Bab 0109 043

　　Dalam kegelapan malam, siluet Lin Qiye dan Nyx muncul kembali di atap gedung asrama. 　　Senyuman datar masih tersungging di wajah Lin Qiye. Ia menghela napas panjang, lalu menoleh... 　　Tertegun di tempatnya. 　　Di bawah langit kelam, Yuan Gang menggenggam pisau sambil duduk di tangga tak jauh, menatap tajam Nyx. 　　Tiba-tiba, ia melihat Lin Qiye yang berdiri di samping Nyx, dan ikut membeku. 　　Nyx heran memandang Yuan Gang, lalu menoleh ke Lin Qiye, "Itu juga temanmu?" 　　Lin Qiye: "...Bisa dibilang begitu." 　　Yuan Gang berdiri perlahan. Tekanan spiritual dahsyat menyapu sekeliling. Ia melangkah mendekati Nyx, lalu berbicara datar: 　　“Wakil Kapten Tim 006 Penjaga Malam Da Xia yang bertugas di Shangjing, Yuan Gang. Boleh tahu nama Yang Mulia?” 　　“Nyx.” 　　“Nyx menyipitkan mata, aura membingungkan memancar dari tubuhnya. Meski tak ada gelombang kekuatan dewa di tubuhnya, hanya dengan aura ini saja, dia sudah mampu menekan Yuan Gang dengan mantap.” 　　“Dia memandang Yuan Gang dengan pandangan merendah yang datar.” 　　“Ternyata Yang Mulia Dewi Malam.” Yuan Gang berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Apa maksud kedatangan Yang Mulia ke Da Xia kami?” 　　“Nyx memiringkan kepala sambil berpikir, “Aku mencari putraku.”” 　　“Yuan Gang tertegun.” 　　“Lin Qiye batuk dua kali, otaknya bekerja cepat, lalu buru-buru menambahkan:” 　　““Maksudnya... dia mencari agen.”” 　　“Sorot pengertian muncul di mata Yuan Gang, “Jadi Yang Mulia mencari agen... Sudah ditemukan?”” 　　““Sudah.” Lin Qiye kembali menyela sebelum Nyx sempat bicara.” 　　““Di mana?”” 　　““Aku.”” 　　“……” 　　““Yuan Gang memandang Lin Qiye dengan rasa tidak percaya, ekspresinya seperti melihat hantu, “Kamu... Bukankah kamu agen Serafim...”” 　　““Aku menginjak dua perahu.”” 　　“……” 　　““Yuan Gang menoleh ke Nyx, matanya penuh tanya, “Yang Mulia, apa yang dia katakan...”” 　　““Apa pun yang putraku katakan, itulah kebenaran.” Nyx menjawab dengan serius.” 　　““Yuan Gang terkagum-kagum.”” 　　““Setelah lama, dia baru kembali sadar, lalu berbicara perlahan:”” 　　““Yang Mulia, karena agen sudah ditemukan, harap Yang Mulia segera meninggalkan wilayah Da Xia.”” 　　Nyx menoleh memandang Lin Qiye, Lin Qiye batuk ringan dua kali, "Ya, agen sudah ditemukan, kamu juga harus... pulang ke rumah." 　　"Baik." Nyx tidak menunjukkan keraguan sedikitpun, "Thanatos, jangan lupa sering-sering kembali..." 　　"Hukh hukh hukh, tenang saja! Sampai jumpa!" 　　Lin Qiye melambai, siluet Nyx semakin memudar hingga akhirnya benar-benar menghilang dalam gelapnya malam. 　　Angin malam menerpa, di atas gedung asrama yang kosong hanya tersisa Yuan Gang dan Lin Qiye. 　　Yuan Gang diam-diam memasukkan pisau kembali ke sarungnya, punggungnya sudah basah kuyup oleh keringat dingin. Menghadapi kengerian seorang dewa ternyata lebih sulit dari yang dibayangkannya. 　　Dia melotot ke Lin Qiye, "Kau ini... sebenarnya ada apa?" 　　Lin Qiye menggaruk kepalanya, "Awalnya aku tidur nyenyak di ranjang, tiba-tiba ditarik ke sini olehnya, ngobrol sebentar terus disuruh jadi agennya." 　　Yuan Gang: …… 　　Nada bicara Lin Qiye seolah sedang berkata "Temanku datang lalu sekalian makan bersama" begitu santai. 　　Yang benar saja, itu Dewi Malam bukan adik perempuan tetangga! 　　"Sesederhana itu?" Yuan Gang tidak tahan bertanya, "Lalu panggilan Thanatos itu maksudnya apa?" 　　"Dewa asing kan, panggil nama Bahasa Cina kurang enak, jadi dikasih nama baru." 　　"...Tunggu, kenapa dewa asing bisa bicara Bahasa Cina?" 　　"Itu tidak penting." 　　"Lalu tugas yang dia berikan ke agennya apa?" 　　Lin Qiye berpikir sejenak, “Pulang ke rumah sesering mungkin?” 　　“？” 　　“Hukh, maksudku, dia menyuruhku mencari gelang untuknya.” Lin Qiye berkata dengan serius, “Gelangnya hilang, dia minta aku mencarikannya kembali.” 　　“Permintaan pencarian barang ya... Lumayan.” Yuan Gang mengangguk. 　　“Tapi... Benarkah kau jadi agen dua dewa?” Yuan Gang mengerutkan alis sambil menatap Lin Qiye, “Ini belum pernah terjadi dalam sejarah Da Xia.” 　　“Sekarang ada.” 　　“...Baiklah.” Yuan Gang menghela napas, “Pergilah, pulanglah tidur, urusan sisanya akan kutangani.” 　　Lin Qiye mengangguk, turun sendirian melalui lorong sambil lega dalam hati. 　　Ternyata tidak boleh sembarangan melepas pasien keluar berjalan-jalan... Bahkan kalau keluar, tidak boleh menggunakan kekuatan dewa, pasti akan ketahuan Penjaga Malam, nanti malah jadi tumpukan masalah... 　　Tapi setidaknya dengan kesempatan ini, aku sudah menemukan alasan yang tepat untuk kemampuan malamku, ke depannya bisa menggunakan dua Divine Ruins secara terang-terangan. 　　Memikirkan ini, suasana hati Lin Qiye langsung membaik. 　　Saat ini, atap gedung asrama. 　　Yuan Gang duduk sendiri di tangga, menyalakan rokok, lalu memutar nomor telepon lagi. 　　“Halo? Bagaimana situasimu di sana? Shao Pingge langsung terkoneksi.” 　　“Krisis sudah teratasi, suruh langit-langit manusia itu tidak perlu datang.” Yuan Gang menarik napas panjang lalu berbicara lelah, “Sialan, pertama kali berhadapan langsung dengan dewa, tekanan itu sungguh...” 　　“Kau berkomunikasi langsung dengannya?” 　　“Ya, itu Dewi Malam Nyx.” 　　“...Sepertinya malam ini, dalam urutan dewa yang diamati manusia, akan muncul satu lagi.” 　　“Benar.” 　　“Sudah, kamu istirahat total dulu. Aku mau melapor ke Sang Panglima.” 　　“Ada satu hal lagi, anak muda bernama Lin Qiye itu sekaligus menjadi agen Serafim dan Nyx.” 　　“……” 　　Yuan Gang menjelaskan keadaan secara rinci ke Shao Pingge, akhirnya mematikan telepon. Matanya menatap bulan purnama di langit malam dengan diam. 　　“12 Oktober 2021, Penjaga Malam Yuan Gang, di Kamp Pelatihan Prajurit Baru No.039 Kota Cangnan, Da Xia, mengobservasi Dewi Malam Nyx dengan dugaan kerusakan wujud dewa, dimasukkan ke dalam Urutan Dewa No.043.——《Arsip Urutan Dewa Penjaga Malam (Rahasia Tingkat Tinggi)》” 　　…… 　　Di saat bersamaan, ratusan kilometer dari Kota Cangnan. 　　Di atas Sungai Panjang yang bergelora, sebuah kereta kuno melaju mulus di atas air, menyusuri arus dengan kecepatan mencengangkan. 　　Kuda chestnut kemerahan kurus itu menarik kabin kayu berat, seolah tanpa bobot. Setiap langkahnya melesat puluhan meter, empat telapak kakinya menginjak derasnya arus bagai berjalan di daratan. 　　Di depan kabin, duduk seorang anak berbaju rami malas bersandar sambil memegang tali kekang, menguap lebar. 　　Tiba-tiba ponselnya berdering. Si anak menerima panggilan, berbincang singkat lalu menyimpan ponselnya. 　　“Guru Chen, Sang Panglima bilang dewa di Cangnan sudah pergi, menyuruh kita tidak perlu datang.” 　　Sejenak kemudian, suara keriput terdengar pelan dari kabin mobil: 　　“Hmph, tengah malam begini, membuat yeye sia-sia datang…” 　　“Guru, apakah kita lanjut jalan atau berbalik arah?” 　　“Putar haluan. Tempat angker Cangnan itu lebih baik dihindari.” 　　“Siap!” Si bocah membuang tali kekang di tangannya, “Jalan!” 　　Kuda kurus merah marun tiba-tiba berpindah arah, mengangkut kereta melintasi permukaan Sungai Yangtze dengan gaya drift, lalu berbalik menerjang arus menuju hulu sungai... Chapter 0110 Krisis 　　Angin dingin mulai berhembus, musim beku menjelang. 　　Di lapangan pelatihan kamp terpusat, 200-an prajurit baru berbaju hitam tipis terus mengelilingi kompleks lapangan, putaran demi putaran. 　　Sudah lima bulan sejak pelatihan dimulai. Secara teknis mereka bukan lagi pemula, tapi selama belum keluar dari gerbang itu, mereka akan tetap disebut prajurit baru di kamp tahunan ini. 　　Udara Januari menusuk tulang. Embun pagi membeku menjadi es, hawa dingin menyelinap seperti ular kecil menyusup ke pori-pori kulit, membuat tubuh gemetar tak tertahankan. 　　Baili Gemuk mengusap pipinya, mengembuskan kabut putih dari mulut sambil berdesah: 　　“Latihan pagi-pagi begini di musim dingin yang ekstrem, benar-benar menyiksa... Aku sampai turun belasan kilo belakangan ini.” 　　Lin Qiye menegakkan pinggangnya, berlari tanpa sepatah kata, udara dingin membuat kulitnya yang terbuka memerah, namun ekspresinya tetap tidak berubah. 　　“Bai Li Tumming! Kamu menggosok wajah sambil berlari? Apa kamu kedinginan?!” Pelatih yang matanya tajam di samping melihat ini, berteriak keras. 　　Bai Li Panpan berubah wajahnya, memaksakan diri berteriak: 　　“Lapor! Aku... agak kedinginan!” 　　“Kedinginan berarti kamu belum lari cukup! Setelah semua orang selesai, kamu tinggal dan lari lima putaran lagi!” 　　“Ya!” 　　Bai Li Panpan berteriak ingin menangis tapi tak bisa. 　　Setelah lima bulan latihan iblis ini, Bai Li Panpan sudah jauh menyusut. Jika dulu posturnya seperti bola sepak, sekarang kira-kira menyerupai bola rugby. 　　Bukan hanya dia, latihan fisik selama ini telah membawa perubahan besar pada semua orang, tidak hanya kualitas fisik tapi juga kondisi mental. 　　Di musim dingin yang menusuk, kemalasan dan kekaburan di mata mereka telah menghilang, digantikan oleh keteguhan dan kewaspadaan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Dalam semangat yang berlimpah ini, terlihat jelas pertumbuhan mereka. 　　Mereka bagai pisau yang diasah halus, dari kekasaran awal hingga kini mengkilap... Sekarang mereka sudah mulai menyerupai prajurit sejati! 　　“Bubar semua, pergilah makan!” Suara pelatih terdengar. 　　"Barisan rapi tidak langsung berhamburan ketakutan, melainkan dengan keselarasan sunyi bergerak ke pintu kantin, baru terbelah menjadi kelompok-kelompok independen yang masuk ke dalam. 　　Di lapangan latihan yang dipenuhi embun beku, hanya Bai Li Pangpang seorang yang dengan wajah menangis berlari sekuat tenaga! 　　"Mau menunggunya?" Cao Yuan mengawasi Pangpang yang berjuang mati-matian mengelilingi lapangan, bertanya. 　　Lin Qiye menggelengkan kepala, "Tak perlu. Semakin dia melihat kita makan dengan lahap, semakin cepat dia akan berlari." 　　"Masuk akal." 　　Sejak musim dingin tiba, makanan di kantin semakin lezat. Setiap kali masuk, aroma daging yang menggugah selera langsung memenuhi ruangan. 　　“Seiring meningkatnya tenaga para prajurit baru, nafsu makan mereka pun semakin besar secara natural. Tapi masakan kantin seolah-olah sudah diperhitungkan dengan tepat—setiap kali bisa membuat mereka kenyang tanpa sampai menopang perut. Bisa dikatakan, pengaturan porsi di sini benar-benar pas!” 　　Lin Qiye dan Cao Yuan makan beberapa saat, barulah Bai Li Pangpang yang berkeringat bercucuran dari luar berlari masuk tergesa-gesa, “Bakso daging, mana bakso daginku?” 　　Lin Qiye mendorong wadah kukusan di atas meja, “Masih ada empat buah, khusus disisihkan untukmu.” 　　“Qiye, kamu benar-benar paham aku.” Bai Li Pangpang sangat girang, menggenggam dua bakso daging dengan tangannya dan mulai menggerogoti dengan lahap. 　　Cao Yuan di sampingnya diam-diam membalikkan matanya. 　　“Eh, sebentar lagi Tahun Baru, kita dikasih cuti nggak?” Baili Panpan tiba-tiba bertanya seolah baru teringat sesuatu. 　　Lin Qiye tertegun. 　　Sejak datang ke Pelatihan Terpusat, dia seolah benar-benar melupakan konsep waktu. Lima bulan berlalu begitu cepat, kalau Baili Panpan tidak mengingatkan, dia bahkan tidak sadar sekarang sudah Februari... 　　“Kita kan Pelatihan Terpusat yang tertutup, mana mungkin dikasih cuti? Kamu overthinking.” Cao Yuan menggelengkan kepala. 　　Baili Panpan menghela napas frustrasi, “Ya... tadinya kukira bisa cuti beberapa hari. Jujur, setelah lama pergi, aku mulai rindu vila besarku, ranjang empuk, dan para kepala pelayan cantik di rumah...” 　　“......” Cao Yuan diam-diam menggigit besar bakpao. 　　“Eh Qiye, habis pelatihan ikut aku ke Guang Shen yuk? Soalnya aku kan Raja Guang Shen, nanti dijamin kamu bakal betah sampai nggak mau balik ke Cangnan!” Baili Panpan berkata dengan semangat. 　　Cao Yuan mengedipkan mata, “Aku?” 　　“Kamu? Cari grup tur sendiri deh.” 　　“……” 　　“Guang Shen ya...” Lin Qiye bergumam, “Seumur hidupku belum pernah keluar dari Kota Cangnan. Kalau ada kesempatan, bagus juga untuk melihat-lihat.” 　　“Ah, kalau libur Tahun Baru, aku bisa langsung ajak kamu pergi!” 　　“Sudahlah. Kalau Tahun Baru, aku lebih ingin pulang makan malam tahun baru...” Tangan Lin Qiye berhenti sebentar, “Kalau nggak bisa pulang ke rumah, makan bersama Kapten dan yang lain juga cukup.” 　　“Tim Penjaga Malam di Kota Cangnan? Kabarnya kaptennya bernama... Chen Muye?” Baili Panpang berpikir sejenak, “Peristiwa misterius di Kota Cangnan memang selalu banyak, entah apa yang mereka lakukan sekarang... mungkin sedang mengepung sesuatu yang mistis?” 　　…… 　　Kamp pelatihan, kantor pelatih. 　　Chen Muye duduk berhadapan dengan Yuan Gang, berbicara serius: “Kalian harus memberi cuti.” 　　“...” Yuan Gang memegang dahinya, “Kapten Chen, sudah kukatakan, latihan kami bersifat tertutup, Tahun Baru tidak ada libur... Anda juga alumni sini, seharusnya tahu.” 　　“Kalau begitu beri cuti khusus pada Lin Qiye, biar dia pulang makan malam tahun baru bersamaku.” Chen Muye tak mau mengalah. 　　“Ini melanggar peraturan...” 　　“Aku tak peduli.” Chen Muye perlahan bersandar di sandaran kursi, berkata tenang: “Mungkin sulit dipercayai, dua anggota tim kami sedang bersembunyi di luar kamp latihanmu. Jika Anda menolak, mereka akan mulai menyerbu.” 　　“...” Yuan Gang menarik napas dalam, “Kapten Chen... tolong jangan mempersulitku.” 　　“Bagaimana kalau... jika kalian tak mau melepasnya, izinkan kami mengantar makanan selama Tahun Baru.” 　　“Ini...” Yuan Gang cemberut, “Kapten Chen, bisakah Anda jelaskan sebenarnya apa tujuanmu? Sepengetahuanku, Tim 136mu selalu rendah hati, kenapa kali ini...” 　　Chen Muye diam sejenak, lalu perlahan berkata: 　　“Kali ini berbeda.” 　　“Mengapa?” 　　“...Ada yang mau berbuat nekat pada para prajurit baru.” 　　“Mendengar kalimat ini, wajah Yuan Gang sedikit berubah, “Apa maksudmu?” 　　Chen Muye menatap mata Yuan Gang, berkata dengan tenang: “Belakangan ini, Kota Cangnan tidak aman... Banyak tikus menyusup masuk.” 　　“Tikus?” 　　“Aku tidak tahu dari pihak mana mereka berasal, tapi setelah kita lacak sekian lama, bisa dipastikan...” 　　Tatapan Chen Muye tiba-tiba menjadi penuh tekanan, mengucapkan setiap kata dengan tegas: 　　“Target mereka adalah pusat pelatihan ini.” Chapter 0111 Cuti 　　“Ada yang mau menyerang pusat pelatihan?” Kelopak mata Yuan Gang menyipit, “Apakah mereka gila? Di sini ada berapa pelatih yang berjaga, taktik terang maupun gelap, berani sekali mereka!” 　　“Bagi sebagian orang, selama keuntungannya cukup besar, apapun akan mereka lakukan.” 　　“Mana mungkin ada keuntungan dari pusat pelatihan rekrutan?” 　　“Siapa saja yang ada di pusat pelatihan ini, kurasa Pelatih Yuan lebih paham daripadaku.” Chen Muye tetap tenang. 　　Yuan Gang membuka mulutnya seolah ingin berkata sesuatu, tapi akhirnya memilih diam. 　　“Hanya seorang pangeran kecil dari Grup Baili, tahukah kamu di pasar gelap saat ini, ada yang memberi label berapa untuk kepalanya?” Chen Muye mengulurkan tangan, menunjukkan sebuah angka, “Delapan ratus juta, sudah ada yang mau menghabiskan delapan ratus juta untuk mengambil nyawa pewaris tunggal Grup Baili ini. Ini bukan jumlah kecil, delapan ratus juta, cukup membuat banyak orang mempertaruhkan segalanya! Ingin membunuh pangeran kecil Grup Baili ini, seandainya di Kota Guangshen, mustahil, tapi jika di Cangnan kecil ini... Aku yakin, banyak yang mau mengambil risiko. Pelatih Yuan, menurutmu pertahanan kamp pelatihan ini bisa lebih sempurna daripada markas besar Grup Baili?” 　　Chen Muye berhenti sejenak, lalu melanjutkan: 　　“Apalagi, selain pangeran muda keluarga Baili, di kamp kalian juga ada seorang agen dewa kembar yang belum pernah terlihat sebelumnya! Meski sekarang yang tahu kabar ini belum banyak, tapi menurutmu dengan tenaga Gereja Dewa Kuno, bisakah mereka tidak tahu? Akankah mereka diam-diam di samping menunggu Lin Qiye tumbuh besar? Seorang pangeran muda Grup Baili, seorang agen dewa kembar, selama dua orang ini ada di kamp kalian, kalian tak akan bisa kabur dari pusaran yang mereka bawa. Mereka telah menahan diri selama lima bulan, kalau sekarang mulai bergerak, pasti sudah membuat persiapan sempurna. Sekarang... masihkah kau merasa kamp pelatihan ini begitu aman?” 　　Yuan Gang diam untuk waktu yang lama, bola matanya penuh tekad kokoh, “Selama aku ada di sini, tak akan ada yang bisa melukai mereka.” 　　“Kamu adalah wakil kapten tim di Kota Shangjing, petarung level 'laut'. Dengan kehadiranmu di sini, tentu aman, tapi...” 　　Pandangan Chen Muye mengeras, perlahan mengucapkan kalimat berikut: 　　“Bisakah kalian menjamin... tak ada pengkhianat di antara para pelatih ini?” 　　Boom——! 　　Yuan Gang tiba-tiba berdiri dari kursinya, menatap tajam mata Chen Muye. 　　“Apa maksudmu ini?” 　　“Jangan pernah meremehkan godaan keuntungan, jangan terlalu percaya pada keteguhan hati manusia... Delapan miliar, cukup membuat kebanyakan orang gila! Bahkan jika para pelatih benar-benar solid, setahuku ada banyak agen dewa Gereja Dewa Kuno yang ahli memikat hati. Bisakah kau jamin tak ada pelatih yang dikendalikan?” 　　“Jadi menurutmu kamp pelatihan kami sekarang sudah dikepung masalah internal dan eksternal?” Yuan Gang mencemooh, “Jika kami saja tak bisa menghentikan mereka, berdasar apa kau yakin Tim 136-mu bisa melindungi Lin Qiye?” 　　“Karena kami hanya enam orang yang saling mengenal sangat baik. Setidaknya tak ada masalah internal. Soal ancaman luar...” Senyum tipis mengembang di wajah Chen Muye, “Tim 136 kami tak pernah takut dengan hal semacam itu.” 　　Yuan Gang memandangi Chen Muye di hadapannya, tercekat dalam diam. 　　Tim Penjaga Malam Kota Shangjing merupakan yang terunggul di seluruh Da Xia. Yuan Gang sebagai wakil kapten jelas bukan orang bodoh. 　　“Seperti yang dikatakan Chen Muye, target Pelatihan Terpusat terlalu besar. Instruktur dan tim logistik di sana jika dijumlahkan mencapai lebih dari seratus orang. Di antara begitu banyak orang... Bisakah dia benar-benar menjamin tidak ada pengkhianat?” 　　“Jika situasi di luar benar segenting yang digambarkan Chen Muye, maka bertahan dari serangan berbagai arah saja sudah sangat sulit. Jika benar ada pengkhianat yang menyabotase, situasi pasti akan menjadi sangat genting!” 　　Setelah berpikir lama, Yuan Gang perlahan duduk kembali di kursi, “Lalu menurutmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?” 　　Jari-jari Chen Muye mengetuk-ngetuk meja dengan pelan, mengucapkan setiap suku kata dengan tegas: 　　“Lolos dari kepompong, membagi yang utuh menjadi bagian-bagian kecil.” 　　…… 　　Suara peluit tajam bergema di langit. 　　Para prajurit baru berhamburan keluar dari gedung asrama dan berlari kencang menuju lapangan latihan. Dalam waktu kurang dari tiga menit, semua telah berkumpul di bawah panggung latihan militer. 　　Pelatih Hong menghitung jumlah orang dan mengangguk puas. 　　“Bagus! Setelah lima bulan pelatihan, kalian mulai terlihat seperti prajurit sejati...” 　　Di bawah panggung, para prajurit baru berdiri tegak dengan pandangan tajam bagai pedang. 　　“Sore ini kita tidak akan latihan fisik, tapi akan mengumumkan sesuatu...” Mata Pelatih Hong menyapu kerumunan, sudut bibirnya sedikit terangkat, “Bagian pertama pelatihan ini yang fokus pada latihan fisik, akan diakhiri satu bulan lebih cepat! Artinya mulai hari ini, pelatihan akan lebih menekankan taktik, senjata api, dan area larangan!” 　　Begitu mendengar ini, para prajurit baru langsung bersorak gembira dan mulai berbisik-bisik satu sama lain. 　　"Qiye, Qiye! Apa kamu dengar? Mimpi buruk akhirnya berakhir……" Baili Panpan gemetar menahan tangis. 　　Lin Qiye juga menghela napas lega. Meski latihan fisik penting, tak ada yang mau bekerja keras sampai kelelahan sepanjang hari. Kabar penghentian dini latihan fisik mungkin menjadi kabar gembira bagi semua! 　　"Dan!" 　　Pelatih Hong kembali berbicara, semua orang langsung hening. 　　"Setelah musyawarah para pelatih, kami memutuskan untuk memberi cuti sebelum tahap latihan berikutnya! Mulai hari ini sampai hari kedua Tahun Baru Imlek, total liburan empat hari!" 　　Jika pernyataan sebelumnya membuat mereka bersemangat, kalimat ini membuat semua orang tertegun sejenak sebelum meledak dalam sorak-sorai! 　　"Waduh!! Qiye! Kamu dengar?! Kita benar-benar dapat libur!" Baili Panpan menarik kasar baju Lin Qiye, bergembira seperti anak kecil 100 kilogram. 　　"Benar-benar libur?" Cao Yuan membelalakkan mata, tak percaya pada pendengarannya sendiri. 　　"Qiye! Nanti kita bereskan barang, aku akan ajakmu main ke Guang-Shen..." 　　Belum selesai Baili Panpan bicara, Pelatih Hong menambahkan. 　　"Tapi! Semua dilarang meninggalkan Cangnan. Pelanggaran akan berakibat pencabutan hak masuk ke Penjaga Malam!" 　　Baili Panpan: …… 　　Lin Qiye menepuk bahunya. "Dari awal kuberi tahu, jangan andalkan aku. Aku sendiri pun tak punya rumah." 　　“Semua orang segera kembali ke asrama untuk membereskan barang, kumpul di lapangan latihan dalam setengah jam, akan ada mobil yang mengantar kalian keluar secara serempak, sudah dengar jelas？！” 　　“Sudah jelas！” 　　“Bubar！” 　　Wuah——！ 　　Barisan yang awalnya rapi langsung berhamburan, wajah semua orang penuh semangat. Meski tak bisa pulang ke rumah, setidaknya bisa keluar menghirup udara segar dan merasakan kehidupan normal manusia. 　　“Qiye, ayo! Kembali membereskan barang!” Bai Lipang melihat Lin Qiye masih mematung di tempatnya, berseru. 　　Alis Lin Qiye berkerut halus, merenung sejenak, “Tidakkah kalian merasa… cuti kali ini terlalu mendadak?” Chapter 0112 Penyerangan 　　“Mendadak?” Bai Lipang menggaruk kepalanya, “Menurutku ini namanya kejutan. Lagipula, apa salahnya dapat cuti? Ngapain mikir mulu?” 　　Lin Qiye diam sejenak, lalu mengangguk, “Semoga saja aku overthinking...” 　　Lin Qiye kembali ke asrama dan sekadar membereskan barang bawaan. Sebenarnya tak banyak yang perlu dibawa, karena perlengkapan hidup di rumah Hongying sudah lengkap. Inilah untungnya tinggal dekat rumah. 　　Akhirnya, Lin Qiye hanya membawa tas ransel ringan ke lapangan latihan. Bai Lipang malah lebih aneh, kedua tangan kosong sama sekali. 　　“Kamu pergi cuma begini?” Cao Yuan yang menyeret koper melihat Bai Lipang, heran bertanya. 　　“Iya.” 　　“Bajunya? Perlengkapan hidup?” 　　“Suruh orang belikan beberapa set lagi.” 　　“……” 　　“Sialan orang kaya.” 　　Saat para prajurit baru tiba di lapangan latihan, sudah ada beberapa bus yang menunggu. Di samping mobil-mobil itu, bertumpuk kotak panjang hitam. 　　Begitu melihat kotak-kotak ini, Lin Qiye menyipitkan matanya. 　　Dia tahu apa isi kotak-kotak ini, dan sebagian besar rekrutan yang hadir juga bisa menebaknya. 　　“Liburan kali ini... sepertinya tidak sederhana.” Alis Cao Yuan berkerut. 　　Pelatih Hong dengan kedua tangan di punggung, berdiri di hadapan para rekrutan dan berseru lantang: 　　“Selama cuti kali ini, semua wajib membawa Pisau Bintang! Tapi dilarang keras menggunakannya kecuali darurat! Bahkan dalam situasi khusus, usahakan menghindari pandangan publik! Jangan sampai menimbulkan kepanikan! Paham?!” 　　“Paham!” 　　“Ambil pisau!” 　　Para rekrut membentuk barisan panjang, mengambil kotak hitam masing-masing dari tanah secara tertib, lalu naik ke bus sesuai urutan. Seluruh proses berjalan lancar. 　　Lin Qiye naik bus sambil menggendong kotaknya, menyapu isi kotak dengan kekuatan spiritual lalu menghela napas. 　　“Ada apa?” Cao Yuan yang duduk di belakang menjulurkan kepala. 　　“Pisaunya tidak tertera nama. Ini pasti pisau standar pinjaman sementara yang harus dikembalikan nanti.” 　　“Sudah pasti.” Cao Yuan mengangguk. “Baru setelah lulus Pelatihan Terpusat, kita akan dapat pisau, jubah, dan lencana khusus. Sekarang Pisau Bintang kita mungkin masih dalam proses pembuatan.” 　　Baili Panpan mengetuk-ngetuk kotak hitam di tangannya, berkomentar: “Kualitas pisaunya bagus sih, tapi masih kalah dibanding Jinxu.” 　　“……kamu Diam！” 　　Setelah semua orang duduk penuh, beberapa mobil baru pelan-pelan bergerak, langsung menuju ke luar area Pelatihan Terpusat. 　　Saat mereka mulai keluar dari radius Pelatihan Terpusat, tiba-tiba semua orang merasa kesehatan mereka ringan, seolah beban yang selama ini menindih telah menghilang, kondisi mental mereka segar kembali. 　　Di saat tekanan ini lenyap, seolah ada belenggu yang tertembus, rasa sejuk mengalir dari otak ke seluruh tubuh, membersihkan setiap inci kulit. 　　Lin Qiye tubuhnya bergetar. Sekejap kemudian, seluruh dirinya dipenuhi kewaspadaan yang belum pernah ada sebelumnya! 　　“Ini...” Lin Qiye tertegun memandangi kedua tangannya sendiri, kejutan muncul di matanya. 　　“Aku berhasil menerobos?! Aku berhasil menerobos!” 　　“Aku juga!” 　　“Kenapa ini? Aku juga berhasil menerobos!” 　　“Waduh! Akhirnya aku mencapai level 'Chi', hahahaha!” 　　“……” 　　Bukan hanya Lin Qiye, kondisi serupa terjadi pada semua prajurit baru yang meninggalkan Pelatihan Terpusat. 　　Persis saat itu, Pelatih Hong yang duduk di kursi depan berdiri, tersenyum kecut. 　　“Kalian pikir, kami menggunakan Jinxu berharga itu hanya untuk menekan area larangan kalian sesederhana itu? Saat area larangan kalian ditekan, aliran kekuatan spiritual kalian juga ikut ditekan! Jinxu itu telah menekan kalian selama lebih dari lima bulan, sekarang tiba-tiba dilepaskan, kekuatan spiritual yang terhambat selama ini akan mengalami rebound hebat, sehingga mudah menembus belenggu tingkatan 'Kolam', memasuki tingkatan baru! Ini adalah kesejahteraan yang kami berikan untuk setiap prajurit baru di Pelatihan Terpusat! Juga sebagai hadiah atas keberhasilan kalian melewati lima bulan pelatihan neraka!” 　　Begitu Pelatih Hong selesai bicara, suasana di dalam bus langsung mendidih. 　　Lin Qiye dengan cermat merasakan aliran kekuatan spiritualnya, baik dari total jumlah maupun kecepatan pemulihan, jauh melebihi tingkatan 'Zhan'. 　　Kali ini, kekuatan spiritualnya benar-benar mengalami transformasi dari "satu Zhan" menjadi "satu Kolam". 　　Saat kebanyakan orang sibuk merasakan perubahan tingkatan, Baili Panpang yang bingung mengelus dahi besarnya, memandang Lin Qiye dengan ekspresi bertanya. 　　“Kamu juga berhasil？” 　　“Ya.” 　　“Hmm... Aku tidak bisa merasakan tingkatan kekuatan spiritual, cuma merasa tubuh jadi lebih ringan.” 　　“Itu artinya kekuatan spiritualmu juga meningkat signifikan,” Cao Yuan berbicara pelan, “Meski tidak punya area larangan sehingga tidak bisa merasakan kekuatan spiritual secara konkret, tapi itu tetap ada secara objektif. Setelah ditingkatkan, kekuatan Jinxu yang kamu pakai nanti juga akan lebih besar.” 　　“Ya, benar-benar mengagumi kalian yang punya area larangan.” 　　“...Kamu elus hatimu sendiri, lihat semua Jinxu di badanmu, ulangi lagi perkataan barusan?” 　　“Ini tidak bisa disamakan, Jinxu akhirnya hanya alat luar, sekuat apapun bukan milik sendiri...” 　　Saat Baili Panpan sedang berpidato panjang lebar, tiba-tiba seseorang menunjuk ke jendela dan berteriak! 　　“Waduh!! Itu apa?!” 　　Semua orang langsung hening, mengikuti arah jarinya memandang, serentak tertegun. 　　Di langit biru, lima objek tak dikenal melesat menembus awan, meninggalkan ekor putih panjang, meluncur turun dengan cepat ke arah mereka. 　　“Itu, itu...” Lin Qiye melihat pemandangan ini, pupilnya tiba-tiba menyempit! 　　“Rudal!!! Itu rudal!!! Semua tiarap, pegang erat sesuatu!!!” 　　Pelatih Hong yang duduk di kursi penumpang depan menggelegar! 　　Swoosh—!!! 　　Lima rudal membelah udara, tiga di antaranya menyikat ubun-ubun orang banyak, langsung menuju... kamp pelatihan di belakang mereka! 　　Saat tiga rudal itu menghantam kamp pelatihan, sorot api menyilaukan tiba-tiba meledak!! 　　Dor—!!! 　　Dalam dentuman yang mengguncang langit, nyala api menyilaukan bagai naga ganas, asap hitam berkumpul membentuk awan jamur raksasa yang membubung tinggi! 　　Setengah detik kemudian, gelombang kejut mengerikan menghantam dari belakang mobil, mengguncang bus sebesar itu hebatnya! 　　Lin Qiye mencengkeram erat rak pengunci di bawah kursi mobil, menoleh ke arah kamp pelatihan. Di tengah kobaran api yang dahsyat, terlihat samar-samar kilauan warna emas. 　　Di saat yang sama, dua rudal lainnya juga menghujam ke bawah. 　　Satu diantaranya jatuh di pos pemeriksaan militer yang baru mereka lewati. Dentuman ledakan memekakkan telinga mengguncang, seluruh pos itu rata dengan tanah. 　　Sedangkan rudal satunya... tepat menghujam dari atas kepala para prajurit! 　　Pupil mata Lin Qiye menyempit tiba-tiba. Instruktur Hong tiba-tiba berdiri, hendak melakukan sesuatu. Tiba-tiba, tombak panjang berpijar api merah muda meluncur dahsyat dari kejauhan! 　　Kecepatan tombak itu luar biasa, hampir tak bisa diikuti oleh mata telanjang. Garis merah menyala membelah langit, menghadang rudal di udara dengan presisi! 　　Dor——!!!! Chapter 0113 Balapan Menantang Maut 　　Bola api mekar di angkasa, gelombang kejutnya hampir membalikkan bus. Pecahan rudal berhamburan seperti hujan logam di udara! 　　Para rekrutan di bus menutup telinga erat-erat. Ledakan di jarak sedekat ini hampir memecahkan gendang telinga. Saat bodi mobil berguncang hebat, barang bawaan di atap berjatuhan, membuat kabin berantakan. 　　Tiba-tiba, Lin Qiye membelalakkan matanya lebar-lebar! 　　Pada momen berikutnya, kegelapan ekstrem meledak dari tubuhnya, dengan cepat menyelimuti seluruh bus, lalu terus menyebar membentuk setengah bola di sekitar kendaraan. 　　Sua-sua-sua——！！ 　　Ratusan pecahan rudal melesat dengan kecepatan setara peluru, tertancap di kegelapan malam itu, membeku di udara saat memasuki Divine Ruins. 　　Pecahan yang lolos pun diperlambat Lin Qiye hingga kecepatan minimal, menancap di lapisan pelindung atap bus seperti pisau cukur, tak ada yang menembus kabin. 　　Usai menahan semua serpihan, Lin Qiye mencabut Divine Ruins sambil terengah-engah berlutut, punggungnya basah keringat dingin. 　　Tak seorang pun tahu apa yang dialaminya selama hitungan detik yang menentukan itu. 　　Ledakan rudal di udara melontarkan pecahan dengan kecepatan 200 meter/detik. Hanya ada dua detik antara ledakan hingga serpihan menusuk tubuh prajurit. 　　Dalam dua detik itu, pikiran Lin Qiye berkelebat: menyadari ancaman serpihan, membuka Divine Ruins dengan panik, hanya tersisa satu detik terakhir. 　　Pertama kali membuka Divine Ruins, Lin Qiye butuh lima detik untuk mencakup 10 meter. Andai tak baru naik ke tingkat "Kolam" setengah jam lalu, pasti terlambat. 　　“Meskipun kali ini berhasil menyusul, dia berhasil membuka Divine Ruins of Absolute Darkness sebelum pecahan kaca datang, tapi kecepatan terbang serpihan rudal sangat tinggi! Dari masuk ke Divine Ruins of Absolute Darkness hingga menembus tubuh prajurit baru, hanya butuh 0.25 detik, ditambah jumlahnya yang sangat banyak, tetap mustahil untuk menghentikan semuanya!” 　　“Syukurlah, Lin Qiye yang telah memasuki level 'Kolam' memiliki radius persepsi mental yang diperluas hingga 100 meter!” 　　“Dalam jarak 100 meter, sejak serpihan rudal menyentuh batas persepsi mental Lin Qiye hingga menyentuh bus, dalam 0.5 detik singkat itu, Lin Qiye mengandalkan kecepatan pemrosesan otak yang menakutkan dan penglihatan dinamis yang luar biasa, memprediksi lintasan mereka terlebih dahulu, lalu mengurung semuanya dalam Divine Ruins of Absolute Darkness!” 　　“Rudal meledak, Divine Ruins of Absolute Darkness terbuka, memprediksi lintasan setiap serpihan, menangkap semuanya!” 　　“Inilah pengalaman Lin Qiye selama dua detik itu.” 　　“Dalam dua detik itu, Lin Qiye menyelamatkan nyawa hampir lima puluh prajurit baru di dalam bus.” 　　“Bagi orang lain, dua detik ini hanya setara dengan kedipan mata, tapi bagi Lin Qiye, rasanya seperti mengalami satu abad yang panjang.” 　　“Tidak jelas maksudnya? Apa yang baru saja terjadi?” 　　“Benar, tiba-tiba gelap di depan mata, lalu...” 　　“Serpihan! Semua serpihan rudal terjatuh!” 　　“Apa yang terjadi? Kalau serpihan ini melesat dahsyat, lembaran besi mobil ini pasti tidak bisa menghentikan!” 　　“Kita baru saja melewati gerbang neraka?” 　　“……” 　　Hampir semua orang tidak tahu apa yang terjadi, kecuali tiga orang. 　　Buli Pangpang dan Cao Yuan yang berada di dekat Lin Qiye, serta Pelatih Hong yang duduk di barisan depan! 　　Saat seluruh penumpang masih bingung, Lin Qiye yang habis secara mental itu wajahnya pucat pasi. Matanya berkunang-kunang, segala sesuatu di hadapannya perlahan mulai gelap... 　　“Qiye, Qiye! Lin Qiye!” 　　Pelatih Hong berlari menghampiri Lin Qiye dan berbicara dengan gelisah. Kesadaran Lin Qiye semakin tenggelam hingga akhirnya pingsan. 　　…… 　　Kamp Pelatihan Terpusat. 　　Selaput keemasan tipis menyelimuti separuh kamp, menyelamatkan nyawa semua pelatih dan personel logistik. Bangunan-bangunan juga tidak rusak sama sekali. Namun separuh kamp lainnya telah berubah menjadi lautan api! 　　Yuan Gang yang mengenakan seragam militer berdiri di hadapan lautan api ini. Kilau keemasan di tubuhnya perlahan memudar, bola matanya menyala menatap kobaran api di depan! 　　Kepalan tangannya semakin erat. 　　“Komandan!” Seorang pelatih berlari dari kejauhan sambil membawa teleskop, “Dua rudal lainnya jatuh di jalan keluar kamp!” 　　“Apa?!” Yuan Gang menoleh tajam, “Bagaimana dengan para prajurit baru?” 　　“Sepertinya ada anggota Tim 136 yang menusuk rudal dengan tombak! Juga ada sesuatu yang hitam melintas. Intinya semua bus masih utuh, tidak ada yang terluka!” 　　Yuan Gang menghela napas lega, langsung setelah itu, amarah di matanya semakin membara！ 　　“Prajurit baru baru saja keluar dari kamp pelatihan, rudal langsung menghujam... Di antara kita... Ternyata ada pengkhianat！！” 　　Yuan Gang tiba-tiba melangkah maju, menginjak keras area kebakaran, cahaya keemasan meledak, seketika separuh nyala api di kamp pelatihan meredup！ 　　Di antara reruntuhan rusak, Yuan Gang meluruskan topi militernya, pandangannya menatap langit di atas, terlihat sangat dalam. 　　“Tapi aku tak paham... Bagaimana mereka bisa menggerakkan rudal？” 　　…… 　　Jaraknya ratusan kilometer dari kamp pelatihan. 　　Basis Peluncuran Rudal Nomor 39. 　　Suara alarm yang menusuk bergema di seluruh basis, lampu merah peringatan berkedip-kedip, basis peluncuran rudal super rahasia ini telah jatuh tanpa diketahui. 　　“Basis Peluncuran Rudal 39, segera jawab！” 　　“Ini markas besar, Basis Peluncuran Rudal 39, segera laporkan keadaan kalian！” 　　“Memanggil Basis Peluncuran Rudal 39！Memanggil Basis Peluncuran Rudal 39！” 　　“Dengar, segera jawab！” 　　“……” 　　Ruang kendali luas hanya menyisakan suara panggilan terputus-putus. Di bawah lampu yang berkedip, terlihat genangan darah merah menyala dan patung batu rusak yang merintih kesakitan. 　　