Zhao Fucheng tidak basa-basi lagi dengan warga desa, berkata:
“Di gerbang desa dan rumah Kakek Huang ini, aku akan menganugerahi kalian Dewa Pintu. Shaochun juga akan meninggalkan cap tungku dewa di kota.”
"Setelah dia selesai bicara, masyarakat kota tidak memahami bobot makna di balik kata-katanya, namun para Penakluk Hantu Kabupaten Changping menampakkan raut wajah penuh iri, cemburu, dan sedikit ketidakpercayaan."
"Tao Lifang sudah berada di ambang kebangkitan hantu jahat."
"Kesediaannya mengawal janin hantu dan mempertaruhkan nyawa menuju ibukota kali ini semata-mata untuk memperoleh sebuah segel hantu guna memperpanjang nyawanya."
"Sepanjang perjalanan dia berusaha keras menunjukkan kemampuan, namun belum juga mendapat cap hantu. Ironisnya, warga kota bodoh ini justru dengan mudah memperoleh benda yang didambakannya hanya melalui beberapa barang tak berharga, membuatnya semakin tersiksa oleh kecemburuan."
"Stempel dewa-hantu? Apa itu?" Kakek Huang tampak bingung, namun tersenyum:
"Tuan-tuan telah menyelamatkan seluruh keluarga hamba. Sebagai balas budi, hamba rela menghadiahkan sapi kepada Tuan, tak perlu Tuan memberi apapun——"
"Dia mengira Zhao Fucheng hendak memberinya hadiah, buru-buru menolak."
"Wu Shaochun menjelaskan:"
"Pak Tua, stempel dewa-hantu ini bukan benda biasa. Ini cap yang ditinggalkan dewa-hantu. Di mana ada cap ini, di situ ada perlindungan ilahi. Kelak meskipun Kota Huangma diganggu hantu, ruangan ini akan tetap aman, hantu gentayangan tak bisa masuk – inilah benda penyelamat nyawa!"
"Li Dongping di kerumunan juga buru-buru menambahkan:"
"Benar! Desa Dongping kami kemarin baru saja diberi cap hantu oleh Tuan. Dengan Dewa Pintu berjaga, hantu tak bisa masuk ke desa."
"Ucapannya lebih meyakinkan daripada penjelasan Wu Shaochun."
"Awalnya Kakek Huang masih ingin menolak, tapi mendengar ini adalah berkah luar biasa, mulutnya langsung erat-erat menutup rapat."
“Warga desa itu terkejut sekaligus iri, mata mereka langsung memerah.”
“Tuan——”
Hanya penyintas yang pernah mengalami bencana hantu yang tahu betapa mengerikannya hantu gentayangan. Kerumunan orang yang sudah diteror oleh hantu gentayangan ini, begitu mendengar segel hantu memiliki manfaat ajaib, banyak yang menginginkannya namun tak berani meminta.
Sebagian menyesal tidak memelihara sapi di rumah, yang lain berkata dengan suara lemah:
“Tuan, biar aku menggendong Tuan masuk ke kabupaten——”
……
Fan Bisi yang melihat Zhao Fucheng terjebak, sigap membaca situasi dan maju:
“Tenang semua! Selain perlindungan Dewa Pintu di rumah Pak Huang, Tuan juga berjanji akan membuat segel untuk pintu kota. Nanti dengan adanya Dewa Pintu, siapa pun yang melewati pintu kota akan terlindungi——”
Selama di Kabupaten Wan'an, Fan Bisi sudah terbiasa menangani situasi seperti ini. Berkat bujukannya, warga desa yang ribut itu akhirnya kesal tapi akhirnya diam.
Selanjutnya, sementara sebagian warga kota pergi ke desa terdekat untuk meminjam gerobak sapi dll, Zhao Fucheng dan Wu Shaochun juga memenuhi janji dengan membuat segel hantu di kota.
Begitu cap Dewa Pintu terpasang, siluet darah merah menyala yang tercetak di pintu terlihat mengerikan dan seram.
