Jia Lan menggendong Lin Qiye yang kondisi mentalnya tidak stabil, menerjang kembali ke gudang. Baru saja masuk, siluet Zhou Ping sudah berdiri di hadapannya.
Pandangan Zhou Ping jatuh pada Lin Qiye yang dikelilingi aura ungu, alisnya berkerut halus, "Polusi mental?"
Ia menyatukan dua jarinya, seberkas gelombang energi pedang melingkari ujung jarinya, kemudian menempelkannya lembut di pelipis Lin Qiye.
Seluruh aura ungu yang bercampur dalam mental Lin Qiye bagaikan noda di piring, seketika disikat habis oleh gelombang energi pedang yang dahsyat. Aura terpaksa keluar dari tubuhnya, membentuk awan ungu yang mekar di sekelilingnya. Zhou Ping hanya perlu melambaikan tangan, semua aura itu pun lenyap di udara.
Mata Lin Qiye perlahan kembali jernih.
Zhou Ping mengangguk, "Sudah, dia tidak apa-apa."
Jia Lan：……
Zhou Ping menoleh memandang Bai Li Pangpang dan dua rekannya di luar gudang. Melihat pandangan kesal mereka, ia tertegun, "Kalian... ada maksud apa menatapku seperti ini?"
Bai Li Pangpang menutup matanya, menghela napas pasrah.
Inilah yang disebut Cheng Yaojin muncul di tengah jalan!
Kesempatan langka Kakak Jia Lan ini, nasi yang hampir matang tiba-tiba dirampok di tengah jalan...
Saat Bai Li Pangpang membuka mulut hendak bicara, suara jernih bergema dari tubuh Lin Qiye, seolah sesuatu telah pecah, bergema jelas di dalam gudang.
Langsung setelah itu, gelombang kekuatan spiritual yang dahsyat meledak dari pusat Lin Qiye!
Jia Lan yang sedang menggendong Lin Qiye tiba-tiba membeku di tempat.
"Lulus breaktrough?" Zhou Ping memandang Lin Qiye, sorot matanya penuh ekspresi terkejut.
Bola mata Lin Qiye tak lagi menyisakan secercah keruh, digantikan oleh kewaspadaan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Rembesan cahaya samar mulai memancar dari matanya, diiringi gemuruh air laut yang terdengar bergemuruh dari dalam tubuhnya.
Sebenarnya jalan buntu Lin Qiye sudah mulai longgar sebelumnya. Polusi mental dosis tinggi kali ini, ditambah seberkas gelombang energi pedang Sang Santo, akhirnya berhasil menembus lapisan kertas tipis terakhir. Aliran spiritual dalam pikiran Lin Qiye akhirnya menyatu menjadi lautan luas.
Lin Qiye, memasuki level "Hai".
Dengan lincah ia melompat dari dekapan Jia Lan ke tanah. Menarik nafas dalam-dalam, ia mengumpulkan seluruh energi keruh yang bersembunyi di tubuhnya ke paru-paru, lalu menghembuskannya perlahan...
Saat membuka mata lebar-lebar seketika itu, dunia terasa jauh lebih jernih.
"Bagus." Zhou Ping mengangguk halus, "Proses breaktroughmu lebih cepat dari perkiraanku."
Lin Qiye tersenyum tipis, lalu menoleh ke arah Jia Lan di belakangnya, "Terima kasih atas bantuannya kali ini, Jia Lan."
Ekspresi Jia Lan terlihat tegang. Setelah lama, baru terdengar jawaban pendek, "Ya."
“Karena selain Cao Yuan, semua anggota tim pada dasarnya sudah memasuki Tingkat 'Laut', sekarang saatnya masuk ke tahap latihan berikutnya...” Zhou Ping berucap sambil terlihat termenung, wajahnya menunjukkan ekspresi kesulitan seolah memikirkan sesuatu.
Lin Qiye dan yang lain saling bertatapan, “Senior Santo Pedang, apa bentuk latihan di tahap berikutnya?”
“Tahap pertama adalah 'Gelombang Energi Pedang' untuk meningkatkan tingkat kekuatan spiritual kalian. Tahap kedua adalah 'Kemampuan Bertarung Individu' dengan saling berlatih antar anggota untuk menutupi kelemahan masing-masing. Tahap ketiga... tentu saja 'Latihan Pertempuran Tim'.”
“Pertempuran tim?” Bai Li Pangpang mengerutkan kening, “Lalu siapa lawan kami? Jangan-jangan Senior lagi? Kalau melawan Senior, kami pasti babak belur.”
“Tidak, lawan latihan kalian bukan aku.” Zhou Ping berucap seram, “Mereka adalah tim Penjaga Malam dengan nomor 006 hingga 010.”
“Tim Penjaga Malam?!”
Seketika, mata semua orang dipenuhi keheranan mendalam.
“Jadi, jangan-jangan kita harus...”
Zhou Ping mengangguk, “Pergi ke markas tim Penjaga Malam nomor 006 sampai 010 dan duel dengan mereka... Tapi tim 010 yang berjaga di Kota Guangsen masih dalam proses pembentukan kembali, jadi sebenarnya hanya ada empat tim lawan.”
“Harus bentrok keras dengan Tim Penjaga Malam Shangjing...” Lin Qiye merenung sejenak, “Tapi kita cuma lima orang. Bagaimana caranya?”
“Jumlah personil yang dikirimkan tim Penjaga Malam akan disesuaikan dengan jumlah anggota kalian.” Zhou Ping berhenti sebentar, “Setidaknya itu rencanaku.”
Mendengar kalimat ini, Lin Qiye tertegun, "Apa maksudmu Anda berencana seperti itu... Apakah pihak berwenang Penjaga Malam belum berkoordinasi dengan tim-tim itu?"
"...Tidak."
"..." Tiba-tiba Lin Qiye memikirkan suatu kemungkinan, "Jangan-jangan, pihak berwenang sama sekali belum memberitahu tim-tim itu bahwa kita akan datang menantang?"
"Ya."
“……”
Udara pun tenggelam dalam kesunyian maut.
"Kita harus menerjang markas 10 tim teratas di Da Xia saat mereka sama sekali tak waspada, lalu berkelahi dengan mereka?" Bai Li Pangpang terkejut luar biasa, "Apa bedanya dengan perampok?!"
"Perbedaannya, kita hanya berkelahi, tidak merampok barang." An Qingyu berucap seram.
"Sebenarnya tidak seekstrem itu." Zhou Ping memikirkan kata-katanya, "Maksud Ye Fan adalah meminta saya untuk berkoordinasi dengan tim-tim itu, menjelaskan maksud kedatangan kita, dan bersama-sama merundingkan detail tantangan..."
Cao Yuan menghela napas lega, "Syukurlah. Asalkan Tuan membuka identitas sebagai Santo Pedang, pasti mereka tidak berani menolak."
"Ye Fan melarangku membuka identitas." Zhou Ping menambahkan.
Lin Qiye: ...
Lin Qiye dan yang lain saling bertatapan diam-diam.
Ya, lebih baik langsung serbu saja.
Fobia sosial berat Zhou Ping sudah lama dirasakan Lin Qiye dkk. Ini adalah karakter yang akan kabur membawa tas setelah tiga kalimat. Tanpa membuka identitas, mengharapkannya bernegosiasi dengan tim Penjaga Malam yang tak mengenal mereka... Lebih baik pihak lawan tidak mengusirnya saja sudah untung.
“Lin Qiye dan yang lain sudah bersama dia selama lebih dari dua bulan, performa Zhou Ping hanya berhenti di level 'tidak akan kabur'. Setiap kali usai pelajaran, dia selalu langsung kembali ke kamarnya dan menutup pintu. Kecuali untuk penjelasan penting, dia hampir tidak pernah berinisiatif berkomunikasi dengan mereka.”
“Senior Santo Pedang……Senior Santo Pedang?” Lin Qiye melihat Zhou Ping berdiri mematung seperti patung, tidak tahan untuk berbicara.
“……Ya?” Zhou Ping tersentak dari lamunannya.
“Apa kita perlu mempersiapkan sesuatu? Dan, kapan kita berangkat?”
“Oh……Persiapan biasa saja, Be, besok pagi berangkat.” Zhou Ping berbalik dan bergegas menuju kamarnya, “Kalian bersihkan barang-barang sendiri, aku ada urusan……”
Lin Qiye: ……
Braak——!
Zhou Ping menutup pintu kamar, di tanah lapang gudang hanya tersisa lima orang Lin Qiye yang saling bertatapan.
“Aku rasa, latihan Tahap Ketiga ini, tantangan terbesarnya bukan mengalahkan regu-regu itu, tapi bagaimana membuat Senior Santo Pedang berkomunikasi normal dengan regu lain……” Cao Yuan berkata dengan curiga.
“Tidak, bagaimana dia berkomunikasi dengan regu lain bukan masalah terbesar.” Bai Li Pangpang berbicara serius, “Masalah terbesarnya adalah, bagaimana mencegahnya kabur diam-diam selama proses ini……”
Chapter 0474 Mengacau Acara
Tengah malam.
Cahaya bulan samar-samar.
Jendela di pinggiran gudang didorong perlahan, sebuah siluet menyelinap keluar sambil mengangkat koper ke punggungnya, melesat ke pinggiran seperti siluman.
Dalam gelapnya malam, para prajurit yang berjaga di sekitar basis militer berdiri tegak di pos mereka masing-masing, memegang night vision goggles, mengamati sekeliling dengan teliti. Gemerisik suara terdengar dari walkie-talkie di pinggang mereka.
"Laporkan kondisi masing-masing kelompok."
"Kelompok pertama tidak ada kelainan."
"Kelompok kedua tidak ada kelainan."
"Kelompok ketiga……"
Setelah semua kelompok selesai melapor, suara dari ujung walkie-talkie terdengar seperti menarik napas lega.
"Kalian harus dalam kondisi mental maksimal! Sama sekali tak boleh membiarkan Santo Pedang kabur diam-diam. Aku tak meminta kalian menghentikannya, asalkan menemui jejaknya, langsung laporkan padaku... Ini perintah langsung dari Sang Panglima Ye! Jika Santo Pedang kabur lagi, kita semua akan kena getahnya. Paham?"
"Paham!"
Prajurit yang berdiri di platform tinggi meletakkan walkie-talkie kembali ke pinggangnya. Saat hendak mengangkat night vision goggles, gelombang energi pedang tak kasat mata tiba-tiba menghantam dahinya!
Matanya langsung gelap, kesadarannya pun menghilang. Tubuhnya roboh tak berdaya.
Bukan hanya dia, semua prajurit di area ini serentak pingsan diterjang energi pedang. Siluet manusia melesat melintasi langit, dalam sekejap mata sudah sampai di pinggiran basis militer.
Zhou Ping menarik koper, diam-diam melepas masker hitamnya. Memandangi sekeliling yang kosong, ia menghela napas panjang.
Sekarang tak ada yang bisa mengadu pada Ye Fan...
Tit-tit-tit——!!
Dari kejauhan, suara klakson mobil tiba-tiba menggema.
“Lampu jauh yang menyilaukan meruntuhkan kegelapan, menyoroti tubuh Zhou Ping seperti anak panah tajam. Cahaya-cahaya ini membentuk setengah lingkaran yang rapat, menerangi seluruh area layaknya konser musik.”
“Tiga puluh lebih Mercedes hitam yang tersembunyi dalam kegelapan secara serentak menyala, pelan mendekat ke arah Zhou Ping.”
“Zhou Ping yang berdiri di tengah sorotan cahaya bagai patung, mematung menatap pemandangan di hadapannya dengan ekspresi tidak memahami.”
“Kenapa bisa ada begitu banyak Mercedes yang berjaga-jaga di sini...”
“Padahal dia memilih arah secara acak?”
“Hukh, Senior Santo Pedang, tengah malam begini sudah mau berangkat, kenapa tidak bilang-bilang kami...”
“Dari balik kegelapan di belakang Zhou Ping, lima siluet membawa kotak hitam melompati pagar basis militer dengan lincah. Mereka mendarat di depan barisan mobil, bayangan ramping mereka tercetak rapi di tanah oleh sorotan lampu.”
“Sosok yang agak gemuk di antara mereka menyimpan tangan di saku, menghela nafas pasrah.”
“Kalian...” Zhou Ping terperangah, “Bagaimana kalian bisa tahu...”
“Senior, pernahkah terpikir olehmu...” Lin Qiye berkata serius, “Kau sangat mudah ditebak... Bahkan Jia Lan saja bisa menebak kau akan kabur malam ini. Tentu kami sudah siap-siap.”
“Jia Lan di sampingnya memalingkan wajah, melotot kesal.”
“Tapi bagaimana kalian tahu aku akan lewat sini?” Zhou Ping masih penasaran.
“Pertanyaan bagus!” Bai Li Pangpang tersenyum kecut, mengeluarkan walkie-talkie dari pinggangnya, menekan tombol, “Perhatian semua personil, nyalakan lampu!”
Kreng-kreng-kreng-kreng——!!