Di pusat ruang kendali, seorang wanita sensual duduk dengan santai. Di tangannya menggenggam pisau tanpa gagang yang berlumuran darah, melemparkannya ke atas lalu menangkapnya, berulang kali... 　　Ia menengadah, menatap layar monitor satelit di hadapannya. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman yang tidak beres. 　　"Membubarkan prajurit baru dari Pelatihan Terpusat... Mereka lebih pintar dari bayangan." 　　"Gerakan para idiot itu di Cangnan terlalu mencolok. Pasti ada kebocoran informasi sehingga mereka menyadari sesuatu." Suara pria berat terdengar dari ponsel. 　　"Tapi tak apa. Justru ini membuat urusan jadi lebih menarik..." 　　Wanita itu membuka mulut lebar. Lidah panjang merah darah menjulur seperti ular, menjilati bibirnya. 　　"Kalau begitu, aku akan pergi langsung ke Cangnan untuk menemui si itu." 　　Ia berdiri, mata berbinar dengan kegembiraan yang tak wajar. Dengan santai ia menghancurkan patung pria bungkuk di sampingnya. Potongan daging berdarah bercampur serpihan batu berhamburan di lantai, memuakkan. 　　Di lantai luas ruang kendali, tergambar mata ular mengerikan menggunakan darah segar dalam jumlah besar! Chapter 0114 Perlindungan Intim 　　Dalam keadaan pikirannya yang berantakan selamanya, Lin Qiye membuka matanya lebar-lebar. 　　Menatap langit-langit yang familiar, Lin Qiye tertegun lama sebelum akhirnya bangkit dari ranjang. Kepalanya masih sedikit pusing, tapi jauh lebih baik dari sebelumnya. 　　Ini... rumah Hongying? 　　"Lin Qiye sudah tinggal di sini selama lebih dari sebulan, tentu mengenali ruangan di hadapannya. Dia memijat pelipisnya, lalu berbalik badan dan turun dari tempat tidur." 　　Kreek. 　　"Dia mendorong pintu kamar, dan melihat di ruang tamu vila telah duduk sekelompok orang." 　　"Chen Muye, Wu Xiangnan, Hongying, Wen Qimo, Si Xiaonan, Pelatih Hong..." 　　"Mendengar pintu kamar Lin Qiye terbuka, semua orang mengangkat kepala melihat. Wajah Hongying langsung menghitam, dia menampar belakang kepala Wu Xiangnan!" 　　""Aku kan sudah bilang supaya bicara pelan-pelan! Sekarang kamu membangunkan Qiye kan?"" 　　Wu Xiangnan: ??? 　　""Qiye, sudah merasa lebih baik?"" 　　""Ya, tidak ada masalah lagi..." Lin Qiye sambil menuruni tangga bertanya dengan bingung, ""Kenapa aku bisa ada di sini?"" 　　""Kamu menggunakan kekuatan spiritual secara berlebihan dalam waktu singkat, sampai pingsan."" Chen Muye menggeser tubuhnya ke kanan di sofa, menyisakan tempat duduk. ""Kemudian Hongying dan Qimo segera datang, langsung membawamu pulang dari mobil."" 　　"Lin Qiye duduk di sisi Chen Muye, memandang Pelatih Hong dengan penuh tanda tanya." 　　""Setelah mengantar para prajurit baru ke lokasi, aku langsung menemui Kapten Chen. Kebetulan mereka mau ke sini, jadi aku ikut menyusul."" Pelatih Hong tersenyum lalu melanjutkan: 　　""Lin Qiye, kali ini kamu menyelamatkan semua penumpang mobil. Jasamu akan kusampaikan ke atas. Jika tidak ada halangan, mendapatkan medali seharusnya bukan masalah."" 　　""Medali?"" 　　“Sistem prestasi 'Penjaga Malam' berbeda dengan kamp militer, nanti kamu akan tahu.” 　　“Oh...” Lin Qiye mengangguk, alisnya semakin berkerut, “Tapi mengapa kita diserang rudal? Bukankah ini seharusnya dikontrol militer? Siapa yang ingin menyerang kita?” 　　Pelatih Hong dan Chen Muye saling bertatapan, yang terakhir berbicara dengan pasrah: “Bukan menyerang kalian, target mereka hanya kamu, atau si gemuk kecil itu.” 　　“Gereja Dewa Kuno?” Lin Qiye tidak kikuk, sebelumnya Wang Mian sudah memperingatkannya, sebagai agen Serafim pasti akan menarik perhatian Gereja Dewa Kuno, apalagi sekarang dia sekaligus menjadi agen Serafim dan Dewi Malam, merupakan agen dual dewa yang belum pernah ada sebelumnya! 　　Gereja Dewa Kuno tidak bisa menahan diri, mengambil tindakan terhadapnya memang wajar. 　　“Dari kondisi saat ini, mereka kemungkinan terlibat.” Pelatih Hong mengangguk, “Baru dapat informasi dari militer, Basis Peluncuran Rudal No.39 sudah jatuh, tapi sebagian besar rudal membutuhkan kunci ganda, secara teori meski basis jatuh, tanpa izin pusat tetap tidak bisa diluncurkan. Tapi kebetulan ada lima rudal sedang diperbaiki yang hanya butuh satu kunci, jadi dia mengeksploitasi celah itu.” 　　“Ini ulah anggota Gereja Dewa Kuno?” 　　“Saat tim kami tiba di lokasi, ditemukan banyak patung batu dan daging-darah yang hancur, serta mata ular yang dilukis dengan darah...” 　　“Patung batu dan mata ular?” Lin Qiye berpikir sejenak, “Medusa?” 　　“Benar, seharusnya agen Medusa yang baru bergabung dengan Gereja Dewa Kuno beberapa waktu lalu, kode nama 【Ular Betina】.” 　　Lin Qiye mengangguk sambil berpikir, “Jadi liburan kali ini sebenarnya juga bertujuan untuk……” 　　“Untuk melindungi prajurit baru.” Pelatih Hong berkata, “Target mereka tidak lain adalah kamu atau Baili Tumang. Dengan mengeluarkan kalian dari kamp pelatihan atas nama liburan, selain bisa memecah konsentrasi target dan menghindari korban tidak perlu di antara prajurit lain, juga memungkinkan kalian bersembunyi dari sorotan. Selain itu……kamp pelatihan sekarang pun belum tentu benar-benar aman!” 　　Lin Qiye menghela napas panjang, “Aku paham, pantas saja latihan fisik diakhiri lebih cepat, area larangan kita dibebaskan, kita diminta cepat menerobos, bahkan diperbolehkan membawa pisau keluar kamp……” 　　“Intinya, beberapa hari ke depan kamu harus lebih waspada, dan……usahakan lebih sering keluar jalan-jalan.” 　　Lin Qiye tertegun. 　　Secara logika, dia dan Baili Panpan sebagai target utama seharusnya bersembunyi baik-baik, tidak boleh keluar rumah jika tidak perlu. Mengapa justru…… 　　“Kalian ingin memanfaatkan aku untuk memancing mereka keluar?” Lin Qiye langsung menangkap inti permasalahan. 　　“Tepat! Kabur terus bukan cara menyelesaikan masalah. Mereka sudah menahan diri selama lima bulan lebih, bisa saja terus bertahan dan bermain waktu dengan kita……Tapi kita tidak bisa. Jadi kita harus manfaatkan empat hari libur ini untuk membersihkan mereka sampai tuntas!” 　　“Tapi kamu tidak perlu terlalu khawatir, kami sudah menyebarkan beberapa instruktur yang benar-benar tepercaya ke dalam kota untuk melindungi kalian diam-diam. Selain itu, Kepala Yuan sebagai petarung level 'Laut' juga terus mengendalikan situasi, mereka tidak akan bisa membuat keonaran.” Instruktur Hong melanjutkan. 　　Hongying mendekat dan menepuk bahunya, “Adik Qiye jangan takut, selama kami ada di Cangnan, tidak ada yang akan melukaimu!” 　　“Sekarang Leng Xuan entah sedang bersembunyi di mana, memeluk senapan runduk menjaga area sekitar ini. Sedikit angin bertiup pun takkan luput dari matanya.” Wen Qimo tertawa. 　　Lin Qiye tertegun sejenak, senyum mengembang di wajahnya, “Sebenarnya sekarang aku juga cukup tangguh dalam bertarung.” 　　“Lalu bagaimana dengan Baili Tumingshen? Ke mana dia pergi?” Lin Qiye menoleh memandang Instruktur Hong. 　　“Setelah turun dari mobil, dia langsung menuju hotel bintang lima di Cangnan. Katanya kepala pelayan sudah memesan kamar untuknya... Oh ya, dia juga minta kusampaikan padamu nomor kamarnya 9039, agar kamu menyempatkan diri mencarinya.” 　　“...Tahu.” 　　“Baiklah, karena semuanya sudah aman, aku akan kembali ke kamp pelatihan dulu.” Instruktur Hong berdiri dan berkata pada semua orang di ruangan. 　　Lin Qiye heran bertanya, “Bukankah kamp pelatihan sudah diledakkan?” 　　“Selama Kepala Yuan ada di sana, kamp pelatihan tidak akan kenapa-nama. Tapi kita harus segera menangkap mata-mata itu...” Instruktur Hong melambaikan tangan pada Lin Qiye, “Sampai jumpa di kamp pelatihan.” 　　“Ya.” 　　Setelah Pelatih Hong pergi, Chen Muye juga perlahan berdiri, sepertinya teringat sesuatu, lalu menoleh ke Lin Qiye dan berkata: 　　"Qiye, besok adalah malam tahun baru, apa kamu ada rencana?" 　　Lin Qiye menengadah, matanya sedikit berbinar, kemudian seolah teringat sesuatu, perlahan menjadi suram kembali. 　　"Tidak." 　　"Kalau begitu besok pagi ikut Hongying mereka belanja sayur, besok malam, datang ke kantor untuk makan malam tahun baru." Chen Muye mendekati Lin Qiye, senyum datar mengembang di sudut bibirnya, "Aku yang masak." 　　Lin Qiye tertegun, senyuman kembali muncul di bibirnya, ia mengangguk. 　　"Kapten, kamu tidak tinggal untuk melindungi Qiye?" Hongying mencebikkan bibir, berkata dengan nada tak suka. 　　"Dengan adanya kamu, Xiao Nan, dan Leng Xuan di sini, apa lagi yang perlu kukhawatirkan? Lagipula kantor tidak jauh dari sini, kalau ada masalah aku bisa langsung bawa pisau ke sini. Selain itu... di sini ada tempat tinggal untukku?" Chen Muye berkata dengan tak berdaya. 　　"Manusia harus tumbuh, Hongying. Kamu tidak bisa selamanya melindungi Lin Qiye." Wu Xiangnan juga ikut berdiri, "Pada akhirnya dia harus pergi dari sini, menjadi pejuang yang mandiri. Memberi perlindungan berlebihan sekarang belum tentu baik." 　　"Hmph, itu cuma alasan malas!" Hongying membuat wajah hantu ke arah Wu Xiangnan. 　　Wu Xiangnan mengabaikan provokasi Hongying, langsung mendekati Lin Qiye, mengulurkan tangan mengelus lengannya, senyum mengembang di bibirnya. 　　"Anak baik, makin kuat!" 　　“Selesai bicara,” dia melambaikan tangan ke Lin Qiye, lalu menyusul Chen Muye keluar dari vila. 　　Tiba-tiba, dia menoleh ke belakang, memandang Wen Qimo yang masih diam di sofa. 　　“Kamu kenapa tidak pergi？” 　　Wen Qimo menjawab serius: “Aku bisa tidur satu ranjang dengan Lin Qiye, melindunginya secara！” Chapter 0115 Lapisan Teratas yang Terbakar 　　Di bawah desakan ngotot Wen Qimo, akhirnya dia tetap tinggal. Tapi bukan tidur satu ranjang dengan Lin Qiye, melainkan tidur di lantai ruang tamu sendirian. 　　Melihat senyuman cerahnya, Lin Qiye diam-diam membalikkan matanya, mulai curiga apakah niat tulus orang ini benar-benar ingin melindunginya... 　　“Aku mau jalan-jalan sebentar.” Lin Qiye membereskan barang bawaannya, melirik langit di luar jendela. 　　“Mau kutemani?” Hongying mengangkat kepala bertanya. 　　Lin Qiye ragu sejenak, “Tak usah. Tempat yang kukunjungi... tidak praktis untuk perempuan pergi.” 　　Wen Qimo tertegun, matanya berbinar, “Kalau... aku yang menemani?” 　　“...Aku cuma mau cari teman di hotel. Kamu pikir apa?” 　　“Oh, kalau gitu tak usah.” 　　Lin Qiye berniat mengunjungi Bai Li Pangpang di hotel. Sebagai tuan rumah di Cangnan, tak baik meninggalkannya begitu saja. Jika Hongying ikut, dia khawatir gadis itu melihat pemandangan 'pedas' tak sengaja... 　　“Ini masa genting. Apa aman pergi sendirian?” Hongying bertanya dengan ragu. 　　“Sekarang hari sudah mulai gelap, aku pergi sendirian malah lebih aman.” Sudut mulut Lin Qiye sedikit mengembang, “Lagipula wakil kapten sudah bilang kan, tidak perlu terlalu melindungiku, aku sekarang... sebenarnya cukup tangguh. Apalagi di kota masih banyak pelatih yang bersembunyi, Leng Xuan juga entah diam-diam ngumpet di mana, pasti tidak akan ada masalah.” 　　Hongying mengangguk, lalu seakan teringat sesuatu, ia mengeluarkan sebuah kotak hitam dari kamar dan menyerahkannya ke tangan Lin Qiye. 　　“Bawa pisau ini.” 　　“Ya.” 　　Lin Qiye masuk ke kamar mengganti seragam militernya, mengenakan setelan santai, lalu mencari topi gentleman hitam dari lemari untuk menutupi wajahnya. 　　Setelah ragu sejenak, ia membawa pisau Zhao Kongcheng dan pisau yang dibawanya dari kamp pelatihan, menggenggam dua kotak hitam itu dengan tangan, lalu menyelinap keluar dari vila. 　　…… 　　Hotel Kalarinski, Suite Presiden mewah. 　　“Selamat tinggal Ibu, malam ini aku akan berlayar～～Jangan khawatir～Aku punya dayung kebahagiaan dan kebijakan～～” 　　Seorang bocah gemuk bertelanjang dada dengan handuk mandi melilit pinggangnya keluar dari kamar mandi dengan gaya sensual, menyisir rambut yang basah kuyup ke belakang dengan gagah sambil membawa segelas anggur merah yang digoyang-goyangkannya pelan. 　　Ia menggerakkan tubuhnya lincah mengikuti irama musik, bagai penari tambun yang melakukan putaran 360 derajat di lorong, lalu masuk ke ruang tamu dengan penuh gaya... 　　Tiba-tiba senyumnya membeku di wajah. 　　Di ruang tamu, Cao Yuan sedang duduk di sofa sambil memeluk sarung pedang, memandanginya dengan tatapan seperti melihat orang gila. 　　"Kamu... Kenapa kamu datang? Bukannya aku sudah membelikanmu kamar single di penginapan sebelah?" 　　Bai Li Pangpang melindungi dada dengan kedua tangan, berbicara dengan kesal. 　　"Kamar single tidak senyaman suite presidensial." Cao Yuan mengangkat bahu, dengan santai menyilangkan kakinya di atas meja kopi. 　　Bai Li Pangpang:（｀⌒′メ） 　　"Pergi! Kehadiranmu mengganggu kesenanganku menikmati hidup." Bai Li Pangpang mengibaskan tangan dengan wajah jijik. 　　"Santai saja, teruskan menarimu, aku akan pura-pura tidak melihat." 　　"......" Otot mulut Bai Li Pangpang berkedut, "Seorang pria duduk di ruang tamu sambil memeluk pedang, nonton aku menari? Menurutmu aku bisa melanjutkan?" 　　Cao Yuan merenung sejenak, "Kalau begitu aku akan meletakkan pedang..." 　　"Ini bukan soal pedang." Bai Li Pangpang menghela napas sambil menahan dahi. 　　"Kenapa buru-buru mengusirku? Jangan-jangan kamu memanggil..." 　　"Sial! Aku selalu menjaga kesucian diri, mana mungkin memanggil..." Seluruh lemak di tubuh Bai Li Pangpang bergetar karena marah. 　　Cao Yuan memiringkan kepala, "Apa hubungannya KFC dengan menjaga kesucian diri?" 　　“……” 　　"Aku tidak peduli, pergi, pergi, sekarang juga kamu pergi dari sini!" Bai Li Pangpang melotot. 　　"Aku tinggal bisa membantumu menangkap tikus." 　　"Konyol! Ini hotel bintang lima, mana mungkin ada tikus?" 　　“Bukankah itu ada?” Cao Yuan mengulurkan tangannya, menunjuk seekor tikus kecil yang bersembunyi di sudut ruangan. 　　Wajah Bai Li Pangpang langsung memucat, mundur setengah langkah, lalu berjalan dengan kesal ke kamar tidur, "Nenek, hotel sampah macam apa ini? Aku akan menelepon resepsionis untuk datang melihat..." 　　Dor——!!! 　　Nyala api yang menyilaukan tiba-tiba meledak dari luar jendela, menghancurkan kaca jendela besar, ledakan dahsyat mengguncang bumi, gelombang udara panas bercampur kobaran api langsung melempar Bai Li Pangpang dan Cao Yuan terbang! 　　Dentuman ledakan bagai guntur bergema, pejalan kaki di jalan serentak mengangkat kepala, berteriak kaget! 　　Di bawah langit malam yang gelap, puncak hotel super tinggi yang menjulang ke awan itu telah berubah menjadi lautan api, pecahan kaca bercampur perabotan terbakar jatuh dengan cepat dari ketinggian. 　　Di antara berbagai benda jatuh ini, jika ada yang mengamati dengan teleskop night vision, akan terlihat dua bayangan manusia yang terjun bebas dengan kecepatan tinggi. 　　"Aaaaaaaaa——!!!" 　　Bai Li Pangpang yang terbungkus handuk berteriak histeris, angin kencang menerpa telinganya, sensasi jatuh bebas yang kuat menyelimuti pikirannya, wajahnya pucat pasi. 　　Di sampingnya, Cao Yuan menggendong pedang, juga jatuh dengan kecepatan tinggi, namun ekspresinya tetap tenang tanpa gejolak. 　　Dia mengangkat kepala melihat lantai atas yang terbakar, bergumam, "Ternyata ada tikus..." 　　"Cao Yuan mati! Cao Yuan kikuk! Cao Yuan brengsek! Neneknya, yang lain turun mobil langsung menghindari aku seperti roh jahat, kenapa kamu masih ngotot nempel di sini?! Kamu tahu nggak berapa banyak orang di kota ini yang mau mencabut nyawa Yeye?! Dasar kamu nggak takut mati?!" 　　Bai Li Pangpang yang sedang terjatuh, menatap Cao Yuan yang tenang itu, berteriak marah! 　　Alis Cao Yuan berkedut, "Tidak takut." 　　Bai Li Pangpang tertegun, seolah tak menyangka jawaban itu, lalu kesal berkata: 　　"Gila, gila!! Untung Yeye sudah siapin persiapan, kalau nggak kamu bisa ikut mati bareng aku!" 　　Setelah berkata demikian, Bai Li Pangpang memasukkan tangannya ke dalam handuk, mengeluarkan sebuah kalung. 　　"Yaoguang!" 　　Jarinya menunjuk, cahaya keemasan berkilat berubah menjadi dua gumpalan awan lembut yang beterbangan di belakang mereka, menetralkan gravitasi... 　　Dengan mantap mendarat di tanah. 　　Cao Yuan heran memandang Bai Li Pangpang yang hanya terbungkus handuk, ekspresinya mulai aneh. 　　"Di mana kamu sembunyikan 【Ruang Bebas】?" 　　Wajah Bai Li Pangpang menghitam, "Urusanmu apa?!" 　　Cao Yuan menengadah ke lantai atas hotel, dentuman ledakan keras masih terdengar. 　　"Para pelatih sudah bertindak, mungkin sedang berkelahi dengan si pembunuh." 　　“Ya... Mandi saja tidak bisa tenang.” Bai Li Pangpang mencubit lemak di perutnya, menghela napas. 　　“Hidup si tuan muda keluarga Bai Li selalu semenegangkan ini?” 　　“Hmph, sejak kecil, sudah banyak percobaan pembunuhan yang kuhadapi. Tapi lihat, Yeye masih tetap hidup sampai sekarang.” Bai Li Pangpang menatap langit malam, “Besok, tim bodyguardku seharusnya sudah sampai... Nanti kita lihat siapa yang berani menyentuh Yeye!” 　　Pandangan Cao Yuan menyapu sekeliling, matanya menyipit, “Menurutku, kau harus fokus bertahan sampai besok dulu...” 　　Bai Li Pangpang mengerutkan kening bingung. 　　Cao Yuan mengulurkan jari menunjuk jalanan sepi tak berpenghuni, bicara pelan: 　　“Tidakkah kau merasa, tempat ini terlalu sunyi?” Chapter 0116 Penyerang 　　“Halo.” 　　“Halo, saya mau mencari teman.” 　　“Nomor kamarnya berapa, Anda tahu?” 　　“9039。” 　　“Baik, saya akan menghubungkan...” 　　Dor——!! 　　Percakapan Lin Qiye dengan resepsionis belum selesai, ledakan dahsyat menggema dari atas kepala, diikuti teriakan panik pejalan kaki di sekitar. 　　Wajah Lin Qiye berubah, tanpa basa-basi ia berbalik dan berlari keluar lobi hotel, menengadah ke langit. 　　Puncak gedung pencakar langit yang menjulang di antara awan itu telah berubah menjadi lautan api. 　　Tanpa perlu menghitung, Lin Qiye tahu pasti itu lantai tempat Bai Li Pangpang menginap. Hajaranku seaneh itu hanya bisa datang darinya. 　　Saat Lin Qiye bersiap menerobos masuk ke hotel untuk naik ke lantai 90 melalui tangga, samar-samar ia melihat kilasan warna emas melintas di langit malam! 　　"Itu..." Mata Lin Qiye menyipit perlahan. 　　Tanpa ragu, ia mengangkat dua kotak hitam, menerobos kerumunan panik, dan berlari cepat ke arah tempat kilasan emas tadi. 　　Setelah melewati beberapa jalan besar, Lin Qiye akhirnya tiba di dekat titik jatuhnya kilasan emas. Ini adalah area yang cukup sepi, di tengah malam seperti ini hanya ada sedikit pejalan kaki dan hampir tidak ada kendaraan lewat. 　　Lin Qiye menutup matanya, memfokuskan kekuatan spiritualnya untuk menyelidiki sekeliling. Tiba-tiba, tubuhnya bergetar halus. 　　Ia membuka mata dan segera melangkah ke persimpangan sempit di depannya, wajahnya langsung muram. 　　Di ujung jalan terpampang sebuah papan peringatan dengan empat karakter besar tertulis: 　　"JALAN DILARANG MASUK." 　　Wilayah Tanpa Batas! 　　Alis Lin Qiye berkerut rapat. Ini pasti bukan [Ruang Tanpa Batas] yang dibuka Tim 136! Papan peringatan untuk membuka [Ruang Tanpa Batas] hanya dimiliki tim Penjaga Malam yang bertugas di tiap kota! 　　Artinya... ada anggota Penjaga Malam dari kota lain yang terlibat dalam urusan ini? 　　Apakah mereka datang untuk melindungi Bai Li Pangpang, atau... untuk membunuhnya? 　　Lin Qiye merasa probabilitasnya sangat kecil untuk skenario pertama. Jika memang ingin melindungi, kenapa baru muncul sekarang? Dan mengapa harus membuka Wilayah Tanpa Batas secara diam-diam? 　　Delapan ratus juta, cukup untuk menggoyahkan Penjaga Malam yang tidak teguh iman, hingga nekat mencuri papan peringatan, mengkhianati organisasi, demi mengambil kepala Bai Li Pangpang! 　　Berapa orang di pihak lawan? Apakah papan peringatan itu dibawa langsung oleh mereka, atau dicuri dari tangan Penjaga Malam? Akankah muncul petarung dengan tingkatan tinggi? 　　Serangkaian pertanyaan bermunculan dalam pikiran Lin Qiye. Dengan tenang ia berdiri di depan papan peringatan, terbenam dalam perenungan. 　　Masuk, atau tidak? 　　Seandainya ini terjadi pada dirinya di masa lalu, menghadapi urusan berbahaya yang tidak diketahui pasti akan kabur sejauh mungkin. Tapi sekarang... 　　Mungkin bahkan dirinya sendiri tak menyadari, tanpa terasa, ia telah perlahan berubah. 　　Apa yang mengubahnya? 　　Mungkin kehangatan yang diberikan Tim 136: semangat Hongying, kelembutan Qi Mo, sikap protektif sang kapten, sikap sok jago wakil kapten, kelembutan Leng Xuan, kegigihan tak tergoyahkan Zhao Kongcheng... 　　Atau mungkin tempaan bersama di kamp pelatihan, atau detail-detail kecil tak berarti yang tersembunyi dalam keseharian. 　　Dulu, kehidupannya hanya berisi bibi dan A Jin. Tapi sekarang, tanpa disadari... seolah banyak orang telah berada di sisinya. 　　Dalam gelapnya malam, keteguhan terpancar di matanya. Di bola mata itu, kilau keemasan semakin berbinar. 　　Setengah tahun lalu, ia meruntuhkan 【Ruang Tanpa Batas】 untuk menyelamatkan pahlawan yang melindungi dunianya. 　　Sekarang, ia akan kembali meruntuhkan 【Ruang Tanpa Batas】... 　　Untuk menyelamatkan temannya. 　　…… 　　“Ini...” Bai Li Pangpang melirik ke 4 minggu，wajahnya terlihat tegang tak seperti biasanya。 　　“[Ruang Tanpa Batas]。” 　　“Kawan atau lawan？” 　　“Menurutmu？” 　　Pandangan Cao Yuan tertuju pada jalan di depan，di bawah langit malam yang suram，lampu jalan di kedua sisi bergoyang redup，di kejauhan permukaan aspal，siluet pria gagah perlahan mendekat。 　　“Belakangnya juga ada。” 　　Bai Li Pangpang berbalik arah，melihat di ujung jalan yang berlawanan，seorang pria membawa tiga pisau telah berdiri di sana，menatap kedua orang di hadapannya，matanya penuh ejekan。 　　“Total dua orang？” 　　“Tidak，harusnya masih ada minimal satu lagi，di luar yang membuka 【Ruang Tanpa Batas】。” Cao Yuan menggelengkan kepala。 　　Bai Li Pangpang mencemooh dua kali，“Sejak kapan 'Penjaga Malam' mulai melakukan pengkhianatan ala bandit？” 　　“Tidak，kami sudah lama bukan Penjaga Malam lagi。” Pria gagal yang mendekat itu berbicara dengan suara berat，“Kami berasal dari Lembaga Penyekatan。” 　　“Lembaga Penyekatan？” Bai Li Pangpang mengerutkan kening melihat Cao Yuan。 　　“Lembaga Penyekatan adalah tempat untuk menahan pemilik area larangan yang terlibat kasus kriminal，separuhnya adalah mantan anggota Penjaga Malam yang dipecat karena urusan kotor。” Cao Yuan menjelaskan dengan tenang，“Jika dulu Sang Panglima tidak menyelamatkanku dan mengirimku ke Gunung Jiuhua，sekarang aku pasti sudah dikurung di sana。” 　　“Ternyata baru keluar dari penjara.” Bai Li Pangpang memahami, “Tapi kalian yang ingin membunuhku terserah, mengapa harus meledakkan hotel? Bagaimana jika ada orang lain yang terluka? Dulu bersumpah melindungi negara ini, sekarang demi keuntungan, bahkan nyawa rakyat pun diabaikan?” 　　“Jangan samakan kami dengan gerombolan anjing liar itu.” Pria yang menggendong tiga pisau berbicara dengan marah, “Bagaimanapun kami pernah menjadi 'Penjaga Malam', batas dasar ini masih kami miliki. Kami ingin membunuhmu hanya untuk membalas budi...” 　　“Balas budi siapa?” Alis Bai Li Pangpang terangkat. 　　“Jangan coba-coba mengorek informasi kami. Kau hanya perlu tahu, malam ini... kau takkan bisa keluar dari 【Wilayah Tanpa Batas】 ini.” 　　Pria kekar itu menderu, kedua matanya memancarkan kilau kejam, otot-otot di seluruh tubuhnya bergerak tak wajar, tubuhnya awalnya bertambah tinggi setengah meter lalu menyusut dengan cepat... 　　Akhirnya berubah menjadi pria kurus lemah setinggi satu meter, terlihat seperti akan terjatuh oleh tiupan angin sekalipun. 　　“Conan?” Bai Li Pangpang heran. 　　“Urutan Ruang Terlarang ke-214, 【Penyusunan Ulang Otot】, bisa mengompres jaringan otot secara bebas. Jangan lihat dia sekarang seperti siswa SD, kecepatan dan kekuatannya benar-benar mencapai tingkat yang mengerikan!” Pandangan Cao Yuan penuh ketegangan. 　　Pria kurus itu menyunggingkan senyum sinis, telapak kakinya menginjak keras permukaan aspal hingga meninggalkan lekukan dalam, lalu seluruh tubuhnya melesat seperti anak panah melintasi setengah jalan! 　　Sebuah tinju kecil membesar dengan cepat di mata Bai Li Pangpang! 　　“Yaoguang!” 　　Cahaya emas seketika membeku menjadi perisai di hadapannya. Tinju pria itu menghantam tanpa basa-basi, terdengar suara ledakan berat disusul retakan-retakan yang muncul di permukaan Perisai Yaoguang. 　　“Waduh!” Bai Li Pangpang berteriak kaget. 　　Tak lama, tendangan cambuk kembali menghantam perisai itu, membuat cahaya emasnya sedikit berhamburan! 　　Sambil buru-buru memasukkan tangan ke dalam handuk seolah mencari sesuatu, Bai Li Pangpang berteriak ke Cao Yuan di belakangnya: 　　“Tidak mau bantu?!” 　　Cao Yuan masih menggendong pedangnya, tatapannya tak lepas dari pria bertiga pedang di seberang. “Sibuk.” 　　Di bawah cahaya bulan, pria itu dengan wajah datar mencabut satu pedang dari punggungnya. Dua lainnya seolah dicabut oleh tangan tak kasat mata, keluar dari sarung bersamaan! Chapter 0117 Sang Pemanah 　　Tok-tok-tok——!! 　　Tiga pukulan bertubi-tubi dari pria kurus itu menghancurkan cahaya emas perisai. Kilau dingin muncul di matanya sebelum ia menyikut keras ke kepala Bai Li Pangpang! 　　Namun saat sikutnya hampir menyentuh, seolah menghantam jaring api yang membakar otomatis. Kulitnya terkarbonisasi besar-besaran, berubah menjadi hitam legam. 　　“Pria itu yang kurus kering juga berhati kejam, meski kesakitan hebat, sikutnya hanya berhenti sejenak di udara sebelum menyerang lagi dengan kecepatan lebih tinggi. 　　Bai Li Pangpang yang sudah berpengalaman dipukuli di pelajaran pertarungan jarak dekat, melihat serangan sikut itu datang menerjang, langsung berguling ke samping secepat kilat menghindari serangan. 　　Di saat itu, dia akhirnya berhasil mengeluarkan sebilah Pedang Besar Berkilau dari dalam handuk! 　　“Aduh aduh aduh... Hampir, hampir saja kena...” Wajah Bai Li Pangpang pucat pasi sambil mencengkeram erat pedang besar itu, lalu mengayunkannya ke arah pria kurus yang sedang berlari kencang! 　　Kilau pedang membelah udara, terbelah dua, empat, delapan... Sekejap kemudian, ribuan kilau pedang bagai air sungai deras bergulung-gulung menerjang ke depan. 　　Pria kurus itu segera mengerutkan kening dan mundur secepat kilat menghindari serangan. 　　Persis ketika dia hendak melanjutkan serangan, aura mengerikan tiba-tiba menyembur ke langit! 　　Dia tertegun menoleh, melihat di jalan seberang berdiri monster humanoid berpijar api hitam dengan pedang lurus di tangan, aura pembunuhan yang menyebar! 　　Di hadapan monster itu, pria bertiga pedang menelan ludah... 　　“Apa-apaan hantu ini?” 　　Su——!! 　　Cao Yuan sang Gila dengan pupil darah merah, melesat sejauh seratus meter dalam sekejap, pedang lurusnya yang dililit api hitam pekat diayunkan dengan garang! 　　Pria Tiga Pisau dibuat keringat dingin oleh aura mematikan yang menerjangnya. Tanpa pikir panjang, dia tiba-tiba mengangkat pisau di tangannya, sementara dua bilah pisau lainnya melayang dan melintang di atas kepala, bertabrakan dengan pedang Cao Yuan! 　　Sreeeek——！！ 　　Suara gesekan tajam menggema. Pria Tiga Pisau merasakan tenaga dahsyat menghantam dari atas kepalanya. Jalan di bawah kakinya retak berantakan, tulang-tulangnya bergema kesakitan. 　　Setelah naik ke level "Kolam", aura mematikan Cao Yuan semakin kuat. Kegilaannya semakin menjadi-jadi. Pedang lurus di tangannya diayunkan berulang kali seperti pandai besi yang memalu besi dengan gila-gilaan! 　　Dang-dang-dang-dang——！！！ 　　Pedang lurus menghantam gila-gilaan ke pisau Pria Tiga Pisau. Diiringi tawa sadis Cao Yuan, kaki Pria Tiga Pisau gemetar dan dia terjatuh berlutut, sementara bayangan kematian menyelimuti hatinya! 　　Entah dari mana datangnya tenaga, dia mendadak menendang ke samping dan berguling setengah putaran, menghindari pedang Cao Yuan. 　　Pedang Cao Yuan menebas tanah hingga serpihan betapan beterbangan. Pria Tiga Pisau terhuyung jatuh sambil memuntahkan darah. 　　"Monster apa ini?!" teriaknya ketakutan. Dia menoleh ke kejauhan dan berteriak: "Kalau tidak bertindak sekarang, aku akan mati!" 　　Swoosh——！ 　　"Suaranya baru saja berakhir, sebuah panah berbulu telah meluncur diam-diam melintasi langit malam, dengan kecepatan yang tak tertangkap mata telanjang, terbang menuju wajah Cao Yuan!" 　　Mata ganda Cao Yuan yang kesurupan berkerut, pedang lurus di tangannya tiba-tiba menghantam keluar, menebas dengan tepat pada ujung panah. Namun sekejap kemudian dia bersama pedangnya terlempar oleh panah ini, langsung terhantam masuk ke gedung di belakangnya. 　　Di atas gedung tinggi berjarak ratusan meter, seorang wanita pembawa busur mendengus dingin: 　　"Berani menerima panahku dengan tangan kosong? Cari mati!" 　　Setelah berkata demikian, dia kembali menarik tiga anak panah dari tabung di punggungnya, menembakkannya berturut-turut! 　　Swoosh swoosh swoosh——!! 　　Tiga panah berbulu berturut-turut menghujam gedung tempat Cao Yuan terlempar. Panah pertama menghancurkan gedung rendah menjadi serpihan, panah kedua melubangi tanah dengan kawah berdiameter puluhan meter, panah ketiga melompati debu tebal, langsung menyasar jantung Cao Yuan! 　　Cao Yuan yang kesurupan tiba-tiba membuka mulut, menggelegarkan raungan memekakkan telinga. Aura kegelapannya mengalir deras bagai binatang buas yang mengamuk, berkumpul menjadi semburan pisau hitam yang menebas panah di udara. 　　Semburan pisau dan panah bertabrakan di udara, memancarkan gelombang tak kasat mata. Di hadapan semburan pisau kegelapan, badan panah retak berantakan sebelum akhirnya menghilang di udara. 　　Di atas gedung, sang pemanah wanita mengerutkan alisnya, memutar tangan untuk mengambil panah lain dari tabung. 　　“Hmph, kalau tidak bisa menembakmu, aku akan menembak si gemuk kecil itu. Aku ingin lihat, berapa banyak panah yang bisa dia halangi……” 　　“Oh? Kamu mau menembak si gemuk kecil yang mana?” 　　Suara pria datar menggema dari belakangnya. Pupil pemanah wanita itu menyempit tiba-tiba. Tanpa pikir panjang, dia membengkokkan busur secepat kilat dan mengarahkannya ke belakang. 　　Sayangnya, begitu ujung jarinya menyentuh bulu panah, kegelapan ekstrem menyelimuti segala sesuatu di sekitarnya, membuat seluruh tubuhnya seolah jatuh ke lubang es! 　　Sesaat kemudian, panah berbulu di jarinya beterbangan sendiri, berputar di langit-langit sebelum mendarat di tangan pemuda bertopi gentleman hitam. 　　Cahaya bulan menyinari tepi topi, bayangan gelap menutupi wajahnya. Pemuda itu memain-mainkan panah, lalu menggelengkan kepala dengan kecewa. 　　“Panahnya tidak ada yang spesial, berarti masalahnya ada di area laranganmu ya……” 　　Pemanah wanita itu membelalakkan mata, bola matanya dipenuhi rasa tidak percaya. 　　Tidak mungkin! Tidak ada yang bisa mendekat diam-diam di belakangku tanpa kusadari… Apakah dia hantu? 　　Sebagai pemanah, kewaspadaan mutlak terhadap lingkungan sekitar adalah pelajaran wajibnya. Dalam radius beberapa meter, bahkan semut berjalan pun bisa didengarnya. Tapi kali ini… dia sama sekali tidak mendengar langkah kaki pemuda ini! 　　Tentu saja dia tidak tahu, dengan bonus 【Penari Malam Berbintang】 di level "Kolam", kemampuan persembunyian Lin Qiye dalam kegelapan telah mencapai tingkatan yang sungguh menakutkan. 　　"Bahkan jika Lin Qiye pindah profesi jadi pembunuh bayaran sekarang, dia pasti akan jadi yang tak tertandingi!" 　　Jari-jari Lin Qiye melambai lirih, anak panah perlahan melayang di antara alis sang pemanah wanita, nyaris menusuk masuk. 　　"Kalian datang berapa orang?" 　　"Bagaimana kamu masuk ke 【Ruang Tanpa Batas】? Mana si tua Han?" pemanah wanita mengerutkan alis bertanya. 　　Lin Qiye menyipitkan matanya sedikit, jari mengait halus. Ujung panah mulai menusuk kulit di antara alis sang pemanah, merembeskan noda darah. 　　"Sepertinya sekarang giliranku yang bertanya..." Lin Qiye berhenti sebentar, "Tentu, kalau yang kau maksud si tua botak ala Mediterania itu, aku harus menyesali kabar ini - sudah kubunuh." 　　Sang pemanah menatap tajam bola mata Lin Qiye, lama kemudian mencemooh: 　　"Aku paham. Kaulah agen dewa kembar yang belum pernah terlihat sebelumnya... Akhirnya muncul juga." 　　"Sepertarnya kau tak mau menjawab." Sorot mata Lin Qiye berkerut, kilau dingin muncul di matanya, "Kalau begitu, jadilah kelinci percobaanku..." 　　Begitu ucapnya, kedua matanya tiba-tiba menghitam, seluruh aura tubuhnya menjadi semakin dalam. 　　Sesaat kemudian, kegelapan malam mulai merayapi mata sang pemanah... Chapter 0118 Hanya Perlu Sabetan Pedang 　　"Aaaaaaah——!!" 　　“Teriakan histeris minta tolong bergema di langit malam, dua pria bersenjata tiga pisau dan pria kurus yang sedang bertarung serentak menoleh ke arah pemanah wanita, mata mereka dipenuhi kengerian!” 　　“Di sana……masih ada musuh lain?!” 　　Atap gedung. 　　Bola mata pemanah wanita telah berubah menghitam total, dengan wajah kesakitan ia setengah berlutut sambil kedua tangannya tak terkendali mencabik-cabik kulit kepalanya sendiri, seolah ingin mengusir sesuatu dari pikirannya. 　　Darah segar mengalir deras dari kepalanya, mulutnya terbuka lebar memuntahkan genangan darah hitam pekat, tubuhnya semakin menghitam dengan cepat terlihat mata telanjang. 　　“Aaaaaaah……kau……apa yang kulakukan?!!” 　　Tangannya mencengkeram kepala sendiri, tiba-tiba ia menatap tajam ke arah Lin Qiye sambil mengaum histeris! 　　Lin Qiye memandang keadaan menyedihkan si pemanah, alisnya berkerut halus sementara jemarinya mengelus-elus dagu. 　　“Erosi Kegelapan Ultima kurang efektif pada makhluk berakal……semakin tinggi kecerdasan, semakin sulit dikontrol. Dengan tingkatan ku saat ini, paling hanya bisa kendalikan kucing-anjing, pada manusia efeknya biasa saja...” 　　Tiba-tiba kilatan spiritual menyala-nyala di mata si pemanah, gelombang energi psikis meledak dahsyat menerjang, kegelapan di bola matanya surut bagai air pasang! 　　Dengan gerakan kilat ia berdiri, tubuhnya oleng hendak terjatuh ke belakang. 　　Lin Qiye mendengus kesakitan, beberapa langkah mundur sambil tangan menahan dahi yang berkerut rapat. 　　“Kekuatan spiritual bisa melepaskan diri dari erosi kegelapan, semakin tinggi tingkatan pihak lawan, semakin besar balasan yang kuterima. Dia seharusnya juga memiliki kekuatan spiritual tingkat 'Kolam', kalau tidak, serangan tadi pasti sudah membuatku pingsan... Sepertinya, sekarang aku belum bisa sembarangan menggunakan erosi kegelapan untuk mengontrol pikiran orang.” 　　Pemanah wanita itu terjatuh kaku dari puncak gedung, tapi mengingat dia mantan 'Penjaga Malam', meski terluka parah, kemampuan bela dirinya masih gesit! 　　Dengan secepat kilat dia mencabut anak panah dari tabung di punggungnya, menancapkannya ke dinding gedung yang keras, memperlambat kecepatan jatuh dengan pasrah! 　　Lalu memanfaatkan kebiasaan dari ayunan alami tubuhnya, berguling dua kali di halaman rumput bawah gedung, memaksakan diri berdiri tegak, lalu membungkuk cepat untuk memasang anak panah. 　　Swoosh——！ 　　Sebuah anak panah meluncur, membawa kekuatan menakutkan, tepat berkedip ke arah tempat Lin Qiye berdiri! 　　