"Semua anggota Kelompok Pembunuh Hitam dengan penuh hormat mengatur tempat tinggal untuk Lin Qiye dan yang lain, lantainya tepat di bawah tempat tinggal Shen Qingzhu, terutama agar dia bisa turun kapan saja untuk menemui Lin Qiye."
Di dalam ruangan besar yang luas, Yuzurina duduk bersila di ranjang tanpa alas kaki, melamun memandang kota di balik jendela.
Beberapa pertarungan besar malam ini langsung membuat Osaka kacau balau, sampai sekarang masih terlihat sorot api dan kepulan asap dari kejauhan, sebagian besar kota telah menghitam, di mana-mana berkedip lampu darurat polisi.
Ternyata, beginikah bentuk asli negara ini...
"Belum tidur? Yuzuri kecil." Paman Kyousuke menggendong tumpukan seprai masuk, mulai menyiapkan tempat tidur di lantai.
Dia mendekati jendela dan melirik ke bawah, mulutnya berkedut halus sebelum cepat-cepat memalingkan pandangan.
Gedung Kelompok Pembunuh Hitam ini sangat tinggi, mereka tinggal di lantai kedua dari bawah, sudah bisa melihat sebagian besar Osaka dari ketinggian. Memandang ke bawah dari ketinggian ini memang terasa menyeramkan.
"Tidak, aku belum mengantuk." Yuzurina menggelengkan kepala, "Ayah, apakah kau takut ketinggian?"
"Siapa yang bilang?" Paman Kyousuke berpura-pura santai melihat ke bawah, "Aku hanya sedikit panik..."
Dia mencebikkan bibir, tidak menelanjangi kebohongannya, beralih topik bertanya, "Ayah, apakah preman... semuanya seperti Kelompok Pembunuh Hitam tadi?"
"Kenapa tiba-tiba tertarik pada mereka?"
“Karena, menurutku mereka berbeda dengan dunia hitam yang selama ini kuketahui……” Yuzurina berkata, “Dulu ketika ibu masih ada, dia sering mempelajari berbagai urusan dunia hitam. Di kamarnya penuh foto-foto perselisihan dunia hitam yang terlihat menakutkan…… Tapi Kelompok Pembunuh Hitam tidak seperti itu.”
“Antara dunia hitam yang satu dengan lainnya juga ada perbedaannya.” Om-om Kyousuke tersenyum, “Kamu tahu, mengapa ibumu begitu memperhatikan dunia hitam?”
Yuzurina menggelengkan kepala dengan bingung.
“Apakah kamu tahu marga aslinya?”
“Tidak…… Pernah kutanyakan pada ibu, tapi dia tidak pernah memberitahuku. Nama rumah kami juga bukan atas namanya……”
“Ini normal.” Om-om Kyousuke tidak terkejut, “Yuzuri kecil, nama asli ibumu sebelum menikah adalah…… Kazami Akiko.”
“Kazami?!”
Yuzurina seolah teringat sesuatu, membelalakkan matanya, “Apakah…… Kazami yang itu?”
Om-om Kyousuke mengangguk, “Yaitu keluarga Kazami yang sejajar dengan keluarga Hanchuan di wilayah Kanto sebagai dua keluarga besar dunia hitam. Ibumu dulu adalah putri sulung keluarga Kazami.”
Yuzurina menganga lebar terkejut.
“Lalu mengapa dia meninggalkan keluarga Kazami? Dan bahkan sengaja menyembunyikan keberadaannya……”
Ekspresi Om-om Kyousuke menjadi canggung. Dia mengelus jenggotnya pelan-pelan, “Karena…… dulu dia kabur bersamaku.”
Yuzurina dua kali lipat terkejut!
“Saat masih muda, Ayahmu dulu adalah pramuria paling terkenal di Shinjuku.” Sorot mata kerinduan muncul di mata Om Kyosuke, “Dulu, sebagai putri tertua keluarga Kazami, dia bagaikan penguasa di Tokyo. Hampir setiap malam dia datang mencariku untuk menemaninya minum. Sering sekali dia memberi hadiah alkohol kelas tertinggi dan barang mewah. Berkat keberadaannya, aku bisa terus bertengger di puncak peringkat pramuria Shinjuku...”
“Terus gimana?” Api gosip di mata Yuzurina membara.
“Kemudian, keluarganya mengetahui hal ini. Keluarga Kazami sangat ketat aturannya. Sang kepala keluarga berulang kali mengurungnya di rumah dalam waktu lama. Ditambah lagi dengan persaingan kekuasaan antar pihak internal keluarga Kazami, pengaruh dan posisinya dalam keluarga semakin terkikis. Setelah kelahiran anak ketiga keluarga Kazami, kemungkinannya untuk mewarisi posisi kepala keluarga benar-benar hilang... Saat itu, dia menyelinap keluar dari rumah. Tidak dengan mengendarai mobil mewah seperti biasa, tapi memakai topi dan masker. Diam-diam dia mencariku sambil menangis, bilang sekarang dia sudah tak punya apa-apa lagi, bertanya apakah aku mau menemaninya minum sekali lagi.”
“Ayah setuju?”
“Tentu tidak. Aku pramuria profesional. Tanpa bayaran dari tamu, tidak akan menemani minum.” Om Kyosuke mengangkat alis.
Yuzurina menyeringai, “Brengsek banget sih...”
“Jadi aku mengundurkan diri dari bar pramuria.” Om Kyosuke mengangkat bahu.
“Ha? Mengapa?”
“Dia juga bertanya seperti itu waktu itu.” Om Kyo tersenyum tipis, “Saat itu, kusentuh wajahnya dengan ujung jariku dan kuberi tahu: ‘Wanita, uang yang kau gelontorkan untukku selama ini sudah cukup untuk membeli sisa hidupku. Karirku sebagai pramuria menjadi gemilang karena dirimu, dan harus berakhir karena dirimu juga. Izinkan aku melepas jubah jas perang ini… Jika memungkinkan, di hari-hari mendatang aku ingin menemani putri dunia hitam yang jatuh ini, menjadi ksatriamumu’.”
Mulut kecil Yuzurina menganga membentuk huruf O.
“Pantas saja Ayah bisa menjadi pramuria top saat masih muda…” Yuzurina tak bisa menahan decak kagum, “Lalu?”
“Malam itu juga, pramuria top yang kehilangan mangkuk nasinya kabur bersama putri dunia hitam yang jatuh.”
Om Kyo menatap ke jendela seolah sedang mengarungi kenangan, senyum tipis mengembang di sudut mulutnya, “Kita menjalani masa-masa bahagia yang indah. Tak kekurangan uang, punya banyak waktu, tanpa gangguan… Sampai detik ibumu mau melahirkan, aku masih mengira kebahagiaan ini akan abadi.”