Ratusan lampu mobil Mercedes yang tersembunyi di sekitar basis militer secara berturut-turut menyala dalam kegelapan, cahaya menyilaukan secara sempurna mengelilingi seluruh basis. Bagaimanapun arah Zhou Ping melangkah, mustahil menghindari radius pencahayaan mereka.
Zhou Ping：……
“Kebetulan, dividen grup minggu lalu sudah cair. Kalau tidak, mungkin aku tidak bisa menyewa sebanyak ini.” Bai Li Pangpang mengangkat bahu, berkata dengan senyum samar, “Seluruh persediaan Mercedes di industri rental dan penjualan mobil kota Huaihai sudah aku borong, bahkan lebih dari 100 unit didatangkan dari kota sebelah. Barisan megah ini seharusnya cukup ya?”
“Gemuk, aku teringat sesuatu.”
“Ya?”
Lin Qiye merenung sejenak, “Kapan kamu mau mereimburse uang jas kita?”
“...Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk membahas ini, Qiye?”
“Masuk akal.”
Lin Qiye menengadah, tersenyum memandangi Zhou Ping sambil menunjuk ke ratusan mobil di sekitar.
“Santo Pedang, silakan pilih satu yang cocok dengan jodoh matamu. Kita... akan memulai latihan Tahap Ketiga.”
……
Sehari kemudian.
Kota Xining.
Enam siluet keluar dari bandara pribadi. Bai Li Pangpang melepas kacamata hitam dari batang hidungnya, mengamati kota penuh nuansa kuno di hadapannya, alisnya sedikit terangkat.
“Xi’ning ya…… Sebelumnya aku sudah ingin berkunjung, sayang tidak ada kesempatan. Kita harus tinggal lebih lama beberapa hari.”
“Kita datang untuk latihan, bukan jalan-jalan.” Lin Qiye mengeluarkan dokumen dari saku, berbicara sambil termenung, “Tim 009 Penjaga Malam di Kota Xi’ning, total tujuh anggota. Kapten Huang Yuande, Wakil Kapten Shan Mei, dan anggota bernama Jiang Liu berada di Tingkat 'Laut'. Empat anggota lainnya semuanya di Tingkat 'Chuan'... Hmm, tiga Tingkat 'Laut'. Ini seharusnya tidak masalah. Bisa cepat selesai lalu pindah ke kota berikutnya.”
Setelah selesai berbicara, dia menoleh memandang Zhou Ping yang sedang menunduk melihat ujung kakinya sendiri, “Senior Santo Pedang, menurutmu?”
Tubuh Zhou Ping bergetar. Setelah lama berpikir, dia berbicara pelan, “Menurutku… bahkan tanpa aku ikut berunding, kalian berlima sudah bisa mengalahkan mereka.”
“Tapi untuk tim-tim selanjutnya, kita masih butuh Senior untuk bernegosiasi.” Bai Li Pangpang mendekatinya, “Kali ini anggap saja latihan. Sekalipun gagal, tidak masalah!”
“Iya, Senior Santo Pedang. Anggap saja ini pemanasan.”
Setelah didesak lama oleh Lin Qiye dan yang lain, kepala Zhou Ping semakin merunduk. Akhirnya dengan pasrah dia mengangguk.
“Kalau… begitu… aku… coba saja.”
Mereka menyusuri alamat di dokumen, tiba di gerbang kompleks perumahan tua. Menuruni lereng garasi ke lantai dasar, akhirnya berdiri di depan pintu kecil bertuliskan “Pos Pemula”.
“Qiye, Tim 009 ini juga merangkap layanan pengiriman?” Bai Li Pangpang bertanya dengan heran.
“Apa yang aneh dari ini? Kantor pengacara Tim 136 kita sebelumnya bahkan pernah menangani perselisihan emosional nenek 70 tahun.” Lin Qiye berkata dengan tenang, “Saat tidak ada 'misteri' yang muncul, tim penjaga diperbolehkan mengembangkan bisnis lain.”
Bai Li Pangpang mengangguk.
Dalam keheningan, semua orang menoleh memandang Zhou Ping yang berdiri di paling belakang.
“......” Mulut Zhou Ping berkedut halus, “Aku... aku tidak tahu harus bilang apa...”
“Anda cukup jelaskan maksud kedatangan kita.”
“Kalau... begitu... baiklah.”
Zhou Ping mempatung di tempatnya cukup lama, akhirnya memberanikan diri mendorong pintu masuk ke dalam.
Di dalam toko sempit itu, seorang pria paruh baya yang sedang memindahkan paket mengangkat kepala, melirik Zhou Ping lalu tersenyum ramah: “Selamat siang, saya kurir Huang Yuande. Berapa kode pengambilan barang Bapak?”
“Aku... aku... tidak punya kode pengambilan.”
“Oh? Kalau begitu Bapak mau mengirim paket? Mau kirim ke mana?”
“......Aku juga tidak mau mengirim.” Setelah menahan diri lama, Zhou Ping akhirnya mengeluarkan kalimat: “Aku di sini untuk mengacau acara.”
Huang Yuande memandang curiga, “Lalu maksudmu ke sini untuk apa?”
Zhou Ping merenung sejenak, “Aku membawa orang untuk memprovokasi keributan.”
Chapter 0475 Surat Ancaman
Huang Yuande mendengar kalimat itu, berdiri mempatung dengan bingung sejenak, mengamati Zhou Ping dengan teliti, lalu berkata dengan ekspresi aneh, "Sudah bertahun-tahun aku kerja di logistik, baru pertama kali dengar ada yang berani mengacau acara di titik pengiriman... Pencuri paket pun tak seenak ini berlagak?"
Di bawah tatapan Huang Yuande, mulut Zhou Ping berkedut. Dengan kaku ia berbalik memandang Lin Qiye dan yang lain di luar pintu, wajahnya penuh tulisan "Tolong Aku".
Lin Qiye menghela napas dengan pasrah.
"Kapten Huang... Guru Huang, hari ini cuma kau sendiri di sini?" Lin Qiye masuk sambil tersenyum.
"Iya, yang lain di pos lagi ada urusan. Ada nomor paketnya? Langsung kasih tahu, aku ambilkan."
"Oh..." Lin Qiye melirik sekeliling, memastikan tak ada kamera, lalu mengangguk. Enteng ia berkata pada rombongan di belakangnya, "Culik."
Di belakangnya, senyum mengerikan merekah serempak di wajah Bai Li Pangpang, Cao Yuan, An Qingyu, dan Jia Lan...
Huang Yuande: ???
Gempa ringan terdengar dari garasi bawah tanah, hanya bertahan kurang dari setengah menit. Segalanya kembali tenang.
Bai Li Pangpang memikul karung hitam keluar dari pos. Di dalamnya, Huang Yuande yang babak belur sudah tak sadarkan diri, terguncang-guncang di bahu seperti karung pasir.
Di dalam pos, Lin Qiye berdiri di meja, menggenggam kuas sambil menulis sesuatu di kertas.
Setelah selesai menulis, Lin Qiye meletakkan kertas ini di tempat yang paling mencolok, lalu menoleh ke Zhou Ping sambil berkata, "Sudah ditangani."
"……" Zhou Ping bertanya dengan ragu, "Kamu yakin begini sudah cukup？"
"Ya." Lin Qiye mengangguk, "Sekarang hanya Huang Yuande yang ada di sini, anggota tim lainnya belum diketahui di mana, dan tempat ini sangat sempit. Jika kita benar-benar berkelahi, garasi ini pasti akan runtuh. Kita tidak punya identitas, meski menjelaskan maksud, mereka belum tentu percaya. Jadi cara terbaik adalah membuat mereka yang mencari kita, menghindari semua masalah, langsung bertarung di lokasi yang tepat."
Lin Qiye menunjuk Huang Yuande yang sedang diangkat ke bahu oleh Bai Li Pangpang, "Kapten mereka kita tangkap, pasti akan datang."
"Tapi bagaimana jika reaksi mereka berlebihan dan melapor ke pihak berwenang Penjaga Malam？"
"Aku sudah membuat tanda di kertas. Meski mereka melapor, pihak berwenang akan tahu yang menculik Huang Yuande adalah kita, tidak akan menimbulkan kepanikan."
Zhou Ping mengangguk, "Kalau kamu sudah mempertimbangkan semuanya, mari lakukan seperti ini."
Lin Qiye keluar dari pos, menutup pintu rapat-rapat, bahkan menempelkan pemberitahuan "Tutup Sementara" di depan, lalu pergi membawa Huang Yuande yang pingsan……
……
Dua jam kemudian.
Beberapa siluet berkostum kurir yang sedang tertawa riang mendekati pintu pos. Melihat tanda "Tutup Sementara" di pintu, mereka tiba-tiba membeku di tempat.
Jiang Liu mengerutkan kening sambil memandang wanita di sisinya, "Wakil Kapten, kita cuma keluar mengantar paket sebentar, kenapa Kapten sudah menutup toko？"
“Dan Mei alis berkerut, segera mendekat dan mendorong pintu geser, tapi tidak bergerak.
“Ada kejadian.” Wajah Dan Mei langsung muram, telapak tangannya mengencang hingga pintu geser berubah bentuk, lalu melangkah masuk.
Pandangannya cepat memindai pos, semua perabotan masih utuh. Hanya ubin lantai yang retak besar seolah ada pertarungan kecil. Patut disyukuri, mayat Huang Yuande tak ditemukan, udara pun tak berbau darah. Ia menarik napas lega.
Meski ada pertarungan, tak ada yang terluka?
Lalu Huang Yuande ke mana?
Sebagai Wakil Kapten yang lima enam tahun di tim ini, Dan Mei sangat paham karakter Huang. Bukan tipe yang hilang tanpa kabar. Sekalipun ada urusan mendesak, pasti tinggalkan jejak...
“Wakil Kapten!” Seorang anggota melihat kertas di meja, wajahnya berubah pucat, “Lihat ini!”
Dan Mei melangkah besar ke meja. Di tengahnya terpajang rapi kertas A4 bertuliskan karakter kecil.
“Yang Terhormat (coretkan)... Anggota bodoh Tim 009. Kalian baik? Kami bawa kaptenmu. Mau dia hidup, bawa semua senjata ke pabrik tua di pinggiran utara Xining sekarang. Kalian Orang Pintar, pasti tahu lapor polisi percuma. Jangan minta tolong ke pihak berwenang, mereka takkan bantu. Jika matahari terbenam kalian belum datang, kami sobek tiket.”
Di akhir teks ini, terdapat pola lingkaran hitam, dua garis tajam menebas lingkaran hitam itu, sapuan kuas yang runcing seolah menghembuskan aura pembunuhan.
"Ini... surat ancaman?" Jiang Liu membuka mulut dengan ekspresi tidak percaya, "Kapten Huang diculik oleh mereka?"
"Bagaimana mungkin? Kapten Huang adalah yang terkuat di Tingkat 'Laut', siapa yang bisa menculiknya dengan mudah seperti ini?"
Wajah Shan Mei tampak muram, tapi tak menunjukkan kepanikan. Ia mengerutkan alis sambil membacakan surat ancaman itu berulang kali, kerutan kebingungan di matanya semakin dalam.
"Banyak kejanggalan dalam surat ini." Shan Mei berbicara pelan, "Pihak lawan tahu kami tim Penjaga Malam, bahkan menyebutkan nomor regu, bisa menemukan posisi rumah aman kami... seharusnya bukan makhluk mistis, melainkan pengguna kemampuan super ganas yang pernah punya ikatan erat dengan kami. Surat ancaman biasa biasanya memberi syarat pertukaran tawanan, tapi surat ini malah menyuruh kami ke lokasi itu sambil meminta kami membawa semua senjata. Dari sini terlihat target mereka adalah tim kami sendiri. Tapi kenapa mereka begitu yakin pihak berwenang Penjaga Malam tidak akan membantu..."
Shan Mei merenung cukup lama, tetap tak menemukan alasan di balik semua ini.
"Lalu, Wakil Kapten, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya seorang anggota tim, "Matahari hampir terbenam, jika ditunda lagi, aku takut..."
“Langsung fax surat ini ke markas Penjaga Malam, ajukan permohonan bantuan. Orang yang bisa menculik Tim Huang secara diam-diam pasti kemampuannya jauh di atas kita.” Dan Mei mengangkat kepalanya, memandang langit yang semakin gelap di luar garasi, menarik napas dalam-dalam. “Selain itu, semua orang lengkap bersenjata. Kita...akan menghadapi mereka.”
……
Kota Xining, pinggiran utara.
“Sinar senja kekuningan bertebaran di lantai berlumpur, di balik tembok reruntuhan pabrik, beberapa siluet sedang duduk di tangga penuh patina hijau.
“Qiye, sudah pukul lima setengah, kenapa mereka belum datang?” Bai Li Pangpang melihat jam, berkata dengan wajah muram, “Jangan-jangan perhitungan kita salah? Apa mereka benar-benar tidak berani datang?”
Lin Qiye menatap kejauhan, di ujung cakrawala terlihat sebuah mobil off-road menyemburkan debu di bawah cahaya matahari senja, mendekati lokasi ini dengan cepat.