Alis Lin Qiye sedikit terangkat, seolah sepenuhnya memprediksi lintasan terbang anak panah. Dengan lembut ia memiringkan kepala sedikit, anak panah itu menyentuh rambutnya dan melesat di dekat telinga, tak melukainya sedikitpun. 　　Pemanah wanita itu langsung terbelalak. 　　Lin Qiye satu tangan membawa kotak hitam, tangan lain menahan topi gentleman di kepalanya. Angin kencang menerpa sudut bajunya, sudut bibirnya melengkung halus. 　　Dia melangkah maju, lalu melompat lembut dari puncak gedung. 　　"Dia tidak seperti pemanah wanita yang menggunakan sesuatu untuk memperlambat jatuhnya, melainkan jatuh bebas. Ujung kakinya menyentuh dinding gedung beberapa kali dengan ringan, bagai hantu tengah malam yang melayang melewati enam lantai, lalu mendarat dengan mantap di tanah." 　　"Rangkaian gerakan ini mengalir lancar bagai air, luwes seperti kucing hitam yang melompat dari lemari di rumah, elegan dan santai." 　　"Inilah 【Penari Malam Berbintang】 dari Tingkat 'Kolam'." 　　"Akhirnya... Aku juga bisa langsung lompat dari gedung sekarang." Lin Qiye teringat kejadian memalukan saat mengejar siluman ular Nanda di sekolah dulu, ketika dia harus turun tangga dengan tergesa-gesa. Senyum sinis mengembang di wajahnya. 　　"Kamu... manusia atau hantu?!" Pemanah wanita itu merinding melihat ini. Tanpa basa-basi, dia berbalik dan berlari menyusuri jalan berliku yang rumit di belakangnya. 　　Sambil berlari, tangannya meraih anak panah dari tabung, memasangnya di busur, lalu memuntahkan tembakan balik ke arah Lin Qiye. Gerakannya luwes sempurna. 　　Swoosh! Swoosh! Swoosh——!! 　　Beberapa anak panah melesat berturut-turut. Lin Qiye dengan tenang menghindar, gesit seperti pejalan kaki yang sedang santai, mengelak dari semua serangan dengan mudah. 　　【Ranah Dewa Fana】 sejauh 100 meter yang memberikan persepsi tajam dan penglihatan dinamis, ditambah kemampuan 【Penari Malam Berbintang】，bukanlah main-main. 　　Melihat ini, pemanah wanita itu mengatupkan gigi geram. Dengan kasar dia menyiapkan tiga anak panah sekaligus di busur, membidik, lalu melepaskan tembakan ganas! 　　Tiga anak panah membentuk formasi "selera" melintasi udara, sepenuhnya memblokir semua ruang gerak Lin Qiye. Ujung panah seperti jaring besar, menyergap ke arah Lin Qiye. 　　Lin Qiye menekan topi gentleman di kepalanya, segelap malam pekat menyebar dari tubuhnya ke segala penjuru. 　　Seketika, tiga anak panah itu terperangkap mati dalam kegelapan, tak bisa bergerak seinci pun! 　　Lin Qiye bisa menangkap ratusan pecahan rudal dalam setengah detik, apalagi menangkap tiga anak panah ini semudah membalik telapak tangan. 　　Dengan lambaian tangan lembut, tiga anak panah itu serentak berpindah arah, melesat menuju sang pemanah wanita! 　　Namun karena panah-panah ini bukan berasal dari busur sang pemanah, tenaga kinetiknya tidak sekuat aslinya. Ditambah kemampuan menembaknya yang setara anak TK, tiga anak panah itu sudah jelas melenceng tak karuan. 　　Pemanah wanita：…… 　　Lin Qiye menghela napas, memutuskan untuk mengeksekusi saksi agar tidak menguak bakat tembaknya yang mengerikan itu. 　　Jarinya menekan tombol pada kotak hitam. *Klik!* Sebilah pedang lurus bersarung meluncur dari sisi kotak. 　　Lin Qiye mengulurkan tangan menggenggam gagang pedang, krang——! 　　Gemerincing jernih menggema, pedang terhunus dari sarungnya. 　　Bola mata Lin Qiye menyipit. Dengan pedang di satu tangan, seluruh tubuhnya bergerak mendekati sang pemanah bagikan siluman, kecepatannya berbeda langit-bumi dengan sebelumnya. 　　“Pemanah wanita itu mengatupkan bibirnya, menembakkan beberapa anak panah berturut-turut, tapi semuanya dengan mudah dihindari Lin Qiye.” 　　“Di bawah lampu jalan yang remang-remang, sosok Lin Qiye bagai hantu. Pisau biru mudanya menggores garis lurus di jalanan yang gelap, dan dalam sekejap sudah berada di hadapan sang pemanah.” 　　“Pupil sang pemanah tiba-tiba menyempit!” 　　“Kilau pisau berkelebat, darah menyiprat keluar.” 　　“Lin Qiye berjalan melewati sisi sang pemanah dengan wajah tanpa ekspresi, menyimpan pedang ke sarungnya.” 　　“Braak!” 　　“Pemanah dengan tenggorokan terkoyak itu terjatuh ke tanah, genangan darah perlahan melebar.” 　　“Sama-sama berada di tingkat 'Kolam', Lin Qiye hanya perlu sebilah pedang dan satu tebasan untuk membunuhnya.” 　　“Ini bukan sekadar perbedaan kemampuan area larangan, tapi lebih pada jurang antara spesialisasi tempur.” 　　“Jika pertarungan Cao Yuan yang Gila melawan Pria Tiga Pedang adalah gladiator yang menghajar ninja, maka pertemuannya dengan Lin Qiye ibarat marksman rapuh berhadapan dengan assassin - di bawah kelincahan maut, tak ada kesempatan melawan.” 　　“Adapun Bai Li Pangpang dan Pria Kurus... mungkin ini seperti perang Doraemon dan Gian.” 　　“Lin Qiye mengangkat kotak hitam dari tanah, sedikit menaikkan topi gentleman hitamnya sambil memandang ke arah ledakan di kejauhan, lalu menghela napas pasrah.” 　　“"Sebentar lagi harus memukul kembali si gila hitam itu, benar-benar merepotkan..."” 　　Dia menggelengkan kepala, membawa dua kotak hitang, lalu melangkah menuju jalanan yang gelap. 　　…… 　　Pada saat yang sama, di gedung tinggi lain yang berjarak ratusan meter. 　　Leng Xuan perlahan menggeser teropong snipenya, menatap arah kepergian Lin Qiye, senyuman datar muncul di sudut bibirnya. 　　"Bagus." Chapter 0119 Cao Yuan... Terkunci 　　Dug——!! 　　Pria kurus itu menginjak keras hingga aspal pecah, meninggalkan lubang penuh retakan. Bai Li Pangpang menghindar dengan tertatih sambil berteriak histeris, lalu menghantamkan pedang besarnya lagi. 　　Bayangan pedang seperti naga menyapu tanah. 　　Pria kurus itu melompat setinggi 4-5 lantai, menghindari bayangan pedang lalu mendarat ringan di puncak tiang lampu jalan dengan mantap. 　　Bai Li Pangpang mendengar ledakan keras yang terus bergema dari kejauhan, matanya semakin berbinar. 　　"Cao Yuan! Tahan sebentar lagi, bantuan akan... Ah..." Bai Li Pangpang melihat dari jauh, Cao Yuan yang gila telah menancapkan pria bertiga pisau ke tanah, sambil tertawa mengerikan dia membedahnya dengan pisau. Darah menyiprat ke wajahnya, membuatnya terlihat seperti pembunuh psikopat. 　　Adegan ini membuat Bai Li Pangpang meragukan, siapa sebenarnya penjahat di sini... 　　Cao Yuan yang sedang meledak benar-benar dalam kondisi kehilangan kendali, meskipun dia sudah menebas pria tiga pisau sampai mati berkali-kali, tetap menyendiri dalam kesenangan pembantaian, sama sekali tidak berpikir untuk membantu Bai Li Pangpang. 　　Sebenarnya, sudah bagus dia tidak ikut-ikutan mengiris Bai Li Pangpang. 　　"Bodoh!" Pria kurus itu memarahi saat melihat kondisi menyedihkan pria tiga pisau, serangannya semakin penuh tekanan. 　　Tapi bagaimanapun dia menyerang, Bai Li Pangpang yang terlihat kikuk justru seperti belut licin yang selalu bisa menghindar pas-pasan, lalu memeluk erat dengan tumpukan benda aneh yang membuatnya jijik setengah mati. 　　"Hah! Lihat cermin sakti andalanku!" 　　Bai Li Pangpang mengeluarkan cermin bundar antik dari handuknya, menyorotkannya ke arah pria kurus. Cahaya bulan yang dipantulkan cermin menyinari wajah pria itu, tubuhnya langsung kaku! 　　Saat ini, pria kurus itu merasa otaknya seperti dihantam palu, seluruh kepalanya berdengung, wajahnya langsung pucat seperti kertas. 　　"Serangan psikis..." 　　Dia memaksakan diri berdiri tegak, tatapannya ke Bai Li Pangpang penuh kemarahan. Sebelum sempat bergerak, Bai Li Pangpang sudah tersenyum nakal lagi dan menghantamkan pedang besarnya! 　　Bayangan pedang yang rapat langsung menenggelamkan tubuh pria kurus, debu beterbangan di mana-mana. 　　Bai Li Pangpang berdiri dengan satu tangan di pinggang, mengelus hidungnya dengan sombong, dan mendengus, “‘Kolam’ kecil, sungguh menggelikan.” 　　Begitu kata-katanya habis, sebuah siluet muncul seperti hantu di belakangnya! 　　Pria kurus itu separuh tubuhnya berlumuran darah, ekspresinya mengerikan seolah ingin menelan Bai Li Pangpang hidup-hidup! Dia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dan tiba-tiba menebas ke tengkuk Bai Li Pangpang! 　　Bai Li Pangpang merasakan dingin di belakang kepalanya, merasa tidak beres. Saat hendak menghindar, suara mendengus terdengar dari belakangnya. 　　Seorang pria berbaju hitam dengan topi gentleman tiba-tiba sudah berada di belakangnya tanpa diketahui, menggenggam pedang lurus. Ujung pedangnya menembus jantung pria kurus itu, darah segar menetes ke tanah. 　　Pria kurus itu dengan susah payah menoleh, melihat wajah yang tersembunyi di balik bayangan. Mulutnya terbuka seolah ingin berbicara, tapi pria itu dengan gesit mencabut pedangnya. Darah menyiprat, pria kurus itu pun benar-benar kehilangan nyawa. 　　Melihat pendatang itu, Bai Li Pangpang berseru girang, “Qiye! Kau juga datang?” 　　Lin Qiye memasukkan pedang lurus ke sarungnya, mengangkat bahu, “Aku cuma ingin mampir, sekadar menjalankan kewajiban sebagai tuan tanah. Siapa sangka ternyata...” 　　Pandangan Lin Qiye tertuju ke kejauhan, alisnya sedikit berkerut. 　　“Sudahlah, mari kita selesaikan dulu si brengsek itu...” 　　Bai Li Pangpang tertegun, menoleh ke arah sumber suara, dan melihat Cao Yuan yang telah bangkit dari genangan darah tanpa disadari. Di bahunya terpikul pedang lurus yang dikelilingi api hitam, berjalan mendekati mereka sambil tertawa jahat, aura pembunuhannya menyembur ke langit. 　　"Untung kamu datang, kalau tidak, aku pasti tak bisa mengalahkan monster ini..." Bai Li Pangpang memandang Cao Yuan yang berubah menjadi iblis, tubuhnya tak bisa menahan getaran ketakutan. 　　"Setelah naik ke level 'Kolam', area larangan-nya sepertinya semakin kuat dan kejam." Lin Qiye mengerutkan alis sambil mengulurkan tangan ke Bai Li Pangpang, "Segel gulungan." 　　Bai Li Pangpang merogoh sakunya beberapa saat sebelum menyerahkan selotip pada Lin Qiye, menghela napas pasrah. 　　"Ke depannya, benda ini lebih pantas disebut 'Gembok Keperawanan Cao Yuan'..." 　　“……” 　　Sudut mulut Lin Qiye berkedut halus. Tangan kanannya menggenggam pedang lurus, sementara tangan kiri membelit selotip. Kegelapan mulai menyebar dari tubuhnya bagai pusaran. 　　Cao Yuan yang Gila seolah mencium bau kegelapan itu, gerakannya menjadi lebih hati-hati. Ia menatap tajam sosok Lin Qiye di pusat kegelapan, berhenti melangkah, sepertinya sedang ragu apakah akan maju atau tidak. 　　Alis Lin Qiye terangkat. Tubuhnya bergerak lincah bagai hantu menerjang Cao Yuan yang Gila. 　　Karena Cao Yuan yang Gila telah menyadari bahaya Divine Ruins yang Gelap Gulita dan tak mau mendekat, maka Lin Qiye-lah yang mengambil inisiatif menerjangnya untuk memperpendek jarak. 　　Cao Yuan yang Gila melihat Lin Qiye malah mengambil inisiatif menyerang, langsung menganggapnya sebagai provokasi. Setelah mengaum keras, dia berlari kencang menyambut Lin Qiye. 　　Dang-dang-dang——！！ 　　Dalam Divine Ruins Kegelapan, Lin Qiye dan Cao Yuan yang Gila berturut-turut saling tebas puluhan kali, percikan api beterbangan! 　　Terbungkus dalam aura jahat, erosi kegelapan Lin Qiye tak bisa mengikis atau mengontrol apapun pada tubuh Cao Yuan. Hanya bisa mengandalkan pasif【Penari Malam Berbintang】dan【Ranah Dewa Fana】yang telah naik tingkat untuk bertarung. 　　Tapi【Black King Slayer】yang telah naik ke level "Kolam" juga luar biasa kuat. Baik nyala api aura jahat yang mencekam, maupun pola bertarung gila, cukup untuk menjadi mimpi buruk siapapun di level yang sama. 　　Setelah membeku singkat, Cao Yuan yang Gila malah dengan mudah menekan serangan Lin Qiye, langsung menguasai situasi. 　　"Graaahhh——！！" 　　Cao Yuan yang Gila meraung dua kali, jurus pedangnya semakin cepat. Lin Qiye yang kelelahan bertahan serangan itu mengerutkan alisnya. 　　Sesaat kemudian, kilau emas menyilaukan meledak dari bola matanya! 　　Wibawa Serafim memang pantas jadi batu sandungan Cao Yuan yang Gila. Hanya dengan melotot, aura jahat di tubuh Cao Yuan langsung tercerai-berai, membuatnya tertatih jatuh ke belakang. 　　Lin Qiye tidak ragu sedikit pun, mengembangkan "Gembok Keperawanan Cao Yuan" di tangannya, dengan cepat mengunci tubuh Cao Yuan, lalu menyelinap ke belakangnya, menarik lakban dengan tangan dan tiba-tiba mengencangkan! 　　Dor——！ 　　Lin Qiye mengandalkan fisik perkasanya di bawah kegelapan malam, langsung membanting Cao Yuan yang kerasukan ke udara! Terlempar menghantam gedung rendah di sekitarnya. 　　Kepulan asap pekat mengepul, Lin Qiye berdiri sambil menggenggam pedang lurus, menyipitkan mata menatap ke dalam gedung rendah. 　　Setelah lama, Cao Yuan yang telah kembali ke wujud manusia dengan susah payah merangkak keluar dari jendela, batuk beberapa kali, perlahan melepas lakban di lehernya dengan kedua tangan. 　　"Qiye, bisakah lebih hati-hati lain kali..." 　　Cao Yuan mengusap lehernya yang berbekas lekukan lakban, memandang Lin Qiye dengan sedih. 　　"Tadi kamu menebasku juga tidak ringan." Lin Qiye tanpa ekspresi menyimpan pedang ke sarungnya, berkata pelan-pelan. 　　"...Menyimpan dendam?" 　　“……” 　　Lin Qiye tidak menjawab pertanyaannya, melainkan menengadah ke langit. Saat ini [Ruang Tanpa Batas] telah runtuh, di atas langit, lantai atas hotel yang terbakar sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan padam. 　　"Pertarungan para pelatih masih berlanjut, musuh yang kini menghadapi mereka seharusnya berlevel 'Chuan'... Untung kita langsung melompat turun." Cao Yuan menghela napas melihat pemandangan ini. 　　Lin Qiye mengangkat kotak hitam di tanah, berbalik badan menuju ujung jalan lainnya. 　　“Musuh jenis itu bukanlah yang bisa kita tandingi. Daripada berdiri bodoh di sini meningkatkan risiko terekspos, lebih baik... pergi makan semangkuk mi.” Chapter 0120 Transaksi 　　“Semangkuk mi daging iris.” 　　“Semangkuk mi dengan potongan daging besar.” 　　“Semangkuk mi daging sapi kecap dengan tambahan potongan daging besar, tahu kering, irisan daging, telur, tahu pedas, dan mi ekstra.” 　　“……” 　　Ketiganya duduk sembarangan di kedai mi. Lokasi kedai ini sangat terpencil, jauh dari jalan raya dengan papan nama yang rusak. Namun aroma mi lezat dari dalam bisa tercium bahkan dari kejauhan. 　　Sudah lewat pukul 10 malam. Seluruh kedai hanya ada meja milik Lin Qiye dan temannya. Mereka memilih tidak duduk di dalam ruangan yang remang-remang, melainkan di meja kecil dekat pintu masuk. 　　Di gang sunyi yang redup, cahaya temaram dari dapur bercampur lampu neon warna-warni toko barang dewasa sebelah, menyinari permukaan meja batu berwarna hijau-kelabu. Di tengah keriuhan kota, suasana ini memiliki cita rasa unik. 　　“Makan mi yang kamu maksud... di tempat seperti ini?” 　　Bai Li Pangpang melirik sekeliling, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Lin Qiye sambil berbisik pelan. 　　“Dalam kondisi kita sekarang, mana mungkin aku ajak kamu makan di hotel mewah?” Lin Qiye membalikkan matanya. “Harus pilih sudut sepi begini baru kita bisa makan dengan tenang.” 　　“Ternyata begitu. Masih Qiye yang berpikiran jauh.” 　　“Lagipula uangku cuma cukup traktir kalian makan mi di sini.” 　　“……” 　　“Tenang saja, meski toko ini terlihat tidak bagus, tapi rasa mi-nya benar-benar juara.” Lin Qiye menambahkan. 　　Tak lama kemudian, tiga mangkuk mi panas disajikan di meja makan kecil. Di tengah malam ini, aroma mi yang kental terasa begitu biasa, tapi juga begitu mengejutkan. 　　“Bos, total berapa?” Lin Qiye mengeluarkan dompetnya. 　　“Mi daging 10 yuan, mi pork chop 12 yuan, dan untuk pemuda ini... 42 yuan. Total 64 yuan.” Sang bos tersenyum sambil mengulurkan tangan. 　　Tangan Lin Qiye tiba-tiba berhenti di udara. 　　“Dia bayar sendiri.” Lin Qiye mengeluarkan uang 20 yuan dan dua koin 1 yuan dari dompetnya, menyerahkannya ke bos, lalu menunjuk Bai Li Pangpang. 　　Bai Li Pangpang terkejut, “Qiye, bukannya kamu bilang mau mentraktirku...” 　　“Aku ubah pikiran.” 　　“......” Bai Li Pangpang ragu sejenak, “Bos, di sini bisa bayar pakai kartu?” 　　“……” 　　Akhirnya, Cao Yuan mengeluarkan uang kertas 50 yuan yang kusut untuk membayar mi Bai Li Pangpang. Sebagai gantinya, Bai Li Pangpang harus menanggung akomodasi dan makannya selama beberapa hari. 　　Sebenarnya ini bukan karena Lin Qiye pelit. Saat berangkat dia hanya membawa 50 yuan, berpikir untuk makan mi pasti cukup. Tapi ternyata... 　　Slurp—! 　　Ketiganya sambil menyantap mi, sambil berdiskusi tentang pertarungan tadi. 　　“Jadi, kalian langsung diserang diam-diam? Mereka meledakkan lantai 90 dengan tepat?” Lin Qiye mengernyitkan alisnya setelah mendengar penjelasan keduanya. 　　“Iya, kamu tidak lihat aku masih pakai handuk ini?” Bai Li Pangpang menunjuk handuk compang-campingnya sambil tersenyum getir, “Tapi sepertinya mereka menggunakan semacam Area Larangan pemusnah massal, bukan senjata api.” 　　“Yang bisa menghasilkan daya rusak seperti itu setidaknya setara tingkat 'Chuan'. Strategi kalian langsung lompat dari gedung itu benar. Begitu mereka melihat postur tubuh kalian, mustahil kabur dan malah terjebak dalam pertarungan para pelatih.” Lin Qiye menganalisis. 　　“Tempat tinggalmu terlalu mencolok.” Cao Yuan menyela, “Menginap di hotel seperti ini perlu registrasi identitas. Orang jahat tinggal cek langsung tahu keberadaanmu.” 　　Bai Li Pangpang bergumam, “Aku… aku sudah terbiasa. Waktu main di Guangsen, aku selalu menginap di hotel yang lebih mewah dari ini.” 　　“Ini Cangnan, bukan wilayah keluargamu Bai Li.” 　　“Tapi seumur hidupku, percobaan pembunuhan yang kualami paling tidak 800 kali. Serangan kelas kacangan seperti ini mah buatku bukan masalah.” Bai Li Pangpang melambai-lambaikan tangan dengan santai. 　　Cao Yuan mengangkat bahu, “Ternyata jadi anak orang kaya juga tidak mudah ya.” 　　Saat ketiganya sedang berbicara, empat bayangan orang lain masuk dari luar. 　　“Kak Shen… Kita sudah makan mi dua kali berturut-turut. Malam ini… makan mi lagi?” 　　“Kamu ngerti apa, mi... mi adalah makanan khas Cangnan, jarang datang ke sini, kalau tidak makan beberapa kali bagaimana bisa?” 　　Shen Qingzhu membawa Deng Wei, Li Jia, Li Liang, ketiga pengikutnya berjalan masuk dengan pamer dari luar, belum sampai sudah berteriak: 　　“Bos, empat mangkuk mi kuah bening.” 　　“Wah, kalian lagi? Sudah dua kali makan mi kuah bening, masih makan ini juga?” Pemilik warung melihat keempat orang itu heran bertanya. 　　“Iya.” 　　Shen Qingzhu mendekati pintu toko, melihat tiga orang yang sedang menyeruput mi di sana, langsung tertegun. 　　“Kalian?” 　　“Wah, Si Sok Jago juga mau makan mi?” Bai Li Pangpang mulutnya penuh potongan daging, menyapa Shen Qingzhu. 　　Lin Qiye dan Cao Yuan juga mengangguk memberi salam. 　　Mereka semua adalah kawan seperjuangan yang telah menjalani latihan neraka selama setengah tahun bersama, meski sehari-hari tidak ada interaksi, tetap ada ikatan persaudaraan tempur. 　　Shen Qingzhu mengangguk singkat, pandangannya tertuju pada tiga mangkuk mi wangi di depan mereka, bibirnya terkunci rapat. 　　Grr... 　　Entah siapa yang menelan ludah, di gang sunyi ini suaranya terdengar jelas. 　　Shen Qingzhu menoleh melihat ketiga anak buahnya yang serentak menunduk, dia mengangkat kepala melihat daftar harga yang tergantung di pusat warung, keraguan muncul di matanya. 　　“Bos, ganti pesanan. Beri kami tiga porsi mi daging iris, dan satu mi kuah bening.” 　　Shen Qingzhu duduk di meja sebelah Lin Qiye, berteriak ke dalam warung. 　　“Baik, mi daging 10 ribu semangkuk, kuah bening 6 ribu, total 36 ribu.” 　　Shen Qingzhu mengeluarkan dompet, mengambil beberapa lembar uang kertas kusut dari dalamnya, lalu meletakkannya di meja kasir sebelum cepat-cepat menyimpan kembali dompetnya. 　　Lin Qiye hanya perlu menyapu pandangan dengan kekuatan spiritualnya untuk tahu bahwa dompet itu sudah benar-benar kosong. 　　Dia sengaja menghitung harga pas. 　　“Kak Shen, kenapa makan mi daging lagi?” 　　“Sudah terlalu sering makan kuah bening, pasti kalian bosan. Biar ganti rasa.” 　　“Lalu Kak Shen sendiri?” 　　“Aku memang suka kuah bening.” Shen Qingzhu mengangkat kepala dengan angkuh, “Sederhana, murni, itu baru hakikat mi yang sebenarnya.” 　　Tiga anak buah saling bertatapan, menunduk tanpa bicara. 　　Shen Qingzhu seolah teringat sesuatu, menoleh ke Lin Qiye, “Ngomong-ngomong, lukamu di mobil tadi, tidak apa-apa?” 　　Lin Qiye menggelengkan kepala, “Tidak apa-apa.” 　　Shen Qingzhu mengangguk, setelah beberapa saat ragu akhirnya berkata, “Waktu itu... terima kasih. Kalau bukan kau yang menahan pecahan kaca itu, pasti kami semua terluka.” 　　“Sok Jago Ge, kapan kau jadi sopan begini?” Bai Li Pangpang menyela dengan curiga. 　　“Dasar si gembrot! Aku selalu jelas urusan dendam-budi!” Shen Qingzhu melotot ke arahnya, lalu memandang Lin Qiye perlahan, “Aku tahu cuti kali ini pasti tidak biasa. Jika ada kesulitan, bilang saja. Mengingat kita pernah satu proyek, akan kubantu semampuku.” 　　Lin Qiye mengangkat alisnya, sebuah pikiran tiba-tiba muncul dalam pikirannya. 　　"Kalau begitu, aku memang ada transaksi bisnis yang ingin kubicarakan denganmu." kata Lin Qiye. 　　"Apa?" 　　Lin Qiye menunjuk Bai Li Pangpang, "Selama masa liburan, lindungi dia secara intensif." 　　Semua orang yang hadir, termasuk Bai Li Pangpang, tertegun. 　　"Dia?" Pandangan Shen Qingzhu jatuh pada Bai Li Pangpang, alisnya berkerut halus. 　　"Sebagai gantinya, dia akan membayarmu seribu yuan per hari sebagai biaya perlindungan, bagaimana?" Lin Qiye melanjutkan. 　　Tubuh Shen Qingzhu bergetar. Ia menatap mata Lin Qiye, seolah merenungkan sesuatu... 　　Setelah lama, akhirnya ia berbicara pelan: 　　"Setuju." 　　Lalu ia menunjuk tiga pengikutnya, "Tapi transaksi ini hanya berlaku untukku, mereka bertiga tidak termasuk." 　　"Deal." Chapter 0121 Tiga Patung Salju 　　"Qiye, kenapa kau menyuruh Si Sok Jago melindungiku?" Di jalanan yang remang-remang, Bai Li Pangpang mendekat ke telinga Lin Qiye dan berbisik. 　　"Di situasi genting seperti sekarang, kita berdua adalah target utama. Aku tidak bisa menemanimu dalam jangka panjang, malah akan lebih berbahaya. Cao Yuan saat mengamuk tidak bisa membedakan kawan dan lawan... Intinya, kau butuh orang normal yang ahli di sisimu." 　　Bai Li Pangpang tersadar setelah mendengarnya, "Kau memang pintar!" 　　Shen Qingzhu yang berada di barisan paling belakang menyimpan kedua tangan di saku, menatap bintang-bintang di langit dengan tatapan penuh pertanyaan. 　　Tiba-tiba, ia menghentikan langkahnya. 　　“Hei, orang gemuk.” Dia tiba-tiba berteriak. 　　Bai Li Pangpang menoleh, menyunggingkan senyum, “Bagaimana kalau sekarang aku adalah majikanmu, bisa ganti panggilan tidak?” 　　“……Bai Li Tumeng.” Shen Qingzhu menarik napas dalam-dalam, pelan-pelan berbicara, “Mari berdiskusi, beri aku uang muka gaji satu hari dulu.” 　　Bai Li Pangpang mengangkat alisnya, “Apa maksudmu?” 　　“Jangan ikut campur dulu, jawab saja bisa atau tidak.” 　　Bai Li Pangpang menoleh ke Lin Qiye, yang kemudian mengangguk. 　　“Tapi sekarang aku tidak bawa uang tunai…” Bai Li Pangpang menggaruk kepalanya. 　　“Aku masih ada tiga ratus yuan, cukup?” Cao Yuan di samping tiba-tiba berbicara. 　　“Cukup, berikan dulu padaku.” Shen Qingzhu mengangguk berulang kali. 　　Cao Yuan mengulurkan tiga ratus yuan terakhir di dompetnya ke Shen Qingzhu, yang kemudian berbalik arah menuju ke arah kedai mi. Di bawah cahaya lampu yang redup, ketiganya seolah melihatnya kembali ke kedai mi reyot itu. 　　Dia pertama berbicara sesuatu pada pemilik kedai, menambahkan satu potong daging besar dan telur ke mangkuk masing-masing dari tiga anak buahnya, lalu menyerahkan semua uangnya pada Deng Wei sambil memberikan beberapa nasihat, kemudian berlari keluar. 　　“Ayo pergi.” Shen Qingzhu berbicara dengan tenang. 　　Lin Qiye dan dua lainnya saling bertatapan, dengan keselarasan diam-diam memilih untuk tetap diam, lalu berbalik badan menuju keluar gang. 　　“Hotelnya diledakkan… jadi kita menginap di mana malam ini?” Bai Li Pangpang berjalan sambil berkata dengan frustrasi. 　　Cao Yuan menggendong pisau, “Bagaimana kalau cari saja kuil untuk tidur semalam?” 　　“……Ini kota modern, tengah malam mau cari kuil di mana untukmu?” 　　“Benar juga.” 　　Lin Qiye merenung sejenak, lalu berbicara pelan, "Aku tahu satu tempat, ikut aku." 　　Ketiganya mengikuti Lin Qiye, melewati beberapa jalan kecil sepi, akhirnya tiba di depan penginapan kecil terpencil dan lapuk. 　　Cahaya lampu kamar merah muda dan ungu menembus jendela, menyinari depan pintu rendah. Keempatnya berdiri di depan pintu, mengangkat kepala memandang tulisan besar lapuk berwarna merah muda... 　　“Kampung Kupu-Kupu Mimpi... Hotel Kekasih?!” 　　Bai Li Pangpang melihat tulisan itu langsung merasa anusnya mengencang, "Qiye, kamu... kamu serius?" 　　“Di Kota Cangnan, tempat yang bisa menginap tanpa registrasi KTP tidak banyak, ini termasuk lingkungan yang cukup baik." Alis Lin Qiye sedikit terangkat, "Kalau tidak mau, ya harus tidur di kolong jembatan." 　　“...Ya di sini saja." 　　Keempatnya mendorong pintu masuk. Ternyata seperti kata Lin Qiye, tidak perlu registrasi identitas dan kamarnya cukup banyak. Saat Pangpang hendak langsung pesan tiga kamar, Shen Qingzhu tiba-tiba bicara: 　　“Aku sekamar denganmu." 　　Bai Li Pangpang: "Apa?!" 　　“Karena sudah janji melindungi dari dekat, tidur terpisah terlalu berisiko. Kau tidur di ranjang, aku bisa tidur di lantai." Shen Qingzhu berkata serius. 　　Bai Li Pangpang: ... 　　“Kalau begitu, aku juga ikut sekamar." Cao Yuan berkata tenang, "Tiga orang, pas bisa main satu meja Permainan Tuan Tanah." 　　“Ini..." 　　“Sudah diputuskan begitu." 　　“Tidak menunggu Bai Li Pangpang menolak, Cao Yuan dan Shen Qingzhu sudah memilihkan kamar untuknya. Mereka menaiki tangga, setiap langkah yang menginjak lantai menimbulkan suara kreek keras.” 　　“Sampai di lantai dua, suara... yang tak terjelaskan mulai terdengar dari beberapa ruangan di sekitar.” 　　“Shen Qingzhu tertegun, wajahnya memerah tipis, tapi tetap membusungkan dada dan berjalan congkak ke depan.” 　　“Cao Yuan menunduk, membacakan 'Amitabha' dalam hati.” 　　“Bai Li Pangpang memandangi mereka dengan heran, ekspresi tak percaya semakin jelas di wajahnya...” 　　“Kalian, jangan-jangan masih...” 　　“Bukan kamu?” 　　“Bahan tertawaan! Tahun ketujuh usiaku, aku sudah...” 　　“Sampai.” 　　“Shen Qingzhu mendekati pintu sebuah kamar, membukanya dengan kunci. Bau apek langsung menyergap. Ia mengerutkan alis lalu masuk.” 　　“Ruangan tidak besar, ada dua ranjang. Lampu di langit-langit penuh noda, entah sudah berapa lama tidak dibersihkan. Cahaya merah muda menyelimuti ruangan, menciptakan suasana agak canggung.” 　　“Dua ranjang. Kalian tidur di ranjang, aku di lantai.” Shen Qingzhu mendekati jendela, mengamati luar dengan serius lama sekali. Setelah memastikan tidak ada pengawasan, ia menutup tirai.” 　　“Bai Li Pangpang mengangguk, 'Cao Yuan, kamu tidur di yang mana... Ya?'” 　　“Bai Li Pangpang menatap lorong kosong di belakangnya, mengeluarkan suara heran ringan.” 　　“Lantai satu.” 　　“Halo.” 　　“Mau apa?” 　　“Permisi, apakah di sini ada... yang bisa dimainkan bertiga, seru, dan menarik?” 　　“Hmm... sebenarnya ada, tapi seperti apa yang kamu maksud?” 　　“Kartu remi.” 　　“……” 　　…… 　　Setelah menempatkan Bai Li Pangpang, Lin Qiye meninggalkan penginapan. Bagai hantu di tengah malam, ia bergerak diam-diam menuju rumah Hongying. 　　Tanpa disadari, kepingan salju mulai berjatuhan dari langit malam, menghiasi jalanan yang sunyi. 　　Lin Qiye mengulurkan tangan, menangkap lembut sebutir salju yang meleleh di telapak tangannya... 　　Setelah lama terdiam, ia menggelengkan kepala dengan pasrah. 　　“Tahun ini aku tak bisa membuat boneka salju bersamamu, A Jin...” 　　Sepuluh menit kemudian. 　　“Qiye, kenapa lama sekali?” Hongying yang melihat Lin Qiye kembali langsung melompat dari sofa. “Andai kau tak segera pulang, aku sudah bersiap mencarimu!” 　　Wen Qimo yang malas-malasan di sofa menguap, “Aku bisa buktikan, dalam setengah jam ini dia sudah menyebut namamu setidaknya 200 kali.” 　　Lin Qiye menggaruk kepalanya dengan malu-malu, “Aku mampir makan kudapan malam... Maaf, Jie Hongying.” 　　Hongying menghela napas, “Sudahlah, cepatlah tidur... Wen Qimo, kau harus waspada dan jaga Qiye malam ini!” 　　“Iya iya.” Wen Qimo menguap lagi, “Selama aku di ruang tamu, takkan ada yang bisa menyusup masuk.” 　　“Hongying memandang ke luar pintu, menghela napas pelan,” Kapten dan Xiangnan si anjing tua ini benar-benar, kabur diam-diam... sama sekali tidak punya rasa setia kawan! Hmph!” 　　Setelah berkata demikian, dia berbalik badan masuk ke ruangan. Lin Qiye tersenyum tak berdaya, lalu kembali ke kamarnya sendiri. 　　Prak! 　　Suara ringan terdengar, lampu vila pun padam, terjerumus dalam kegelapan... 　　Di luar rumah. 　　Langit malam membentang luas, kepingan salju beterbangan. 　　Angin dingin menerpa Cangnan yang tertidur, membawa hujan salju yang mengudara, menderu di antara gedung-gedung kota. 　　Di atap gereja yang hanya berjarak seratus meter dari vila, Leng Xuan berbaring diam seperti patung, tangan menggenggam senapan runduk, berjaga mengawasi segala sesuatu di sekitarnya. 　　Kreek. 　　Suara sepatu menginjak salju terdengar dari belakangnya. Leng Xuan tiba-tiba menoleh, lalu terpaku di tempat. 　　“Di musim dingin begini, tidak kedinginankah?” 　　Chen Muye menggigit rokoknya, perlahan mendekat dan duduk di sebelahnya. 　　“Tidak.” Jawab Leng Xuan datar. 　　“Kubawakan mantel untukmu.” Wu Xiangnan yang mengenakan jas panjang hitam juga duduk di sampingnya, menyampirkan mantel di bahu Leng Xuan sambil memandang vila di kejauhan, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya. 　　“Kalian tidak pulang tidur?” Tanya Leng Xuan. 　　“Tidur? Tidak bisa.” 　　“Oh.” 　　“Dengar-dengar Qiye hari ini membantu si gemuk kecil berkelahi? Bagaimana keadaannya?” 　　"Leng Xuan terdiam sejenak, sudut mulutnya mengangkat sedikit,"Cukup bagus, dia sudah menjadi lebih kuat. Sekarang bahkan aku belum tentu bisa mengalahkannya." 　　"Begitu ya..." Chen Muye tersenyum,"Bagus." 　　"Ya." 　　"Kau sudah menjaganya seharian, malam ini kami yang ganti." 　　"Tidak perlu. Kalau tidak punya tekad seperti ini, buat apa jadi penembak jitu." 　　Wu Xiangnan dan Chen Muye saling bertatapan, tertawa getir beberapa kali, tidak lagi membujuk. 　　Puncak gereja pun tenggelam dalam kesunyian. 　　Dalam keheningan, tiga pria itu duduk diam di sana, mengawasi vila di kejauhan tanpa bergerak. 　　Kepingan salju beterbangan menempel di tubuh mereka. Di bawah langit malam yang mencekam, salju di badan mereka semakin menumpuk... 　　Perlahan, mereka berubah menjadi tiga manusia salju, bagaikan dewa penjaga kota ini. Chapter 0122 Pasien Kedua 　　Rumah Sakit Jiwa Para Dewa. 　　Di halaman yang bersih dan terang, Nyx mengenakan gaun tulle hitam duduk di kursi goyang putih. Kursi itu bergoyang pelan ditiup angin sepoi-sepoi, matanya terpejam seperti sedang menikmati sesuatu. 　　"Nenek, waktunya minum obat." Li Yifei mengenakan seragam perawat hijau datang membawa nampan dengan hati-hati. 　　"Baik." 　　Nyx mengangguk patuh, menerima obat dari tangan Li Yifei dan menelannya satu per satu. 　　"Xiao Fei." 　　"Ada apa, Nenek?" 　　“Kamu bilang... Kapan anak ini Thanatos bisa memberi nenek cucu laki-laki lagi? Begini kamu juga punya adik, kehidupan juga lebih meriah.” 　　“……” 　　“Xiao Fei, kenapa kamu diam saja?” 　　“Nek, putra Anda tidak bisa menemukan istri.” 　　“Mana ada anak yang bicara seperti itu tentang ayahnya sendiri.” Nyx melotot padanya, menunjukkan gaya sebagai orang tua sepenuhnya, “Anak Thanatos ini walau sifatnya dingin, tapi wajahnya cukup tampan.” 　　“...Anda benar.” 　　Saat Li Yifei membalikkan mata sambil menghadapi Nyx, Lin Qiye yang mengenakan jas lab putih datang dengan tenang. 　　“Thanatos, kamu kembali menjengukku?” 　　Melihat Lin Qiye, wajah Nyx langsung berseri seperti bunga. 　　“Ibu.” Lin Qiye tersenyum mendekat, “Kondisi kesehatan bagaimana belakangan ini?” 　　“Baik-baik saja, baik-baik saja!” 　　Lin Qiye melihat progress bar penyembuhan di kepala Nyx yang masih mentok di 78%. Sejak membantu dia menerobos 51% setengah tahun lalu, progres penyembuhan semakin melambat, sampai sekarang hampir sebulan tidak bergerak. 　　Apakah efek obat sudah mencapai batas maksimal... pikir Lin Qiye. 　　“Seandainya tebakannya benar, ingin lebih baik memajukan progres penyembuhan Nyx, hanya mengandalkan rumah sakit jiwa kecil ini tidak mungkin. Pada dasarnya, Nyx memiliki penyakit hati, untuk benar-benar sembuh, masih perlu mencari jalan di luar.” 　　“Tapi sayangnya selama setengah tahun ini aku di kamp pelatihan. Setelah mendapat hukuman sebelumnya, aku tidak berani sembarangan membiarkan Nyx keluar lagi. Ingin melanjutkan progres penyembuhan, sepertinya harus menunggu sampai lulus dari kamp pelatihan.” 　　“Ibu, kamu istirahat dulu, aku masih ada urusan yang harus diselesaikan.” 　　Lin Qiye menemani Nyx mengobrol sebentar, memberikan Li Yifei tatapan, lalu mereka berdua berjalan menuju arah rumah sakit. 　　Li Yifei heran bertanya: “Maksudmu ke sini? Bukannya semua pintu di sini tidak bisa dibuka?” 　　“Itu sebelumnya.” Lin Qiye mendorong kacamata minus di batang hidungnya, “Sekarang aku sudah menerobos tingkatan mental, mungkin bisa membuka pintu berikutnya.” 　　“Pintu berikutnya? Ada apa di dalamnya?” 　　Lin Qiye mendekati lantai tempat enam ruang rawat berada, berhenti di depan ruangan kedua. Ia mengangkat kepala memandang papan nama di pintu yang seperti kuas tapi bukan kuas, seperti tongkat tapi bukan tongkat, lalu pelan berkata: 　　“Mungkin... rumah sakit jiwa ini akan segera menyambut pasien kedua.” 　　Li Yifei membelalakkan mata, “Aku akan punya nenek lagi!?” 　　“...Belum tentu, siapa tahu kali ini apa.” Lin Qiye menggelengkan kepala. 　　“Direktur... kalau pasien bertambah, bisa minta kenaikan gaji?” 　　“Tidak.” 　　Li Yifei menghela napas, akhirnya mengakui nasib sibuknya, diam-diam mundur dua langkah, memberikan ruang di depan pintu kepada Lin Qiye. 　　Lin Qiye berdiri di depan pintu ruang rawat kedua, menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan meletakkan tangannya pada pegangan pintu. 　　Seandainya dugaan dia tidak salah, setiap pintu di sini mewakili sebuah tingkatan kultivasinya. Kini setelah berhasil menerobos ke tingkatan "Kolam", kekuatan spiritualnya mungkin sudah cukup untuk membuka segel pada pintu kedua ini. 　　Di balik pintu pertama ada Dewi Malam yang murung, lalu apa yang ada di balik pintu kedua ini...? 　　Dengan berbagai pertanyaan di benaknya, Lin Qiye menarik pegangan pintu ke bawah... 　　Krak——! 　　Suara mekanisme yang jernih bergema, tulisan ajaib dan segel di pintu langsung berhamburan, pintu kamar perlahan terbuka... 　　