Senyuman Om Kyo berangsur-angsur dikendalikan.
"Tapi, aku salah." Suara Paman Kyousuke berubah dingin, "Dia dikirim ke 【Tanah Suci】 untuk melahirkan, aku terus menunggu di rumah dengan gelisah... Hingga suatu hari, dia pulang sambil menggendongmu yang masih dalam kain lampin, menangis semalaman. Seluruh tubuhnya dipenuhi bekas luka... Belakangan baru kuketahui, mereka mengambil adikmu. Tak hanya itu, mereka juga melakukan eksperimen pada ibumu. Saat itulah, aku yang tak pernah berbuat jahat tiba-tiba berubah status menjadi buronan level 【Hantu Ganas】. Ketika melihat poster buronan di mana-mana, barulah aku sadar mereka mengincar 'Darah Raja' dalam tubuhku... Untuk itu, mereka juga menahan adikmu. Kalau 'Darah Raja' sudah bangkit dalam dirinya, bayi yang belum mengerti apa-apa tentu jadi kelinci percobaan terbaik bagi orang-orang 【Tanah Suci】!"
Paman Kyousuke menatap kegelapan malam di balik jendela, kedua kepalannya menggenggam erat sambil mencemooh...
"Mereka mengira diri mereka sia? Utusan dewa? Itu mah apa? Dari awal, mereka cuma menganggap kita seperti semut, binatang ternak... Tapi mereka lupa, semut pun punya perasaan. Semut sudah murka! Kalau mereka memberiku gelar 【Hantu Ganas】, lebih baik... kujalani saja gelar itu! Aku bersumpah pada ibumu, pasti akan membuat 【Tanah Suci】 membayar lunas, pasti akan membawa pulang adikmu, lalu keluarga kita berkumpul lagi... Maka, dengan tiga bilah pedang, kuhantam 【Tanah Suci】 sampai babak belur."
“Om-om Kyousuke.” Suaranya berhenti, udara pun terjerembab dalam keheningan.
Yuzurina diam-diam duduk di sisinya, menunduk, tidak berbicara, hanya kantung matanya yang agak merah bengkak. Dia sudah tahu hasilnya...
"Aku gagal." Om-om Kyousuke seolah kehilangan semua tenaga, tertawa getir, "Tujuh Utusan Ilahi itu terlalu kuat. Aku bahkan tidak sempat menyentuh 【Tanah Suci】 dengan tangan sendiri, sudah dipukul dan dilukai parah oleh mereka sampai terjatuh ke dunia fana..."
Chapter 0670: Penyusup 「Tanah Suci」
Urusan selanjutnya, Yuzurina sudah mengetahuinya.
Bola mata Om-om Kyousuke menatap tajam langit nun jauh di kejauhan, seolah ingin menembus dimensi tak bertepi untuk melihat 【Tanah Suci】 yang melayang di atas Tokyo.
"Aku tahu, selama bertahun-tahun tak bisa menemani kalian, aku bersalah padamu dan Akiko... Tapi yang paling kusesali adalah adikmu." Suara Om-om Kyousuke serak, "Sudah 13 tahun, dia tetap bersama 【Tanah Suci】 selama 13 tahun. Setiap kali aku menutup mata, bayangan tubuh kecilnya yang ditancapi selang-selang seperti binatang yang dikurung di ruangan kecil selalu menghantuiku... Para Utusan Ilahi di 【Tanah Suci】 itu, entah sudah mengubahnya jadi apa. Setiap mengingat ini, aku tak bisa tidur semalaman. Andai bukan karena aku, dia sama sekali tak akan mengalami siksaan seperti ini..."
Tubuh Om-om Kyousuke gemetar halus.
Yuzurina yang duduk di ranjang tak tahu harus menghiburnya bagaimana, hanya diam-diam memeluknya dari belakang, berkata lembut:
"Ayah... Sudah berusaha sangat keras."
“Oom Kyouka menarik napas dalam-dalam, menahan kesedihan dan kemarahan yang bergolak di hatinya, lalu memeluk Yuzurina erat-erat. Senyum tipis mengeras di sudut mulutnya:
"Tunggulah, Yuzuri kecil. Ayah suatu hari nanti akan menyelamatkan adikmu... Meski tak tahu seperti apa dia sekarang setelah bertahun-tahun dibina oleh Utusan Ilahi, kuharap kau tak meremehkannya..."
Yuzurina menggelengkan kepala, rambut hitam legamnya bergoyang peluh di punggung. "Tak mungkin! Dia adikku! Pasti akan kujaga baik-baik."
Oom Kyouka tersenyum, mengulurkan tangan mengelus lembut rambutnya. "Anak baik. Tidurlah."
……
Tokyo.
Di atas metropolis berkilauan neon, piringan misterius yang menjulang di antara awan memancarkan cahaya samar di langit malam, magis namun sarat aroma teknologi.
Di area pusat piringan tersebut, sebuah ruang kendali utama, seorang pemuda duduk di atas tatami bergaya Jepang. Di hadapannya meja rendah dengan papan catur yang pertarungannya sedang memanas.
Pemuda itu memicingkan mata menatap papan catur, seolah merenung. Di balik kacamata, terpancar wajah tenang dengan kulit pucat pasi.
Di telinga kirinya menggantung sebuah headphone bluetooth.
Setelah lama berpikir, ia mengangkat sebuah pion dan menaruhnya di sudut tertentu papan catur. Matanya menatap tatami kosong di seberang meja. Senyum malu-malu merekah di wajahnya saat berbicara dengan nada lembut:
“Jiang Er, giliranmu.”
Bayangan putih melayang keluar dari layar elektronik ruang kontrol, mendarap lembut seperti kupu-kupu di bantal duduk seberang pemuda. Seorang gadis beraura dingin dengan gaun panjang putih salju itu sedang memeriksa papan catur dengan serius, sementara semua perangkat elektronik di ruang kontrol tiba-tiba berkedip bersamaan!
Beberapa saat kemudian, ekspresinya mulai menunjukkan kegelisahan.
“Lagi-lagi situasi buntu... Kali ini kamu menang lagi.” Jiang Er menghela napas panjang, suaranya terdengar melalui headphone bluetooth An Qingyu. Gadis itu mengeluh, “Padahal sudah kugunakan seluruh daya komputasi komputer nano di sini, mengapa tetap tak bisa mengalahkanmu? Apa kau benar-benar manusia?”
Senyuman An Qingyu semakin mengembang, “Bukankah kau paling paham soal status kemanusiaanku?”
“Hmph, aku kapok main catur sama kamu!” Jiang Er berdiri dengan wajah kesal.
“Marah?”
“Nggak... Nggak juga.”
“Hari ini kau terlihat sangat cantik.”
“...Ini kan gaun putih yang sama seperti biasa! Pujianmu asal-asalan saja!” Jiang Er membalikkan matanya.