“Bukankah mereka sudah datang?” Sudut mulut Lin Qiye mengembang.
Telapak tangannya membalik, topeng Sun Wukong yang familiar muncul di genggamannya, perlahan dipasang di wajahnya menutupi penampakan wajahnya.
“Seluruh personel, pakai topeng... ujian kita, sudah dimulai.”
Chapter 0476 Taman Rahasia Abadi
Bzzzz——!
Suara mesin yang berat bagaikan teriakan makhluk raksasa, ban yang berputar cepat menyemburkan pasir kuning, SUV hitam seperti kilat melintasi tanah gersang, melaju lurus menuju pabrik tua yang berdiri tegak di padang liar.
Jiang Liu menggenggam setir, memicingkan mata menatap pintu pabrik yang terbuka lebar di kejauhan, tangan kanannya cepat-cepat mengganti gigi.
Ban menggesek permukaan tanah yang tidak rata, mengeluarkan dengungan menusuk, mobil off-road melintir melewati pintu pabrik dan berhenti mantap di bawah tangga tua.
Debu beterbangan.
Begitu bodi mobil berhenti, enam siluet merah tua berturut-turut melayang keluar dari dalam mobil, menembus debu yang masih berhamburan, kilauan pisau berkelebat di udara seketika!
Qiang——!
Bunyi pedang terhunus bergema di udara.
Lin Qiye mengangkat alisnya halus melihat beberapa orang ini begitu langsung mengambil tindakan setelah tiba.
Jejak cahaya pedang menderu menghantam kerumunan, di antara pasir kuning yang berterbangan, lima topeng Journey to the West itu tetap tak bergerak bagai patung duduk di tangga, hanya memandang tenang kilauan pedang yang menghantam ke arah mereka!
"Pangpang." Suara Lin Qiye yang tenang keluar dari balik Topeng Sun Wukong.
"Kekacauan Qiankun!"
Diagram Taiji Bagueta raksasa tiba-tiba muncul di bawah kaki Bai Li Pangpang, dalam sekejap menyelimuti seluruh medan perang, simbol Qian dan Kun bergeser posisi, kekuatan hukum kosmis langsung terdistorsi.
Semua senjata tercerai-berai!
Lima pedang lurus yang hampir menghantam Lin Qiye dan kawanannya tiba-tiba bergetar, lepas dari kendali pemegangnya dan beterbangan menuju Bai Li Pangpang di pusat diagram, bersama dua pistol mitraliur hitam legam yang juga terlempar.
Deretan rumpun-rumpun——！！
Lima bilah pedang lurus menusuk tangga di bawah kaki Bai Li Pangpang, bilah pedang bergetar halus mengeluarkan dengungan menusuk.
Melihat senjata mereka direbut pria bertopeng Zhu Bajie dalam sekejap, anggota Tim 009 terguncang hebat. Mereka sama sekali tak melihat apa yang terjadi, hanya cahaya hitam-putih berkelebat, dan tangan mereka sudah kosong melompong.
Tapi mereka tetap tim 'Penjaga Malam' yang berpengalaman. Meski kehilangan senjata, mereka tak panik. Menstabilkan postur tubuh, cepat membentuk formasi penetrasi berbentuk kerucut tajam.
Shan Mei di barisan depan memancarkan cahaya kelabu membentuk zirah tipis. Telapak tangan kanannya berubah menjadi tombak Fangtian sepanjang dua meter.
Kedua kakinya menginjak lantai keras, seperti binatang buas ganas yang tak terbendung, menerjang ke arah Lin Qiye dan kawan-kawan.
Bersamaan, Jiang Liu di ujung tim menggerakkan tangan. Atap mobil off-road hitam di belakangnya meledak, puluhan rudal mekanik sebesar ibu jari menyemburkan uap dalam jumlah besar seperti tirai peluru putih raksasa, menerjang ke depan.
Lin Qiye duduk tegak bagai batu karang di tangga, bola matanya menyipit, "Qing Yu, Jia Lan."
Sosok yang mengenakan topeng Tang Sanzang mengangkat tangannya pelan-pelan. Telapak tangan putihnya menggenggam udara dengan lembut, dan tanah di bawah kaki Tim 009 langsung bergetar hebat.
Dor——！！
Sulur-sulur es dalam jumlah besar menyembul dari tanah berlumpur, seperti tentakel-tentakel yang menghantam layar peluru mekanik yang menyerang dari udara. Dingin putih salju bergejolak di udara, semua rudal mekanik yang hampir menyentuh sulur langsung membeku, bahkan ujung yang menyemburkan uap pun tertutup rapat kehilangan kemampuan meledak.
Layar peluru itu menghantam sulur dengan ringan, mengeluarkan suara ding-dong, lalu jatuh lemah ke bawah.
Prak!
Jia Lan yang mengenakan jubah Han biru tua menginjak tangga hingga pecah berantakan, seluruh tubuhnya melesat seperti peluru menubruk Dan Mei yang sedang melaju kencang!
Dan Mei yang berselimut zirah abu-abu dan menggenggam senjata Fangtian Huaji menyipitkan matanya, mempercepat langkah. Dua sosok itu bertubrukan tanpa gerakan sia-sia, dan pada momen berikutnya Dan Mei sudah terlempar secepat kilat akibat benturan dengan Jia Lan!
Melihat wakil kapten mereka yang terkenal garang itu terdorong hingga terbang sejauh lebih dari 20 meter oleh sosok bertopeng Hong Haier, anggota lain Tim 009 dipenuhi ekspresi tak percaya.
Siapa yang bisa membuat Wakil Kapten yang sedang mengerahkan seluruh tenaga itu terlempar?
Apa orang itu benar-benar manusia?!
Setelah Jia Lan menabrak Shan Mei hingga terlempar, tubuhnya tidak menunjukkan jeda sedikit pun. Ujung jarinya menyentuh lantai, lalu dia menerjang kembali ke arah Shan Mei dengan tangan kosong.
Beberapa orang lain sedang hendak berbalik untuk membantu Shan Mei ketika langit di atas mereka tiba-tiba menggelap secara kasat mata, seolah gelapnya malam telah turun.
Sebuah siluet yang mengenakan topeng Sun Wukong muncul secara mistis dari kegelapan, menghadang di hadapan mereka.
"Maaf, Kalian tidak bisa pergi ke mana pun."
Lin Qiye mengulurkan tangannya, seberkas cahaya hijau muda mulai bersinar dari ujung jarinya.
"【Taman Rahasia Abadi】."
Begitu kata-kata ini diucapkan, rumput hijau segar langsung menyebar dari bawah kaki Lin Qiye bagai api liar yang membakar padang rumput, dalam beberapa tarikan napas sudah merambat hingga ke kaki para lawan.
Di atas kegelapan malam, di bawah hamparan hijau.
Kontras aneh ini membuat lima anggota Tim 009 lainnya merasa cemas tanpa alasan jelas. Naluri dari pertempuran bertahun-tahun memberitahu mereka bahwa mereka harus segera meninggalkan tempat ini. Tapi tepat saat mereka hendak melangkah, kuncup-kuncup bunga mulai bermekaran di hamparan hijau bawah kaki mereka.
Merah merona, kuning muda, ungu tua... Beragam warna dan ukuran, bahkan kuncup terkecil pun sebesar bola basket.
Di pusat hamparan hijau yang subur ini, sekuntum bunga putih salju perlahan mekar. Samar-samar, sosok gadis remaja ilusi berbaju putih dengan kaki telanjang mengambang keluar dari kuncup bunga. Penampakan wajahnya kabur dalam cahaya remang, bagaimanapun juga tak bisa dilihat jelas rupanya.
Aroma aneh menyebar memenuhi udara!
Bayangan gadis itu mengulurkan tangan, menegakkan jari telunjuknya dengan lirih di depan bibir, membuat isyarat tangan "diam" kepada beberapa orang yang berdiri di tengah lautan bunga.
Pada momen berikutnya, kaki mereka seolah berakar di hamparan hijau itu. Sekencang apapun mereka berusaha, tak bisa bergeser sedikitpun. Otot-otot di sekujur tubuh mulai mengeras.
Adegan yang muncul berikutnya membuat kulit kepala mereka merinding.
Di permukaan kulit mereka, muncul beberapa kuncup bunga dengan cara yang tak beres. Kuncup-kuncup ini merambat seperti air pasang di permukaan kulit, semakin banyak... Kurang dari sepuluh detik, hampir tak ada sejengkal kulit utuh yang tersisa di tubuh mereka.
Kuncup bunga itu menyedot kekuatan spiritual mereka, perlahan mekar dengan warna yang menyala-nyala!
Kesadaran mereka cepat mengabur, seolah kehilangan semua tenaga. Dengan lemah mereka terjatuh berlutut di antara bunga-bunga, limbung tak berdaya.
Tubuh mereka perlahan menyatu dengan taman ini...
Mereka yang menginjakkan kaki di taman ini akan terlelap bersama ribuan bunga, jiwa kembali ke tanah, raga menjadi humus. Bersama rahasia tempat ini, menuju keabadian.
Inilah kemampuan kedua yang berhasil diekstraksi Lin Qiye dari Bragi dan Idun, 【Taman Rahasia Abadi】.
Chapter 0477 Santo Pedang Idola
Sejak satu setengah bulan yang lalu, progress penyembuhan Bragi telah melebihi lima puluh persen, dan Lin Qiye pun mendapatkan kesempatan kedua untuk mengekstraksi kemampuan.
Pada ekstraksi kedua, secara teori kemampuan dewa pasti akan didapatkan, seperti 【Divine Ruins Kegelapan Maksimal】 dari Nyx dan 【Divine Ruins Ilusi】 dari Merlin. Perbedaannya, kali ini Lin Qiye menghadapi dua kemampuan dewa sekaligus.
Artinya, dia hanya bisa mengandalkan keberuntungan untuk mengambil secara acak satu dari kemampuan dewa Dewa Puisi dan Dewi Muda. Akhirnya, yang terpilih adalah kemampuan dewa Idun, Dewi Muda, yaitu 【Taman Rahasia Abadi】.
Seperti kemampuan dewa lainnya, kemampuan ini juga memiliki nama lain, 【Divine Ruins Pemakaman Rahasia】.
Di Tim 009, selain Huang Yuande dan Shan Mei, hanya Jiang Liu yang kekuatan spiritualnya mencapai level "Hai". Empat anggota lainnya masih di level "Chuan". Di bawah Divine Ruins yang dilepaskan Lin Qiye, mereka sama sekali tidak memiliki daya tahan.
Meski Jiang Liu masih bertahan di antara hamparan bunga, kuncup-kuncup di tubuhnya terus merekah satu per satu. Kekuatan spiritualnya hampir habis, dan dikuburkan sepenuhnya di taman rahasia ini hanyalah masalah waktu.
Lin Qiye melihat para anggota tim ini hampir kehilangan kesadaran, menghela napas panjang. Cahaya hijau redup di ujung jarinya semakin memudar.
Kuncup bunga yang hampir menenggelamkan semua orang berhenti mekar, lalu mengering dengan cepat. Gadis ilusi yang melayang di atas bunga putih melambai ke Lin Qiye, berubah menjadi cahaya spiritual hijau keabu-abuan yang menghilang di udara. Hamparan rumput hijau di bawah kaki juga menyusut kembali ke bawah kaki Lin Qiye, memperlihatkan kembali jalan berlumpur yang terpapar udara.
Beberapa suara meredam berturut-turut terdengar. Kecuali Jiang Liu, semua anggota Tim 009 telah terjatuh terlungkup di lantai. Hanya bola mata mereka yang masih bisa bergerak, bahkan seujung jari pun tak sanggup digerakkan.
Jiang Liu setengah berlutut di tanah, terengah-engah lemah. Pandangannya yang tertuju pada siluet bertopeng Sun Wukong dipenuhi ketakutan tak terkira.
Selama bertahun-tahun menjadi Penjaga Malam, dia belum pernah melihat area larangan yang begitu aneh dan dahsyat!
Dug——!!
Rentetan ledakan keras terdengar dari kejauhan. Sekitar dua menit kemudian, Jia Lan menyeret Shan Mei yang tak sadarkan diri. Baju han biru tua yang dikenaknya tetap bersih tanpa debu atau kerusakan, seolah baru saja jalan-jalan santai sambil mengambil seseorang.
Lihatlah Shan Mei. Baju zirah abu yang melekat di tubuhnya telah hancur berkeping-keping. Tombak Fang Tian Hua Ji di tangannya hanya tersisa separuh, diseret di tanah seperti karung pasir oleh Jia Lan. Kepalanya tertunduk lesu, sulit dibedakan apakah masih hidup atau sudah mati.
“Wakil kapten！！” Jiang Liu melihat pemandangan ini, kedua kelopak matanya langsung memerah. Dengan rahang terkunci, entah dari mana datangnya tenaga, dia kembali berdiri goyah.
Dia menatap tajam Lin Qiye di hadapannya, amarah membara di kedua bola matanya!
