Wu Shaochun dan yang lain berkerumun dengan wajah tegang mengelilingi Zhao Fucheng: "Tuan, kamu tidak apa-apa?"
Zhao Fucheng justru terlihat tenang.
Sebelum kejadian, dia sudah mempersiapkan penangkal dengan meminjam kekuatan Dewa Pintu.
Saat mengambil papan pintu dari rumah besar Keluarga Wu, papan pintu hantu itu akan melindunginya dari segala serangan roh jahat.
Kehati-hatian seperti ini benar-benar membuahkan hasil di saat kritis.
Dia tersenyum tipis, merasa masalah Keluarga Wu baru mulai menarik.
"Tidak apa-apa."
Zhao Fucheng berpikir sejenak, lalu mengiyakan: "Keluarga Wu menyimpan misterius, semua harus berhati-hati."
Setelah berkata demikian, dia terdiam sesaat.
Pasti sebelumnya dia memicu hukum hantu gentayangan sehingga diserang, membuat kekuatan papan pintu hantu teraktivasi untuk menahan mekanisme hantu.
Tapi tindakan apa yang dilakukannya hingga menyentuh hukum hantu gentayangan?
Zhao Fucheng merekonstruksi seluruh rangkaian kejadian: Berbicara dengan Bupati Jiang dkk, mendengar sejarah Rumah Wu, lalu suara bicara dari dalam rumah, ketika Tuan Qian mengetuk tidak dijawab, dia menyadari ketidakberesan dan mengajak Kuai Manzhou mendekat untuk mengetuk.
“Bukan karena ketukan pintu,” Zhao Fucheng berpikir.
Dia mengetuk pintu beberapa kali, namun selama proses mengetuk tidak memicu hukum hantu gentayangan sehingga tidak diserang roh jahat.
Baru setelah selesai mengetuk dan mundur, dadanya, perut, serta punggungnya mulai terasa tertusuk.
Artinya, serangan baru terjadi saat itu.
Mata Zhao Fucheng berbinar. Ia mengingatkan kerumunan: “Mulai sekarang, kita hanya boleh maju. Jangan mundur. Tingkatkan kewaspadaan!”
Peringatan ini langsung membuat Ding Datong dan lainnya paham bahwa mundur berisiko tinggi memicu penandaan hukumannya.
Kerumunan menggigil ketakutan, serentak menjawab: “Setuju!”
Usai bicara, Bupati Jiang gemetar ketakutan: “Tuan, jika Keluarga Wu sudah kosong dan lahan ini penuh keanehan, apakah kita perlu mundur sementara ke Balai Pemerintahan untuk berdiskusi?”
Niatnya sudah bulat untuk segera kabur dari tempat berbahaya ini.
Zhao Fucheng memeluk papan pintu, menoleh padanya: “Bupati Jiang, apakah Keluarga Wu punya sejarah kejadian hantu sebelumnya?”
Wajah Bupati Jiang pucat pasi: “Tidak pernah!”
“Lalu apakah Keluarga Wu biasanya berpenghuni?” Pekarangan ini tampak telah tandus bertahun-tahun, namun penduduk Kabupaten Jin seolah tak menyadarinya. Semua mengira Keluarga Wu masih makmur, seakan tak ada yang tahu mereka telah sepi bahkan dihantui.
“Pernah ada!”
Keringat bercucuran deras di wajah Bupati Jiang.
Dia mengeluarkan sapu tangan dan mengusap keringat sambil mengangguk-angguk panik: "Setiap tahun banyak yang datang ke keluarga Wu untuk menjual anak perempuan, ini kan, keluarga Chang—"
Begitu Bupati Jiang menyebut 'keluarga Chang', kedua bersaudara Chang San dan Chang Si langsung gemetar ketakutan.
Pintu utama Keluarga Wu terbuka lebar, situasi di dalam halaman terlihat jelas.
Beberapa orang sebelumnya sudah pernah datang ke keluarga Wu untuk mengantar dua putrinya masuk ke pintu istana, saat pintu dibuka jelas-jalan tidak seperti ini.
Chang San panik bercampur takut: "Hantu, ada hantu—"
Begitu dia mengatakannya, dalam kepanikan langsung ingin mundur.
Untungnya di saat kritis, Liu Sanye sigap mengingat peringatan Zhao Fucheng untuk hanya maju dan tidak mundur, segera menahan punggungnya dengan telapak tangan: "Lao San—"
Tapi nasihat baik sulit menyadarkan hantu yang sudah ditakdirkan mati.
Chang San yang histeris ketakutan tetap mundur 'deng deng' meski merasakan dorongan Liu Sanye.
Satu sudah tua renta, satu lagi masih dalam usia produktif.
Dorongan Chang San membuat Liu Sanye yang menahan punggungnya ikut mundur dua langkah.
