"Tuan, saya rasa orang ini agak mencurigakan."
Zhang Chuanshi menyelak mendekati Zhao Fucheng, menatap Tuan Xie sambil berbisik:
"Orang ini masih sangat muda tapi membawa lonceng emas yang misterius. Menurut saya suara gemerincing lonceng itu tidak wajar——"
Begitu lonceng berbunyi, Zhang Chuanshi bahkan ingin mengeluarkan dayung ganda dan mulai mendayung.
Ini bukan main-main!
Zhang Chuanshi telah mengendalikan benda kutukan yang sangat berbahaya. Berbeda dengan saudara-saudara Fan, dia sangat memahami betapa mengerikannya hantu gentayangan dan benda-benda kutukan yang menyertainya.
Kecuali terpaksa, dia sama sekali tidak ingin menggunakan kekuatan hantu gentayangan.
Namun pengaruh suara lonceng Tuan Xie membuatnya terus ingin mengeluarkan dayung dan mengayunkannya beberapa kali – tanda jelas benda kutukan itu mulai lepas kendali.
Bagi Penakluk Hantu lain, kemungkinan besar hantu mereka akan bangkit karena suara lonceng ini. Ini masalah serius!
Tuan Xie bertingkah laku tidak wajar, berjalan sendirian di wilayah hantu.
Sorot mata Zhang Chuanshi berkedip-kedip:
"Masih muda, makan kue saja giginya bisa copot——"
Tuan Xie memanggang kue, tanpa mengangkat kepala sambil berkata pada Zhang Chuanshi:
“Aku bisa dengar ucapanmu.”
“……” Zhang Chuanshi tampak takut, dia menyusutkan kepala, hendak bicara sesuatu, namun entah mengapa gentar melihat Tuan Xie ini. Akhirnya dengan enggan menutup mulut, dia menyenggol Fan Wujiu:
“Xiao Fan, kamu yang bicara.”
Fan Wujiu langsung bersuara:
“Aku juga rasa orang ini mencurigakan.”
“Bener-bener orang bodoh, jadi pion orang lain.” Tuan Xie menggelengkan kepala.
Fan Wujiu naik pitam:
“Siapa yang kau sebut bodoh!”
Zhang Chuanshi menyahut:
“Tepat sekali.”
“Sudah, jangan ribut.” Zhao Fucheng menegur, Fan Wujiu dan Zhang Chuanshi langsung diam.
Tuan Xie terkejut menoleh, menatapnya lama-lama, lalu memandangi Fan Wujiu dan Zhang Chuanshi, akhirnya raut wajahnya menunjukkan keheranan:
“Mereka benar-benar mendengarkanmu.”
“Tuan Xie, gigimu tidak apa-apa?” Zhao Fucheng menunjuk mulutnya.
Dia menggeleng:
“Tidak apa, cuma copot beberapa gigi, sudah terbiasa.”
Zhao Fucheng tak bisa memahami ‘kebiasaan’ ini, terdiam sejenak, tiba-tiba bertanya lagi:
“Kurasa kau bukan orang biasa, situasi Kabupaten Shangyang ini aneh, untuk apa kau datang ke sini sekarang?”
Tuan Xie meletakkan kue di atas wadah sambil menjawab:
“Ada anggota keluarga yang menyuruhku mengurus sesuatu.”
“Barusan kau sebutkan ada budak keluarga?” Zhao Fucheng bertanya lagi.
Tuan Xie mengangguk:
“Bawa beberapa budak lho, perlengkapan operaku banyak, harus persiapan juga kalau pergi.”
“Budak-budaknya mana?” Zhao Fucheng menatapnya, menduga apakah orang ini benar-benar utusan Zhenmo Si ibu kota kekaisaran yang dikirim untuk memancing janin hantu.
“Tersesatlah.”
Tuan Xie berkata datar:
“Sepanjang jalan aku pinjam jalan, kadang nebeng kereta orang, jadi terpisah dari budak. Makanya pakai lonceng emas buat kontak.”