“Kalian... sebenarnya siapa? Kesalahan apa yang tim 009 kami lakukan pada kalian?! Mengapa harus sampai sejauh ini?!” teriak Jiang Liu hampir-hampir mengaum. Telapak tangannya membalik, memperlihatkan lencana berkilauan.
Prak!
Jarum Penarik Roh Iblis terlepas dari lencana. Tanpa ragu sedikit pun, dia menusukkannya ke telapak tangannya sendiri secepat kilat!
"Kekacauan langit dan bumi."
Desahan halus terdengar dari kejauhan. Lencana di tangan Jiang Liu tiba-tiba terlepas, terbang ke tangan siluet bertopeng Zhu Bajie yang sedang memain-mainkannya.
Jiang Liu tertegun menyaksikan ini, setelah lama, seluruh tubuhnya mulai gemetar tak terkendali.
Di hadapan orang-orang ini, bahkan kesempatan untuk bertaruh nyawa pun tak dimilikinya.
“Jancuk!!!” dia menengadah, mengaum ke langit.
Untuk pertama kalinya, dia merasakan keputusasaan yang sesungguhnya.
Tiba-tiba, sebuah siluet mendekati dari belakangnya, menepuk bahunya.
“Jangan tegang. Wakil kaptenmu hanya pingsan. Kaptenmu juga baik-baik saja, sekarang sedang minum teh di halaman bersama idolanya.”
Jiang Liu bingung memutar kepala. Dari balik topeng Sun Wukong, suara lembut itu perlahan terdengar.
“Minum, minum teh……？” Jiang Liu merasa otaknya tidak cukup untuk memahami situasi ini.
Bukan penculikan?
Bukan surat ancaman?
Bukan akan menyobek tiket?
“Awalnya ingin menunggu kalian datang, menjelaskan semuanya, lalu bertarung dengan damai... Tapi siapa sangka watak kalian begitu buru-buru, langsung menghunus pisau.” Lin Qiye menghela napas tak berdaya, “Jadi, kita harus bertarung dulu baru bicara.”
Jiang Liu mematung di tempatnya, masih mencerna informasi dari perkataan Lin Qiye. Bai Li Pangpang menggenggam pedang lurus sambil tertawa mendekat.
“Ayo saudara, ini semua salah paham! Jangan tegang, kita bukan orang jahat!” Bai Li Pangpang menyimpan jarum perak kembali ke dalam lencana, menyimpannya kembali ke tangan Jiang Liu, lalu menggenggam pedang lurus lain sambil menoleh ke anggota tim yang tertindih di lantai, “Saya akan membacakan nama. Angkat tangan jika namamu disebut, akan saya kembalikan pedangmu.”
“……”
“Ini... Apa sebenarnya yang terjadi?” Jiang Liu menoleh memandang Lin Qiye, “Kalian siapa? Mengapa melakukan semua ini?”
Di balik topeng, Lin Qiye tersenyum tanpa berkata-kata.
……
Halaman belakang pabrik.
“Ayo, Santo Pedang idola! Saya ingin menghormati Anda dengan satu cangkir lagi!”
Di samping meja bundar kecil, Huang Yuande yang masih mengenakan obat di wajahnya mengangkat gelas termos di tangannya, bersentuhan dengan gelas termos Zhou Ping. Pandangannya dipenuhi kekaguman dan kegembiraan saat berkata ceria, "Seandainya saya tahu Anda adalah Santo Pedang, pasti saya langsung bawa anggota tim berkunjung ke rumah Bapak. Mana mungkin membuat Bapak repor begini..."
Melihat pria paruh baya hampir empat puluh tahun ini memanggilnya "Bapak", Zhou Ping merasa tak nyaman. Ia tersenyum kaku, meneguk sedikit air panas dari gelas termosnya.
"Karena alasan tertentu, sebelum latihan dimulai, saya tidak boleh membuka identitas." kata Zhou Ping.
Huang Yuande terlihat termenung, "Kalau begitu, mereka yang di luar... apakah murid-murid Bapak?"
Murid...
Zhou Ping ragu sejenak, lalu mengangguk, "Bisa dibilang begitu."
"Bapak sampai mau meluangkan waktu mengajar mereka, pastilah mereka tim khusus kelima ya?"
Zhou Ping tertegun. Ia tak menyangka Huang Yuande bisa langsung menebak kebenarannya.
"Bukannya ini sudah jelas?" Huang Yuande tertawa, "Regu Penjaga Malam biasa, mana mungkin dapat kesempatan diajar langsung oleh Santo Pedang? Yang bisa membuat Bapak turun tangan pasti unit penting di mata pihak berwenang Penjaga Malam, yaitu tim khusus. Saya perhatikan gaya dan kemampuan mereka juga berbeda dengan tim khusus yang sudah ada, jadi mudah ditebak ini tim khusus kelima."
Huang Yuande tiba-tiba menghela napas panjang, "Bertemu tim khusus kelima... Kelihatannya anggota tim saya akan dihajar habis-habisan nanti..."
Suara pertempuran di luar semakin mereda. Zhou Ping mengangkat kepala melirik ke luar, lalu perlahan berdiri.
"Lebih cepat dari yang kubayangkan."
Chapter 0478: Perkenalan
Saat Zhou Ping dan Huang Yuande keluar dari pabrik, semua anggota Tim 009 kecuali Jiang Liu sudah dibaringkan di lantai yang rata.
Beberapa orang di level "Chuan" yang kekuatannya disedot oleh [Taman Rahasia Abadi] sama sekali tidak bisa bergerak, sementara Shan Mei dipukul pingsan oleh Jia Lan. Kelimanya terbaring berurutan di depan pintu pabrik dengan pemandangan yang tidak beres.
Melihat Huang Yuande keluar dengan membawa cangkir thermos dalam keadaan utuh, Jiang Liu dan beberapa anggota tim membelalakkan mata.
"Kapten! Kamu benar-benar tidak apa-apa?!"
"Kenapa harus ada apa-apa." Huang Yuande melambaikan tangan, menyapu pandangannya ke beberapa orang di lantai dengan sorot mata yang sudah tahu akan begini, "Ini semua cuma salah paham..."
Lin Qiye yang memapah Jiang Liu mendekati Huang Yuande, "Kapten Huang, maafkan kami. Urusan kali ini terlalu gegabah..."
"Kapten Lin, jangan begitu." Sudut mulut Huang Yuande mengembang, "Bisa berkesempatan bertarung dengan tim khusus kelima di masa depan juga merupakan jodoh besar bagi mereka."
"Tim khusus kelima?" Jiang Liu yang mendengar istilah ini terkejut. Ia menoleh ke siluet-siluet bertopeng Journey to the West itu dengan wajah yang tersadar.
Ternyata tim khusus kelima...
Pantas saja dipukuli begitu menyedihkan.
Dengan 6 lawan 5... Oh tidak, siluet yang duduk di sudut mengenakan Topeng Sha Wujing sama sekali tidak bertindak, seharusnya 6 lawan 4. Ternyata hanya dalam waktu kurang dari tiga menit, mereka sudah dibantai semua...
Benar-benar pembantaian sepihak yang ganas.
Mengingat ini tim khusus, wajar saja kalau mereka dikalahkan dengan mudah.
"Kapten Huang, hak pengangkatan tetap kita belum dipulihkan sampai sekarang." Lin Qiye tersenyum getir.
"Dengan kemampuan kalian, ini hanya masalah waktu. Pihak berwenang bahkan mengutus Santo Pedang untuk melatih kalian, mana mungkin membiarkan kalian diam saja? Lagipula jika tebakanku benar, kalian sama sekali belum mengeluarkan kemampuan sebenarnya kan?" Huang Yuande memandang Lin Qiye dengan pasrah.
Lin Qiye tersenyum, tidak berbicara.
Tentu saja mereka belum serius.
Bai Li Pangpang hanya menggunakan dua kali pelucutan senjata, bahkan tidak menampilkan Jinxu. Cao Yuan tidak menghunus pisau, Jia Lan tidak memakai [Tianque], An Qingyu hanya bertindak sekali, Lin Qiye pun tidak menggunakan [Zhan Bai] maupun [Qiyuan]...
Performa yang mereka tunjukkan tadi mungkin bahkan tidak mencapai sepertiga kemampuan sebenarnya.
Lagipula jika benar-benar mengerahkan semua kekuatan, tak sampai satu menit pun, Tim 009 pasti sudah dipecat dari Da Xia Night Watch.
Tentu, meskipun ini fakta, tak bisa diucapkan terang-terangan agar tidak melukai harga diri mereka.
"Kapten Lin, target kalian sepertinya bukan hanya Tim 009 kami kan?" tanya Huang Yuande yang teringat sesuatu.
"Ya. Xining adalah tujuan pertama kami. Sasaran latihan kami mencakup empat tim: 006, 007, 008, dan 009." Lin Qiye melapor jujur.
“Ternyata begitu.” Huang Yuande mengangguk, “Berdasarkan kemampuan kalian, mengalahkan Tim 008 Kota Lin Tang seharusnya tidak masalah. Di Tim 007 Kota Huaihai ada seorang 'Klein' dan seorang 'Wu Liang' yang berjaga. Jika sang 'Klein' tidak turun tangan, mungkin kalian juga bisa menang... Tapi di Shangjing, ada satu 'Klein' dan dua 'Wu Liang' yang berjaga! Apa kalian yakin?”
“Kita hanya bisa jalan setapak demi setapak.”
Lin Qiye tentu tahu betapa kuatnya pasukan 'Penjaga Malam' di Shangjing dan Huaihai. Selain tim khusus, dua unit inilah yang terkuat di antara semua tim 'Penjaga Malam'. Meskipun sekarang mereka bisa dengan mudah mengalahkan Tim 009, bertemu dua tim ini belum tentu bisa dimenangkan...
Untungnya ini hanya latihan. Pihak berwenang tidak menuntut mereka untuk mengalahkan semua tim. Artinya, mereka diperbolehkan kalah.
Tapi siapa yang suka kalah?
“Ada satu masalah lagi...” Huang Yuande tidak tahan bertanya, “Apa rencana kalian untuk menculik kapten tim 'Penjaga Malam' lokal di setiap kota seperti kali ini, lalu memaksa anggota lain bertarung?”
“Ini memang masalah...” Lin Qiye mulai memegangi keningnya.
Maksud awal Ye Fan adalah memberi kesempatan pada Zhou Ping untuk melatih kemampuan bersosialisasi. Namun kenyataannya, dia sama sekali tidak bisa berkomunikasi normal dengan tim-tim ini, apalagi bernegosiasi... Bagaimana menghadapi beberapa tim berikutnya masih menjadi pertanyaan besar.
“Begini saja, aku dan Kapten Li Hong dari Tim Khusus 'Penjaga Malam' Kota Lintang adalah angkatan yang sama di kamp pelatihan. Hubungan kami cukup baik. Aku akan bantu kalian memberi tahu dia dulu. Setelah kalian tiba di sana, langsung lakukan latihan berpasangan normal dengan mereka, bagaimana?” Huang Yuande merenung sejenak lalu berkata.
Mata Lin Qiye berbinar, “Tentu itu yang terbaik, terima kasih Kapten Huang.”
“Tak perlu berterima kasih. Nanti setelah tim khusus kelima kalian resmi terbentuk, kami akan butuh bantuan kalian saat Kota Xining dalam kesulitan.” Huang Yuande tersenyum, “Nanti aku akan langsung menelepon Li Hong. Untuk hari ini tinggallah dulu di Xining. Mari kedua tim kita makan bersama untuk menghapus salah paham. Besok baru kalian berangkat.”
“Kalau begitu kami harus merepotkan.”
……
Malam hari.
Huang Yuande menyewa dua panggangan barbekyu di taman. Seluruh anggota kedua tim berkumpul di sana dengan suasana yang sangat akrab.
“Adik kecil, umurmu berapa tahun ini?” Shan Mei berdiri berseberangan dengan panggangan, matanya tak lepas dari wajah putih dan tenang An Qingyu, bertanya dengan lembut. Sorot api panggangan membuat pipinya memerah.
An Qingyu yang sedang membalik ikan panggang mendorong kacamatanya, tersenyum sopan, “Dua puluh tahun.”
“Dua puluh...” Senyum merekah di wajah Shan Mei, “Kamu terlihat sangat kalem. Coba tebak, umur kakak berapa?”
An Qingyu meliriknya, “Dua puluh lima.”
“Haha, salah tebak! Sebenarnya kakak baru dua puluh tiga tahun...”
“Tidak, kamu memang 25 tahun.” Kacamata An Qingyu memantulkan kilau kecerdasan, “Kamu seharusnya lahir pertengahan September 1996.”
“…… Bagaimana kamu tahu？”
Tentu saja An Qingyu tidak memberitahunya bahwa dirinya bisa melihat esensi segala hal, hanya tersenyum misterius, “Aku bisa meramal.”
“Sekeren itu ya?” Wajah Shan Mei mendekat ke hadapan An Qingyu, mata berbinarnya menunjukkan ekspresi malu-malu, “Adik kecil, pernah pacaran belum?”
“……Tidak.”
“Jie juga belum pernah... Bagaimana kalau...”