An Qingyu merenung sejenak, “Bagaimana kalau ganti baju? Akan kupuji lagi.”
Mulut Jiang Er berkedut halus. Awalnya hendak melotot lagi, tapi tiba-tiba pipinya memerah samar. Setelah ragu sebentar, ia pun berdiri dan berputar setengah lingkaran di udara.
“Pada momen berikutnya, tubuhnya seperti kepingan salju di televisi tua, berkedip beberapa saat sebelum bajunya berubah.
Itu adalah yukata biru, dihiasi bunga-bunga kuning kecil seperti angin bunga yang beterbangan di permukaan laut cerah, memancarkan ketenangan elegan dengan semangat keceriaan yang ingin dipendam tapi tak tertahan, bagai hati gadis remaja yang sedang jatuh cinta.
Sebatang tusuk konde menyanggul rambut hitamnya. Dengan yukata ini, dia berdiri di hadapan An Qingyu, menyembunyikan kedua tangannya di punggung sambil memiringkan kepala dan bertanya pelan:
“Bagaimana dengan ini? Aku menemukannya di database. Pakaian seperti ini sepertinya populer di negara ini, jadi aku ingin mencobanya. Kalau tidak cantik sih sebenarnya……”
“Cantik.”
An Qingyu memotong omelan Jiang Er sambil mengangguk serius, “Cantik sekali.”
Wajah Jiang Er semakin memerah. Dia berani mengalihkan pandangannya kembali ke An Qingyu, “Kalau… kalau begitu aku akan memakainya seharian ya?”
“Terserah mau dipakai berapa lama.”
Senyum merekah di wajah Jiang Er. Dia mendekat dan duduk di sebelah An Qingyu, menatap layar elektronik yang berkedip-kedip di atas kepala. Setelah lama terdiam, akhirnya berbicara pelan:
“Qingyu.”
“Ya?”
“Kita sudah mengambang ke sini lebih dari setahun, kan?”
“Satu tahun empat bulan.”
“Satu tahun empat bulan, hanya kita berdua……” Jiang Er terdiam sejenak, “Entah di mana yang lain sekarang……”
“Kita akan segera mengetahuinya.” An Qingyu menoleh memandangnya, “Setelah invasimu benar-benar selesai dan mendapatkan hak kendali penuh atas 【Tanah Suci】, kita bisa menemukan keberadaan mereka.”
“Ya……”
“Sekira-kira berapa persen tingkat kendali saat ini?”
“Hari ini sudah mencapai 46%, tapi dengan kehadiran Utusan Ilahi di sini, jika aku melakukan invasi besar-besaran langsung, risiko ketahuan sangat tinggi. Jadi progresnya lambat...”
“Tidak masalah, kita lakukan perlahan. Prioritas sekarang adalah mendapatkan wewenang mutlak di area penjara dulu.” An Qingyu melirik papan catur di hadapannya, “Kira-kira waktu sudah cukup untuk memajukan progres di Kuroto Yuzuri. Langkah terakhir dalam catur ini sangat krusial...”
“Untuk area penjara, hari ini sudah benar-benar dikuasai. Aku sudah mendapatkan semua wewenang di sana.” Jiang Er berkata.
Mata An Qingyu berbinar, “Mulailah pencarian informasi. Cari dulu keberadaan putra Kuroto Yuzuri.”
“Baik.”
Jiang Er mengangguk, pelan-pelan menutup kedua kelopak matanya. Puluhan layar elektronik di sekitarnya berkedip-kedip dengan hebat.
Setelah waktu yang lama, Jiang Er membuka lebar-lebar mata dengan ekspresi aneh.
“Ketemu?”
“Posisi subjek eksperimen Nomor 0 sudah kutemukan.” Jiang Er berhenti sejenak, “Tapi... aku juga menemukan sesuatu yang lain...”
“Lain?” An Qingyu mengerutkan kening bertanya, “Selain dia, apa lagi yang ada di area penjara?”
“Contohnya... si Cao Cao Pencuri itu?”
An Qingyu tertegun.
“Cao...”
Setelah lama, dia kembali sadar, cepat-cepat bangkit dari bantal duduk, matanya dipenuhi keterkejutan, "Cao Yuan?!!"
Chapter 0671 Semua di Bawah Kendali
"Ayah!"
Dalam tidur, Yuzurina tiba-tiba terbangun kaget. Ia duduk dari ranjang, terengah-engah, wajah kecilnya basah oleh keringat.
Ia mengalami mimpi buruk.
Ia menoleh ke tepi ranjang. Tempat tidur Om Kyosuke kini kosong melompong, seprainya terlipat rapi, sepertinya sudah lama ditinggalkan.
Yuzurina tertegun sejenak. Saat hendak turun dari tempat tidur, teringat sesuatu, ia mulai mengobrak-abrik ranjangnya sendiri...
Tidak ada...
【Senkaku】 hilang.
Dibawa pergi oleh Om Kyosuke?
Mengaitkan mimpi buruk tadi, Yuzurina mengatupkan bibirnya, cepat-cepat turun dari ranjang, mengenakan baju, lalu berlari keluar kamar!
Ia berlari ke depan pintu Lin Qiye, mengetuk cepat-cepat, kantung matanya mulai memerah.
"Kak Qiye! Kak Qiye!"
"Ya? Yuzuri kecil, kenapa bangun pagi-pagi begini?"
Sebelum pintu terbuka, suara terdengar dari ujung koridor. Yuzurina tertegun, menoleh, melihat Om Kyosuke berdiri di sampingnya memegang sarapan, wajah penuh tanya.
"A... Ayah..."
Yuzurina mempatung di tempat, bingung.
Krak——!
Pada saat itu, pintu kamar terbuka. Lin Qiye berdiri di balik pintu sambil memperhatikan Yuzurina dan Om-om Kyousuke, lalu bertanya dengan bingung:
"Ada apa? Terjadi apa?"
Belum lagi suaranya berhenti, Yuzurina langsung menerjang masuk ke dalam pelukan Om-om Kyousuke, memeluknya erat-erat sambil berbicara dengan suara hendak menangis:
"Ayah... Aku kira Ayah diam-diam meninggalkanku... Semalam aku bermimpi buruk. Ayah jangan pergi ke 【Tanah Suci】 lagi, ya?"
Om-om Kyousuke memandangnya dengan bingung. Setelah beberapa saat, dengan tak berdaya ia mengulurkan tangan memeluk Yuzurina.
"Yuzuri kecil, jangan bicara bodoh. Mimpi itu kebalikan dari kenyataan... Ayo, habiskan sarapanmu. Hari ini Ayah akan mengajakmu main ke taman hiburan Osaka, setuju?"
"...Ya." Yuzurina tiba-tiba teringat sesuatu. "Ayah, bagaimana dengan 【Seribu Bangau】?"