“Lonceng emasmu ini——” Zhao Fucheng mencoba bertanya.
Tuan Xie tersenyum:
“Lonceng emasku ini barang bagus, tinggal digoyang, budak-budak pasti dengar dan bisa nemuin aku.”
Usai bicara, dia tambahkan sambil tertawa:
“Ini replika terbaik yang berhasil dibuat keluargaku dari sebuah pusaka.”
“Ternyata cuma replika.”
Zhao Fucheng langsung paham, fungsi lonceng emas Tuan Xie ini mirip dengan Genta Hantu Ruang-Waktu.
Dari reaksi hantu gentayangan yang gelisah saat lonceng dibunyikan, Zhao Fucheng curiga budaknya mungkin bukan 'orang' biasa.
“……Setuju.” Tuan Xie tersedak, beberapa saat kemudian mengiyakan dengan kesal.
“Jujur saja, kita seperti dipertemukan takdir. Sebenarnya janjian ketemu orang marga Xie dari ibu kota kekaisaran di Kabupaten Shangyang.”
Tuan Xie ini bawa replika lonceng, datang dari ibu kota, bermarga Xie—meski kelakuannya kurang bisa diandalkan—pasti anggota Keluarga Xie yang disebut Ding Datong.
Sampai di situ, dia memiringkan kepala ke Ding Datong:
“Mungkin yang datang bukan leluhur, tapi anggota keluarga yang tidak kompeten.”
“Masa sih.” Ding Datong sampai mengepal tinju.
“Kasus Janin Hantu begitu mengerikan, rombongan Kabupaten Changping mengalami berbagai kesialan sepanjang perjalanan.”
“Situasi di Kabupaten Shangyang juga sangat berbahaya. Jika ibu kota kekaisaran mengirim orang yang tidak memiliki kemampuan luar biasa dan berpengalaman menangani bencana hantu, maka jelas Zhenmo Si ibu kota sengaja menjebak rombongan Kabupaten Changping.”
“Ding Datong tidak berani membayangkan, bagaimana dia dan Hu Rong dkk akan menghadapi kebangkitan hantu gentayangan Lu Zhu'er dan serangan mendadak Zhang Patung Kertas seandainya tidak ada Zhao Fucheng dkk selama perjalanan – mungkin mereka sudah tewas di Desa Dongping dan berubah menjadi hantu air seperti warga desa.”
“Tuan Xie tetap diam, merobek roti panggang dan menyuapkannya ke mulutnya sendiri.”
“Dia benar, tanggalnya gigi sudah menjadi hal biasa baginya.”
“Dalam sekejap, suara giginya yang patah bahkan lebih keras dari suara kunyahan roti, sesekali meludahkannya.”
“Kadang dia cukup berpengalaman untuk menangkap gigi yang akan tanggal dengan tangan sebelum jatuh, lalu mencucinya dan memasang kembali; kadang gagal menangkap sehingga gigi jatuh ke lantai kereta, lalu dia merangkak sambil menonggok mencari gigi.”
“Mereka yang awalnya terguncang perlahan menjadi terbiasa, bahkan Chen Duozi sempat membantu memunguti gigi yang jatuh beberapa kali.”
“Cukup, cukup, kumohon berhentilah makan.”
Zhao Fucheng tidak tahan lagi, berkata:
“Sepertinya tujuan kita sama. Pertemuan ini sungguh dipertemukan takdir. Kota sudah dekat, nanti kita cari tempat menginap yang menyediakan makanan dan air panas. Jangan makan roti lagi, gigimu hampir habis tanggal semua.”
Tuan Xie mendengar kabar itu dengan gembira:
“Benar-benar mendapat keberuntungan darimu.” Setelah berkata demikian, dia dengan hati-hati menyodorkan sisa satu setengah kue ke dalam dekapan:
“Tepat untuk disimpan nanti, aku kelaparan sepanjang perjalanan – sudah bertahun-tahun tidak mengalami kesulitan seperti ini.”