Ternyata! 　　Dugaan Lin Qiye benar, enam pintu di sini mewakili enam tingkatan: "Zhan", "Kolam", "Chuan", "Laut", "Wu Liang", dan "Klein". 　　Sekarang dia sudah memiliki hak untuk melepaskan pasien kedua. 　　Pintu tua itu mengeluarkan dengungan menusuk telinga. Lin Qiye menatap tajam ke dalam ruangan gelap yang perlahan terbuka, sementara Li Yifei di belakangnya menjulurkan lehernya, ingin melihat seperti apa "nenek" kedua mereka sebenarnya. 　　Dalam ruangan yang redup, seorang pria muda berbaju jubah biru tua duduk diam di sana, sedikit menoleh, sepasang bola mata sedalam jurang menatap Lin Qiye, bagaikan patung yang tak bergerak selama ribuan tahun. 　　Wajah Baratnya biasa-biasa saja, namun matanya seperti paku yang tercetak dalam hati Lin Qiye. 　　Lin Qiye masih ingat, saat membuka pintu ruang rawat Nyx, matanya hanya menyisakan kekakuan dan kebingungan, tapi pria ini sekarang... 　　Pandangannya sama sekali tidak keruh, malah memancarkan kebijaksanaan dan ketenangan yang tak terucapkan. 　　"Kamu datang." 　　Pria berbaju jubah biru tua itu berbicara dengan tenang, suaranya agak serak. 　　Lin Qiye mengangkat alisnya, "Kau tahu aku akan datang?" 　　"Tahu." Pria itu mengangguk perlahan. 　　Agak berbeda dengan kondisi Nyx waktu itu... pikir Lin Qiye dalam hati saat melihat performa pria misterius ini, lalu memindahkan pandangannya ke dinding belakang ruang rawat. 　　Entah sejak kapan, beberapa baris karakter kecil telah muncul di dinding. 　　"Kamar No.2. Pasien: Merlin. Tugas: Bantu Merlin mengobati penyakit mental. Saat progress penyembuhan mencapai nilai yang ditentukan (1%, 50%, 100%), dapat mengambil kemampuan Merlin secara acak. Progress penyembuhan saat ini: 0%" 　　Lin Qiye selesai membaca karakter-karakter itu, lalu memandang pria berbaju jubah biru tua, pandangannya langsung menjadi rumit. 　　Merlin... legenda penyihir legendaris dalam mitologi Inggris itu? 　　Tentang mitologi Inggris, Lin Qiye terlalu sedikit mengetahuinya. Bagaimanapun, dalam seratus tahun terakhir di mana banyak benua telah jatuh ke dalam kabut, buku-buku dan ahli yang mempelajari mitologi asing memang semakin langka. Jika bukan karena gelar "Penyihir Merlin" yang sangat terkenal, ditambah pengetahuannya yang cukup luas, mungkin dia tidak akan mengenal tokoh ini. 　　Sebagai penyihir legendaris dalam mitologi Inggris yang membantu Raja Arthur naik tahta, Merlin bisa dibilang sebagai legenda dunia sihir Inggris. Dia tidak hanya menguasai hampir semua jenis sihir, tapi juga dikatakan mampu meramal masa depan, kekuatan magisnya luar biasa sekaligus penuh kebijaksanaan. 　　Namun menurut pengetahuan Lin Qiye, "Merlin" yang dimaksud bukanlah seseorang, melainkan gabungan berbagai elemen legenda dan mitos yang difusikan oleh orang Inggris. Penyihir legendaris di hadapannya ini seharusnya bukan hanya sosok bijak yang membantu Raja Arthur, tapi lebih merupakan "Dewa" yang tercipta dari kerinduan orang Inggris akan hal-hal tak dikenal. 　　Dewa yang mewakili sihir dan kebijaksanaan! 　　Lin Qiye kembali mengangkat kepala melihat papan nama di pintu, sekarang dia akhirnya mengerti maksud tongkat sihir yang tergambar di sana... 　　"Ngomong-ngomong, ruang rawat pertama memunculkan mitologi Yunani, ruang rawat kedua memunculkan mitologi Inggris... Jangan-jangan enam ruangan di sini mewakili enam sistem mitologi berbeda?" 　　"Kalau begitu, apakah di antara ini... akan ada mitologi milik Da Xia?" Chapter 0123 Dunia Nyata? 　　"Apa sih... Ternyata cuma pria." Li Yifei mengintip dari balik pintu, bergumam pelan. 　　"Ya?" 　　Merlin yang diam-diam duduk di kursi meliriknya, kilau samar terpantul di bola matanya. Seketika tubuhnya yang tersembunyi di balik jubah biru tua mulai berdistorsi hebat... 　　Sekejap berubah menjadi gadis anggun berambut pirang bermata biru! 　　"Jenis kelamin, tidak ada artinya bagiku." Suara lembut Merlin menggema, membuat Li Yifei di depan pintu terbelalak. 　　"Direktur... Ini, ini..." Li Yifei menunjuk Merlin dengan gagap. 　　Lin Qiye tampaknya tak terkejut. Ia menggelengkan kepala lalu berkata perlahan: 　　"Dia Merlin, ahli sihir legendaris yang mahir metamorfosis dalam legenda. Jangan cuma jadi wanita, bahkan bisa berubah jadi ayahmu sekalipun." 　　Begitu Lin Qiye selesai bicara, tubuh Merlin kembali berdistorsi. Tubuhnya mengembang cepat sementara jubah biru tuanya ikut meregang. Entah dari bahan apa jubah itu dibuat, sekeras apapun upaya perluasan tubuhnya, tetap tak bisa dirobek. 　　“……”Sisik ular satu per satu muncul di tubuhnya, lidah ular merah darah menyembur keluar. Hanya dalam sekejap, Merlin telah berubah menjadi Nanda Sheyao yang ukurannya puluhan kali lebih besar dari wujud asli Li Yifei! 　　Siluman ular berbaju panjang biru tua ini berlapis di kursi, sepasang pupil vertikalnya menatap sorot mata Li Yifei. Tekanan wibawa tak kasat mata menghujam tubuh Li Yifei, membuatnya gemetar tak tertahan. 　　Lin Qiye menoleh ke Li Yifei, "Ini bapakmu?" 　　“......Aku mana tahu.” Li Yifei bergumam sambil mundur setengah langkah, "Aku sendiri tidak pernah tahu wajah bapakku." 　　"Dia bisa menembus wujud aslimu, bahkan mengetahui rupa bapakmu... Inikah kekuatan ramalan?" 　　Lin Qiye menghela napas, pandangannya tertuju pada siluman ular. Dengan tenang ia bersuara: 　　"Tuan Merlin, lebih baik Anda kembali ke wujud semula. Mari kita bicara baik-baik." 　　Siluman ular itu mengangguk ringan. Tubuhnya bergetar, kembali berubah menjadi pria muda biasa yang duduk sunyi di kursi. 　　Dalam ruangan remang-remang, kedua pria itu saling bertatapan diam. Udara tiba-tiba menjadi senyap. 　　"Kaulah Lin Qiye?" Merlin akhirnya bersuara pelan. 　　"Kau mengenalku?" 　　"Sepuluh tahun silam, aku telah meramalkan kedatanganmu yang akan membuka pintu ini." 　　Mendengar ucapan dukunnya, Lin Qiye langsung tertarik, "Kalau begitu, coba ramalkan lagi. Bagaimana masa depanku?" 　　Merlin menggelengkan kepala, "Tidak tahu." 　　“Bukan kau bisa meramal?” 　　“Ramalan bukan Mahakuasa.” Merlin menatap mata Lin Qiye, “Saat kau baru membuka pintu, aku sudah mencoba mengintip nasibmu. Tapi ‘masa lalu’ dan ‘masa depan’mu sama-sama kabur, hanya ‘sekarang’ yang bisa kulihat sedikit.” 　　“Sekarang?” Lin Qiye mengangkat alis, “Bagaimana ‘sekarang’ku?” 　　“Kau sedang berada di pusaran bahaya. Salah langkah sedikit, langsung hancur berkeping-keping. Ini juga bisa menyeret orang-orang di sekitarmu...” 　　Pandangan Lin Qiye semakin tegang. 　　“Lebih detail dari itu, aku tidak bisa melihat.” Merlin menggelengkan kepala, “Saat ini, aku tidak bisa membuat ramalan yang terlalu akurat.” 　　“Mengapa?” 　　“Bola kristalku hilang.” 　　“Hilang?” Lin Qiye tertegun. 　　Merlin seolah teringat sesuatu, mulutnya menyiratkan kepahitan, “Sepuluh tahun lalu, seorang gadis kecil datang ke ruangan ini. Kami bertanding, katanya jika aku menang, dia akan melepasiku. Tapi jika kalah, harus menyerahkan bola kristal...” 　　“Lalu kau kalah?” Mata Lin Qiye berbinar, “Gadis kecil itu, apakah berusia 12-13 tahun, rambut hitam panjang, ada tekstur aneh di punggung tangan?” 　　“Benar.” 　　Lin Qiye merenung sejenak, “Kalian bertanding apa?” 　　Mulut Merlin kembali menyiratkan kepahitan, “Meramal... atau lebih tepatnya, simulasi.” 　　“Simulasi? Bagaimana caranya bertanding?” Li Yifei tidak tahan bertanya. 　　“Kita mulai dari sehelai daun jatuh, menganalisis perubahan hutan selama 50 tahun terakhir, saat ini, dan 50 tahun ke depan, tanpa pemenang. Kemudian kami menganalisis batu, tetesan air... Kemudian kami menyadari, untuk benda-benda eksternal, bagaimanapun kami bandingkan tidak bisa menentukan yang unggul. Akhirnya kami saling menjadikan target analisis, memprediksi segala sesuatu tentang pihak lawan. Di babak kedua, dia berhasil memprediksi sebagian lintasan nasibku, tapi di babak ketiga, aku gagal menembus prediksinya...” 　　Merlin mengingat kembali kondisi saat itu, alisnya semakin berkerut. 　　“Keberadaannya sepenuhnya di luar perkiraanku, baik 'masa lalu', 'sekarang', maupun 'masa depan' sama sekali tak terlacak... Dia seperti hantu yang tidak berasal dari dunia ini, bagaimanapun caraku mencoba, tidak bisa mengintip sedikitpun nasibnya. Jadi... aku kalah.” 　　Li Yifei menelan ludah, menyenggol Lin Qiye dengan tangan sambil berbisik pelan: “Serewel itu? Siapa gadis itu?” 　　“Aku juga tidak tahu.” Lin Qiye menggelengkan kepala, alisnya sama berkerutnya. 　　Yang pasti, gadis yang memenangkan bola kristal Merlin, gadis yang merebut gelang Nyx, dan gadis yang meninggalkan amplop di Ruang Direktur adalah orang yang sama, yaitu "Peringatan". 　　Tapi bagaimana mungkin gadis 12-13 tahun bisa mengalahkan Dewi Malam dalam hal penciptaan, sekaligus mengalahkan peramal besar Merlin dalam prediksi nasib? 　　“Semakin aku memahami, semakin Lin Qiye merasa bahwa gadis yang menyebut diri 'Peringatan' ini dipenuhi misteri. Seandainya bisa mengetahui siapa dirinya, mungkin asal-usul Rumah Sakit Jiwa Para Dewa yang misterius ini akan terungkap...” 　　Tapi bagi Lin Qiye saat ini, menyelidiki hal ini sepertinya masih terlalu dini. 　　Sekarang, yang paling mendesak adalah mencari cara menyembuhkan ahli sihir legendaris ini dan mengambil sebagian kemampuannya! 　　Lin Qiye mengangguk halus, mengamati Merlin dengan seksama, kerutan di dahinya menunjukkan kebingungan. 　　Kondisi Merlin berbeda dengan Nyx. Setidaknya sampai saat ini, dia sama sekali tidak menunjukkan gejala gangguan jiwa. Lalu dari mana harus memulai? 　　Setelah beberapa saat ragu, Lin Qiye menatap mata Merlin dan berkata dengan serius: 　　“Kamu sakit apa?” 　　“？” Merlin mengangkat alis, “Kamu yang sakit jiwa.” 　　“Kalau tidak sakit, kenapa ada di sini?” 　　“Aku tidak tahu.” Merlin mengangkat bahu, “Aku hanya seorang ilmuwan yang mencoba memahami wajah asli dunia.” 　　“Wajah asli dunia?” 　　“Menurutmu, apa itu dunia? Dan siapa kita sebenarnya?” 　　Tanpa menunggu Lin Qiye menjawab, Merlin melanjutkan sendiri, “Bagi ikan laut dalam, air laut dan makhluk laut adalah seluruh dunianya. Mereka takkan tahu ada daratan di luar lautan, apalagi makhluk yang sama sekali berbeda di darat... 　　Bagi makhluk dua dimensi, dunia adalah sebuah bidang datar. Keberadaan mereka sendiri membatasi pandangan dunia mereka. Mereka tidak bisa membayangkan bahwa di luar bidang itu, ada makhluk tiga dimensi yang mengobservasi operasi mereka. 　　Bagi ikan laut dalam, lautan adalah dunia mereka. Bagi makhluk dua dimensi, bidang datar adalah dunia mereka... 　　Tapi apakah dunia yang mereka anggap itu adalah dunia yang sesungguhnya? 　　Bukan. 　　Lalu bagaimana kamu tahu bahwa 'dunia' yang kita pahami ini adalah dunia yang sesungguhnya? 　　Apa itu kebenaran sejati? Apa itu 'dunia' yang sesungguhnya?! 　　Di luar semesta ini, apa yang ada? Dan di bawah pengamatan makhluk dimensi lebih tinggi, apakah kita ini?" 　　Pandangan Merlin semakin membara. Di matanya, Lin Qiye jelas melihat nyala yang disebut "kehausan akan pengetahuan"! 　　Dia berdiri dari kursi, satu jari menunjuk langit, tangan lain menggenggam pergelangan tangan Lin Qiye. Menatap tajam matanya, berkata dengan tegas: 　　"Pernahkah kamu berpikir, mungkin... dunia tempat kita berada ini juga diciptakan oleh entitas dimensi lebih tinggi?" Chapter 0124 Menangkap Ubur-ubur 　　Di bawah serangkaian cuci otak Merlin, Lin Qiye dan Li Yifei membeku di tempat. 　　"Maksudmu... dunia kita ini tidak nyata?" Ekspresi Lin Qiye terlihat aneh. 　　"Ya." 　　"Ada buktinya?" 　　"Kami para mitos yang tiba-tiba muncul di duniamu, bukankah itu bukti?" 　　“……” Lin Qiye menggosok sudut matanya, tiba-tiba merasa... perkataan Merlin sepertinya ada benarnya. 　　“Tapi kalau dunia tempat kita berada ini palsu, bukankah itu berarti kita sendiri juga palsu?” Li Yifei tidak tahan membuka mulut. 　　“Betul.” Merlin mengangguk dengan wajar. 　　“Kalau begitu, keberadaan palsu sepertimu bagaimana bisa meragukan keaslian dunia ini?” Li Yifei berhenti sejenak, “Seperti katamu tadi, ikan takkan meragukan makhluk di luar lautan, makhluk dua dimensi takkan mempertanyakan dunia di luar bidang... Lalu saat kau mulai meragukan kepalsuan dunia ini, apakah keberadaanmu sendiri... masih bisa disebut palsu?” 　　Mendengar kata-kata Li Yifei, Merlin seperti tersambar petir, langsung membeku di tempat. 　　Tatapan Lin Qiye ke arah Li Yifei langsung berubah. 　　“Kau juga paham filsafat?” Dia mendekat ke telinga Li Yifei bertanya. 　　“Enggak, aku cuma penasaran.” Li Yifei menggaruk kepalanya. 　　Lin Qiye memandangnya dengan penuh arti, lalu menoleh ke Merlin, “Kau bilang dirimu akademisi yang mencari dunia nyata, sudah ketemu?” 　　Mata Merlin kembali bersinar! 　　“Sudah!” Katanya yakin, “Entah berapa lama lalu, aku pernah menggunakan sihir untuk berkomunikasi dengan dimensi misterius. Meski tak tahu pasti lokasinya, tapi bisa kurasakan itu dunia sejati!” 　　“Seperti apa dunia itu?” 　　“Sepertinya di dasar laut, ada berbagai macam rumah kecil, ada yang berbentuk nanas, ada yang mirip kepala manusia, toko yang menjual makanan aneh, dan sepertinya ada balok kuning aneh...” 　　Merlin mulai mengingat apa yang dilihatnya saat itu, matanya semakin melotot, tubuhnya mulai kejang-kejang tak terkendali... 　　Lin Qiye mengerutkan alis, menyadari urusan ini tidak sederhana, membawa Li Yifei mundur setengah langkah diam-diam. 　　“Dunia nyata... Aku melihat dunia nyata!!” Merlin yang emosional menggerak-gerakkan tangan kaki, ketenangan dan kebijaksanaan di matanya telah menghilang, digantikan oleh kegilaan yang aneh. 　　Tubuhnya berputar balik dengan hebat, beberapa saat kemudian berubah menjadi bintang laut merah muda. 　　Dia mengulurkan tangan menggenggam, tongkat sihir di samping kursi berubah menjadi jaring ikan, dengan cepat berlari ke sisi Lin Qiye sambil menggerak-gerakkan tangan. 　　“SpongeBob SquarePants!! Ayo kita tangkap ubur-ubur!” 　　Patrick Star Merlin mengelilingi Lin Qiye beberapa kali, lalu membawa jaring ikan berlari keluar rumah sakit jiwa, berlarian di halaman sambil sesekali melompat-lompat, jaring di tangannya berkibar liar seolah menangkap sesuatu yang tak terlihat. 　　Tiba-tiba, dia melihat Nyx yang sedang duduk melamun di kursi goyang... 　　“Plankton! Plankton! Kamu juga di sini?” Patrick Star Merlin mendekati Nyx sambil bertanya riang. 　　Nyx tertegun, mematung memandangi objek merah muda tak dikenal ini, terjebak dalam renungan... 　　Beberapa saat kemudian, dengan tangan gemetar, dia mengulurkan tangan memeluk Plankton Meilin erat-erat, seraya berkata dengan mata berkaca-kaca: 　　"Kamu... Kamu juga cucu laki-lakiku?!" 　　"Tuan Krabs!!" 　　"Cucu laki-laki!" 　　"Tuan Krabs!!" 　　"Cucu laki-laki, nenek di sini!" 　　“……” 　　Di lantai dua, dua sosok yang menyaksikan semua ini... 　　Lin Qiye: (？？？？？)？ 　　Li Yifei: (？？？？？) 　　"Kurasa, aku mulai paham letak penyakitnya..." Lin Qiye diam-diam mengamati adegan ini, berucap seram. 　　"Begini..." Li Yifei menggaruk kepalanya, "Dari sudut pandang ini, ternyata ada kesan mengharukan yang tak terduga..." 　　Lin Qiye menyesuaikan kacamata tanpa resep di batang hidungnya, berbicara dengan nada dokter profesional: 　　"Dalam proses penyelidikan panjang, 'dunia nyata' telah menjadi obsesi Meilin. Untuk menemukannya, dia tak terhitung kali menggunakan ramalan dan sihir, akhirnya menciptakan formasi magis aneh yang menghubungkan ke 'dunia nyata' tersebut, lalu mengirim kesadarannya ke sana... Apakah dunia itu benar-benar 'nyata', aku tak tahu. Tapi yang pasti, ini memberikan pengaruh aneh pada kondisi mentalnya, hingga menyebabkan gangguan jiwa." 　　"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Li Yifei memegangi keningnya yang mulai pusing. 　　“……Tidak tahu.” Lin Qiye menggelengkan kepala, bagaimanapun dia bukan dokter jiwa sungguhan. Meski bisa menyimpulkan kronologi kejadian, soal cara mengobati, dia benar-benar tidak paham. 　　Jangan-jangan harus ke Rumah Sakit Jiwa Sinar Matahari lagi, pakai siasat lama? Tapi sekarang sedang Tahun Baru, sepertinya para dokter bagian psikiatri juga sedang cuti? 　　Lin Qiye memandang Merlin yang lincah melompat-lompat di bawahnya, menghela napas pelan. 　　“Sebelum menyebut dunia nyata, dia masih relatif normal. Gejala ini mungkin hanya sementara… Intinya suntikkan dulu sedikit penenang, lihat bisa kembali ke wujud semula atau tidak. Terlalu merepotkan kalau begini.” 　　“Siapa yang pergi?” 　　“Kamu yang bilang?” 　　“……” 　　Seorang perawat hina yang ditindas bos berhati hitam menghela napas, berjalan sendirian menuju apotek. 　　Beberapa saat kemudian, Li Yifei membawa jarum suntik besar mengejar Patrick Star Merlin yang berlarian, Nyx juga rapat mengikuti dari belakang sambil berteriak: 　　“Xiao Fei! Itu saudaramu, jangan terlalu kejam wah!” 　　Ketiganya berlarian di halaman. Akhirnya Li Yifei berhasil menyuntikkan penenang ke tubuh Merlin yang langsung diam, berubah kembali ke wujud manusia lalu limbung di jalan, sebelum akhirnya Braak! terduduk lemas. 　　Li Yifei juga kelelahan duduk di tanah, terengah-engah. 　　“Kerjaan… sialan melelahkan!” 　　“Lin Qiye berjalan mendekat, memastikan kondisi Merlin, menemukan kesadarannya agak kabur, mungkin efek samping dari kebingungan kesadaran tadi, tidak ada masalah serius.” 　　“Meski gejala Merlin parah, tapi tidak akan bertahan lama, setidaknya saat tidak menyebut dunia nyata, masih bisa berkomunikasi normal. Jadi tidak perlu terlalu khawatir, masalah utama sekarang adalah mencari cara pengobatan.” 　　Dia menampar bahu Li Yifei, “Jaga baik-baik mereka berdua, aku duluan pergi.” 　　Di bawah tatapan kesal Li Yifei, Lin Qiye menghilang di balik pintu rumah sakit jiwa. 　　…… 　　Pagi buta. 　　Lin Qiye terbangun dari ranjang, mengangkat pandangan ke jendela. Di luar sudah tertutup selimut salju perak. 　　“Salju semalam turun sebanyak ini?” Lin Qiye bergumam, mendekati jendela dan berhenti memandang jauh. 　　Jalanan di luar sudah putih bersih, kepingan salju besar berjatuhan pelan dari langit, membeku di tepi jendela lalu perlahan menghilang. 　　Di Cangnan, salju sebesar ini cukup langka. 　　Saat Lin Qiye hendak mandi, tiba-tiba berhenti, menoleh ke sudut ruangan sambil berseru kecil. 　　Di sudut itu, seekor tikus kecil kelabu diam-diam tertelungkup tanpa gerakan. Chapter 0125 Orang di Balik Layar 　　“Tikus?” 　　“Alis Lin Qiye berkerut, dia baru hendak bergerak, tikus itu sudah menyelinap cepat ke celah sempit di sudut. 　　Ternyata rumah besar begini juga bisa kedatangan tikus ya... 　　Lin Qiye menggelengkan kepala pelan, tidak memikirkannya lebih lanjut, lalu mendorong pintu keluar. 　　"Bangun pagi-pagi begini?" Wen Qimo yang masih terbaring di sofa terbangun oleh suara pintunya, menguap lemas. 　　"Terbiasa di kamp pelatihan." 　　Lin Qiye menuruni tangga, baru menyadari pintu kamar Hongying sudah lama terbuka, bertanya heran: 　　"Mana Jie Hong Ying?" 　　"Dia bangun lebih pagi darimu, sekarang sedang latihan tembak di belakang." Wen Qimo membalikkan badan, menyelimuti kepalanya dengan selimut, "Kalian ini pada bangun pagi-pagi, kasihanilah orang yang mau tidur... Ini baru jam lima lewat dikit hah." 　　Lin Qiye: ...... 　　Bukan karena Lin Qiye suka bangun pagi, enam bulan di kamp pelatihan benar-benar membentuk kebiasaannya. Setiap hari dibangunkan peluit sebelum fajar, bahkan pernah ditarik jam dua tiga subuh untuk latihan... Bisa tidur nyenyak sampai jam lima lebih, itu sudah syukurlah. 　　Lin Qiye memperlambat langkahnya, memasuki halaman belakang. 　　Seorang gadis berbaju latihan putih memegang senjata panjang, rambut hitamnya diikat tinggi seperti ekor kuda, berputar lincah di tengah lapangan. Gerakannya anggun bak burung terbang, rumbai merah merona di ujung senjata meninggalkan jejak panjang di udara, desingan senjata menderu. 　　Sepertinya menyadari kedatangan Lin Qiye, siluet Hong Ying mendarat lembut di tanah, dengan gesit menyimpan senjata, lalu berjalan ke arahnya sambil tersenyum. 　　“Bangun?” 　　“Ya.” 　　“Babi di sofa itu sudah bangun belum?” 　　“Sepertinya belum...” 　　“Lupakan dia. Ayo, Jie akan masakkanmu sarapan. Habis makan kita belanja sayur.” Hong Ying menjilat bibirnya seolah teringat sesuatu, “Sejak kamu ikut Pelatihan Terpusat, sudah lama tidak mencicipi masakan Kapten. Malam ini kita akan makan enak, hehehe...” 　　“Jie Hong Ying, kamu setiap hari bangun pagi latihan tembak?” tanya Lin Qiye sambil mengerutkan kening. 　　“Iya.” Hong Ying mengangguk, “Guru bilang, satu hari tidak latihan silat, sama dengan mundur seratus hari. Sejak mulai belajar senjata, aku sudah disiplin bangun pagi latihan tembak selama dua belas tahun.” 　　“Dua belas tahun?” Lin Qiye mengangkat alisnya, “Kalau begitu... berapa usia Jie Hong Ying sebenarnya?” 　　Usia Hong Ying selalu menjadi misteri. Secara fisik, dia terlihat sebaya dengan Lin Qiye, paling tua selisih 2-3 tahun. Artinya dia mulai latihan tembak sejak usia delapan tahun? 　　Hong Ying menjulurkan lidah, “Usia perempuan tidak boleh sembarangan ditanya! Aku tidak akan kasih tahu!” 　　Lin Qiye tak berdaya mengikuti Hong Ying masuk ke dalam rumah. Dengan tendangan paha, Hong Ying membangunkan Wen Qimo yang tidur di sofa, lalu berbalik badan menuju dapur sibuk mempersiapkan makanan. 　　Sekitar belasan menit kemudian, sarapan mewah telah terhidang di meja makan. Si Xiaonan yang bermalas-malasan di kamar tidur pun diseret Hongying bangun. Dengan seratus ketidakinginan, ia duduk di meja makan dan menyantap sarapannya dalam keadaan setengah sadar. 　　Setelah makan, Hongying, Lin Qiye, dan Si Xiaonan pergi membeli sayuran. Wen Qimo yang tertinggal di rumah dengan wajah muram mencuci piring dan membersihkan wajan, benar-benar disetarakan sebagai alat manusia. 　　Yang tak mereka perhatikan, di sudut langit-langit rumah, seekor tikus kecil berwarna kelabu diam-diam mengamati semua ini... 　　…… 　　Kota Cangnan. 　　Dalam sistem saluran pembuangan yang rumit, gerombolan tikus bergerak seperti air pasang. Mereka bagaikan pasukan yang sangat terlatih, melintasi lorong dengan diam dan cepat hingga tiba di ruang bawah tanah yang luas dan redup. 　　Sinar matahari redup menyusup melalui jeruji besi berkarat di puncak gua. Kipas angin besar yang berat bergerak lirih, memantulkan bayangan goyang di ruang suram ini. Udara dipenuhi aroma anyir dan obat-obatan yang samar. 　　Di tengah gua bawah tanah ini, terpajang sebuah meja operasi yang dipenuhi darah. Di sekitarnya tertata rapi pisau bedah, kapak, bahkan gergaji mesin. Tak jauh dari situ, dua ember berisi spesimen formalin dengan potongan tubuh yang mengerikan. 　　Sebuah kepala ular raksasa yang tak mau terpejam dalam kematian, dan seekor kadal separuh badan. 　　Di sisi lain batu pualam, seorang pemuda berjubah hitam dengan kerudung duduk diam di sana. Di hadapannya terpajang papan catur dengan bidak hitam dan putih berselang-seling, namun seberangnya kosong melompong. 　　Gemeresik... 　　Ratusan tikus mengalir masuk melalui lorong sempit, berkumpul menghitam di sekitar batu pualam. Mereka berbaring diam-diam bagai sedang menyembah raja mereka. 　　Pemuda itu menggenggam bidak hitam, matanya menyapu kerumunan tikus sambil bergumam: 　　"Neuron siluman ular generasi keempat memiliki kecocokan lebih baik dengan kekuatan spiritualku dibanding generasi ketiga. Ini bisa dianggap sebagai sistem berbagi penglihatan awal yang meniru hubungan antara Naga Sheyao dengan benih ular. Tapi untuk mendapatkan daya tular sekuat siluman ular, masih perlu lebih banyak eksperimen dan perbaikan..." 　　Dengan perlahan ia menaruh bidak hitamnya, lalu bangkit dan mendekati kandang besi berisi tikus. Tangannya mengeluarkan satu ekor dari dalamnya. 　　Cahaya redup muncul di ujung jarinya, menyusup ke kepala tikus. Binatang itu langsung pingsan, beberapa detik kemudian tubuhnya bergetar sebelum akhirnya siuman kembali. 　　Seketika tikus itu merayap turun dengan cepat dari telapak tangannya, menyatu dengan lautan tikus lain yang merangkak merendah dengan penuh hormat. 　　“Kemampuan ini berasal dari ‘Benih Ular’ Nanda Sheyao, yang dapat menghubungkan kesadaran makhluk lain melalui neuron siluman ular buatan, mengendalikan tindakan mereka, dan melakukan berbagi pandangan... Sayangnya, saat ini aku hanya bisa menanamkan neuron siluman ular buatan ke dalam tubuh tikus. Neuron siluman buatan generasi keempat ini, untuk sementara kuberi nama ‘Benih Ikan’... Dengan 400 lebih tikus yang tertanam ‘Benih Ikan’ ini, aku bisa sepenuhnya mengendalikan setiap angin berhembus di Kota Cangnan. Jika ada misteri muncul lagi, aku pasti bisa menemukannya lebih dulu daripada Penjaga Malam...” 　　Pemuda itu perlahan melepas kerudungnya, memperlihatkan wajah biasa. Seandainya Lin Qiye ada di sini, pasti langsung mengenalinya. 　　Namanya adalah An Qingyu. 　　An Qingyu yang pernah bekerja sama dengan Lin Qiye mengatasi Nanda Sheyao, gagal bergabung dengan Penjaga Malam, lalu menghilang tanpa jejak. 　　An Qingyu berbalik, pandangannya kembali tertuju pada papan catur di atas batu, bola matanya menyipit pelan. 　　“Dari pandangan yang dibagikan ‘Benih Ikan’, situasi Kota Cangnan sekarang sangat rumit...” 　　Ia duduk kembali di samping papan catur, menatap bidak-bidak hitam-putih yang saling menjalin rumit, merenung: 　　“Para petarung tersembunyi dari berbagai penjuru Da Xia, belasan ‘Chuan’, mantan Penjaga Malam yang kabur dari Penjara, pasukan bayaran Scorpio Gila yang hilang tiga tahun lalu, seorang wanita diduga dari Gereja Dewa Kuno, bahkan dua petarung ‘Hai’ yang sangat misterius... Air Cangnan semakin dalam.” 　　Dia memutar pion putih di ujung jarinya, memandang sudut papan catur, ekspresinya terlihat agak ragu. 　　“Posisi beberapa pion ini terlalu berbahaya, apakah perlu mengingatkan Lin Qiye...” 　　Setelah lama berpikir, akhirnya dia seolah menguatkan tekad dan meletakkan pion putih di tangannya pelan-pelan di sudut papan catur. 　　“Lagipula kita pernah berjuang bersama, kali ini... aku akan membantumu.” Chapter 0126: Catatan 　　“Udang Goreng Kecap!” 　　“Sup Kepiting Istimewa!” 　　“Daging Babi Kecap Kapten!” 　　“Babi Panggang Xiangnan!” 　　Hongying membawa banyak sayuran dan dangan dengan semangat, berteriak riang di jalan sambil matanya berbinar-binar! 　　Lin Qiye dan Si Xiaonan menyusul di belakang, sama-sama membawa bahan mentah, menghela napas pasrah melihat Hongying yang sedang bersemangat di depan. 　　“Jie Hong Ying, di jalan... bisakah jangan mencolok begini? Orang-orang memandangi kita dengan tatapan aneh...” Si Xiaonan berbisik pelan. 　　Hongying mengibaskan tangan tak peduli, “Bodo amat, sudah lama terkurung di kantor pengacara, jarang-jarang bisa main, ngapain peduli omongan orang? Lagi pula Tahun Baru harus bahagia, ‘kan? Adik Qiye～” 　　Hongying memeluk leher Lin Qiye sambil berkata sambil tertawa. 　　Lin Qiye menghela napas pasrah, “Ngomong-ngomong, selama aku tidak ada, tidak ada kedatangan misterius ya?” 　　“Ada sih ada.” Hongying berpikir sejenak, “Tapi itu cuma kadal tingkat 'Kolam', selain larinya cepat dan tidak bisa mati meski ditebas berkali-kali, tidak ada yang spesial. Dibandingkan dengan siluman misterius seperti Nanda Sheyao yang IQ-nya abnormal, ini jauh lebih sederhana.” 　　“Tidak bisa mati ditebas?” Lin Qiye heran bertanya, “Lalu bagaimana kalian membunuhnya?” 　　“Tidak mati ditebas pisau, bukan berarti tidak mati ditembak atau dibakar.” Hongying menyilangkan kedua tangan di pinggang dengan bangga, “Jujur saja, aku cuma menembak sekali, langsung mati.” 　　“……” 　　“Tapi, urusannya masih agak aneh.” 　　“Aneh?” 　　“Setelah kubunuh kadal itu, saat tim logistik datang, tubuhnya tinggal separo...” 　　“Hanya tersisa separo?” Alis Lin Qiye berkerut halus, seolah teringat sesuatu. 　　“Iya, kurasa mungkin skill【Rose Fire Feather】-ku terlalu kuat, langsung membakarnya habis. Tapi Kapten dan Wu Xiangnan merasa ini tidak sesederhana itu, soalnya sampai sekarang kepala Nanda Sheyao yang terakhir masih belum ketemu...” 　　“Ada yang diam-diam mengumpulkan mayat makhluk misterius?” 　　“Tidak tahu.” 　　Lin Qiye mengerutkan alis sambil berpikir, akhirnya menggelengkan kepala. Saat ini dia masih calon Penjaga Malam yang belum lulus dari kamp pelatihan, dua hari lagi harus kembali ke kamp. Terlalu memikirkan hal ini sekarang tampaknya percuma, lebih baik serahkan semua pada Kapten dan Wu Xiangnan. 　　Tiga orang perlahan melintasi jalanan dan memasuki sebuah gang yang relatif sepi. Tiba-tiba, seberkas bayangan hitam terbang melintasi udara, langsung menuju Lin Qiye! 　　Lin Qiye yang memiliki Ranah Dewa Fana adalah yang pertama bereaksi. Sebelum benda itu sampai di hadapannya, dia dengan gesit menghindap ke samping sementara kegelapan menyebar dengan cepat dari tubuhnya! 　　Shu——! 　　Itu adalah anak panah kecil dari logam. Meski cepat, ujungnya tidak tajam. Setelah menghantam permukaan aspal, seluruh tubuh panah terpental dan jatuh ke tanah dengan suara "dang!" 　　Seketika itu juga, kegelapan sepenuhnya membungkusnya. 　　Ledakan yang dibayangkan tidak terjadi. Anak panah logam itu hanya terbaring diam di jalan, bagaikan lelucon yang tidak lucu. 　　Lin Qiye dan Hongying serentak berbalik. Di seberang, di atas gedung tinggi, terlihat siluet seseorang berjubah hitam berdiri di sana. Sinar matahari dari belakangnya membuat bayangan tudung kepala sempurna menutupi wajahnya. 　　Melihat mereka menyadarinya, dia segera menyimpan busur silang di tangannya dan berbalik lari kencang ke sisi lain gedung. 　　"Cari mati?!" 　　Hongying mendengus dingin. Dia menyerahkan dua tas besar ke tangan Lin Qiye, lalu tubuhnya bergerak secepat kilat meninggalkan bayangan samar, mengejar arah larian orang itu. 　　"Kalian pulang dulu! Aku ingin tahu siapa yang berani lancang di hadapanku!" 　　“Bayangan orang sudah menghilang, suara Hongying baru terdengar perlahan dari udara. Lin Qiye berdiri di pinggir jalan sambil membawa tas, alisnya berkerut halus.” 　　“Apa ini?” 　　“Serangan mendadak?” 　　“Serangan semacam ini mudah dihindari asalkan punya kemampuan bela diri yang cukup, apalagi bagi dia yang merupakan agen dual dewa?” 　　“Lagipula panah dengan kekuatan seperti ini, bahkan jika benar tertusuk belum tentu mati. Jangan-jangan ada racun di mata panahnya?” 　　“Lin Qiye berjongkok, mengamati panah logam kecil di hadapannya dengan teliti. Dengan menyapu ringan kekuatan spiritualnya, semua detail langsung terpersepsi jelas.” 　　“Tiba-tiba, dia tiba-tiba meletakkan tas di tangannya, mengambil gulungan kertas kecil dari ekor panah, lalu membukanya di telapak tangan...” 　　“Detik berikutnya, pupil matanya menyempit tajam!” 　　“Lin Qiye menggenggam erat kertas itu, tanpa basa-basi langsung berbalik dan menjejalkan semua tas ke lengan kurus Si Xiaonan hingga hampir membuatnya ambruk.” 　　“Xiao Nan, bawa ini semua pulang dulu. Aku masih ada urusan.” 　　“Lin Qiye meninggalkan pesan terburu-buru itu lalu berlari ke sisi lain jalan dengan kecepatan tinggi!” 　　“Si Xiaonan yang bahunya menanggung tujuh delapan tas besar membuka mulut lebar, ingin mengatakan sesuatu. Tapi sebelum sempat bersuara, bayangan Lin Qiye sudah lenyap...” 　　"Di gang sepi yang luas, Si Xiaonan yang mengenakan jaket bulu angsa memandang tas di tangannya dengan bingung, lalu menoleh ke kedua sisi yang kosong... Setelah lama, mulut kecilnya menyembul dengan sedih." 　　…… 　　Entah sejak kapan, kepingan salju mulai berjatuhan perlahan. 　　Salju tebal semalam belum mencair, di trotoar yang dipenuhi jejak kaki dan tanah pecah, siluet Lin Qiye melesat cepat. 　　Ia menyusuri dua persimpangan, menemukan mobil hitam yang terparkir, mengeluarkan dua kotak hitam dari bagasi, lalu berlari secepat angin. 　　Dengan langkah tegas ia menerjang ke pinggir jalan, matanya menyapu sekeliling, alisnya semakin berkerut. 　　Meski Lin Qiye sudah dewasa, SIM belum juga ia dapat. Mobil Tim 136 jelas tak bisa dikendarainya. Celakanya hari ini malam tahun baru, tak ada satu taksi pun di jalanan. 　　Setelah ragu sebentar, Lin Qiye mengeratkan gigi, langsung membawa kotak hitam itu berlari ke arah pinggiran kota tua. 　　Catatan di telapak tangannya sudah basah oleh keringat. 　　Satu kalimat sederhana itu dengan mudah meruntuhkan pertahanan psikologisnya. 　　"No.3901 Pinggiran Kota Tua, ada yang mau mengincar keluargamu." 　　Tulisan cakar ayam itu jelas dibuat dengan tangan kiri, menunjukkan si penulis tak ingin ketahuan identitasnya... Tapi alamat yang disebut begitu akurat... 　　Alamat yang selalu ia rindukan, tapi tak boleh didekati. 　　Itu adalah rumahnya. 　　“Siapa yang menulis catatan itu? Bagaimana dia mengetahui semua ini? Apakah yang tertulis di atas benar atau palsu? Mengapa dia memberitahukan kabar ini padaku? Peran apa yang dimainkannya dalam peristiwa serangan ini?” 　　Pertanyaan-pertanyaan ini berputar cepat dalam pikiran Lin Qiye, tetapi sekarang, dia tidak punya kesempatan untuk merenungkannya dengan tenang. 　　Di benaknya, hanya tersisa satu niat. 　　Siapapun yang berani menyentuh Bibi dan A Jin... 　　Bahkan Yan Luo sekalipun, pasti akan kubunuh! 　　Di tengah salju, pemuda itu membawa dua kotak hitam, tubuhnya bagai hantu, aura pembunuhan menyembur ke langit! Chapter 0127 Kalajengking Gila 　　“A Jin, posisi karakter ‘Fu’ ini agak terlalu ke bawah.” 　　“Ha? Bagaimana sekarang?” 　　“Hmm... sepertinya agak ke kanan.” 　　“Sekarang?” 　　“Ei, benar! Begini pas!” 　　Di lorong sempit yang usang, Yang Jin memegang gulungan karakter “Fu” merah menyala, berdiri di atas bangku kecil, menempelkan “Fu” di pintu dengan cermat sambil meratakan setiap sudutnya. 　　Setelah selesai, dia turun perlahan dari bangku, berbalik memeriksa hasilnya, lalu mengangguk puas. 　　“Bu, masih ada yang perlu ditempel?” 　　“Pintu kamar! Setiap pintu kamar harus dipasangi!” Bibi mengeluarkan satu lembar “Fu” yang lebih besar, lebih merah, dan berhias motif emas dari gulungannya. 　　“Ini, tempelkan ini di pintu kamar kakakmu. Anak itu jauh dari rumah, karakter 'Fu' biasa mungkin kurang manjur. Karakter 'Fu' ini sengaja kubeli dari toko, harganya lebih dari 20 yuan lho!” 　　Bibi memegang karakter "Fu" itu, jari-jarinya mengusap tepinya dengan lembut sambil berkata serius. 　　Yang Jin tersenyum lirih, “Bu, 'Fu' mana ada bedanya jarak jauh atau dekat.” 　　“Dasar anak kecil, kamu tahu apa? Ini namanya lebih baik percaya daripada menyesal.” Bibi melotot padanya, “Kakakmu di luar pasti hidup susah. Dengan 'Fu' ini, semoga para dewa mau melindunginya.” 　　“Tahu,” Yang Jin mengangkat bahu. 　　Yang Jin menerima karakter "Fu" dan selotip. Ia membuka pintu utama, menyentuh Xiao Heilai yang tidur di lorong dengan kakinya. Anjing itu bangun terhuyung-huyung sambil menguap, malas-malasan mengikuti mereka masuk. 　　