"Kau! Dari kelas mana?! Di mana pemegang bendera sebelumnya?!" Begitu upacara pengibatan selesai, guru penanggung jawab langsung berlari galak dan menyeramkan menghampiri Lin Qiye, mulai menuduh.
Lin Qiye sama sekali tidak menghiraukannya, langsung menyamping dan berjalan menjauh.
Guru itu membelalakkan mata, selama mengajar ia belum pernah menemui murid seaneh ini!!
"Berdiri tetap! Guru sedang bicara padamu, sikap apa ini!! Percaya tidak kalau sekarang juga kau kubawa ke ruang kepala sekolah untuk dihukum skorsing?!!"
Tangannya menarik kasar bahu Lin Qiye sambil berteriak!
Di depan, Lin Qiye berhenti, memutar kepala perlahan. Dalam bola matanya, dua nyala api keemasan tiba-tiba menyala!
Seketika, tekanan tak terduga menyelimuti hati guru itu!
Di bawah tatapan mata ini, ia merasa seperti sedang menatap seluruh semesta. Dalam kegelapan dan misteri yang tak terbatas, dirinya hanyalah sebongkah kerikil tak berarti.
Perasaan tertindas!
Ini adalah tekanan yang melampaui tingkat kehidupan!
Hanya dalam sekejap, punggung guru penanggung jawab langsung basah kuyup oleh keringat dingin, seolah seluruh tubuhnya mau lunglai.
Nyala api di mata Lin Qiye berkedip sejenak, seolah tak pernah ada apa-apa di balik bola mata hitam legam itu.
"Urusan tadi, itu kesalahanku. Kau bisa laporkan kritik ke seluruh sekolah, bahkan bisa mengadu ke kantor pengacara." Lin Qiye memandangi guru penanggung jawab yang terengah-engah, berkata dengan tenang:
"Tapi, kau harus tunggu sampai aku menyelesaikan pekerjaanku."
Usai bicara, Lin Qiye berbalik badan, dan dalam tatapan penuh ketakutan sang guru, ia melesat pergi.
"Kapten."
"Qiye, laporkan kondisimu."
"Seluruh guru dan murid di sekolah sudah kuselidiki... Keadaannya parah. Menurutku mustahil menyelesaikan urusan ini diam-diam."
"Jelaskan detailnya."
"Dari tiga tingkat kelas, kelas 1 dan 3 SMA relatif sedikit yang terinfeksi, total kurang dari sepuluh orang. Paling parah kelas 2 SMA - 36 terinfeksi! Satu kelas bahkan separuhnya monster! Itu baru murid. Di kalangan guru dan atasan, ada sekitar 20 terinfeksi! Jadi bisa diprediksi, di Sekolah Menengah No.2 ini minimal 60 guru-murid telah berubah jadi monster!"
Sisi lain headset tenggelam dalam keheningan.
“Kapten, lebih dari 60 orang terinfeksi! Bahkan jika setiap yang terinfeksi hanya berada di tingkat 'Zhǎn', di SMA ini terdapat lebih dari 60 monster tingkat 'Zhǎn'! Jika kita menemukan tubuh asli makhluk mitos ini, ke-60+ terinfeksi itu pasti akan mengamuk dan menyerang guru-siswa secara membabi buta! Jumlah mereka terlalu banyak, jika ada yang lolos dari sekolah, ini akan menjadi malapetaka yang melanda seluruh Kota Cangnan!”
Lin Qiye dengan tenang menyampaikan analisisnya.
“Qiye, ini bukan soal 'jika' ada yang lolos dari sekolah...” Suara tebasan pedang terdengar dari headset, Chen Muye berbicara perlahan, “Mereka sudah mulai meresap keluar.”
Saat ini, beberapa kilometer dari Sekolah No.2, sebuah rumah kontrakan.
Chen Muye menginjak-injak daging dan darah yang berserakan sambil membawa pedang, di sampingnya Wu Xiangnan dengan wajah tegang.
“Kami menyelidiki keluarga Liu Xiaoyan, Han Ruoruo yang kamu sebutkan, dan rumah kepala sekolah. Keluarga mereka juga terinfeksi, baru saja kami bersihkan. Situasinya lebih buruk dari perkiraan.”
“Lalu...”
“Kita harus mengunjungi keluarga semua yang terinfeksi untuk memutus rantai penularan, jadi sementara tidak bisa membantumu. Tapi makhluk mitos sekompleks ini pasti tidak terlalu kuat, aku yakin kalian bertiga bisa membereskannya.”
