan.
“Tidak masalah. Jika kamu tidak bisa menolak, ikut saja selama misi. Tapi jangan membuat masalah. Jika saat itu tidak patuh dan merusak urusan, aku tidak peduli siapa pun muka yang terlibat.”
Ding Datong tidak menyangka dia benar-benar menyetujui, seketika girang:
“Tuan tenang saja, pasti tidak akan. Jika benar begitu, saat itu tidak perlu Tuan turun tangan, aku sendiri yang akan menyelesaikan orang-orang ini.”
Katanya dengan sikap santai.
Saat mereka berbicara, sudah sampai di aula.
Di dalam aula sudah dipasang meja besar semalaman, di atasnya terhampar berbagai macam sarapan.
Ding Datong bilang ini hanya 'lauk kecil' yang disiapkan asal-asalan, tapi dari variasi hidangan yang berlimpah terlihat jelas Kabupaten Changping mengerahkan usaha besar untuk makan pagi ini.
Wu Shaochun dan lainnya begitu melihat Zhao Fucheng, segera berdiri. Zhao Fucheng mengangkat tangan memberi isyarat agar kerumunan melanjutkan makan, dirinya sendiri duduk di samping anak kecil.
Setelah semua kenyang, langit mulai terang di ufuk timur.
Kereta kuda untuk perjalanan sudah disiapkan. Karena banyak orang, tersedia 7-8 kereta yang berjajar di luar Pintu Balai Zhenmo Si, membentuk barisan hitam panjang yang menarik perhatian warga sekitar——bahkan beberapa pedagang keliling yang bangun pagi sudah mulai mondar-mandir sambil mencoba berjualan.
Di tengah persiapan, Ding Datong melihat Liu Yizhen mengangkat peti hantu di punggung, buru-buru berkata dengan antusias dan sikap menjilat:
“Ling Shi Liu, peti mati ini cukup berat, lebih baik biarkan Zhong Yao yang menggendongnya——”
Zhong Yao mengangguk-angguk dan juga melangkah maju.
Liu Yizhen menyingkir ke samping, menolak:
"Tidak perlu, aku sudah terbiasa menggendong peti ini, orang lain tidak bisa menggendongnya, juga tidak akan bertahan."
Zhong Yao yang telah tinggal beberapa waktu di Kabupaten Wan'an tahu Liu Yizhen selalu membawa peti mati ini kemana-mana. Ditambah lagi peti ini bukan barang biasa, kemungkinan besar merupakan benda khusus miliknya. Wajar jika dia tidak mau menyerahkannya ke orang lain, sehingga penolakan ini tidak membuatnya terlihat canggung.
Kerumunan satu per satu naik ke kereta.
Zhao Fucheng juga menarik Kuaai Manzhou hendak naik ke kereta. Tiba-tiba dari kejauhan seseorang berteriak:
"Jual permen tanghulu——"
Makanan ringan seperti ini sebenarnya biasa, namun Kabupaten Wan'an yang baru saja dilanda bencana membuat para pedagang keliling hampir menghilang. Bagi penduduk Wan'an, ini menjadi barang langka.
Tapi bagi Kabupaten Changping yang kehidupan masyarakatnya stabil, jajanan seperti ini sangat umum.
Kuaai Manzhou mendengar teriakan itu, tanpa sadar menoleh saat hendak naik kereta.
Tapi karena belum pernah mencicipinya, dia hanya melirik sebentar sebelum melanjutkan naik kereta dengan kaki pendeknya yang gontai.
Gerakan halus ini tidak luput dari perhatian Zhao Fucheng. Tertegun sejenak, dia berbalik dan melambai:
"Penjual tanghulu, kemarilah."
Perhatian Ding Datong langsung tertuju padanya. Mendengar teriakan itu, dia segera berseru:
"Bawa penjual tanghulu ke sini!"
Mata si anak kecil langsung berbinar-binar.
“Beberapa Ling Shi dari Zhenmo Si seperti serigala menyeret pedagang yang tadi berteriak-teriak ke depan. Pedagang itu ketakutan sampai wajahnya pucat pasi dan seluruh tubuhnya gemetar.”