“Kamu sudah empat kali pacaran.”
“……”
Di kejauhan.
Bai Li Pangpang dan Cao Yuan duduk di meja sambil mencuci sayuran, melirik ke arah An Qingyu sambil menggerakkan bibir.
“Ada yang berani merayu Xiao Yu'er, nggak takut suatu malam dibedah di ranjang ya?”
Cao Yuan merenung sejenak, “Bekas pembedahan akan dijahit rapi, jadi mungkin dia tidak akan menyadari...”
“Iya juga ya.”
Chapter 0479 Siasat Bicara Santo Pedang
Di sisi lain, Zhou Ping, Lin Qiye, dan Huang Yuande duduk bersama memegang tusuk bambu sisa makanan, mengobrol dengan santai.
Tentu yang benar-benar santai hanya Lin Qiye dan Huang Yuande.
Zhou Ping menggenggam tusuk bambu, duduk kaku di kursi. Sesekali anggota Tim 009 mendekat dan mengobrol dengannya dengan ekspresi kagum dan antusias. Bagaimanapun ini pertama kalinya mereka bertemu langsung dengan Santo Pedang. Bahkan ada anggota yang meminta tanda tangan Zhou Ping.
Sepanjang proses ini, Zhou Ping seperti mesin angguk tak berperasaan. Kedua tangannya saling meremas tak wajar di paha. Lin Qiye bahkan melihat punggung tangannya mulai berkeringat...
Huang Yuande juga memperhatikan hal ini. Mengingat situasi minum teh dengan Zhou Ping hari ini, sepertinya dia mulai paham. Setelah memberi kode mata pada Lin Qiye, mereka berdua pergi ke samping dengan alasan ke toilet.
"Kapten Lin, tentang Santo Pedang ini..." Huang Yuande berhati-hati memilih kata.
"Fobia sosial." Lin Qiye menyambung kalimat yang terputus.
"Hiss, pantas saja saat ngobrol tini dia terkesan cuek. Kukira itu sikap sombong ala Santo Pedang..."
“……”
"Ngomong-ngomong, Kapten Lin." Huang Yuande teringat sesuatu, "Hari ini aku sudah menelepon Kapten Li Hong di Kota Lintang beberapa kali, tapi tidak ada yang mengangkat."
"Sedang menjalankan misi?"
"Mungkin. Nanti malam aku akan coba lagi. Jika masih tidak bisa dihubungi, bawa saja ini." Huang Yuande mengeluarkan surat dari saku dan menyerahkannya ke Lin Qiye, "Sudah kutulis semua penjelasan tentang urusan kalian. Berikan surat ini padanya, pasti dia akan mengerti."
"Terima kasih banyak, Kapten Huang."
“Tidak apa-apa, bantuan kecil.” Huang Yuande melambaikan tangan, "Li Hong dari sananya memang berhati emas, bisa bertanya akrab dengan siapa pun. Kalian pasti akan rukun dengannya."
Huang Yuande berpikir sejenak, "Kecuali Santo Pedang..."
Lin Qiye menyetujui sepenuhnya.
"Mengenai... eh, fobia sosial Santo Pedang ini, ada ide?" Huang Yuande masih belum sepenuhnya menerima istilah baru "fobia sosial" ini.
"Latihan kita kali ini memang bertujuan melatih kemampuan sosial Senior Santo Pedang. Tapi fobia sosial bukan sesuatu yang bisa diubah dalam waktu singkat." Lin Qiye berbicara pelan, "Kunci perubahan kondisi Senior bukan pada kita, tapi pada dirinya sendiri."
"Pada dirinya sendiri?" Huang Yuande merenung, "Maksudmu biar dia sendiri yang aktif menerima masyarakat?"
"Tepat. Jika dia bertekad menutup diri, pengaruh luar apapun takkan mengubahnya. Memaksakan proses sosialisasi justru akan memperdalam ketakutannya, memberi efek sebaliknya. Untuk membuatnya membuka hati, dibutuhkan katalis. Katalis ini bisa besar atau kecil, intinya harus memicu keinginan bersosialisasi. Hanya dengan perubahan psikologis inilah dia bisa mulai menyatu dengan masyarakat normal."
"Lin Qiye menghela napas panjang, "Dan keberadaan kita hanya bisa menjadi contoh baginya. Ketika suatu hari nanti dia mencoba membuka hatinya, sementara pengalaman sosialnya sangat minim, mungkin dia akan meniru kebiasaan sosial kita untuk lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya."
Huang Yuande mendengarkan perkataan Lin Qiye, sorot matanya menunjukkan ekspresi terkejut.
"Tak kira Kapten Lin juga mendalami psikologi?"
"Hanya membaca beberapa data di bidang ini saja." Lin Qiye tersenyum.
Dalam catatan Dokter Li yang dia salin, terdapat beberapa analisis kasus fobia sosial berat. Ucapan-ucapan tadi semuanya adalah pandangan yang tercatat dalam catatan Dokter Li.
Lin Qiye dan Huang Yuande kembali ke tempat duduk mereka. Wajah Zhou Ping sudah mulai tenang, tapi secara keseluruhan masih terlihat tegang. Diam-diam dia menunduk menyantap tusuk sate, tanpa sadar tusuk bambu di depannya telah menumpuk membentuk gunung kecil...
Setelah menikmati makan malam lezat, Lin Qiye dan kawan-kawan kembali ke hotel untuk beristirahat. Keesokan paginya mereka segera memulai perjalanan menuju Kota Lin Tang.
Duduk di sofa pesawat pribadi, Lin Qiye menatap awan putih yang beterbangan santai di balik jendela, tapi di hatinya muncul firasat buruk yang samar.
Saat meninggalkan Kota Xi Ning, Huang Yuande masih belum bisa menghubungi Li Hong. Pihak lawan seperti menguap dari dunia. Telepon rumah di pos mereka juga tidak bisa dihubungi, artinya Tim 008 sudah satu hari penuh tidak kembali ke posnya...
Jangan-jangan terjadi insiden tak terduga?
“Lin Qiye” Baru saja ide ini muncul di benak Lin Qiye, langsung diveto. Di Tim 008 ada 'Wu Liang' yang berjaga, ditambah lima petarung level "Hai". Formasi seperti ini sudah termasuk tak tertandingi di antara tim Penjaga Malam seluruh Da Xia. Masak bisa ada insiden?
Saat Lin Qiye masih merenung, dari seberang sofa terdengar suara bicara samar.
Lin Qiye menengadah, baru menyadari Zhou Ping sedang menunduk memandangi ujung kakinya, bergumam pelan.
“Senior Santo Pedang, bicara apa itu?” tanya Lin Qiye penasaran.
“Aku sedang berlatih dialog untuk berkomunikasi dengan Tim 008,” jawab Zhou Ping serius.
“Dialog?!”
Mendengar dua kata ini, anggota lain yang terbaring di sofa langsung membelalakkan mata. Bahkan Bai Li Pangpang yang hampir tertidur pun langsung tersadar, memandangi Zhou Ping dengan terkejut.
Apa dia... benar-benar paham arti kata 'dialog'?
“...Senior, sudah ada ide untuk ucapanmu?” tanya Lin Qiye lagi.
Zhou Ping merenung sejenak, lalu berbicara pelan, “Seluruh anggota Tim 008 dengarkan! Nyawa kalian ada di tangan kami. Jika tidak menyediakan lima orang untuk latihan bersama, kami akan menyobek tiket…”
“……”
“Lho... Senior, kita kan cuma mau tantang duel. Kok dialognya kayak ancaman bandit?” Bai Li Pangpang tidak tahan mengkritik.
Zhou Ping tertegun, “Waktu di Xining, kalian juga kan begini? Lagian faktanya efektif.”
“Waktu itu kami… Pokoknya, ini beda!”
“Di mana bedanya? Bukankah sama-sama datang menantang?”
Bai Li Pangpang tiba-tiba tercekat di tempat.
Sudut mulut Lin Qiye berkedut halus, ia samar-samar merasakan konsep pergaulan Zhou Ping sepertinya berkembang ke arah yang sangat aneh...
Dia menggosok sudut matanya, lalu membenarkan:
"Senior Santo Pedang, interaksi antar manusia tetap membutuhkan etika. Ucapan bernada provokatif seperti ini sebaiknya tak digunakan dalam kondisi non-esensial."
Zhou Ping mengangguk sambil termenung.
"Ngomong-ngomong, kalau kita mau menyerbu markas lawan, bukankah lebih baik menambahkan dialog pembuka yang garang?" Bai Li Pangpang seolah teringat sesuatu.
"Dialog pembuka?"
"Misalnya... Marskal Tianpeng datang menantang!"
"......" Ekspresi Lin Qiye tampak aneh, "Jujur, kedengarannya terlalu tidak berwibawa."
“……”
Tiba-tiba mata Zhou Ping yang sedang merenung di samping berbinar, "Tim Tanpa Nama Penjaga Malam, mohon petunjuk para tuan."
Chapter 0480 Pasien Keempat
Mendengar kalimat itu, semua orang tertegun lalu serempak memandang Zhou Ping dengan ekspresi canggung.
Setelah mengucapkannya, Zhou Ping baru tersadar akan ucapannya. Diam-diam ia menutup mulut, memalingkan kepala sementara jari kaki dalam sepatu kets tak terkendali mencengkeram sol...
"Tak kusangka Senior Santo Pedang bisa mengucapkan dialog keren seperti itu..." Bai Li Pangpang menyeringai, "Dan terdengar jauh lebih baik daripada idenya."
“Santo Pedang Senior, bagaimana Anda memikirkannya？”Lin Qiye mengerutkan kening bertanya.
Mulut Zhou Ping berkedut ringan, “Baca novel terlalu banyak……pasti bisa.”
Lin Qiye dan yang lain menunjukkan ekspresi tersadar.
“Aku benar-benar penasaran.”Bai Li Pangpang mengedipkan mata, “Santo Pedang Senior, sebelumnya Anda pasti juga sering mengucapkan Dialog seperti ini kan？Ada yang khusus epik tidak？Kita juga ingin dengar.”
Zhou Ping fokus memandang awan putih di jendela, seolah sama sekali tidak mendengar ucapan Bai Li Pangpang, hanya tubuhnya diam-diam merayap mendekati kabin pesawat.
Cao Yuan membungkuk ke telinga Bai Li Pangpang berbisik, “Lebih baik jangan ganggu dia, aku takut kalau terus bicara, dia akan langsung lompat kabur dari pesawat……”
Bai Li Pangpang batuk ringan dua kali, menutup mulutnya.
Kabin pesawat kembali tenang.
Lin Qiye perlahan menutup kedua kelopak mata, membiarkan kesadarannya tenggelam ke dalam Rumah Sakit Jiwa Para Dewa di pikirannya.
……
Lin Qiye menyampirkan jas lab putih, menyimpan kedua tangan di saku, berjalan di halaman.
“Selamat pagi, Direktur Lin.”
Bragi yang sedang berlatih puisi dalam kekangan senyap di atas gedung melihat Lin Qiye, meletakkan harpa di tangannya, wajahnya muncul senyuman cerah, membungkuk sopan sambut, rambut panjang pirangnya berhamburan natural di hadapannya, “Semoga suasana hati Anda hari ini seindah embun pagi.”
Lin Qiye tersenyum mengangguk, “Selamat pagi, Bragi.”
“Sejak Bragi mulai menulis surat setiap hari untuk Idun, seluruh kondisinya benar-benar pulih ke keadaan ceria seperti sebelumnya, bahkan ekspresinya lebih baik dari sebelumnya. Progress penyembuhan juga meningkat pesat seperti roket, telah mencapai 71%, hampir menyamai Merlin.”
Lin Qiye baru saja memikirkan Merlin, siluet berjubah panjang biru tua penyihir itu sudah berjalan menghampiri dari arah berlawanan.
Merlin menggendong buku setebal ubin berjudul 《Kesehatan: Benarkah Anda Sudah Melakukannya?》di tangan kiri, sementara tangan kanannya membawa tumbler penuh goji berry. Rambut tipis di kepalanya beterbangan ditiup angin sepoi-sepoi, terlihat menyejukkan.
“Yang Mulia Direktur.” Merlin menyapa dengan senyuman.
“Selamat pagi, Yang Mulia Merlin.”
Pandangan Merlin jatuh pada Lin Qiye, kilatan keheranan muncul di matanya sebelum senyum mengembang di wajahnya, “Yang Mulia Direktur, sepertinya tingkatan kemampuan Anda kembali meningkat. Jika tebakanku benar, hari ini kita akan menyambut tetangga baru lagi.”
“Tebakan Anda tepat.”
Lin Qiye mengangguk.
Mendengar percakapan ini, Bragi di lantai atas langsung bersemangat. Dengan harpa dalam pelukan, ia melompat turun dengan lembut dari atas gedung dan mendarat di tengah halaman.
“Tetangga baru？” Ekspresi Bragi terlihat agak bersemangat, ia merapikan rambut pirangnya yang berkilau seperti matahari dengan teliti, “Oh, ini benar-benar hal yang menggembirakan, semoga tetangga baru ini bisa menikmati musik dan puisiku. Dengan begitu, aku bisa mempersembahkan musik sambutan yang megah dan indah untuknya.”
