“...Jadi, mengapa sebenarnya kita harus lewat jalur ini?”
Keempat orang berjalan beberapa langkah, Cao Yuan tidak tahan membuka mulut bertanya, "Kita mengapa tidak naik mobil mereka, langsung meninggalkan kabut ini?"
Bai Li Pangpang mencibir, "Kamu tahu apa? Ini namanya aura misterius! Kalau cuma pergi naik mobil sambil tertawa bodoh bersama mereka, bagaimana kita bisa meninggalkan punggung yang menjauh? Bagaimana cara berpura-pura keren?"
"......" Cao Yuan menoleh ke Lin Qiye, "Qiye, kamu juga berpikir seperti ini?"
Lin Qiye merenung sejenak, "Aku hanya tahu, tim khusus lain setelah menyelesaikan misi tidak akan naik mobil Tim Penyelamat untuk meninggalkan lokasi acara......"
"Kalau dipikir-pikir, tingkatannya memang agak rendah." Cao Yuan menghela napas.
"Penampilan kita dari awal memang kurang gengsi, sekarang saat mundur harus tetap tampan kan?" Bai Li Pangpang mengangkat bahu, "Kalau bisa seperti 【Ling Mei】 yang langsung naik tiang lalu swoosh terbang, baru itu namanya berkelas!"
Jia Lan mendengarkan obrolan ketiganya dengan tenang, tersenyum tanpa bicara.
Lin Qiye memperhatikan Jia Lan, setelah ragu sejenak ia langsung mendekati sisinya, membungkuk melihat busur kayu retak di tangannya sambil mengerutkan alis.
"Nanti setelah pulang, akan kubicarakan dengan pihak berwenang untuk membuatkanmu busur baru dari bahan pedang lurus." Lin Qiye akhirnya berbicara.
Jia Lan menatap busur di tangannya beberapa saat, sorot matanya penuh kerinduan.
"Busur ini sangat penting?" Lin Qiye bertanya dengan alis berkerut.
Jia Lan mengangguk.
Lin Qiye berpikir sejenak, "Kalau begitu, kirim busur panah ini ke sana, biarkan mereka memperbaikinya untukmu lalu mengembalikannya."
Mendengar ini, mata Jialan langsung berbinar. Dia mengangkat kepala memandang Lin Qiye, kedua matanya yang bagai menyimpan bintang-bintang berkedip-kedip, tertawa hingga membentuk bulan sabit.
"Eh, Lao Cao." Bai Li Pangpang mendekati Cao Yuan dengan ekspresi aneh, "Apa kamu tidak merasa... tatapan Jiejie Lan ke Qiye agak mencurigakan?"
Cao Yuan meliriknya, "Mana yang mencurigakan?"
"Ck, maksudku, maksudku... Sudahlah, kamu kan pria hetero konvensional pasti tidak mengerti." Bai Li Pangpang menyerah.
Cao Yuan membalikkan matanya, "Kamu harus menyadari satu hal."
"Apa?"
"Kalau aku pria hetero, Qiye pasti lebih parah lagi." Cao Yuan berkata serius, "Jika aku tidak bisa melihat sesuatu, dia pasti lebih tidak bisa..."
Bai Li Pangpang: ……
Dasar logikamu terdengar masuk akal!
Bai Li Pangpang memandang Jialan dengan penuh simpati sambil menghela napas panjang.
Jiejie Lan, jalan masa depanmu masih panjang... Bukan, jalan masa depanmu, masih paaaaanjang, paaaaanjang, paaaaanjang, paaaaanjang banget!
Mereka pun berjalan melewati jalanan berkabut, sampai di pinggiran pusat kota yang sepi. Dengungan mesin terdengar dari kejauhan, sebuah mobil van hitam muncul di ujung jalan.
"Cara kita mundur sudah muncul." Lin Qiye menatap mobil itu lalu berkata.
Mobil van hitam berhenti pelan di hadapan beberapa orang, jendela mobil diturunkan sedikit demi sedikit, An Qingyu yang berkacamata duduk di kursi pengemudi mengulurkan tangan dan menampar pintu mobil, lalu gagah menggelengkan kepala.
"Naik mobil."
“……”
Bai Li Pangpang memandang sinis ke arah mobil van lapuk itu, "Aku boleh tidak naik? Kelasnya kayaknya nggak jauh beda sama naik sepeda sewaan pulang."
"Kalau mau naik sepeda 20 kilometer ke rumah aman, silahkan saja tidak naik." Lin Qiye merenung sejenak lalu menjawab dengan serius.
"Tunggu!" Cao Yuan tiba-tiba berseru, "Bukannya kita masih ada urusan yang belum selesai?"