Begitu langkah mundur ini dilakukan, keduanya langsung merasakan tusukan tajam di sekujur tubuh.
Paha Liu Sanye seperti ditusuk jarum halus, awalnya dingin lalu berubah jadi nyeri, disusul gatal menusuk yang membuatnya tak sadar menggosok celananya.
Tak ada kejadian aneh terjadi, dia lega dan berpikir: Ternyata Tuan Zhao terlalu hati-hati, bilang tidak boleh mundur tapi nyatanya tidak terjadi apa-apa.
Sembari berpikir, wajahnya mulai terasa perih dan gatal, dia menggaruk dua kali.
Chang Si di sebelah menoleh memandangnya, sorot matanya mulai tidak beres: "San-ye——"
Suaranya berubah karena panik dan ketakutan.
Liu Sanye menoleh ke arahnya, sudut mulutnya meregang: "Lao... Lao Si, ada apa?"
Entah mengapa, suaranya terdengar seperti kehabisan tenaga.
Bagian wajah yang sebelumnya perih segera membengkak dan mati rasa, disusul rasa gatal menusuk tulang yang merambat ke dalam tulang.
Pipinya membengkak tinggi, potongan daging itu terasa berat luar biasa.
‘Sreeek, sreeek.’
Liu Sanye merasa sangat menderita. Dalam sekejap, potongan daging itu mulai melorot berat. Tangannya meraih, jarinya segera menyentuh kulit lembut yang penuh cairan, terasa kenyal saat ditekan.
Saat jarinya mencengkram, seolah menemukan mulut di balik kulit itu.
"Aah——"
Liu Sanye menjerit kaget. Borok di pipinya seketika pecah.
Nanah dan darah menyembur deras, membawa separuh daging dan tulang wajah Liu Sanye, menyisakan rangka tulang yang bersih tanpa kulit.
"Apa... apa yang——terjadi——" Ucapannya terpotong saat borok wajah hantu di tubuhnya berturut-turut pecah. Tubuh Liu Sanye seketika penuh lubang, langsung roboh tak bernyawa.
Sejak munculnya luka wajah hantu di tubuhnya hingga terjatuh tewas, seluruh proses hanya memakan waktu 1-2 tarikan napas.
Bahkan dia tidak menyadari apa yang terjadi, ucapan terakhirnya sebelum tewas pun tidak sempat diselesaikan.
Setelah Liu Sanye tewas, bagian dada dan punggung Chang San tiba-tiba membengkak.
Zhao Fucheng langsung berteriak keras melihat situasi ini: "Dorong dia untuk menginjak jejak kaki!"
Meskipun orang ini bodoh dan dingin, tapi dia tetap warga biasa. Zhao Fucheng tak bisa membiarkan masyarakat biasa tewas dalam bencana hantu.
Suaranya penuh wibawa. Meskipun Chang Si gemetar ketakutan karena kematian Liu Sanye, dia tetap menangis dan mendorong kakaknya selangkah ke depan secara refleks.
Saat ini Chang San sudah dipengaruhi luka wajah hantu, kesadarannya tidak sepenuhnya pulih, hanya merasakan sakit yang menusuk di dada dan punggung.
Terdorong oleh Chang Si, dia limbung terhuyung-huyung beberapa langkah ke samping, tanpa sengaja menginjak jejak kaki merah kecil.
Begitu kakinya masuk ke jejak itu, darah langsung merembes dari kakinya. Dalam sekejap, sepatu jeraminya berubah merah total, berubah menjadi sepasang sepatu bordir merah yang misterius dan menyeramkan.
Kaki Chang San melengkung tidak wajar. Bercak darah mulai muncul di bagian celana, menyebar cepat hingga mencapai dadanya.
Dua kekuatan hantu gentayangan saling berhadapan, membentuk keseimbangan yang tidak wajar.
"Luka wajah hantu di dada dan punggung Chang San berhenti berkembang, membeku di tempatnya."
Rasa gatal dan sakit yang menusuk tulang itu langsung berhenti. Kesadarannya yang semula kabur menjadi jernih, baru kemudian ia menyadari untuk meraba perutnya sendiri.
Perut dan dadanya membengkak sebesar mangkuk, bahkan tidak bisa disentuh sama sekali, sakitnya terasa menusuk jantung.
Kakinya juga terasa kaku, seolah memakai sepatu yang tidak pas.
"Apa... apa yang terjadi?" teriak Chang San panik begitu tersadar.
Chang Si yang wajahnya basah oleh air mata langsung menjerit histeris: "Liu Sanye tewas--"
"Liu Sanye tewas?" Chang San berteriak ketakutan, mengikuti pandangan Chang Si ke arah jenazah Liu Sanye yang terkoyak tak karuan tergeletak di tanah berbatu.
Tubuhnya penuh lubang menganga.