Perkataan itu membuat kerumunan kembali terdiam.
Sambil berbincang, kereta supernatural terus melaju, tak lama kemudian mereka mulai melihat gerbang kota.
Nama 'Kabupaten Shangyang' terdengar megah, tapi kondisi kabupaten itu compang-camping.
Gerbang kota bernoda, bagai kota kuno yang terluka perang.
Menurut Qian Zhongying, situasi dalam kota sebenarnya sudah tidak damai, tapi penjaga gerbangnya cukup banyak.
Tujuh delapan pria berbaju dinas petugas Dinasti Han Raya bersandar di gerbang, memandang lesu ke kejauhan – di area pandang mereka terdapat meja kecil dengan kuali berisi sup daging yang mengeluarkan aroma sedap.
Empat lima orang duduk mengelilingi meja yang berisi semangkuk kacang rebus dan sayuran kering tumis.
Mendengar suara kereta kuda, para penjaga gerbang langsung siaga, seseorang berteriak:
“Ada yang masuk kota!”
“Jam segini masih ada yang kembali ke kota—” Beberapa pria di meja mengencangkan ikat pinggang lalu mendekat sambil tertawa atau mengumpat.
Bersamaan dengan itu terdengar teriakan untuk memindahkan palang kayu guna menghalangi kereta kuda.
Ding Datong hendak bicara, tapi Qian Zhongying buru-buru bersuara:
“Tuan, biar saya yang urus, ini semua orang dalam.”
Setelah selesai berbicara, Zhao Fucheng memerintahkan:
"Jangan bocorkan identitas asli kita."
"Iya!"
Qian Zhongying mengiyakan, lalu membungkukkan pinggang dan keluar dari kereta kuda.
Dia pergi menyapa orang luar, terdengar suara tertawa dan makian dari luar.
Dalam percakapan, Qian Zhongying mengaku baru kembali dari tugas dinas luar kota yang mendesak.
"Aku membawa beberapa kerabat klan. Tolong permudah urusan. Nanti di dalam kota, aku traktir minum-minum."
Sambil berbicara, dia mengeluarkan sekantong uang logam dan menyuap penjaga gerbang.
Seorang pria tertawa:
"Kuduga kenalan. Di dunia seperti sekarang, siapa berani masuk kota jam segini."
Setelahnya, pria lain mengingatkan:
"Kak Qian, hampir maghrib. Meski daerah ini jauh dari Qingzheng Fang, lebih baik jangan langgar pantangan. Cepat pulanglah."
"Terima kasih nasehatnya. Aku segera pergi."
……
Setelah dialog singkat, Qian Zhongying mundur kembali.
Melihat langit luar, dia gelisah:
"Tuan, hampir maghrib. Kita lewat Gerbang Selatan yang dekat Qingzheng Fang."
"Lalu kenapa?" Tuan Xie penasaran.
"Qingzheng Fang dikenal punya kisah hantu malam hari. Selama puluhan tahun, Zhenmo Si punya mekanisme: larangan bepergian di pertengahan periode You (sekitar 18:00)." Qian Zhongying yang jago membaca situasi, tahu Tuan Xie bukan orang biasa, menjawab dengan sungguh-sungguh.
“Ternyata begitu.”
Tuan Xie mengangguk-angguk.
Orang biasa mendengar kata 'kejadian hantu' mungkin sudah merinding, tapi dia sama sekali tidak berubah ekspresi.
Zhao Fucheng merekam reaksinya dalam hati, lalu menatap Qian Zhongying:
“Rumahmu di mana, berapa jaraknya dari Qingzheng Fang?”
