Di hamparan tanah tandus, siluet seorang pemuda berdiri dengan susah payah, kedua tangan mencengkeram kepalanya, mengeluarkan erangan kesakitan.
Braak braak braak——！
Tiga formasi sihir putih berhamburan dari tubuhnya, mantra pengendali emosi yang selama ini menekannya kehilangan efek. Saat jiwa terkoyak, kesedihan dan penderitaan ekstrem bagaikan binatang buas yang mengamuk menerobos keluar, membanjiri pikiran Lin Qiye.
Bibi, A Jin, Kapten...
Saat jiwa terkoyak, fragmen-fragmen kenangan lalu melintas cepat di benaknya seperti tayangan slide. Ia terjatuh kesakitan, air mata bercampur keringat menetes ke tanah, membasahi gundukan pasir.
Sakitnya bukan main, bukan hanya fisik dan jiwa, tapi juga kelembutan terdalam di relung hatinya.
Sung——!
Tiba-tiba, beberapa siluet keemasan melesat melintasi langit, mendarap cepat di samping Lin Qiye.
Mereka memandang Lin Qiye yang menggelepar di tanah, alis berkerut serempak menatap Xia Simeng sang pemimpin, seolah meminta pertimbangan.
Xia Simeng segera mendekat, menempelkan telapak tangan di dahi Lin Qiye, menyalurkan energi spiritual ke dalam tubuhnya.
Jiwa Lin Qiye kini telah remuk redam. Jangankan melawan, kehadiran seluruh anggota tim 【Phoenix】 di depannya pun tak ia sadari.
Pada kesadaran miliknya saat ini, hanya ada rasa sakit yang tak ada habisnya, dan kesedihan yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Setelah beberapa saat, wajah Xia Simeng terlihat muram.
"Ini tidak jelas maksudnya......" Xia Simeng berdiri, memandang Lin Qiye dengan mata penuh keterkejutan.
"Kapten, ada apa?"
"Kesehatan tubuhnya habis, jiwanya seperti dimasukkan ke dalam blender, terus-menerus dipotong dan dipisahkan. Secara logika, dalam waktu kurang dari sepuluh detik, jiwanya akan tercerai-berai... Tapi di saat yang sama, ada kekuatan lain yang secara ajaib memperbaiki jiwanya......"
"Satu sisi runtuh, satu sisi diperbaiki?" Kong Shang mengerutkan alisnya, "Aku belum pernah dengar hal seperti ini... Apa yang terjadi padanya?"
Xia Simeng menggigit bibirnya: "Jika benar dalam waktu singkat jiwanya tercerai-berai, itu masih lumayan... Tapi malah jiwanya terus diperbaiki... Dengan begini, rasa sakitnya terkunci dalam momen ini."
"Apa maksudmu?" Seorang gadis dalam tim bertanya dengan wajah bingung.
"Misalnya ada orang yang lompat dari gedung bunuh diri, waktunya terkunci selamanya dua detik sebelum mati, terpaksa merasakan sakit saat kematian berulang kali tanpa henti, tak bisa terbebaskan... Tentu saja, rasa sakit jiwa yang tercabik, ratusan kali lebih sakit daripada lompat gedung." Kong Shang menjelaskan.
"Kalau... bisakah kita selamatkan dia?"
Xia Simeng pelan-pelan menutup mata, menggelengkan kepala dengan pasrah, "Luka seperti ini, kita sama sekali tak punya jalan……"
"Jangan mati!"
Tiba-tiba, Lin Qiye yang mengerang kesakitan menengadah, matanya merah berteriak lantang: "Jangan mati... Aku tak akan biarkan kalian mati……"
Langsung setelah itu, area larangan berhasil dia paksakan terbuka, puluhan cahaya emas muncul dan padam bergantian, seolah ada sesuatu yang sedang dipersiapkan, tapi tetap sia-sia menghilang berulang kali.
Perubahan tak terduga ini membuat anggota 【Phoenix】 tim kaget, Kong Shang melihat cahaya-cahaya ini, berpikir sejenak lalu heran berkata:
"【Ranah Dewa Fana】? Dia Lin Qiye?!"
Mendengar ini, semua orang tertegun, memandang Lin Qiye dengan kerutan di dahi.
"Dia agen dewa kembar itu? Lagi apa dia?"
"Dia sedang mencoba menciptakan mukjizat." Kong Shang ragu-ragu menjawab, "Mungkin... ada keinginan yang belum tersampaikan?"
