Di Divine Ruins Waktu, kecepatan Wang Mian luar biasa, dengan mudah menghindari pedang lurus Lin Qiye.
“Aku paham, ini diberikan oleh si gemuk kecil dari keluarga Baili...” Hanya dalam sekejap, Wang Mian telah memahami hubungan ini, menghela napas pasrah.
Namun, tak ada sedikitpun penyesalan di matanya, malah semakin bersemangat.
“Baiklah, kalau begitu aku akan...bertarung jujur denganmu!”
Dia benar-benar menyerah menggunakan taktik pisau energi, mengangkat Yi Yuan bertarung jarak dekat dengan Lin Qiye. Pisau hitam dan biru muda terus berbenturan di udara, memercikkan bunga api yang menyilaukan!
Di bawah Divine Ruins Waktu, kecepatan Wang Mian yang sepenuhnya fokus pada serangan telah sepenuhnya melampaui level manusia. Jika orang lain yang berdiri di posisi Lin Qiye, mungkin bahkan tangannya saja tidak bisa dilihat jelas, apalagi melacak lintasan pedangnya.
Bahkan Lin Qiye pun harus menggunakan penglihatan dinamis dengan konsentrasi penuh, ditambah refleks saraf yang mengerikan, baru bisa memaksakan diri menghadang serangan Wang Mian.
Sekarang Lin Qiye merasa sangat lega pernah mengikuti kelas tambahan yang dibuka Chen Muye dkk sebelum datang. Jika tidak mengalami pemukulan kejam dengan pedang kayu Chen Muye, jika tidak melalui latihan menghindar peluru, mungkin dia bahkan tidak bisa bertahan lima detik.
Dalam cahaya pedang yang membuat pusing, Lin Qiye tiba-tiba merasa tubuhnya ringan, kecepatan aliran waktu di sekitarnya kembali normal.
Sebaliknya, kecepatan Wang Mian di mata Lin Qiye pun melambat.
"Giliranku..."
Lin Qiye tersenyum, mengangkat pedang lurusnya, lalu menebas dengan kegilaan ke arah Wang Mian yang kehilangan bonus waktu!
Di dalam Divine Ruins Waktu, Lin Qiye kalah dalam duel pedang. Tapi setelah Divine Ruins menghilang, Lin Qiye dengan bonus 【Penari Malam Berbintang】 bisa menggantung Wang Mian untuk dipukuli!
Situasi berubah seketika, serangan Lin Qiye bagai badai mengamuk, membuat Wang Mian terus-menerus mundur tertindih.
Jika bukan karena teknik pedang Wang Mian yang brilian, mungkin dia sudah tidak bisa bertahan lama.
Beberapa detik kemudian, Wang Mian kembali membuka Divine Ruins Waktu, balik menyerang Lin Qiye...
Keduanya saling serang bergantian menguasai posisi atas, dengan pasrah saling tebas selama lebih dari tiga menit!
“...Mereka tidak lelah?”
Baili Panpan yang sudah berhenti perang dan sedang istirahat duduk di batu, membersihkan keringat di dahinya, berkomentar.
Bulan Hantu yang duduk di sampingnya menghela napas, “Aku tak tahu mereka lelah atau tidak, yang jelas aku sudah mendapat pukulan seharian, aku benar-benar lelah...”
Baili Panpan menampar bahunya menghibur: “Tak apa saudara, kita istirahat di sini juga baik, biarkan mereka saling bunuh, ke depannya kalau ada waktu bisa main ke rumahku.”
Bulan Hantu: ......
Dor——!
Sebuah meriam udara menghantam tanah di depan mereka, gelombang kejutnya membuat Baili Panpan pusing tujuh keliling.
“Hei! Yang sedang berkelahi! Bisakah pergi ke tempat yang lebih jauh? Jangan sampai melukai yang tak bersalah!” teriak Baili Panpan ke arah Shen Qingzhu dan Xuanwo yang sudah mata merah di kejauhan.
Setelah itu dia berbalik, bertanya dengan penuh perhatian: “Gimana? Saudara Bulan Hantu, tak apa?”
“Hukh hukh hukh, tak apa tak apa...”
Xuanwo di kejauhan melihat pasangan kocak ini nyaman beristirahat, menyeringai menunjukkan ekspresi iri, “Bagaimana kalau kita juga gencatan senjata, ikut istirahat?”
“......” Shen Qingzhu berpikir sejenak, “Bukan tidak mungkin.”
“Pergi?”
“Pergi!”
Di sisi lain, Timbangan yang terhuyung-huyung melayang di langit melirik Cao Yuan yang sedang kerasukan di bawah, lalu menghela napas, "Aku bilang, memang perlu segitu nekatnya? Lo teriak-teriak begitu lama nggak capek? Ayo kita istirahat sebentar."