Yang paling mengerikan adalah lubang di wajahnya--hampir setengah wajahnya membusuk, hanya menyisakan kerangka tulang bersih, nanah dan darah menggenangi seluruh tubuh.
"Ini... ini--" Pikiran Chang San tiba-tiba bekerja sangat cepat. Ia teringat cerita Zhou Dazhu di Balai Pemerintahan kabupaten tentang pamannya yang meninggal 20 tahun silam: tubuh penuh luka hantu berisi wajah manusia yang meledak hingga nanah menggenangi lantai, hanya menyisakan lubang-lubang.
"Luka... luka wajah hantu--" Chang San menjerit histeris, arwahnya hampir terlepas dari ketakutan.
Bersamaan dengan itu, tangannya merobek kancing baju hingga dadanya terbuka di hadapan kerumunan orang.
Dada Chang San yang kering kerontang dan kurus, tulang-tulang menonjol tinggi menekan daging.
Di tengah dadanya, menggelembung sebuah bengkak darah sebesar mangkuk, di dalam cairan kekuningan itu tercampur serat-serat darah. Di dalam cairan keruh itu, terdapat benda menyusut sebesar telur yang terapung-apung.
Mungkin aksi Chang San membuka kerah bajunya membuat benda seperti telur itu mengambang, menekan kulit gelembung darah hingga membentuk bayangan wajah mengerikan penuh penderitaan dan dendam yang menatap Chang San.
"Aaaaah!"
Chang San menjerit histeris: "San Ni——"
Chang Si berteriak lebih keras darinya.
Saat di Balai Pemerintahan kabupaten, Zhou Dazhu menyebutkan tentang luka wajah hantu dan kematian Paman Zhou, kerumunan bisa melihat dari ekspresi dan nada suaranya betapa jahatnya benda ini, hati mereka dipenuhi ketakutan.
Tapi mendengar cerita orang lain berbeda dengan menyaksikan langsung!
Terutama ketika wajah hantu yang tercetak di tubuhnya berubah menjadi wajah putrinya, dampaknya bagi Chang San semakin menghancurkan.
Dengan panik dia menjerit-jerit mencoba mencungkil keluar kepala hantu dari tubuhnya.
"Jangan biarkan dia bergerak sembarangan." Zhao Fucheng menegur.
Sampai saat ini, bisa dipastikan ada masalah di Keluarga Wu—dan ternyata Kasus Hantu Sepatu Merah muncul di sana, membuat hati Zhao Fucheng semakin ciut.
Situasi ini lebih rumit dari yang dia bayangkan.
“Kasus Hantu Sepatu Merah jelas terkait Shen Yishu, sementara Shen Yishu beberapa hari lalu saling menahan dengan Zhang Patung Kertas. Bagaimana mungkin kasus hantu seperti ini muncul lagi di Kabupaten Jin hanya dalam hitungan hari?”
“Jika ini terkait Zhang Patung Kertas, bagaimana mungkin orang ini bisa membawa Shen Yishu ke lahan ini tanpa diketahui dewa dan hantu pun tak menyadari, lebih dulu dari kita?”
“Jika ini tidak terkait Zhang Patung Kertas, sementara kasus di Keluarga Wu bukan Shen Yishu yang muncul di kapal, lalu bagaimana menjelaskan kejadian di Keluarga Wu sekarang? Apakah Kasus Hantu Sepatu Merah punya teknik avatar?”
Keraguan menumpuk di hati Zhao Fucheng.
Tapi kondisi Chang San mencapai keseimbangan yang misterius.
Bagian tubuh atasnya ditandai oleh mekanisme luka wajah hantu, sementara kaki bawahnya menginjak jejak sepatu merah dan ditandai hantu gentayangan sepatu merah. Dua hantu saling berebut, membuatnya sementara bisa bertahan hidup.
Tapi karena ketakutan, dia malah ingin mencungkil luka hantu. Begitu keseimbangan pecah, nyawanya langsung melayang.
“Aku, aku tidak berani——”
Chang Si menggelengkan kepala sambil menangis putus asa.
Begitu ucapannya habis, Zhao Fucheng menggelengkan kepala dan mendesah: “Sungguh sampah.”
Baru saja dia mendesah, beberapa helai benang hantu hitam legam jatuh dari langit, menjerat kedua pergelangan tangan Chang San.
“Fu Sheng, maukah kita potong kedua lengannya?” Kuaai Manzhou menatap Zhao Fucheng dengan wajah naif: “Kalau lengannya dipotong, dia tak bisa garuk-garuk luka.”
“……” Zhao Fucheng tertegun sejenak, lalu menggeleng: “Menyelamatkan orang tak perlu segigih ini——”
“Anak kecil tidak banyak aturan saat bertindak,” Zhao Fucheng melihat ke Wu Shaochun: “Shaochun, ikat dia.”