Lin Qiye dan Bai Li Pangpang menoleh ke arahnya dengan mengerutkan kening.
"Buat cap khusus dong!" Cao Yuan mengingatkan, "Kalau tidak ada bukti, bagaimana cara membuktikan kita pernah datang ke sini?"
Mendengar itu, Lin Qiye pun teringat.
Sebelumnya saat mengerjakan tugas di hutan purba, karena berpikir toh tidak ada yang melihat dan tim Penjaga Malam di Kabupaten Anta cuma dua orang, mereka malas membuat cap. Tapi sekarang kondisinya berbeda.
Dalam misi kali ini, kontribusi mereka terlalu besar, apalagi ada Tim 017 beranggotakan enam orang juga di dalam kabut. Agar mudah dicatat jasanya, lebih baik mereka membuat cap khusus.
"Cap seperti apa yang harus kita buat?" Lin Qiye membungkuk sambil merenung.
"Gimana kalau kita gambar orang gemuk di tanah!"
Bai Li Pangpang mengeluarkan semprotan cat hitam dari saku, lalu berseru dengan bersemangat!
Dia tidak menunggu yang lain menghalangi, langsung menekan tombol nozzle dan menyemprotkan wujud manusia yang berbelit-belit di tanah.
"Tidak boleh, terlalu jelek!" Cao Yuan merebut semprotan cat dari tangan Bai Li Pangpang. Setelah ragu sejenak, dia menyemprotkan pedang lurus di tangan kanan figur tersebut.
Disebut pedang lurus, tapi sebenarnya hanya garis hitam berbentuk "". Belum selesai, Cao Yuan menambahkan garis-garis berkelok-kelok di sekitar "" itu sebagai simbol nyala api kemarahan.
Mata Jialan berbinar-binar. Dia melambaikan tangan ke Cao Yuan dengan ekspresi penuh semangat.
"Kakak Lan ingin melukis, cepat berikan ke Kakak Lan untuk main-main!" Bai Li Pangpang merebut lagi semprotan cat dari tangan Cao Yuan dan menyerahkannya ke Jialan.
Maka Jialan menyemprotkan panah di tangan kiri figur itu. Harus diakui, dibandingkan kemampuan melukis Bai Li Pangpang dan Cao Yuan, panah yang dibuat Jialan adalah satu-satunya benda yang bisa dikenali bentuknya dalam gambar ini...
An Qingyu turun dari kursi pengemudi. Setelah menerima semprotan cat dari Jialan dan merenung sejenak, dia menambahkan kacamata hitam besar pada figur itu...
Maka terciptalah seorang pria gemuk dengan panah di tangan kiri, pedang lurus di tangan kanan, dan kacamata hitam besar!
Lin Qiye: ...???
"Ini kan simbol citra tim kita... Tapi hasilnya terlalu jelek." Lin Qiye memegang dahinya.
Mereka saling bertatapan, lalu mengangguk diam-diam.
“Qiye, kamu bilang harus dilukis bagaimana?” Bai Li Pangpang menyerahkan semprotan cat ke tangan Lin Qiye.
Lin Qiye agak pusing melihat lukisan abstrak ini, setelah berpikir keras lama, tetap tidak menemukan cara memperbaikinya, akhirnya langsung menekan semprotan dan mengecat seluruh permukaan menjadi hitam.
Untuk estetika, Lin Qiye khusus menggunakan pengalamannya menggambar formasi sihir, melukis lingkaran sempurna di lantai, bagian tengah seluruhnya dihitamkan, sehingga lukisan berubah menjadi "●".
"Sepertinya masih terlalu sederhana." Lin Qiye bergumam sendiri.
Lirikan matanya menangkap dua pedang di punggungnya, matanya berbinar, menggunakan semprotan cat di tangannya membuat tanda "×" besar di lingkaran itu.
Dua garis ini stabil dan penuh kekuatan, bagaikan dua pedang lurus hitam membelah kegelapan malam, bersih dan tegas.
"Dilihat begini, sepertinya cukup baik." An Qingyu mengangguk, menambahkan, "Lebih baik dari yang tadi..."
"Kalau begitu, sudah cukup."
Lin Qiye melempar semprotan cat ke Bai Li Pangpang, menepuk tangan, menunduk memandang karya besarnya dengan puas sambil mengangguk.
"Selesai syuting!"
Chapter 0407: Mencari Jimat
Rumah sakit.
Mata Qin Kai yang tertutup rapat bergetar halus, di antara erangan lemah, perlahan membuka kedua kelopak matanya.
"Hiss..."