“...” Lin Qiye merenung sejenak, “Menurutku, kemungkinannya kecil.”
Mendengar ucapan ini, alis Merlin sedikit terangkat, “Yang Mulia Direktur, dari nada bicara Anda, sepertinya Anda sudah menebak identitas tetangga baru ini?”
“Tebakan sekilas... Tapi sejujurnya, aku masih belum berani percaya...” Lin Qiye menghela napas panjang.
“Apakah dia akan sulit diajak rukun?” Bragi bertanya dengan wajah penuh tanda tanya.
“...Jika kisah tentangnya memang benar, mungkin memang tidak mudah bergaul.”
“Tidak masalah, aku yakin musikku yang penuh cinta dan pengertian pasti bisa menyentuh hatinya! Tidak ada yang bisa menolak daya tarik musik!” Bragi memetik senar kecapinya dengan lembut, mengeluarkan suara merdu, “Aku sudah tidak sabar ingin menyambut kedatangan tetangga baru ini!”
Lin Qiye memandangnya dengan ekspresi aneh, tidak berbicara, hanya diam-diam berjalan menuju ruang rawat di lantai dua.
Merlin dan Bragi menyusul di belakangnya, mereka juga sangat penasaran dengan identitas tetangga baru ini.
Tiga orang menaiki lantai dua, baru menyadari Nyx yang mengenakan gaun sutra bertabur bintang telah berdiri di samping tangga, tangan menggendong segumpal benang hitam, tersenyum melihat mereka.
"Ibu, Anda juga datang?" Lin Qiye heran membuka mulut.
"Saya juga ingin melihat tetangga baru ini, seperti apa sebenarnya orangnya." Senyuman anggun dan lembut muncul di wajah Nyx, "Karena semua orang datang menyambut, tentu saya juga tidak pantas absen."
Lin Qiye mengangguk, melanjutkan sepanjang lorong hingga tiba di pintu ruang rawat keempat, lalu perlahan menghentikan langkahnya.
Ia mengangkat kepala memandang papan kayu di pintu ruang rawat ini, pandangannya menjadi rumit.
Pola di papan kayu ruang rawat ini sangat sederhana - sebuah tongkat.
Bentuk tongkatnya panjang, bagian tengah berwarna merah marun, kedua ujungnya dilapisi emas, permukaannya mengalirkan lingkaran cahaya samar...
"Tongkat?" Merlin merenung melihat pola ini, "Dewa yang menggunakan tongkat panjang sebagai senjata tampaknya tidak banyak, dan melihat bentuk tongkat ini, seharusnya bukan dewa dari Barat..."
Lin Qiye mengulurkan tangan menggenggam pegangan pintu, menarik napas dalam-dalam.
Di balik pintu pertama ada Dewi Malam dari mitologi Yunani; di balik pintu kedua ada Dewa Sihir dari legenda Inggris; di balik pintu ketiga ada Dewa Musik dan Puisi serta Dewa Muda dari mitologi Nordik...
Akankah di balik pintu keempat ini...
Menggunakan tongkat, dewa Oriental.
“Identitasnya sudah jelas di depan mata.
Lin Qiye memutar pegangan pintu dengan pelan, suara mekanis terdengar dari dalam, pintu kamar terbuka perlahan.
Sinar matahari dari luar menyusup melalui celah pintu yang semakin melebar, menerangi ruangan redup di dalam. Di luar, empat pasang mata penasaran menatap ke dalam ruang rawat ini.
Tak ada ranjang, tak ada meja, tak ada lampu, tak ada perabotan sama sekali. Dinding kosong memantulkan cahaya matahari. Di tengah ruangan, siluet seorang duduk bersila dengan tenang.
Itu adalah kera purba berbalut kasaya.
Tekstur keemasan memantulkan sinar mentari, menyilang di permukaan kasaya merah menyala. Lingkaran cahaya samar mengalir di sekeliling jubahnya, bagaikan pancaran ilusi Buddha yang menyelimuti tubuh kera itu.
Bulu coklat tua terekspos di udara. Kera itu menundukkan kelopak matanya, bola mata tak terlihat. Bulu mata yang kusut diselimuti debu tipis. Kedua tangannya menyatu di dada, bagaikan arca Buddha yang telah ada sejak zaman purba.
Pintu besar ruang rawat telah terbuka sepenuhnya.
Sinar matahari dan udara segar membanjiri ruangan. Angin sepoi-sepoi menggerakkan ujung kasaya.
Patung kera purba itu tetap mempertahankan posturnya, tangan bersujud, tak bergerak layaknya patung.
Chapter 0481: Sun Wukong
Di luar pintu, Lin Qiye yang menyaksikan siluet ini, pikirannya terguncang hebat!
"Ruang Rawat Nomor 4.
Pasien: Sun Wukong."
Tugas: Membantu Sun Wukong mengobati penyakit mental，Ketika progress penyembuhan mencapai nilai yang ditentukan (1%, 50%, 100%), dapat melakukan pengambilan acak sebagian kemampuan Sun Wukong.
Progress penyembuhan saat ini: 0% "Ternyata... Benarkah itu Dasheng?
Sejujurnya, Lin Qiye sudah menduga identitas pasien di ruangan ini sejak pertama kali melihat ukiran di ruang rawat, tetapi menyaksikan langsung peran yang hanya ada dalam rumor dan kisah hari ini tetap membuatnya terkejut luar biasa.
Ini... adalah Qitian Dasheng yang legendaris...
Hanya saja, citra Sun Wukong di hadapan mata ini sepertinya tidak persis seperti deskripsi dalam buku?
Mahkota emas di kepala sudah hilang, malah disampirkan kasaya yang memancarkan cahaya Buddha... Ini bukan Raja Kera lagi, melainkan Buddha Kemenangan setelah menyelesaikan perjalanan ke Barat.
Kira-kira waktunya memang harus begini. Novel dan drama televisi kebanyakan menceritakan kisah perjalanan ke Barat yang terjadi di masa Dinasti Tang, sementara Sun Wukong sudah menjadi Buddha Kemenangan sejak lebih dari seribu tahun yang lalu, tentu tidak mungkin masih berpenampilan seperti Sun Xingzhe dalam buku.
"Dia monyet?" Bragi yang sedang bersemangat mempersiapkan lagu ceria tertegun sejenak melihat Sun Wukong, lalu tersenyum melanjutkan, "Tidak masalah! Musik dan puisi tidak terbatas pada ras!"
Saat mulutnya mulai terbuka untuk menyanyikan sesuatu, Merlin langsung menyelimutinya dengan sihir senyap.
Nyx mengamati Sun Wukong yang diam bagai patung, sorot matanya penuh kebingungan, "Sepertinya, tetangga baru ini... tidak terlalu ramah ya?"
Lin Qiye merenung sejenak, lalu melangkah masuk ke dalam ruangan dan berjongkok di hadapan kera kuno yang sedang bersila, "Yang Mulia, Yang Mulia? Sun Wukong? Buddha Pejuang?"
Lin Qiye memanggilnya berulang kali, tapi sama sekali tidak ada reaksi dari kera itu, seolah ia benar-benar hanya sebuah patung.
Lin Qiye menoleh memandang Merlin, "Yang Mulia Merlin..."
Merlin mengangguk, bola matanya berpendar cahaya biru tua sambil menatap Sun Wukong berjubah kasaya. Alisnya berkerut halus.
"Aku tidak bisa membaca lintasan nasibnya, tapi yang pasti... dia dalam keadaan sadar."
Lin Qiye tertegun, memandang kera kuno yang menundukkan tatapan, "Dia sadar? Lalu kenapa tidak merespon?"
Merlin merenung sejenak, "Mungkin... dia hanya tidak ingin berurusan dengan kita."
“……”
"Yang Mulia, saya direktur rumah sakit jiwa ini, Lin Qiye." Lin Qiye menarik nafas dalam-dalam, berbicara serius pada kera itu, "Jika Anda benar-benar sadar, harap ucapkan sepatah kata... atau paling tidak kedipkan mata, agar saya tahu penyakit apa yang Anda derita..."
Suaranya berhenti. Kera bersila itu tetap diam tanpa gerakan sedikit pun.
Saat Lin Qiye hendak mengatakan sesuatu lagi, kelopak mata Gu Yuan yang menunduk perlahan terangkat...
Melihat adegan ini, mata Lin Qiye berbinar.
Kemudian, bibirnya yang kering perlahan membuka, mengeluarkan kata-kata berat dan suram, "...Pergi."
Dor——！！！
Aura mengerikan yang liar dan kuat tiba-tiba meledak dari tubuh Gu Yuan! Lin Qiye seolah ditabrak palu raksasa di dadanya, langsung terlempar ke belakang!
Begitu energi ini muncul, wajah ketiga orang di luar pintu langsung berubah.
"Kekuatan ini..."
Bragi dengan refleks cepat menangkap Lin Qiye yang terlempar. Dua aura dewa hitam dan biru tiba-tiba meledak dari sisinya!
Kegelapan dan sihir terjalin di depan pintu ruang rawat, bertabrakan dengan energi ilahi yang mengamuk itu. Badai mengerikan menerobos keluar, menyapu seluruh rumah sakit jiwa.
"Apa yang terjadi?!"
Li Yifei yang sedang sibuk di dapur langsung pucat pasi. Ia berlari ke halaman dan melihat langit di atas rumah sakit jiwa telah menghitam. Cahaya menyilaukan dari lantai dua membuat pikirannya gemetar tak terkendali.
Beberapa perawat lain juga mengalami hal serupa.
Level tertinggi mereka hanya "Hai". Di bawah benturan tiga kekuatan dewa, wajar jika muncul rasa takut bawaan.
“Merah, Jie Hong Yan...” A Zhu menahan sudut baju Hong Yan, wajah kecilnya penuh panik, “Ada urusan apa?”
Sorot mata penuh kelembutan muncul di wajah Hong Yan, dia mengelus kepala A Zhu, “Jangan takut.”
“Pasien-pasien ini mulai berkelahi? Bisakah membuat orang tenang...” Li Yifei merasakan tekanan wibawa yang mencekam itu, bergumam sendiri.
Lantai dua.
Di ruang rawat keempat, gelombang sihir murni mulai berombak, segelap kegelapan menyebar cepat ke sekeliling. Di bawah penindasan kekuatan ilahi Nyx dan Merlin yang bekerja sama, amarah ilahi itu malah tidak kalah.
Di tengah ruangan, kasaya di tubuh kera kuno yang duduk bersila semakin berbinar, kelopak mata yang tertunduk perlahan terangkat, cahaya emas gemerlap memancar dari kedua bola matanya, seolah dua matahari sedang membara.
Amarah ilahi itu membengkak beberapa kali lipat lagi, malah berbalik menekan dua kekuatan ilahi malam dan sihir!
“Berani menyentuh darah dagingku... Cari mati!”
Nyx menatap tajam sosok itu, wajah anggunnya yang biasanya lembut kini dipenuhi amarah. Gaun bintang hitamnya berkibar tanpa angin, ekor gaun menyatu dengan gelapnya malam di belakang, kegelapan tak berujung segera merambat di lorong.
Kera kuno itu menyipitkan mata, melihat kegelapan yang terus menggerogoti sekeliling, akhirnya ekspresi tegang muncul di wajahnya.
Kedua tangan yang merapat pelan-pelan terpisah, hendak melakukan sesuatu, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari luar pintu.
“Bubar.”
Sekejap mata, kegelapan malam, sihir, dan kekuatan ilahi yang mengamuk lenyap seketika, seolah terhapus oleh kekuatan aturan tertentu, menghilang tanpa jejak.
Lin Qiye menepuk-nepuk debu di jas lab putihnya, pelan-pelan berjalan di antara Nyx dan Sun Wukong, menoleh memandang Nyx yang cemas tersenyum, “Tenanglah Ibu, dia sebenarnya tak berniat melukai aku, hanya ingin mengusirku dari kamar ini.”
Kekuatan ilahi yang baru saja melontarkan Lin Qiye keluar kamar, meski terlihat menakutkan, nyatanya tak memiliki daya pukul berarti - bukti Sun Wukong masih menahan diri.
Matanya menatap ke ruang rawat, melihat kera kuno yang baru saja membuka matanya kini kembali memejamkan bola mata, duduk mematung bagai patung dengan seluruh kekuatan ilahi terserap ke dalam tubuh, seolah semua yang terjadi baru saja hanyalah fatamorgana.
Lin Qiye menatapnya lama, menghela napas panjang, “Sepertinya suasana hati Dasheng hari ini kurang baik. Aku akan kembali lain kali.”
Lin Qiye berbalik hendak meninggalkan ruangan.
“Tidak.”
Suara berat tiba-tiba menggema dari dalam ruang rawat.
Lin Qiye menghentikan langkahnya.
Di ruang perawatan, bibir kering kera purba itu kembali merekah, sorot matanya samar-samar menyiratkan melankolis, suaranya serak, “Jangan... panggil aku Dasheng.”
