Restoran kapal pesiar.
“Menurut kalian, hubungan apa antara Ketua Ji Nian dan Panglima Ye?” Jiang Er melayang di kursinya, bertanya penasaran.
“Tidak tahu.” Lin Qiye meletakkan sumpit di tangannya, ragu sejenak, “Yang pasti, seharusnya bukan hubungan cinta, lebih mirip persahabatan revolusioner.”
“Usianya terlihat sebaya dengan kita, berarti dulu saat mengenal Panglima Ye, dia pasti masih gadis kecil?”
“Waktu itu Panglima Ye juga belum menjadi panglima kan?”
“Dihitung waktunya, memang cocok.”
“Lagi-lagi kisah masa lalu yang terkubur sejarah...”
Setelah tiga orang menyelesaikan makan malam, Ji Nian menghampiri restoran. Walkie-talkie yang sempat digenggamnya sudah hilang, kecuali bola matanya yang agak merah, tidak terlihat ada yang aneh.
“Bagaimana? Makan malammu sesuai selera?” Ji Nian membuka percakapan.
“Sangat lezat.” An Qingyu tersenyum, “Terima kasih atas jamuannya.”
Lin Qiye dan yang lain berdiri dari kursi, melirik jam di dinding, berkata:
“Kekuatan spiritualku juga sudah pulih, saatnya kembali ke Da Xia... Kalau boleh, bisakah tunjukkan arah Da Xia?”
“Tidak perlu.” Ji Nian menggeleng tenang.
Ketiga orang Lin Qiye tertegun, tak sepenuhnya memahami maksudnya.
"Maksudku, kalian tak perlu terbang kembali. Jarak dari sini ke Da Xia masih setengah bumi. Kekuatan spiritualmu tak akan bertahan." Ji Nian menancapkan kedua tangannya ke dalam saku, melanjutkan, "Aku sudah memerintahkan kapal untuk berputar haluan dan melaju kencang ke Da Xia. Ikutlah bersama kami. Urusan kerajaan dewa ala Cthulhu juga tak perlu dikhawatirkan. Barusan aku sudah berbicara dengan Sang Panglima Zuo melalui walkie-talkie. Dia sudah mulai mengambil operasi. Jadi meski kalian pulang dua hari lebih lambat, tak akan ada yang tertunda."
“Kalian juga mau pergi ke Da Xia?” Jiang Er heran bertanya.
“Ya, mau urusan penting.”
Jiang Er dan An Qingyu serentak menoleh memandang Lin Qiye, setelah ragu sejenak akhirnya mengangguk.
“Bagus juga, kalau begitu kita numpang kapal ini.”
“Naik kapal pesiar dari sini ke Da Xia kira-kira butuh tiga hari waktu.” Ji Nian melihat jam sambil berkata, “Selama ini, Aku ada urusan sangat penting yang harus diselesaikan. Maaf tidak bisa menemani kalian. Permintaan apapun bisa disampaikan ke anggota Perkumpulan Shangxie di kapal, mereka akan berusaha memenuhi.”
“Terima kasih.”
Setelah keluar dari restoran, Ji Nian yang berjubah lab putih langsung masuk ke 【Ruang Balok Kayu】. Ksatria mengatur kamar untuk Lin Qiye bertiga lalu mengantarkan mereka.
Di suatu jalan, setelah An Qingyu ragu sejenak, akhirnya bertanya:
"Permisi, apakah ketua perkumpulan kalian juga suka melakukan penelitian ilmiah?"
"Ksatria, menggelengkan kepala berkata, \"Ketua tidak melakukan penelitian ilmiah murni, dia lebih suka merapikan senjata, kendaraan, proyek bangunan, pesawat meriam rudal, mobil sport motor jet tempur... Dibanding ilmuwan, dia lebih mirip penggemar fanatik di bidang manufaktur.\""
"Ternyata begitu... Tapi barang yang dia ciptakan, memang sangat menarik ya.\""
Dalam pikiran An Qingyu, muncul walkie-talkie gaya pixel itu, membuatnya agak gatal hati.
"Ini apa? Tunggu kalian main ke 【Utopia】, barang-barang di sana akan membuat dagu kalian copot.\" Ksatria tertawa terbahak."
……
Lin Qiye kembali ke kamarnya, menutup pintu kamar.
Dia menuangkan cangkir teh panas, duduk di tepi jendela pesawat yang sempit, memandang kabut samar dan air laut yang dalam di luar. Setelah lama, menghela napas panjang.
Pertarungan di neraka benar-benar terlalu menegangkan, sampai sekarang dia masih belum keluar dari krisis nyawa di ambang kematian. Setiap kali menutup mata, puluhan cacing merah bergerak-gerak dan tawa mengerikan itu muncul di pikirannya.
Yang paling tak bisa dia lepaskan adalah Shen Qingzhu yang membawa sayap hitam di punggung, meraung kesakitan di atas balok es.
Bisakah dia bertahan dari proses penyatuan dengan sumber neraka? Akankah dia terendam kekuatan jahat? Bagaimana dia keluar dari pedalaman kerajaan dewa itu?
Pertanyaan-pertanyaan ini terus melilit hati Lin Qiye.
Tidak bisa tidur, Lin Qiye akhirnya bersandar di tepi jendela, menyesap beberapa teguk teh panas, dan menenggelamkan kesadarannya ke dalam Rumah Sakit Jiwa Para Dewa di pikirannya.
“Buka pasar!! Cepat bertaruh! Nanti kalau sudah mulai tidak bisa ikut lagi!”
“Hari ini aku bertaruh untuk Kak Kera, dua paha ayam.”
“Aku juga ikut Kak Kera, taruhanku satu bungkus makanan pedas!”
“Sepertinya akhir-akhir ini Sang Raja Kera memang bukan lawan Kak Kera... Aku ikut Kak Kera, taruhannya menggantikan pekerjaan sehari.”
“Mungkin hari ini ada kejutan? Aku bertaruh untuk Sang Raja Kera, taruhannya tiga biji kuaci!”
“Maaf, taruhanmu terlalu kecil, tidak bisa ikut.”
“？？？”
“……”
Lin Qiye yang mengenakan jas lab putih baru saja masuk ke halaman, langsung mendengar para perawat sedang berdiskusi dengan riuh.
Di tengah halaman, Sun Wukong dan Gilgamesh sudah berdiri tegap di kedua sisi, saling memandang dengan dingin, kilauan pembunuhan di udara semakin mengintens.
Lin Qiye sepertinya teringat sesuatu, melirik jam dinding di tembok.
Hmm... Memang sudah waktunya adu fisik rutin mereka.
Lin Qiye juga sudah lama tidak melihat duel mereka, akhirnya memilih berdiri di pinggir halaman. Tiba-tiba Li Yifei muncul dengan tangan kanan membawa kursi lipat dan tangan kiri memeluk sekantong kuaci, berjalan lambat mendekat.
“Qiye? Kamu datang?”
Li Yifei melihat jas putih di kerumunan orang, matanya berbinar. Dia cepat-cepat mendekat dan menyodorkan kursi lipat ke bawah Lin Qiye, “Sini, duduklah nonton.”
“Bagaimana denganmu?” Lin Qiye dengan natural duduk di kursi lipat kecil, bertanya.
Li Yifei melemparkan kuaci ke Lin Qiye, menampar dahi rakun kecil yang sedang ramai bertaruh di samping. Yang terakhir segera menutupi kepala dengan kedua cakarnya, menoleh memandangi Li Yifei dengan wajah sedih:
“Manajer Li, kenapa pukul aku?”
“Pergi, ambilkan aku bangku lipat.”
“Oh...”
Tak lama kemudian, rakun kecil membawakan bangku lipat baru. Lin Qiye dan Li Yifei pun duduk di tepi halaman, mulai mengupas kuaci.
“Kenapa mereka belum mulai berkelahi?” Lin Qiye menghabiskan beberapa biji kuaci, melihat kedua orang di kejauhan masih belum bergerak, tak tahan bertanya.
“Oh, mereka sedang menunggu pemusik.”
“？”
Di bawah gedung rumah sakit, Bragi menggendong harpa, berjalan tegak mendekati batu raksasa di tepi halaman. Setelah batuk ringan dua kali, jemarinya mulai memetik senar.
Saat alunan musik heroik menggema, kedua orang di halaman seperti menerima sinyal. Secara serempak mereka menerjang satu sama lain. Cahaya keemasan dan ungu bertabrakan ganas, namun terkunci oleh formasi pertahanan magis di tepi halaman tanpa kebocoran sedikit pun.
Alunan harpa Bragi seolah memiliki kekuatan magis. Hati semua yang hadir tergugah, suasana semakin menegang.
Para perawat yang bertaruh berkerumun di tepi halaman, jantung serasa tertahan di kerongkongan. Bahkan Lin Qiye yang sedang asyik ngemil kuaci pun merasakan semangat berdarah panas yang lama tak dirasakan.
Dia menatap tajam pertarungan di halaman tanpa berkedip cukup lama, alisnya sedikit berkerut.
"Kenapa aku merasa... Gilgamesh semakin kelelahan?"
Chapter 1152: Penyakit Gilgamesh
Di halaman.
Tongkat Ajaib dan pedang bertubrukan di udara dengan frekuensi yang mengkhawatirkan, dua kekuatan ilahi saling berbenturan keras membuat Gilgamesh yang mengenakan jubah abu-abu terus mundur.
Sun Wukong dengan kasaya compang-camping berkibar-kibar, aura pertarungannya semakin berapi-api. Dua cahaya emas di matanya menyala bak mentari terik, ia bagaikan Dewa Perang yang dikelilingi cahaya Buddha dan aura siluman yang berputar bagai Yin-Yang, menghancurkan kekuatan otoriter Gilgamesh.
"Belakangan memang selalu begini." Li Yifei mengunyah kuaci sambil berkata pada Lin Qiye, "Selama setengah bulan ini, setiap kali mereka berkelahi, Sang Raja Kera tak pernah menang sekalipun. Lihat saja taruhan mereka, hampir semua orang yakin Kak Kera akan menang."
Lin Qiye terus mengamati medan perang dengan tatapan tajam, beberapa saat kemudian menemukan akar masalahnya, lalu menghela napas panjang:
"Pada dasarnya, bukan Gilgamesh yang lemah... Tapi belakangan ini, Kak Kera semakin kuat."
"Bukan begitu? Lihatlah gaya bertarung Kak Kera sekarang, lebih garu dari Qitian Dasheng di sinetron! Kalau dulu di istana surgawi dia sekuat ini, wajar saja bisa mengamuk dan melawan Kaisar Giok sampai segitunya."
Li Yifei tidak tahan berkata dengan kagum.
Lin Qiye tidak berbicara, dia hanya diam-diam mengawasi progress bar di kepala Sun Wukong.
"Progress penyembuhan Sun Wukong: 90%"
Sudah naik ke 90%... Sekarang progress penyembuhan Sun Wukong telah melebihi 86% Bragi, langsung menjadi pasien paling sehat di seluruh rumah sakit jiwa.
Dengan kecepatan ini, jangan-jangan Kak Kera bisa pulang dari rumah sakit lebih cepat daripada Bragi?
Sementara Gilgamesh yang sedang bertarung dengan Sun Wukong, meski progress bar-nya juga naik setelah minum obat belakangan ini, masih tertahan di 42%, bahkan belum bisa menerobos batas 50%, harapan pulang masih jauh.
Tentu saja, yang paling kecil harapan pulangnya adalah Yeland.
Lin Qiye menengadah, melirik ke atas rumah sakit. Di balik pagar, Yeland yang berselimut awan putih sedang membungkuk mengamati pertarungan di halaman, wajah keriputnya dipenuhi kelembutan dan kebaikan.
Duum——!
Dentuman keras bergema dari halaman, tubuh Gilgamesh terlempar setelah dihantam Tongkat Ajaib dan jatuh telentang di tanah.
Pertarungan ini akhirnya berakhir dengan kekalahan Gilgamesh.
Bragi segera menghentikan permainan harpa, menggendong alat musiknya sambil bergegas jongkok di sisi Gilgamesh, mengedipkan mata: "Hei, kamu baik-baik saja?"
Gilgamesh mengernyitkan alisnya, pelan-pelan bangkit dari lantai, meliriknya dengan dingin, "Sang Raja tidak perlu khawatir."
Matanya menyapu sosok Sun Wukong di seberang yang masih memikul Tongkat Ajaib, berdiri kaku sambil saling bertatapan. Dengan mendengus dingin, ia berbalik dan berjalan menuju ruang rawat inapnya.
Menyaksikan pemandangan ini, Li Yifei yang sedang mengunyah kuaci menghentikan gerakannya, menggaruk kepala, lalu menatap Lin Qiye:
"Qiye, kamu tidak perlu ikut campur?"
"Campur? Bagaimana caranya?" Lin Qiye menghela napas, "Ini pertarungan sukarela antara mereka. Aku tak pantas ikut campur."
"Tapi menurutku watak Sang Raja Kera yang terus dipukuli seperti ini pasti akan bermasalah. Bagaimana kalau kau bicara pada Kak Kera agar next time dia memberi keringanan?"
Lin Qiye langsung menggeleng:
"Tidak. Gilgamesh tetap Raja Kuno yang punya harga diri. Justru jika Kak Kera sengaja mengalah, itu baru penghinaan baginya."
Suara Lin Qiye menggantung. Tatapannya tertancap pada punggung Gilgamesh yang menjauh, tenggelam dalam keheningan.
Beberapa detik kemudian, ia bangkit dari kursi lipat kecil sambil membersihkan kulit kuaci di bajunya, "Aku akan menengoknya."
……
Lin Qiye berdiri di depan pintu kamar pasien Nomor Lima, mengulurkan tangan untuk mengetuk pelan.
Sebelum Gilgamesh sempat membuka mulut, ia sudah memutar gagang pintu dan langsung masuk.