"Graaahhh! Graahh... Grah hukh hukh hukh..."
Cao Yuan yang suaranya serak karena berteriak batuk beberapa kali, api hitam yang membakar di tubuhnya semakin memudar, bola mata merah darahnya pun mulai kembali sadar...
"Hukh hukh hukh... Ayo, cepat pergi... Amitabha, capek mati aku..."
Dengan suara serak, Cao Yuan hanya bisa berbisik keras memanggil, memberikan isyarat mata ke Timbangan, lalu limbung berjalan ke samping.
Tak lama kemudian, Mei Gui dan Molly yang bergandengan tangan datang sambil tertawa riang dari arah lain.
"Ei? Kalian juga berhenti berkelahi? Aku baru mau nonton dengan serius." Vortex berkata dengan nada kecewa.
"Memangnya cuma kalian yang boleh malas?" Mei Gui melototi dia sakin menggenggam lengan Molly lebih erat, "Jarang ketemu Jie yang keren banget kayak gini, aku nggak tega..."
"...Mei Gui, kelakuanmu begini bisa bikin orang salah paham kalau topeng-topeng kita ini isinya orang mesum semua," keluh Timbangan sambil menutupi dahinya.
"Mencari cinta sejati kok dibilang mesum?!" dengus Mei Gui, "Pulang nanti aku mau ganti kode nama."
"Ganti kode nama? Nggak pakai 'Mei Gui' lagi?"
“Ke depannya, aku mau dipanggil... Lili!”
“……”
Pandangan semua orang ke dua orang itu langsung terasa tidak beres. Tangan Baili Pangpang gemetar, pedang besar di pelukannya langsung jatuh ketakutan ke tanah.
Molly diam-diam menarik tangannya dari lengan Mei Gui, mendekati Baili Pangpang lalu tiba-tiba berbicara:
"Minggir, beri aku tempat."
"Ha? Oh, oke baik!"
Akhirnya, delapan orang ini berdesak-desakan di satu batu besar, menikmati pertarungan sengit dua orang di kejauhan.
"Semangat Kapten! Kapten paling tampan!!" Wo Qu berteriak keras!
Baili Pangpang tidak mau kalah, "Semangat Qiye! Hajar dia!!"
"Kapten tebas dia!" Mei Gui ikut berteriak.
Baili Pangpang: "Perkasa Qiye!!"
"Kapten jago!" Yue Gui menyusul.
"Qiye... hukh hukh hukh..." Baili Pangpang memijat tenggorokannya, menoleh ke Molly, Shen Qingzhu dan Cao Yuan yang diam seribu bahasa, "Kalian ikut teriak dong, aku sendirian kewalahan."
Shen Qingzhu langsung memalingkan muka mengabaikan Baili Pangpang. Molly menggaruk-garuk hidung lama sekali akhirnya mengeluarkan kalimat:
"Aku tidak kenal dekat dengannya..."
Justru Cao Yuan di belakang, setelah ragu-ragu, menarik suara seraknya berteriak:
"Lin Qiye... hukh! He... hukh hukh hukh... bat!!"
“Saudara……saudara, sudahlah, lebih baik aku yang melakukannya.” Baili Panpan merasa iba.
“Tidak boleh, lepaskan aku! Hukh hukh hukh……Qiye luar biasa!”
“Wah, perlu sampai segitunya berkelahi, saudara?!”
“Qiye……lu……luar biasa!”
“……”
……
Dang dang dang dang dang!!
Percikan api terus bermunculan, dua orang yang asyik menebas tiba-tiba gemetar seluruh tubuh mendengar suara dari kejauhan.
Setelah ragu sejenak, Wang Mian menaikkan dagunya dengan angkuh lalu berbicara:
“Dengar, dukunganku lebih mantap daripadamu.”
Lin Qiye: ……
“Membuka Divine Ruins berkali-kali seperti ini, kekuatan spiritualmu sudah hampir mencapai batas, kan?” Lin Qiye mengabaikan pamerannya dan berbicara pelan.
“Tubuhmu juga sudah hampir kelelahan, bukan?” Wang Mian mengangkat alisnya, “Aku sudah lama berperang, kualitas fisikku sejak lama melebihi orang biasa, sedangkan kau……cuma pelajar SMA biasa. Bisa bertahan sampai sekarang saja sudah sangat mengejutkanku.”
“Aku masih bisa bertarung.”
“Apakah memenangkan duel ini begitu penting bagimu?”
“Aku tidak peduli menang atau kalah duel ini.” Lin Qiye menggelengkan kepala, berkata tenang, “Aku hanya ingin mengerahkan seluruh kemampuan.”