Chapter 0482 Bau Darah
“Qiye, Qiye!”
Bai Li Pangpang menggoyang-goyang Lin Qiye yang terbaring di sofa, “Sadar, kita sudah sampai.”
Lin Qiye perlahan membuka kedua bola matanya, menoleh memandang ke jendela. Tanpa disadari, pesawat pribadi ini telah mendarat di bandara.
“Baik...”
Ia berdiri dari kursi, membawa kotak hitamnya, lalu turun dari pesawat.
Sebelumnya, ia terus berada di Rumah Sakit Jiwa Para Dewa.
Sejak Sun Wukong mengucapkan kalimat itu, suasana kembali sunyi. Bagaimanapun Lin Qiye memanggilnya, tak ada sedikit pun respons.
Dengan tak berdaya, Lin Qiye akhirnya memilih meninggalkan ruang rawat. Ia akan mencoba berkomunikasi lagi nanti. Bagaimanapun, pintu kamar keempat telah terbuka. Ke depannya ia bisa menemui Sun Wukong kapan saja.
Sekali gagal, coba dua kali. Dua kali gagal, coba tiga kali...
Apapun yang terjadi, ia harus memetakan kondisi penyakit Sun Wukong.
Meski kontak pertama ini seolah tak memberi informasi berharga, Lin Qiye bisa merasakan bahwa kunci masalahnya terletak pada kalimat terakhir “Jangan panggil aku Dasheng”...
Jangan-jangan penyakitnya terkait sebutan “Dasheng” ini?
Sambil terus berpikir, Lin Qiye masuk ke mobil yang telah disiapkan Bai Li Pangpang. Kendaraan perlahan melaju, menuju pos Tim 008 dengan mulus.
“Ya... Saya akan menjelaskan kondisi Tim 008.” Lin Qiye membuka data di tangannya, "Tim 008 total memiliki enam anggota. Kapten Li Hong adalah petarung tingkat 'Wu Liang', sedangkan lima anggota lainnya semuanya di tingkat 'Laut'. Performa mereka secara absolut jauh lebih unggul dibanding Tim 009."
"Padahal hanya beda satu nomor, kenapa bisa selisih jauh begini?" Cao Yuan mengerutkan kening bertanya.
"Sebenarnya awalnya setara. Tiga tahun lalu, kapten Tim 009 juga seorang 'Wu Liang'. Tapi katanya gugur saat mengejar Anggota Ketiga 【jemaat】, kemudian Huang Yuande yang menggantikan posisi kapten." Lin Qiye menjelaskan.
"【Jemaat】 lagi..."
"Berarti kita kali ini harus menghadapi Li Hong yang tingkat 'Wu Liang' itu?" Bai Li Pangpang bertanya.
"Ini tergantung performa Senior Santo Pedang..." Lin Qiye menoleh memandang Zhou Ping yang sudut mulutnya berkedut, lalu diam-diam memandang pemandangan di jendela.
Lin Qiye melanjutkan, "Kalau 5 lawan 5, meski Kapten Li turun langsung, kita masih punya peluang. Lagipula kita punya cukup kartu as. Tapi kalau 6 lawan 5, tekanan kita akan sangat besar."
"Jadi kita kalah jumlah lagi," keluh Bai Li Pangpang. "Kapan tim kita bisa lengkap enam orang? Terus terusan kalah jumlah, benar-benar melelahkan..."
“Sekarang wewenang kaptenku sudah dicabut, tidak bisa merekrut anggota baru potensial dari tim 'Penjaga Malam' lain, harus merekrut sendiri.” Lin Qiye menghela napas, “Sulit sekali mengajak orang bergabung dengan tim tanpa nama bahkan tidak diakui resmi seperti kita.”
Semua orang langsung terlihat frustrasi.
“Tapi berlima saja juga baik, setidaknya kita rukun.”
“Iya, menjadi tim khusus memang tidak terlalu penting.”
“Biarkan mengalir saja sesuai jodoh.”
Saat mereka berbincang, mobil-mobil tiba di pos Tim 008 - sebuah kantor detektif sederhana yang terpencil di kawasan pengembangan, dikelilingi hanya beberapa kedai jajanan dan warung mi.
Lin Qiye turun dari mobil, mengangkat kepala memandang lantai dua gedung itu. Di balik jendela berdebu terlihat tulisan besar berwarna merah menempel.
——Kantor Detektif Cahaya Siang.
“Hiss, pos Tim 008 ini cukup profesional juga ya?” Bai Li Pangpang berkomentar sambil memandangi gedung itu.
Lin Qiye mengangguk, “Tadi malam, Kapten Huang Yuande cerita tentang Tim 008. Katanya seluruh anggota tim ini penggemar novel detektif, jadi mereka menyebut diri sebagai detektif. Saat tidak ada tugas, mereka senang menerima kasus detektif.”
“Budaya perusahaannya cukup unik.” Cao Yuan menyetujui.
“Budaya perusahaan apaan?” Jia Lan bertanya penasaran.
“Benar-benar, sekumpulan orang bersama-sama, memiliki tujuan spiritual yang sama.”
“Oh...” Jia Lan termenung, “Lalu apa budaya perusahaan kita?”
“Apakah kita punya budaya?”
“……”
“Budaya perusahaan mungkin tidak ada, tapi kita punya Budaya Qiye.” Cao Yuan berkata dengan penuh keyakinan.
Di samping.
Zhou Ping menundukkan kepala, seolah bergumam sesuatu, menarik nafas dalam dua kali, akhirnya memberanikan diri dan berteriak lemah:
“Tim 008 di dalam sana dengar! Kalian sudah dikepung oleh kami! Ka...kalau kalian tidak keluar untuk latihan adil 5 lawan 5, kami akan menyobek tiket!”
Suaranya sangat pelan, sampai-sampai 10 meter jauhnya hanya terdengar dengusan, tapi melihat wajah Zhou Ping yang merah padam, sepertinya sudah mengerahkan seluruh tenaga dan akan segera mengalami hipoksia dan pingsan.
Lin Qiye dan yang lain membeku di tempat.
Setelah berteriak, Zhou Ping seperti teringat sesuatu, lalu menambahkan dengan suara kecil: “…Terima kasih atas kerja samanya.”
Lin Qiye: ……
Ternyata, lebih sopan sedikit dibanding sebelumnya.
Untungnya tidak ada orang lain di sekitar, kalau tidak yang akan merasa canggung bukan hanya Zhou Ping, tapi juga Lin Qiye dan yang lain di sampingnya yang akan merasa ingin mencengkeram empat kamar dengan jari kaki di bawah pandangan pejalan kaki.
“Eh… Senior Santo Pedang.” Lin Qiye berkata hati-hati, “Menurutku, perkataanmu bagus, tapi… bisakah suaranya lebih keras, atau kita masuk dulu untuk bicara?”
Ekspresi Zhou Ping tampak muram, “Harus mengulang lagi?”
“Ya, kurasa mereka mungkin tidak mendengar.”
“……Kalau begitu, lebih baik kita masuk dulu.” Zhou Ping merenung sejenak, “Kurasa, aku mulai menemukan sedikit mood akting.”
Lin Qiye: ……
Lin Qiye dan rombongan mendekati pintu kantor pengacara, mendorong pintu kaca dan masuk ke dalam.
Saat ini masih siang hari, pintu kantor tidak terkunci, namun anehnya area resepsionis di lantai satu juga sepi. Lin Qiye memanggil beberapa kali, tetap tak ada yang turun dari atas.
Di resepsionis yang kosong, pandangan mereka saling bertemu. Udara terasa sunyi mencekam.
“Aneh, apakah detektif memang suka tidur larut?” Bai Li Pangpang mengerutkan kening.
“Mungkin mereka sedang menjalankan tugas di luar.”
Tiba-tiba An Qingyu di samping menggelengkan kepala, “Menurutku sebagai detektif, mustahil mereka tidak memiliki kebiasaan mengunci pintu.”
Zhou Ping yang sedang gugup berlatih "retorika" di sudut tersadar, kedua tangannya yang semula mengepal perlahan melepaskan. Hidungnya mengendus udara, alisnya berkerut halus.
“Ada yang tidak beres...”
Sorot mata Zhou Ping semakin tajam.
“Ada bau darah.”
Bau darah?
Alis Lin Qiye berkerut. Tanpa peduli etika, ia langsung menyebarkan seluruh kekuatan spiritualnya mencapai batas jangkauan persepsi.
Pada momen berikutnya, wajahnya berubah pucat!
“Bahaya!”
Chapter 0483: Bayangan Putih
Siluet Zhou Ping berkedip menghilang ke lantai dua, Lin Qiye dan yang lain segera menyusul.
Lantai dua tampaknya adalah sebuah kantor yang luas. Saat pintu kaca dengan tekstur doff didorong terbuka, bau darah pekat bercampur aroma busuk langsung menyergap hidung!
Semua orang yang melihat pemandangan di dalam ruangan langsung mempatung di tempat.
Perabotan di dalam kantor sudah berantakan total—meja, kursi, mesin air minum, komputer, rak buku semua berserakan di lantai dalam keadaan rusak. Darah merah marun yang menggenang telah membeku menjadi gumpalan keras di ubin, menempel di lantai sambil mengeluarkan bau anyir.
Di sudut ruangan, sebuah televisi tua terbaring terbalik. Kepingan salju putih mengalir di layarnya, suara desis putus-putus terdengar dari speakernya.
Di tengah ruangan, enam mayat yang tubuhnya terpelintir tergeletak berantakan di lantai.
Tidak ada satu bagian pun yang utuh di keenam jenazah ini. Seluruh tubuh penuh sobekan berdarah dan bekas gigitan, seolah dicabik-cabik binatang buas yang kejam. Potongan anggota badan yang hancur bertebaran di sekelilingnya, sungguh pemandangan yang mengerikan!
"Ini sebenarnya..." Cao Yuan mengernyit melihat adegan mengerikan di hadapannya, wajahnya pucat pasi.
Pandangan Lin Qiye menyapu tubuh-tubuh tak bernyawa itu. Perlahan ia menutup kedua kelopak matanya, suaranya berat seperti timah. "Ini tim 008... Tak tersisa satupun."
Di dalam mobil tadi, ia sudah membaca data anggota tim 008. Semua wajah mayat di depannya pernah ia lihat di berkas-berkas itu. Termasuk Kapten Li Hong, seluruhnya telah menjadi korban di tempat ini.
Pantas saja panggilan ke Huang Yuande tak kunjung tersambung...
“Ini adalah Tim 008, bagaimana mungkin mereka dibantai diam-diam di sini?” Bai Li Pangpang berkata dengan tak percaya, “Siapa sebenarnya musuh mereka? Apakah ‘Klein’?”
An Qingyu mengerutkan alis, melangkah maju. Sol sepatunya menginjak gumpalan darah berbau busuk, matanya yang awas mengamati sekeliling sambil memancarkan kilau abu-abu.
“Dari tingkat kekeringan darah, perkiraan waktu pembunuhan adalah 21 hari lalu. Jendela dan ubin tidak rusak, membuktikan tidak terjadi pertempuran besar. Setidaknya sang kapten ber-tingkatan ‘Wu Liang’ tidak menggunakan kekuatan penuh, kalau tidak gedung ini sudah tak sanggup tahan... Dari kondisi saat ini, ada dua kemungkinan. Pertama, pelakunya adalah orang dekat Tim 008 yang memanfaatkan momen mereka lengah untuk membunuh semua anggota secara instan, bahkan sang kapten ‘Wu Liang’ pun tidak sempat bereaksi. Kedua, pelakunya adalah petarung tak tertandingi yang langsung menekan Tim 008 dengan jurang kemampuan yang terlalu lebar, lalu membantai mereka secara sepihak...”
“Petarung selevel apa yang bisa mengalahkan tim dengan ‘Wu Liang’ dalam sekejap?” Cao Yuan mengernyit.
“Tentu ada. Di tingkatan Senior Santo Pedang, membantai mereka hanya secepat jentikan jari,” tambah An Qingyu, “Tapi ini hanya contoh. Mustahil Senior Santo Pedang yang melakukannya.”
“Maksudmu, pelakunya adalah petarung kelas langit-langit?”
Zhou Ping menggelengkan kepala, "Tidak mungkin, kalau level langit-langit, hanya sekejap bisa mengambil nyawa mereka, sama sekali tidak memberi kesempatan untuk mengacaukan tempat ini."
"Artinya, yang bertindak seharusnya seorang 'Klein' tak tertandingi, tapi belum mencapai level langit-langit..."
"Gereja Dewa Kuno?"
"Sangat mungkin, di antara agen dewa jahat Gereja Dewa Kuno, pasti ada yang sudah mencapai tingkatan itu, contohnya 【Bisikan】 yang pernah kita temui sebelumnya."
"Dari pemandangan di sini, yang menyerang tidak mirip 【Bisikan】, mungkin orang lain...seseorang dengan cara kejam dan bengis, berkemampuan tinggi."
"Posisi teratas 【jemaat】, mungkin juga punya kemampuan seperti ini."