"Di dalam ruang rawat, jendela tidak ditutup. Gilgamesh menyampirkan jubah abu-abu, berdiri dengan tenang di tepi jendela. Ia menoleh ke samping, mengerutkan alis memandang Lin Qiye yang masuk dari luar pintu, berkata dengan suara berat:
"Sang Raja belum bersuara, siapa yang mengizinkanmu masuk?"
"Jika menunggu Sang Raja menolak, sudah terlambat." Lin Qiye menyelipkan kedua tangannya ke dalam jas lab putih, mendekati jendela sambil memandang pemandangan di luar, "Bagaimana kondisi kesehatanmu akhir-akhir ini?"
"Sang Raja tidak sakit!" Ekspresi Gilgamesh berubah angker, "Jika di Uruk zaman dulu, ucapanmu ini cukup membuatmu mati sepuluh kali."
"...Kalau begitu aku ganti cara bertanya."
Lin Qiye memandangnya dengan serius, "Sekarang, bisakah kau membedakan fantasi dan realita?"
Gilgamesh terjebak dalam keheningan.
Setelah waktu yang lama, barulah ia berkata pelan-pelan, "Sang Raja... Sang Raja tidak tahu."
"Tidak tahu?" Lin Qiye mengerutkan alis, "Bisa bedakan berarti bisa, tidak bisa berarti tidak bisa... Bagaimana bisa disebut tidak tahu?"
"Sang Raja tahu, di sini sudah bukan Uruk lagi. Tapi setiap kali Sang Raja mencoba mengingat kejadian masa lalu, pikiran menjadi kacau... Seolah ada yang terus memasukkan kenangan kacau ke dalam kepala Sang Raja."
Gilgamesh perlahan menutup kelopak matanya, menarik napas dalam-dalam, "Sang Raja bukan pengecut yang lari dari realita. Tapi setiap kali kenangan kacau ini muncul, Sang Raja akan kembali bingung. Hanya saat sepenuh hati bertarung, Sang Raja bisa kembali waspada sebentar."
Setelah mendengar kata-kata ini, wajah Lin Qiye semakin tegang.
Sejak awal mengobati Gilgamesh, Lin Qiye sudah merasa bahwa dengan karakter dan kelapangan hati raja kuno ini, seharusnya dia tidak akan merosot sendiri dan tenggelam dalam fantasi palsu.
Setelah dia membangunkan kesadaran Gilgamesh dengan cara kasar, di permukaan selain sedikit sombong, sepertinya tidak ada gejala penyakit lain. Tapi bagaimanapun juga, bilah progress penyembuhan rumah sakit jiwa tidak akan berbohong.
Progress 42% membuktikan bahwa penyakitnya baru sembuh sebagian. Selama belum menerobos 50%, berarti akar penyakit terpenting belum terungkap.
Sekarang tampaknya kuncinya ada pada "memasukkan kenangan kacau" yang dia sebutkan.
Tapi setelah Lin Qiye membolak-balik catatan Dokter Li, tidak ada yang menyebutkan kondisi serupa.
Jangan-jangan... masalahnya memang bukan pada kondisi mental Gilgamesh?
Lin Qiye mulai merenung.
Contohnya split kepribadian Merlin, itu bukan sekadar penyakit mental polos. Pada dasarnya itu gangguan jiwa akibat invasi jiwa asing dari luar. Mungkinkah yang dihadapi Gilgamesh sekarang juga situasi seperti ini?
Seandainya benar begini... sebenarnya apa itu sesuatu yang terus-menerus memompakan kenangan kacau padanya?
“Lin Qiye memikirkan untuk waktu yang lama, tetap tidak ada ide, hanya bisa mengangguk, 'Tahu, aku akan pulang untuk mempelajarinya... Jika kamu benar-benar terganggu oleh kenangan ini, bisa lebih sering berkelahi dengan Kak Kera, dia pasti akan senang membantu.'”
Setelah selesai berbicara, Lin Qiye keluar dari Kamar pasien Nomor Lima.
Chapter 1153 Kapal Pesiar yang Ajaib
Pagi buta.
Sinar matahari redup mengintip melalui jendela pesawat yang sempit, menghantam pipi Lin Qiye. Kelopak matanya bergetar halus, perlahan membuka mata.
Semalam setelah selesai berbicara dengan Gilgamesh dan meninggalkan Rumah Sakit Jiwa Para Dewa, dia segera tertidur lelap. Tanpa disadari, ternyata sudah tidur menyandar dinding sampai matahari terbit.
Lin Qiye melihat jam, mandi seadanya, lalu membuka pintu kamar dan langsung menuju haluan kapal.
Meski matahari baru saja terbit, di dek sudah ada banyak anggota Perkumpulan Shangxie yang sibuk. Pandangan Lin Qiye menyapu sekeliling, ternyata benar tidak melihat sosok Ji Nian.
Kemarin dia bilang ada urusan penting selama tiga hari ini, tidak akan muncul... Entah apa spesifiknya?
“Qiye.”
Sebuah suara terdengar dari belakang. An Qingyu membawa Jiang Er yang melayang di udara, melewati dek dan menghampirinya.
“Kenapa kamu juga bangun pagi begini?” Lin Qiye mengangkat alis.
“Dia semalam sama sekali tidak tidur.” Jiang Er tidak tahan mencurahkan isi hati, “Dia menghabiskan semalaman untuk mempelajari kapal pesiar ini, beberapa kapal cepat, perahu kabur, ruang kendali utama, serta semua fasilitas pendukung di kapal ini.”
Lin Qiye tersadar, “Kamu jadi maling tengah malam tadi?”
“Aku hanya melihat-lihat sekeliling, bukan jadi maling.” An Qingyu dengan nada serius, “Dan saat menganalisis, aku menemukan beberapa kelemahan sistem, sekalian kuperbaiki untuk mereka.”
“Ada penemuan apa?”
“...Terlalu ajaib.” An Qingyu tak kuasa membuka mulut, “Kapal ini, serta 98% benda di atasnya, seluruhnya terbuat dari balok pixel berukuran berbeda. Aku tak memahami prinsip pembentukan balok pixel ini, tapi seolah ada kekuatan magis yang memungkinkan mereka menyusun sempurna segala benda dalam kondisi mengabaikan hukum fisika makro...”
“Jadi, kemampuannya adalah menyusun balok kayu dari pixel?”
“……”
An Qingyu memandang Lin Qiye dengan rumit, “Kalau ingin memahami seperti itu juga tidak masalah... Tapi ini pasti lebih kompleks dari bayanganmu, yang jelas ini kemampuan paling ajaib yang pernah kusaksikan!”
Alis Lin Qiye sedikit terangkat.
Kemampuan Ji Nian merakit McLaren dan meriam telanjang tangan memang pernah disaksikannya langsung. Tapi secara visual, kemampuan itu tak terlihat terlalu hebat, setidaknya belum mencapai tingkat Divine Ruins.
Tapi kalau An Qingyu memberinya penilaian setinggi itu, berarti pasti ada hal-hal luar biasa dalam kemampuan ini.
Lin Qiye membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tatapannya tiba-tiba menyipit tajam, menoleh ke arah haluan kapal, kedua bola matanya menyempit.
“Ada apa?”
Melihat perubahan ekspresi Lin Qiye, An Qingyu bertanya dengan bingung.
“Di 20 kilometer laut, ada dua ‘misteri’ yang mengincar kapal ini, sedang menuju ke sini.” Lin Qiye berbicara dengan tenang, “Dilihat dari tingkatan, satu ‘Klein’, satunya lagi ‘Wu Liang’.”
“Ada ‘misteri’ yang menyerang?” An Qingyu mengangguk, “Ini wajar, kapal pesiar sebesar ini berlayar di laut, pasti menarik perhatian ‘misteri’ lain...”
Lin Qiye melirik ke 4 minggu, menahan seorang anggota Perkumpulan Shangxie yang baru saja hendak meninggalkan dek.
“Halo, ada yang bisa saya bantu?” Itu seorang wanita Afrika-Amerika jangkung berkulit hitam, postur kekar, terhalang oleh Lin Qiye, bertanya dengan sopan.
“Kalian diincar ‘misteri’.” Lin Qiye mengingatkan.
“‘Misteri’?”
“Sekarang di 18 kilometer, dengan kecepatan ini, segera akan menabrak lambung kapal kalian.”
Wanita Afrika-Amerika itu memandang Lin Qiye dengan heran, “18 kilometer?”
Wanita itu ragu sejenak, refleks menatap ke puncak kapal pesiar. Suaranya berhenti belum lima detik, sorotan lampu merah menyilaukan dari lampu peringatan di atas kapal menyapu, bersamaan dengannya gemuruh rendah mulai bergema di setiap sudut lambung kapal.
“Guǒrán yǒu dōngxī lái le.” Fēiyì nǚzǐ shénqíng xiān shì yī jīng, suíhòu biàn huīfù dàndìng, tā zhuǎnshēn dào, “Duōxiè nín de tíxǐng, hái qǐng èr wèi kèrén qù kècāng xiūxí, jiǎbǎn shàng kěnéng huì yǒu xiē bù ānquán.”
Lín Qīyè hé Ān Qīngyú duìshì yī yǎn, diǎnle diǎn tóu.
“Hǎo.”
Suízhe dīchén de wēng míng shēng yuèfā qīngxī, fēiyì nǚzǐ jiākuài jiǎobù, xiàng zhe chuáncāng nèi zǒu qù, qíyú zài jiǎbǎn shàng mánglù de Shàngxié Huì chéngyuán yě dàndìng de zǒu huí chuáncāng, sìhū duì cǐ yǐjīng jiàn guài bù guài.
“Zhè sōu chuán shàng, yě yǒu nénggòu jìnxíng dà fànwéi tàncè de tèshū shèbèi.” Ān Qīngyú yībiān xiàng chuáncāng zǒu, yībiān kāikǒu jiěshì dào, “Yóuyú shì yòng xiàngsù dājiàn ér chéng, suǒyǐ tàncè fànwéi hé chángguī de léidá yǒu suǒ bùtóng, yīnggāi zhǐyǒu shíliù gōnglǐ, bùguò zhè zhǒng diànzǐ shèbèi néng zài míwù lǐ shǐyòng, yǐjīng fēicháng lìhài le. Bùjǐn rúcǐ, zhèlǐ yòng lái jǐngjiè de wēng míng shēng, yěshì yī zhǒng tèshū pínduàn de shēngyīn, zhè zhǒng shēngyīn réněr nénggòu qīngchǔ de tīng jiàn, dàn duìyú 85% de ‘shénmì’ ér yán, shì wúfǎ tīng jiàn de, fǒuzé zài míwù zhōng shìfàng chū tài xiǎngliàng jiānruì de zàoyīn, kǒngpà hěn kuài jiù huì yǐn lái gèng duō de ‘shénmì’.”
Èr rén zǒu dào chuáncāng èr lóu de luòdì chuāng qián zhàn dìng, kàn zhe chuántóu qiánfāng ménglóng de míwù, Lín Qīyè jīngyà kāikǒu:
“Zhè sōu chuán, yǒu zhème lìhài?”
“Yang hebat bukan kapal ini, melainkan para insinyur yang merancangnya dan Ketua Peringatan yang menciptakannya.” An Qingyu menunjuk ke bawah kakinya, "Kapal raksasa yang rumit dan megah ini bisa berlayar di kabut, tak semua orang bisa mendesainnya. Pasti ada tim riset super unggul di balik Perkumpulan Shangxie yang mencakup segala bidang."
Saat mereka berdua berbicara, lambung kapal sedikit bergoyang. Permukaan dek yang luas mulai turun perlahan, dan tiga laras meriam pixel abu-abu kekar segera terpasang tinggi.
Kaliber meriam pixel ini benar-benar tak wajar – mulut meriamnya sebesar rumah dua lantai. Dua dari meriam itu mulai berputar otomatis mengarah ke kabut samar, seolah sedang mengunci sesuatu.
Dor——！！
Tiga detik kemudian, dua pilar cahaya merah menyambar masuk ke kabut lalu menghilang tanpa jejak.
Lin Qiye seolah merasakan sesuatu, alisnya sedikit terangkat.
Kapal pesiar terus maju pelan di permukaan laut. Tak lama kemudian, dua mayat "misteri" raksasa muncul terapung di sisi kapal – satu level Klein dan satu Wu Liang, semuanya mati seketika oleh tembakan meriam pixel.
Setelah konfirmasi kematian, anggota Perkumpulan Shangxie berjalan santai ke dek untuk merawat tiga meriam pixel itu. Lin Qiye dan An Qingyu juga keluar dari kabin.
"Halo." An Qingyu menghentikan seorang anggota sambil tersenyum malu-malu.
Dia mengulurkan tangan menunjuk dua mayat "misteri" yang mengambang di sisi kapal, "Maaf... bisakah aku membungkus kedua mayat 'misteri' ini?"
Chapter 1154 Mencuri Anggota
Tiga hari kemudian.
Lin Qiye duduk di restoran lantai empat kapal pesiar, bermandikan cahaya fajar, menyeruput kopi dengan santai.
Dia bersama An Qingyu dan Jiang Er telah mengikuti kapal Perkumpulan Shangxie selama tiga hari. Dari peta laut, mereka sudah mendekati perairan perbatasan Da Xia. Tak lama lagi, mereka akan memasuki wilayah Da Xia.
Lin Qiye meletakkan cangkir kopi, pandangannya menembus jendela besar yang berkilauan, mendarat di dek di haluan kapal.
Dua mayat "misteri" raksasa diikat benang tak kasat mata di permukaan dek. Dari garis profilnya, satu berbentuk mirip gurita, satunya lagi... setengah manusia setengah kuda laut.
Saat ini, banyak anggota Perkumpulan Shangxie berdiri di dekat dua mayat "misteri", mengamati penasaran anak muda berjubah putih operasi yang memegang berbagai pisau aneh.
An Qingyu berjongkok di dek, dengan serius membedah setiap inci tubuh "misteri" menggunakan pisau operasi, sorot matanya berkilau abu-abu.