Penonton merasa takjub sekaligus takut. Tapi begitu ingat fungsi segel ini untuk menangkal hantu, banyak yang matanya berkedip-kedip, masing-masing mulai menyimpan pikiran tersembunyi.
Beberapa orang diam-diam menyelinap dari kerumunan. Saat kembali, tangan mereka sudah membawa keranjang bambu.
“Di dalam keranjang terdapat sebagian lilin dupa, uang kertas, dan benda-benda ritual lainnya,” ujarnya sambil memandang ke arah petugas Zhenmo Si dengan sikap menjilat.
“Kami menyembah Dewa Pintu, memohon perlindungan-Nya.”
Usai berkata demikian, mereka berjalan ke pintu gerbang kota kecil itu, menyusun lilin dan uang kertas ritual lalu menyalakannya sebelum bersujud.
Saat warga kota itu menyalakan dupa dan mulai bersujud, terdengar pengumuman di kesadaran Zhao Fucheng: Nilai komunitas Dewa Pintu +5, diperoleh 67 penganut yang taat.
Begitu pengumuman itu selesai, para warga desa yang sedang bersujud tiba-tiba mengeluarkan gulungan kain dari keranjang, membentangkannya, lalu dengan kecepatan kilat menekannya ke segel hantu di pintu.
Cap dewa-hantu hanya efektif untuk menahan hantu gentayangan.
Saat kain itu menyentuh segel hantu, darah kotor di pintu seolah hidup kembali, langsung meresap ke kain dan membentuk dua bayangan hantu yang membawa papan pintu.
“Hei!”
Ding Datong yang berdiri di samping Zhao Fucheng langsung berteriak keras melihat kejadian ini.
Warga desa itu terkejut, tangannya gemetar, lututnya lemas, lalu langsung bersujud.
Kain yang ditekan ke pintu jatuh perlahan, sementara dia terus bersujud memohon ampun.
Ding Datong berkata dengan marah:
“Kau berani menghina segel hantu yang ditorehkan Tuan--”
“Mohon Tuan mengampuni nyawa hamba.” Warga desa itu terus-menerus mengetukkan dahinya ke tanah.
Pada saat dia mengecap segel hantu, suara pemberitahuan dari Piagam Pengangkatan Dewa di kesadaran Zhao Fucheng berbunyi: Kebijaksanaan rakyat lahir dari adat desa.
Selamat kepada tuan rumah yang berhasil membuka bayangan totem Dewa Pintu.
Sepasang suami-istri di dunia fana, hidup dalam penderitaan, mati oleh bencana hantu, takdir mempertemukan mereka dengan pengangkatan dewa.
Wujud dewa-hantu pada dasarnya berasal dari manusia, maka kebijaksanaannya pun untuk manusia.
Dewa Pintu menjaga pintu, seratus hantu takkan mengganggu!
Selamat kepada tuan rumah yang menemukan hakikat sejati Dewa Pintu! Disembah masyarakat dengan hio, menjaga pintu ribuan rumah.
Mengambil sedikit berkah rakyat, menyempurnakan wujud dewa-hantu sejati.
Dewa-hantu naik level, mendapatkan kekuatan untuk menaklukkan hantu dengan wujud.
Setelah dewa-hantu naik level, segel hantu dapat membuat bayangan.
Catatan: Asalkan kamu menyembah Dewa Pintu, menjadi penganutnya, meletakkannya di altar hio, dia akan menjaga pintumu dan membuatmu kebal dari hantu.
Catatan: Hati-hati menggunakan kekuatan Dewa Pintu, jangan sampai dewa-hantu menarikmu ke dalam papan pintunya.
Catatan: Memanggil dewa mudah, mengusirnya sulit. Setelah memanggil dewa, jangan bersikap tidak hormat, atau yang kamu bawa pulang adalah hantu bukan dewa.