Kuaai Manzhou tidak senang membentuk mulutnya, memutar tubuh dengan wajah kaku.
Wu Shaochun langsung bergerak, kabut hantu dapur membentuk lingkaran asap, menjebak Chang San di tempat.
……
Tindakan Kuaai Manzhou dan Wu Shaochun membuat Tuan Qian dan Bupati Jiang tertekan aura.
Keduanya sudah tahu rombongan ini berasal dari Kantor Zhenmo Si Kabupaten Changping, juga mengetahui Ding Datong adalah seorang jenderal Kabupaten Changping——artinya, Ding Datong adalah seorang ‘Penakluk Hantu yang berwatak lembut’.
Selain itu, Zhao Fuccheng berada di atasnya, pasti juga memiliki kekuatan besar.
Di antara staf pendamping, Bupati Jiang dan Tuan Qian mengira Wu Shaochun dkk hanyalah Ling Shi biasa yang mengerjakan tugas kasar.
Terutama Kuaai Manzhou, awalnya tak seorang pun mengira anak dengan ekspresi suram dan wajah memutih ini adalah Penakluk Hantu.
Tapi aksi mereka berdua saat ini langsung membuat Bupati Jiang dan Tuan Qian terbelalak, lama tak bisa tersadar.
“B-bahkan mereka juga Penakluk Hantu——”
Bupati Jiang bergumam: “Kabupaten Changping... Kabupaten Changping sekuat ini?”
Zhao Fucheng saat ini tidak punya pikiran tersembunyi untuk bercanda dengan mereka.
Bencana hantu Keluarga Wu Kabupaten Jin sangat berbahaya dan misterius, bahkan muncul bersamaan Kasus Luka Wajah Hantu dan Kasus Hantu Sepatu Merah.
Keluarga Wu menghilang tanpa jejak. Menurut Zhou Dazhu, setiap hari setelah tengah hari, Ling Si misterius Kabupaten Jin akan muncul di rumah Wu.
Tempat ini sangat berbau bahaya.
Dia berkata dengan serius: "Bupati Jiang, Kakek Qian——"
"Mana berani disebut Kakek." Kakek Qian berkeringat dingin, buru-buru menyela: "Tuan bisa panggil saya Qian Zhongying, atau panggil Lao Qian juga boleh."
Zhao Fucheng mengangguk: "Kalian berdua bukan anggota Zhenmo Si, tinggallah di sini, jaga Chang San dan Chang Si."
Setelah bicara, dia masih tidak tenang.
Dalam ketakutan ekstrem, akal sehat akan tertahan, membuat orang melakukan hal-hal bodoh yang tak terbayangkan.
Beberapa hal jika tidak dijelaskan, justru bisa membuat mereka kehilangan nyawa.
"Keluarga Wu sudah menjadi wilayah hantu, jangan berkeliaran. Tanpa panduan kami, kalian tidak bisa keluar."
Dia menunjuk ke tanah: "Jejak kaki di tanah adalah aturan membunuh hantu gentayangan. Menginjak jejak itu akan dibunuh roh jahat." Setiap kalimatnya membuat mereka semakin menggigil: "Dan di keluarga Wu ada luka wajah hantu, mundur akan ditandai."
Zhao Fucheng mengingatkan: "Jika tidak sengaja menginjak jejak hantu, segera mundur seperti Chang San, pancing tanda luka wajah hantu. Sebaliknya, jika ditandai luka wajah hantu, segera injak jejak hantu untuk menyelamatkan nyawa, mengerti?"
"M-mengerti."
Qian Zhongying dan Bupati Jiang ingin menangis tapi tak berair, terus-menerus mengangguk-angguk.
Sebenarnya setelah penjelasan panjang itu, pikiran mereka kacau balau. Karena takut, sama sekali tidak masuk ke hati.
Hanya ingat 'luka wajah hantu, jejak merah', tapi saat Zhao Fucheng bertanya, mereka tak berani tidak menjawab.
Bupati Jiang berkata: "Tuan, bagaimana jika saya ikut bersama kalian—"
"Setuju setuju, mari masuk bersama—"
Qian Zhongying segera menyatakan dukungan.
Chang San dan Chang Si menangis histeris, berteriak mereka seharusnya tidak masuk ke dalam kota.
Zhao Fucheng mengerutkan kening: "Omong kosong! Tinggal di sini dan ikuti perintahku, kalian tidak akan mati. Hantu ada di dalam rumah, masuk ke sana justru sangat berbahaya."
Beberapa orang ini bahkan ketakutan di luar rumah besar, masuk ke dalam jelas bunuh diri.
Setelah bicara, dia merasa tidak yakin lalu menatap Ding Datong: "Datong, kamu tetap di luar untuk berjaga."
Begitu kata-katanya menggema, Bupati Jiang dan Qian Zhongying serentak menampakkan ekspresi gembira.