Meski dikerumuni orang, tangannya sama sekali tidak gemetar. Seolah yang sedang dibedahnya bukan dua monster, melainkan mengukir karya seni berharga dengan pisau bedah.
"Sejak dua 'misteri' diangkat dari laut, sudah tiga hari berlalu. An Qingyu tak henti-hentinya membedah 'misteri' di dek bagaikan mesin yang tak kenal lelah."
"Di saat bersamaan, di lantai tertinggi kapal pesiar, sebuah pintu kamar yang tertutup selama beberapa hari perlahan terbuka."
"Ji Nian menyampirkan jubah lab putih, mengenakan kacamata tunggal kuno, keluar dari ruang balok kayu dengan wajah lesu. Ia menggosok batang hidungnya sambil menghela napas lega."
"'Akhirnya selesai...'"
"Dia perlahan bergerak ke tepi jendela, bola matanya menatap pemandangan laut di kejauhan. Tiba-tiba, alisnya berkerut seolah menemukan sesuatu, lalu memusatkan pandangan pada dua mayat 'misteri' raksasa di dek dan sosok An Qingyu yang serius membedahnya."
"Kerutan kebingungan muncul di sorot mata Ji Nian."
"Setelah ragu sebentar, ia mengganti jubah labnya dan mulai menuruni tangga menuju dek."
"'Ketua!'"
"'Selamat datang, Ketua.'"
"'Ketua, akhirnya Anda keluar dari kurungan?'"
"Beberapa anggota Perkumpulan Shangxie yang sedang menonton berbinar melihat kedatangan Ji Nian."
"Ji Nian mengangguk halus, mendekati dua mayat itu sambil bertanya dengan nada penasaran, 'Apa yang sedang dia lakukan?'"
"'Tidak tahu juga. Sudah tiga hari dia terus membedah, bahkan tak minum setetes air. Kukira anggota aneh di perkumpulan kita sudah cukup banyak, ternyata ada yang lebih aneh lagi...' Seorang anggota menggeleng sambil berkomentar."
“Ngomong-ngomong, Ketua.” Ksatria seakan teringat sesuatu, “Bukankah sebelumnya sudah kukatakan, perangkat konversi air tawar dan silinder daya piksel komposit di kapal rusak? Kemarin pagi saat kuperiksa, ternyata sudah pulih kembali.”
“Pulih?” Jinian tertegun.
“Bukan cuma pulih, silinder daya yang awalnya rusak itu kinerjanya justru meningkat 15%.”
“Silinder daya itu dulu kubongkar sendiri untuk memodifikasi motor... Pixelnya sudah hampir hancur semua, mana mungkin pulih?” Wajah Jinian dipenuhi kebingungan.
“Aku juga heran, makanya kemarin kucek lagi rekaman pengawasannya. Ternyata dia berkeliaran di kapal semalaman sebelumnya, bahkan berhenti di depan silinder daya sekitar sepuluh menitan. Kalau tidak ada kesalahan, pasti dia yang memperbaikinya.” Ksatria menunjuk An Qingyu yang sedang membedah.
Mulut Jinian menganga lebar tak terkendali.
“Kamu sudah keluar dari kurungan?” Suara Lin Qiye terdengar dari belakang Jinian.
“Lin Qiye, dari mana kau dapatkan orang-orang jagoan ini?” Jinian yang melihat kedatangan Lin Qiye tak bisa menahan diri.
“Qingyu? Dia wakil kaptenku.” Senyuman datar mengembang di wajah Lin Qiye, “Dia hebat, kan?”
“...Sangat mesum.”
Saat mereka mengobrol, kilau abu-abu di mata An Qingyu perlahan memudar. Ia mengemas alat bedahnya dan berjalan mendekat dengan wajah letih.
"An Qingyu!" Ji Nian langsung melangkah mendekat, matanya berbinar sambil berkata, "Apa kamu tertarik ikut aku kembali ke 【Utopia】? Perkumpulan Shangxie kami sangat membutuhkan talenta seperti kamu!"
An Qingyu tertegun.
Lin Qiye: ???
Berani-berainya menggali wakil kapten timku di hadapanku?
Percaya tidak kalau satu sabetan pedang dariku bisa menebas kapalmu sampai tenggelam?
"Maaf, Ketua Ji Nian, aku lebih suka 【Malam】." An Qingyu tersenyum minta maaf.
Sepertinya menyadari pandangan berbahaya Lin Qiye, Ji Nian mengangkat bahu tak berdaya dan menyerah pada ide penculikan, akhirnya mengulurkan tangan menepuk bahu An Qingyu sambil berkata:
"Tidak apa-apa, kalau ada waktu ikut aku ke 【Utopia】 untuk berkunjung juga boleh, Perkumpulan Shangxie akan selalu menyambutmu... Ngomong-ngomong, di tempat kami mayat 'misteri' yang kuat sebanyak apapun ada, kamu bisa membedah sesukamu, dijamin cukup!"
Mendengar kalimat ini, mata An Qingyu langsung berbinar.
"Baik!"
Lin Qiye dalam hati merasa tak baik, taktik godaan mayat yang dilakukan Ji Nian ini langsung menyentuh titik kelemahan An Qingyu.
Dia hendak berbicara, tiba-tiba seperti merasakan sesuatu, menoleh memandang arah kapal bergerak.
"Hampir sampai……" dia bergumam.
"Ketua, kita akan segera melewati perbatasan Da Xia." Hampir bersamaan, seorang anggota Perkumpulan Shangxie mendekat dan berkata.
Ji Nian mengangkat alis, "Baik, semua orang bersiap-siap. Kita akan segera mendekati pantai."
“Setelah menerima perintah, anggota Perkumpulan Shangxie di geladak kapal langsung sibuk bergerak. An Qingyu menenggelamkan dua mayat "misteri" yang sudah dibedah ke laut, lalu berdiri di haluan kapal bersama Lin Qiye, memandang jauh ke Tembok Mukjizat yang menghalangi invasi kabut di kejauhan.
Kapal pesiar Perkumpulan Shangxie perlahan melewati perbatasan Da Xia, memasuki Tembok Mukjizat. Kabut yang menghalangi pandangan langsung menghilang, di bawah langit biru membentang wilayah perairan yang luas dan bersih.
“Da Xia... Akhirnya kita memasuki Da Xia.”
Di geladak yang sibuk, beberapa anggota Perkumpulan Shangxie berhenti, tertegun memandang wilayah perairan indah di sekitar mereka. “Tanah merdeka satu-satunya di dunia yang selalu disebut-sebut Ketua...”
Sebagian besar anggota Perkumpulan Shangxie adalah orang-orang yang dibawa Ji Nian dari berbagai "Lingkaran Manusia" berbeda. Mereka hanya mendengar tentang keberadaan Da Xia dari mulut Ji Nian. Kini memasuki wilayah legenda Da Xia yang selama ini hanya ada dalam bayangan, terasa seperti mimpi bagi mereka.
Ji Nian mendekati haluan kapal, berdiri di samping Lin Qiye. Memandang jauh ke perairan biru di depan, dia menghela napas panjang:
“Terakhir kembali ke Da Xia, sudah lebih dari dua tahun yang lalu... Tak tahu bagaimana keadaannya sekarang.”
“Dua tahun ini banyak perubahan di Da Xia.” Lin Qiye tersenyum.
Bzzzzz——!!
Persis saat mereka berbicara, suara alarm berat kembali menggema. Sinar merah dari lampu peringatan di atas kapal menyorot keluar, berputar dengan kencang!
“Ketua!! Ada banyak objek terbang di langit, mendekati kita!” Suara terdengar dari speaker di berbagai bagian kapal. Mendengar ini, wajah anggota Perkumpulan Shangxie yang sedang sibuk langsung berubah.
Bukannya wilayah Da Xia sangat aman? Kenapa masih ada musuh?!
Alis Qingyu juga berkerut rapat. Telapak tangannya menggenggam lembut, dek di bawahnya dengan cepat berubah menjadi puluhan ribu pixel kecil yang berputar-putar di sekujur tubuhnya.
Sung sung sung——!!
Di langit biru, puluhan pesawat tempur kelabu melesat di udara dan menyambar ke arah kapal pesiar pixel ini!
Chapter 1155 Kembali ke Ibu Kota
“Apakah pesawat tempur Da Xia?”
Saat melihat pesawat-pesawat ini, Qingyu langsung menghela napas lega. Segala pixel dikembalikan ke posisi semula sambil berteriak ke anggota Perkumpulan Shangxie di kapal:
“Kawan kita! Semua jangan bertindak gegabah, jangan aktifkan modul senjata.”
Seluruh anggota Perkumpulan Shangxie langsung menghentikan aktivitas mereka, mematikan semua alarm di kapal hingga hanya tersisa kapal pesiar pixel raksasa yang mengambang di permukaan laut.
Lin Qiye memandang pesawat-pesawat yang melintas di langit sambil melirik ke 4 minggu dengan termenung, “Mereka datang secepat ini? Inikah bentuk lengkap benteng perang...”
“Secara geografis, pesawat-pesawat ini seharusnya berasal dari 【Shanhai Guan】.” An Qingyu mengangguk.
“【Shanhai Guan】? Apa itu?”
Qingyu bertanya dengan bingung.
“Salah satu dari dua belas benteng perang yang dipersiapkan Da Xia untuk Perang Dewa total.”
Lin Qiye menjelaskan dengan sederhana, ekspresi penasaran muncul di mata Jinian, "Da Xia membuat hal seperti ini? Agak menarik..."
"Perlu aku menyusup ke sistem mereka dan menunjukkan identitas kita?" Jiang Er yang melayang di udara bertanya lembut.
"Tidak... Kalau kau lakukan itu, mereka akan mengira kita musuh." An Qingyu menggelengkan kepala.
"Lalu bagaimana? Kapal Perkumpulan Shangxie adalah entitas asing dari kabut bagi mereka. Mereka takkan mudah melepas kita."
"Serahkan padaku."
Lin Qiye berkata tenang, mendorong gagang 【Zhan Bai】 dengan ibu jari. Pisau itu diselimuti warna malam, seketika menebas langit.
Krak——!
【Zhan Bai】 kembali ke sarungnya.
"Apa yang kamu lakukan ini?" Jinian mengangkat alis.
Lin Qiye tak menjawab. Pada momen berikutnya, di bawah awan biru, lingkaran hitam raksasa terbentuk. Dua bekas tebasan menyilang membelah lingkaran, membentuk lambang tim 【Malam】 yang terpatri di langit di antara formasi pesawat.
"Apa itu..."
Di kokpit pesawat tempur, pilot menatap jejak hitam di atasnya dengan kebingungan.
"Itu lambang tim 【Malam】. Mereka kembali dari luar negeri." Suara terdengar di saluran komunikasi, "Panglima Zuo juga mengirim kabar. Mereka sekutu, bubar tim dan kembali ke pos."
"Nomor 4 tetap di sini, bimbing mereka melewati pos pemeriksaan."
"Siap."
Pesawat tempur yang berputar-putar di langit, bersamaan berputar arah, melesat menghilang di ufuk langit, hanya tersisa satu pesawat yang terbang di udara.
"Ikuti pesawat itu pergi." Lin Qiye seakan menyadari sesuatu, menunjuk pesawat sambil berkata.
Kapal pesiar raksasa kembali beroperasi, meruntuhkan ombak biru, mengikuti arah pesawat yang pergi, melaju dengan kecepatan penuh.
Tak lama kemudian, bayangan hitam yang seperti rangkaian puncak gunung perlahan muncul di ujung cakrawala laut.
Ji Nian berdiri di haluan kapal, rambut peraknya berkibar ditiup angin, dia mengangkat teleskop pixel di tangannya, "Itukah【Shanhaiguan】?"
"Ya."
"Terlihat megah, sedikit beraroma film fiksi ilmiah." Ji Nian berbinar.
Dia mengulurkan tangan, menyeka lembut rambut peraknya yang menyilaukan, rambut itu dengan kecepatan yang terlihat jelas berubah menjadi hitam legam, terjuntai vertikal hingga paha.
"Rambutmu bisa berubah warna?" Lin Qiye heran bertanya, "Kukira, rambut perakmu kali ini hasil cat baru..."
"Tidak, perak adalah warna asli rambutku, itu warisan keluarga." Ji Nian mengangkat bahu, "Tapi kadang, rambut terlalu mencolok bukan hal baik, jadi biasanya saat bertugas atau menghadapi banyak orang, aku ubah rambutku jadi hitam."
"Gen keluarganmu memang sangat kuat."
Lin Qiye berkomentar takjub.
Seiring mendekatnya kapal pesiar pixel, di pusat Shanhaiguan, tembok baja tinggi perlahan membuka, sebuah jalur air lebar muncul di hadapan mereka.
Setelah memasuki tembok luar Shanhaiguan, kapal pesiar berhenti di dermaga terbesar antara tembok dalam dan luar di bawah panduan lampu penanda. Sebuah siluet mengendarai skuter listrik terhuyung-huyung mendekat dari tembok dalam.
“Senior Lu？”
Lin Qiye yang melihat sosok familiar itu membuka mulut dengan heran.
Semua orang turun dari kapal. Lu Wuwei melepas helm setelah memarkir kendaraannya dan tersenyum tipis, "Bertemu lagi."
“Benteng pertahanan ini adalah wilayah kekuasaanmu?”
“Wilayah apa, ini bukan dunia hitam.” Lu Wuwei mengangkat bahu, “Aku hanya sementara menjaga tempat ini.”
Pandangannya jatuh pada anggota kelompok Lin Qiye di belakang, termasuk Ji Nian yang turun dari kapal satu per satu. Ia melambaikan tangan lirih, “Wanita cantik, lama tidak bertemu.”
Dua tahun lalu saat Sembilan Dewa menginvasi, pemandangan Ji Nian menyetir McLaren keluar dari kabut untuk menyelamatkan Da Xia masih jelas terukir di ingatannya... Tapi yang paling membekas adalah adegan ketika dia dan Ye Fan pergi dengan mobil terbang, meninggalkan dirinya bersama Guan Zai tanpa ampun.