“Ding Datong pandai membaca ekspresi wajah orang. Melihat keadaan ini, dia langsung tahu Zhao Fucheng ingin membeli permen untuk Kuaai Manzhou.”
“Dia menyesal diam-diam karena pagi ini salah perhitungan.”
“Dalam hatinya, Kuaai Manzhou sudah bukan anak kecil lagi. Dia bisa mengendalikan hantu gentayangan – bahkan kemungkinan besar hantu gentayangan tingkat malapetaka ganda yang langka di dunia. Orang dengan kekuatan seperti ini bisa mendapatkan apapun yang diinginkan. Mana mungkin dia memperlakukan Kuaai Manzhou seperti anak biasa dan berpikir untuk membelikannya permen?”
“Gerakan Zhao Fucheng tiba-tiba mengingatkannya. Dia buru-buru berkata:”
“Tuan, biar saya yang beli——”
“Kuaai Manzhou yang tadinya menatap Zhao Fucheng dengan mata berbinar-binar – dia sangat cerdas dan sudah menebak maksud Zhao Fucheng – langsung menampakkan senyum di wajahnya.”
“Mendengar ucapan Ding Datong, wajahnya langsung berubah dari cerah menjadi muram. Dia memutar kepala dan menatap Ding Datong dengan tatapan tajam:”
“Jangan ikut campur!”
“Bab 373: Rekan Selama Misi dari Keluarga Lu”
“Bab 373”
“Anak kecil yang awalnya terlihat polos dan menggemaskan itu tiba-tiba berubah menjadi penuh aura hantu yang mengerikan.”
Garis-garis hitam yang terbentuk dari aura hantu dalam jumlah besar muncul di wajah putih Kuaai Manzhou, membuat wajah polosnya memancarkan aura bahaya yang ekstrem. Mata anak kecil itu memerah seperti darah, membuat Ding Datong yang berusaha merayu mundur drastis hampir memanggil hantu gentayangan.
“Man Zhou.”
Zhao Fucheng memanggil.
Nona kecil yang tadio garang itu segera memutar kepala dengan malas ke arah tangkai permen kaca.
‘Huu——’
Bahaya Ding Datong teratasi, namun rasa takutnya masih tersisa.
Ia tak mengerti kesalahannya, tapi tak berani bertanya dalam situasi ini.
Zhao Fucheng mengusap kepala si anak, lalu melambaikan tangan pada pedagang.
Beberapa Ling Shi dari Kantor Zhenmo Si Kabupaten Changping menggotong pedagang yang limbung seperti serigala. Zhao Fucheng bertanya:
“Berapa harga permen tangkai ini?”
“Ya, ya Tuan... s-sepeser dua tusuk——” jawab pedagang gemetar, lalu menyesal:
“Gratis, Tuan——”
“Sepeker tiga tusuk, setuju?”
Mendengar tawar-menawar, kegembiraan pedagang mengalahkan ketakutannya:
“Jika Tuan beli tiga tusuk lagi, harga itu bisa.”
“……” Orang-orang Changping bingung tapi tak berani bersuara.
Dalam proses tawar-menawar, Ding Datong menyaksikan Zhao Fucheng membeli tiga tusuk permen tangkai dengan wajah masygul, lalu memberikannya ke si anak.
Setelah insiden kecil ini, kerumunan kembali naik ke kereta.
"Pedagang permen menerima sepeser, lalu pergi dengan langkah ringan."
Ding Datong adalah Jenderal istana kabupaten, bisa dibilang penguasa kota. Rencana awalnya adalah naik kereta bersama Zhao Fucheng, tapi setelah ditegur keras oleh Kuaai Manzhou, ia merasa ngeri setiap kali melihat si nona kecil.
Untungnya setelah naik kereta, anak kecil itu tidak menghiraukannya. Dia hanya memegang permen dengan kedua tangan, makan dengan patuh.