Yang Jin menempelkan "Fu" di setiap pintu kamar, sementara Bibi memakai celemek dan langsung menuju dapur mempersiapkan makan malam tahun baru. 　　“Kakakmu ini, Tahun Baru sebentar lagi tapi tak juga menelepon,” gumam Bibi sambil memotong sayuran. 　　“Di kesatuan tentara mana bisa sering menelepon? Mungkin dia sedang sibuk sekarang.” 　　“Ya... Sudahlah, nanti ibu yang meneleponnya. Tahun Baru, setidaknya harus tanya apakah dia dapat makan malam tahun baru atau tidak.” 　　“Bu, malam ini masak sedikit saja. Kebanyakan nanti kita berdua tidak habis.” 　　Bibi yang sedang memotong sayuran tangannya berhenti sejenak, tidak berbicara. 　　Yang Jin melirik ke arah dapur, menghela napas pelan, sekali lagi meratakan karakter besar "Fu" di pintu kamar Lin Qiye dengan tangannya, lalu mengangguk puas. 　　"Fu" yang ditempelkan ini cukup bagus. 　　…… 　　Di luar gedung rendah. 　　Sebuah mobil van hitam berhenti di pinggir jalan, salju putih menyelimuti bodi mobil, hanya menyisakan beberapa kaca yang menggantung di luar, kaca tersebut juga telah melalui proses khusus sehingga dari luar terlihat gelap gulita. 　　Pria yang duduk di kursi pengemudi mengigit rokok, perlahan melepaskan teleskop di tangannya, lalu mengangkat walkie-talkie di sampingnya. 　　"Laporan Kalajengking Tiga, tidak ada kejanggalan di sekitar target, laporan selesai." 　　Langsung setelah itu, suara lain terdengar dari walkie-talkie. 　　"Laporan Kalajengking Sembilan, wanita target sedang memotong sayuran di dapur, tidak ada kejanggalan, laporan selesai." Di atap gedung berseberangan dengan gedung rendah, seorang pria berbaju tempur putih tengkurap di hamparan salju sambil menggenggam senapan rundung, berkata dengan suara berat. 　　"Laporan Kalajengking Delapan, anak laki-laki target sedang beraktivitas di ruang tamu, tidak ada kejanggalan, laporan selesai." Di sudut berbeda gedung yang sama, seorang penembak rundung lain yang bersembunyi di balik tirai jendela berkata. 　　"Siap, lanjutkan siaga di posisi saat ini." 　　Mendengar ini, Kalajengking Tiga yang duduk di mobil mengerutkan alis, membuka walkie-talkie di tangannya. 　　"Kalajengking Satu, kita sudah berjaga di sini selama dua hari, sebenarnya harus menunggu sampai kapan?" 　　"Tunggu sampai target muncul." 　　"Bagaimana jika dia tidak muncul selamanya?" 　　Pria itu di ujung walkie-talkie diam sejenak, lalu melanjutkan, "Nona 【Ular Perempuan】 bilang, kalau target belum juga datang sebelum malam ini, langsung sanderakan wanita dan anak itu, serahkan ke Nona 【Ular Perempuan】 untuk dihukum." 　　"【Ular Perempuan】, 【Ular Perempuan】... Hmph, kapan Pasukan Kalajengking Gila kita berubah jadi anjing peliharaan seorang wanita?" 　　"Scorpion Three, perhatikan ucapanmu." Suara Scorpion One tiba-tiba menjadi serius, "Sejak kita memilih menjadi 【jemaat】 Gereja Dewa Kuno, kita harus tunduk pada kehendak Para Dewa di gereja!" 　　"Cuma beberapa agen dewa biasa, berani menyebut diri sebagai 'Para Dewa'?" Scorpion Three mencemooh. 　　"Scorpion Three." Scorpion One jelas mulai marah, "Dulu kita yang terpojok memilih menyembah Gereja Dewa Kuno. Kini kita tak boleh melanggar perjanjian dengan para dewa! Kalau tidak, kau bukan cuma bunuh diri, tapi juga seluruh anggota Pasukan Bayaran Scorpion Gila!" 　　Scorpion Three menggenggam walkie-talkie sambil mengejek, tak melanjutkan omongannya. 　　"Scorpion One, target kita kan si Agen Dwi Dewa itu. Kalau dia benar-benar muncul, apa kita bisa menandinginya hanya dengan pasukan segini?" Suara pria lain terdengar dari walkie-talkie. 　　"Scorpion Seven, kapan kau jadi pengecut begini? Sekalipun kita gagal, masih ada Sang 【Jemaat】 peringkat 16. Dia cuma selangkah lagi masuk tingkat 'laut'. Hadapi newbie tingkat 'kolam' pasti gampang." 　　Begitu Scorpion One bicara, semua suara langsung tenggelam. Tak ada yang berani meragukan operasi ini lagi. 　　“Adapun Xie San yang duduk di dalam mobil, hanya mendengus dingin, tidak melanjutkan pembicaraan.” 　　“Jemaat?” Sebuah suara terdengar pelan dari luar mobil. 　　Xie San kaget, berbalik tajam ke arah suara tersebut. Di luar mobil, terlihat seorang pemuda membawa dua kotak hitam berdiri, bola matanya hitam pekat. 　　Ia berdiri di luar pintu, kegelapan menyebar cepat dari tubuhnya, dalam sekejap menyelimuti seluruh mobil! 　　Pupil Xie San menyempit, tangannya bergerak cepat mencoba meraih walkie-talkie. Namun pemuda di luar itu memandang tajam, walkie-talkie di sampingnya tiba-tiba terkoyak menjadi beberapa bagian, memercikkan bunga api menyilaukan. 　　Pemuda itu berdiri tenang di luar mobil, ujung jarinya menggesek pintu mobil. Seketika, seluruh pintu meledak dari tengah! 　　“Jemaat... apa itu?” 　　Suara berat pemuda bergema di atas hamparan salju. 　　Xie San yang merupakan prajurit berpengalaman, segera mengeluarkan pisau pendek dari bawah kursi. Dengan teriakan keras, ia menusuk ke arah tenggorokan Lin Qiye! 　　Lin Qiye seolah sudah memprediksi gerakannya, mundur setengah langkah dengan luwes. Ujung pisau menggesek kulitnya tanpa meninggalkan luka. Tangannya yang lain langsung menghantam pergelangan tangan Xie San! 　　Pisau itu terlepas dari genggaman Xie San. Di wajahnya, tidak ada ketakutan sama sekali, malah muncul senyum licik. 　　Sebuah pistol mitraliur pendek berwarna gelap pekat, tanpa diketahui kapan telah muncul di tangan kirinya, mengarah tepat ke Lin Qiye. 　　Dia tiba-tiba menarik pelatuk. 　　Percikan cahaya menyilaukan berhamburan, peluru-peluru berputar mengalir deras dari laras senjata, membawa energi kinetik yang mengerikan, langsung menerjang wajah Lin Qiye! Chapter 0128 Penembak Jitu 　　Tubuh Lin Qiye bergoyang, dengan gesit menghindari beberapa peluru, lalu tangannya mengaduk udara kosong—laras pistol mitraliur itu langsung terpuntir seperti pretel. 　　Di bawah pengaruh erosi kegelapan total, meski sekarang belum bisa merobek logam secara langsung, mengubah bentuknya masih memungkinkan. Dan untuk senjata seperti pistol mitraliur, begitu larasnya terhambat, hanya ada satu hasil... 　　Dug——! 　　Suara meredam menggema, laras pistol di tangan Xie San tiba-tiba meledak, merobek lengan kanannya. Setelah jeritan kesakitan, sebilah pisau pendek melayang di hadapannya. 　　Lin Qiye mengendalikan pisau itu mengambang di tenggorokan Xie San, ujungnya menusuk kulit hingga darah merembes. 　　"Aku tanya sekali lagi: Apa itu jemaat?" Suara dingin Lin Qiye kembali menggema. 　　Bersamaan, bayangan gelap merayap di pupil Xie San. Rasa sakit tak tertahankan menggerogoti jiwanya, seolah ada sesuatu yang mengunyah otaknya, menyobek-nyobek, memutar dengan keras... 　　Meski Erosi Kegelapan Maksimal belum bisa mengontrol kondisi mental manusia, rasa sakit yang ditimbulkannya benar-benar setara mimpi buruk. Dalam kondisi tertentu, ini bisa mengasah efek interogasi dengan luar biasa. 　　Di bawah siksaan fisik dan mental, pertahanan psikologis Scorpion 3 segera hancur. Dia memuntahkan segala informasi yang diketahui tanpa sisa. 　　Dari deskripsi Scorpion 3, yang disebut 【jemaat】 sebenarnya adalah organisasi bawahan Gereja Dewa Kuno. 　　Seluruh anggota resmi Gereja Dewa Kuno terdiri dari Agen Dewa. Jumlahnya sangat langka. Meski kekuatan individu mereka kuat, pengaruhnya terbatas karena sedikitnya jumlah. 　　Untuk menambal kekurangan personel, "Para Dewa" Gereja Dewa Kuno menciptakan【jemaat】atas nama dewa. Mereka memilih anggota dari jutaan calon ambisius dan berkemampuan, sebagai personel luar Gereja. 　　Setiap anggota【jemaat】harus menandatangani kontrak jiwa dengan salah satu "dewa" Gereja. Mereka bersumpah jika era kegelapan para dewa tiba, para jemaat ini akan menjadi penguasa di atas berjuta-juta manusia. 　　Tentu saja, sedikit yang benar-benar percaya era dewa kegelapan akan datang. Sebagian besar jemaat direkrut dengan paksaan, cuci otak, pemerasan, atau kebohongan oleh "Para Dewa". Namun setelah kontrak jiwa ditandatangani, mereka harus patuh tanpa syarat pada arahan "Para Dewa", menjadi jemaat sejati. 　　Singkatnya, 【jemaat】 adalah organisasi boneka kuat yang secara langsung dikendalikan oleh para Agen Dewa dari Gereja Dewa Kuno. 　　Dari mulut Xie San, Lin Qiye juga mengetahui bahwa kelompok mereka telah direkrut sebagai 【jemaat】 oleh seorang Agen Dewa Gereja Dewa Kuno dua tahun lalu. Awalnya mereka adalah tentara bayaran khusus yang melakukan pekerjaan kotor, dengan kode nama "Kalajengking Liar". 　　Sedangkan "dewa" yang mereka "sembah" adalah "Medusa" dari Gereja Dewa Kuno, dengan kode nama 【Ular Betina】. 　　"Ular Betina..." Mendengar nama ini, alisnya berkerut sedikit. 　　Jika ingatannya tidak salah, wanita yang menyerbu basis rudal dan meluluhlantakkan kamp pelatihan itu diduga adalah agen Medusa... 　　Targetnya adalah dirinya sendiri? 　　Dengan gerakan lembut, Lin Qiye menghunjamkan pisau pendek ke tenggorokan Xie San, langsung mencabut nyawanya. 　　Memang Xie San telah memberikan informasi, tapi dari awal Lin Qiye tidak pernah berjanji akan membebaskannya. Apalagi pria ini berani mengincar keluarganya, pantas mati sepuluh ribu kali. 　　Saat Lin Qiye hendak bergerak, suara lembut yang hampir tak terdengar datang dari gedung jauh, diikuti peluru yang menerobos udara dengan kecepatan tinggi, menembak lurus ke dahinya! 　　Pupilnya menyempit tajam. Tanpa pikir panjang, tubuhnya menggelinding ke samping saat peluru membawa energi kinetik yang menakutkan menyapu pipinya, meninggalkan garis darah tipis. 　　Tembakan ini, jika reaksi Lin Qiye lebih lambat setengah detik, bisa langsung merenggut nyawanya. 　　"Penembak runduk?" Lin Qiye membungkuk bersembunyi di belakang mobil van, alisnya berkerut rapat. 　　Dengan jangkauan kekuatan spiritual Lin Qiye saat ini dan penguasaan penglihatan dinamis, senjata api biasa sudah sulit mengancamnya, tapi senapan rundung adalah cerita lain. 　　Kecepatan peluru senapan rundung sekitar 1000m/detik, sementara radius persepsi mental Lin Qiye hanya 100 meter. Artinya, peluru hanya punya celah 0,1 detik dari masuk area persepsi sampai tiba di hadapannya. 　　Dalam waktu sesingkat itu, Lin Qiye sudah sangat beruntung bisa menghindari peluru. Apalagi menangkap peluru dengan Divine Ruins, itu mustahil. 　　Baru saja Lin Qiye membungkuk, atap mobil van di atas kepalanya pecah membentuk lubang besar. Sebutir peluru menembus pintu mobil di sampingnya, menghunjam dalam ke hamparan salju. 　　"Dua penembak runduk?" Wajah Lin Qiye langsung berubah tegang. 　　Kalau hanya satu penembak runduk, dia masih bisa mengandalkan medan untuk bertahan. Tapi dengan dua penembak di posisi berbeda, tingkat bahaya langsung melonjak berkali-kali lipat. 　　Belum lagi, kedua penembak itu bersembunyi di lokasi sangat tersamar dengan senjata yang sudah dipasangi peredam suara. Dalam badai salju ini, sulit memprediksi posisi mereka. 　　“Menurut Scorpion Three, masih ada delapan orang mereka yang bersembunyi di sekitar sini. Tidak tahu di mana persisnya. Saat ini musuh dalam bayangan sementara kita terbuka, situasi Lin Qiye memburuk secara drastis.” 　　“Tepat ketika Lin Qiye berpikir cepat, sebuah peluru melesat melewati kepalanya dan mendarat tepat di gumpalan salju putih di puncak gedung seberang. Seketika, semburan darah menyemprot keluar dan bayangan seseorang terjatuh kaku.” 　　“Masih ada satu penembak runduk?” 　　“Tidak... Masih ada satu penembak runduk dari pihak kita?” 　　“Lin Qiye seolah teringat sesuatu, tiba-tiba menatap ke suatu arah.” 　　“Di kejauhan ratusan meter, seorang pria berbaju hitam tengkurep di hamparan salju yang sudah tertimbun lapisan salju tebal. Asap kebiruan perlahan mengepul dari laras senapan runduk di tangannya...” 　　“Leng Xuan!” 　　“Yang pertama.” Ia bergumam. 　　“Teropong senapannya mengunci erat penembak runduk kedua yang bersembunyi di balik kasa jendela. Mengetahui ada rekan seprofesi lain di lokasi, penembak itu mulai menunjukkan kepanikan di wajahnya, namun tetap yakin posisinya belum terbongkar sambil terus gesit mencari posisi Leng Xuan.” 　　“Bola mata Leng Xuan menyipit tipis. Dengan kejam, jarinya menekan pelatuk. Seketika peluru kedua melesat!” 　　“Swoooosh——!” 　　“Peluru itu menembus jarak ratusan meter, menghancurkan setiap kepingan salju di jalurnya, sebelum akhirnya menghunjam pelipis sang penembak runduk dan meninggalkan lubang darah yang mengerikan!” 　　“Yang kedua.” Leng Xuan mengalihkan pandangan dari lensa sniper, menatap ke arah Lin Qiye sambil bergumam, “Selanjutnya… serahkan pada dirimu sendiri.” 　　Ratusan meter di belakang. 　　Menyaksikan sniper kedua tertembak di kepala oleh Leng Xuan, mata Lin Qiye semakin berbinar. Ia bangkit dari balik mobil van, menoleh ke suatu arah. 　　Dalam radius persepsi mentalnya, beberapa siluet sedang melaju kencang mendekatinya... Chapter 0129 Anjing Kudisan 　　“Satu, dua, tiga, empat...” 　　Kekuatan spiritual Lin Qiye menyapu sekeliling. Di sisi kiri dan kanan posisinya, masing-masing ada dua bayangan manusia yang mendekat dengan helm kamuflase putih, headset di telinga, dan senjata tersembunyi di seluruh tubuh. 　　Meski keempat orang ini mengenakan baju kamuflase salju, dalam jangkauan persepsi mental Lin Qiye, mereka tetap terlihat jelas bagai telanjang. 　　Kreek... kreek... 　　Langkah kaki mereka menginjak lapisan salju tebal, mengeluarkan suara gemerisik. Dengan membalikkan telapak tangan, mereka mencabut beberapa senjata api dari punggung. 　　Dddak! Dddak! Dddak!——！ 　　Semua laras senjata telah melalui pemrosesan peredam suara. Di tengah efek penyerapan suara oleh badai salju, sama sekali tak ada suara yang terdengar kecuali lidah api yang menyembur. Bahaya mematikan itu tersembunyi di balik tarian kepingan salju, melesat menghampiri! 　　Peluru berterbangan dari semua arah, kegelapan malam merambat di mata Lin Qiye, kegelapan ekstrem menyebar darinya seperti noda tinta di hamparan salju putih, terlihat sangat mencolok. 　　Dengan bantuan malam, kecepatan Lin Qiye meningkat berkali lipat. Tubuhnya bergerak gesit, menghindar dari hujan peluru, meluncur di atas salju dengan gaya inersia sambil mengayunkan kedua kotak hitam di tangannya yang berputar bersamaan! 　　Krak——! 　　Dua pedang lurus meluncur seperti proyektil. 　　Lin Qiye berdiri di tempatnya, kegelapan di matanya semakin dalam. Jari-jarinya menggores udara dengan lembut! 　　Qiang——! 　　Di langit-langit, sepasang pedang terhunus! 　　Pisau biru muda membelah kepingan salju kristal, bilahnya memantulkan siluet empat anggota Kalajengking. Berputar setengah lingkaran di udara, mereka melesat ke Scorpion 4 yang terdekat! 　　Divine Ruins Lin Qiye hanya berjangkauan 20 meter. Artinya, ia hanya bisa mengendalikan pisau bintang dalam radius 20 meter ini. Jarak ini tak terlalu jauh, tapi juga tak bisa dibilang dekat. 　　Scorpion 4 melihat dua pisau bintang meluncur ke arahnya. Dengan sigap ia melemparkan senjatanya, menjulurkan tangan ke paha luar untuk mencabut dua belati pendek. 　　Dang——! 　　Orang-orang Scorpion yang berpengalaman, Xie Si berhasil menahan serangan pisau bintang dengan belati pendeknya, lalu berguling menghindar dari serangan pisau lain. 　　Ia mencemooh, melemparkan belati ke arah wajah Lin Qiye. 　　Lin Qiye bergerak lincah bagai hantu, menghindari peluru sambil menyelipkan belati yang melayang ke dalam kegelapan, lalu melontarkannya kembali dengan kecepatan tinggi! 　　Bersamaan dengan itu, dua pisau bintang yang baru saja ditahan Xie Si berbalik arah! 　　Tiga pisau mengepung! 　　Pupil Xie Si menyempit, ia mencoba menangkis dengan belati lain tapi pisau bintang dari belakang menembus dadanya! 　　Xie Si mendengus lalu terjatuh telentang. 　　Meski berhasil membunuh satu musuh dengan dua pisau bintang, posisi Lin Qiye tetap berbahaya. Tiga lawannya yang tersadar senjata api tak efektif mulai menyerang langsung. 　　Xie Wu dan Xie Liu menggenggam belati terbalik, bertarung jarak dekat dengan Lin Qiye yang tak bersenjata. Ujung pisau, kepalan, sikut, lutut - setiap bagian tubuh mereka menjadi senjata mematikan! 　　Mereka adalah tentara bayaran berpengalaman, pertarungan jarak dekat jelas merupakan keunggulan mereka, setiap serangan kejam, setiap jurus bertujuan mematikan! 　　Lin Qiye dengan tangan kosong, sambil menahan serangan gencar dari dua orang tersebut, terus terdesak mundur. 　　Meskipun kemampuan pertarungan jarak dekat Lin Qiye tidak buruk, namun karena baru belajar selama setengah tahun, saat menghadapi dua tentara bayaran yang terlatih dari medan pertempuran nyata ini, dia benar-benar kewalahan. 　　Jika bukan karena kecepatan Penari Malam Berbintang, peningkatan kekuatan, serta penglihatan dinamis mengerikan dari Ranah Dewa Fana, pasti dia sudah tidak sanggup bertahan. 　　Tiba-tiba, dua pisau bintang terbang kembali ke tangan Lin Qiye. 　　Dengan dua pisau di genggaman, aura Lin Qiye langsung berubah. Dua pisau bintangnya berkibar-kibar, bayangan pisau yang samar-samar dengan mudah menangkis serangan Xie Wu dan Xie Liu, bahkan mulai mendominasi kedua lawannya. 　　Sejak menemukan jalannya sendiri, Lin Qiye telah berlatih keras dalam aliran dua pedang. Fakta membuktikan bakat alaminya di bidang ini. Sekarang di Kamp Pelatihan, dalam hal pertarungan senjata tajam, meski masih kalah dari beberapa ahli bela diri kelas atas dari keluarga spesialis, selisihnya tidak terlalu jauh. 　　Saat Lin Qiye menggetarkan pisaunya hingga membuat Xie Wu dan Xie Liu mundur, dua orang lain segera mengepung dari belakang, bertarung sengit dengannya. 　　Sampai saat ini, dari sembilan anggota tim Scorpion Gila, hanya empat yang tewas. Dua dibunuh Leng Xuan, dua lagi di tangan Lin Qiye. Dari lima anggota tersisa, satu masih belum muncul. Tapi hanya dengan serangan bergiliran Scorpion 2, 5, 6, dan 7, mereka sudah bisa mengurung Lin Qiye dengan ketat. 　　Lin Qiye mulai menyadari: Mereka ingin mengandalkan jumlah personel untuk menggerus stamina fisiknya perlahan. Tapi sayangnya... mereka pasti akan kecewa. 　　Dengan buff dari Penari Malam Berbintang, Lin Qiye seorang diri bisa mengurung mereka berempat! 　　Satu-satunya faktor penghalang yang tidak pasti sekarang adalah anggota terakhir yang belum muncul - Scorpion 1. 　　Saat pertarungan satu lawan satu antara Lin Qiye dan Scorpion Gila berlangsung, tak ada yang memperhatikan siluet cahaya samar yang melayang melewati medan perang bersalju, lalu mendarap di lorong gedung rendah. 　　Saat cahaya menghilang, terlihatlah siluet pria paruh baya. 　　Ia berdiri di dekat jendela lorong, menyalakan rokok sambil memandang ke medan perang di kejauhan. "Hmph," cibirnya pendek. 　　"Bebal semua... Level segini berani mengaku jemaat Nona 【Snake Lady】? Mempermalukan diri." 　　Setelah menghirup dalam-dalam, ia mengembuskan asap rokok membentuk lingkaran. "Untuk menaklukkan si itu," ujarnya sambil menjentikkan abu rokok, "cukup tangkap saja si wanita dan bocah itu. Urusan sederhana begini saja sampai mati banyak orang... Hmph." 　　Dia membuang rokok di tangannya ke lantai, menginjaknya dengan keras, menyimpan kedua tangan di saku, lalu berbalik badan dan mulai menaiki tangga lapuk. 　　Dia adalah Anggota ke-16 【Jemaat】, Lü Liang, praktisi level "Chuan" yang hanya selangkah lagi menuju level "Hai". 　　Dia kuat, tapi sangat berhati-hati. 　　Dari seorang tak dikenal yang perlahan meraih posisi sekarang, kesuksesannya tak pernah mengandalkan kekuatan fisik, melainkan siasat dan kewaspadaan. Jika bisa menghindari konfrontasi langsung, dia takkan bertindak - bahkan lawannya cuma seorang pemuda level "Chi". 　　Seorang agen dewa misterius versus dua orang biasa tak berdaya, Lü Liang jelas tahu pilihan yang harus diambil. 　　Fakta membuktikan di dunia ini, kehati-hatian tak pernah salah. Selama bertahun-tahun, para "jagoan" yang dulu dikenalnya - yang mengandalkan kekuatan lalu meremehkan segalanya - kini kuburan mereka sudah ditumbuhi rumput setinggi pinggang. 　　Hanya dia yang tetap bertahan, menjadi Anggota ke-16 【Jemaat】. 　　Langkah demi langkah Lü Liang menaiki tangga. Dalam pikirannya mulai muncul bayangan: setelah menangkap kerabat si bocah itu, bagaimana dia akan berlutut memohon pengampunan... 　　Drama seperti inilah yang paling disukainya! 　　Sudut mulutnya mulai terangkat. Saat tinggal satu anak tangga lagi, tiba-tiba dia tertegun, kakinya berhenti di udara. 　　Di anak tangga teratas, seekor anjing kecil berbulu kusam dan hitam sedang berbaring, entah sejak kapan. 　　"Si anjing kecil kulit buruk melihat Lü Liang, malas-malas membuka mulut dan menguap." 　　Lü Liang mengangkat alisnya sedikit, memeriksa anjing itu dengan teliti sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. 　　"Anjing ini, benar-benar jelek......" Chapter 0130 Darah Mendidih 　　Dang! Dang! Dang——! 　　Bayangan pisau secepat kilat bertabrakan dengan beberapa belati, mengeluarkan percikan cahaya yang menyilaukan. 　　Tubuh Lin Qiye melayang di atas salju, langkah kakinya menginjak lapisan salju tanpa meninggalkan jejak, dia bagaikan hantu yang lincah namun menyeramkan. 　　Pisau Bintang menyapu horizontal membuka serangan beruntun Xie Wu dan Xie Liu, Lin Qiye menggeser pisau membentuk setengah lingkaran lalu dengan tepat menahan belati Xie Er dan Xie Qi. 　　Tiba-tiba, mata Lin Qiye memancarkan kilau emas menyilaukan, seolah dua tungku api membara meledak! 　　Kewibawaan Seraphim! 　　Saat kewibawaan ilahi meledak, Xie Er dan Xie Qi merasa jiwa mereka remuk, menjerit kesakitan sambil limbung terjatuh ke belakang. 　　Lin Qiye yang sudah mengantisipasi ini langsung melangkah maju, kilatan pisau menyambar leher keduanya——darah segar menyembur! 　　Inilah kesempatan pembunuhan sempurna yang selama ini ditunggu Lin Qiye! 　　"Kewibawaan Seraphim membantunya membuka situasi, keseimbangan empat lawan satu telah hancur. Lin Qiye yang kembali melawan Xie Wu dan Xie Liu kini sudah memegang kemenangan." 　　Melihat dua anggota lainnya dibunuh dengan tindakan keras seperti guntur oleh Lin Qiye, wajah Xie Wu dan Xie Liu langsung menunjukkan kepanikan, mundur beberapa langkah! 　　"Sial! Sial!! Mana Xie Yi? Apa yang kau lakukan? Mengapa belum bertindak?!" 　　Lengan Xie Wu yang menggenggam pisau pendek gemetar halus, entah karena ketakutan atau kelelahan setelah bertarung lama. Ia membuka headset-nya dan berteriak ke sisi lain. 　　Namun tak peduli sekeras apa ia berteriak, tidak ada balasan sama sekali. 　　Kekuatan spiritual Lin Qiye terus memantau setiap angin yang berhembus di sekitarnya. Hingga detik ini, anggota terakhir Tim Kalajengking Ganas masih belum muncul. Kilat dingin melintas di matanya sementara kedua pisau tergenggam, berdiri mematung. 　　Seketika, beberapa senjata api di mayat-mayat sekitar mengambang sendiri, melayang di sisi Lin Qiye. Laras pistol yang gelap seperti lubang hitam mengarah ke Xie Wu dan Xie Liu. 　　Krak——! 　　Kunci senjata terbuka sendiri. Jari Lin Qiye mengait halus, lidah api pun menyembur keluar! 　　Dedeng dedeng dedeng... 　　Lin Qiye bisa menghindari peluru, tapi Xie Wu dan Xie Liu tidak. Meski berusaha keras menghindar dari lintasan peluru, jumlah senjata di sekitar terlalu banyak. Hanya dalam beberapa gerakan, tubuh mereka sudah berlubang seperti saringan. 　　“Lagi dua siluet jatuh ke dalam genangan darah.” 　　“Meskipun musuh di hadapannya telah habis terbunuh, Lin Qiye sama sekali tidak merasa lega. Senjata api masih melayang diam di sisinya, pandangannya menyapu sekeliling dengan teliti, seolah sedang mencari sesuatu.” 　　“Langsung setelah itu, seorang pria yang juga mengenakan seragam kamuflase putih muncul secara diam-diam dalam jangkauan deteksi kekuatan spiritual Lin Qiye.” 　　“Pandangan Lin Qiye tertuju padanya, alisnya berkerut halus.” 　　“Kau Xie Yi?” 　　“Benar.” 　　“Pria itu tampak tak peduli dengan kematian rekan-rekannya. Sambil mendekati Lin Qiye, ia melepaskan seragam kamuflasenya, memperlihatkan rompi taktis hitam.” 　　“Kau terlambat,” Lin Qiye berbicara dengan tenang. 　　“Terlambat?” Senyum mencemooh muncul di sudut mulut Xie Yi. “Aku datang tepat pada waktunya.” 　　“Dengan santai ia membuang semua senjatanya, mencabut pisau lipat dari sepatu bot militernya, sementara tangan satunya mengangkat kartu nama perak di dadanya ke mulut untuk dicium perlahan.” 　　“【Darah Mendidih】.” 　　“Bisiknya. Kartu nama perak di telapak tangan bergetar hebat, mengeluarkan aura tak beres. Darah mengalir seperti sungai merah merona dari beberapa mayat di sekitar, terendam ke dalam kartu nama itu.” 　　“Jinxu?” Alis Lin Qiye berkerut. 　　“【Mendidih Darah】，Urutan Ruang Terlarang 209, dalam waktu singkat menyerap darah semua makhluk mati dalam radius, memperoleh kekuatan masa hidup mereka dan menumpuknya……Ini harta dari hutan hujan yang kudapatkan, para bodoh itu tak tahu aku punya ini.” 　　Xie Yi mencemooh sambil menancapkan plat nama yang ternoda darah ke telapak tangannya, urat-urat menonjol di sekujur tubuhnya, bola mata memerah berdarah, tubuh penuh kekuatan liar itu hampir merobek rompi taktis hitam. 　　“Aku tak pernah berharap mengandalkan sampah-sampah ini untuk mengalahkan Agen Dewa Ganda. Satu-satunya gunanya mereka datang ke sini adalah menjadi persembahan ritualku……Dulu mereka tentara bayaran berpengalaman, energi vitalnya sangat melimpah. Delapan orang sekaligus cukup untuk mendongkrak kekuatanku ke puncak Tingkat 'Kolam', bahkan menerobos ke Tingkat 'Chuan'! Asalkan bisa membunuhmu, aku akan mendapat posisi di 【Umat Beriman】!” 　　Xie Yi memeluk erat pisau lipat dengan gerakan memutar, mengambil posisi bela diri standar. Mata merah darahnya menatap tajam Lin Qiye, kegilaan terpancar dari sorot matanya. 　　Persepsi spiritual Lin Qiye jelas menangkap gelombang kekuatan dahsyat dari tubuh Xie Yi. Alisnya berkerut halus, senjata-senjata di belakangnya kembali meletus! 　　Dedeng dedeng dedeng…… 　　Pada saat peluru keluar dari laras, Xie Yi menghentakkan kedua pahanya ke lantai. Seluruh tubuhnya melesat seperti anak panah yang melesat sambil terbang rendah. Rompi taktik hitamnya meninggalkan jejak kabur di atas salju, menerobos kepungan peluru dan menerjang Lin Qiye! 　　Teknik menembak Lin Qiye yang memang tidak mengesankan, ditambah kecepatan Xie Yi yang luar biasa. Setelah serangkaian tembakan, tak satu pun peluru mengenai Xie Yi. Wajahnya menghitam, dengan kasar ia melemparkan beberapa senjata api ke samping. 　　Dengan dua pisau bintang di tangan, siluet Lin Qiye juga melesat keluar. Namun dibandingkan Xie Yi saat ini, gerakannya malah lebih lambat! 　　Dua siluet itu bertubrukan dengan kecepatan tinggi di atas hamparan salju! 　　Dang——!! 　　Pisau dan pisau bertabrakan tanpa gerakan sia-sia, gelombang udara yang tercipta langsung menghempaskan kepingan salju di langit-langit. Lin Qiye merasakan lengannya mati rasa, tubuhnya tertatih mundur beberapa langkah. 　　Dalam hal kekuatan, Xie Yi masih lebih unggul! 　　Pandangan Lin Qiye semakin tegang. Sampai saat ini, Xie Yi adalah musuh pertama yang berhasil sepenuhnya menekannya baik dalam kecepatan maupun kekuatan! 　　Meski [Penari Malam Berbintang] memang bisa memberikan peningkatan 5x lipat pada kecepatan dan kekuatan Lin Qiye, namun dengan dukungan [Darah Mendidih], Xie Yi justru menyatukan atribut delapan tentara bayaran lainnya! 　　Dalam kondisi lingkungan tertentu, 【pendidihan darah】 yang diberikan kepada pasukan, akan jauh melebihi peringkat urutan aslinya, dari tingkat bahaya melompat ke tingkat tinggi bahaya, Xie Yi sekarang jelas berada dalam situasi ini. 　　Hanya berbicara tentang atribut pertarungan dasar, Xie Yi sudah menerobos level "Kolam", mencapai level "karakter ''", tidak aneh bisa menindih Lin Qiye. 　　Dang Dang Dang——！ 　　Xie Yi yang darahnya mendidih seperti mesin pertarungan gila, hanya dengan sebilah pisau lipat di tangannya, berulang kali memukul mundur Lin Qiye, setelah memeluk erat dua pisau bintang, dia tiba-tiba menendang keluar, langsung membuat Lin Qiye terlempar belasan meter! 　　Tubuh Lin Qiye meninggalkan jejak panjang di atas salju, akhirnya menabrak dinding belakang, tiba-tiba memuntahkan darah, baru berhenti. 　　"Hukh hukh hukh..." 　　Lin Qiye batuk-batuk sambil berdiri, pandangannya menatap tajam Xie Yi, Xie Yi menggenggam pisau lipat sambil perlahan mendekat, ujung lidah menjilat bibir, menunjukkan senyuman haus darah. 　　Saat Lin Qiye bersiap untuk bergerak, dering telepon yang jernih menggema. 　　"Di seberang gunung di seberang laut ada sekelompok Smurf~~ mereka ceria dan pintar~~" 　　Lin Qiye tertegun, mengeluarkan ponsel dari saku... 　　Penelepon: Bibi. Chapter 0131 Semuanya Baik-Baik Saja 　　“Bibi……” Lin Qiye gemetar ringan saat melihat panggilan masuk di ponsel. 　　Seketika, tendangan cambuk penuh tekanan terhempas di hadapannya! 　　Lin Qiye berjongkok secepat kilat menghindar, lalu membalas dengan tendangan sapuan rendah yang menghantam pergelangan kaki Xie Yi... 　　Xie Yi hanya goyah sedikit, tetap kokoh bagai gunung. 　　"Keras sekali!" geram Lin Qiya dalam hati. Pisau bintangnya menyangga pisau lipat, namun kekuatan dahsyat yang tertransmisikan tetap melemparnya ke udara! 　　Berhasil mendarat di tumpukan salju, ponselnya terpental dan jatuh di sampingnya. 　　“oh～Smurf yang imut～～oh～Smurf yang imut～～” 　　Xie Yi melirik ponsel di salju, berkata dengan sinis: 　　“Telepon keluarga? Wanita itu? Atau si bocah?” 　　Lin Qiye bangkit perlahan, mengusap darah di sudut bibir. Kedua bola matanya yang hitam pekat memancarkan hawa dingin pembunuhan. 　　Xie Yi tak gentar menatapnya, mengangkat bahu sambung bicara: 　　“Hari ini kan malam tahun baru... Pasti nanya kabarmu di perantauan? Sudah siapkan makan malam? Lalu bilang semuanya baik-baik... Hehe...” 　　“Xie Yi!” Suara belum selesai, siluet Lin Qiye telah menggesek hamparan salju putih, bayangan pisau yang saling silang di tangannya merekah bagaikan kupu-kupu, pisau biru muda menghunjam ke lehernya! 　　Xie Yi bertahan dari beberapa serangan Lin Qiye, mendengus keras semburan energi darah mengalir deras, kekuatan melonjak berkali-kali lipat hingga melemparkan Lin Qiye! 　　Tubuh Lin Qiye menyesuaikan sudut dengan lincah di udara, mendarat keras di salju sambil menancapkan pisau untuk menstabilkan diri. 　　Sebenarnya, dengan penglihatan dinamis mengerikan Lin Qiye, perbedaan kecepatan mereka masih bisa ditutupi, namun kesenjangan kekuatan yang terlalu besar selalu membuatnya tertekan. 　　Jika terus begini, mustahil mengalahkan Xie Yi. Pasti ada cara lain... 　　Lin Qiye menatap Xie Yi, pikiran berkelebat cepat bagai kilat. 　　“Keluarga yang hangat ya...” Xie Ye memainkan pisau lipat sambil melangkah santai, “Aku yakin mereka tak tahu aktivitasmu, tak sadar kau begitu dekat namun tak terjangkau... Saat mereka tenggelam dalam keceriaan Tahun Baru, mana bisa membayangkan kau sedang bertarung hidup-matI di depan mata? Oh iya... Setelah membunuhmu, kepala mu akan kugantung di balkon mereka. Saat lonceng Tahun Baru berbunyi, pasti mereka akan terkejut bukan main?” 　　Senyuman Xie Yi semakin mengerikan! 　　“Lin Qiye menggenggam erat gagang pedang, ia menahan rasa mual di dadanya, terhuyung-huyung bangkit dari hamparan salju, kegelapan di sekelilingnya samar-samar terlihat...” 　　Setelah bertempur lama dengan Tim Scorpio Gila, durasi Divine Ruins Kegelapan Total hampir habis. Kekuatan spiritualnya juga mendekati batas. Jika pertempuran tak bisa diselesaikan segera, pasti ia akan mati! 　　“Di balik gunung sana, di seberang lautan, hidup sekumpulan Smurf...” 　　Dering gembira masih bergema di hamparan salju. Ini sudah memasuki putaran kedua musik, bibi di ujung telepon sepertinya masih belum berniat memutuskan sambungan. 　　Lin Qiye menarik napas dalam-dalam, kegelapan kembali muncul di matanya, Divine Ruins Kegelapan Total di sekitarnya pun stabil kembali. 　　Swoosh——! 　　Dengan gerakan kilat ia mencabut Pisau Bintang yang tertancap di salju, menyilangkan dua pedangnya ke arah tanah, lalu menyambar Xie Yi bagai kilat! 　　"Cuma sisa tenaga." Xie Yi mencemooh, kembali mengambil posisi bertarung. 　　Siluet Lin Qiye mendekat cepat ke Xie Yi. Saat tubuh mereka hampir bertubrukan, Lin Qiye tiba-tiba menginjak kuat-kuat ke hamparan salju. 　　Boom——! 　　Di bawah pengaruh Divine Ruins Kegelapan Total, salju di bawah kaki mereka meledak dahsyat bagai bom yang terkubur, menyemburkan gumpalan salju putih pekat! 　　Kepingan salju yang beterbangan langsung mengaburkan pandangan Xie Yi, alisnya berkerut, berdasarkan pengalaman bertahun-tahun bertarung, tubuhnya segera bereaksi! 　　Dang——! 　　Pisau lipat diayunkan tanpa ragu, berhasil menahan tebasan dari samping oleh Lin Qiye. Melihat postur Lin Qiye terbuka, senyum "Aku sudah tahu kamu akan main begini" mengembang di mulut Xie Yi. 　　Tapi seketika itu juga senyumannya lenyap. 　　Di antara kepingan salju yang beterbangan, Lin Qiye menebaskan pedangnya ke pisau lipat Xie Yi, sementara tangan satunya... kosong melompong. 　　Di mana pedang kedua? 　　Niat ini melintas dalam pikiran Xie Yi, krisis menerpa hatinya. Saat hendak bergerak, kilau emas kembali meletup di mata Lin Qiye! 　　Wibawa ilahi Serafim menerobos ruang hampa, langsung membanjiri otak Xie Yi, mengacau-balaukan kekuatan spiritualnya hingga gerakannya terhenti satu detik. 　　Lin Qiye yang kekuatan spiritualnya habis mendengus, wajahnya pucat bagai kertas, terjatuh ke belakang. 　　Bersamaan, tangan kirinya melambai lirih... 　　Pedang bintang Zhao Kongcheng membelah taburan salju, sunyi menyusup ke tengkuk Xie Yi, dengan ringan memutuskan sebuah kepala... 　　Darah menyembur deras bagai mata air! 　　Lin Qiye terhuyung-huyung jatuh di hamparan salju, pisau Zhao Kongcheng mendarat di sampingnya. Bilah pisau itu memantulkan wajahnya dengan jelas, beserta sudut bibir yang sedikit terangkat. 　　"Menang..." Lin Qiye melirik mayat Xie Yi yang sudah mati kaku, lalu terlentang di salju sambil terengah-engah. 　　Kekuatan spiritualnya sudah benar-benar habis tak tersisa. 　　Pembalikan situasi untuk membunuh Xie Yi kali ini terlalu berisiko. Andai Lin Qiye salah menghitung satu langkah saja, konsekuensinya akan binasa selamanya. 　　Untungnya, dia menang. 　　"oh～Smurf yang imut～～oh～Smurf yang imut～～" 　　Ringtone ponsel yang lama tak berbunyi kembali menggema. Lin Qiye memaksakan diri berdiri, bersandar pada bilah pisau sambil tertatih mendekati ponsel di salju. 　　Tangannya meraba-raba mayat Xie Yi sebentar, melepas kartu nama perak itu dan memasukkannya ke saku. 　　"Halo, Bibi." 　　"Dasar anak ini! Sudah lama kupanggil tak juga diangkat! Lagi apa kau? Ha? Apa karena terlalu lama di luar, jadi tak mau mengakui bibi lagi?" 　　