“Lama tidak bertemu.” Ji Nian mengangguk sopan.
“Kapal ini terlalu mencolok, tidak praktis untuk bersandar di dermaga kota. Lebih baik parkir di sini dulu.” Lu Wuwei memimpin jalan sambil berkata, “Zuo Qing sudah meneleponku. Pesawat yang akan membawa kalian kembali ke ibu kota sudah siap. Setelah urusan kalian selesai, kembalilah ke sini untuk mengambil kapal.”
“Tidak masalah.”
Zuo Qing menyiapkan sebuah pesawat angkut untuk Ji Nian dan lainnya. Berapapun banyak anggota Perkumpulan Shangxie yang datang, semuanya bisa diangkut sekaligus. Lin Qiye bertiga pun menumpang kembali, terbang dari Shanhaiguan sampai ke Shangjing.
Baru saja keluar dari bandara, dua siluet langsung berdiri dari batu tepi jalan.
"Qiye!!"
Lin Qiye tertegun. Di kejauhan, Bai Li Pangpang dan Cao Yuan bergegas mendekat.
"Kalian bukannya di Surga?"
"Lao Cao sudah hampir pulih, jadi kami turun. Panglima Zuo bilang kalian naik pesawat kembali, kami menunggu di sini." Pandangan Bai Li Pangpang menyapu ke belakang, terlihat gelisah. "Si Sok Jago di mana?"
Lin Qiye tercekat, tenggelam dalam keheningan.
"Qiye, Si Sok Jago di mana?" tanya Bai Li Pangpang lagi.
"Dia..."
Lin Qiye menceritakan kronologi peristiwa secara singkat. Alis Bai Li Pangpang berkerut rapat.
"Diri neraka..." gumamnya. "Firasatku benar..."
"Apa katamu?"
"Tidak, tidak apa-apa."
Bai Li Pangpang kembali sadar. Matanya menatap kedua tangannya sendiri, penuh kebingungan.
Bukankah dia belum melampaui siklus reinkarnasi diri? Latihan spiritual dan buah Tao-nya juga belum kembali... Lalu mengapa bisa merasakan firasat buruk tentang Si Sok Jago?
Tapi untunglah, [Yuan Dao Yu] yang diberikannya berefek. Shen Qingzhu seharusnya belum dalam bahaya maut.
"Kalian mau ke mana selanjutnya?" tanya Ji Nian.
“Lebih baik laporkan tugas ke markas besar dulu, baru dengarkan arahan.” Lin Qiye menjawab, “Bagaimana dengan kalian?”
Ji Nian diam sejenak, lalu menatap kejauhan, “Aku... harus ke suatu tempat dulu.”
Chapter 1156 Peringatan Masa Lalu
Kantor Sang Panglima.
“...Begitulah urusan yang terjadi.”
Suara Lin Qiye berhenti, Zuo Qing yang berdiri di tepi jendela menutup matanya sambil menghela napas panjang.
“Kalian bisa kabur dari tempat itu memang luar biasa... Nyaris saja Da Xia kehilangan tim khusus lagi.”
Lin Qiye tidak tahan bertanya: “Sang Panglima Zuo, apa langkah kita selanjutnya?”
“Setelah surat peringatan dikirim, aku langsung melapor ke Surga.” Zuo Qing mengangkat teko air di meja, menuangkan air untuk Lin Qiye sambil berkata, “Tiga hari ini Surga sudah mengirim mata elang, telinga angin, Dewa Air Lima Penjuru, serta Raja Naga Timur dan Selatan untuk mencari kerajaan dewa Ktulu. Sampai sekarang belum ada kabar.”
“Selain itu, aku juga menghubungi Lu Wuwei, menyuruhnya menggunakan kemampuannya untuk mencari posisi Shen Qingzhu...”
“Hasilnya?” Lin Qiye bertanya terburu-buru.
Kemampuan pencarian Lu Wuwei paling dipercaya Lin Qiye. Dulu pria itu bisa mengendarai skutermelintasi laut masuk ke "Lingkaran Manusia" Jepang bahkan Takamagahara untuk menemukannya, berarti menemukan Shen Qingzhu seharusnya bukan mustahil.
“Masih belum bisa. Seperti katamu, kerajaan dewa itu hidup dan bergerak cepat. Meski Lu Wuwei bisa merasakan arahnya, tetap tak sanggup menyusul apalagi masuk ke dalam.”
Cahaya yang berkobar di mata Lin Qiye, kembali mengabur.
“Bagaimanapun, kita akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari kerajaan dewa, lagipula semakin lama tempat itu ada, semakin merugikan dunia ini.” Zuo Qing, melihat kondisi mental Lin Qiye yang lesu, mulai menghiburnya.
Lin Qiye menerima cangkir teh yang disodorkan Zuo Qing, membungkuk mencicipi seteguk, lalu mengangguk diam-diam.
“Ngomong-ngomong, selama kalian keluar kali ini, apa sudah menemukan petunjuk tentang Zhou Ping?”
“Sudah menemukan beberapa.”
Lin Qiye dengan singkat mendeskripsikan kesan di pulau kecil itu kepada Zuo Qing, termenung sambil mengangguk.
“Diburu tiga dewa... itu pun sudah sebulan lalu, hanya dengan informasi segini tetap tidak bisa memastikan posisinya. Jangan-jangan kita tetap harus mengandalkan Lu Wuwei untuk berlayar lagi?”
Pulau yang ditandai Lin Qiye itu sangat jauh dari Da Xia. Begitu Lu Wuwei berlayar mencari Zhou Ping, dengan kecepatannya, minimal butuh sebulan. Dengan demikian, Pos Gerbang Gunung yang menjaga perairan tenggara akan kembali kosong penjaganya.
“Mungkin kita bisa tanya ke Perkumpulan Shangxie?” Lin Qiye mengusulkan perspektif baru, “Jaringan kekuatan Shangxie di luar negeri sangat luas, informasinya juga cepat. Seandainya Senior Santo Pedang benar-benar membuat gebrakan besar di luar negeri, pasti mereka punya kabar.”
“Ya, bisa dicoba.”
Lin Qiye teringat ekspresi Ji Nian di kapal, setelah ragu sejenak akhirnya bertanya:
“Tapi, mengapa dia tiba-tiba mau kembali ke Da Xia? Apa ada tugas khusus?”
“Tugas? Bagaimana mungkin.” Zuo Qing tertawa, “Perkumpulan Shangxie dan 'Penjaga Malam' bukan hubungan atasan-bawahan, mana mungkin kita memberi dia tugas? Dia kembali cuma untuk menghormati orang yang sudah tiada.”
“Orang yang tiada... Apakah Sang Panglima Ye?” Lin Qiye bertanya dengan hati-hati.
Zuo Qing mengamati Lin Qiye lama-lama, “Dasar anak bawang, mau nanya gosip ya?”
“Tidak, aku cuma penasaran.” Lin Qiye membantah dengan tegas.
“...Sebenarnya boleh juga diceritakan.” Zuo Qing duduk santai di kursi kerjanya, “Dia dan Sang Panglima Ye, bukan hubungan yang kamu bayangkan. Kira-kira... sepuluh tahun lalu? Saat Jinian masih gadis kecil, pernah mengamuk di kota Huaihai, seorang diri mengalahkan seluruh tim 'Penjaga Malam' yang berjaga di Huaihai.”
Zuo Qing seakan teringat sesuatu, berkomentar, “Percaya nggak? Gadis kecil delapan tahun, telanjang tangan memukul pingsan dua ahli level 'Klein', akhirnya Sang Panglima Ye yang hampir mencapai langit-langit manusia harus diterjunkan ke Huaihai untuk mengendalikannya.”
“Dulu saja dia sudah sekuat itu?” Lin Qiye terkejut.
“Lebih dari sekadar kuat? Dia benar-benar makhluk luar biasa.”
“Terus gimana?”
“Setelah mengendalikannya, Sang Panglima Penjaga Malam Wang Qing kala itu memerintahkan untuk mengurungnya di Lembaga Penyekatan. Sang Panglima Ye tak tega melihat anak kecil sekadar itu dipenjara di tempat seperti itu, mati-matian membujuk demi menyelamatkannya. Sejak itu, dia selalu membawa Ji Nian ke mana-mana, sambil mengajarinya tata krama sekaligus mencegahnya kehilangan kendali lagi. Apa yang terjadi selanjutnya aku juga tidak tahu pasti, intinya tak lama kemudian Ji Nian meninggalkan Da Xia, mengaku akan mencari cara pulang ke rumah di dalam kabut. Sang Panglima Ye tak bisa menghentikannya, hanya bisa membiarkannya pergi... Tak lama kemudian, sebuah kekuatan yang menyebut diri Perkumpulan Shangxie bangkit dengan cepat dari kabut.”
“Ternyata begitu...” Lin Qiye mengangguk.
Zuo Qing melirik jam di dinding, lalu berdiri dari kursinya, “Aku harus segera ke Pos Pagi Selatan. Urusan koordinasi dengan Perkumpulan Shangxie kuserahkan padamu... Tugas kalian belum selesai, cepat bawa Zhou Ping kembali. Jika benar-benar tidak bisa, aku terpaksa memobilisasi Lu Wuwei.”
“Siap.” Jawab Lin Qiye dengan serius.
Zuo Qing mengambil beberapa dokumen, hendak pergi. Melihat Lin Qiye masih berdiri diam di depan meja, dia tak tahan bertanya:
“Ada urusan lain?”
“Ada.” Lin Qiye terdiam sejenak, “Aku ingin mencari alamat rumah seseorang...”
“Alamat rumah? Siapa?”
“...Shen Qingzhu.”
……
Kota Shangjing.
Pemakaman Penjaga Malam.
Sebuah siluet berjubah lusuh perlahan bangkit dari depan nisan.
“Angin sepoi-sepoi menerpa pemakaman yang sunyi, membuat kelopak bunga putih di depan nisan menari-nari seperti serpihan salju. Rambut hitam gadis itu tertiup, menampakkan sepasang mata kemerahan.”
“Dia mengulurkan kedua tangan, mengusap pelan foto hitam-putih di depan nisan sambil bergumam:”
“‘Mengganti nasib dengan nyawa, jiwa dan dewa hancur lebur... Ye Fan, kau benar-benar kejam.’”
“‘Sekarang, bahkan kesempatanku untuk mengunjungi Aula Pahlawan Nasib Negara dan melihatmu sudah hilang...’”
“Gadis itu menatap foto tersebut lama sekali, lalu menghela napas panjang.”
“Siluet merah marun melintasi pemakaman, pelan-pelan mendekati sisinya. Sorot matanya yang rumit tertuju pada nisan itu sambil meletakkan buket bunga putih di depannya.”
“‘Kenapa kamu juga datang?’”
“Ji Nian melihat Lin Qiye di sebelahnya, heran bertanya.”
“‘Baru keluar dari markas besar. Kekuatan spiritualku langsung merasakan keberadaanmu di sini. Kebetulan lewat mampir memberi penghormatan.’”
“‘Persepsi mentalmu benar-benar praktis.’ Ji Nian mengusap mata kemerahannya, berpura-pura santai bercanda, ‘Sering dipakai mengintip gadis-gadis, ya?’”
“‘? Aku tak pernah melakukan hal seperti itu.’”
“‘Ah, jangan pura-pura. Kalau aku punya kemampuan itu, pasti setiap hari aku mengintip sixpack cowok ganteng. Sebagai manusia, jujur saja lah.’”
“Ji Nian melambaikan tangan, menatap nisan untuk terakhir kali sebelum berbalik menuju pintu keluar pemakaman.”
“‘Bilang saja, ada urusan apa lagi yang mau kamu bicarakan?’”
“‘Kok kamu bisa tahu?’”
“Aku menghitung dengan jariku, langsung tahu kamu butuh bantuanku.” Ji Nian mendengus, “Katakan, selagi hatiku masih melunak. Nanti kalau sudah mengeras, takkan mudah lagi aku berjanji.”
Melihat ini, Lin Qiye tidak lagi menolak, langsung bertanya:
“Apa kamu tahu Dewa Pedang Da Xia, Zhou Ping?”
Langkah Ji Nian terhenti sejenak.
Chapter 1157: Membawamu Keluar
“Zhou Ping? Itu yang suka bawa peti pedang kan?” Ji Nian mengangguk, “Aku kenal, dia pernah ke 【Utopia】.”
“Dia pernah ke markas Perkumpulan Shangxie kalian?” Mata Lin Qiye berbinar.
“Ya, kira-kira lebih dari setahun lalu?” Ji Nian termenung, “Waktu itu dia kayaknya tersesat, entah bagaimana bisa nyasar ke kapal kami. Karena lihat dia orang Da Xia, kubolehkan tinggal di 【Utopia】 sebentar. Belakangan baru kusadari, dia ternyata sudah mencapai tingkat dewa... Sungguh monster.”
Lebih dari setahun lalu?
Lin Qiye segera bertanya lagi:
“Terus gimana? Ada kabar terbaru tentangnya?”
“Setelah itu, dia tak pernah kembali ke 【Utopia】. Tapi katanya mau ke Olympus buat bantu Dewi Malam berkelahi.”
Kalimat ini bagai bom besar di telinga Lin Qiye, sorot matanya penuh kejutan.
Dewi Malam di Olympus tentu hanya Nyx.
Sebelumnya Lin Qiye pernah dengar, setelah Nyx kembali ke Olympus, dia langsung memisahkan kerajaan dewa Yunani itu, membawa sekelompok dewa Yunani untuk berdiri sejajar dengan kelompok Zeus.
"Kalau bukan karena dia terlibat dengan Olympus, mungkin kondisi Da Xia akan lebih buruk."
"Ternyata Zhou Ping menghilang selama ini, pergi mencari Nyx?"
