Liu Yuan tertegun, tak menyangka Lin Qiye melepaskannya dengan begitu cepat.
Jangan-jangan dia takut padaku?
Apa tadi pengaruhku sangat kuat?
Memikirkan ini, Liu Yuan tanpa sadar meluruskan pinggang, melirik Lin Qiye sambil mendengus dingin, menggenggam tangan Han Ruoruo lalu pergi dengan angkuh.
Saat siluet mereka menghilang di lorong, seorang anggota Tim Kapak mendekati Lin Qiye, berbisik:
“Kak Qiye, benar dilepas begitu saja? Dia merebut pacarmu! Bagaimana kalau... kami menghajarnya sekali ini?”
“Tim Kapak ini menyaksikan langsung kemampuan tempur Lin Qiye, saat ini mereka benar-benar menganggapnya seperti dewa. Melihat Liu Yuan sekarang begitu lancang membawa Han Ruoruo pergi, hati mereka berkobar-kobar.
“Tidak perlu, Han Ruoruo bukan pacarku.” Lin Qiye tersenyum tipis, menatap dalam-dalam ke arah perginya kedua orang itu, “Dan... sebenarnya aku sangat senang sekarang, sungguh.”
“？”
Siswa pria itu memandang Lin Qiye dengan heran, ekspresinya langsung berubah aneh.
Waduh, jangan-jangan Kak Qiye... punya kebiasaan tertentu?
Li Yifei menahan tawa, menepuk bahu Lin Qiye, “Selamat keinginanmu terkabul.”
“Ya.”
Lin Qiye menoleh ke arah para murid di lorong, “Cuma ini saja?”
“Betul, semua yang bertahan dari kelas 2 SMA sudah di sini.” Li Yifei mengangguk, lalu mendekat ke telinga Lin Qiye, “Di antara mereka, apa ada...”
“Tidak ada.” Sudut bibir Lin Qiye naik tipis, “Satu-satunya, sudah dibawa kabur oleh teman sekelas kita Liu Yuan.”
“Hahaha, syukurlah.”
“Bawa mereka ke aula besar. Begitu tubuh utama Naga Iblis Nanda dibersihkan, kita bisa pergi.” Lin Qiye menoleh ke Li Yifei dan An Qingyu.
“Baik, akan kusampaikan ke mereka.”
Li Yifei maju menjelaskan ke para murid, sementara Lin Qiye sendiri mendekati pagar di tepi, mengerutkan alis menatap ke kejauhan.
“Tubuh utamanya belum ditemukan?”
Lin Qiye menoleh, melihat yang berbicara adalah An Qingyu, lalu mengangguk perlahan, “Kamu mengikutiku sepanjang jalan, menemukan sesuatu?”
An Qingyu diam sejenak, “Menemukan beberapa...”
An Qingyu mendekat ke telinga Lin Qiye, berbisik sesuatu dengan lirih. Sorot mata Lin Qiye menyempit, alisnya semakin berkerut.
“Kamu yakin?”
“Tidak.” An Qingyu menggeleng, “Pengetahuanku tentang makhluk ini terlalu sedikit, tidak cukup untuk membuat penilaian akurat.”
“Aku mengerti.”
“Aku punya permintaan.” An Qingyu kembali berbicara.
“Apa?”
“Aku mau itu.” An Qingyu menunjuk ke saku celana Lin Qiye.
Wajah Lin Qiye berubah.
“Maksudku pistolnya.”
Lin Qiye ragu sejenak, mengeluarkan pistol dari sakunya dan menyerahkannya ke An Qingyu, “Hanya tersisa tiga peluru. Kamu bisa pakai ini?”
“Pernah lihat di TV.”
“Cukup. Pasti lebih jago dariku.” Lin Qiye menghela napas.
An Qingyu diam-diam menyimpan pistol ke sakunya, “Semoga tidak perlu digunakan.”
“Ya...”
Beberapa saat kemudian, Li Yifei datang membawa seluruh murid dari lantai lima.
“Sudah semua di sini.”
“Antar mereka ke aula. Sekarang monster di sekolah seharusnya sudah bersih, tidak berbahaya. Aku akan mencari tubuh asli Naga Sheyao.” Kata Lin Qiye.
“Serahkan padaku!” Li Yifei menepuk-nepuk dadanya penuh keyakinan.
Lin Qiye mengangguk, tubuhnya bergerak cepat dan menghilang di dalam lorong.
Setelah Lin Qiye pergi, sekumpulan orang mengerumuni Li Yifei sambil saling menyela bertanya.
"Li Yifei, kamu nekat turun menyelamatkan orang, ada apa saja yang terjadi?"
"Iya! Kok tiba-tiba Lin Qiye muncul!"
"Benarkah dia sendiri yang membunuh semua monster itu?"
"Pasti! Kamu tidak mencium bau darah di bajunya? Sangat menusuk!"
"Bagaimana caranya? Sebenarnya dia ini siapa sih?"
“……”
Li Yifei memandangi para siswi yang matanya berbinar-binar ini, diam-diam melirik ke atas, "Kalau mau tahu, tanya sendiri nanti padanya."
Setelah berkata demikian, dia berbalik badan dan pergi.
Hmph, kalian para siswi ini, setelah keluar dari sini ingatan kalian akan dihapus, mana mungkin masih ingat Lin Qiye!
Li Yifei bergumam dalam hati.
Setelah semua monster terbunuh, hati semua orang semakin tenang. Para siswi semakin antusias membahas sosok misterius Lin Qiye.