Serangkaian suara familiar membanjiri telepon, penuh kegelisahan dalam nada bicara. 　　Sudut bibir Lin Qiye mengembang tipis. Menyeret pisau yang terendam darah, dia terhuyung-huyung melangkahi tumpukan mayat. Setiap jejak kakinya di salju meninggalkan cap merah darah. 　　“Bibi, tadi aku sedang ngobrol sama rekan seperjuangan, tak lihat ponsel.” Katanya dengan suara lembut. 　　“Nak... Di Tahun Baru ini, masa tak bisa inisiatif menelepon rumah?” 　　“Aku memang rencananya mau menelepon malam ini...” 　　“Rencana, rencana... Hmph.” Bibi berhenti sejenak, nada suaranya semakin melunak. “Kamu di kesatuan gimana? Baik-baik saja?” 　　Lin Qiye menyeka noda darah di wajahnya, mendekati sudut lorong gedung. Dari jendela, matanya menatap rumah rendah di kejauhan tempat sosok bibinya sedang menelepon di balkon. 　　Tangannya yang memegang ponsel gemetar halus. Setelah lama terdiam, akhirnya ia berbicara dengan suara tenang: 　　“Baik, aku baik-baik saja kok.” 　　“Sebentar lagi Tahun Baru, di kesatuanmu ada makan malam perayaan nggak?” 　　“Ada. Kapten tim lagi siapin. Nanti balik langsung bisa makan.” 　　“Balik? Kamu lagi di luar?” 　　“...Bukan, maksudku nanti balik ke kantin langsung makan.” 　　“Oh...” Suara bibi terhenti sesaat sebelum melanjutkan: “Kalau gitu... kamu harus makan banyak ya...” 　　Lin Qiye menangkap gelagat emosi sang bibi, lalu mengambil inisiatif: 　　“Bibi, tahun ini aku nggak di rumah. Kalian juga harus masak enak-enak untuk makan malam nanti.” 　　“Pasti dong. Tenang aja, ini aku lagi merebus ikan di wajan, baunya enak banget. Sebentar lagi ada babi... Cuma... Kalau kamu nggak di sini, kita mungkin nggak bakal habis.” 　　“A Jin lagi masa pertumbuhan. Bibi harus suruh dia makan banyak.” 　　“Ya. Eh, mau ngobrol sama adikmu sebentar?” 　　“Boleh.” 　　Di balkon, Bibi diam-diam menyeka air mata, lalu berbalik masuk ke dalam rumah dan menyerahkan ponsel kepada Yang Jin. 　　“Halo, Kak.” 　　“A Jin, saat aku tidak di rumah, kamu tidak kikuk kan?” 　　“Tentu tidak, Kak, kenapa kamu bertanya seperti itu?” 　　“……Tidak, aku hanya sekadar bertanya.” 　　“Kak, bagaimana kehidupanmu di sana?” 　　“Baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir.” 　　“Kalau terlalu lelah, tidak masalah untuk pulang. Bila langit runtuh, pasti ada orang tinggi yang menahan.” 　　Lin Qiye terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Ya.” 　　Kedua saudara itu memegang ponsel mereka, setelah lama berlalu, tak satu pun yang berbicara…… 　　“Ei, anak ini, sudah lama berpisah dengan kakakmu jadi canggung ya?” Melihat mereka diam, Bibi langsung mengambil ponselnya. “Xiao Qi, tidak bicara lagi ya, ikanku di wajan sudah matang, harus segera kuangkat.” 　　“Baik, Bibi.” 　　“Ya……” 　　“Bibi.” 　　“Ya?” 　　Lin Qiye berdiri di sudut lorong, menatap siluet yang sibuk itu. Setelah lama, akhirnya tersenyum dan berkata: 　　“Selamat Tahun Baru.” 　　“Ya, Selamat Tahun Baru.” Chapter 0132 Selamat Tahun Baru 　　Salju semakin menipis. 　　Langit semakin gelap. 　　Di atas atap gedung sebelah rumah rendah, Lin Qiye duduk diam di sana. Di sampingnya tergeletak dua kotak hitam, bagaikan patung batu yang tak bergerak untuk waktu yang lama. 　　“Kota, membentang seperti permukaan laut hingga ujung pandangan, semakin jauh, semakin gelap. Di perbatasan tanah dan langit, cahaya matahari senja menyinar miring, memberi pinggiran emas pada bayangan gedung-gedung yang tak rata.” 　　“Cahaya senja menerpa Lin Qiye dari depan, menarik bayangan punggungnya yang panjang...” 　　“Bola mata dalam itu mengandung sinar matahari datar, menatap keluarga sibuk di kejauhan. Sudut mulutnya berkilat senyum tipis. Angin sepoi-sepoi menerpa rambut hitam pemuda itu, udara seakan dipenuhi aroma harum masakan.” 　　“Entah berapa lama, seorang pria perlahan mendekat sambil menggendong sesuatu di punggung. Setelah lama memandang keluarga itu, akhirnya dia berbicara pelan:” 　　“Penyesalan?” 　　“Di bawah sinar senja, Lin Qiye menggelengkan kepala pelan. 'Tidak ada penyesalan.'” 　　“Leng Xuan duduk di sisinya. 'Dalam waktu dekat, kamu tak bisa kembali. Semakin sering frekuensimu kembali, semakin banyak orang yang akan memperhatikan sini.'” 　　“'Aku tahu.'” 　　“'Sebenarnya, bahkan jika kamu tidak datang hari ini, mereka tidak akan mengalami kejadian.'” 　　“Lin Qiye memalingkan kepala, melihat Leng Xuan dengan kening mengerut.” 　　“Kamu pikir, yang dimaksud kapten dengan 'melindungi keluargamu' cuma omong kosong?” Leng Xuan tersenyum tipis, mengulurkan tangannya ke arah rumah rendah di kejauhan, “Saat itu, ketika kapten membawa wakilnya mengantarkan bahan ke rumahmu, mereka sudah menempelkan Jinxu bernama 【Weiyang】 di depan pintu rumahmu. Jinxu ini berbentuk kertas transparan yang bisa membuka area larangan kecil. Begitu ada orang berniat jahat mencoba menerobos radius perlindungan 【Weiyang】, benda ini akan aktif dan mengirim semua makhluk hidup yang sudah ditandai di dalam rumah ke titik markah lain, yaitu ruang bawah tanah Kantor Perdamaian, demi menjamin keamanan mereka.” 　　Lin Qiye tertegun. Ia tak pernah mendengar Chen Muye menyebut-nyebut keberadaan 【Weiyang】, apalagi mengetahui sejak kapan bibinya dan Yang Jin sudah berada dalam perlindungan Jinxu. 　　“【Weiyang】……” gumam Lin Qiye pelan. 　　“Sama seperti 【Ruang Tanpa Batas】, ini termasuk sedikit area larangan buatan manusia milik Penjaga Malam. Tapi harga benda ini tidak murah, bahkan di internal Penjaga Malam sendiri, yang bisa memakainya juga tidak banyak.” Leng Xuan menghela napas, suaranya berangsur lembut, “Tapi di Tim 136 kami, hampir semua keluarga anggota dilindungi benda ini.” 　　Lin Qiye bingung bertanya, “Mengapa?” 　　Leng Xuan menatapnya dengan pandangan bermakna, “Menurutmu… kenapa kapten kita selalu kekurangan uang?” 　　Tubuh Lin Qiye bergetar halus. Realisasi itu datang bagai petir, membuatnya terpaku menatap ke kejauhan. 　　"Leng Xuan menepuk bahunya, menggendong kotak senjata, lalu berbalik menuruni tangga. Suaranya terbawa angin sepoi-sepoi sampai ke telinga Lin Qiye." 　　"Ayo pergi. Makan malam tahun baru di rumah ini tak bisa kau nikmati, tapi rumah yang lain... selamanya akan menyambutmu." 　　Lin Qiye menatap jauh ke arah rumah. Di sana, bibi sedang membawa piring-piring masakan segar yang masih panas ke meja kayu kecil. Yang Jin duduk di samping dengan senyum mengembang. 　　Beberapa saat kemudian, ia tersenyum pasrah lalu berdiri menuju lorong. 　　Tiba-tiba seekor anjing kudis hitam kecil muncul di hadapannya, berlari kencang sambil menggesekkan kepala ke pergelangan kaki Lin Qiye. 　　"Xiao Heilai?" Lin Qiye berjongkok penuh kejutan, tangan lembut mengusap kepala anjing itu. 　　Xiao Heilai menjilati tangan Lin Qiye lalu bersendawa. 　　"Kau makan apa sampai bisa sendawa begini..." canda Lin Qiye. 　　Ia menggendong Xiao Heilai hingga ke kaki gedung, meletakkannya di tangga sambil berbisik: 　　"Aku harus pergi. Kau juga cepat pulang. Malam ini, hidangan spesial menantimu..." 　　Setelah memijat perut Xiao Heilai, Lin Qiye mengangkat dua kotak hitam. Matanya terakhir menatap pintu kamar yang terkunci rapat sebelum melangkah ke langit kelam. 　　Jejak kakinya membentuk garis lurus di hamparan salju, membentang hingga ke ujung horizon... 　　…… 　　Ding dong——！ 　　Selamat datang! 　　Baru saja Lin Qiye membuka pintu kantor pengacara, aroma kuat masakan langsung menyergap hidung. Minyak dan bahan mentah yang bersentuhan sempurna mengeluarkan bunyi mendesis pelan, disertai gemeretak berirama seiring goyangan wajan. 　　Suara paling menenangkan di dunia, tak ada yang melebihi ini. 　　Hongying duduk di samping meja makan, kedua matanya menatap tajam bebek tua rebus di atas meja, menelan ludah beberapa kali dengan kasar, sementara tangannya yang tak patuh diam-diam meraih paha bebek... 　　Prak! 　　Sumpit Wu Xiangnan dengan cepat menjepit tangan Hongying, "Tunggu semua orang berkumpul baru makan." 　　"Aku… aku cuma mau makan satu gigit, satu gigit saja!" Hongying mengulurkan satu jarinya dengan hati-hati. 　　"Tidak boleh." 　　Hongying menunduk sedih, meletakkan sumpit di meja, bagai ikan asin yang kehilangan mimpi, lemah lunglai menindih meja. 　　Tiba-tiba, lirikan matanya menangkap Lin Qiye yang masuk ke dalam rumah, matanya kembali berbinar. 　　"Qiye, kamu tidak apa-apa?" 　　"Aku baik-baik saja." Lin Qiye menggelengkan kepala, "Orang yang memanah tadi, sudah tertangkap?" 　　Hongying mengatupkan bibirnya, menggeleng dengan wajah muram, "Tidak, dia lari terlalu cepat. Siang bolong di kota aku tidak berani pakai area larangan untuk mengejar, akhirnya dia kabur..." 　　Lin Qiye mengangguk penuh arti, "Tidak apa, dia seharusnya tidak berniat jahat, hanya statusnya..." 　　“Identitas orang misterius itu, Lin Qiye selalu memperhatikan. Tak banyak yang tahu lokasi rumahnya, apalagi mengetahui tempat itu dijadikan penyergapan oleh Tim Kalajengking Liar. Kalau bukan dari Penjaga Malam, siapa lagi yang punya tenaga sebesar itu?” 　　“Kapten masih memasak?” Wen Qimo naik dari ruang bawah tanah sambil mengelus perut keroncongannya, bertanya. 　　“Sudah hampir dua jam sibuk, itu pun dengan Xiao Nan membantu persiapan. Entah berapa banyak masakan yang hendak dia buat, aku hampir mati kelaparan～” 　　Hongying berkata dengan wajah menangis. 　　Beberapa menit kemudian, dapur akhirnya sunyi. Chen Muye membawa baskom besar berisi sup ikan, diikuti oleh Si Xiaonan yang menggendong setumpuk mangkuk dan sumpit. 　　Akhirnya, semua orang mengambil tempat duduk. 　　Sebuah meja panjang, delapan kursi, enam belas hidangan lezat. 　　Chen Muye, Wu Xiangnan, Hongying, Wen Qimo, Lin Qiye, Si Xiaonan, Leng Xuan... dan satu kursi kosong yang seharusnya diduduki pria bernama Zhao Kongcheng. 　　Chen Muye perlahan mengangkat gelas anggurnya. Bir kuning keemasan memantulkan lingkaran cahaya samar di bawah lampu. Pandangannya menyapu semua orang. 　　“Dalam setahun ini, anggota lama pergi, anggota baru bergabung, banyak peristiwa terjadi... Tapi, sekali lagi kita berhasil melindungi kota ini selama setahun penuh. Sebagai kapten Tim 136, sebagai Penjaga Malam, atas nama ribuan makhluk di Cangnan, kusampaikan terima kasih kepada kalian semua.” 　　Chen Muye berdiri tegak, membungkuk hormat dalam-dalam ke semua orang yang hadir, lalu menengadah dengan sorot mata penuh keseruan: 　　"Semoga di saat yang sama tahun depan, yang duduk di sini masih kita... tak kurang seorang pun. Selamat Tahun Baru, semuanya." 　　Semua orang bangkit dari tempat duduk, mengangkat gelas anggur tinggi-tinggi hingga bertabrakan menghasilkan denting kristal. Cairan alkohol bergolak dalam gelas-gelas berbeda, bagai lautan emas yang saling menyatu. 　　"Selamat Tahun Baru!!" 　　…… 　　Swoosh——! 　　Prak——!! 　　Rentetan suara petasan bergema dari kejauhan. Kembang api megah menyembur dari setiap sudut kota, mekar di langit malam kelam. Percikan api pelangi berkibar dalam angin, perlahan menghilang bagai ditelan kegelapan. 　　"Zhua Ge, sepertinya tahun ini hanya kita bertiga yang merayakan bersama." 　　Bai Li Pangpang mengulurkan kaleng bir kepada Shen Qingzhu yang masih terpana memandang langit berkilauan, baru tersadar saat disentuh. 　　"Saat bertugas, tidak minum alkohol." Shen Qingzhu menggeleng. 　　"Minumlah sedikit, bahkan Cao Yuan yang setengah biksu saja sudah minum. Kau cuma pekerja, masih sok jago apa?" Bai Li Pangpang menyeringai, menunjuk ke langit-langit di atas, "Lagipula, bodyguard pribadiku sudah datang. Sekalipun kau pingsan, tak ada yang bisa lukai aku di Cangnan." 　　"Tapi..." 　　"Ini perintah bos!" 　　"...Baiklah." 　　Shen Qingzhu menarik tutup kaleng minuman, mengeluarkan suara gelembung "clicc", Cao Yuan juga membawa bir, melangkah mendekat…… 　　Di hotel kencan sempit yang lembap, tiga pemuda duduk di tepi jendela, menatap percikan api yang memenuhi langit, saling membenturkan botol bir di tangan mereka. 　　“Selamat Tahun Baru！” 　　…… 　　Di ruang bawah tanah yang gelap. 　　An Qingyu yang mengenakan jubah hitam duduk diam-diam di batu pijakan, papan catur di hadapannya sudah menghilang, digantikan oleh botol Sprite yang sudah diminum lebih dari setengah. 　　Cahaya bulan samar menyinari sebagian ruang bawah tanah melalui kisi-kisi di atas kepala, suara kembang api dari kejauhan bergema di ruang kosong. 　　An Qingyu menatap rembulan di atas kepala, lama terdiam, lalu perlahan mengangkat botol Sprite-nya. 　　“Selamat Tahun Baru.” 　　Ia bergumam. Chapter 0133 Jinxu 　　Langit mulai terang. 　　Dentuman kembang api dan petasan semalaman masih terus bergema, orkestra suara ledakan bergaung di langit fajar. 　　Kreek. 　　Lin Qiye mendorong pintu keluar dari kantor pengacara, ruang konsultasi bisnis di belakangnya berantakan dipenuhi botol alkohol yang berserakan. 　　Di dua sofa yang digunakan untuk menerima tamu, Wen Qimo dan Wu Xiangnan terlihat seperti anjing mati yang tertidur pulas. Sementara Hongying masih menggendong botol alkohol terakhir, menindih meja makan sambil terkikik-kikik dan bergumam dalam mimpi. 　　Si Xiaonan telah kembali ke kamar tidur bawah tanah dan langsung tertidur. Hanya Chen Muye yang masih tampak segar, mencuci piring di dapur. 　　Adapun Leng Xuan... Ia telah menghilang entah ke mana sebelum Lin Qiye sadar. 　　Lin Qiye menggosok pelipisnya. Sebagai siswa SMA yang baru saja dewasa, toleransi alkoholnya tampak cukup baik. Meskipun semalam minum sebanyak itu dengan para gila ini, saat bangun ia masih relatif sadar. 　　Ia berjalan ke luar kantor pengacara, memandang jalan sunyi di Jembatan Perdamaian, lalu menarik napas dalam-dalam menghirup udara segar. 　　Hari ini Hari Pertama Tahun Baru Imlek. Udara terasa penuh aroma sukacita. Suara petasan bergema dari kejauhan, sementara jalanan yang dipenuhi dan karakter "Fu" terasa meriah oleh nuansa tahun baru. 　　Lin Qiye mengulurkan tangan mengambil sapu dari belakang pintu, lalu mulai menyapu salju. 　　Sambil menyapu, alisnya berkerut perlahan. 　　Liburan dari kamp pelatihan kali ini tidak panjang. Jika tidak ada halangan, besok - hari kedua tahun baru - akan menjadi hari terakhir cuti. Namun sampai sekarang, musuh-musuh yang bersembunyi di bayang-bayang tampaknya belum menunjukkan gerakan berarti. 　　"Meskipun dia juga pernah mengalami beberapa kali serangan, sebagian besar bisa diselesaikan dengan kekuatannya sendiri. Tapi kalau dikatakan di antara kelompok penyerang kali ini tidak ada musuh berlevel tinggi sama sekali, Lin Qiye pasti tidak percaya." 　　"Selain itu, agen Medusa misterius itu, yaitu 【Ular Perempuan】 dari Gereja Dewa Kuno, sampai sekarang belum muncul." 　　"Apakah para pelatih sudah diam-diam menyingkirkan mereka, atau mereka semua pergi ke tempat Bai Li Pangpang? Atau...masih menunggu saat yang tepat?" 　　"Dia yakin selama beberapa hari ini para pelatih pasti sudah bertindak, tapi sampai sejauh mana perkembangan situasi sekarang, dia masih sama sekali tidak tahu." 　　"Kota Cangnan sudah pasti menjadi pusat badai, sementara Lin Qiye yang menjadi mata badai ini justru menjalani kehidupan paling tenang." 　　"Tepat saat Lin Qiye menyelesaikan menyapu salju terakhir dan hendak kembali ke dalam rumah, ledakan berdengung terdengar dari kejauhan." 　　"Karena bercampur dengan suara petasan, suara itu tidak terlalu mencolok. Kalau bukan karena Lin Qiye melihat asap tebal membubung di kejauhan, mungkin dia akan mengira itu hanya halusinasinya." 　　"Lin Qiye menyipitkan mata, mengawasi arah asal kepulan asap." 　　"Itu..." 　　…… 　　"Dor——!" 　　"Dor——!!" 　　"Dor——!!!" 　　"Beberapa bola api berturut-turut meledak di dalam penginapan, menghancurkan bangunan tua bernuansa klasik ini. Dari balik gulungan asap tebal, tiga siluet melompat keluar dari jendela lantai dua." 　　Di antara mereka, dua siluet mendarat dengan mantap di tanah. Hanya si gemuk kecil yang jatuh braak dengan pantatnya, lalu menggosok pantat sambil melompat-lompat keluar. 　　“Kalian berdua... kalian tak perlu lari cepat-cepat, tunggu aku dong!” 　　Wajah Bai Li Pangpang masih memerah karena mabuk. Ia membuka mulut dan berteriak keras. 　　Alis Shen Qingzhu berkerut. Tangannya menggenggam udara kosong, menyedot habis udara dari beberapa ruangan di lantai dua penginapan. Sorot api yang membakar lenyap seketika. 　　Ujung jarinya menyentuh udara, melepaskan peluru udara terkompresi yang menyapu remah-remah kaca yang beterbangan di langit-langit, mengamankan Bai Li Pangpang. 　　Cao Yuan mengeratkan gigi, memeluk erat Bai Li Pangpang di bahunya, dan berlari susah payah menuju ujung gang. 　　“Kubilang semalam jangan minum banyak! Hari ini musuh menyerang, kau masih belum sadar!” suara dingin Cao Yuan menggema. 　　Bai Li Pangpang bersendawa alkohol, tertawa sambil cekikikan: “Hamba-hambaku jangan panik! Aku sudah bilang, pasukan bodyguardku selalu melindungi diam-diam. Tak akan ada kejadian... Tidak mungkin, errk!” 　　Sebelum kata-katanya habis, empat bayangan melesat keluar dari penginapan, melintas cepat di langit, lalu mendarap tegak di hadapan trio Cao Yuan. 　　Langkah Cao Yuan tiba-tiba terpaku. Dengan tubuh masih menggendong Bai Li Pangpang, tangannya meraih kotak hitam sementara matanya menyiratkan ketegangan. 　　“Shen Qingzhu tanpa sepatah kata mendekati Bai Li Pangpang, ujung jarinya menggulung pusaran angin, bola matanya dingin bagai gunung es.” 　　Suasana langsung membeku. 　　Di tengah ketegangan yang memuncak ini, Bai Li Pangpang kembali bersendawa alkohol, sudut mulutnya mengembang, sambil melambai ke empat orang di depan dari punggung Cao Yuan. 　　“Hai～～” 　　“Empat Jinxu Shi elemen bumi, api, angin, dan air, menghadap Pangeran Kecil!” 　　Keempat orang penuh aura pembunuhan di depan mata tiba-tiba setengah berlutut di tanah, memberi hormat pada Bai Li Pangpang dengan khidmat. 　　Cao Yuan: …… 　　Shen Qingzhu: …… 　　“Yang Terhormat sekalian, silakan bangun.” Bai Li Pangpang turun dari punggung Cao Yuan, menepuk bahu keduanya, “Perkenalkan, ini adalah empat Jinxu Shi keluarga Baili kami, sekaligus tim bodyguard pribadiku.” 　　“Jinxu Shi?” Keraguan muncul di mata Shen Qingzhu. 　　“Beberapa Jinxu tingkat tinggi tidak bisa digunakan sembarang orang. Harus menemukan tuan yang cocok untuk Jinxu tersebut agar bisa mengasah efek maksimalnya. Orang-orang inilah yang disebut Jinxu Shi.” 　　Sambil memijat pantatnya, Bai Li Pangpang menjelaskan, “Ngomong-ngomong, istilah Jinxu Shi umumnya hanya ada di keluarga Baili kami. Karena di dunia ini, hanya keluarga kamilah yang memiliki begitu banyak Jinxu berbahaya… Keempat Jinxu Shi ini masing-masing memiliki kekuatan puncak level 'Chuan', gabungan empat orang bahkan bisa menantang level 'Laut'! Makanya aku bilang kita aman…” 　　"Begitu kata Bai Li Pangpang selesai, empat Jinxu yang dipimpin oleh Sang Api maju ke depan, tangan menggenggam tiga kepala yang tak lain adalah tiga petinggi 'Chuan' yang baru saja menyergap penginapan." 　　"Pangeran Kecil, semua musuh telah dihancurkan. Tenang saja. Seperti perintahmu, kami juga sudah membooking seluruh penginapan sebelumnya, jadi tidak ada korban luka." 　　"Hm, kerja bagus." 　　Bai Li Pangpang mengangguk halus, memamerkan gaya khas anak orang kaya. 　　Tiba-tiba, Sang Angin mengernyitkan alisnya seolah menangkap sesuatu, lalu melangkah maju: "Pangeran Kecil, masih ada musuh mendekat di sekitar sini. Mohon tetap di tempat, kami segera kembali!" 　　"Pergilah, pergilah." Bai Li Pangpang melambai-lambaikan tangan. 　　Sua——! 　　Keempat Jinxu menghilang seketika dari tempatnya, menyisakan ketiganya sendirian di gang yang sunyi. 　　Setelah lama terdiam, Cao Yuan berucap lirih: "Inikah yang disebut kekuatan uang sejati..." 　　Shen Qingzhu baru sadar, menatap Bai Li Pangpang dengan nada bicara penuh keraguan: 　　"Jadi... untuk apa kau membutuhkanku?" 　　Bai Li Pangpang merenung sejenak: "Biar genap tiga orang main Permainan Tuan Tanah?" Chapter 0134 Mata-Mata 　　Kamp Pelatihan. 　　Separuh kamp yang hancur oleh rudal kini telah pulih seperti sedia kala. Bahkan rambu penunjuk jalan dicat ulang. Kalau bukan karena bekas hangus di beberapa dinding, mustahil percaya tempat ini pernah dilanda malapetaka. 　　Kantin yang luas sudah lama tak terlihat jejak prajurit baru. Saat ini, hanya belasan instruktur yang duduk di sekitar meja panjang, sedang menikmati makan siang dengan santai. 　　"Ya, harus diakui, sejak para prajurit baru itu pergi, kehidupan terasa agak membosankan," keluh seorang pelatih. 　　"Tidak ada yang bisa kamu marahi, jadi badan rasanya tidak enak?" 　　"Hahahaha, kalau kamu bilang begitu, memang ada benarnya juga..." 　　"Ngomong-ngomong, sudah lama tidak melihat Han Li. Ke mana anak itu menghilang?" 　　"Tidak tahu. Bukan hanya dia, beberapa instruktur di batalyon juga tidak terlihat. Katanya sedang menjalankan misi rahasia." 　　"Misi rahasia?" Alis seorang pelatih berkerut, "Apa ada hubungannya dengan serangan musuh sebelumnya?" 　　"Tidak tahu, tapi aku merasa suasana di batalyon akhir-akhir ini agak aneh..." 　　"Aneh bagaimana?" 　　"Sulit dijelaskan. Seperti ada tekanan tak jelas yang terus menghantui..." 　　"Menurutku, kamu terlalu banyak berpikir." 　　“……” 　　Para instruktur saling bersahutan. Persis ketika mereka hampir selesai makan, dua siluet memasuki kantin. 　　Melihat sosok yang berjalan di depan, semua pelatih serentak berdiri memberi hormat. 　　"Komandan!" 　　"Selamat siang, Komandan!" 　　Yuan Gang berjalan mendekat dengan wajah muram. Pandangannya menancap tajam ke salah seorang pelatih, mengeluarkan aura otoritas yang menggentarkan. 　　Di belakangnya, Pelatih Hong membawa beberapa dokumen dengan ekspresi tenang. 　　Di bawah tatapan penuh tekanan Yuan Gang, wajah pelatih itu langsung memucat. Bibirnya terkunci erat, lengan yang masih mengangkat hormat ala militer mulai gemetar halus. 　　Pelatih lainnya sepertinya juga menyadari suasana yang mencekam, tak ada yang berani menarik napas keras-keras. 　　"Mengapa?" Yuan Gang berbicara pelan. 　　Pelatih itu membuka mulutnya, suara seraknya terdengar: "Komandan, apa maksud Anda..." 　　"Li Yaoguang, masuk dinas tahun 1989. Aku ingat, dulu saat aku masih kapten, kau adalah prajurit di bawahku." Yuan Gang memanggil namanya dengan tenang. 　　"Komandan..." 　　"Mengapa?" 　　"..." Tubuh Li Yaoguang gemetar tak terkendali. Kepalanya menunduk, wajahnya sudah pucat pasi tanpa setetes darah. 　　"Li Yaoguang." Pelatih Hong yang berdiri di belakang tiba-tiba berbicara, dokumen di tangannya sudah terbuka, "Pada 14 November pukul 9:42 malam, kamera pengawas di Gerbang Tenggara merekam adegan kau menyelinap keluar dari kamp. Saat itu, mau ke mana?" 　　"Tanggal 26 November, saat prajurit baru keluar kamp untuk latihan ekstrem ketiga kalinya, kau menghilang dari pandangan selama dua jam. Di waktu itu, kau pergi ke mana lagi? Tanggal 7 Desember, rekening bank online orangtuamu menerima dua transfer misterius, satu 2 juta yuan dan satu lagi 3 juta yuan. Dari mana uang ini? Pada hari kamp diserang, kau pernah mengirim dua pesan terenkripsi via telepon satelit. Setengah menit kemudian, rekening bankmu bertambah lagi 3 juta yuan. Kau..." 　　"Jangan lanjutkan!" 　　Li Yaoguang tiba-tiba berteriak, seluruh tenaganya seolah terkuras habis, wajahnya pucat bagai kertas. Dengan tangan gemetar ia menutupi wajahnya, menangis histeris: 　　“Aku juga tidak mau... Aku tidak mau, mereka menahan orangtuaku di kampung halaman, aku...” 　　Yuan Gang menatap Li Yaoguang lama sekali, lalu mengalihkan pandangannya. Dengan tenang ia berkata: “Ucapan ini tidak perlu kau sampaikan padaku. Setelah tiba di Lembaga Putusan Penjaga Malam Kota Shangjing, pasti akan ada yang mempertanyakanmu... Jika tidak ada halangan, sisa hidupmu hanya akan kau habiskan di Lembaga Pertapaan.” 　　Saat semua orang masih belum pulih dari keterkejutannya, Yuan Gang kembali menyebut dua nama. 　　“Wang Gui, Wu Ruotong.” 　　Dua pelatih yang disebut namanya langsung gemetar, wajah mereka pun berubah muram. 　　“Tak kusangka, benar-benar tak kusangka... Di kamp pelatihan kecilku ini, ternyata mereka menyusupkan tiga mata-mata! Sungguh karya yang luar biasa!” 　　Yuan Gang mencemooh. 　　Pelatih lain langsung menoleh tajam ke arah mereka, tatapan penuh rasa tak percaya. Sementara Wang Gui dan Wu Ruotong saling bertukar pandang secepat kilat, lalu melompat bangkit! 　　Qiang——!! 　　Dua pisau pendek muncul di tangan mereka, menyambar seperti kilat menusuk tenggorokan Yuan Gang! 　　Gerakan mereka terlalu cepat, sampai pelatih lain tak sempat bereaksi. Begitu cepatnya hingga hanya menyisakan bayangan samar di udara! 　　“Yuan Gang mendengus dingin, cahaya keemasan meledak dari tubuhnya bagai dua palu raksasa yang menghantam dada Wang Gui dan Wu Ruotong hingga mereka terlempar ke belakang. 　　Tubuh mereka menghantam meja dan kursi di sekitarnya, membalikkan tumpukan alat makan hingga terdengar gemerincing. Dengan susah payah mereka bangkit sambil memuntahkan darah. 　　Yuan Gang menggenggam kedua tangan di belakang punggung, mendekati mereka dengan wajah tanpa ekspresi. Bola matanya sedingin jurang. 　　"Hehe..." Wang Gui meronta bangkit. Di tengah jarak kemampuan yang jauh, alih-alih putus asa, kegilaan justru menyala di matanya! 　　"Yuan Gang, orang dewasa [Bisikan] menyuruh kami membawakanmu hadiah..." 　　Mulut Wang Gui dan Wu Ruotong meregang dalam senyum mengerikan. Tubuh mereka tiba-tiba mengembang seperti balon udara, cahaya merah menyala-nyala menyembul dari dalam tubuh! 　　Alis Yuan Gang berkerut. Dengan kaki kanan yang menginjak lantai keras-keras, cahaya keemasan menjulang bagai lonceng raksasa menyelimuti kedua tubuh, memisahkan mereka sepenuhnya dari sekeliling. 　　Prak——!! 　　“【Ucapan Tak Jelas】？”Tubuh kedua orang itu meledak di bawah cahaya merah, daging dan darah yang tercabik-cabik menyiprat ke dinding lonceng emas. Dampak merah yang terlihat jelas bergemuruh di dalam lonceng, namun tak bisa menembus keluar. Akhirnya meledak ke arah vertikal, meledakkan sebuah parit bulat tak berdasar di lantai. 　　Melihat cahaya merah menghilang, Yuan Gang juga mengibaskan tangannya untuk menghapus riakan emas. Potongan daging berantakan mengalir turun di dinding parit, bau busuk menyengat memenuhi udara. 　　Wajah para pelatih di sekeliling langsung berubah. 　　“【Ucapan Tak Jelas】？”Pelatih Hong mengerutkan alis menatap pemandangan ini, berkata dengan suara berat, “Ternyata sudah dicuci otak... Kapan gereja Dewa Kuno ini melakukan aksinya?” 　　Yuan Gang memandangi daging di lantai, amarah membara muncul di matanya. Dadanya naik turun dengan hebat. 　　Dia mendengus dingin, berbalik dan berjalan keluar kantin. Sorot matanya mulai memancarkan kilau emas samar. Tekanan wibawa mengerikan meledak dari tubuhnya, menindih semua orang sampai sulit bernapas. 　　“Dagelan ini sudah berlangsung terlalu lama. Saatnya mengakhirinya...” 　　Dia melangkah keluar kantin, langkah demi langkah menuju pintu gerbang kamp pelatihan. Meski langkahnya tak cepat, tubuhnya meninggalkan bayangan samar di udara. 　　Dalam sekejap, siluet Yuan Gang menghilang dari pandangan semua orang. 　　Pelatih Hong menatap punggung Yuan Gang yang menjauh, bergumam: 　　“Komandan... sedang marah.” Chapter 0135 Mata Ular 　　【Kota Cangnan】，puncak menara sinyal. 　　Seorang【Wanita】dengan santai meletakkan【tangan】di【pagar】，【angin sepoi-sepoi】menerpa【rambut panjang】hitamnya yang bergelombang, memperlihatkan wajah【berlebihan】dan【memesona】，sepasang【pupil vertikal】【tidak beres】menatap【dunia】yang perlahan【siuman】dengan ekspresi setengah tertawa. 　　Bzzz... 　　【Getaran】【ponsel】menggema. 　　Dia【mengeluarkan】【ponsel】，【menerima telepon】，lalu berbicara dengan malas: 　　"Halo...？" 　　"Mata-mata di【kamp pelatihan】sudah【terbongkar】. Yuan Gang sudah keluar dari kamp. Waktumu tidak banyak," suara pria【penuh kedalaman】terdengar dari seberang. 　　"Aduh-aduh～" 【She Nu】menahan【dagu】dengan tangan satunya, berbicara perlahan: "Harus segera diselesaikan? Aku belum puas【Main】..." 　　"【She Nu】，kupikir perlu kuingatkan: Kedatanganmu ke【Cangnan】bukan untuk【Main】." Nada pria itu semakin【tegas】, "【Lin Qiye】adalah【agen】dual dewa pertama dalam sejarah. Jika kita tidak bisa merekrutnya ke【Gereja Dewa Kuno】, jangan biarkan dia tetap【hidup】. Kalau tidak, di【masa depan】kita akan menghadapi【lawan】yang lebih【kompleks】daripada【Wang Mian】." 　　"Wang Mian... Terakhir kali dia hampir【menebasku di pinggang】. Benar-benar【pria】yang tidak romantis di【dunia ini】." 【She Nu】menghela napas. 　　“Kamu masih anggota baru yang baru bergabung dengan Gereja Dewa Kuno, tingkat penguasaan juga belum tinggi. Saat kontak dengan Lin Qiye kali ini, utamakan untuk merekrutnya. Jika benar-benar tidak bisa direkrut, langsung perintahkan Han Shaoyun untuk bertindak dan pastikan dia dibunuh di tempat! Dengan kekuatan Han Shaoyun, di kota Cangnan ini hanya Yuan Gang yang bisa mengalahkannya secara langsung. Tapi nanti, akan ada yang membantumu menahan Yuan Gang.” 　　“Selain Han Shaoyun dan Yuan Gang, masih ada 'laut' yang bersembunyi di kota ini…” Bola mata Ular Perempuan menyipit perlahan. 　　“Benar, tapi dia tidak bisa menahan Yuan Gang terlalu lama. Waktumu tidak banyak.” 　　“Tahu～” Ular Perempuan pelan-pelan berdiri tegak dari pagar, melakukan peregangan. Sepasang mata ular dengan pupil vertikal menatap ke sebuah toko kecil di kejauhan, seolah teringat sesuatu yang menarik, sudut mulutnya melengkung membentuk senyuman aneh. 　　“Agen Dua Dewa… Kedengarannya seperti pria yang menarik.” 　　…… 　　Setelah menyapu salju, Lin Qiye berbalik masuk ke kantor pengacara. Dia mengangkat dua kotak hitam di sudut, setelah beberapa saat ragu, mengambil beberapa persiapan tahun baru dari meja dan memasukkannya ke saku. 　　“Mau pergi?” Chen Muye keluar dari dapur dan bertanya. 　　“Ya.” Lin Qiye mengangguk, “Ini sekalian untuk ucapkan selamat tahun baru.” 　　Ledakan di hotel kencan tadi masih terngiang di telinganya. Meski merasa si gemuk kecil takkan kenapa-kenapa, lebih baik dicek langsung. 　　Jika memang tak terjadi apa-apa, maka seperti yang dikatakannya tadi – sekalian mengucapkan selamat tahun baru. 　　“Tentu saja, ada hal yang lebih penting. Karena besok adalah hari terakhir liburan, orang-orang yang bersembunyi di balik layar pasti sudah tidak sabar. Aku bisa berkeliling lebih sering untuk menguji batas toleransi mereka.” 　　“Jika benar-benar muncul musuh yang terlalu kuat, Lin Qiye tidak takut. Cukup dengan melepaskan Nyx dan berkilau dalam gelap lalu kabur. Tapi kekuatan ilahi Nyx mudah memicu keributan Penjaga Malam. Kecuali dalam situasi darurat, dia tidak ingin menggunakan Nyx.” 　　Chen Muye tidak menghentikan Lin Qiye, hanya mengangguk lirih, “Ya, pergilah.” 　　Lin Qiye membawa kotak hitam dan persiapan tahun baru, melintasi restoran yang dipenuhi dengkuran, lalu mendorong pintu keluar. 　　Setelah kepergiannya, Wu Xiangnan yang terbaring seperti anjing mati di sofa perlahan membuka mata, bangkit dari sofa. Setelah saling pandang dengan Chen Muye, dia menampar untuk membangunkan Wen Qimo di sebelahnya. 　　“Ayo, bekerja.” 　　…… 　　Setelah meninggalkan Kantor Perdamaian, Lin Qiye langsung menuju ke arah penginapan para kekasih. 　　Jalanan yang sebelumnya ramai kini sepi. Ratusan toko dengan pajangan megah telah menutup rapat pintunya, hanya tersisa karakter '' yang masih baru terpampang. Para pekerja di dalamnya sudah merapikan segalanya dan pulang merayakan tahun baru. 　　Sesekali beberapa mobil melintas, mengguncang tumpukan salju di pinggir jalan. Lin Qiye yang membalut syal di lehernya membelok ke jalan kecil terpencil, membuat dunia sekelilingnya benar-benar sunyi senyap. 　　Ini adalah jejak kelam yang sudah berusia lama. Rumah-rumah di kedua sisinya rendah dan suram. Dinding yang dipenuhi lumut menyimpan jejak waktu. Batang pohon gundul di pinggir jalan bagai duri-duri coklat tua yang menjerit menusuk langit. 　　Hotel kencan tempat Bai Li Pangpang dan yang lain menginap tidak jauh dari Jembatan Perdamaian. Jalan kaki hanya memakan waktu belasan menit. Namun semakin jauh melangkah, tanpa alasan jelas, rasa tidak nyaman di hati Lin Qiye kian menjadi. 　　Tapi dari mana sumber kegelisahan ini, Lin Qiye tak bisa menjelaskan. 　　Akhirnya, dia memutuskan berhenti melangkah. 　　Di trotoar yang sunyi, Lin Qiye cemberut seolah meraba sesuatu. Setelah lama, dia berbalik memandang gedung rendah tak berpenghuni di sebelah kanan, lalu mengulurkan tangan untuk perlahan meraba dindingnya. 　　Dengan tangan yang masih basah oleh air salju, dia membersihkan debu dan lumut di dinding. Tak lama, retakan aneh muncul di permukaan dinding. 　　Retakan itu seperti terbentuk alami, membentuk setengah lingkaran memanjang. Di dalamnya, beberapa garis retak saling bersilangan. Sekilas tak ada yang istimewa, tapi bila diamati lebih teliti... 　　Pola ini menyerupai sebuah mata? 　　Mata ular yang lonjong, penuh aura jahat dan berlebihan. 　　“Ini adalah...” Alis Lin Qiye semakin berkerut, dia berjongkok dan menyapu salju di bawah kakinya dengan kotak hitam. Di trotoar tempatnya berdiri, entah sejak kapan telah dipenuhi mata ular aneh ini! 　　Mata-mata ular ini terbentuk dari garis-garis hitam, mirip arang atau noda alami. Ukurannya bervariasi, ada yang sebesar ibu jari hingga sebesar tutup got, bertebaran rapat di mana-mana. 　　Lin Qiye sepenuhnya mengerahkan kekuatan spiritualnya, wajahnya semakin tegang. 　　Ranting pepohonan di pinggir jalan yang saling bersilangan, dari sudut tertentu terlihat seperti kumpulan mata ular; 　　Salju yang disapu pekerja kebersihan di trotoar telah mencair sebagian, sisa-sisanya membentuk pola mata ular; 　　Pada dinding rumah-rumah tua di sekitarnya, mata-mata ular muncul secara misterius; 　　Bahkan matahari musim dingin di langit, tanpa disadari, telah berubah menjadi bentuk mata ular... 　　Seluruh jalan ini telah berubah menjadi dunia mata ular! 　　Lin Qiye akhirnya memahami sumber perasaan tidak nyamannya. 　　“Ini... area larangan?” Bola matanya berkilau keemasan, meletakkan persiapan tahun baru dan menggenggam erat kedua kotak hitam sambil waspada mengamati sekeliling. 　　Tiba-tiba, bayangan manusia muncul perlahan dari seberang trotoar. 　　"Itu seorang wanita, rambut hitam ikal yang terurai alami di bahunya, dalam hembusan angin seperti ular hitam yang meliuk-liuk, bergoyang dengan aura menyeramkan. Bola mata ular jahat itu menatap Lin Qiye dengan tenang." 　　"Sudut mulutnya sedikit terangkat, seolah sedang tersenyum." "Chapter 0136 Wanita Mesum" 　　"“Anggota Gereja Dewa Kuno?” Lin Qiye menatap Snake Woman sambil mengerutkan alis." 　　