"Tapi, baru-baru ini aku dengar kabar." Ji Nian merenung sejenak, "Faksi Nyx sepertinya mengalami masalah, ditekan oleh faksi Zeus, kondisinya tidak baik."
Hati Lin Qiye sedikit muram: "Tidak baik sampai seberapa parah?"
"Secara spesifik aku juga tidak tahu. Kalau kamu buru-buru ingin mencarinya, bisa ikut aku kembali ke 【Utopia】, aku punya jalan untuk mendapat informasi dari Olympus."
"Jalan apa?"
"Itu rahasia." Ji Nian menyimpan kedua tangan di saku, tersenyum misterius, "Aku hanya bisa beri tahumu, kekuatan dan konflik dalam kabut tidak sesederhana yang kamu bayangkan..."
Lin Qiye mencibir, tidak bertanya lagi.
"Kapan kita berangkat?"
"Dua hari lagi, aku masih ada urusan di Da Xia." Kata Ji Nian.
Lin Qiye merenung sejenak, "Baiklah, aku juga ada urusan yang harus diselesaikan... Mari berkumpul di Shangjing tiga hari kemudian."
……
Lin Qiye melewati aula markas Penjaga Malam, menghampiri Bai Li Pangpang dan yang lain.
"Bagaimana? Ada jalan untuk menyelamatkan Si Sok Jago?" Cao Yuan langsung bertanya saat melihat Lin Qiye kembali.
"Saat ini belum... Tapi pihak Surga sedang mencari cara."
Mendengar jawaban ini, ekspresi semua orang menjadi lesu.
“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Lanjut mencari ?” 。
“, kita sudah menemukan beberapa tentang , tapi detail spesifiknya mungkin baru bisa diketahui setelah ke .” , “Sebelum itu, kita harus ke Kota Linjiang dulu.”
“Kota Linjiang? Buat apa kita ke sana?”
。
, seakan teringat sesuatu, “Kota Linjiang... itu -nya ?”
“.” , “Sebelum mengantar kita , memintaku untuk melihat keadaan -nya. Sekarang kita punya waktu luang dua tiga hari, mari kita kunjungi. takkan bisa pulang dalam waktu dekat, setidaknya kita bisa menyampaikan kabar bahwa dia baik-baik saja.”
Di , sangat paham bahwa perkataan saat itu mungkin hanya untuk menyuruh mereka pergi. Tapi baik sebagai maupun demi menepati , dia harus pergi. Kalau tidak, -nya takkan tenang.
“Kalau dipikir-pikir, sudah bertahun-tahun sejak keluar dari sana, belum pernah sekalipun ?”
, “Apa karena -nya dengan tidak baik?”
“Pergi saja dulu, nanti juga tahu.”
pergi, kembali ke 。
“?”
“Kalian pergi dulu, aku mau ke .”
Melihat menjauh, :
“Kenapa sekarang malah mau ke ...”
“Ayo pergi, kita tunggu di luar.”
“Omong-omong, saya masih punya bahan eksperimen di Departemen Keamanan, saya akan mengambilnya dulu.”
“Baik, kalau begitu saya akan memanggil kepala pelayan untuk menyetir Rolls-Royce, nanti bisa mengantar kita ke bandara.”
“……”
Sambil mengobrol, semua orang berhamburan di pintu markas besar, berjalan menuju arah yang berbeda.
Lin Qiye mendekati etalase di markas Penjaga Malam, mengetuk jendela kaca.
“Halo, Kapten Lin, ada yang bisa saya bantu?” Seorang staf administrasi buru-buru mendekat.
Lin Qiye merenung sejenak, mengeluarkan sebuah kartu dan menyerahkannya ke balik etalase:
“Tolong tarik gaji setahun saya, simpan di kartu ini. Terima kasih.”
……
Lembaga Penyekatan.
Sebuah helikopter perlahan mendarat di platform laut, sosok berjubah compang-camping bernama Ji Nian melompat turun dari pesawat.
“Halo, saya Li Yangguang, penanggung jawab sementara di sini.”
Dalam hembusan angin kencang dari baling-baling helikopter, seorang dokter berjas lab putih mendekat dan menjabat tangan Ji Nian.
“Ya.” Ji Nian mengeluarkan dokumen dari saku, “Saya kemari untuk menjemput seseorang.”
“Sang Panglima Zuo sudah memberi kabar, silakan ikut saya.”
Dokter Li memandu Ji Nian melewati pintu gerbang Lembaga Penyekatan, langsung menuju area penjara di dalam.
“Dia di mana?” Ji Nian mengerutkan kening melihat sel-sel kosong di kedua sisi, “Mengapa semua kosong?”
“Oh, sekarang jam makan dan waktu bebas di area penjara. Dia bersama tahanan lain sedang makan di restoran, saya akan antar Anda mencarinya.”
Dua orang memasuki restoran, ternyata ada banyak tahanan yang mengenakan baju bergaris hitam-putih sedang makan. Sorot mata Jinian langsung mengunci meja makan di sudut terjauh.
Di meja itu hanya duduk dua orang. Seorang mengenakan baju bergaris biru-putih yang berbeda dari yang lain, rambutnya acak-acakan sambil makan dengan lahap;
Yang satunya berwajah dingin, satu lengannya dipenuhi sisik ular, sedang memandang sinar matahari di luar jendela sambil melamun.
"Lao Gou Wu, kamu pergi dulu ke tempat lain. Kita ada urusan dengannya." Dokter Li mendekati meja, memberikan isyarat mata ke Lao Gou Wu yang berambut kusut.
Lao Gou Wu mengangkat sorot matanya yang keruh, menyapu pandangan ke Dokter Li, berhenti sejenak pada Jinian sebelum enggan berdiri sambil menggendong nampan makan:
"O..."
Saat dia mengamati Jinian, Jinian juga mengamatnya. Rasa penasaran di matanya semakin menjadi-jadi.
Setelah Lao Gou Wu menjauh, barulah Jinian tersadar dan berkata pada Dokter Li:
"Lembaga Penyekatan kalian ini... Benar-benar Harimau Tidur dan Naga Tersembunyi ya?"
"Harimau Tidur dan Naga Tersembunyi?" Dokter Li mengangkat alis, "Maksudmu Lao Gou Wu?"
Jinian mengangguk.
"Dia..." Dokter Li tersenyum, "Dia memang sangat istimewa."
"Jinian?"
Leng Xuan yang melihat Jinian tertegun sejenak sebelum terkejut bertanya, "Kenapa kamu di sini?"
"Masih tanya kenapa." Jinian mengeluarkan dokumen itu sambil tersenyum, "Aku datang untuk menjemputmu keluar."
Chapter 1158 Tempat Tinggal
Kota Linjiang.
Sebuah pesawat sedang perlahan mendarat.
Lin Qiye dan yang lain baru saja keluar dari bandara mengenakan pakaian biasa, berdiri di pinggir jalan hendak memanggil taksi, Bai Li Pangpang di sampingnya sudah mengangkat telepon:
"Halo? Sekretaris Sun? Ya, kita sudah sampai. Kamu datanglah."
Bai Li Pangpang menutup telepon. Tak lama kemudian sebuah Lincoln versi panjang berhenti di tepi jalan. Seorang pria paruh baya dengan uban di pelipis turun sambil membungkuk hormat:
"Maaf membuat Anda menunggu lama. Silakan naik."
Lin Qiye heran bertanya: "Kamu menyiapkan mobil lagi? Kenapa ke mana-mana selalu ada mobil?"
"Nggak juga. Kebetulan di Linjiang ada cabang perusahaan keluarga Baili. Jadi aku pakai mobil dinas direktur cabang ini," Bai Li Pangpang tersenyum kecut. "Bukan sok gengsi nggak mau naik taksi, tapi aku memang nggak bawa uang tunai. Kalau harus mengakuisisi perusahaan taksi tiap kali bayar, repot banget."
Lin Qiye: ...
Mereka naik mobil dan menyebutkan sebuah alamat. Mobil perlahan mulai bergerak.
Bai Li Pangpang bersandar di jok, menatap langit muram di luar jendela sambil mengerutkan alisnya.
"Apa kalian nggak merasa... kota ini agak aneh?"
Pertanyaan tiba-tiba ini membuat semua orang di dalam mobil tertegun. An Qingyu mengamati sekeliling melalui jendela lalu bertanya bingung:
"Aneh di mana?"
"Seperti... aura yin-nya agak berat?"
“Energi yin berat?” Cao Yuan tertegun, memeriksa pinggir jalan dengan teliti sejenak, lalu tersadar, “Benar, di Kota Linjiang memang banyak wanita cantik yang berpakaian tipis.”
Bai Li Pangpang sudut mulutnya berkedut, “Yang kumaksud bukan energi yin jenis ini, tapi dari segi feng shui!”
“Sejak kapan kamu paham feng shui Taois?” Cao Yuan bertanya dengan curiga.
“...Cuma iseng belajar sendiri.”
Bai Li Pangpang menjawab dengan samar.
Lin Qiye menutup kedua kelopak matanya, perlahan membuka setelah beberapa detik, lalu menggelengkan kepala:
“Dalam jangkauan persepsi mentalku, tidak ada keanehan di kota ini... Tak ada satupun 'misteri' yang terdeteksi. Jangan-jangan ini hanya kekhawatiranmu saja?”
Bai Li Pangpang menatap keluar jendela, alisnya semakin berkerut, lalu menarik kembali pandangannya sambil merenung.
Latihan spiritual dan buah Tao-nya sendiri belum pulih... Mungkinkah kali ini benar-benar salah menilai?
“Belakangan ini cuaca Kota Linjiang memang terus-menerus buruk.” Sekretaris Sun yang duduk di kursi pengemudi segera menambahkan, “Payung sudah kami siapkan untuk kalian, nanti jangan lupa dibawa.”
Setelah sekitar sejam turun dari jalan layang, mobil-mobil pun berhenti di sebuah jalan terpencil.
Lin Qiye membawa payung turun, dihadapannya terhampar gedung-gedung apartemen rendah yang secara geografis termasuk wilayah pinggiran Kota Linjiang.
Bai Li Pangpang dan yang lain menyusul di belakang Lin Qiye, pandangan mereka menyapu sekeliling:
“Di sini? Kok rasanya semua rumah tua yang tidak berpenghuni...”
“Satu dua bulan lalu, tempat ini sudah ditetapkan Grup Li sebagai daerah pembongkaran. Warga sudah berduyun-duyun pindah. Tidak tahu apakah orang yang kalian cari masih ada.” Sekretaris Sun memberikan penjelasan tepat waktu.
“Pembongkaran? Apa kita terlambat datang?”
“Mungkin... Qiye, alamat rumah Si Sok Jago di mana?”
“Di dalam gang.” Lin Qiye mengingat arsip yang pernah dibacanya, “Gang Dongtan Nomor 83.”
“Rapikan citra kalian semua. Saat menghadapi keluarga Si Sok Jago nanti, jangan sampai ketahuan, paham?”
“Tenang, kan kita rekan seangkatan Si Sok Jago di kamp.” Bai Li Pangpang menampar dadanya, “Takkan ketahuan. Ayo pergi.”
Lin Qiye dan kawan-kawan menyusuri plat nama lapuk, melangkah di tanah berlumpur gang sempit, akhirnya berhenti di depan pagar besi berkarat yang menjadi gerbang.
Pandangan mereka menyapu papan nama yang berdiri tegak. Semua membeku di tempat.
“Qiye, kamu yakin di sini? Tidak salah ingat?” Bai Li Pangpang membelalakkan mata.
“…Seharusnya tidak salah.”
“Panti Asuhan Hanshan?” Ekspresi Cao Yuan dipenuhi kebingungan, “Kenapa malah panti asuhan? Bukannya Si Sok Jago bilang… minta kita pulang melihat keluarganya?”
“Tunggu sebentar, aku akan telepon untuk konfirmasi.”
Bahkan Lin Qiye yang selalu percaya diri dengan ingatannya pun ragu. Ia segera menyisih, mengeluarkan telepon dan menghubungi bagian arsip Penjaga Malam.
Beberapa menit kemudian, Lin Qiye kembali dengan ekspresi rumit.
“Benar, di sini.” Lin Qiye berkata pelan-pelan, “Di arsip Penjaga Malam Si Sok Jago, alamat yang tertulis memang di sini. Menurut verifikasi staf administrasi yang memeriksa arsip dulu, dia memang anak yatim. Si Sok Jago menyuruhku pulang ke rumah untuknya, sepertinya cuma alasan untuk mengusir kita dari neraka.”
Begitu kata-kata itu terucap, gang kecil itu langsung terjerembab dalam kesunyian maut.
Setelah waktu yang lama, Cao Yuan baru bertanya, “Lalu kita... sekarang harus bagaimana?”
Lin Qiye melirik papan nama yang hampir tak terbaca karena karat di depan pintu, diam sejenak lalu menghela napas panjang:
“Bagaimanapun juga, ini tempat Si Sok Jago dibesarkan. Kalau kita sudah sampai di sini dan kebetulan ada orang di dalam, lebih baik kita masuk melihat.”
Melihat tidak ada yang keberatan, Lin Qiye mengulurkan tangannya menggoyang pintu besi. Gesekan karat menimbulkan suara derit menusuk telinga.
“Siapa itu?”
“Ga tau juga... Aku yang lihat!”
“Jangan-jangan lagi para penjilat itu?”
Beberapa suara kekanak-kanakan terdengar dari dalam halaman. Seorang gadis berbaju merah dengan wajah memerah mengintip dengan hati-hati dari balik pintu. Tatapannya jatuh pada Cao Yuan, langsung menangis:
“Brengsek! Para brengsek itu datang lagi!! Dan mukanya lebih kejam dari sebelumnya!!”
Cao Yuan:？？？？？
Segera, seorang tua bangka berusia enam puluhan mengenakan kacamata baca, membungkuk keluar dari rumah tua sambil menggenggam batang besi. Wajahnya berkerut menantang:
"Bukan sudah kubilang?! Kami tidak mau pindah! Kenapa kalian masih datang? Kalian pikir Yeye gampang ditindas?!"