Wibawanya di hati Qian Zhongying sangat kuat. Begitu ditanya, Qian Zhongying langsung serius menjawab:
“Tuan, rumah ini dibeli saat Hu Shi masih menjabat, berlokasi di Changyuan Fang yang termasuk wilayah kelas tiga. Dengan kereta, jaraknya sekitar lebih dari setengah jam dari Qingzheng Fang.”
Di perjalanan, dia sulit memperkirakan waktu tepat.
Tiba-tiba gerimis turun membasahi atap kereta, terdengar desau seperti ulat memakan daun murbei.
Wajah Qian Zhongying langsung berubah pucat.
“Hujan turun!”
Dia berkata:
“Tuan, Kabupaten Shangyang sering hujan selama setahun terakhir, terutama dua bulan ini. Begitu hari gelap pasti hujan sampai subuh.” Dia memperkirakan, dua bulan lalu hujan mulai sekitar tengah malam (sekitar 23:00), lalu semakin maju. “Bulan lalu sudah mulai sekitar pertengahan waktu Xu (sekitar 20:00).”
Setelah selesai berbicara, dia gelisah menambahkan:
“Baru saja pergi sebentar, kok maju begitu cepat——”
Nenek Meng menghiburnya:
“Mungkin karena lokasinya dekat Qingzheng Fang, jadi hujannya lebih awal.”
Qian Zhongying tetap cemas, tapi tahu Nenek Meng bermaksud baik. Dipaksa tersenyum tipis:
“Mungkin begitu.”
Setelah selesai berbicara, dia menatap Zhao Fucheng:
“Tuan, kalian baru saja memasuki kota hari ini. Tak perlu terburu-buru mengurus apapun. Lebih baik istirahat dulu di rumah saya.”
Dia berkata:
“Rumah saya luas, ada air panas dan makanan. Pasti bisa menjamu kalian semua dengan baik.”
“Tidak usah.”
Zhao Fucheng menggelengkan kepala:
“Malam ini kami akan menginap di Qing Zheng Fang. Mari kita lihat situasi sebenarnya di kota ini.”
Begitu kata-katanya selesai, yang lain semua mengangguk-angguk.
“Masih ada waktu tersisa. Nanti Qian Zhongying tunjukkan jalan, Zhang Xun kendarai kereta. Cepat-cepat cari penginapan untuk menurunkan kami. Kalian bisa menginap di rumah Qian Zhongying.”
Zhang Xun mengiyakan.
Dia mengibaskan cambuk panjangnya, mencambuk tubuh kuda. Kuda yang kesakitan langsung melesat ke depan, membuat kereta melaju lebih kencang.
Meski disebut sebagai kabupaten, jalan-jalan di Shangyang tidak rata. Roda kereta bergetar di jalanan rusak, membuat wajah semua penumpang pucat.
Khawatir terjadi kejadian hantu, Zhang Xun memacu kereta dengan cepat. Setelah sekitar satu kece lebih, kereta memasuki sebuah gang. Di ujung gang terlihat 'kota benteng' kecil lainnya.
Tempat ini seperti benteng khusus kedua di Kabupaten Shangyang.
Sebelumnya mereka pernah mendengar Qian Zhongying dan Zhang Chuanshi menyebut pola pembagian fang yang unik di Shangyang, jadi tak terlalu terkejut.
Langit belum sepenuhnya gelap, tapi di sekitar gerbang kota tak terlihat pejalan kaki yang lalu-lalang.
Aturan khusus Qing Zheng Fang telah membuat warga kota patuh. Mereka semua sudah menyelinap masuk ke dalam kota sebelum gelap.
Di bawah arahan Qian Zhongying, Zhang Xun menghentikan keretanya di salah satu pintu masuk Qingzheng Fang.
Pintu sudah tertutup.
Terlihat pintu gerbang yang hitam legam, di sebelah luar tergantung dua lentera putih pucat.
Api kuning redup di dalam lentera menerangi hujan halus seperti bulu kerbau yang melayang di udara, memantulkan warna jingga kemerahan.