Selamat kepada tuan rumah yang mendapatkan metode kenaikan level dewa-hantu, hadiah 50000 poin jasa kebajikan.
……
Serentetan suara pemberitahuan tiba-tiba bergema di kesadaran Zhao Fucheng. Dia bahkan tak sempat menahan Ding Datong yang berlari ke arah pintu gerbang kota.
Warga desa yang ditegur Ding Datong bersujud di tanah, wajah mereka dipenuhi ketakutan.
"Kain yang menampilkan bayangan kekuatan dewa-hantu itu jatuh di depannya, suara teguran Ding Datong menarik perhatian warga kota lainnya."
"Banyak orang berkerumun, saat menyaksikan pemandangan ini, raut wajah mereka menampakkan ekspresi termenung."
" telah memberi kalian segel hantu, tapi alih-alih membalas budi, kalian malah berani melakukan tindakan melawan surat ini——"
"Saat Ding Datong sedang menegur, Zhao Fucheng akhirnya terbangun dari mutasi aneh Piagam Pengangkatan Dewa."
"Kesadarannya dengan cepat menyapu Piagam Dewa itu. Begitu bayangan Dewa Pintu muncul, dewa yang telah menyerap nilai komunitas penganutnya langsung naik level. Siluet darah hitam-merah dewa-hantu yang awalnya dipenuhi aura mengerikan, tiba-tiba diselubungi kilau keemasan."
"Kilau emas yang menyelinap di antara kilau darah itu berhasil meredam energi sha dari xiong sha."
"Zhao Fucheng sangat gembira."
"Datong."
"Dengan perasaan lega, dia segera memanggil Ding Datong."
"Ding Datong yang awalnya sangat kesal dan hendak menghukum warga nakal itu, langsung berbalik ketika mendengar panggilan Zhao Fucheng:"
"Tuan——"
"Setuju."
"Zhao Fucheng yang kini mendapat tambahan poin jasa kebajikan sekaligus berhasil mengendalikan dewa-hantu yang naik level, kebahagiaannya tak terbendung."
"Dia berkata pada Ding Datong:"
"Masyarakat kota ini hanya ingin bertahan hidup. Cap yang kuberi berbeda dengan segel hantu biasa, orang biasa takkan mudah merusaknya." Pandangannya menyapu kerumunan warga kota:
“Jika kalian sungguh-sungguh ingin memohon perlindungan Dewa Pintu, kalian bisa membakar hio dan mengetuk (untuk menyembah), mengambil kertas dan kain untuk menyalin stempel dewa-hantu, lalu menempelkannya di pintu gerbang rumah masing-masing.”
Dia berkata:
“Meski patung dewa hasil salinan mungkin tidak memiliki keajaiban seperti pintu gerbang desa, tapi masih bisa melindungi kedamaian rumah tangga dari serangan bencana hantu biasa.”
Begitu kata Zhao Fucheng selesai, kerumunan langsung bersukacita.
Staf Zhenmo Si juga terkejut mendengar pernyataan ini.
Ding Datong masih belum bereaksi, sementara Tao Lifang dkk dari Kabupaten Changping matanya berbinar dan buru-buru berkata:
“Kalau begitu Tuan, apakah kami juga bisa——”
Ucapannya belum selesai, tapi Jiang Ying, Hu Rong, dan Zhong Yao sudah mengerti maksudnya.
Melihat warga kota berhamburan pulang untuk mengambil hio, lilin, uang kertas, dan benda ritual lainnya guna memanggil dewa ke rumah, takut tertinggal sehingga stempel hantu habis disalin.
Tao Lifang dan yang lain juga tidak bisa diam, ingin segera meminta dewa merasuki diri seperti warga.
Zhao Fucheng berkata:
“Kalian ikut-ikut ribut apa?” Tugas pengawalan janin hantu dalam perjalanan ini belum selesai, janin hantu pun menghilang, tapi secara kebetulan dia mendapat banyak imbalan.