"Oh, ini." Om-om Kyousuke melepaskan 【Seribu Bangau】 dari pinggangnya dan mengembalikannya ke Yuzurina. "Dulu 【Seribu Bangau】 juga pernah menjadi pedangku. Karena sudah lama tidak bertemu, tadi aku sempat ngobrol dengan Nek Tsuru."
"Ternyata begitu..."
Om-om Kyousuke menoleh memandang Lin Qiye. "Asaba, kamu dan Amemiya ikut juga, ya?"
Lin Qiye mengangguk. "Baik."
Setelah bersiap-siap, Lin Qiye, Amemiya Haruki, Om-om Kyousuke, Yuzurina, dan Xiao Jin langsung menuju taman hiburan paling terkenal di Osaka menggunakan mobil Kelompok Pembunuh Hitam.
Lin Qiye awalnya ingin mengajak Shen Qingzhu, tapi mengingat statusnya sebagai pemimpin besar kelompok, pergi ke tempat seperti ini sepertinya kurang pantas. Pemimpin dunia hitam wilayah Kansai yang terhormat, pergi ke taman hiburan bersama sekelompok pramuria - apa maksudnya ini?
Shen Qingzhu berdiri di tepi jendela, menyaksikan mereka pergi perlahan dengan mobil sambil menggigit rokok, tak tahu sedang memikirkan apa.
Tok tok tok——！
Pintu kantor diketuk orang.
Shen Qingzhu mengangkat alis, menoleh dan melihat Morihiro Ishi mengendap-endap masuk sambil membuka pintu, dengan senyum di sudut mulut, berbisik padanya:
"Pemimpin Besar, beberapa pramuria itu... sudah pergi kan?"
Shen Qingzhu menatapnya diam-diam.
"Hehe." Morihiro Ishi memberikannya tatapan bermakna, "Aku punya beberapa yang spesial. Maukah Pemimpin memilih beberapa untuk menemani?"
Morihiro Ishi melambaikan tangan ke luar pintu. Deretan model pria berwajah tampan dan berpostur kekar masuk berbaris rapi, menunggu dipilih Shen Qingzhu...
Shen Qingzhu: ???
……
Taman hiburan.
Beberapa orang tiba di pintu masuk taman hiburan hendak membeli tiket, dihentikan anggota Kelompok Pembunuh Hitam yang mengantar mereka.
"Jangan meremehkan profesionalitas kami." Anggota itu berkata serius, "Kami dari dunia hitam main di wahana hiburan tak perlu bayar!"
Lin Qiye: ?
Setelah selesai berbicara, dia langsung berjalan ke pintu taman hiburan dan berkata sesuatu kepada penanggung jawab. Pihak lawan segera mengeluarkan beberapa tiket terbaik dari samping, membungkuk hormat sambil mengulurkannya.
Dia membagikan tiket-tiket ini kepada Lin Qiye dan yang lain, mundur selangkah dengan wajah serius, lalu tiba-tiba membungkuk dalam-dalam dengan suara "Prak!":
"Semoga tamu kehormatan bermain dengan gembira! Saya akan menunggu di luar kapan saja. Jika ada kebutuhan, silakan hubungi saya!"
Ekspresi semua orang menjadi canggung.
Harus diakui, tiket yang diberikan saudara Kelompok Pembunuh Hitam ini memang yang terbaik. Masuk ke wahana mana pun tidak perlu antri, memiliki hak prioritas mutlak. Hal ini membuat Yuzurina yang belum pernah ke taman hiburan bahagia sekali.
"Ayah! Kapal yang bergoyang-goyang itu apa? Kelihatan seru sekali!"
"Kak Qiye! Aku mau naik pendulum raksasa!"
"Roller coaster! Roller coaster!"
"Rumah hantu? Ayah, bolehkah aku menghunus [Seribu Bangau] untuk melindungi diri di rumah hantu?"
Yuzurina melihat berbagai wahana yang membuat pusing mata ini, berkata dengan emosi.
Paman Kyosuke mengedipkan mulutnya pelan, menggelengkan kepala, "Tidak boleh, Yuzuri kecil. Tidak boleh membunuh hantu dengan pisau di rumah hantu. Lagipula kita bukan Tim Pembasmi Hantu..."
"Baiklah..."
Yuzurina yang memasuki taman hiburan akhirnya kembali menjadi gadis seusianya. Dengan semangat, dia berhenti di depan setiap wahana, menarik Lin Qiye dan yang lain untuk menemaninya bermain satu per satu, tawa riang bergema di udara.
……
【Tanah Suci】.
Di sel penjara yang gelap dan dingin, pintu sel perlahan terbuka, beberapa sorotan lampu pucat menyinari masuk, mengusir sudut kegelapan. Di pusat sel, siluet seseorang terkunci erat di udara, puluhan rantai melilit tubuhnya, memancarkan cahaya suram yang aneh.
Merasakan pintu terbuka, Cao Yuan mengerutkan alisnya. Ia perlahan membuka mata, berbicara dengan serak menggunakan bahasa Jepang yang kaku:
“Kenapa? Putusan hukuman matiku dimajukan?”
“Tidak, hukuman matimu tidak dimajukan... Tapi penebusanmu yang datang lebih awal.”
Kalimat ini bukan dalam bahasa Jepang, melainkan bahasa Mandarin standar.
Mendengar kalimat itu, Cao Yuan yang terbelenggu rantai tertegun sejenak, lalu seakan teringat sesuatu, mendongakkan kepala dengan cepat. Matanya membelalak ke arah depan, pupilnya menyempit tajam.
An Qingyu mengenakan jas lab putih, berdiri tenang di bawah sorotan lampu, tersenyum lembut memandangnya.
Cao Yuan melihat wajah yang familiar itu, bibir keringnya sedikit terbuka. Sudut mulutnya tak bisa menahan senyuman. Di balik rambut hitam yang berantakan, wajah penuh luka goresan itu mulai menampakkan senyuman...
“Kenapa... baru datang sekarang?”
“Siapa yang bisa menyangka, kamu dipenjara di sini?”
An Qingyu tersenyum tak berdaya, mendekati tubuh Cao Yuan. Sorot matanya memancarkan kilau abu-abu, mulai menganalisis kondisi fisik Cao Yuan saat ini.
“Bagaimana caramu masuk? Apa kau sudah membantai semua Utusan Ilahi itu?” tanya Cao Yuan dengan bingung.
“Aku mana mungkin sehebat itu, aku hanya memanfaatkan kesempatan untuk menyelinap masuk diam-diam.”
Cao Yuan mendengar kalimat itu, wajahnya berubah pucat, “Tidak boleh, kamu cepat pergi! Di sini penuh dengan kamera pengawas, Utusan Ilahi akan segera menemukanmu...”