Xia Simeng berjongkok, menolong tubuh Lin Qiye sambil bertanya khawatir: "Kamu baik-baik saja? Mau melakukan apa?"
Bola mata Lin Qiye mulai kabur, dia menunduk menggeram kesakitan: "Aku mau menghidupkan kembali... Aku mau mereka pulang……"
Cahaya emas di sekujur tubuhnya berkedip-kedip, mukjizat muncul berulang kali, tapi selalu hancur tanpa terkecuali.
Saat itu juga, seorang pendeta dengan rambut diikat dan sanggul perlahan mendekat dari kejauhan, jubah kasabnya berkibar pelan diterpa angin sepoi-sepoi. Sekilas tak ada bedanya dengan pendeta biasa di kuil.
Namun hanya sorot matanya yang seolah menyimpan lintasan kelahiran dan kehancuran semesta, berkilau bak bintang.
Begitu pendeta ini muncul, anggota tim【Phoenix】serasa dihimpit kekuatan tak kasat mata yang mengurung tubuh mereka. Di bawah tatapan bola mata itu, bahkan sehelai jari pun tak bisa digerakkan.
Dengan langkah ringan, pendeta itu melintas di hadapan Xia Simeng. Jubah kasabnya menyapu udara sementara gadis itu menatap tajam, sorot matanya dipenuhi keheranan mendalam.
Perlu diketahui, sebagai kapten tim【Phoenix】, Xia Simeng sendiri adalah ahli tingkat 'Wu Liang' yang tangguh. Tim mereka bahkan sanggup menghadapi makhluk mitos sekalipun.
Tapi di hadapan pendeta ini, mereka tak sanggup menahan sekadar pandangan biasa.
Dia... sebenarnya siapa?
Pendeta itu langsung mendekati Lin Qiye. Jarinya menggores pelan di pelipis pemuda itu, seolah sedang melukis sesuatu.
Saat goresan terakhir usai, tubuh Lin Qiye bergetar. Cahaya emas ilusi di sekitarnya lenyap tanpa bekas. Tanpa tenaga, ia terjatuh lemas.
Memandang remaja itu, sorot mata pendeta memancarkan warna persetujuan.
“Lin Qiye, jalanmu lebih panjang dari yang kamu bayangkan. Jika bisa melewati cobaan ini, barulah kamu benar-benar melangkah di jalan yang menjadi milikmu sendiri……”
Taois itu mengibaskan lengan jubahnya yang lebar, lalu melanjutkan langkah ke depan.
Tubuhnya segera menghilang di antara langit dan bumi.
Kekuatan yang menekan anggota tim【Phoenix】akhirnya lenyap. Mereka kasar memutar kepala, saling bertatapan dengan panik terpancar dari bola mata.
Xia Simian kembali membungkuk, menyelidiki kondisi spiritual Lin Qiye. Kelopak matanya semakin berbinar.
“Bagaimana kondisinya?” Kong Shang bertanya.
“Jiwanya sudah stabil.” Xia Simian masih dalam kebingungan, “Siapa sebenarnya orang itu? Bagaimana dia bisa...”
“Tidak tahu.” Kong Shang menatap arah kepergian sang Taois, “Bahkan langit-langit manusia pun tak mungkin menekan kita semua hanya dengan tatapan. Menurutmu, mungkinkah dia...”
Sebuah kemungkinan yang sama muncul di hati keduanya.
Xia Simian ragu sejenak, lalu menggelengkan kepala. Membungkuk untuk menggendong Lin Qiye yang pingsan, ia melangkah maju.
“Siapa dia sekarang mungkin sudah tidak begitu penting. Yang perlu kita tahu hanyalah dia kawan bukan lawan. Sisanya... biarlah orang lain yang memikirkannya.”
Di saat bersamaan, Lin Qiye di punggung Xia Simian perlahan membuka matanya dengan tatapan bingung.
“Kamu sadar?” tanya Xia Simian dengan kejutan, “Bagaimana perasaanmu?”
“Lin Qiye seolah tidak mendengar pertanyaannya, hanya tertegun memandangi udara di sampingnya, sesaat kemudian, senyuman merekah di wajahnya……”
Dia mengulurkan tangan, seolah ingin menggenggam sesuatu.
“Bibi, aku sudah kembali……”
Xia Simeng tiba-tiba berhenti melangkah, melirik Lin Qiye di belakangnya, lalu memandang Kong Shang dengan bingung.
Kong Shang membuka mulut, ragu-ragu berkata: “Dia ini… Gila?”