Ia memandang langit-langit putih di atasnya, tertegun beberapa detik, lalu refleks ingin bangun - rasa sakit dari pahanya membuatnya langsung menyeringai.
"Kapten!!"
Mendengar suara ini, Jiang Han yang sedang bersandar miring di samping tembok sambil bersantai tiba-tiba kembali sadar, segera melangkah mendekatinya dan berkata dengan gembira, "Kapten, akhirnya kamu sadar!"
"Xiao Han..." Qin Kai melihatnya, ekspresinya perlahan mulai santai. Matanya memandang sekeliling ruangan sambil bertanya dengan ragu, "Kenapa aku bisa ada di sini?"
Jiang Han tertegun, "Kamu terluka, tentu harus ke rumah sakit."
"Bukan itu maksudku... Kabutnya? Bagaimana dengan 【Bell Crand】?" Qin Kai mengerutkan alis seolah teringat sesuatu, "Dan Molly, apa kabarnya?"
"Tenanglah Kapten, kabut dan 【Bell Crand】 sudah ditangani tim khusus." Jiang Han tersenyum, "Luka Molly memang cukup parah, tapi tidak ada masalah serius. Semalam dia sudah sadar, sekarang di ruangan sebelah. Zhengzheng dan yang lain sedang mengurus prosedur rawat inapmu di lantai bawah, seharusnya segera kembali."
"Tim khusus?" Qin Kai tampak bingung sesaat, "Apakah tim 【Fènghuáng】? Apa mereka baik-baik saja?"
"Bukan tim 【Fènghuáng】..." Ekspresi Jiang Han menunjukkan keraguan.
"Kalau begitu 【Topeng Palsu】?" Qin Kai menghela napas lega, "Untung yang datang bukan tim 【Fènghuáng】, kalau tidak urusannya akan rumit..."
Saat mereka sedang berbincang, empat siluet muncul dari balik pintu. Melihat Qin Kai yang sedang duduk di ranjang, wajah mereka serentak menunjukkan ekspresi senang.
Seorang gadis remaja yang dipanggil Zhengzheng segera mendekat dan meletakkan keranjang buah mungil nan indah di tepi ranjang pasien, "Kapten, kami membeli sedikit buah di toko buah lantai bawah untukmu. Kalau ada nafsu makan, kamu bisa makan sedikit."
Suaranya sangat lembut, bagai angin semi yang membuat siapapun yang mendengarnya merasa nyaman.
“Terima kasih.” Qin Kai tersenyum, menoleh memandang Jiang Han, “Ngomong-ngomong, lanjutkan ceritamu, bagaimana kabar tim 【kostum】?”
“Kapten, yang datang juga bukan tim 【kostum】.” Jiang Han menggaruk kepalanya, “Meski mereka juga mengenakan topeng, tapi semua bertema Journey to the West, berbeda dengan 【kostum】.”
“Topeng bertema Journey to the West?” Qin Kai tertegun lama baru menyadari, “Kenapa aku tak pernah mendengar ada tim khusus yang mengenakan topeng Journey to the West?”
“Benar, Kapten.” Seorang anggota tim yang kurus tidak tahan berkomentar, “Saat kita dikendalikan mental, kami sempat bertarung dengan mereka. Ada yang memakai topeng Hong Haier dan topeng Sha Wujing. Performa tempur mereka sangat kuat, dan menggunakan area larangan yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Dan... Zhengzheng bahkan dielus-elus oleh Zhu Bajie mesum itu!”
“？” Qin Kai heran menoleh memandang Zhengzheng.
Wajah Zhengzheng kemerahan, ia mengerutkan alis sambil berpikir beberapa saat, “Sebenarnya... itu mungkin tidak bisa disebut mengelus-elus... Saat mengikatku, modusnya memang agak aneh?”
“Dari seperti itu, masih tidak disebut mengelus-elus?” Pria kurus itu berapi-api, “Zhu Bajie itu, sekilas sudah kelihatan bukan orang baik! Kalau lain kali aku melihatnya, pasti akan kuhukum dia!”
“Tidak, yang paling keterlaluan adalah Hong Haier itu!” Sun Luan dengan satu tangan yang digipsi, bersandar di samping tembok, seolah teringat sesuatu, sorot matanya penuh ketakutan.
“Aku sampai dipukul pingsan tergeletak di tanah, dia malah dengan pasrah mematahkan lenganku... Sungguh sekejam itu!”
Qin Kai terjebak dalam renungan.
“Di dalam juga ada seorang pemuda yang tidak memakai topeng, kemampuannya sangat kuat.” Qian Haoran berdiri di depan ranjang pasien, berkata dengan serius, “Dia sepertinya hanya tingkat ‘Chuan’, tapi berhasil membunuh 【Bell Crand】 sendirian, ini yang kusaksikan langsung.”