"Kamu tak perlu hidup dalam kecemasan. Man Zhou tidak akan sembarangan melukai orang." Setelah berkata demikian, Zhao Fucheng mengelus kepala si anak dan bertanya lembut:
"Benar kan, Man Zhou?"
Si anak menatapnya sebentar, lalu mengangguk-angguk.
Zhao Fucheng tersenyum.
Ding Datong merasa aneh. Kuaai Manzhou seperti memiliki dua kepribadian di depan Zhao Fucheng dan orang lain.
Tapi mereka masih akan bekerja sama lama ke depan. Lambat laun pasti bisa memahami watak setiap orang. Ia pun ikut tersenyum, dan masalah pun selesai.
Kereta kuda melaju tanpa hambatan.
Sebelum keberangkatan, Kabupaten Changping sudah membersihkan jalan. Saat mereka mendekati dermaga, baru setengah jam berlalu.
Musim dingin membuat fajar datang terlambat. Kabut tebal menyelimuti sungai. Dari kejauhan, Zhao Fucheng melihat kapal besar berdiam di dermaga, dikelilingi kerumunan orang bagai gerombolan gagak.
Ia menoleh ke Ding Datong:
"Ini orang-orang yang akan ikut?"
Ding Datong melirik sejenak, lalu buru-buru menjawab:
"Mungkin para awak kapal, pejabat Kabupaten Changping beserta pasukan petugas."
“Mengangkut janin hantu adalah urusan besar bagi istana kabupaten, hampir semua pejabat kabupaten datang mengantar.”
“Saat berbicara, kereta supernatural berlabuh di dermaga. Banyak pesuruh, pelayan, dan petugas kantor pemerintahan mencuri-curi pandang.”
“Bupati Kabupaten Changping bergegas mendekat. Melihat Ding Datong, ia melipat kedua tangan dan membungkuk rendah:”
“Tuan Ding.”
“Di hadapan bupati, Ding Datong kembali menunjukkan sikap dingin dan angkuh. Ia mengabaikan salam bupati, langsung berbalik setelah turun dari kereta:”
“Tuan Zhao, harap berhati-hati dengan langkah Anda.”
“Jantung bupati berdebar kencang.”
“Para Penakluk Hantu umumnya sombong dan arogan, bertindak semaunya, sulit dikendalikan.”
“Sebelum perjalanan ke ibu kota ini, bupati tahu sedikit rahasia. Ia paham Ding Datong merekrut bantuan ekstra —— peristiwa di Zhenmo Si semalam sudah tersebar. Ia juga mendengar kabar tentang kedatangan sekelompok orang berbahaya di Kabupaten Wan'an yang berada di bawah yurisdiksinya.”
“Tak disangka Ding Datong malah bersikap begitu sopan dan hormat pada orang dari Wan'an. Dari sikap Ding, bupati langsung menangkap petunjuk. Ia buru-buru berdiri dan berkata lagi:”
“Tuan Zhao——” Setelah teriak, barulah ia sadar yang turun adalah gadis muda menggandeng anak kecil, diikuti sepasang kembar muda dan kakek kurus di belakang.
“Pandangan Ding Datong tertuju pada Zhao Fucheng. Bupati segera memahami identitas aslinya, lalu bergegas memperkenalkan diri.”
“Setelah berbasa-basi sebentar, pandangan Zhao Fucheng menembus bayangan tubuh bupati, melihat sekelompok orang yang berdiri di belakangnya.”
Sekelompok orang terdiri dari berbagai usia, sekitar sepuluh lebih, berdiri berdekatan. Saat pandangan Zhao Fucheng tertuju pada mereka, kerumunan itu tampak gelisah namun memaksakan senyum.
Bupati yang menangkap pandangan Zhao Fucheng langsung tegang, buru-buru menjelaskan:
"Kali ini ada urusan yang mungkin mengganggu Tuan--"
Setelah selesai berbicara, ia berbalik dan berteriak ke belakang:
"Yuhe, kemarilah."
Setelah teriakan itu, orang di belakangnya baru membawa seluruh keluarganya saling berpegangan mendekat.