“Tenang saja.” An Qingyu menepuk bahunya, menunjuk kamera di sudut ruangan sambil tersenyum, “Semuanya... berada dalam kendaliku.”
Chapter 0672 Cao Yuan dan An Qingyu
“Iya juga, kalau kamu sudah datang, Jiang Er pasti ikut.” Cao Yuan teringat hal ini mulai santai, “Dia sendiri tidak memiliki denyutan kehidupan, bahkan jika menggunakan area larangan pun tak akan ketahuan. Di tempat ini, dialah penguasanya...”
Sorot mata An Qingyu menyapu tubuh Cao Yuan, berhenti sejenak pada rantai bercahaya suram yang membelitnya, alisnya sedikit berkerut.
“Rantai ini...”
Rantai-rantai ini menembus tubuh Cao Yuan, terkait erat di tulang-tulangnya, mengunci seluruh gerakannya. Tak hanya itu, cahaya suram di permukaan rantai yang menyentuh tulangnya mengorosi sekitarnya seperti asam sulfat.
Di mata An Qingyu, cahaya suram ini perlahan menggerogoti tubuh Cao Yuan. Namun bersamaan, semburan api hitam kecil muncul dari dalam tubuhnya, berdiri sejajar dengan cahaya suram itu, menghentikan perluasannya.
“Mereka sedang menggerogoti tulangku. Tapi aura jahat Raja Gelap yang mengalir di darahku bisa menahannya, tidak sampai mati.” Cao Yuan tersenyum pucat.
“Kamu tidak sakit bisakah?” An Qingyu mengerutkan alis memandangi mata Cao Yuan.
Proses ini terdengar sederhana, tapi rasa sakit yang terkandung di dalamnya jauh melampaui batas toleransi orang biasa, seperti ada orang yang memahat tulangmu sedikit demi sedikit dengan pahat, dan terus berada di area yang sama. Yang paling penting, rasa sakit ini bersifat terus-menerus...
Cao Yuan sudah mengeratkan gigi menahan ini selama hampir dua tahun.
“Sakit dong.” Cao Yuan menyeringai, “Tapi aku memang tidak punya kelebihan lain, cuma bisa tahan... Lagipula selain menahan, aku tidak punya pilihan lain.”
Alis An Qingyu berkerut kencang, pandangannya menyapu rantai-rantai ini, lalu mengeluarkan beberapa pisau operasi hitam dari sakunya, berkata:
“Aku akan membantumu memotong rantai-rantai ini...”
“Jangan.”
Cao Yuan menggelengkan kepala tegas, “Para Utusan Ilahi masih di sini. Begitu kau menyelamatkanku dari rantai ini, mereka pasti akan mengetahuinya. Nanti kita semua tidak bisa pergi. Susah payahmu menyusup ke 【Tanah Suci】, harusnya ada urusan penting lain yang perlu kau lakukan.”
“Tapi kamu...”
“Jangan pedulikan aku. Sedikit sakit saja, sudah dua tahun aku tahan, apa tidak sanggup bertahan sebentar lagi?” Cao Yuan tersenyum tipis, “Lagipula, rantai-rantai ini terus mengikis tulangku, ditempa api kemarahan. Tanpa sadar, aku bisa merasakan kekuatan tubuhku semakin meningkat, kontrol terhadap 【Penghancur Hitam】 juga semakin baik. Ini juga bentuk latihan spiritual bagiku.”
An Qingyu diam sejenak, lalu berbicara dengan getir, “Latihan spiritualmu ini terlalu berat.”
“Aku tidak punya otak sepintarmu, tidak punya bakat sekuat Qiye, juga tidak seberuntung si Gemuk… Kalau ingin mengikuti langkah kalian, bagaimana bisa tidak makan sedikit penderitaan?” Cao Yuan tersenyum sambil menggelengkan kepala, “Pergilah, jangan urusi aku. Lakukan tugasmu. Saat waktunya tepat, kembalilah untuk menyelamatkanku.”
An Qingyu berdiri di hadapan Cao Yuan, merenung lama, lalu mengangguk tegas.
“Baik, tiga hari! Beri aku tiga hari lagi!” Kilatan tekad muncul di mata An Qingyu, “Dalam tiga hari, pasti kuselesaikan para Utusan Ilahi itu lalu kembali menyelamatkanmu!”
Tiga hari menyelesaikan Utusan Ilahi?
Jika orang lain yang bicara demikian, Cao Yuan pasti tak percaya. Tapi jika yang bicara An Qingyu… maka urusannya jadi berbeda.
Bila An Qingyu bilang bisa dalam tiga hari, maka pasti bisa.
“Baik.” Cao Yuan mengangguk, “Aku menunggumu.”
An Qingyu memandangnya terakhir kali, lalu berbalik dengan tegas dan melangkah besar menuju pintu.
Saat pintu penjara terkunci, sel kembali gelap. Rasa sakit hebat membuat Cao Yuan mengeratkan rahang. Tapi kini, rasa menusuk tulang itu seolah mulai bisa ditahan...
Setelah lama, senyuman samar mengembang di sudut mulut Cao Yuan:
“Memiliki teman… benar-benar memberi ketenangan...”
……
“Qingyu, Aku sudah menyusupi rekaman CCTV saat kamu masuk ke sel dan berbicara dengan Cao Yuan, sekaligus menghapus semua catatan pengunjung. Mereka tidak akan tahu kamu pernah ke sini.”
Suara Jiang Er menggema di headphone bluetooth, An Qingyu mengangguk ringan.
“Kerja bagus.”
“Apa kamu benar-benar yakin bisa menyingkirkan Utusan Ilahi di 【Tanah Suci】 dalam tiga hari?” Suara Jiang Er dipenuhi kekhawatiran, “Setiap dari mereka adalah petarung puncak level 'Klein', dan punya kemampuan dahsyat. Kamu masih selangkah lagi menuju level 'Wu Liang'...”
“Siapa bilang aku harus membunuh mereka secara frontal?” An Qingyu mendorong kacamatanya, lensa memantulkan sorotan lampu pucat, berkata datar, “Langkah terakhir ini, aku akan bertaruh besar.”
“Aku percaya padamu.”
“Bagaimana progres pengambilan informasi Eksperimen Nomor 0?”