“Pemuda yang bisa membunuh 【Bell Crand】 sendirian meski hanya tingkat ‘Chuan’... Dari mana munculnya sekelompok orang hebat seperti ini?” Qin Kai mengerutkan alis.
“Omong-omong Kapten, ada satu urusan lagi.”
Jiang Han seolah teringat sesuatu, mengeluarkan sebuah tablet dari tasnya, menyerahkannya ke tangan Qin Kai.
“Setelah kabut menghilang kemarin, tim penyapu masuk untuk membersihkan medan perang, menemukan sebuah jejak semprotan hitam di tengah persimpangan besar depan pusat Kota Gusu.”
Qin Kai menerima tablet itu, melihat foto yang diambil dari sudut tinggi di layar. Di area tengah persimpangan, tiba-tiba muncul lingkaran hitam besar yang dibelah dua garis lurus tegak, terlihat misterius.
“Kami memeriksa rekaman CCTV di sekitar sana, ternyata ini ditinggalkan oleh tim khusus itu.” Jiang Han membuka suara, “Setelah melukis pola ini, mereka pergi mengendarai mobil van hitam lapuk...”
“Mobil van rusak?” Qin Kai tertegun, “Tim khusus apa yang mau menyetir mobil van pergi?”
“Kami memeriksa plat nomor mobil itu, ternyata itu plat nomor palsu, sama sekali tidak bisa dilacak. Mobil itu menghilang dari pantauan setelah melewati dua jalan, dan tidak pernah muncul lagi.”
Qin Kai menatap tajam ukiran itu sambil berpikir lama, akhirnya menghela napas panjang dan mengulurkan tabletnya ke Jiang Han.
“Tidak peduli siapa mereka, karena insiden 【Bell Crand】 sudah diselesaikan, ini hasil terbaik... Catat semua ini, laporkan ke pihak berwenang, serahkan semuanya pada mereka.”
“Ya.”
……
Dang——!
Dang——!!
Dang——!!!
Di pinggiran kota Gusu, suara lonceng kuno bergema pelan dari sebuah kuil anggun bernuansa klasik.
Angin sepoi-sepoi membawa daun ginkgo keemasan berjatuhan di tanah. Para turis mengangkat dupa sambil memandang patung Buddha di pusat kuil, mengucapkan harapan tulus lalu membungkuk perlahan...
Asap dupa mengepul di kuil, seolah mampu menyucikan segala kegelisahan dunia. Dentuman ayat suci membuat pikiran tenang bagaikan biara kuno ini.
“Penderma, ada yang bisa kami bantu?” Seorang biksu berdiri di depan etalase kayu dengan tangan disatukan, bertanya lembut.
Di luar etalase, seorang pria gemuk menggaruk kepalanya, “Di sini jual jimat pelindung nggak?”
“Ada.” Biksu mengeluarkan beberapa tas jimat merah berukiran dari etalase, menyusunnya berurutan di atas meja, “Di sini kami memiliki jimat keselamatan keluarga, jimat keselamatan karir, jimat panjang umur... Penderma, yang mana yang Anda inginkan?”
Orang gemuk itu memandangi rangkaian tas jimat di hadapannya dengan ragu, “Kelihatannya agak banyak ya... Kalau digantung di tangan tidak sebagus Rolex.”
Biksu itu tertegun, “Penderma, jika Anda merasa yang ini tidak cocok, lebih baik langsung membeli jimat kayu cendana khas kuil kami.”
Ia mengeluarkan selembar kayu beraroma cendana samar dari etalase, ukurannya sekitar setengah telapak tangan, dengan material tebal dan kokoh. Di bagian atasnya tergantung seuntai tasbih kecil yang bisa digantung di mana saja.
“Kayu cendana ini telah disucikan oleh biksu senior kuil kami, efeknya jauh lebih baik daripada tas jimat itu. Di bagian belakang bisa diukir nama orang yang ingin Anda beri, bagian depan bisa diukir harapan Anda... Misalnya kesehatan panjang umur, terlindung dari roh jahat, naik jabatan...”
Bai Li Pangpang menerima jimat kayu cendana itu, mengamatinya dengan teliti lama sekali, lalu mengangguk puas, “Barang ini bagus... Eh, bisakah saya minta diukir beberapa harapan sekaligus?”
“Penderma, keserakahan menunjukkan ketidakikhlasan hati...”
Tanpa basa-basi, Bai Li Pangpang mengeluarkan setumpuk uang tebal dari sakunya dan menebarkannya di atas etalase.
“Ukirkan dua puluh untukku!”