Sebelum suaranya reda, dia mengangkat batang besi dan menghantamkan keras ke pagar pintu besi.
Dentuman meredam terdengar. Tangan tua itu gemetar, wajahnya langsung tegang. Diam-diam dia menyembunyikan tangan di belakang punggung.
"Kuperingatkan, Yeye sudah tua. Sentuh aku sedikit, aku bisa bikin kalian bangkrut!" Kepalanya menengadah penuh keyakinan.
"...Yeye, jangan salah paham. Kami bukan orang jahat."
Lin Qiye menarik Cao Yuan yang bermuka masam ke belakangnya, bertanya selembut mungkin: "Permisi, apakah Yeye kenal Shen Qingzhu?"
Mendengar tiga suku kata "Shen Qingzhu", bola mata tua itu berkedip cepat.
"Kalian ini siapa?" Alisnya berkerut, matanya mengamati gerak-gerik beberapa anak muda aneh di hadapannya dengan curiga.
Melihat reaksi si tua, Lin Qiye yakin mereka datang ke tempat yang tepat. Ia mengulang naskah yang sudah disiapkan:
"Kami rekan seangkatan Shen Qingzhu di kamp. Kebetulan sedang cuti, sekalian mampir mewakilinya untuk bersilaturahmi."
"Rekan seperjuangan si Shen kecil?"
Alis si tua terangkat, ekspresinya mulai melunak. Setelah ragu sebentar, tangannya membuka kunci pintu besi:
"...Masuklah bicara di dalam."
Chapter 1159: Panti Asuhan Gunung Dingin
“Hmph, untung bocah Shen masih ingat kami, bertahun-tahun tak pernah menelepon, kukira selain mentransfer uang ke sini tiap bulan, dia tak mau kembali lagi.”
Kakek itu menepuk tangan menghilangkan serbuk besi, mendengus dingin, lalu berbalik masuk ke halaman panti.
Lin Qiye dan rombongan mengikutinya dari belakang.
“Ngomong-ngomong, mana bocah Shen? Kenapa dia tidak datang?”
“Oh, Shen Qingzhu sedang menjalankan misi rahasia yang tak bisa ditinggalkan.” Jawab Lin Qiye tanpa perubahan ekspresi, lalu cepat mengalihkan topik, “Apa panggilan untuk Bapak?”
“Saya bermarga Liu, direktur panti asuhan swasta ini.” Si kakek mendorong kacamata tuanya.
Kakek Liu membawa Lin Qiye dan rombongan melewati halaman sempit, memasuki satu-satunya suite bergaya lama di kompleks ini.
Bangunan tak terlalu tinggi, terasa agak sumpek bagi pemuda seperti Lin Qiye. Pada dinding kasar yang lapuk, cat hijau muda diaplikasikan dengan hati-hati, dihiasi lukisan tangan bunga merah yang meskipun usang, memancarkan kehangatan yang polos.
Begitu melangkahi ambang pintu, Lin Qiye langsung melihat tiga empat anak bersembunyi di balik pintu, mengamati mereka dengan rasa penasaran dan takut. Yang tertua sekitar 12-13 tahun, termuda baru 7-8 tahun.
Mereka mengenakan jaket tebal kuno namun hangat, wajahnya merah segar menunjukkan gizi yang baik.
Hanya seorang anak lelaki di sudut yang terlihat berbeda. Di cuaca seperti ini, dia hanya memakai hoodie abu-abu tipis, wajahnya pucat, usianya juga lebih tua dari anak-anak lain.
“Sehebat dulu Shen Xiaozi bilang mau jadi tentara, saya tidak percaya. Pemarah kayak dia, bisa jadi prajurit? Sepertinya hari pertama langsung diusir pelatih.”
Lao Tou Liu sambil berjalan bergumam:
“Tak disangka, dia benar-benar bertahan... Ei, sekarang di tentara, level apa dia?”
“Perwira.” Lin Qiye merenung sejenak menjawab, “Banyak jasa, tahun ini juga latih angkatan baru, wibawanya tinggi.”
Lao Tou Liu belok masuk ke kamar kecil, terlihat seperti kantor. Selain meja kayu, beberapa bangku, dan sudut bertumpuk koran tebal, tidak ada yang lain.
Lao Tou Liu membawakan bangku untuk semua orang, lalu duduk sambil menyeringai:
“Baguslah, tidak mempermalukan saya sebagai direktur ini.”
“Direktur Liu, panti asuhan ini sudah berapa lama dibuka?” Bai Li Pangpang melirik ke 4 minggu, tidak tahan bertanya.
“Sudah lebih dari tiga puluh tahun.” Direktur Liu membuka tutup botol termos, meniup beberapa goji berry kering yang beterbangan di permukaan air, berkata dengan santai, “Jangan lihat Yeye sekarang seperti ini, dulu aku juga pengusaha terkenal di Linjiang, di usia tiga puluhan sudah menghasilkan banyak uang. Kemudian sakit parah, akhirnya bisa melihat beberapa hal dengan jelas, lalu mendirikan panti asuhan untuk mengumpulkan karma baik. Dulu Linjiang belum berkembang, daerah sini juga tidak terlalu terpencil. Tapi setelah gedung-gedung tinggi dibangun, penduduk sekitar semakin berkurang, perlahan berubah menjadi tempat sepi. Bukan Yeye sombong, selama tiga puluh tahun ini, anak yatim yang keluar dari sini sudah hampir seratus orang. Shen si anak bawang itu, kupungut di pinggir sungai dua puluh tahun lalu.”
Lin Qiye mengangguk termenung:
“Ngomong-ngomong, soal brengsek yang Anda sebutkan tadi, itu maksudnya apa?”
“Tempat ini sudah uzur, pasti ada yang mengincar. Baru-baru ini Grup Li kan mau bikin proyek properti di sini? Sering mengirim preman-preman untuk buat masalah. Tapi tak apa, Yeye tidak takut mereka.”
Lao Liu meneguk cangkir teh, berkata dengan santai.
“Mereka cuma bisa mengandalkan pengaruh! Kalau Kak Qingzhu ada, mana ada preman berani ganggu Dongtan Xiang kita?!”
Gadis kecil berjaket merah yang sejak tadi berjongok di pintu, langsung berdiri dengan wajah merah marah.
“Benar, saat Kakak Qingzhu masih ada, siapakah di dunia hitam Linjiang yang berani macam-macam dengan kita? Kakak Qingzhu langsung memukul gigi mereka sampai copot!” Anak-anak lainnya serentak membalas.
“Ah, anak-anak kecil seperti kalian ngerti apa tentang dunia hitam? Semua ini gara-gara bocah Shen yang merusak kalian.” Kakek Liu melototi mereka.
“Kalau begitu, mengapa kalian tidak pindah saja?” Cao Yuan bertanya sambil mengerutkan kening, “Tempat ini sudah sangat kuno, mengganti lingkungan baru seharusnya hal baik? Apakah syarat yang mereka ajukan tidak masuk akal?”
“Bukan juga.” Kakek Liu membuka mulut seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya diam.
“Paham.”
Lin Qiye mengangguk, memberikan isyarat mata ke Bai Li Pangpang di sebelahnya.
Bai Li Pangpang berdiri sambil tertawa, “Kalian lanjutkan obrolannya, aku mau keluar menelepon dulu ya.”
Setelah Bai Li Pangpang keluar rumah, Lin Qiye dan yang lain melanjutkan obrolan. Langit muram di luar jendela semakin memudar, kilatan petir mulai mengalir deras di antara awan, sepertinya hujan deras akan segera tiba.
“Sial... Hujan lagi, bahan masakan untuk makan malam hari ini belum dibeli.”
Melihat perubahan langit di luar, alis Kakek Liu langsung berkerut. Ia berdiri terburu-buru, mengambil payung dan bergegas menuju pintu.
“Biarkan kami yang pergi untukmu?” Lin Qiye langsung berdiri.
“Tak usah, kalian anak-anak muda mana bisa beli sayur... Dengarkan Yeye, kalian tinggal di sini temani para bocah ini, malam ini makan bersama dulu baru pergi, sekalian ceritakan baik-baik padaku, apa saja jasa Shen si anak bawang di kamp itu.”
Rintik-rintik hujan berjatuhan, Kakek Liu membuka payung, mendorong pintu besi, lalu bergegas pergi.
Di Panti Asuhan Hanshan, hanya tersisa Lin Qiye dan beberapa orang bersama beberapa anak yang saling pandang bingung.
Karena penampilan Jiang Er yang tidak biasa, dia selalu bersembunyi dalam bentuk medan magnet di speaker pinggang An Qingyu, sementara peti mati aslinya ada di bagasi mobil di luar gang, sehingga di dalam ruangan hanya tersisa Lin Qiye, Cao Yuan, dan An Qingyu bertiga.
Saat Lin Qiye sedang memikirkan cara berkomunikasi dengan anak-anak ini, Bai Li Pangpang mengacungkan ponsel di jendela sambil melambainya:
“Qiye, kemarilah sebentar.”
Lin Qiye tertegun, lalu berdiri dan keluar.
Pandangan Cao Yuan menyapu beberapa anak yang masih kekanak-kanakan di depannya, setelah lama berpikir, akhirnya mencoba berbicara dengan hati-hati:
“Kalian...”
Semua anak langsung mundur serentak, tatapan mereka pada Cao Yuan penuh ketakutan, terutama gadis kecil itu yang hampir menangis ketakutan.
“Bukan, aku bukan orang jahat... Aku...”
Cao Yuan yang berwajah ganas, dengan wajah pucat mencoba menjelaskan sesuatu, para anak itu langsung berbalik badan dan berlari masuk ke ruangan kecil lain, seolah menghindari binatang buas yang mengamuk.
Cao Yuan: ……
An Qingyu tersenyum sambil berdiri, menampar bahu Cao Yuan, "Jangan patah semangat, penampilan itu sudah takdir. Tapi kalau kamu butuh, nanti aku bisa bantu kamu bedah plastik..."
Di bawah pandangan kesal Cao Yuan, An Qingyu mengikuti anak-anak masuk ke ruangan kecil. Tak lama, terdengar suara tawa kekek anak-anak yang terhibur.
Cao Yuan menghela napas panjang.
Tiba-tiba, pandangannya bertemu dengan satu-satunya anak yang tidak kabur di sudut ruangan.
Chapter 1160: Dinding Coretan Doodle
Melihat anak itu memandanginya tanpa menghindar atau ketakutan, suasana hati berat Cao Yuan sedikit melunak.
Dia mendekati anak laki-laki itu, berjongkok, dan bertanya selembut mungkin:
"Kamu tidak takut padaku?"
"Kenapa harus takut?" jawab anak itu tenang, "Aku pernah lihat orang yang wajahnya lebih kejam dari kamu. Bukan masalah besar."
Mendengar ini, suasana hati Cao Yuan langsung membaik.
"Siapa namamu? Berapa umurmu?"
"Wu Quan, lima belas tahun."
"Empat belas tahun... Masih sekolah?"
"Kelas 3 SMP."
"Kelas 3 SMP? Harusnya sedang persiapan ujian nasional kan? Kenapa tidak sekolah hari ini?"
"Hari ini hari Minggu, libur."
"Oh iya... Anak baik, rajin-rajin sekolah, pasti punya masa depan cerah."
“Cao Yuan mengangguk berkali-kali memuji.”
Cao Yuan mengobrol beberapa kalimat, hendak berdiri ketika Wu Quan tiba-tiba berbicara:
“Kak Qingzhu... benarkah sedang melaksanakan tugas rahasia?”
Sorot mata Cao Yuan menyipit tajam, lalu tersenyum, “Betul, mengapa bertanya begitu?”
Sorot mata gelap pekat Wu Quan menatap Cao Yuan lama:
“...Oh.”
Suaranya berhenti, Wu Quan berbalik masuk ke kamar dan memeluk erat pintu kamar.
“Cao Yuan, kemarilah.” Saat Cao Yuan menghela napas, An Qingyu menjulurkan kepala dari pintu lain sambil melambai.
Cao Yuan melangkah mendekat, “Ada apa?”
“Lihat ini.”
Cao Yuan masuk ke kamar, melihat empat lima janin duduk di matras karet tengah ruangan. An Qingyu sendirian berdiri di depan dinding putih, menopang dagu seolah merenung.
Mengikuti pandangan An Qingyu, Cao Yuan menyadari seluruh dinding ini penuh coretan doodle warna-warni berantakan.
Setiap gaya coretan berbeda: burung biru terbang, mobil hitam, salib merah, pelukis cilik membawa kuas dan palet...
Di samping tiap coretan asal-asalan ini tertulis nama-nama kekanakan.
“Ini apa?” tanya Cao Yuan.
“Adalah dinding mimpi karir anak-anak.” An Qingyu mendorong kacamatanya berkata, “Mereka bilang padaku, setiap anak yang tinggal di panti asuhan ini akan melukis hal yang ingin mereka lakukan atau cita-cita mereka di sini. Gadis berbaju merah itu bernama Li Xiaoyan, tanda salib merah di dinding adalah gambarnya, mimpinya adalah menjadi perawat. Dan anak laki-laki yang sedang main model mobil balap itu bernama Qian Cheng, bercita-cita jadi pembalap... Tapi, yang sebenarnya ingin kutunjukkan padamu adalah ini.”
An Qingyu mengulurkan jarinya menunjuk pusat bidang dinding.
Cao Yuan mengikuti arah ujung jarinya, tertegun sejenak.
Di tengah dinding coretan, tiga karakter besar yang ditulis rapi dengan goresan kuas merah menyala terpampang:
——Shen Qingzhu.
Meski goresannya masih kekanak-kanakan, yang paling aneh adalah tidak ada coretan di sekitar nama ini.
“Lalu mimpi Si Sok Jago?” tanya Cao Yuan dengan bingung.