“Sudah selesai.” Suara Jiang Er berhenti sejenak, mulai membacakan data internal 【Tanah Suci】 tentang Eksperimen Nomor 0:
“Subjek Eksperimen No.0, nama asli Kuroto Yuzuri, 13 tahun, putra dari buronan tingkat 【Oni Ganas】 Kuroto Yuzuri, penerus generasi kedua 'darah raja' yang terbangun, durasi observasi eksperimen mencapai 13 tahun 2 bulan 6 hari... Pada 16 September 101 Kalender Baru, melakukan tes kemurnian 'darah raja' ke-138, hasil deteksi menunjukkan peningkatan kemurnian 0,13% dibanding tes ke-137, analisis menyimpulkan... Pada 3 Oktober 101 Kalender Baru, melakukan suntik pembuluh darah hormon buatan generasi ke-6 tingkat β, peningkatan intensitas kekuatan spiritual sebesar 2,82%, hasil analisis... Pada 4 Oktober 101 Kalender Baru, muncul reaksi merugikan suntik hormon buatan tingkat β, muntah darah, ekspresi wajah menguning, kehilangan kesadaran, menyuntikkan hormon buatan tingkat γ, memaksa memicu potensi tubuh, siuman pada pukul 20:14:07 hari yang sama... Pada 19 Oktober 101 Kalender Baru, melakukan suntik pembuluh darah hormon buatan pendukung generasi ke-6 tingkat β...”
Sembari mendengarkan Jiang Er membacakan laporan eksperimen dua bulan terakhir, alis An Qingyu semakin berkerut kencang.
“Apa sebenarnya yang ingin dilakukan Utusan Ilahi ini pada janin ini... Jiang Er, beri aku cetakan laporan eksperimen lengkap 13 tahun, aku ingin mempelajari eksperimen ini dari awal, aku ingin melihat, apa ide hantu yang direncanakan oleh Utusan Ilahi yang menguasai teknologi canggih ini...”
“Baik.”
Ketika An Qingyu kembali ke ruang kendali utama, setumpuk laporan eksperimen lebih dari 800 halaman sudah menggunung di mejanya, membentuk sebuah gunung kecil.
“An Qingyu kali ini memasuki area penjara, sepanjang perjalanan ditemani Jiang Er yang melindungi dengan menginvasi sistem pengawasan, menghapus semua catatan kehadirannya... Jadi sama sekali tidak memicu kewaspadaan Utusan Ilahi lain. Mereka juga tak menyangka, di 【Tanah Suci】 ini ternyata ada penyusup yang diam-diam hidup berdampingan dengan mereka...”
An Qingyu duduk di samping meja pendek, mengambil laporan eksperimen di tepinya lalu mulai memeriksa satu per satu dengan teliti.
Seiring mengalirnya waktu, keheranan di mata An Qingyu semakin pekat. Pada akhirnya, bola matanya dipenuhi keterkejutan!
“Eksperimen ini... Apa Utusan Ilahi ini sudah gila?!”
Chapter 0673 Dewa Buatan
“Ada apa?”
Jiang Er yang mengenakan yukata biru langit beterbangan mendekatinya, bertanya dengan wajah mengerut.
An Qingyu meletakkan laporan eksperimen di tangannya ke meja, lalu berbicara dengan wajah sangat serius:
“Seperti yang diprediksi Kuroto Yuzuri, Yuzurina Shirakumo langsung ditahan oleh Utusan Ilahi setelah lahir sebagai Subyek Eksperimen Nomor 0. Tiga tahun pertama, karena pertumbuhan fisiknya belum sempurna, eksperimen difokuskan pada observasi dan pengambilan sampel darah. Setelah menginjak empat tahun, mereka mulai menyuntikkan berbagai obat... Komposisi obat-obatan ini sangat kompleks, beberapa komponennya bukan bahan kimia konvensional hasil olahan manusia, melainkan berasal dari sumber lain yang memiliki potensi mengerikan. Mereka terus mengembangkan hormon sintetis baru sambil menyuntikkannya ke Shirakumo. Setiap suntikan memiliki probabilitas tinggi memicu efek samping parah. Saat efek samping muncul, mereka menyuntikkan obat lain yang menguras potensi - komposisinya mirip Penarik Roh Iblis milik Penjaga Malam, tapi lebih ringan dengan dosis mikro yang tidak langsung mematikan...”
“Di satu sisi menyuntikkan hormon sintetis hingga memaksanya ke ambang kematian, di sisi lain menguras potensi untuk menyelamatkannya?” Alis Jiang Er berkerut rapat, “Dia baru anak tiga belas tahun... Apa sebenarnya tujuan mereka?”
“Aktivasi potensi, pemurnian garis darah, restrukturisasi genetik.” An Qingyu menatap laporan eksperimen di hadapannya, berbicara pelan:
“Mereka... ingin menciptakan dewa.”
“Menciptakan dewa?!”
“Dengan metode ilmiah untuk melampaui batas fisiologis manusia, mendekati tingkat kedewaan bahkan memasuki ranah ilahi - itulah tujuan akhir eksperimen selama tiga belas tahun ini.” Suara An Qingyu tetap tenang.
“Tapi, memasuki tingkat dewa membutuhkan hukum yang mengatur, bagaimana mungkin ilmu ilmiah memberikannya hukum itu?” Jiang Er bertanya.
“Tidak tahu……” An Qingyu merenung sejenak, “Mungkin ini ada hubungannya dengan ‘darah raja’ palsu itu?”
“Apakah mereka berhasil?”
“Dari kondisi eksperimen saat ini, tidak.”
“Ada satu masalah lagi.” Jiang Er berhenti sejenak, “Negara ini sendiri kan menyembah dewa? Hal seperti menciptakan dewa buatan, benarkah diperbolehkan oleh para dewa?”
An Qingyu perlahan berdiri, memandang papan catur di meja pendek di sampingnya, senyum tipis mengembang di mulutnya:
“Utusan dewa malah diam-diam menciptakan dewa... Sepertinya, rahasia di sini lebih menarik dari yang kubayangkan.”
……
【Tanah Suci】.
Di sisi lain.
Di pinggiran piringan perak, pintu kabin perlahan membuka, Utusan Ilahi berjubah putih terbang dari awan di luar 【Tanah Suci】 masuk ke dalam kabin. Dengan gerakan tangan lirih, pintu kabin pun tertutup rapat, mengisolasi segala angin kencang dari ketinggian.
Utusan Ilahi berjubah putih yang baru kembali dari luar berjalan menghampiri layar elektronik, berbicara datar:
“‘Yu Jin’, aku kembali.”
“Silakan lakukan verifikasi identitas.”
Kilatan cahaya dari sudut layar menyorot mata elektronik kiri Utusan Ilahi. Cincin putih di sorot matanya menyempit perlahan. Setelah verifikasi identitas selesai, pintu besar di hadapannya pun semakin terbuka. Dia melangkah masuk.
【Tanah Suci】 memiliki ruang internal yang sangat luas, kira-kira setara dengan luas lantai belasan stadion besar, namun 70% di antaranya adalah peralatan penyimpanan dan fasilitas keras yang diperlukan untuk operasional【Tanah Suci】, dikontrol secara cerdas oleh "Yuzu". Sisanya adalah area penjara, area eksperimen, area kehidupan, area latihan, dll...