“Tapi tindakan ini pasti akan memicu kekacauan di sekolah, mungkin menguak keberadaan kita dan makhluk mitos itu.”
“Ini tidak perlu dikhawatirkan, kita punya sebuah benda terlarang bernama 【Bisikan Mimpi】, yang bisa menciptakan mimpi dalam radius tertentu dan menghapus sebagian ingatan manusia. Selain itu, aku akan meminta Leng Xuan sementara menggantikan Penjaga untuk membuka 【Wilayah Tanpa Batas】 di sekitar Erzhong. Siapapun dilarang keluar-masuk. Dalam waktu dekat... Erzhong akan berubah menjadi pulau terisolasi dari dunia.”
Chen Muye berjalan ke tepi jendela, bola matanya menatap ke arah Lin Qiye dan dua rekannya, berkata dengan tenang:
“Kali ini musuh kita sangat berbahaya. Jangan tahan diri, jangan sembunyikan kemampuan. Harus temukan wujud aslinya secepat mungkin... Bunuh! Sekaligus lindungi keamanan guru dan murid. Jangan biarkan ada lagi korban jiwa. Untuk kali ini... Kalian boleh mempertaruhkan segalanya!”
Di ujung headset, Lin Qiye terdiam sejenak lalu mengangguk tegas, “Aku mengerti.”
Lin Qiye memutus headset. Wu Xiangnan yang berdiri di samping Chen Muye mengerutkan alis halus, bertanya:
“Pertama kali bertugas langsung menghadapi insiden sebesar ini, apakah terlalu berat baginya?”
“Xiangnan, anak ini berbeda dengan kita.” Chen Muye menggeleng pelan, “Dia punya potensi, karakter, dan ketahanan. Yang perlu kita lakukan hanyalah memberinya jalan yang jelas dan panggung yang luas. Dia sendiri akan menggapai langit.”
……
Asrama putri Erzhong.
Hongying mengendap-endap mengintip dari balik jendela, lalu melambai-lambaikan tangan ke belakang, “Cepat pergi, tante pengurus asrama sedang tidak di tempat!”
Si Xiaonan berlari masuk dari luar dengan cepat, melompat ringan melewati pintu gerbang, lalu menyelinap ke belakang ruang jaga.
Hong Ying meniru caranya, setelah berdua menghindari ruang jaga, mereka langsung menaiki tangga tiga anak tangga sekali melangkah, gesit bagai terbang!
Sekejap mata, mereka sudah sampai di lantai lima.
Saat itu upacara pengibaran bendera baru saja berakhir, para murid langsung kembali ke ruang kelas untuk persiapan sekolah, asrama kosong melompong dengan semua pintu kamar di kedua sisi terkunci rapat, lorong sempit yang gelap hanya disinari secercah cahaya dari balkon di ujung.
Hong Ying berjalan hati-hati menempel di dinding, mengamati lantai ini dengan cahaya redup.
"Lin Qiye bilang kamar asrama siswi itu yang mana ya?" Hong Ying menoleh dan berbisik pelan.
"Kamar kedua dari ujung sebelah utara." Jawab Si Xiaonan.
Hong Ying memandang ke arah asrama utara, melangkah pelan ke sana. Si Xiaonan menggenggam erat ujung bajunya, mata kecilnya memancarkan ketakutan.
"Jie Hong Ying, jalanmu terlalu cepat."
"Tahu tahu. Dasar nak, berani lawan monster tapi takut gelap." Hong Ying menjawab pasrah.
Keduanya semakin mendekati pintu kamar. Hong Ying kembali menggunakan jarum tipis untuk membuka kunci, pintu kamar pun terbuka perlahan...
Tepat seperti dugaan Hong Ying, tak ada bayangan orang di dalam kamar.
Keduanya masuk dan segera melakukan pencarian cepat.
"Ck, asrama sekolah ini bagus ya... Balkonnya cukup luas." Hong Ying membuka pintu dan naik ke balkon, berkomentar penuh kekaguman.
Tiba-tiba, sepertinya dia melihat sesuatu, pupil matanya menyempit tajam.
Di rak jemuran asrama, selain bergantungan sederet baju dalam warna-warni yang lembut...
Ada empat lembar kulit manusia tipis yang berkibar ditiup angin.