“Dulu, dia tidak punya mimpi.” Jawab An Qingyu tak berdaya, “Atau bisa dibilang, mimpinya adalah tetap menjadi dirinya sendiri...”
“...Memang sesuai sifatnya.”
Cao Yuan berkomentar sambil memalingkan pandangan ke samping nama Shen Qingzhu.
Sebuah payung hitam tergambar di sana, entah kebetulan atau tidak, radius payungnya persis menutupi area atas nama Shen Qingzhu, seolah ingin melindunginya di bawah rangka payung.
Di sudut payung hitam ini, tertulis dua karakter kecil:
Wu Quan.
Dalam pikiran Cao Yuan, seketika muncul wajah dingin anak laki-laki itu.
"Anak ini..." dia bergumam pelan.
"Ada apa?" An Qingyu yang melihat ekspresi aneh Cao Yuan bertanya.
"...Tidak apa-apa."
Cao Yuan mengalihkan pandangannya, "Urusan pembongkaran, haruskah kita bantu mereka menanganinya?"
"Qiye dan Gemuk sudah mengurusnya."
An Qingyu menoleh, memandang dua siluet yang sedang berkomunikasi di luar jendela.
……
Butiran hujan yang rapat menetes dari atap bagai tirai, kabut air semakin menenggelamkan pandangan.
"Ada urusan apa?"
Lin Qiye memandangi Bai Li Pangpang yang tampak ragu-ragu, bertanya sambil mengerutkan kening.
"Qiye, Grup Li ini agak rumit." Wajah Bai Li Pangpang tegang, "Perusahaan properti ini bukan seperti perusahaan kecil lokal. Skalanya sangat besar, walau belum menyamai Grup Baili kami, tapi bisa masuk lima besar di Da Xia. Di pasar selatan mereka adalah pemimpin. Akuisisi dengan cara bisnis memang mungkin... tapi pasti tidak semudah saat mengakuisisi beberapa perusahaan kecil dulu. Persiapan minimal setahun. Tim lobi sudah kusuruh bernegosiasi dengan keluarga Li untuk melepaskan tanah Linjiang, tapi kemungkinannya kecil. Di selatan, keluarga Li-lah raja disini."
"Setahun..." Lin Qiye menghela napas panjang.
"Masa penyangga setahun, panti asuhan ini mungkin tidak sanggup bertahan selama itu. Apalagi memaksa Grup Baili mengerahkan sumber daya dan keuangan sebesar ini hanya untuk urusan ini, itu tidak adil bagi Bai Li Pangpang dan grup di belakangnya."
"Setelah Direktur Liu kembali, kita akan bicara baik-baik lagi."
"Ya."
"...Tapi, cuma belanja sayur, perlu waktu selama ini?"
Lin Qiye melihat jam, kerutan halus muncul di dahinya.
"Cuaca hujan, wajar jika kakek berjalan lambat... Lihat, bukankah dia sudah kembali?"
Lin Qiye menoleh. Kakek Liu membawa kantong plastik penuh barang sambil memayungi diri dari balik pintu besi. Bajunya basah kuyup, sudut baju ternoda lumpur, sepertinya tersenggol sesuatu di jalan.
"Kakek pulang!"
Li Xiaoyan yang melihat pemandangan ini dari jendela segera mengajak anak-anak lain berlari keluar. Mereka mengambil alih kantong plastik dan payung, lalu bergegas ke dapur sambil tertawa riang.
"Kakek Liu, makan malam apa hari ini?"
"Wah! Ada daging babi berlemak! Aku lihat potongan besar!"
"Ada ayam bakar juga? Wanginya..."
"Dasar Qian Cheng bodoh! Jangan mencuri makanan! Tunggu di dapur sampai kakek selesai masak!"
"Jangan lari terlalu kencang, nanti jatuh... Brengsek-brengsek kecil." Kakek Liu berjalan pelan ke bawah atap, melambai-lambaikan payungnya. Senyum mengembang di bibirnya menyaksikan kumpulan bocah yang berlarian.
Dia memukul tanah di bajunya, melirik Lin Qiye dan yang lain, "Bersihkan semuanya, sebentar lagi Yeye selesai masak, kita makan bersama, di sini tidak kekurangan sumpit untuk kalian. Hujan hari ini takkan berhenti dalam waktu dekat, setelah makan akan kubereskan beberapa ranjang, baru kalian pergi besok pagi."
Setelah selesai berbicara, sebelum Lin Qiye dan yang lain sempat menolak, Lao Liu sudah buru-buru masuk ke ruangan untuk ganti baju.
Cao Yuan dan yang lain yang tiba-tiba diatur begitu rupa saling bertatapan, tersenyum tak berdaya.
"Aku bantu di dapur." Cao Yuan berdiri, lalu menyusul Lao Liu masuk ke dapur.
"Yeye ini meski terlihat keras, tapi sepertinya hatinya cukup baik." Bai Li Pangpang berkomentar sambil berbinar.
Dia menoleh, hendak mengatakan sesuatu, tapi melihat alis Lin Qiye berkerut rapat.
"Ada apa?"
"Ada keanehan." Lin Qiye memicingkan mata melihat arah kepergian Lao Liu, "Di tubuhnya... ada luka."
Chapter 1161 Aku Bertanya, Kalian Menjawab
"Luka?"
Bai Li Pangpang tertegun.
"Tidak kau sadari? Saat berjalan kaki kirinya terlihat payah, mungkin terkilir. Saat meletakkan payung lengannya juga kaku. Meski dia berusaha menyembunyikannya, hal seperti ini langsung terlihat oleh mata yang jeli." Lin Qiye berkata pelan-pelan.
"Mungkin karena jalan licin saat hujan sampai terjatuh?"
"...Bisa jadi."
Lin Qiye diam untuk waktu yang lama, akhirnya bangkit dari bawah atap, menopang payung hitam, dan berjalan langsung ke luar pintu, "Aku pergi sebentar, segera kembali."
Lin Qiye melewati pintu besi yang terbuka, belok di sudut gang, mengulurkan tangan dan menekan lembut ke udara kosong. Sebuah bayangan hitam bermata merah bangkit dari hujan, satu tangan di dada sambil membungkuk hormat:
"Perawat Heitong, siap melayani Anda."
"Aku ingin melihat semua pemandangan di jalan ini selama setengah jam terakhir." Lin Qiye berkata dengan tenang.
Heitong mengangguk, tubuhnya segera berubah menjadi bayangan hitam yang menempel pada tubuh Lin Qiye. Di pelipisnya, sebuah mata merah tunggal tiba-tiba membuka lebar.
Sorot mata merah meng-overlay pemandangan yang dilihatnya ke retina Lin Qiye. Bayangan waktu lampau berputar terbalik seperti rekaman video di hadapannya, melintas dengan cepat.
Siluet tua Liu berjalan mundur keluar dari pintu besi, menghilang di ujung hujan yang tebal.
Lin Qiye mengenakan baju biasa, memegang payung hitam. Di bawah tepi payung, sebuah mata merah memancarkan kilatan cahaya samar, berjalan tenang menyusuri jalan kecil yang basah oleh hujan.
Akhirnya, di sudut dua blok jalan jauhnya, dia melihat beberapa siluet yang mencurigakan.
Empat lima pria paruh baya berusia tiga puluhan tahun, galak dengan tato atau bekas luka pisau mengerikan di bahu. Mereka menggigit rokok sambil melangkah besar, bergerak dengan aura mengintimidasi menuju gang tempat Panti Asuhan Hanshan berada.
Sambil berjalan, bibir mereka membuka dan menutup, seolah sedang mengatakan sesuatu.
【Peretas Rahasia】 milik Heitong hanya bisa melihat masa lalu, tak bisa mendengar suara, Lin Qiye hanya bisa menebak melalui gerakan bibir mereka yang sederhana bahwa tujuan mereka adalah panti asuhan.
Sementara itu, Lao Liu membawa tas belanjaan penuh, berjalan cepat melalui jalan lain di tengah hujan.
Para preman tidak melihat Lao Liu, tapi Lao Liu melihat mereka.
Wajah Lao Liu langsung berubah. Ia melirik Gang Dongtan di kejauhan, lalu melihat punggung para preman yang langsung menuju panti asuhan, wajahnya dipenuhi kecemasan.
Tanpa ragu, ia meletakkan tas belanjaan berisi sayur dan daging dengan hati-hati di batu tepi jalan, lalu menerjang sambil berteriak sesuatu ke arah para preman itu.
Mendengar suara itu, para preman berbalik dan tertegun melihat Lao Liu, kemudian berjalan mendekat dengan langkah besar sambil mencemooh.
Mereka menarik kerah baju Lao Liu, menggerutu dengan marah. Dengan sikap keras kepala, Lao Liu mengangkat kepala lalu dipukul dengan kepalan tangan hingga terjatuh ke tanah berlumpur di pinggir jalan, tubuhnya basah kuyup oleh hujan.
Para preman langsung mengeroyoknya, memukuli Lao Liu yang meringkuk di tanah cukup lama sebelum akhirnya meludah dan pergi sambil menggerutu.
Lao Liu terbaring di tanah liar selama hampir satu menit sebelum perlahan bangkit.
“Dia batuk dengan suara parau, kedua tangannya gemetar membersihkan lumpur di tubuhnya, berjalan tertatih-tatih mendekati batu pijakan, mengangkat sayuran dan daging bersih, memandang arah kepergian mereka dengan ekspresi rumit, menghela napas, lalu perlahan berjalan menuju panti asuhan.”
“Menyaksikan punggung yang menjauh itu semakin menghilang dalam bayangan waktu, Lin Qiye menggenggam gagang payung hingga buku-buku jarinya memucat, gemetar tak terkendali.”
“Lin Qiye menarik napas dalam-dalam, mengalihkan pandangan dari arah kepergian Kakek Liu ke jalan tempat para preman tadi, sorot matanya memancarkan kilauan pembunuhan yang dingin!”
“Heitong...” suara Lin Qiye terdengar mengerikan, “Tuntun jalan.”
“Ya.”
“Di tengah hujan deras, siluet itu menghilang bagai hantu di jalanan sepi sambil menenteng payung hitam.”
……
“Ayo! Minum!”
“Ah, cuaca sial ini benar-benar merusak suasana hati.”
“Bukan main, hujan deras begini malam masih harus menagih dua utang... Ya ampun, malam ini bawa pisau saja, siapa bajingan yang bandel langsung kuhajar!”
“Utang-utang receh puluhan juta itu bukan masalah, kalau bisa mengusir tua bangka dan gerombolan anak yatim itu, baru namanya cuan!”
“Benar, Keluarga Li memang royal. Satu job ini setara dengan sepuluh job biasa.”
“Beres, besok kita ke panti asuhan lagi. Sekalipun harus main pisau, mereka harus minggat!”
“Ayo ayo, habiskan dulu minumannya!”
Di bawah tenda plastik, lima pria sedang duduk mengelilingi meja rendah, masing-masing memegang botol bir sambil menenggak minuman dengan kepala tertengadah.
Hujan deras menghantam plastik, mengalir menuruni lereng dan jatuh ke tanah dengan suara tik-tik halus. Seorang pria berbekas luka di wajah yang baru saja menghabiskan sebotol penuh meletakkan botol kosong di meja sambil bersendawa:
"Luar biasa! Bukan sombong, waktu muda aku dulu... Ya?"
Sebelum selesai bicara, tiba-tiba ia menyadari ruang di sekitar meja ini terasa sempit. Dengan mabuk ringan, ia mengangkat kepala dan menyapu pandangannya ke wajah satu per satu orang di sekelilingnya.
Satu, dua, tiga, empat, lima... enam?
Kok ada enam orang?
Pria berbekas luka itu menggosok matanya, memandang tajam ke arah orang keenam yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
Seorang pemuda berusia awal dua puluhan dengan wajah asing sama sekali. Di dekat kakinya terdapat payung hitam yang masih meneteskan air hujan melalui rangkanya, membentuk genangan besar yang menunjukkan ia sudah duduk lama di situ.
Pupil pria berbekas luka itu menyempit tajam, efek alkohol langsung hilang. Ia tiba-tiba berdiri begitu kasar hingga hampir menjungkirbalikkan meja penuh botol alkohol!
"Kamu... Kamu siapa, sialan?!"
Gerakan pria berbekas luka itu membuat orang-orang lain tersadar, mata mereka kini menatap tajam ke arah pemuda bagaikan hantu di hadapan mereka.
Lin Qiye duduk dengan tenang di bangku panjang kayu, di atas lututnya tergeletak sebilah pedang panjang putih salju, bola matanya seperti air danau di musim gugur, tenang tanpa gejolak.
"Aku bertanya, kalian jawab." Ucapnya dengan datar.
"Ya ampun, hajar mereka!"
Pria berbekas luka langsung menyambar botol alkohol di meja tanpa basa-basi, melemparkannya ke arah kepala Lin Qiye dengan wajah penuh kebengisan.
Krak——！！
Lin Qiye tetap duduk tanpa bergerak, namun pedang di lututnya tiba-tiba berkedip samar mengeluarkan kilauan, memotong lengan pria berbekas luka yang menggenggam botol alkohol itu dengan potongan serentak!
"Aaaaah!!!"
Jeritan menyakitkan bergema di bawah tenda.
Darah segar mengucur deras membasahi tanah, para preman lain membelalakkan mata mereka, terpaku tak percaya. Mereka menatap ngeri ke arah Lin Qiye yang masih duduk di bangku panjang, seolah sedang menyaksikan roh jahat!
Pemandangan ini telah melampaui pemahaman mereka. Salah satu preman mengangkat kaki hendak kabur, namun kilau pedang menyambar di detik berikutnya - kaki yang melangkah itu terputus, membuatnya terjungkal ke tanah sambil menjerit-jerit menyakitkan.
Lin Qiye duduk di depan meja pendek yang berantakan, matanya menyapu wajah semua orang dengan tenang, mengulangi perkataannya dengan datar:
"Aku bertanya, kalian jawab."