Utusan Ilahi berjubah putih melewati lorong panjang, tiba di wilayah kekuasaannya. Berdiri di depan jendela besar, terlihat utuh kota di bawah kaki sambil menyipitkan bola mata.
"'Yuzu'."
"Ada."
"Ke mana perginya Nomor 2?"
"Utusan Ilahi Nomor 2, 4, dan 6 dikirim ke Osaka untuk menekan pemilik pedang kutukan. Tautan jiwa Utusan Ilahi Nomor 4 terputus 6 jam lalu, perangkat peledak otomatis telah diaktifkan; Utusan Ilahi Nomor 2 kehilangan tanda kehidupan karena transformasi spiritual yang meninggalkan tubuh modifikasi; Utusan Ilahi Nomor 6 terluka parah dan saat ini menghilang."
"Satu mati, satu luka parah, dan satu lagi tidak jelas nyawanya..." Alis Utusan Ilahi berjubah putih berkerut, "Apakah replikasi Nomor 4 sudah dimulai?"
"Prosedur replikasi Utusan Ilahi Nomor 4 telah dimulai. Perkiraan 95 jam 32 menit lagi untuk rekonstruksi tubuh, dilanjutkan transmisi data memori dan pemulihan cadangan..."
Utusan Ilahi berjubah putih mengangguk ringan. Memandang langit yang semakin muram di luar jendela, entah mengapa pikirannya merasa tidak tenang.
"Tiga Utusan Ilahi sekaligus hilang... Sebenarnya apa yang terjadi di Osaka?"
Ia bergumam pelan.
……
Osaka.
Taman hiburan.
Dor——!!
Dalam riuh teriakan, roller coaster melesat melewati jalur, meliuk di udara membentuk garis lengkung berkelok, lalu menyambar turun dari ketinggian dengan kecepatan yang memukau!
Yuzurina dan Om Kyosuke duduk di barisan pertama, kedua lengan terbuka, menikmati sensasi jatuh bebas yang menegangkan sambil berteriak gembira, suara mereka bergema di angkasa.
Di bawah roller coaster, Lin Qiye bersandar di pagar, memandangi ayah-anak ini yang asyik bermain, senyuman datar mengembang di wajahnya.
"Es krim."
Amemiya Haruki keluar dari toko di belakangnya, kedua tangan menggenggam empat es krim, salah satunya diulurkannya pada Lin Qiye.
"Terima kasih." Lin Qiye tersenyum.
Amemiya Haruki menengadah memandang roller coaster yang melintas cepat, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya: "Dilihat seperti ini, rasanya juga cukup menyenangkan."
"Setidaknya ada kehangatan." Lin Qiye menggenggam es krim, setelah diam sejenak, menghela napas panjang.
Amemiya Haruki yang berdiri di samping, sorot matanya redup sesaat.
"Nasib keluarga ini... terlalu berliku."
"Iya..." Lin Qiye tersenyum getir, "Semoga suatu hari, mereka benar-benar bisa meraih kebahagiaan."
Saat mereka berbincang, roller coaster perlahan berhenti. Om Kyosuke menggandeng tangan Yuzurina turun dari wahana, berjalan mendekati Lin Qiye dan Amemiya Haruki dengan senyum bahagia.
“Ada es krim yang disiapkan untuk kita? Amemiya, kamu sangat perhatian.” Paman Kyosuke menerima dua es krim dan memberikan satu kepada Yuzurina.
“Terima kasih Kakak Amemiya.”
Yuzurina menjilat es krimnya, kedua matanya berkerut seperti bulan sabit karena tersenyum.
“Langit mulai gelap, kita harus pulang.” Paman Kyosuke menatap langit yang semakin muram, beberapa awan hitam tebal mulai menutupi sinar matahari di langit, “Jangan-jangan sebentar lagi hujan...”
“Harus pulang sekarang?” Yuzurina terlihat enggan. Dia menggoyang-goyangkan tangan Paman Kyosuke sambil berkata memelas, “Ayah, aku masih ingin naik wahana lompat gedung. Temani aku sekali lagi! Setelah ini kita langsung pulang!”
Paman Kyosuke melirik ke langit lalu mengangguk tegas, “Baik, terakhir kali naik wahana lompat gedung!”
“Cepat, ayo!”
Yuzurina menggenggam pergelangan tangan Paman Kyosuke dan berlari menuju wahana lompat gedung tinggi di kejauhan.
Chapter 0674 Permintaan Kyosuke
“Aaaaaa!!”
Di tengah teriakan panik, wahana lompat gedung terjun bebas dari ketinggian.
Beberapa menit kemudian, Paman Kyosuke menggandeng Yuzurina keluar perlahan dari wahana tersebut.
Lin Qiye dan Amemiya Haruki masih menunggu di samping.
“Meskipun Yuzurina juga mengundang mereka berdua untuk naik wahana lompat dari gedung tadi, Lin Qiye benar-benar tidak ingin pergi. Lagipula, dia pernah menunggang naga dan Awan Kintoun, jadi ketinggian wahana seperti ini sama sekali tidak berkesan baginya. Jika naik, sementara yang lain berteriak, dia hanya akan berdiri di samping dengan wajah tanpa ekspresi, yang jelas akan merusak pemandangan.”
“Selain itu, sekarang adalah waktu reuniasi ayah dan anak, tidak perlu baginya untuk ikut campur.”
“Baiklah, proyek terakhir juga sudah selesai dimainkan, kita harus pulang sekarang ya?” Oom Kyousuke menggandeng tangan Yuzurina, tersenyum memandangnya.
Yuzurina menundukkan kepala, tidak berbicara.
“Yuzuri kecil?”
“Ya... Oh...” Yuzurina tersadar, menengadah, memaksakan senyuman di wajahnya, “Aku, aku ke kamar mandi dulu.”
Melihat punggung Yuzurina yang berlari kecil menuju kamar mandi, alis Lin Qiye berkerut halus.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Yuzurina keluar dari kamar mandi, terus menunduk, seolah kehilangan semangat.
“Ada apa? Yuzuri kecil?” Oom Kyousuke bertanya dengan bingung.
“Tidak apa-apa.” Yuzurina tersenyum, “Ayo kita pulang.”
Beberapa orang menyusuri jalan pelangi taman hiburan menuju pintu gerbang, suasana terasa agak berat. Yuzurina hampir tidak berbicara, bahkan ketika Oom Kyousuke aktif mencari topik, dia hanya membalas dengan setengah hati.
“Di langit, hujan rintik-rintik beterbangan turun. Awan hitam semakin menutupi langit. Padahal masih siang, sinar matahari sudah tak terasa lagi.”
“Meski begitu, riuh tawa taman hiburan tak juga mereda. Para turis serentak membuka payung dan berkelompok mengantri di depan proyek-proyek. Iring-iringan mobil mainan kartun memainkan musik riang, pelan-pelan menyusuri jalan.”