Bupati memperkenalkan:
"Tuan Zhao, ini Lu Yuhe. Kakeknya dahulu menjabat sebagai Jian Sheng, sejawat saya semasa masih aktif. Semasa hidupnya gemar bersedekah, menjalin 'persahabatan' erat dengan para pejabat Kabupaten Changping."
Zhao Fucheng menangkap makna tersirat dari penjelasan bupati: Kakek Lu Yuhe pernah sukses mengumpulkan harta keluarga, mungkin termasuk penyumbang utama di Kabupaten Changping yang 'dermawan', terutama dengan Zhenmo Si dan balai pemerintahan - ini mengindikasikan keluarga Lu termasuk donatur besar.
Tapi bupati menyebut 'masa lalu'.
Kakek Lu Yuhe telah meninggal, berarti keluarga mereka mulai merosot.
Menurut Ding Datong dan bupati, kematian kakek Lu belum lama sehingga hubungan baik masih tersisa. Karenanya saat keluarga Lu hendak bepergian, warga kota masih mau memberi muka dengan memberi kesempatan menemani Zhenmo Si.
Tapi seperti peribahasa "Setelah orang pergi, teh pun dingin", tak ada yang tahu berapa lama silaturahmi ini akan bertahan.
"Keluarga Lu mungkin juga menyadari hal ini, raut wajah mereka dipenuhi kekhawatiran."
Zhao Fucheng tengah memikirkan sesuatu. Setelah bupati memberi isyarat, Lu Yuhe dan keluarganya mendekat dengan gemetar ketakutan, memberi hormat pada Zhao Fucheng dan rombongan.
"Tak perlu formalitas berlebihan. Aturanku sederhana: tak perlu memberi hormat setiap hari. Urusan naik kapal kuserahkan pada kru, masalah sehari-hari bisa kalian diskusikan dengan mereka. Hanya satu yang kuperingatkan: jangan berkelahi, jangan lakukan hal berbahaya, dan jangan dekati peti hantu——"
Ia menyebutkan serangkaian pantangan. Saat menyebut 'peti hantu', Liu Yizhen yang baru turun dari kereta kebetulan melintas di belakang. Zhao Fucheng menunjuk ke arahnya.
Keluarga Lu mengikuti arah jarinya, menyaksikan peti mengerikan di punggung Liu Yizhen. Mereka serentak kaget sambil mengangguk-angguk:
"Takkan berani, takkan berani!"
Ucapan itu jelas tulus dari hati.
Peti itu seluruhnya hitam legam, memancarkan kabut mengerikan yang membuat bulu kuduk merinding. Benda terkutuk ini jelas membawa kemalangan. Orang biasa saja sudah menghindar ketakutan, mana mungkin berani mendekat.
Zhao Fucheng mengangguk puas.
Tiba-tiba matanya menangkap seorang anak di antara kerumunan keluarga Lu. Keningnya berkerut:
"Oh iya, anak kecil juga jangan berisik——" Ia teringat sifat alami kanak-kanak yang sulit dikendalikan, lalu menambahkan setengah hati:
"Usahakan jangan sampai keributannya menggangguku."
"Takkan berani, takkan berani!"
“Salah satu wanita itu mendengar perkataan ini, langsung memeluk erat-erat anak laki-laki kecil di depannya, menutup mulutnya dengan kuat sampai si anak berusaha melepaskan diri.”
Setelah mengatakan itu, Zhao Fucheng tidak ada permintaan lain lagi, lalu berkata:
“Kalau sudah jelas, cepat naik kapal. Jangan buang-buang waktu.”
Orang lain yang mendengarnya pun mengangguk-angguk setuju.
Ding Datong berkata:
“Tuan, silakan naik lebih dulu.”
Kapal yang disiapkan Kabupaten Changping cukup besar, seluruh badan kapal dicat merah dan hitam, terlihat sangat megah.
Dua papan kayu penghubung antara kapal dan dermaga bergoyang mengikuti riak air, membuat papan itu terus bergetar.
Kerumunan satu per satu naik ke kapal. Di dalam kapal terdapat kamar samping.