Dalam suasana hati yang baik, dia melanjutkan:
“Kalian punya jasa dalam pengawalan janin hantu ini. Sejak naik kapal bertindak hati-hati, patuh saat terjadi masalah di kapal. Sampai di Kabupaten Shangyang nanti, sebelum bertemu Jenderal Emas ibu kota, aku akan memberikan segel hantu pada kalian.”
“Kejutan yang tak terduga ini datang begitu tiba-tiba, beberapa Penakluk Hantu terdiam di tempat selama beberapa saat, baru setelah lama kemudian mengucapkan terima kasih satu per satu.”
Tao Lifang berkata:
“Jika Tuan bersedia membuat segel untuk menekan hantu gentayangan yang akan bangkit dalam tubuhku, maka di masa depan aku pasti akan mematuhi perintah Tuan, Tuan berkata satu aku takkan berani bilang dua.”
Yang lain juga ikut bersumpah.
Zhong Yao berkata:
“Setelah perjalanan ke Kabupaten Shangyang ini selesai, aku ingin membawa dua saudara ke Kabupaten Wan'an untuk menjadi pengikut Tuan, membantu mengerjakan tugas-tugas Tuan.”
Jiang Ying juga mengangguk-angguk keras.
Hu Rong juga ingin buru-buru bicara, tapi Zhao Fucheng menyela:
“Setelah urusan di sini selesai, kalian semua bisa kembali ke posisi masing-masing. Jika di masa depan aku membutuhkan bantuan, tentu takkan sungkan memanggil kalian.”
“Setuju!”
Kerumunan yang mendapat janji itu semuanya menyahut dengan riang.
Sementara pembicaraan berlangsung, warga kota secara bergantian mengambil hio dan lilin lalu memohon Dewa Pintu untuk dibawa pulang.
Seiring bertambahnya warga yang menyembah dewa, sementara mereka terpengaruh energi sha hantu, garis emas pada tubuh Dewa Pintu di slot dewa Piagam Pengangkatan Dewa dalam kesadaran Zhao Fucheng justru semakin bertambah.
Mereka yang membawa pulang dewa-hantu ini akan mengalami kelemahan fisik dalam waktu lama akibat terpapar aura hantu, bahkan yang kondisi tubuhnya buruk mungkin akan jatuh sakit.
Namun di saat yang sama, setelah mempersembahkan sesaji kepada Dewa Pintu, mereka berhasil terbebas dari gangguan kasus hantu——Di era di mana hantu gentayangan merajalela ini, dibandingkan penderitaan fisik sementara, perlindungan Dewa Pintu benar-benar mampu menyelamatkan nyawa masyarakat dan memperpanjang usia mereka.
……
Sekitar lebih dari setengah jam kemudian, warga kota yang pergi meminjam kerbau dan kereta ke desa tetangga pun kembali satu per satu.
Mereka tidak mengecewakan, tidak hanya berhasil meminjam dua ekor kerbau, tapi juga seekor bagal.
Semua orang membantu memasang kereta, warga kota juga mengumpulkan sebagian bahan makanan untuk diisi ke kereta guna mengganjal perut orang-orang Zhenmo Si selama perjalanan.
Menjelang tengah hari, semua orang berdesakan naik ke kendaraan untuk bersiap berangkat ke Kabupaten Wenxing.
Karena jumlah penumpang sangat banyak dengan ketersediaan kereta yang terbatas, setiap kendaraan pun dipadati penumpang.
Zhao Fucheng menumpang kereta kerbau yang cukup luas. Semua staf Zhenmo Si duduk di kereta ini sampai-sampai mereka harus menyusupkan tangan dan kaki, bahkan tak berani menyelipkan tangan di antara paha.
Pengemudi kereta kerbau ini adalah Qian Duo dari Kota Huangma.