“Sampai di pintu taman hiburan, Yuzurina tiba-tiba menghentikan langkahnya.”
“Ada apa? Yuzuri kecil?” Om Kyo menoleh bertanya.
“Yuzurina membungkuk berdiri di sana. Kantung matanya mulai merah bengkak. Air mata tak bisa ditahan lagi berputar di kelopak matanya. Tubuh mungilnya gemetar halus, pelan-pelan berjongkok, memeluk diri sendiri.”
“Lin Qiye dan Amemiya Haruki saling bertatapan.”
“Maafkan aku...” Yuzurina menyembunyikan wajah di lengan, suaranya hendak menangis, “Aku... aku tetap tidak tahan...”
“Om Kyo tertegun, langsung bicara, 'Yuzuri kecil, kamu masih ingin terus main? Tak apa! Kita berbalik arah main lagi. Main sampai kapan pun boleh. Kita bisa beli beberapa payung di toko...'”
“'Terima kasih, tapi tidak perlu... Kakak Xiao Jin.'”
“Di wajah Yuzurina yang masih basah bekas air mata, tersembul senyuman dipaksakan.”
“Om Kyo terpaku mempatung di tempat.”
“Lin Qiye dan Amemiya Haruki tetap berdiri di tempat, diam-diam menghela napas.”
“Ayahku... Dia sangat takut ketinggian, jadi dia tidak akan menemaniku naik wahana lompat dari gedung, bahkan jika dipaksa naik, tidak mungkin tertawa senang seperti itu...” Suara Yuzurina tersekat, “Seharusnya aku sadar dari dulu, setelah kita membunuh Utusan Ilahi, urusan ini tidak mungkin berakhir begitu saja. Ayah sudah susah payah mendapatkan【Black Rope】, dia tidak akan menyerah begitu saja... Sudah banyak Utusan Ilahi yang mati, jika ingin menyerang【Tanah Suci】, sekaranglah kesempatan terbaik... Adik masih disiksa, di momen seperti ini, mana mungkin dia menemaniku ke taman hiburan dan bermain riang seperti ini?”
Om Kyousuke mempatung di tempatnya untuk waktu yang lama, menghela napas panjang. Titik-titik cahaya ilusif keemasan pun menghilang, berubah kembali menjadi wujud Xiao Jin.
Sedangkan【Senkaku】yang digendong Yuzurina, telah berubah menjadi pedang gelembung imut berbentuk tongkat.
Hari ini, sejak detik Yuzurina membuka pintu, Xiao Jin sudah menghipnotisnya.
Ini adalah permintaan Om Kyousuke.
Semalam setelah Yuzurina tertidur, Om Kyousuke langsung meminjam【Senkaku】dan【AmeKuzure】, lalu bergegas ke Tokyo semalaman. Semua orang kecuali Yuzurina sendiri tahu rencana ini.
Om Kyousuke ingin tetap tinggal menemani Yuzurina, tapi jika dia ingin menyerang【Tanah Suci】, tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Jadi dia hanya bisa meminta Xiao Jin menyamar sebagai dirinya, setidaknya menemani putrinya bermain di taman hiburan sekali saja. Bagaimanapun, berikan dia kenangan indah...
“Yuzuri kecil, kamu tidak perlu terlalu khawatir.” Lin Qiye berjalan mendekatinya dan berjongkok, “Kali ini, Ayahmu pasti akan membawa adikmu kembali. Saat itu, seluruh keluarga kalian bisa berkumpul.”
Amemiya Haruki mengangguk di samping.
“Tapi...” Yuzurina teringat mimpi buruk yang dialaminya semalam, hatinya dipenuhi kegelisahan. Dia mengangkat kepala memandang Xiao Jin, “Kakak Xiao Jin, kamu tidak perlu ikut campur denganku, cepatlah pergi bantu Ayahku.”
Xiao Jin menoleh melihat Lin Qiye, mengangguk padanya.
“Kalau begitu aku pergi. Kalian rawat baik-baik dia...”
Setelah selesai berbicara, Xiao Jin berubah menjadi titik-titik cahaya emas, menghilang di tempat.
Lin Qiye menyaksikan kepergian Xiao Jin. Beberapa saat kemudian, dia mengulurkan tangan pada Yuzurina yang masih berjongkok di tanah, tersenyum dan mulai berbicara:
“Ayo, kita pulang ke rumah.”
……
Tokyo.
Di bawah awan badai hitam legam, kota modern ini berkilauan dengan lampu-lampu ilusif. Dengungan arus mobil bercampur gemuruh guntur yang samar, melalui pantulan cermin gedung pencakar langit, kilatan listrik biru tua yang mengelus di antara awan terlihat jelas.
Melihat badai akan segera tiba, pejalan kaki di jalan mempercepat langkah. Lampu merah di atas kepala baru saja mulai berkedip, kerumunan orang sudah menyebar keluar dari pinggir jalan, melangkah buru-burui menuju .
Lampu hijau melompat.
Di permukaan aspal berwarna tua, hanya tersisa seorang pria berdiri di sana.
Dia mengenakan jas hitam mengilap dengan rambut tersisir rapi, di saku pinggangnya terselip sekuntum mawar merah layu. Angin dingin yang bercampur gerimis menerpa, membuat kelopak bunga mawar itu berhamburan sedikit.
Di pinggangnya, tergantung empat bilah pisau.
Pejalan kaki di jalan melihatnya dan mulai berbisik-birih, mereka bergegas menjauhi pria ini sambil khawatir dia adalah orang gila yang membawa pisau ke jalanan.
Bahkan ada yang berhenti dari kejauhan, mengambil ponsel untuk menelepon polisi. Tak lama kemudian, suara sirine samar-samar mulai menggema dari ujung jalan.
Pria itu berdiam diri di pinggir jalan, tampak acuh pada sekelilingnya. Dia hanya menatap lekat ke langit di atasnya, di mana piringan raksasa perak menggantung di antara awan badai, bola matanya sedalam danau musim dingin yang dingin.
Setelah waktu yang tak terkira, dia mengangkat telapak tangannya dengan lembut dan mengusap wajahnya.
Wajah biasa pria paruh baya itu langsung menghilang, berganti dengan paras tegas berbekas tiga luka mengerikan. Andai tak ada bekas luka itu, niscaya dia adalah pria tampan berkarisma seperti anggur tua.
Saat itu juga, para pejalan kaki tiba-tiba merasa wajah ini terasa familiar...
Seolah teringat sesuatu, ketakutan tak terhingga muncul di pupil mata mereka!
Pria yang membawa mawar merah layu dengan empat pedang tergantung di pinggangnya ini, bukan lagi Om Kyousuke dari Klub Kuromatsu Osaka. Sekarang, dia adalah buronan tingkat【Oni Ganas】negara ini, Kuroto Yuzuri.