Tapi menurut perkiraan Ding Datong, Kabupaten Wan'an paling hanya mengirim Zhao Fucheng seorang. Tak disangka Zhong Yao dan dua orang lainnya malah membawa pulang sekelompok besar orang. Akibatnya, akomodasi di kapal menjadi agak sempit.
Setelah penyesuaian dadakan, dua orang harus berbagi satu rumah/kamar.
Secara teori, Zhao Fucheng, Kuaai Manzhou dan Nenek Meng yang memiliki kekuatan luar biasa seharusnya mendapat ruangan terpisah. Tapi karena ruangan tidak mencukupi, akhirnya tiga perempuan ini harus berdesakan dalam satu kamar. Sisanya berbagi 2-3 orang per kamar. Keluarga Lu ditempatkan di kamar pelayan di dasar kapal, berdesakan dengan buruh dan awak kapal.
Setelah semua diatur, kapal pun berangkat dengan layar terkembang, perlahan meninggalkan pelabuhan.
Menurut perkiraan Ding Datong, perjalanan kali ini akan memakan waktu lebih dari sebulan melalui jalur air. Mayoritas waktu akan dihabiskan di atas kapal.
"Kabin tempat Zhao Fucheng tinggal adalah yang terbesar dan termewah di kapal ini. Awalnya disiapkan Ding Datong untuk dirinya sendiri, dilengkapi ruang tamu, ruang teh, dan dapur. Karena ada tambahan penghuni, Ding Datong memerintahkan modifikasi kilat dengan dua ranjang kecil dan paravent pemisah."
"Di lemari telah tersedia pakaian ganti masih baru. Barang bawaan Zhao Fucheng tidak banyak, setelah ditata sebentar dia langsung keluar kabin."
"Kapal telah berlayar. Kabut di sungai belum sirna, angin dingin bercampur kabut air menyapu wajah menimbulkan rasa perih samar."
"Nenek Meng tiba-tiba muncul di samping Zhao Fucheng, berbisik:"
"Menurutku kabut ini baru akan mulai berkurang setelah lebih dari satu jam lagi."
"Tepat saat bicara, Zhao Fucheng mendengar suara tarikan napas kecil yang mendesak di telinganya."
"Semburat pandangan dari kegelapan sedang menatap ke arah sini dengan gelisah."
"Dia menoleh ke kiri-kanan, menyadari Kuaai Manzhou telah melepas genggamannya."
"Zhao Fucheng memutar badan, melihat si nona kecil berjongkok membentuk gumpalan kecil 7-8 langkah di belakangnya."
"Anak itu melambai, asap hitam berubah menjadi benang halus di antara jemarinya, ujung lain terikat pada bola kecil di kejauhan."
"Kuaai Manzhou mengait jarinya pelan, bola itu langsung menggelinding ke arahnya."
"Bersamaan guliran bola, terdengar teriakan kecil seorang anak:"
"Bolaku--"
"Maor!"
“Baru saja anak kecil itu berteriak, suara panik seorang wanita langsung terdengar.”
“Zhao Fucheng memandang bola kecil yang digenggam Kuaai Manzhou sambil mengernyitkan dahi.”
“Dia mengenali suara wanita itu - istri Lu Yuhe yang menyertainya selama misi.”
“Saat Zhao Fucheng menoleh, anak yang menjatuhkan bola itu menyusup diam-diam ke belakang kabin kapal.”
“Zhao Fucheng melirik Kuaai Manzhou. Gadis kecil itu sudah menggantung bola itu, melepasnya dan menangkap kembali di antara jemari, seolah tak peduli sekitar.”
“Tak lama, seorang wanita tergopoh-gopoh datang sambil menahan ujung rok. Wajahnya langsung pucat pasi melihat Zhao Fucheng dan Nenek Meng.”
“T-Tuan Zhao...”
“Sebelum naik kapal, Zhao Fucheng sudah mengingatkannya untuk mengawasi anak agar tak berkeliaran.”
“Namun sifat alamiah anak suka bermain. Perjalanan dengan kapal yang baru ini pasti membuat si kecil penasaran hingga nekat menyelinap ke kabin depan.”