Di bawah penerangan, daun pintu ganda hitam yang terkunci mengeluarkan aura menekan yang mengerikan, seolah-olah membuat sulit bernapas. Di tengah papan pintu, terdapat lingkaran darah yang dilukis dengan cairan merah gelap seperti darah.
Ketika kereta berhenti beberapa langkah dari pintu gerbang, bau busuk yang memuakkan langsung menyebar dari arah pintu.
Lingkaran darah misterius itu memancarkan aura menakutkan di bawah sinar lentera.
Air hujan berawa hitam yang jatuh seakan ditahan oleh kekuatan aneh, terpental sejauh lebih dari satu chi dari pintu gerbang.
"Kami turun di sini."
Zhao Fucheng melihat langit sudah senja dan berkata demikian.
Dia melompat turun pertama kali, diikuti oleh Kuaai Manzhou yang turun dengan lincah.
Kemudian Nenek Meng, Liu Yizhen, serta Fan Bisi bersaudara turun secara berurutan.
Setelah mereka turun, Tuan Xie di dalam kereta juga ingin ikut turun.
Wajahnya terlihat masih muda dan penuh vitalitas, namun entah mengapa saat turun kakinya terpeleset. Suara 'krek-krek' tulang langsung terdengar, diikuti teriakan mengerikan dari Tuan Xie:
“Aduh、Aduh, pinggangku keseleo!”
“……”
Di momen menegangkan ini, kerumunan yang mendengar erangan kesakitannya semuanya tertegun.
Tuan Xie menyandarkan tubuh bagian atas ke kereta, satu kaki melangkah ke depan, satu lagi ditekuk menyangga tubuhnya, tangan menopang pinggang sambil terus mengerang kesakitan.
Zhao Fucheng menoleh dan melihat wajahnya yang mengerut kesakitan, perasaan mustahil bercampur absurditas membanjiri hatinya.
Zhang Chuanshi yang baru turun dari kereta berdiri di samping Tuan Xie. Setelah menenangkan diri, dia memerintahkan Zhang:
“Bantu Tuan Xie berdiri, biarkan Qian Zhongying dan yang lain pergi dulu.”
“……Apa?!” Zhang Chuanshi menjerit tak percaya: “Dia masih muda, turun kereta saja bisa keseleo pinggang, malah suruh aku yang jauh lebih tua ini membantunya?”
Meski menggerutu, perintah Zhao Fucheng tak berani dibantah. Dengan gumaman kesal, tangannya menyangga tubuh Tuan Xie.
Saat menyentuh Tuan Xie, Zhang Chuanshi menarik napas tajam: ‘Sreeek!’
Setelah itu, dia terdiam sejenak tak percaya:
“Kau menghangatkan diri lama di tungku api tadi, memonopoli bara panas, kok tubuhmu masih sedingin ini?”
“Makin tua makin tak tahan dingin—” sahut Tuan Xie.
“Sungguh terbalik langit dan bumi, anak muda malah menyuruh orang tua membantunya, tak malu kah?” Zhang terus menggumam.
Ada hal yang ingin kusampaikan pada kalian semua.
Karena pemeriksaan tahunan penerbit, buku 《Pra-Pesan High Alert》 terpilih untuk inspeksi, mungkin ada beberapa bagian yang perlu direvisi lagi. Waktu pengiriman saat ini belum diketahui.
Setelah berdiskusi dengan penerbit, pembaca yang telah membeli buku fisik bisa mengirim screenshot bukti pemesanan via DM ke akun Weibo penerbit, lalu menerima hadiah merchandise terkait~~~
(Karena masalah logistik, hadiah mungkin baru akan dikirim setelah Tahun Baru Imlek.)
Kalian bisa mencari nama saya di: .
Saya akan mem-posting informasi terkait di bagian atas profil. Untuk yang perlu menghubungi pihak penerbit, silakan lihat penjelasan di postingan pin tersebut.