Para siswa pria Tim Kapak yang ikut Lin Qiye membantai monster sepanjang jalan juga tak tahan ikut nimbrung, menggerakkan tangan menceritakan betapa hebatnya Lin Qiye sampai membuat para siswi terkesima.
Tiba-tiba Guru Wang mendekati mereka dan melemparkan kalimat pelan:
"Jangan pacaran dini..."
Para siswi: ...
……
Lin Qiye menggendong pedang lurus, berlari cepat-cepat di sekitar kampus, dia mengulurkan tangan untuk menghidupkan headset.
“Kakak Hongying, bagaimana keadaannya?”
“Kami menemukan beberapa kesan, sepertinya Nanda Sheyao menuju ke utara.”
“Utara?” Lin Qiye tertegun, “Bagian utara mana? Kantin? Gedung seni? Lapangan? Gedung sekolah?”
“Tidak tahu, aku dan Xiao Nan sedang menyisir kantin.”
“Baik, aku akan periksa gedung seni.” Lin Qiye berpindah arah, langsung melesat menuju gedung seni.
Gedung seni bisa dibilang bangunan terbaru di Erzhong, dibangun sekitar lima atau enam tahun lalu. Beberapa tahun sebelumnya saat kampanye nasional tentang pengembangan budaya dan seni siswa digaungkan, sekolah sengaja mengucurkan dana untuk membangun gedung ini.
Tapi setelah selesai dibangun, para murid jarang bisa mengikuti pelajaran seni. Seolah-olah setiap kali ada kelas seni, guru selalu sakit dengan alasan yang tidak masuk akal.
Gedung seni tidak tinggi, hanya tiga lantai, tapi ruangannya beragam. Ada yang khusus untuk sketsa, patung, latihan menari...
Lin Qiye menyusuri lorong lantai satu dengan cepat, tidak mendeteksi keanehan. Saat mencapai lantai dua, tiba-tiba muncul sebuah pemandangan dalam persepsi mentalnya...
Ekspresi Lin Qiye langsung berubah dramatis.
……
“Ruo... Kenapa kita tidak kabur dari sekolah, malah bersembunyi di ruang piano?” Liu Yuan memeluk Han Ruoruo dalam dekapan, melirik ke jendela diam-diam sambil berbisik.
Han Ruoruo mengangkat kepala yang menyembunyikan diri dalam pelukannya, sudut mulutnya sedikit terangkat, berbicara dengan lembut menggoda:
“Keluar buat apa? Tidak sehebat di sini yang sunyi... Di sini, aku bisa melakukan hal-hal menarik.”
Sekujur tubuh Liu Yuan seperti dialiri listrik, seluruh badannya gemetar. Ia menelan ludah, “Urusan apa?”
“Menurutmu...” Han Ruoruo mendekatkan wajah ke telinganya, suara lirihnya menyelip masuk hingga membuat Liu Yuan gelisah.
“Di luar masih ada monster, begini... tidak baik kan?” Liu Yuan merasakan api nafsu berkobar, namun akal sehat masih mengingatkannya untuk tidak melanjutkan.
“Kenapa tidak baik? Jangan-jangan...” Han Ruoruo mengulurkan tangan memeluk tubuhnya, ujung lidahnya menjilat pipi Liu Yuan bak capung menyentuh air.
Saat sisa terakhir kewarasan Liu Yuan terkikis, kedua tangannya hendak mengelus tubuh Han Ruoruo, gadis itu berbisik pelan sisa kalimatnya.
“Jangan-jangan... kamu tidak ingin dimakan olehku?”
Sudut mulut Han Ruoruo merekah, kepala mengerikan dari daging dan darah mekar persis di depan wajah Liu Yuan, deretan gigi runcingnya membuat bulu kuduk merinding!!
Pupil mata Liu Yuan membesar secara drastis!
Ia membuka mulut, berteriak histeris, seluruh tubuhnya meronta-ronta ingin melepaskan diri dari pelukan Han Ruoruo, namun sama sekali tak bisa terbebas!
“Ruo Ruo……Kamu, kamu ternyata juga……Tidak, tak mau!! Tak mau!! Aku mohon! Aku belum mau mati!!”
Saat ini, dia seakan teringat kembali momen ketika dengan angkuh meninggalkan gedung lima lantai. Seandainya dulu tidak pergi……mungkin sekarang tidak akan terjebak dalam situasi genting seperti ini!
Lin Qiye……Lin Qiye!
Tolong aku!
Di tengah jeritan histeris Liu Yuan, suara pintu terbuka yang jernih terdengar.
Han Ruoruo dan Liu Yuan sama-sama tertegun, menoleh ke arah sumber suara.
Lin Qiye terlihat membawa pedang lurus di punggungnya, berdiri tenang di sana sambil mengamati semua ini……
“Qiye! Lin Qiye! Ruoruo adalah monster! Cepat! Selamatkan aku!!”
Liu Yuan bagai melihat jerami penyelamat, matanya langsung berbinar. Entah dari mana datangnya kekuatan, dia mulai meronta-ronta di dekapan Ruoruo!
Lin Qiye mengusap hidungnya, tersenyum malu. “Maaf, mengganggu. Aku cuma mau menikmati pemandangan……Silakan lanjutkan, lanjutkan……”
Braak!
Pintu ruang piano ditutup keras, disusul bunyi "klik" tanda terkunci dari dalam……