Semua orang berspekulasi sambil menelusuri setiap sudut rumah, berharap menemukan jejak lain.
Lin Qiye berputar mengelilingi kantor, hanya menemukan perabotan yang berserakan.
Ssssssssssss...
Suara ssss televisi tua terdengar dari sudut. Lin Qiye menatapnya, merenung sejenak sebelum mendekat, kerutan kebingungan di dahinya.
Kepingan salju putih bergoyang-goyang di layar, membuat mata pusing.
"Qiye, ada masalah dengan televisi ini?" Bai Li Pangpang menyadari keanehan itu dan bertanya.
Alis Lin Qiye semakin berkerut, jarinya menunjuk televisi sambil berbicara pelan:
“Aku sedang berpikir, televisi ini jelas tidak terhubung listrik... Bagaimana bisa menampilkan gambar?”
Di balik televisi tua itu, kabel listriknya telah putus menjadi dua bagian, kawat logam berantakan menjorok keluar dari selubung karet hitam, terbaring diam di genangan darah.
Bai Li Pangpang membeku di tempat.
Sha sha sha sha...
Tiba-tiba, layar televisi yang dipenuhi kepingan salju bergoyang hebat, samar-samar di antara serpihan salju itu mulai membentuk siluet seseorang.
Dari garis profilnya, terlihat seorang gadis remaja aneh yang mengenakan gaun putih.
“Sha sha sha sha... Umat... Sha sha sha sha... Kalian... Mati kau!”
Dari derau tak beraturan itu, tiba-tiba terdengar suara wanita membekukan tulang, sekejap kemudian lampu-lampu di seluruh ruangan mulai berkedip tak menentu.
“Ya?” Zhou Ping berbalik, memandang televisi itu, sorot matanya penuh keheranan.
Lin Qiye mendengar suara ini, wajahnya sedikit mengeras, hendak melakukan sesuatu ketika bayangan putih tiba-tiba melesat keluar dari televisi tua itu!
Sebuah wajah cantik namun penuh dendam dingin membesar dengan cepat dalam pandangannya!
Dalam sekejap mata, bayangan putih yang melesat dari televisi itu langsung menabrak Lin Qiye yang berada paling dekat.
“Qiye!!” Bai Li Pangpang yang berdiri di samping berteriak melihat kejadian ini.
Setelah bayangan semu itu meresap ke tubuh Lin Qiye, dia langsung menghilang tanpa jejak. Lin Qiye terhempas mundur beberapa langkah, satu tangan menutupi matanya, berdiri mematung di tempat seperti patung.
Meski yang lain tidak melihat jelas apa yang terjadi, mereka semua tahu ada kejadian. Dengan cepat mereka terkumpul di sisi Lin Qiye.
"Qiye, kamu tidak apa-apa?" Cao Yuan bertanya penuh perhatian.
Lin Qiye menunduk, berdiri di depan televisi. Matanya menatap kepingan salju di layar, membelakangi semua orang. Ekspresinya sama sekali tidak terlihat.
Beberapa detik kemudian, Lin Qiye perlahan berbalik...
Sorot mata dalamnya dipenuhi kemarahan!
"Jemaat... semua sialan!!"
Kedua kakinya menendang keras lantai. Seluruh tubuhnya menerjang seperti kilat menuju Bai Li Pangpang yang terdekat. Kegelapan menyelimuti kepalan tangannya yang diayunkan lurus!
Bersamaan dengan itu, cahaya suram yang aneh merekah dari bola mata Lin Qiye.
Bai Li Pangpang hanya merasa pandangannya berkunang-kunang. Segala sesuatu di sekitarnya terasa tidak nyata. Dari lubuk hatinya, gelombang penyesalan yang belum pernah terasa sebelumnya menyembur.
Dia merasa seperti telah melakukan kesalahan yang sangat buruk.
Dia bersalah pada Lin Qiye.
Jadi...
Pada detik itu, dia menutup matanya. Tidak menghindar, juga tidak melawan.
Dia merasa seharusnya menerima pukulan ini.
Braak——!!
Sebelum kepalan itu mengenai tubuh Bai Li Pangpang, sebuah telapak tangan pucat menggenggam pergelangan tangan Lin Qiye.
Chapter 0484 Hantu Gadis Remaja
Baju han biru tua melayang-layang di bawah angin tinju.
“Kamu bukan Lin Qiye.” Jia Lan menggenggam tinju hitam, kedua bola matanya menatap mata Lin Qiye, berkata serius, “Siapa kamu?”
Alis Lin Qiye berkerut, tangannya menggenggam udara kosong, sebilah pedang panjang putih salju dipanggil ke telapak tangannya!
【Zhan Bai】diayunkan ke depan dengan ringan, bilah pedang putih salju menggesek udara mengeluarkan dentang pedang yang jernih, langsung tebas ke leher Jia Lan!
Jia Lan diam berdiri di tempat, memperhatikan mata Lin Qiye, tak bergerak sedikitpun.
Saat bilah pedang hampir menyentuh kulitnya, otot lengan Lin Qiye menyempit, menghentikan pedang dengan pasrah di langit-langit, tubuhnya bergetar hebat.
Sorot matanya memancarkan keheranan.
“Ini...” dia bergumam.
Langsung setelah itu, cahaya keemasan samar muncul dari kedua bola matanya, bagai api unggun yang baru dinyalakan, semakin membara, Kewibawaan Seraphim yang menggelegak menyembur keluar!
Mata Lin Qiye bagai tungku emas yang membara, ekspresinya terus berubah, sesekali tenang, sesekali marah, sesekali bingung...
“Pergi dari... tubuhku.”
Dia mendesis rendah.
Dor——!!
Aura dahsyat meledak dari tubuhnya!
Sebuah bayangan putih semu terlempar keluar dari tubuhnya, mandek di udara sesaat, lalu berbalik badan dengan cepat dan menerjang Bai Li Pangpang di sampingnya!
Jia Lan dengan gesit melepas busur panah dari punggungnya, membidik di hadapan Bai Li Pangpang, lalu melepaskan anak panah!
Swoosh——!
Panah berbulu itu hampir bersamaan dengan bayangan putih melesat ke depan Bai Li Pangpang. Saat rumpun panah menyentuh tubuh bayangan putih itu, tanpa hambatan sedikit pun, langsung menembusnya seolah tak mengenai apa-apa.
Jia Lan membeku di tempat.
Di sampingnya, An Qingyu yang terus menggunakan 【Satu-satunya Kebenaran】 untuk menganalisis bayangan itu tiba-tiba berbicara:
"Dia tidak punya tubuh fisik, hanya medan magnet. Serangan fisik tak mempan padanya."
Mendengar ini, Bai Li Pangpang seolah teringat sesuatu. Ujung jarinya menggesek cincin giok hijau di ibu jarinya, baju zirah giok langsung menyelimuti separuh tubuhnya seperti air pasang.
Bayangan putih itu menabrak baju zirah giok tersebut seakan menabrak dinding keras, terpental kembali dengan pasrah.
Samar-samar, Lin Qiye melihat bayangan itu menutupi dahinya dengan tangan, tertatih mundur beberapa langkah, lalu berbelok menerjang Jia Lan.
"Hentikan dia!!" Bola mata Lin Qiye menyempit.
Dia pernah merasakan sendiri keanehan bayangan putih itu. Serangannya bukan menggunakan kekuatan spiritual, juga tidak menginvasi pikirannya, melainkan dengan cara misterius mengubah perintah yang dia berikan ke anggota tubuh, membuatnya kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Jika bukan karena mengerahkan wibawa Serafim, mustahil baginya untuk melepaskan diri dari keadaan itu dalam waktu singkat.
Jika sampai bayangan itu menguasai tubuh 【Abadi】, urusannya akan rumit.
Jia Lan melihat bayangan putih menerjang ke arahnya. Alisnya terangkat, sama sekali tidak berniat menghindar. Dia menarik napas dalam-dalam, mendongakkan kepala, lalu tiba-tiba menubruk balik bayangan itu!
Dahi vs dahi!
Medan magnet di sekitarnya bergolak hebat.
Pada momen berikutnya, bayangan putih itu terlempar oleh tabrakan Jia Lan, berguling di udara setengah putaran sebelum terhuyung-huyung seperti orang mabuk alkohol palsu, lalu ambruk telentang ke tanah.
Pingsan total.
Lin Qiye dan yang lain mendekat, baru bisa melihat wajah asli bayangan itu.
Seorang gadis remaja sekitar 16-17 tahun dengan wajah dingin, mengenakan gaun putih. Rambut hitamnya terurai seperti air terjun di punggungnya. Bahkan dalam keadaan pingsan, keningnya masih berkerut rapat...
Secara penampilan, ini hanyalah gadis cantik biasa dengan aura dingin.
Tapi...
Masalahnya, bagian bawah betisnya... kosong.
"Ini bukan berarti kakinya diamputasi, melainkan bagian betis ke bawah, tubuhnya mulai memudar secara bertahap, transparan setengah mengambang di udara..."
"Tidak ada kaki?" Bai Li Pangpang mengulurkan tangan, mengelus lembut area tempat gadis berbaju putih itu terbaring, telapak tangannya dengan mudah menembus tubuhnya. Selain udara, tidak ada yang bisa diraba.
"Ini... ini... dia bukan manusia?!" Bai Li Pangpang tiba-tiba menarik kembali tangannya, berkata dengan ngeri.
"Dia memang bukan manusia. Sudah kukatakan, dia adalah sejenis medan magnet." An Qingyu mendorong kacamatanya, "Dengan bahasa yang lebih sederhana, dia adalah... hantu."
"H-hantu?!" Bai Li Pangpang sangat terkejut, "Di dunia ini, benar ada hantu?"
"...Bukannya kamu sudah ke Fengdu? Sudah dikejar hantu sepanjang beberapa jalan, masih heran melihat penampakan?" Cao Yuan mencurahkan isi hati.
Lin Qiye seolah teringat sesuatu, memandang Jia Lan dengan kerutan di dahi.
Jika gadis ini hanya medan magnet tanpa , bagaimana caranya Jia Lan bisa membuatnya pingsan tadi?
Jia Lan yang menyadari pandangan Lin Qiye, mengedipkan mata, tetap diam.
"Dia dan hantu, masih ada perbedaan." An Qingyu membuka penjelasannya, "Hantu yang kita temui di Fengdu adalah arwah orang mati yang tidak bisa bertahan lama di dunia nyata. Mereka harus segera masuk siklus reinkarnasi, kalau tidak jiwa mereka akan tercerai-berai. Tapi gadis di depan mata ini jelas berbeda dengan hantu... Dia sendiri adalah medan magnet, bukan jiwa, tidak punya wujud fisik, tidak takut sinar matahari, juga tidak bisa masuk reinkarnasi. Lagipula dia sudah ada setidaknya lebih dari sepuluh hari."
"Lebih dari sepuluh hari?" Cao Yuan tertegun, seolah teringat sesuatu, "Waktu ini, bukannya..."
"Waktu Tim 008 dibantai habis." Lin Qiye mengalihkan pandangan dari wajah gadis itu, sorot matanya penuh kerumitan, "Kurasa, aku tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Semua orang memandangnya dengan alis berkerut penuh tanda tanya.
"Dia bukan musuh. Dia adalah... anggota Tim 008 yang bertugas di Kota Lin Tang yang sudah tewas, Jiang Er." Lin Qiye menunduk memandang sosoknya, berkata pelan-pelan, "Aku baru saja... melihat mayatnya."
Lin Qiye mengulurkan tangan, menunjuk sudut kantor. Di bawah tumpukan barang berserakan, tergeletak mayat yang wajahnya sudah hancur tak berbentuk. Meski rupa aslinya tak bisa dikenali, ujung gaun putih berlumuran darah itu persis sama dengan yang dikenakan gadis hantu.
Sebelum datang ke sini, Lin Qiye sudah melihat foto seluruh anggota Tim 008. Saat melihat penampakan gadis ini, secara alamiah dia langsung tahu siapa yang dihadapinya.
“Dia anggota Tim 008?” Bai Li Pangpang bertanya dengan heran, “Tapi, kenapa dia bisa... berubah jadi hantu?”
“Mungkin terkait area larangan miliknya.” Lin Qiye berspekulasi, “Data mencatat, area larangannya bernama 【Medan Komunikasi Spiritual】, urutan 096, sejenis area larangan yang sangat langka. Mampu mengendalikan perangkat elektronik melalui manipulasi medan magnet di sekitarnya. Tapi karena dalam sejarah sangat sedikit orang yang memiliki area larangan ini, beberapa catatan kemampuannya masih relatif samar. Apakah pemilik area larangan jenis ini akan tetap ada dalam bentuk medan magnet setelah mati, itu semakin tidak bisa ditelusuri. Mungkin hanya dirinya sendiri yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Cao Yuan menunduk memandangi alis berkerut gadis yang tertidur lelap, merenung sejenak, “Jadi, mungkin dia satu-satunya yang selamat dari seluruh Tim 008?”
“Dia bukan yang selamat...” Lin Qiye menggelengkan kepala, “Dia adalah korban.”