"Snake Woman mengamatinya seksama, menutup mulut sambil tertawa kecil, “Ternyata agen dwi-dewa yang terkenal itu tidak hanya punya nama besar, tapi juga tampan sekali…”" 　　"Lin Qiye tidak menghiraukan gombalannya, diam-diam mengerahkan kekuatan spiritualnya, bersiap untuk membuka Divine Ruins Kegelapan kapan saja." 　　"Jika tebakannya benar, sejak ia melangkah di jalan ini, tanpa sadar ia telah memasuki area larangan lawan. Dengan kombinasi mata ular yang bertebaran dan penampilan khas itu, identitas lawan sudah jelas." 　　"Dia adalah anggota Gereja Dewa Kuno yang sebelumnya menyerang pangkalan rudal, agen Medusa, dengan kode nama 【Snake Woman】." 　　"Rupanya kali ini, umpan benar-benar mendapatkan ikan besar…" 　　"“Kau datang untuk membunuhku?” Suara Lin Qiye terdengar datar." 　　“Bunuh kamu? Hehehe……” Ular wanita meliuk-liukkan pinggang ramping bak ular air, perlahan mendekati Lin Qiye, setiap senyum dan geraknya memancarkan pesona memikat, “Sebenarnya, awalnya aku tak berniat merekrutmu. Mereka yang tergila-gila pada agen dewa ganda sepertimu yang belum pernah terlihat sebelumnya, tapi aku tak peduli. Bagiku, menghancurkan seorang jenius sejak dalam buaian dengan tanganku sendiri adalah hal yang benar-benar memuaskanku... Tapi sekarang, aku ubah pendirian.” 　　Dia mendekati hadapan Lin Qiye, ujung lidah merah darahnya menjilati bibir, sepasang mata ularnya yang memikat melengkung seperti bulan sabit. Dengan lembut dia mengulurkan satu tangan, hendak mengusap pipi Lin Qiye: 　　“Wajah tampan seperti ini, sayang kalau sampai hancur……” 　　Qiang——!! 　　Saat tatapannya mulai berkabur, dua dentang pedang jernih bergema bersamaan! 　　Lin Qiye menggenggam pedang lurus yang meluncur dari kotak hitam, kilatan dingin di matanya berkelebat. Bilah biru muda itu menyambar tenggorokan ular wanita secepat kilat! 　　Bukan tanpa alasan Lin Qiye bisa menahan diri dari serangan wanita ini sampai sekarang. 　　Pengetahuan tentang area larangan ular wanita ini terbatas. Jika dari awal langsung bertindak gegabah, probabilitas keberhasilannya sangat rendah. Bagaimanapun, metode serangan jarak jauhnya terbatas, tanpa keyakinan membunuh pasti. Tapi kini si ular wanita sendiri yang mendekat, saatnya bertindak dengan efek mengejutkan. 　　“Dua kilat dingin menyambar dari kiri dan kanan secara bersamaan. Tepat saat pisau hendak menggesek tenggorokan Ular Betina, tubuhnya tiba-tiba memutar balik dan langsung menghilang di tempat.” 　　“Lin Qiye yang gagal menebas mengerutkan alisnya. Seketika ia berbalik dengan gesit dan menatap ke arah pohon besar di samping belakang.” 　　“Di atas batang pohon coklat tua yang berkelok seperti duri, Ular Betina sedang duduk sambil tersenyum. Pupil vertikal matanya sama sekali tidak menunjukkan kemarahan, malah dipenuhi kegembiraan yang aneh.” 　　“Di tangannya tergenggam belati tanpa gagang yang ia lempar-lempar lalu ditangkapnya dengan mantap, gerakannya santai namun elegan.” 　　“Kasar sekali...” Ujarnya sambil menopang dagu dengan tangan satunya, “Tidakkah kau mau mendengarkan penjelasanku?” 　　“Tidak tertarik.” 　　“Tipe CEO otoriter yang dingin ya... Hehehe.” Ular Betina menjilat bibirnya, sorot matanya mulai berkilau aneh, “Jadilah budakku, tunduk di bawah kakiku! Akan kuhancurkan tubuh dan harga dirimu dengan kaki mulia nan indah ini, sampai kau merasakan kenikmatan tertinggi! Ah~ Cuma membayangkannya saja... Aku sudah tak sabar!” 　　“Sorot mata Ular Betina semakin berapi-api. Bibir merahnya meregang lebar, tubuhnya menggeliat tak karuan, wajahnya memerah karena rangsangan aneh.” 　　“Lin Qiye menyipitkan bola matanya.” 　　“Wanita ini... Orang mesum?” 　　“Apa lagi yang kamu ragukan?” Perempuan Ular membuka lengannya, tubuhnya berayun perlahan dari batang pohon, kaki panjangnya seperti ekor ular yang mengait batang, lehernya terpuntir 180 derajat. Wajah menggoda itu muncul di sisi punggung, menatap Lin Qiye yang terbalik dengan mata berbinar, "Ini mimpi semua pria! Menjadi budakku, bukan hanya bisa memilikiku, menikmati kebahagiaan tiada tara, tapi juga bergabung dengan Gereja Dewa Kuno, menjadi dewa yang menguasai berjuta-juta manusia di era kegelapan! Lin Qiye... Lin Qiye... Nama yang indah! Sudah kubayangkan, aku akan menelanjangimu, menginjak kepalamu, meneriakkan namamu sesukaku! Ayo! Berlututlah di kakiku, cium jari-jari kakiku, jadilah hamba sa——" 　　Su——!! 　　Kilatan pedang yang gesit menyambar, tubuh Perempuan Ular yang sedang histeris kembali menghilang. Pisau itu menyayat udara, mengeluarkan dengungan halus. 　　Lin Qiye dengan wajah muram memegang pedang lurus, berbalik memandang ke belakangnya. 　　Perempuan Ular berdiri beberapa meter darinya, kemerahan di wajahnya berangsur memudar, ekspresinya semakin dingin. 　　"Kamu... tetap menolakku?" 　　"Bukan cuma menolak..." Lin Qiye menggenggam pedang, berkata datar, "Aku juga akan membunuhmu." 　　Wajah Perempuan Ular menjadi gelap, pupil vertikal matanya menyala dingin. Setelah beberapa saat, senyuman mengerikan mengembang di sudut mulutnya. 　　“Kalau begitu, Matilah kau！！！” 　　Begitu suara itu berakhir, seluruh pola mata ular di jalanan tiba-tiba memancarkan cahaya merah yang menyelimuti segala sesuatu di sekitar. Sinar matahari di langit telah menghilang, digantikan oleh cahaya merah tak beres yang menyelubungi langit dan bumi. 　　Bola mata Ular Betina memancarkan kilau hitam jahat. Rambut hitam yang terurai di bahunya seolah hidup kembali, semakin tebal dan panjang, bergerak liar seperti ular piton hitam di tengah dunia berdarah! 　　Bersamaan dengan itu, kegelapan murni menyebar dari Lin Qiye ke sekelilingnya, perlahan menggerogoti jalanan bermata ular berwarna darah ini. 　　Area larangan Ular Betina terlalu tidak beres. Jika Lin Qiye tidak segera membuka Divine Ruins-nya di medan tempur lawan ini, dia akan sepenuhnya kehilangan inisiatif. Meskipun radius Divine Ruins Kegelapan tidak seluas jalanan bermata ular ini, setidaknya ini adalah wilayah kekuasaannya sendiri. 　　Di jalanan merah itu, sebuah dunia hitam tertanam tak selaras di tengahnya. 　　Tubuh Ular Betina tiba-tiba menghilang. Lin Qiye yang seolah meramal masa depan langsung berputar, menghindari pisau tak bergagang yang nyaris menembus jantungnya! 　　"Teleportasi?" 　　“Dua karakter ini terlintas di hati Lin Qiye, wanita ular telah tiga kali berturut-turut menghilang tanpa alasan, lalu muncul tiba-tiba. Jika bukan karena Lin Qiye memiliki kekuatan spiritual yang selalu memantau kondisi sekitar, ditambah bonus kecepatan dari Penari Malam Berbintang, pasti saat ini dia sudah terkena serangan.” 　　“Dua bilah pedang lurus bersilangan, menebas secepat kilat. Pisau tanpa pegangan di tangan wanita ular berputar lirih di telapak tangannya, mengunci mati serangan kedua pedang itu.” 　　“Cahaya malam muncul di mata Lin Qiye, lalu alisnya segera berkerut.” 　　“Dia mencoba menggunakan Erosi Kegelapan untuk mengontrol pisau tanpa pegangan di tangan wanita ular itu, tapi sama sekali tidak bisa merasukinya. Benda itu seperti isolator kegelapan, tak peduli sekeras apa usaha Lin Qiye, tetap tak bisa dikendalikan.” 　　“Taring Ular?” 　　“Kekuatan spiritual Lin Qiye menyapu teliti pisau tanpa pegangan itu, akhirnya mengenali wujud aslinya.” 　　“Ini pasti sebuah Jinxu, benda yang hanya dimiliki agen Medusa!” 　　“Pedang dan taring bertabrakan, tubuh kedua orang itu saling mendekati ekstrim. Di saat itu, leher wanita ular terpelintir dengan sudut tak wajar, menoleh ke hadapan Lin Qiye.” 　　“Kilau hitam pekar menyembur dari kedua bola matanya!” 　　“Kemarilah... lihat mataku.” “Chapter 0137 Pertarungan dengan Wanita Ular” 　　“Lihat matamu?” 　　“Aku sakit jiwa apa melihat matamu?” 　　“Tanpa basa-basi, Lin Qiye langsung menutup matanya.” 　　Medusa sebagai makhluk mitos yang sangat terkenal, Lin Qiye tentu mengetahuinya. Meski tidak tahu seberapa banyak kemampuan "melotot bisa mengubah orang jadi batu" yang diwarisi Snake Woman sebagai agennya, berhati-hati tetap lebih baik. 　　Asalkan menghindari tatapan langsung dengannya, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. 　　Bertarung dengan menutup mata mungkin sangat sulit bagi orang lain, tapi bagi Lin Qiye sama sekali tidak masalah. Dengan 【Ranah Dewa Fana】, dia sudah lama tidak membutuhkan mata untuk memperoleh informasi. 　　Snake Woman：…… 　　Melihat salah satu jurus andalannya gagal total, Snake Woman tak bisa menahan kekesalan. Rambut hitamnya yang berubah menjadi ular hitam mendesis keras, menyerbu Lin Qiye dari segala arah. 　　Lin Qiye menangkis pedang tak berhulu milik Snake Woman sambil mundur cepat. Ular-ular hitam itu menggelembung dengan cepat setelah meninggalkan radius tubuhnya, masing-masing sebesar ember, hanya dengan sedikit gesekan saja sudah mampu mematahkan pohon besar di samping. 　　Menghadapi serbuan ular hitam raksasa yang datang bergerombol, tubuh Lin Qiye bagai daun kering dihembus angin. Setiap kali bisa menghindar dengan tepat dari sergapan mulut ular, dalam beberapa tarikan napas saja sudah mundur puluhan meter. 　　Ekspresinya semakin tegang. 　　Cara bertarung Snake Woman banyak dan tidak beres: teleportasi yang muncul seperti hantu, mata ular yang bisa membatu, Jinxu taring ular dengan efek misterius, serta rambut hitamnya yang berubah menjadi ular-ular... 　　Untungnya tingkat ketinggiannya sendiri tidak terlalu tinggi. Dari intensitas kekuatan spiritual, seharusnya sama dengan dirinya di tingkat "Kolam". Tapi sama-sama di "Kolam", mengapa radius area larangannya bisa seluas seluruh jalan? 　　Secara umum, radius area larangan berhubungan dengan kapasitas individu. Semakin kuat kekuatannya, semakin kecil radius area larangan. Setelah memasuki tingkat "Kolam", 【Ranah Dewa Fana】 Lin Qiye memiliki radius 100 meter, sedangkan 【Divine Ruins】 hanya 50 meter. 　　Tapi area larangan tidak beres milik Snake Woman ini radiusnya setidaknya 300 meter. Apa sebenarnya fungsi area larangan ini? 　　Saat Lin Qiye sedang berpikir, siluet Snake Woman kembali menghilang. Sekejap mata dia sudah muncul di dinding tua di sampingnya. Kaki panjangnya mengencang, menendang keras dinding, seluruh tubuhnya melesat seperti anak panah ke arah Lin Qiye! 　　Cira——!! 　　Pedang lurus dan taring ular bertabrakan tanpa gerakan sia-sia, mengeluarkan suara gesekan menusuk. Bola mata Lin Qiye yang tertutup rapat mulai menghitam. Batang pohon setengah yang roboh di samping langsung terangkat ke udara dan meluncur ke Snake Woman! 　　Batang pohon tajam seperti tombak-tombak panjang mengacak-acak rambut ular di bahu Snake Woman sekaligus mendorong tubuhnya di langit-langit keluar dari lintasan semula. Pedang lurus kedua di tangan Lin Qiye langsung menghantam! 　　Su——! 　　Kilauan pedang menyambar, tubuh Wanita Ular bergerak seperti ular air menghindar dengan postur tidak wajar, namun helai rambut ular di bahunya terpotong menjadi serpihan yang beterbangan, perlahan jatuh ke tanah. 　　Wanita Ular melompat lagi dengan mantap, mendarat di puncak pohon besar lain, melilit batang pohon seperti ular air. 　　Lin Qiye menutup mata, sedikit memiringkan kepala, menyapu area tempat Wanita Ular tiba-tiba muncul dengan kekuatan spiritual, seolah tersirat pemahaman, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya. 　　Dia paham. 　　“Cari mati！” 　　Ujung jari Wanita Ular menyentuh rambut hitam yang terpotong, pupil matanya menyempit penuh niat membunuh, pisau tanpa gagang di telapak tangan berputar setengah lingkaran, tubuhnya kembali menghilang. 　　Saat bayangannya mulai memudar, Lin Qiye membalikkan genggaman pedang lurusnya, tiba-tiba menusuk udara di belakangnya！ 　　Seketika, sosok Wanita Ular muncul otomatis di depan mata pedang！ 　　Ding——！ 　　Desahan halus terdengar, bayangan sisik ular muncul di dada Wanita Ular menahan sebagian besar tenaga pedang, namun ujung pedang tetap merobek sisik dan menusuk ringan tubuhnya！ 　　Pupil Wanita Ular menyempit tajam. 　　Tanpa sempat berpikir, tubuhnya kembali menghilang, sekejap mata sudah berada di atap rumah rendah puluhan meter jauhnya. 　　Dia menutupi luka pisau di dadanya, sepasang bola mata ular menatap tajam ke arah Lin Qiye, mata itu dipenuhi api kemarahan. 　　"Kamu..." 　　Lin Qiye membawa pisau, kedua matanya terkatup rapat. Dengan gelapnya malam menyelimuti sekujur tubuhnya, dia melangkah mendekati wanita ular tanpa terburu-buru. 　　"Awalnya, kukira mata-mata ular aneh di jalanan ini hanyalah trikmu untuk menakut-nakuti... Baru tadi kusadari, mereka adalah kemampuanmu itu sendiri. Mata ular di lantai, mata ular dalam genangan salju, mata ular dari susunan ranting, mata ular di retakan dinding... Teleportasimu bukanlah penempatan titik sembarangan. Kau hanya bisa muncul di tempat-tempat dimana mata ular ini berada. Asalkan kita tahu ini, ancaman yang kau bawa akan jauh berkurang." 　　Lin Qiye mendekati rumah rendah tempat wanita ular berada, terus berkata dengan tenang: 　　"Kuduga, 'area larangan'-mu... Ah, seharusnya kukatakan Divine Ruins, salah satu kemampuannya adalah memanfaatkan segala yang 'logis' dalam radius jangkauan untuk menciptakan pola mata ular, lalu menggunakan mata-mata ini untuk berpindah tempat secara spesifik, membuat ilusi 'teleportasi'. Setidaknya di tingkatanmu sekarang, Divine Ruins ini hanya memiliki kekuatan selevel ini. Setelah mengungkap rahasia 'teleportasi'-mu, hanya dengan rambut panjang yang bisa berubah menjadi ular hitam itu, ditambah teknik bertarung alakadarnya, kau sama sekali bukan tandinganku. Adapun mata ular petrifikasi-mu..." 　　"Mata Lin Qiye perlahan terbuka, bola mata kiri membara seperti api, bola mata kanan hitam pekat bagai tinta. Dua aura wibawa ilahi yang berbeda menyebar dari tubuhnya." 　　"Kebakaran dan kegelapan, dua wibawa ilahi ini mencapai keseimbangan aneh pada dirinya." 　　"Kau boleh mencoba. Setelah kita saling tatap, apakah aku yang membatu duluan... atau kau yang mati duluan?" 　　"Sepasang mata yang terang dan gelap itu menatap tajam ke arah wanita ular. Wibawa tiga dewa bertabrakan dalam sekejap mata!" 　　"Hah——!" 　　"Hanya sekejap, mental wanita ular seakan disobek paksa oleh dua wibawa ilahi itu. Kesakitan luar biasa, dia muntah darah dengan wajah pucat pasi!" 　　"Aaaaaaah!!" 　　"Dia membungkuk kesakitan, kedua tangan menutupi mata. Dua aliran darah mengalir dari celah jarinya." 　　"Wibawa ilahi di mata Lin Qiye memudar. Dia menunduk melihat lengannya, bercak abu-abu mulai muncul di permukaan kulit. Jarinya mengusap pelan, sudah tak ada sensasi." 　　"Inikah mata pembatu..." 　　"Meski mengerikan, dengan tingkat wanita ular sekarang, untuk membatukan Lin Qiye sesama 'Tingkat Kolam' setidaknya butuh 10 detik tatapan. Di bawah tekanan wibawa ganda Lin Qiye, bertahan 5 detik saja sudah prestasi." 　　Memanfaatkan saat Ular Perempuan masih pingsan akibat wibawa ilahinya, kegelapan di sekujur tubuh Lin Qiye semakin pekat. Dengan ujung kaki menyentuh lantai perlahan, tubuhnya melayang seperti hantu dan mendarat di atap tempat Ular Perempuan berada. 　　Tubuhnya berayun, pedang lurus di tangannya menyambar leher Ular Perempuan secepat kilat! 　　Saat ini, Ular Perempuan sudah terjatuh berlutut kesakitan. Dari sudut matanya, dia bisa melihat gerakan Lin Qiye, namun tubuhnya tak mampu mengimbangi. Mata ularnya memancarkan kebencian yang membara! 　　Dang——! 　　Tepat saat pedang lurus itu hendak memenggal kepala Ular Perempuan, sebuah tombak perak menyangga serangan Lin Qiye. 　　Lin Qiye mengerutkan alis. Yang datang adalah seorang pria berusia sekitar 30 tahun. 　　Dengan getaran halus, tombak itu membuatnya terdorong mundur beberapa langkah, darah berdesir di tenggorokan, dan sudut mulutnya mengucurkan sedikit darah. 　　"Halo." Pria itu berdiri di hadapan Ular Perempuan, membawa tombak di punggung, menatap tenang ke arah Lin Qiye. "Saya Han Shaoyun, Kursi Ketiga Belas dari 【Jemaat】." Chapter 0138 Siapa yang... Cari Mati? 　　Jemaat? 　　Lin Qiye menjaga keseimbangan, hatinya sudah mulai ciut. 　　Hanya dari satu serangan tombak tadi, Lin Qiye langsung menyadari jurang perbedaan di antara mereka. Pria di hadapannya ini jelas-jelas berada di puncak level "Chuan", bahkan mungkin sudah mencapai level "Hai". 　　"Perbedaan kekuatan yang begitu timpang, ditambah dengan identitas 【jemaat】 dari pihak lawan, situasi Lin Qiye langsung menjadi sangat berbahaya. Status mangsa dan pemburu kembali bertukar. 　　Wanita Ular berdiri di belakang Han Shaoyun, akhirnya pulih dari bayangan gelap yang ditimbulkan oleh dua wibawa ilahi. Sepasang mata ularnya membekukan tulang. 　　"Kamu pergi saja." Han Shaoyun menoleh memandang Wanita Ular, berbicara dengan datar. 　　Wanita Ular mengangguk halus, melirik Lin Qiye untuk terakhir kali, mendengus dingin, lalu kembali melakukan teleportasi mata ular. Tubuhnya menghilang dari jangkauan persepsi Lin Qiye. 　　Sepeninggal Wanita Ular, cahaya merah yang menyelimuti seluruh jalan perlahan memudar. Pola mata ular yang tersebar seolah tak pernah ada. Jejak di tanah, ranting-ranting yang bersilangan, retakan di dinding... 　　Setelah Divine Ruins Wanita Ular menghilang, semua mata ular yang tercipta karena "rasionalitas" ini akhirnya kembali ke bentuk aslinya. 　　Tekanan Divine Ruins di hati Lin Qiye telah lenyap, tapi kegelisahan dalam hatinya sama sekali tidak berkurang. Dia tahu, pria yang terlihat sopan dan polos seperti anak kecil ini, jauh lebih menakutkan daripada Wanita Ular yang kabur. 　　"Kamu juga datang untuk merekrutku?" 　　Sambil berbicara, Lin Qiye menyelami kesadarannya ke dalam rumah sakit jiwa di pikirannya. 　　Menghadapi musuh level ini, Lin Qiye sama sekali tidak punya peluang menang. Sekarang hanya tersisa satu jalan di hadapannya... 　　Memanggil Nyx! 　　"Namun, wujud dewa Nyx sudah rusak, tingkat kemampuan tempur yang tersisa masih belum jelas. Melawan pria di hadapannya ini, belum tentu bisa menang. Jadi, pilihan terbaik adalah langsung kabur menggunakan kilatan gelapnya malam." 　　"Jika tebakannya tidak salah, selain [Gadis Ular] yang baru saja melarikan diri, pria di hadapannya ini seharusnya menjadi titik kunci dalam serangan kali ini." 　　"Berhasil memukul mundur [Gadis Ular] dan memancing ikan besar ini muncul, dia sudah untung besar." 　　"Sangat disayangkan, aku bukan datang untuk merekrutmu." Han Shaoyun menggelengkan kepala pelan, tombak panjangnya dicampakkan, pusaran angin dahsyat meledak dari tubuhnya. "Aku datang untuk membunuhmu." 　　Alis Lin Qiye berkerut. Bersamaan dengan itu, dia sudah berhasil berkomunikasi dengan Nyx di rumah sakit jiwa. Tepat saat akan memanggilnya, perubahan mendadak terjadi! 　　Getaran samar menyebar dari tiga arah. Langit seolah tertutup kain tak kasat mata, ruang di sekitarnya berombak halus, lalu kembali tenang seperti tak terjadi apa-apa... 　　"Ini..." Lin Qiye yang menyaksikan ini seakan teringat sesuatu, cahaya hidup muncul di bola matanya. 　　Han Shaoyun mendongak memandang langit, alisnya berkerut halus. 　　"'Penjaga Malam', [Wilayah Tanpa Batas]..." 　　Dalam badai salju, di ujung jalan yang lain, enam siluet berbaju jubah merah tua menginjak salju, berjalan perlahan melewati jalanan yang sepi. Angin sepoi-sepoi menerpa, menerbangkan tudung kepala orang yang berjalan di depan. Kapten Chen Muye mengangkat kepala, pandangannya yang tajam tertuju pada Han Shaoyun. Kedua tangannya menyentuh gagang pedang di pinggangnya... 　　Dalam desiran angin, suaranya terdengar jelas dan penuh kedalaman: 　　“——Seluruh anggota Tim 136 hadir di sini, siapa yang... cari mati?” 　　…… 　　Duum——!! 　　Di atas kanal yang membeku, sebuah bayangan hitam jatuh bagai peluru meriam, menghancurkan lapisan es di permukaan sungai, dan langsung tercebur ke dalam air kanal yang dingin. 　　Di langit-langit, dua sosok lagi melesat keluar. Satu tubuhnya diselimuti api, satu lagi menginjak angin kencang, bersama-sama menerjang pria di tengah. 　　Api yang bercampur angin membentuk pusaran, menyelimuti pria tersebut. Seketika, kilatan cahaya hitam merekah dari dalam, langsung menyobek pusaran api! 　　Pria itu tersenyum lebar, tubuhnya sekejap muncul di depan Sang Pembawa Api. Cahaya hitam melingkupi telapak tangannya, sekali lagi ia menampar, menghantam lawannya hingga terlempar ke dalam kanal. 　　Dari kejauhan, Bai Li Pangpang yang mengendap-endup di sudut menelan ludah gugup. 　　"Tim bodyguardmu sepertinya akan kalah." Cao Yuan memeluk pedangnya, berkata dengan suara lembut. 　　“Cih cih cih! Tutup mulut sialmu itu!” Bai Li Pangpang kaget, memeluk erat mulut Cao Yuan sambil menggerutu pelan, "Sialan, dari mana munculnya orang gila tingkat 'laut' ini, nekad mengejar-ngejar ingin membunuhku? Empat Jinxu bersatu pun hanya bisa bertarung ala kadarnya dengan tingkat 'laut'. Kalau dia terus nekat bertarung begini, keempat Jinxu dan kita semua bakal hancur!" 　　Shen Qingzhu yang mendengar ini merenung sejenak, "Bagaimana kalau... kita lunasi dulu utang dua hari ini?" 　　“……” 　　Wuah——! 　　Seekor naga air raksasa menerobos keluar dari kanal yang membeku. Si Pengendali Air mengernyitkan alis, satu tangannya menopang Pengendali Api yang terluka parah, mendarat mantap di daratan sebelah. 　　Pria itu menunduk mencemooh, di langit-langit dia berpindah arah, seluruh tubuhnya diselubungi cahaya hitam pekat, menerjang keras-keras ke arah tanah tempat kedua orang itu berdiri. 　　Bersamaan, tanah seolah hidup kembali, menghempaskan gelombang pasir dan batu raksasa yang menerjang ke arah pria itu! 　　Pria itu seperti peluru menerobos gelombang, sorot matanya tajam menyala, satu tangan mencekik leher Pengendali Tanah yang bersembunyi di balik pasir, memutarnya setengah lingkaran di udara sebelum melemparkannya ke tanah hingga membentuk lubang besar! 　　Debu beterbangan di mana-mana. 　　Pria itu melangkah pelan menembus kepulan debu, langsung menuju tempat persembunyian Bai Li Pangpang. Belum beberapa langkah, tiga siluet yang babak belur sudah menghadang di depannya. 　　“Pembawa Api yang sudah terluka parah, Pembawa Angin, dan Pembawa Air... Sedangkan Pembawa Tanah, setelah serangan tadi, sudah sepenuhnya koma。” 　　“Pembawa Jinxu keluarga Baili, ternyata cuma segini.” Pria itu mencemooh, “Sudah terluka sampai begini, kalian masih mau menghalangi aku?” 　　Tiga Pembawa Jinxu diam, tapi operasi mereka sudah menunjukkan tekad. 　　“Baik, baik...” Cahaya hitam muncul kembali di telapak tangan pria itu, langkah demi langkah mendekati trio. 　　“Tunggu! Tunggu! Ksatria tolong tunggu!” 　　Tiba-tiba, siluet gemuk tertatih-tatih berlari keluar, berdiri di hadapan tiga Pembawa Jinxu. 　　“Ksatria, beri tahu aku, berapa uang yang dibayarkan orang yang menyewamu? Keluarga Baili akan bayar dua kali lipat... Tidak, kami bayar tiga kali lipat!” Wajah Bai Li Pangpang pucat pasi, mengacungkan tiga jari, berkata serius. 　　“Uang?” Pria itu mencemooh, “Kau pikir, aku ini orang yang kekurangan uang?” 　　“Kalau begitu...” 　　Pria itu hendak berbicara, tiba-tiba seluruh tubuhnya gemetar, memandang ke belakang. 　　Tanpa disadari, seorang pria paruh baya berpakaian seragam militer telah berdiri di sana, aura otoriternya menindih seluruh ruangan. 　　Pandangannya tenang, bagai kolam dalam, tapi juga seperti gunung berapi yang siap meledak! 　　Dia adalah Komandan kamp pelatihan, sekaligus Wakil Kapten Penjaga Malam di Shangjing - Yuan Gang! 　　“Hehe, akhirnya kau datang.” Pria itu melihat Yuan Gang, menunjukkan ekspresi kemenangan konspirasi. 　　“Kamu begitu semena-mena menyebarkan aura 'laut', bahkan tak segan mengorbankan nyawa untuk memburu Baili Tumeng, hanya untuk memancingku datang?” Mata Yuan Gang menyipit tipis. 　　“Memang kenapa kalau begitu?” Pria itu menyeringai, “Sejak kamu datang ke sini, dalam waktu dekat pasti tidak bisa pergi...” 　　“Lalu, kalian punya kesempatan mengirim 'laut' lain untuk membunuh Lin Qiye?” Yuan Gang mencemooh, tatapannya pada pria itu memancarkan penghinaan, “Berdasar apa kalian pikir di Kota Cangnan ini, yang bisa membunuh 'laut'... cuma aku Yuan Gang sendirian?” Chapter 0139 Angin Salju Han Shaoyun 　　“Tim 'Penjaga Malam' yang berjaga di Cangnan...” Pandangan Han Shaoyun menyapu kerumunan orang, lalu menggeleng, “Tim penjaga kota tingkat tiga takkan bisa berbuat apa-apa padaku.” 　　Dalam sistem satu tim per kota 'Penjaga Malam', semakin penting kota besar yang dijaga, kekuatan rata-rata tim yang dikirim semakin kuat. Contohnya tim No.006 yang menjaga ibukota Shangjing, berkumpul para petarung super berlevel 'laut', kekuatannya bahkan melampaui sebagian tim khusus, benar-benar pasukan truf sejati! 　　Sebagai kota tingkat tiga biasa, kekuatan tim 'Penjaga Malam' di Cangnan pasti terbatas. Kota selevel ini jumlahnya tak terhitung di seluruh negeri. Cangnan masih termasuk bagus, kalau di kota lain yang lebih terpencil, satu tim 'Penjaga Malam' mungkin bahkan tak punya satu pun petarung level 'Chuan'. 　　Di sebuah kota seperti ini, selama tidak ada tim khusus yang datang membantu, umumnya, tingkat "laut" sudah bisa Berjalan Melintang. 　　Tapi, dilihat dari skala nasional, para petarung tingkat "laut" jumlahnya terbatas. Siapa yang menganggur sampai mencari kota tingkat tiga untuk menguasai seperti raja? Kalaupun ada yang melakukannya, dalam dua hari pasti ada tim khusus yang datang mengajarinya arti menjadi manusia. 　　Begitu Lin Qiye melihat anggota Tim 136, pertama-tama ia terkejut senang, lalu terjerumus dalam kekhawatiran... 　　Kalau hanya dia sendirian, mungkin masih bisa kabur dengan siasat malam Nyx. Tapi sekarang datang sebanyak ini orang, bagaimana caranya lari? 　　Jangan-jangan harus meninggalkan mereka, pergi sendiri? 　　Sama sekali tidak mungkin. 　　Setelah sekian lama hidup rukun, di hati Lin Qiye, anggota Tim 136 sudah bukan sekadar rekan seperjuangan. Mungkin seperti kata Leng Xuan, tempat ini... sudah menjadi rumah keduanya. 　　Dia takkan meninggalkan keluarganya sendiri. 　　Lin Qiye menarik napas dalam-dalam, diam-diam meremas erat gagang pedang di tangannya. Sorot mata yang teguh muncul di matanya. 　　Di jalan di bawah, Hongying membuka kerudung merah tuanya, sepasang mata berbinar menatap Lin Qiye sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangan dan melambai gembira, "Adik Qiye~ Kami datang menyelamatkanmu!" 　　Melihat Hongying masih bisa tertawa tanpa perasaan dalam situasi seperti ini, sudut mulut Lin Qiye sedikit terangkat, "Dasar bodoh..." 　　“Postur tubuhnya tiba-tiba terjengkang ke belakang, merambat di ambang atap gedung, lalu saat hampir menghantam lantai, ujung kakinya menyentuh lembut, tubuhnya berkedip laksana hantu dan sekejap berdiri di samping semua orang.” 　　“Han Shaoyun memegang tombak panjang, diam-diam menatap pemandangan ini tanpa gerakan.” 　　“Lin Qiye berdiri di sisi Chen Muye, menggenggam sepasang pisau, melirik Han Shaoyun yang kokoh berdiri, lalu berkata tenang:” 　　“Kapten, itu Tingkat 'Laut'...” 　　“Chen Muye mengangguk, "Aku tahu."” 　　“Bisakah kita mengalahkannya?” 　　“Coba saja.” 　　“Baik.” 　　“Mendengar ucapan Chen Muye, Han Shaoyun yang berdiri di atap gedung kembali menggelengkan kepala, berkata tenang:” 　　“Hanya dengan dua Tingkat 'Chuan', empat Tingkat 'Kolam', plus seorang orang biasa... Kalian takkan menang melawanku. Tak perlu berkorban sia-sia.” 　　“Aku mengenalmu.” Chen Muye tiba-tiba bersuara, “Kau Han Shaoyun, mantan kapten Tim Penjaga Malam Suzhou.” 　　“Han Shaoyun terdiam sejenak, "Lalu kenapa?"” 　　“Kau juga pernah jadi kapten. Mengapa sekarang rela jadi anjing Gereja Dewa Kuno?” Chen Muye menyipitkan bola matanya. 　　“Kau tak mengerti.” Han Shaoyun perlahan menutup mata, menghindari tatapan Chen Muye, suaranya berat dan serak, “Saat kau menyaksikan sendiri anak buahmu mati satu persatu di hadapanmu... mungkin kau akan pilihanku.” 　　“Chen Muye mengerutkan alis hendak berbicara, tapi Han Shaoyun kembali bersuara:” 　　“Saya ingatkan kalian sekali lagi, target saya kali ini hanya pemuda itu seorang diri. Kalian pergi sekarang, aku tidak akan membuat kalian bingung, jangan lakukan pengorbanan yang sia-sia.” 　　Chen Muye tidak berbicara. 　　Dia tidak perlu berbicara. 　　Karena semua orang akan tahu pilihannya. 　　Tangan Leng Xuan mengelus lembut di belakang pinggang, kilau perak berkedip, sebuah granat besar terangkat di bahunya. Dalam sekejap mata, dia membidik Han Shaoyun di atas gedung dan menarik pelatuk! 　　Swoosh——! 　　Sebuah granat melesat dari bahu Leng Xuan, meninggalkan jejak api putih di belakangnya. Dalam sekejap, granat itu sampai di depan Han Shaoyun yang segera mengerutkan alisnya. Tombak panjang di tangannya meraung kencang! 　　Dor!!! 　　Sorot api yang menyilaukan meledak di depan Han Shaoyun. Gelombang ledakan dahsyat yang hendak menerpanya tiba-tiba dihalau oleh angin puting beliung yang berpusat di tubuhnya, menerbangkan salju di atap gedung dan dengan pasrah meledakkan semua ledakan! 　　Hampir bersamaan, tombak merah berumbai meluncur dari kotak hitam di punggung Hongying. Dengan gerakan memutar, dia menggenggam erat tombak itu. Nyala merah muda menyala-nyala dari tubuhnya saat dia menendang lantai sekuat tenaga, meninggalkan bayangan samar berwarna merah delima saat menerjang Han Shaoyun. 　　Debu ledakan masih beterbangan di antara badai salju ketika tiba-tiba... kilatan tombak merah darah menyambar! 　　“Han Shaoyun dengan gesit menghindari ujung tombak, badannya dikepung badai salju yang menari-nari di ujung tombak panjang, tiba-tiba menyapu melintang, menebas pinggang Hong Ying!” 　　“Saat tombak panjang hendak menghunjam, sosok Hong Ying di mata Han Shaoyun berubah menjadi wanita berbusana hijau sekitar 30 tahun, rambut panjang berkibar, mata penuh senyum lembut bagai air…” 　　Pupil Han Shaoyun tiba-tiba menyempit, tombak panjangnya terhenti di langit-langit seketika. 　　“Qingqing…” Matanya berkabur, lalu kewaspadaan kembali menyelimuti pikirannya, “Tidak… Ilusi spiritual dari area larangan?” 　　Di jalan, Wen Qimo menyilangkan sepuluh jarinya membentuk gestur aneh, menatap Han Shaoyun di atas gedung dengan sorot mata berkilau tak biasa. 　　Han Shaoyun menggunakan kekuatan spiritualnya yang bergelora untuk menahan ilusi, sosok wanita hijau di matanya telah menghilang, kembali menjadi wujud Hong Ying. 　　Wen Qimo mendengus, keringat dingin mengkilat di dahinya. 　　Di detik yang tertunda ini, Hong Ying telah mengarahkan ujung tombak menyala-nyala bagai api, menusuk tepat ke pelipis Han Shaoyun! 　　Pupil Han Shaoyun berkedut, “Hmph!” Kaki kanannya menghentak lantai, lingkaran salju ganas meledak dari tubuhnya, melempar Hong Ying beserta tombaknya, sementara gedung tua di bawahnya runtuh berdebum! 　　“Figur Han Shaoyun mendarat dengan mantap di hamparan salju, tombak panjangnya menunjuk ke tanah, angin kencang menyibakkan debu yang beterbangan, dia melangkah keluar perlahan...” 　　“Dia berdiri tegap di seberang jalan, mata sedikit menyipit memandang Wen Qimo yang wajahnya terlihat pucat.” 　　“Urutan Ruang Terlarang 180, [Ikatan Hati Iblis]...” 　　Wen Qimo meluruskan posturnya, terkekeh kecil, “Bukan kemampuan terlarang yang hebat, tapi sepertinya cukup efektif untuk orang sepertimu yang dihantui iblis hati...” 　　“Benarkah?” 　　Han Shaoyun berkata dengan tenang, tombak di tangannya terangkat perlahan. Di hamparan salju luas, pusaran angin tiba-tiba bermunculan, menggulung timbunan salju yang beterbangan ke langit, mengaburkan pandangan! 　　Sepuluh li sekitaran, badai salju mengamuk! 　　“Urutan Ruang Terlarang 079, [Bencana Angin Besar].” Chapter 0140 Hei Wuchang 　　Angin kencang membawa hempasan salju memenuhi setiap sudut, pepohonan di kedua sisi jalan telah tercabut akarnya, beterbangan tak beraturan di udara. 　　Tak hanya itu, batu bata, lampu jalan, sepeda, papan iklan... puluhan benda terbang tertiup angin bagai pakaian dalam mesin cuci berputar, berguling-guling kencang di dunia badai salju ini. 　　Dalam radius sepuluh li, seolah kiamat telah tiba. 　　Andai Tim 136 tidak memasang [Ruang Tanpa Batas] skala besar di sekeliling sebelumnya, pasti banyak korban tak bersalah akan terseret masuk dan tewas mengenaskan. Di saat seperti inilah peran vital [Ruang Tanpa Batas] terbukti. 　　“Di bawah kain tak kasat mata ruang ini, sepanas apa pun pertempuran berlangsung, tidak akan memberi pengaruh sedikit pun pada dunia luar.” 　　Lin Qiye menancapkan pedang lurus di tangannya ke lantai untuk mempertahankan keseimbangan tubuh agar tidak tertiup angin kencang. Di hadapannya terhampar putih membingungkan, dalam badai salju seperti ini sudah sangat sulit melihat kondisi sekitar dengan jelas. 　　“Inikah Forbidden Ruins Risiko Super Tinggi level 'Laut'? Terlalu mengerikan...” Alis Lin Qiye berkerut rapat. 　　Dalam persepsi mentalnya, anggota Tim 136 di sekeliling juga terjebak dalam badai salju ini. Syukurlah tidak ada yang tertiup angin, semua masih bertahan di tempat masing-masing. Meski tak saling melihat, jarak antar mereka sebenarnya tidak jauh. 　　“Xiao Nan!” 　　Suara Wu Xiangnan terdengar samar dari balik deru badai. 　　Seberkas cahaya putih yang datar muncul dari samping tubuh Lin Qiye. Seketika ia merasa tubuhnya berat, resistensi angin kencang menghilang seolah ada lapisan tipis di permukaan kulit yang sempurna menetralkan gaya angin. 　　Tidak hanya itu, pandangan yang sebelumnya tertutup salju terbang pun semakin jelas. 　　Lin Qiye menunduk dan baru menyadari permukaan kulitnya sendiri juga memancarkan cahaya putih samar. 　　Wu Xiangnan yang sama-sama bercahaya putih berjalan keluar dari badai salju, mengabaikan pengaruh angin kencang sepenuhnya. Ia mendekati Si Xiaonan dan memijat kepalanya. 　　“Kerja bagus.” 　　“Ini...” Lin Qiye bertanya dengan bingung. 　　“【Kain Tanpa Jodoh】, bisa menempel di permukaan kulit manusia, mengisolasi pengaruh lingkungan eksternal, memperbaiki luka, dan memiliki kemampuan pertahanan tertentu.” 　　Si Xiaonan berdiri tegak sambil mendengus dengan angkuh, “Meski bukan area larangan yang hebat, tapi masih bisa berguna di saat kritis.” 　　Di bawah perlindungan 【Kain Tanpa Jodoh】, yang lain pun bangkit sambil memandang siluet sosok yang membawa tombak panjang dan berjalan pelan di tengah salju... 　　Han Shaoyun memandang mereka yang mengabaikan badai salju dengan heran, matanya memancarkan secercah kekaguman sebelum kembali suram seolah teringat sesuatu. 　　Chen Muye berdiri di barisan terdepan, kedua tangannya mencengkeram gagang pedang. Jubahnya berkibar-kibar ditiup angin kencang, tatapannya tenang bagai air. 　　“Kamu kapten tim ini?” Han Shaoyun berdiri tegap di hadapan Chen Muye. 　　“Ya.” 　　“Kamu kapten yang kompeten.” Han Shaoyun berhenti sejenak, “Lebih kompeten dariku...” 　　