Pria kurus tinggi berusia sekitar 50 tahun ini mengenakan sapu tangan penutup wajah, bertubuh tinggal tulang terbungkus kulit dengan postur sedikit membungkuk. Meski raut wajahnya penuh kesedihan, dia tetap menyunggingkan senyum saat melihat Zhao Fucheng dan tim penyelamat nyawanya.
Untuk perjalanan ke kota kali ini, dia mengenakan baju terbaik yang tersimpan di dasar peti.
"Baju itu tidak terlalu pas, seolah telah diturunkan beberapa generasi dan tampak tua. Di bagian bahu dan siku ada tambalan, tapi dicuci hingga bersih."
Orang ini kurang pandai berbicara, terutama saat berhadapan dengan 'Tuan' dari Zhenmo Si, terlihat sangat kikuk. Saat naik kereta, tubuhnya kaku sampai sulit mengangkat kaki. Begitu orang-orang menatapnya, dia langsung ingin bersujud.
Awalnya tak ada yang menyapanya. Baru setelah kereta berjalan 2-3 li dari Huangma Zhen, Zhao Fucheng batuk kecil memecah kesunyian:
"Kira-kira berapa lama perjalanan kami ke Kabupaten Wenxing ini?"
Sebelum berangkat, orang-orang di kota juga menyinggung soal ini.
Kebanyakan warga kota kecil ini tak pernah keluar wilayahnya, apalagi pergi ke kabupaten.
Berdasarkan pengalaman Qian Fa yang pernah ke kota, diperkirakan minimal dua hari dua malam - biasanya Qian Fa butuh tujuh delapan hari pulang-pergi.
Ucapan perempuan itu langsung memecah ketegangan. Zhang Chuanshi yang terdesak sampai sulit bernapas buru-buru berkata:
"Aku juga akan duduk di luar."
Di luar cuaca sangat dingin. Dentangan pedati kerbau disertai desiran angin 'wu wu'.
Zhang Chuanshi sebenarnya tak tahan dingin, tapi lebih baik kedinginan daripada berdesakan di dalam.
Dia melompat keluar, membuat Qian Fa yang duduk di kursi pengemudi kaku ketakutan, sampai hampir menjatuhkan cambuknya.
"Aku bukan hantu, ngapain gemetar!" Zhang Chuanshi menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan:
“Tuan sedang menanyaimu.”
“T-Tuan, Tuan bertanya padaku——” Qian Fa menggigil menjawab beberapa kata, lalu melanjutkan:
“Oh, oh, oh, Tuan bertanya padaku, berapa lama perjalanan——” Ia mengulang-ulang sendiri, akhirnya bereaksi:
“Setidaknya dua hari satu malam, pasti sampai kabupaten.”
Waktu ini lebih cepat dari perkiraan Zhao Fucheng. Dengan santai ia bertanya:
“Jauh sekali ternyata.”
Mungkin karena nada bicaranya tidak keras, dan kegugupan Qian Fa tidak mengganggunya, pria itu mulai berani menjawab lembut:
“Mmm.”
“Menurut kakek Huang, kerabatmu di kota ini masih satu klan?” Zhao Fucheng mulai mengobrol layaknya berbincang santai.
Anggota Zhenmo Si lain sudah terbiasa dengan gaya bicaranya. Wu Shaochun bahkan menyimak baik-baik, berharap menangkap informasi tentang Kabupaten Wenxing.
“Benar, leluhur kami bersaudara. Kakek buyutnya adalah sepupu jauh kakek buyutku——”
Qian Fa menjawab hati-hati.
“Hubungannya cukup dekat,” kata Zhao Fucheng.
Meski terpisah beberapa generasi, di Dinasti Han Raya yang sulit ini, ikatan klan sangat penting. Menyebut marga dan silsilah saja bisa mendapat bantuan, apalagi kerabat sedarah.
“Kota Huangma cukup jauh dari Wenxing. Kerabatmu bisa merantau dari kota kecil menjadi mantan pejabat kabupaten, bisa dianggap orang yang cerdik.”
Ada makna tersirat dalam ucapan Zhao Fucheng.