“Jangan khawatir.”
“Zhao Fucheng menggelengkan kepala.”
“Dia melihat jelas sebelumnya: anaknya yang merebut mainan orang duluan.”
“Secara prinsip, mereka yang salah seharusnya mengembalikan benda di tangan Kuaai Manzhou kepada keluarga Lu.”
“Tapi ini pertama kalinya dia melihat Kuaai Manzhou tertarik pada mainan, asyik memutarnya-putar seolah tak sadar perbuatannya.”
“Setelah berpikir sejenak, Zhao Fucheng melambaikan tangan pada wanita itu:”
“Kemarilah.”
Kuaai Manzhou memegang bola kecil, tampak fokus bermain, tetapi telinganya menangkap gerakan Zhao Fucheng, sudut matanya mengintip melalui celah rambut yang terjuntai sambil mengawasi Zhao Fucheng.
Seluruh tubuhnya tegang, menunggu Zhao Fucheng menyuruhnya menyerahkan bola.
Namun teguran yang diantisipasi si nona kecil tak kunjung datang. Sebaliknya, Zhao Fucheng melangkah maju, tubuhnya membayanginya, memutus pandangan anak keluarga Lu.
"……" Kuaai Manzhou menggoyang-goyangkan bola dengan aura hantu di bawah telapak tangan. Entah mengapa, suasana hatinya yang biasanya suram tiba-tiba membaik.
"Tuan——" Nenek Meng memanggil. Zhao Fucheng menggelengkan kepala, berkata:
"Tidak apa, aku sudah menghitung semuanya."
Perempuan keluarga Lu tak tahu mengapa dipanggil. Dengan gemetar ketakutan, ia membawa anaknya mendekat, langsung ingin bersujud mengakui kesalahan, tapi dihentikan Zhao Fucheng.
Ia menatap anak itu. Anak sekitar enam tahun itu memakai topi kepala harimau dan mantel tebal biru, pipi kecilnya memerah karena kedinginan.
Ditatap Zhao Fucheng, anak itu gelisah. Ia memeluk erat pinggang perempuan itu, setengah wajahnya tertanam di perutnya, hanya separuh profil yang mengawasi Zhao Fucheng dengan mata lebar penuh ketakutan.
"Tuan, aku——"
Wanita itu juga sangat ketakutan, memegang baju anak dengan erat, ruas jari mengeras, kulit di tonjolan tulang jari menjadi sangat tipis.
Zhao Fucheng pernah berspekulasi bahwa keluarga Lu dulunya termasuk keluarga terpandang. Dari penampilannya yang dekat dengan Lu Yuhe, awalnya dikira mereka suami istri. Tapi dari dekat, barulah dia menyadari adanya kapalan halus di jari wanita itu, seolah terbiasa bekerja keras bertahun-tahun.
"Jangan tegang, kami hanya ingin mengobrol saja." Zhao Fucheng menenangkannya dengan lembut, lalu bertanya:
"Sebelum naik kapal waktunya mepet, beberapa hal belum jelas, orang-orang juga hanya kenal sekilas. Belum tahu bagaimana panggilanmu?"
Wanita itu awalnya mengira anaknya berlarian sembarangan hingga menyebabkan masalah. Hatinya berdebar-debar. Melihat sikap Zhao Fucheng yang ramah dan tenang seolah mengobrol biasa, entah mengapa tali kekhawatirannya yang tegang langsung mengendur.
"Ini salahku, aku--" Wanita itu langsung meminta maaf.
Zhao Fucheng terkekeh:
"Ini bukan salahmu? Kami hanya ngobrol santai, kamu jangan gugup saja."
Wanita itu tersenyum malu-malu, menjilat bibir beberapa kali, menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya tenang dan berkata perlahan:
"Tuan, Lu yang baru saja Anda temui-- adalah suamiku. Kakek suamiku pernah menjabat Jiansheng, marga keluarga ibuku adalah Chen, nama asliku Duozi-- Tuan bisa memanggilku Nyonya Lu."