“Tentang urusan Tim Penjaga Malam Kota Gusu, sepertinya aku pernah dengar.” Suara Chen Muye terbawa angin salju, “Katanya, lima tahun lalu tim itu menghadapi 【Bisikan】 dari Gereja Dewa Kuno. Dari delapan anggota, tiga tewas, tiga luka parah, satu cacat permanen... Kapten Han Shaoyun menghilang, lalu muncul kembali dua tahun kemudian sebagai 【Jemaat】...” 　　Alis Han Shaoyun berkerut halus, "Apa yang ingin kamu katakan?" 　　"Aku ingin tahu...apakah kamu benar-benar 【jemaat】, atau palsu 【jemaat】?" Kilauan cahaya muncul di mata Chen Muye, "Apakah kamu bergabung dengan 【jemaat】 punya maksud tersembunyi? Apakah kamu mata-..." 　　"Kamu overthinking." Han Shaoyun dengan tenang memotong perkataan Chen Muye, "Sekali masuk 【jemaat】, selamanya hanya bisa menjadi 【jemaat】. Kontrak jiwa mereka lebih menakutkan dari yang kamu bayangkan. Sebelum bergabung, apapun niat dan tujuan aslimu, setelah menandatangani kontrak semuanya akan menghilang...benar-benar menjadi boneka mereka." 　　"Kalau begitu kamu..." 　　"Jika suatu hari anak buahmu dipaku di salib, kamu hanya punya dua pilihan: antara mempertaruhkan nyawa sampai akhirnya mati bersama mereka, atau mengorbankan semua harga diri dan kebebasan untuk menukar nyawa orang lain...Apa yang akan kamu pilih?" 　　Alis Chen Muye berkerut rapat, "Mereka malah menggunakan cara seperti ini untuk memaksamu menandatangani kontrak?" 　　"Cara Gereja Dewa Kuno selalu lebih kejam dari imajinasimu." Han Shaoyun menggelengkan kepala, kepingan salju yang menari-nari di sekujur tubuhnya semakin rapat, "Tidak peduli siapa diriku dulu, apapun yang telah kualami, sekarang aku hanyalah anggota ke-16 【jemaat】, Han Shaoyun...Aku sudah tidak bisa kembali." 　　Begitu ucapannya selesai, kekuatan spiritual 'Laut'-nya meledak sepenuhnya! Tekanan wibawa yang menakutkan melambung tinggi ke langit! 　　Tangan Chen Muye yang menggenggam gagang pedang gemetar ringan, karena terlalu kuat, buku-buku jarinya mulai memucat. Matanya menatap tajam pria yang memegang tombak panjang di hadapannya, hati dipenuhi kepedihan... 　　Setelah beberapa saat, dia menarik napas dalam-dalam, pisau ganda di pinggangnya pelan-pelan terhunus... 　　"Tahu..." ujarnya tenang, "Terhadap 【jemaat】, aku takkan pernah memberi keringanan." 　　Dalam deru angin, sudut mulut Han Shaoyun sedikit terangkat. 　　Pisau terhunus, dari bola mata Chen Muye memancar cahaya redup samar. Lingkaran hitam besar menyebar cepat dari tubuhnya, dingin ekstrem menyelimuti bumi! 　　Dalam Forbidden Ruins hitam, di belakang Chen Muye, siluet istana berdarah samar-samar terlihat... Di puncak istana, tergantung plakat kuno dan misterius. 　　——Gerbang Neraka! 　　Saat menginjak Forbidden Ruins ini, aura Chen Muye tiba-tiba berubah misterius dan tidak beres! 　　Lin Qiye ikut terseret Forbidden Ruins Chen Muye. Bau dingin menyusup ke tubuhnya, membuatnya gemetar tak tertahankan. 　　"Ini..." 　　"Forbidden Ruins Kapten." Wu Xiangnan berdiri tenang di samping Lin Qiye, "Urutan Forbidden Ruins 037, 【Hei Wuchang】." 　　"037?" Lin Qiye terkejut. 　　Sejauh ini, selain 【Penghancur Hitam】 urutan 031 milik Cao Yuan, ini Forbidden Ruins Risiko Tinggi terkuat yang pernah dilihatnya. Tak disangka Kapten memiliki kekuatan setingkat ini? 　　“Seandainya area larangan sebelum 030 merupakan kekuatan tingkat dewa, maka 【Hei Wuchang】 yang berada di posisi ketujuh di bawah dewa, pasti salah satu area larangan paling tak tertandingi di seluruh Da Xia!” 　　“Memiliki area larangan dengan urutan setinggi itu, kapten seharusnya berada di tim khusus tersebut atau di pasukan 'Penjaga Malam' Kota Shangjing, mengapa bisa datang ke Kota Cangnan kecil ini dan menjadi kapten Tim 136?” 　　Di depan gerbang neraka, Chen Muye memegang dua pisau, menginjak permukaan air hitam, perlahan berjalan menuju Han Shaoyun. 　　Han Shaoyun tertegun memandang pemandangan di hadapannya, setelah lama baru menyadari, lalu terkejut berbicara: 　　“【Hei Wuchang】？ Kamu... Chen Muye?” Chapter 0141: Pertarungan 　　“Kamu tahu aku?” Alis Chen Muye sedikit terangkat. 　　“Di antara Penjaga Malam, berapa orang yang tidak mengenalmu Chen Muye?” Han Shaoyun tersenyum, “Sepuluh tahun lalu, siapakah yang tidak tahu dua bakat langit Hei Bai Wuchang dari Kota Shangjing?” 　　“Kukira setelah bertahun-tahun berlalu, seharusnya tidak banyak lagi yang mengenalku.” 　　“Ya... di kalangan anak muda, yang masih mengenalmu memang sudah sedikit, tapi aku bergabung dengan Penjaga Malam lebih awal, jadi masih pernah mendengar reputasimu.” Han Shaoyun mengamati Chen Muye di hadapannya dengan heran, sorot matanya memancarkan keraguan, “Sepuluh tahun lalu, Hei Wuchang Chen Muye tiba-tiba menghilang dari Shangjing, tak ada yang tahu ke mana. Ada yang bilang kau meninggal, ada juga yang bilang kau melakukan kesalahan dan dikurung Sang Panglima di Lembaga Penyekatan... Tak kusangka, kau malah datang ke Kota Cangnan kecil ini menjadi kapten? Mengapa?” 　　“Aku suka.” 　　“……” Alis Han Shaoyun kembali berkerut, “Tidak... Aku ingat, sebelum kamu hilang levelmu sudah 'Chuan', sekarang sepuluh tahun berlalu, 【Bai Wuchang】 itu bahkan sudah menjadi kapten tim Penjaga Malam yang berjaga di Kota Shangjing, kenapa levelmu masih di 'Chuan'?” 　　Chen Muye diam sejenak, menggelengkan kepala, “Ini bukan hal penting.” 　　Dia menginjak air Sungai Mingchuan, melangkah perlahan ke arah Han Shaoyun, sepasang pedang di tangannya berdengung bagai rantai besi pengikat jiwa yang menggetarkan hati! 　　Han Shaoyun tertegun sebentar, lalu tersenyum, “Benar, bagiku mengetahui ini atau tidak... sudah tidak penting lagi...” 　　Dia mengayunkan tombak panjangnya, angin kencang bercampur kepingan salju menyobek sudut area larangan yang mirip neraka ini, tubuhnya sedikit merunduk lalu tiba-tiba terlempar keluar! 　　Ujung tombak yang membawa angin dan salju menggesek permukaan Sungai Mingchuan, membekukan lapisan tipis es di permukaannya. Tubuh Han Shaoyun seperti naga, dalam sekejap mata sudah berada di hadapan Chen Muye! 　　Angin dan salju menderu! 　　Dang——!! 　　Dua pedang bertabrakan dengan tombak panjang. Tubuh Chen Muye terpental beberapa langkah oleh guncangan Han Shaoyun. Kilatan cahaya misterius muncul di matanya sebelum tubuhnya berubah hampa bagai hantu, secara tak terduga menembus langsung tombak panjang itu! Pedang lurus di tangannya menyambar seperti kilat! 　　Han Shaoyun melihat Chen Muye malah bisa berubah menjadi hantu, terkejut dan tubuhnya cepat-cepat mundur. Bersamaan itu, angin kencang meledak dari dalam tubuhnya, mencoba melempar pisau Chen Muye. 　　Meski reaksinya cepat, tetap terlambat selangkah. 　　Sebelum berhasil melempar pisau Chen Muye, mata pisau sudah meninggalkan luka goresan tipis di dadanya. 　　Han Shaoyun menyapu tombak panjangnya, bilah angin tak kasat mata mengamuk keluar, nyaris menggesek tubuh Chen Muye sebelum menebas ringan gedung-gedung tua berjajar di belakang. 　　Su——！ 　　Bilah angin bagai pisau memotong tahu menggesek dinding baja beton, meninggalkan deretan potongan rata. Puluhan gedung tinggi dipatahkan di bagian tengah, bergemuruh jatuh ke tanah, debu beterbangan. 　　Di pipi Chen Muye tergores garis darah halus... 　　“Kamu kuat, tapi dalam hal tingkatan, kamu masih kalah dariku. Ini kelemahan bawaan.” Han Shaoyun menggelengkan kepala dengan penuh penyesalan. 　　“Aku tahu.” Ekspresi Chen Muye tetap datar, berkata dengan tenang: “Makanya, aku juga tidak berniat mengalahkanmu sendirian...” 　　Suaranya belum habis, senjata panjang membawa nyala api dahsyat berputar-putar jatuh dari langit! 　　Dug——!! 　　“Senjata panjang mendarat, nyala merah muda yang seperti badai menyemburkan, melelehkan seluruh salju putih di udara kosong. Han Shaoyun memiringkan badan berdiri di samping senjata panjang, memandang tenang ke arah Chen Muye sambil berkata: 　　“Dengan serangan seperti ini, tetap tidak bisa mengalahkanku...” 　　Braak——！ 　　Di puncak gedung kejauhan, laras pistol gelap pekat tiba-tiba menyemburkan sorot api yang menyilaukan. Sebutir peluru ramping melesat begitu cepat seolah menembus dimensi, dalam sekejap sudah sampai di hadapan Han Shaoyun. 　　Han Shaoyun mengeluarkan suara terkejut, mendadak menengadahkan kepala ke belakang. Peluru menggesek dahinya, meninggalkan bekas bakar halus di permukaan kulit. 　　"Peluru rundung khusus?" ujarnya sambil mengusap dahi dengan ekspresi keheranan. 　　Dentuman senapan rundung terus bergema. Peluru-peluru itu bagai bermata, setiap butirnya menembak tepat ke arah Han Shaoyun, memaksanya terus berpindah posisi untuk menghindari tembakan. 　　Bersamaan itu, Lin Qiye menoleh ke Wu Xiangnan yang diam membatu, "Kamu tidak ikut?" 　　"Aku..." Senyum getir mengembang di mulut Wu Xiangnan. Perlahan ia mengangkat kedua tangan yang terluka goresan merah marun, "Sekarang tanganku sudah tak bisa menggenggam pisau. Area laranganku pun punya kondisi khusus, harus digunakan di momen genting. Kalau nekat maju sekarang, cuma akan jadi beban untuk Kapten dan yang lain. Jadi..." 　　Lin Qiye terdiam sejenak lalu mengangguk, "Kalau begitu aku duluan." 　　Seketika kegelapan pekat menyelimuti tubuhnya saat ia melesat cepat ke medan perang. 　　Pertarungan sengit melawan Snake Lady sebelumnya telah menguras habis tenaganya. Bahkan untuk menopang Divine Ruins saja kini terasa sulit. Namun setelah istirahat singkat ini, kekuatan spiritualnya sudah pulih sebagian, akhirnya bisa kembali bertempur. 　　Di kejauhan, Han Shaoyun menghindari beberapa peluru secara berurutan, lalu menggunakan tombak panjangnya untuk menangkis serangan tombak Hongying. Tiba-tiba, sosok Chen Muye muncul secara mistis di belakangnya seperti hantu, kilatan pisau menyambar! 　　Han Shaoyun tidak menyangka Chen Muye akan tiba-tiba muncul. Saat hendak bereaksi, matanya berkunang-kunang dan bayangan orang-orang yang telah tiada kembali muncul di hadapannya... 　　Dari pandangan orang luar, helai-helai garis hitam menjalar dari jantungnya, membungkus Han Shaoyun seperti kepompong. 　　Inilah 【Hukum Belenggu Hati】! 　　Menyadari bahaya, Han Shaoyun kembali menggunakan kekuatan spiritualnya untuk memaksa menerobos kemampuan Wen Qimo. Dari kejauhan, tubuh Wen Qimo bergetar dan ia muntah darah dengan wajah pucat bagai kertas. 　　Menggunakan kekuatan Tingkat "Kolam" untuk mempengaruhi petarung Tingkat "Laut" sungguh merupakan tindakan bunuh diri secara spiritual. 　　Namun dalam celah waktu yang diperebutkannya, pisau Chen Muye mendarat keras di punggung Han Shaoyun meninggalkan bekas tebasan mengerikan, sementara cahaya redup merasuk ke dalam tubuhnya. 　　Han Shaoyun berputar mengayunkan tombak untuk memaksa Chen Muye mundur. Kesadarannya mulai mengabur, luka di punggungnya terasa pedih menyala, kekuatannya pun berkurang drastis... 　　Ia menunduk memandang punggung tangannya. Kulitnya kering dan kasar, dengan bintik-bintik penuaan yang tak diketahui kapan muncul. 　　Dia tertegun mengangkat kepala, memandang Chen Muye. 　　Chen Muye sepertinya menyadari keraguan di hatinya, berbicara pelan: "Di bawah pedang Wuchang, tubuh bisa ditebas, jiwa bisa ditebas, umur... juga bisa ditebas!" 　　Tebas tubuh, tebas jiwa, tebas umur! 　　"Inikah [Hei Wuchang]..." Han Shaoyun bergumam, sudut mulutnya mengembang sedikit, "Mungkin hari ini aku benar-benar bisa mati di sini..." 　　Su——！ 　　Segumpal kegelapan menyatu dengan area larangan Chen Muye, dua bilah pedang lurus menyambar udara dengan cepat, berputar menebas leher Han Shaoyun! 　　Han Shaoyun menahan sakit punggung yang hebat, menghempaskan angin kencang yang mendorong kedua pedang itu terbang mundur. 　　Bersamaan, siluet seorang pemuda melompat tinggi dalam kegelapan, ujung kakinya menyentuh bilah salah satu pedang, tangan yang lain menggenggam pedang kedua, dengan lincah berputar di langit-langit dan menebaskan pedang ke arah Han Shaoyun! Chapter 0142 Terlahir Kembali 　　Dang——！ 　　Tombak panjang mantap menahan pedang lurus Lin Qiye, angin kencang menggelora di sekujur tubuh Han Shaoyun, bilah angin di kedua sisi seperti gunting menjepit Lin Qiye! 　　Saat angin bergerak, Lin Qiye seolah sudah memprediksi lintasannya, memiringkan badan sambil berputar di udara untuk menghindari kedua bilah angin. 　　Dor——！ 　　Tombak panjang yang dikelilingi api kembali menyerang, Hongying mengangkat alisnya yang tegas, menjerit lantang, ujung tombak merah merona mengukir bunga-bunga tombak di udara. 　　Tiba-tiba, sosok Chen Muye muncul secara misterius di belakang Han Shaoyun, bagaikan utusan maut, dua bilah pedang menyapu lehernya dengan diam-diam... 　　Diserang dari tiga sisi, bahkan Han Shaoyun mulai kewalahan, apalagi di antara ketiganya ada Chen Muye yang sulit dihadapi - terkena tebasan pedangnya sekali saja bisa membuat kulit terkelupas tiga lapis! 　　Swoosh——! 　　Leng Xuan dari kejauhan melihat kesempatan, senapan runduknya kembali meletus, sebuah peluru menghindari Lin Qiye dan kawan-kawan dengan presisi, menembus paha Han Shaoyun dan menyemburkan bunga darah! 　　Cedera di bagian bawah membuat gerakan Han Shaoyun tersendat, Chen Muye menyambar kesempatan, tubuhnya sesaat menghilang untuk menghindari tombak panjang, lalu dua tebasan pedang mendarat keras di tubuhnya! 　　Hah——! 　　Han Shaoyun menyemburkan darah dari mulutnya, tubuhnya menyusut dengan cepat, tiga luka pedang yang menyala-nyala terus membakar jiwanya, rasa sakitnya sampai membuat kesadarannya mulai mengabur. 　　Ia terhuyung-huyung mencari keseimbangan, menggeram keras, angin kencang berputar menghempas dan sesaat mengusir Lin Qiye beserta kawanannya. 　　Di saat genting itu, Wu Xiangnan berlari bagai angin melintasi jalanan, melawan terpaan angin untuk merangkul tubuh Han Shaoyun yang limbung! 　　Lin Qiye tertegun. 　　Han Shaoyun bahkan lebih tertegun, setelah kebingungan singkat, dia dengan kasar menarik Wu Xiangnan, ingin menariknya pergi. 　　“Lari!” Chen Muye melihat kejadian ini, berteriak keras. 　　Lin Qiye dan Hongying awalnya bingung, sampai jubah Wu Xiangnan dibuka, memperlihatkan kantong obat yang diikat rapi di bawahnya, pupil mereka tiba-tiba menyempit！ 　　Untungnya Chen Muye cepat-cepat berlari ke sisi mereka, satu tangan mengangkat masing-masing, cepat-cepat lari menjauh. 　　Wu Xiangnan memeluk erat Han Shaoyun, melihat ketiganya lari menjauh, senyuman muncul di sudut mulutnya, kemudian tanpa ragu menarik benang di dadanya！ 　　Dor——！！！ 　　Setelah ledakan keras yang menggemparkan, sebuah awan jamur raksasa perlahan naik, api berkobar-kobar membakar jalanan, Lin Qiye dan Hongying matung menatap pemandangan ini, seluruh tubuh mereka membeku di tempat. 　　“Kapten……ini adalah……” 　　Chen Muye menepuk bahu mereka, “Tenang saja, Ban Xiannan adalah [Hidup Kembali], di Tingkat 'Chuan' memiliki dua belas kesempatan untuk hidup kembali, dia tidak akan mati.” 　　Hidup kembali？ 　　Lin Qiye benar-benar terkejut, di dunia ini, masih ada area larangan yang aneh seperti ini？ 　　Pantas saja tadi Wu Xiangnan bilang area larangannya cukup spesial, bertindak harus bisa menangkap momen yang tepat…… 　　“Kalau begitu……apakah dia selama ini selalu bertarung dengan cara meledakkan diri？” Hongying tidak tahan bertanya. 　　“Bukan.” Chen Muye menggelengkan kepala pelan, pandangannya menatap jalan yang berantakan, "Dulu sekali, saat dia belum terluka, dia tidak seperti ini... Waktu itu, dia sangat kuat." 　　Debu beterbangan perlahan, Wu Xiangnan yang hanya tersisa separuh tubuhnya batuk-batuk keluar, seperti zombie yang hancur dalam film, membuat merinding. Tapi yang mengejutkan, daging dan darahnya sedang diperbaiki cepat, tubuhnya sembuh dengan kecepatan yang kasat mata. 　　Hanya lima detik, dia sudah pulih seperti semula, tanpa bekas luka sedikit pun. 　　Wu Xiangnan menunduk, melihat kedua tangannya, dua garis merah tua di telapak tangan masih ada, mata menunjukkan kepahitan... 　　Braak——！ 　　Angin kencang menerpa, menghamburkan semua debu di sekitar. 　　Wu Xiangnan menoleh ke belakang, menghela napas pasrah, "Kesempatan terakhir untuk terlahir kembali sudah habis, masih juga gagal membunuhnya..." 　　Di kawah ledakan, siluet bersenjata tombak panjang berdiri perlahan. Meski seluruh tubuh penuh luka dan terlihat compang-camping, tetap masih hidup. 　　Han Shaoyun batuk-batuk sambil berdiri, matanya yang terkejut menatap Wu Xiangnan yang utuh. 　　"Kau anggota tim 'Blue Rain' yang abadi..." 　　Braak——！ 　　“Sebuah peluru menyobek udara, melesat hingga tiba di hadapan Han Shaoyun. Dalam kondisinya yang kini tak bisa bergerak leluasa seperti sebelumnya, meski ia berusaha menyesuaikan postur tubuh, bahunya tetap tertembak oleh peluru ini!” 　　Senapan rundung adalah salah satu dari sedikit senjata api yang mampu melukai ability tingkat tinggi. 　　“Nyaris…” Pusaran angin muncul di bawah kaki Han Shaoyun, mengangkat tubuhnya perlahan ke udara. Ia menatap mata Chen Muye, lalu berbicara dengan tenang: 　　“Hanya selangkah lagi, kalian bisa membunuhku... Sayangnya, selanjutnya aku akan memperlihatkan 【Bencana Angin Besar】 yang sesungguhnya.” 　　Tubuhnya naik pelan ke langit, tangan kanannya melemparkan tombak panjang hingga menancap di tanah. Badai salju yang mengamuk tiba-tiba menjadi sunyi. Tak ada lagi angin, hanya kepingan salju yang berjatuhan dari langit bagai hujan salju kembali. 　　Kedua tangannya membentuk lingkaran di depan dada, lalu perlahan disatukan. Titik biru tua muncul tiba-tiba di antara telapak tangannya, berputar lembut dan semakin membesar. 　　Itu adalah mata angin. 　　Di permukaan tanah, bola mata Chen Muye sedikit menyipit. 　　Kekuatan spiritual Lin Qiye menyapu mata angin, langsung merasakan kekuatan mengerikan yang terkandung di dalamnya. Ekspresinya menjadi tegang. 　　“Begitu mata angin ini terbentuk, angin topan yang dihasilkan akan dengan mudah menyobek 【Ruang Tanpa Batas】 kalian, lalu menerjang seluruh Kota Cangnan. Kekuatannya cukup untuk membelah separuh kota menjadi rata...” 　　Han Shaoyun menatap Chen Muye di bawahnya, seolah ingin mengatakan sesuatu namun tak kuasa mengungkapkannya. Ia mengerutkan alis, lalu berbicara dengan pasrah: 　　"Untuk menyelesaikan masalah secara fundamental... waktu yang tersisa bagi kalian tidak banyak." 　　Lin Qiye tertegun mendengar kalimat terakhir itu. Entah karena berprasangka atau tidak, ia merasa... sepertinya Han Shaoyun sedang menyiratkan sesuatu? 　　Braak——! 　　Sebutir peluru sniper melesat melintasi langit menuju Han Shaoyun, namun saat mendekati pusat angin, kecepatannya tiba-tiba melambat. Seolah ada penghalang angin tak kasat mata yang mengeras di sekeliling pusat badai, mengunci peluru itu mati! 　　Hongying mengangkat alisnya. Dengan nyala merah muda, ia melemparkan senjata panjang di tangannya bagai meteor yang menyambar langit. Tapi begitu mendekati pusat angin, seperti peluru tadi, kecepatannya semakin melambat hingga akhirnya terpental sepenuhnya! 　　Saat ini, sekitar Han Shaoyun seolah terbentuk wilayah angin yang mutlak tak terkalahkan. Tak ada satu pun yang bisa menembusnya. 　　"Menyelesaikan masalah secara fundamental..." Chen Muye berbisik mengulang kalimat itu, alisnya berkerut dalam kebingungan. 　　Saat semua orang tak berdaya, pusat angin di langit semakin membesar. Badai berpusat pada Han Shaoyun yang melayang di udara, mulai menyebar ke segala penjuru... 　　Di sisi lain. 　　Shen Qingzhu yang sedang mendekati 【Ruang Tanpa Batas】 bersama Bai Li Pangpang dan yang lain tiba-tiba terkejut. Ia menoleh memandang arah semakin berkumpulnya pusat angin. 　　Dia ragu sejenak, lalu mengulurkan tangan kanannya perlahan ke arah langit nun jauh... 　　Menjentikkan jari. Chapter 0143 Peraturan 　　Mata angin biru tua yang melayang di telapak tangan Han Shaoyun tiba-tiba menghilang, seolah tak pernah ada. 　　Seluruh anggota Tim 136 serentak tertegun, bahkan Han Shaoyun sendiri linglung. 　　Mana mata anginnya? 　　Mana mata angin besar yang tadi ada di situ?! 　　Setelah terpaku lama, dia mengangkat kepala memandang Chen Muye dkk., senyum tipis mengembang di matanya: 　　"Kerja bagus." 　　Chen Muye: ... 　　Tiba-tiba Lin Qiye seperti teringat sesuatu. Tatapannya menembus kejauhan, melihat seorang pria berbaju seragam militer membuka sudut Wilayah Tanpa Batas. Seluruh tubuhnya bergelombang dengan kilauan emas, memasuki area dengan wajah muram. 　　Bai Li Pangpang, Cao Yuan, dan Shen Qingzhu mengikuti di belakangnya dengan patuh. 　　"Kak Sok Jago, tadi kenapa lo nge-jentikin jari?" Bai Li Pangpang mendekati Shen Qingzhu sambil bertanya bingung. 　　Shen Qingzhu mengerutkan alis, berpikir sejenak lalu menjawab pelan: "Naluri?" 　　"Lo ini Thanos ya?" 　　“……” 　　Shen Qingzhu malas menghiraukan candaan si gendut. Andai bukan bosnya, mungkin dia sudah mulai memaki. Tapi sebagai pekerja lepas, dia cukup punya etika. 　　Lin Qiye yang melihat Shen Qingzhu matanya berbinar-binar, seperti mulai menyadari kejadian tadi. 　　Mata angin yang diciptakan Han Shaoyun pada dasarnya hanyalah udara yang diputar dan dikompresi dengan kecepatan tinggi, sedangkan 【Qi Min】 milik Shen Qingzhu mampu mengendalikan udara itu sendiri. Bagi dia, mengosongkan udara dalam radius tertentu adalah hal yang sangat sederhana. 　　Asalkan area ini dikosongkan menjadi vakum, bisakah mata anginmu tetap bertahan? 　　Secara sederhana, Shen Qingzhu benar-benar bekerja sesuai bidang keahliannya! 　　Meskipun Han Shaoyun adalah petarung level "Laut", 【Bencana Angin Besar】-nya lebih fokus pada aspek "bencana". Dalam hal manipulasi udara, kemampuannya masih jauh lebih rendah dibandingkan 【Qi Min】 Shen Qingzhu. 　　Mungkin ini alasan mengapa peringkat 【Bencana Angin Besar】 adalah 079, sedangkan 【Qi Min】 berada di urutan 068. 　　Yuan Gang menyipitkan bola matanya, menatap Han Shaoyun yang melayang di udara. Kilau dingin tiba-tiba berkedip di matanya, dan seketika tubuhnya langsung berpindah ke atas kepala Han Shaoyun. Dia menggenggam erat tinju kanan dan menghempaskannya, riak emas berkilauan bagai meteor yang jatuh! 　　Dung——!! 　　Suara gedebuk berat menggema di udara. Han Shaoyun seperti peluru meriam yang dihujamkan ke aspal, menciptakan lubang sedalam beberapa meter dengan radius besar. Asap pekat mengepul di sekitarnya. 　　Yuan Gang bagaikan dewa perang berwujud manusia, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya emas, ujung jubahnya berkibar-kibar. Dengan mantap dia mendarat di tepi lubang tempat Han Shaoyun berada, menghujani lubang itu dengan tinju-tinju yang berjatuhan bagai hujan. 　　Tok-tok-tok——!! 　　“Bumi bergetar-getar, retakan di lantai semakin rapat. Saat seluruh jalan hampir hancur, Yuan Gang akhirnya menghentikan kepalan tangannya. 　　Dia membungkuk, mengulurkan tangan untuk menggenggam kerah baju Han Shaoyun yang sekarat, mengangkatnya ke langit-langit. 　　“Mantan kapten tim Penjaga Malam Kota Gusu, anggota ke-13 【Jemaat】 saat ini, Han Shaoyun...” Yuan Gang dalam seragam militer yang masih bersih, berbicara dengan ekspresi datar: 　　“Kamu sudah jatuh ke tanganku. Untuk sisa hidupmu, bertobatlah di Lembaga Penyucian...” 　　Mendengar ini, bibir Han Shaoyun yang sekarat gemetar lemah. Kelopak matanya yang berlubang darah terbuka, di dalam bola matanya muncul keputusasaan... dan permohonan. 　　Alis Yuan Gang berkerut. Tiba-tiba, sebilah pisau menembus jantung Han Shaoyun, bilahnya menyembul dari dadanya! 　　Pupil Yuan Gang menyempit tiba-tiba. Dia mengangkat kepala dengan kasar, memandang ke belakang Han Shaoyun, kemarahan muncul di matanya. 　　“Kapten Chen, apa maksudmu ini?” 　　Chen Muye yang berselimut jubah berdiri tenang di belakang Han Shaoyun, perlahan mencabut pedang lurus yang menembus jantungnya, berkata datar: 　　“Eksekusi.” 　　“Dia sudah tidak berancaman lagi, pasti akan dikurung di Lembaga Penyucian. Hidup-matinya akan diputuskan di pengadilan... Berdasarkan apa kamu membunuhnya?”” 　　“Dia ingin membunuh anggota timku, maka dia harus mati.” Chen Muye berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Dan baginya, ini juga sebuah pembebasan.” 　　Yuan Gang mengerutkan alis memandang Han Shaoyun. Terlihat Han Shaoyun menunduk, wajahnya yang penuh goresan darah malah menampakkan senyuman datar. Bola matanya yang awalnya sunyi maut kini memancarkan cahaya hidup yang berbeda. 　　Yuan Gang melepaskan genggamannya. 　　Tubuh Han Shaoyun roboh ke tanah. Darah segar mengalir deras dari tubuhnya. Jantung yang tertusuk seharusnya sudah mematikan manusia biasa, tapi sebagai petarung tingkat “Laut”, dia masih menyimpan embusan nafas terakhir. 　　Ia menatap Chen Muye, bibirnya bergerak-gerak seolah ingin mengatakan sesuatu. 　　Setelah beberapa saat ragu, Chen Muye membungkuk dan mendekatkan telinganya ke mulut Han Shaoyun. 　　“Hati-hati...【Bisikan】...Dia pasti akan kembali...Bunuh pemuda itu...” 　　Begitu mengucapkan karakter terakhir, cahaya di bola mata Han Shaoyun perlahan memudar hingga tak tersisa denyut kehidupan. 　　Setelah lama terdiam, Chen Muye berdiri tegak sambil memandang mayat berdarah yang terbaring di salju, lalu perlahan menutup kelopak matanya. 　　“Kapten Chen, bagaimanapun juga, urusan kali ini melanggar peraturan.” Yuan Gang mengamati adegan itu dengan tenang, berbicara dengan suara berat. 　　“Kalau kau merasa caraku melanggar aturan, laporkan saja ke Shao Pingge.” Chen Muye tak acuh membalikkan badan menuju arah anggota Tim 136 lainnya. “Di Cangnan, aku Chen Muye...adalah peraturan itu sendiri!” 　　Yuan Gang menatap punggung Chen Muye yang pergi, setelah sekian lama, dia menghela napas dengan pasrah... 　　"Sifat pemarahnya masih belum berubah ya..." 　　…… 　　"Kapten, Han Shaoyun itu sebenarnya bagaimana ceritanya?" 　　Setelah menyimpan 【Ruang Tanpa Batas】, Hongying mendekati Chen Muye sambil bertanya dengan wajah penuh kebingungan. 　　Chen Muye diam sejenak, "Cuma orang malang yang dikendalikan Gereja Dewa Kuno." 　　"Tapi aku lihat dia benar-benar ingin membunuh Qiye. Apakah para anggota Gereja Dewa Kuno bisa mengontrol manusia sampai sedetail itu?" Hongying memiringkan kepalanya bertanya. 　　Sebelum Chen Muye sempat menjawab, Wu Xiangnan yang berdiri di samping langsung menyela: "Soal kontrak Gereja Dewa Kuno, aku cukup tahu. Konon setelah ditandatangani, jiwa akan terikat. Pengaruhnya bekerja langsung dari level pikiran. Artinya meski hati mereka sebenarnya menolak perintah, tak bisa menolak atau menghalangi eksekusi perintah dalam bentuk apapun. Tindakan, ucapan, bahkan pola pikir - semuanya harus mengutamakan 'menyelesaikan misi'." 　　"Bukannya itu sama seperti boneka?" 　　"Mirip. Bedanya ada yang rela jadi boneka dan menikmatinya, sementara sebagian lain menderita tak tertahankan..." 　　Mendengar ini, alis Lin Qiye berkerut halus saat mengutarakan keraguannya: 　　“Kalau memang begitu, mengapa Gereja Dewa Kuno setelah mengontrol Han Shaoyun, malah menyuruhnya meninggalkan 'Penjaga Malam'? Berpura-pura dia tidak terkontrol dan menyusupkannya ke dalam 'Penjaga Malam', bukankah bisa mengasah peran yang lebih besar?” 　　Langkah kaki yang lain serentak berhenti. 　　Hongying membuka mulut lebar-lebar, terkejut memandang Lin Qiye, “Adik Qiye, logikamu... benar-benar licik!” 　　“...Bukankah ini pola pikir normal?” 　　“Qiye benar.” Chen Muye mengangguk pelan, “Meski Han Shaoyun tidak tetap bersama 'Penjaga Malam', tapi kita tidak bisa menutup kemungkinan... masih ada 【jemaat】 lain yang bersembunyi di dalam 'Penjaga Malam'.” Chapter 0144 Kembali 　　“Kalau begitu...” 　　“Tapi tentu tidak semudah itu.” Chen Muye melanjutkan, “Kontrak yang bisa langsung mengikat pada tingkat jiwa dan memengaruhi logika ini sangat berharga, bahkan Gereja Dewa Kuno pun hanya menyimpan sedikit. Setiap lembar hanya akan digunakan pada orang yang mereka anggap berharga dan berpotensi. Selain itu, tujuan utama Gereja Dewa Kuno mengembangkan 【jemaat】 adalah untuk menambal masalah kekurangan personel. Jika setelah mengembangkan 【jemaat】 mereka memilih menyusupkannya ke 'Penjaga Malam', dari sudut pandang tertentu malah termasuk pemborosan. Lagipula, kontrak ini bukanlah kontrol mutlak, dalam kondisi tertentu yang terkontrol juga bisa memberi kode melalui isyarat tersirat, seperti ucapan Han Shaoyun tadi 'menyelesaikan masalah dari akarnya', termasuk dalam kategori ini. Jadi membiarkan 【jemaat】 menyusup di 'Penjaga Malam' tetap memiliki risiko tertentu.” 　　“Mendengar ini, Hongying akhirnya menghela napas lega.” 　　“Di dalam hati Lin Qiye juga mengangguk pelan, memang, jika dianalisis seperti ini, menyusupkan 【Jemaat】 ke dalam Penjaga Malam benar-benar merugi.” 　　“Tapi, jika yang dikontrol menduduki posisi tinggi, maka ceritanya berbeda...” 　　“Ini bukan berarti Lin Qiye menganut teori konspirasi, dia hanya refleks mempertimbangkan skenario terburuk. 'Tidak sebanding' bukan berarti 'tidak dilakukan', 'jumlah minim' bukan berarti 'sama sekali tidak ada'.” 　　“Selalu baik untuk tetap waspada dalam segala hal.” 　　“Bagaimanapun juga, pertempuran pertama Tahun Baru sudah selesai. 【Jemaat】 Kursi Ketiga Belas ini, ditambah satu 'Laut' yang diselesaikan Yuan Gang, seharusnya sudah merupakan seluruh kekuatan elit dalam percobaan pembunuhan ini. Badai kali ini seharusnya sudah berlalu.” Wen Qimo menggeliat. 　　“Ngomong-ngomong, Adik Qiye besok malam harus kembali ke kamp.” Hongying menghela napas, “Pertemuan berikutnya denganmu baru setengah tahun lagi.” 　　“Saat itu, dia sudah benar-benar menjadi Penjaga Malam.” Wu Xiangnan tertawa. 　　Lin Qiye tersenyum, “Sebenarnya... setengah tahun, juga cukup cepat.” 　　“Waktu di kamp pelatihan terasa sangat lambat, tapi juga berlalu dalam sekejap. Hingga kini dia masih ingat jelas saat pertama kali tiba di gerbang kamp pelatihan dengan koper pink di tangan.” 　　“Oh iya.” Chen Muye seperti teringat sesuatu, berhenti melangkah, “Besok, ajak teman-temanmu makan di rumah.” 　　Lin Qiye tertegun. 　　“Sebelumnya karena kalian berdua adalah target satu sama lain, tidak praktis untuk berkumpul bersama, jadi tidak memanggil mereka. Sekarang urusan sudah mereda, bagaimanapun juga kamu adalah tuan rumah Cangnan, datang ke rumah untuk makan adalah hal yang seharusnya.” 　　“Tapi, kantor pengacara adalah markas Penjaga Malam, selain anggota Tim 136, orang lain agak sulit masuk...” Wu Xiangnan merenung sambil berbicara. 　　“Ke rumahku!” Hongying menepuk dadanya, “Rumahku cukup besar!” 　　Lin Qiye ragu sejenak, lalu mengangguk, “Aku akan tanya mereka dulu...” 　　…… 　　Sore hari berikutnya. 　　Lin Qiye membawa Bai Li Pangpang, Cao Yuan, dan Shen Qingzhu yang terlihat enggan berdiri di depan pintu vila. 　　Bai Li Pangpang melihat vila di hadapannya, lalu mengamati Lin Qiye beberapa saat, heran berkata: “Waduh, Qiye, syarat akomodasimu bagus ya!” 　　“Ini rumah seorang teman, aku hanya tinggal sementara.” Lin Qiye mengangkat bahu. 　　Cao Yuan mengendus-endus, menelan ludah, “Aku mencium aroma daging...” 　　Dua hari terakhir dia hidup berdesakan dengan Bai Li Pangpang dan Shen Qingzhu di hotel kekasih, makan juga mengandalkan pesanan antar dan mi instan, ditambah makanan di kamp selama setengah tahun ini biasa saja, sudah hampir membuatnya gila. 　　“Bukannya kamu seorang biksu?” 　　“Bukan, aku hanya memiliki Buddha di hati.” 　　“……” 　　Shen Qingzhu memandang vila di depannya, mengerutkan alis, “Katanya mengundang temanmu untuk makan? Kenapa harus mengajakku juga?” 　　Lin Qiye dan dua lainnya menoleh, memandangnya dengan ekspresi aneh. 　　Bai Li Pangpang tak berdaya memegang dahinya, mendekat dan menampar bahu lelaki itu, “Kesombonganmu harus ada batasnya dong? Memanggilmu ke sini tentu membuktikan... Kita merasa dua hari ini kamu sangat cocok menjadi alat manusia!” 　　Shen Qingzhu sudut mulutnya berkedut, menepis tangan Bai Li Pangpang yang masih di bahunya, berkata dengan kesal: 　　“Si gemuk, kamu ngomong sama siapa ini?” 　　“？？？”Bai Li Pangpang menggulung lengan bajunya, memamerkan dua lengan besar putih yang dipenuhi jam tangan berjejalan, "Bagus! Kau ini Shen Qingzhu, baru saja gajimu dilunasi hari ini, sudah berani lancang begini, ya?" 　　Lin Qiye menghela napas pasrah, "Sudah selesai main-main? Kalau sudah, masuklah makan dulu." 　　Bai Li Pangpang dan Shen Qingzhu saling melotot, serentak mendengus keras, lalu menyusul Lin Qiye masuk ke dalam vila. 　　"Perkenalkan, ini Kapten Chen Muye..." 　　"Ini Wakil Kapten Wu Xiangnan..." 　　"Ini Jie Hong Ying, rumah ini juga miliknya..." 　　"Ini Wen Qimo..." 　　"Si Xiaonan..." 　　"Leng Xuan..." 　　Lin Qiye saling memperkenalkan. Setiap kali dia selesai memperkenalkan seseorang, Bai Li Pangpang akan membuka sebuah arloji dari lengannya lalu mengantarkannya dengan tertawa ke tangan orang tersebut. 　　“Kapten Chen Muye! Ternyata aura Anda luar biasa. Sudah lama aku mencari, hanya Rolex ini yang bisa sedikit pantas untuk aura Anda, harap Anda menerimanya...” 　　“Aduh, Kak Xiangnan, kali ini aku tidak membawa barang bagus, tolong terima Rolex Submariner hijau ini ya……” 　　“Wah, Jie Hongying, kamu cantik banget! Cuma pergelangan tanganmu keliatan kosong nih, Van Cleef & Arpels ini cocok banget sama aura kamu……” 　　“……” 　　Melihat Bai Li Pangpang membagi-bagikan jam tangan dengan gila-gilaan, Cao Yuan dan Shen Qingzhu yang tangan kosong di samping langsung gemetaran, ingin sekali menyelip ke celah lantai karena malu luar biasa. 　　Wen Qimo yang memegang Rolex dengan ekspresi aneh membisik ke telinga Lin Qiye, “Ini… putra bodoh tuan tanah?” 　　Lin Qiye ragu sejenak, “Ya!” 　　“Ya… keliatan sih, orangnya baik, cuma otaknya kayak kurang waras……” 　　“……” 　　Kehadiran Bai Li Pangpang si penghibur langsung menghidupkan suasana makan malam, sementara Cao Yuan berubah jadi mesin makan tanpa emosi, menyantap nasi dengan lahap. 　　Adapun Shen Qingzhu… duduk kaku sepanjang waktu, hanya tersenyum dan menjawab singkat jika ditanya, sikap arogannya di kamp menghilang, malah jadi seperti remaja pemalu. 　　Setelah makan sampai kenyang, Lin Qiye mengambil barang bawaan dan berpamitan pada Tim 136, lalu berangkat ke titik kumpul mobil bersama ketiga rekannya. 　　Di sana, beberapa bus hitam yang sudah familiar telah menunggu lama. 　　Setelah menyerahkan pedang bintang standar yang dibawa dari kamp, Lin Qiye naik ke bus dan duduk di barisan terakhir. 　　Pandangannya menatap ke luar jendela. Dalam gelapnya malam, garis profil kota di kejauhan samar-samar terlihat. Di puncak gedung yang jauh, seolah ia melihat bayangan seseorang menggendong senapan rundung, duduk sendirian sambil diam-diam melihat Lin Qiye pergi... 　　Tak lama kemudian, bus perlahan mulai bergerak. Membawa cahaya bintang dan kelam malam, berbaris rapi menuju kamp pelatihan...