Chapter 1162: Soal Sulit Keluarga Li
Langit semakin gelap，di Panti Asuhan Han Shan，aroma masakan pekat mengepul keluar。
Cao Yuan dan An Qingyu mendirikan meja bundar di bawah gubuk halaman，anak-anak membawa hidangan panas beruap keluar dari dapur，tertawa riang sambil menata di atas meja bundar。
“Wu Quan! Makan! Kenapa kamu masih melamun?”
Li Xiaoyan melihat Wu Quan berdiri di bawah atap yang meneteskan air hujan，masih menatap langit sambil melamun，menjulurkan bibirnya mengingatkan。
Wu Quan kembali sadar，berjalan tanpa sepatah kata ke meja lalu duduk，bagaikan patung diam。
“Ah Xiao Yan，buat apa kamu panggil dia? Dia memang kayu。”Qian Cheng duduk di samping Liu Xiaoyan，“Kalau dia mau menyendiri，biarkan saja。”
Cao Yuan duduk di kursi sebelah Wu Quan，meliriknya lalu menepuk bahunya：
“Ada masalah?”
“...Tidak。”
Wu Quan menunduk menjawab。
“Di masa remaja selalu banyak keresahan dan liku-liku hidup yang membuat orang cenderung menyepi，dulu aku juga begitu。”Cao Yuan membujuk dengan serius，“Tapi beberapa hal begitu terjadi tak bisa diubah，kita harus lebih bijak menerimanya。”
Wu Quan tetap menunduk，diam tanpa sepatah kata。
“Ayo! Siap makan! Coba cicipi masakan Yeye!”
Liu Laotou membawa sepiring daging merah semur, tertawa riang keluar dari dapur, meletakkannya di tengah meja bundar, matanya menyapu sekeliling dan berhenti di sebuah kursi kosong.
“Dia di mana?”
“Qiye keluar merokok sebentar, segera kembali,” Bai Li Pangpang segera menjawab.
“Merokok? Kebiasaan ini tidak baik sering dilakukan, merusak paru-paru!” Liu Laotou bergumam, “Dulu Shen Xiaozai juga suka ini, setiap dimarahi tidak pernah didengarkan... Ah, setelah kalian pulang, bantu saya menasihatinya.”
Bai Li Pangpang tertegun, “Tidak masalah.”
Saat orang-orang masih berbicara, Lin Qiye membawa payung hitam masuk dari luar pintu.
“Sudah datang? Cepat makan!” kata Liu Laotou.
Lin Qiye dan Bai Li Pangpang saling bertatapan, mengangguk nyaris tak terlihat, lalu duduk di meja.
“Yeye cuma masak beberapa hidangan sederhana, tidak tahu cocok dengan selera kalian atau tidak, cicipi dulu!”
Semua orang serentak menyambar sumpit.
“Kakak, ceritakan lagi tentang Kakak Qingzhu!”
“Iya Kak, apakah dia sangat gagah di ketentaraan!”
“Kakak Qingzhu bisa lawan sepuluh orang!”
Liu Xiaoyan dan lainnya saling menyela bercerita, memandang penuh harap ke Lin Qiye yang hanya tersenyum pasrah, merenung sejenak sebelum mulai bercerita panjang lebar:
“Si Sok Jago……Oh bukan, Shen Qingzhu setelah masuk tentara, berkali-kali menorehkan prestasi besar. Yang paling layak disebut adalah operasi penyamaran menyasar organisasi narkoba bernama 【jemaat】……”
Seiring cerita Lin Qiye, hati semua orang di Panti Asuhan Hanshan mulai penuh gejolak. Sementara itu, masakan di meja malah tak ada yang disentuh. Hanya Wu Quan yang duduk di sudut ruangan terlihat tidak fokus.
“Sungguh menegangkan!”
“Kakak Qingzhu hebat banget! Ternyata bisa menghancurkan sendiri seluruh sindikat narkoba!”
“Pasti dong! Kakak Qingzhu memang paling jago. Dulu di Kota Linjiang soal berkelahi, siapa yang bisa mengalahkannya? Dia bahkan tak takut kobaran api, masa takut pengedar narkoba?”
Anak-anak mulai berdiskikan ramai.
“Kobaran api?” An Qingyu tampak bingung.
“Oh, itu insiden kebakaran.” Kakek Liu meneguk baijiu, “Kira-kira empat tahun lalu, terjadi kebakaran tak terduga di sini. Halaman belakang hampir habis dilalap api. Saat itu kami terjebak di dalam rumah, hampir tewas akibat asap. Belakangan Shen dan Wu Quan yang sedang belanja sayur buru-buru kembali, menerobos masuk ke lokasi kebakaran untuk menyelamatkan kami satu per satu. Entah kenapa tiba-tiba kepala terasa pusing, lalu apinya padam semua.”
“Saat itu kami semua panik.” Liu Xiaoyan menepuk dadanya ketakutan, “Sampai sekarang masih kuingat, Wu Quan yang ditinggal di luar lokasi kebakaran saat itu terus menangis. Tangisannya sangat keras, sampai keesokan harinya suaranya serak total.”
“Wu Quan dulu itu benar-benar seorang pengecut!” Qian Cheng tertawa terbahak-bahak.
“Berani-beraninya mengomentari dia? Waktu itu kamu terjebak di kobaran api, sampai ngompol ketakutan.”
“Liu, Liu Xiaoyan! Jangan ngomong sembarangan!”
“Hmph, siapa yang ngawur?”
“……”
……
Setelah makan malam, Kakek Liu membereskan beberapa kamar untuk Lin Qiye dan kawan-kawan, lalu mengajak anak-anak kembali ke dalam untuk tidur.
Dulu saat membangun panti asuhan ini, Kakek Liu membuat asrama kecil. Di ruangan puluhan meter persegi itu terpasang enam tujuh ranjang susun, cukup untuk menampung semua anak.
Sebelumnya Kakek Liu punya kamar tidur sendiri, tapi katanya setelah kebakaran empat tahun lalu, dia tidak berani membiarkan anak-anak tidur sendiri. Akhirnya dia pindah ke asrama dan tidur di ranjang susun bersama mereka.
Di belakang halaman masih ada tiga kamar kecil. Keempat orang Lin Qiye bermain suit-suit untuk menentukan pembagian. Akhirnya Lin Qiye dan An Qingyu masing-masing dapat satu kamar, sementara Cao Yuan sekamar dengan Bai Li Pangpang. Tubuh asli Jiang Er masih di bagasi mobil di pinggiran kota, jadi tidak perlu khawatir soal tempat tinggal.
Tapi atas panggilan Lin Qiye, semua orang berkumpul di kamarnya.
“Qiye, bagaimana kondisinya?” Bai Li Pangpang membuka percakapan.
“Direktur Liu memang dipukuli,” Lin Qiye berkata pelan-pelan. “Walau semua preman yang berani menyentuhnya sudah kubunuh, masalahnya belum selesai... Pada dasarnya, para preman pengacau itu hanya tukang pukul bayaran Keluarga Li. Sekalipun kita hancurkan kelompok ini, mereka pasti akan menyewa orang lain.”
“Akuisisi juga tidak bisa... Bagaimana kalau langsung lewat jalur hukum? Atau cari markas Penjaga Malam untuk turun tangan?”
“Kurang tepat.” An Qingyu segera menggelengkan kepala, “Grup Li mau membongkar kawasan tua ini, berbagai prosedur dan izin sudah lengkap, kompensasi pembongkaran juga rasional, semuanya sah secara hukum. Bahkan jika kita membuat masalah soal mereka mempekerjakan orang untuk memaksa pembongkaran, hanya dengan ini mustahil menjatuhkan seluruh grup. Paling-paling hanya bayar denda, atau menghukum kambing hitam yang mereka dorong keluar.”
“Kalau begitu tidak ada cara lain?”
Semua orang tenggelam dalam keheningan.
Setelah lama, Cao Yuan baru berhati-hati membuka mulut: “Bagaimana kalau kita ke Grup Li...”
“Penjaga Malam adalah organisasi pelindung negara, dan hanya bertanggung jawab menangani peristiwa supernatural. Tanpa alasan atau bukti, bertindak terhadap perusahaan sipil akan kena sanksi.” Lin Qiye langsung memotong ucapan Cao Yuan.
Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan:
“Urusan ini akan aku carikan jalan. Sekarang juga sudah larut, kembalilah ke kamar masing-masing untuk tidur. Besok pagi kita berangkat kembali ke ibu kota.”
Pandangan semua orang saling bertemu, akhirnya tak berdaya pergi.
Setelah mereka menjauh, Lin Qiye mematikan lampu, terbaring di ranjang papan yang keras, perlahan menutup kelopak matanya.
Malam semakin pekat, kabut samar bercampur dengan tetesan hujan yang rapat, memenuhi semesta. Entah berapa lama, mata Lin Qiye terbuka lebar-lebar, melirik halaman gelap gulita di luar jendela. Tubuhnya berubah menjadi kilatan gelap malam, menghilang dalam kegelapan.
Chapter 1163 Menyusup ke Klan Li
Asrama kecil, di luar rumah.
Saat ini di asrama kecil, anak-anak lainnya sudah terlelap tidur, hanya dua siluet berdiri di lorong, sepertinya sedang berkomunikasi.
"Kakek Liu, ada apa?"
Wu Quan mengenakan baju tidur hitam, memandang Kakek Liu yang serius dengan bingung.
Kakek Liu membuka mulut, setelah lama ragu akhirnya berbicara:
"Xiao Quan... Sebaiknya kita pindah."
Mendengar ini, tubuh Wu Quan bergetar halus, "Pindah? Kakek Liu, bukannya kita sudah sepakat tidak pindah?"
"Urusan ini sudah tidak sesederhana dulu." Kakek Liu menghela napas panjang, "Sekarang para preman itu semakin ekstrim caranya memaksa kita pergi. Aku khawatir nanti mereka akan menerobos masuk dengan cara kasar. Tulang tua ini memang tidak takut, tapi..."
Kakek Liu melirik anak-anak yang terlelap di asrama, bibirnya terkunci rapat:
"Xiao Quan, kau anak pintar. Aku tahu kau tidak tega meninggalkan sini karena takut Shen Xiaoxiao nanti pulang tidak menemukan rumah... Tapi tidak apa. Sekarang rekan Shen sudah datang. Kalau kita pindah, kita bisa beri alamat baru melalui mereka. Lain kali Shen pasti bisa menemukan kita."
Alis Wu Quan berkerut, ia menggelengkan kepala tegas:
"Tidak... Tidak boleh, kita tidak boleh pindah. Kakek Liu, jangan takut! Kalau mereka berani masuk, aku yang akan mengusir mereka!"
“Ah, anak ini, kenapa begitu keras kepala?” Kakek Liu berkata dengan penuh kesabaran, “Keluarga Li kekayaannya melimpah, bukan lawan yang bisa kita lawan... Besok pagi kamu tenang-tenang saja pergi sekolah, sepulangmu kita sudah selesai membereskan barang-barang. Kakek sudah menyewa halaman besar di Xi Cheng, lingkungannya lebih baik daripada sini, meski agak jauh dari sekolahmu tapi naik bus setengah jam juga sampai.”
“Tidak boleh!”
Wajah Wu Quan memerah gelisah, “Kakek! Kita tidak bisa pindah! Aku...”
“Urusan ini sudah kuputuskan.” Kakek Liu menyela dengan tegas sebelum Wu Quan selesai bicara, “Xiao Quan, masalah ini terlalu besar, tidak bisa lagi mengikuti kemauanmu... Pulanglah tidur.”
Kakek Liu menepuk bahu Wu Quan, berjalan masuk ke asrama remang-remang, menyisakan Wu Quan sendirian berdiri di lorong bagai patung tak bergerak.
Beberapa saat kemudian, menarik napas dalam-dalam, ia berbalik masuk ke asrama.
……
Hujan malam tiada henti.
Di luar pintu perkebunan Grup Li, siluet samar perlahan muncul dari kegelapan.
Pandangan Lin Qiye menembus celah pintu besi, menatap rumah-rumah mewah yang terang benderang di dalam perkebunan. Setelah diam sejenak, ia menunduk dan perlahan mengenakan topeng Sun Wukong yang lama tak dipakainya.
Meski mulutnya bilang tidak boleh melawan Grup Li, Lin Qiye tetap tidak bisa tinggal diam.
Panti Asuhan Gunung Dingin adalah tempat Shen Qingzhu dibesarkan. Liu Laotou memiliki budi baik dalam membesarkannya, dan anak-anak di sana begitu menghormatinya seperti adik-adiknya sendiri. Meskipun Lin Qiye tidak tahu apa sebenarnya yang dipertahankan Liu Laotou sehingga enggan pindah dari sana, hal itu tidak penting.
Yang penting, Lin Qiye bisa mengantisipasi tindakan seperti apa yang akan diambil Shen Qingzhu seandainya dia berdiri di sini sekarang.
Nyawa mereka adalah tebusan nyawa Shen Qingzhu. Lalu apa salahnya jika dia mengambil risiko sanksi demi melakukan hal ini untuknya?
Lin Qiye memveto usulan Cao Yuan hanya karena tidak ingin melibatkan orang lain. Jika sanksi tetap harus diterima, semakin sedikit yang terkena sanksi tentu semakin baik.
Lin Qiye yang mengenakan topeng Sun Wukong berdiri di tengah hujan. Tubuhnya menyelinap cepat melewati pintu gerbang, langsung melesat ke rumah mewah terbesar di kompleks itu.
Sebelum berangkat, Lin Qiye telah mempelajari Grup Li. Pengendali sesungguhnya Li Jianbai tinggal di perkebunan ini. Kebetulan hari ini Grup Li mengadakan resepsi alkohol untuk merayakan akuisisi raksasa properti lain, sehingga sebagian besar pihak berwenang akan berkumpul di perkebunan malam ini.
Kekuatan spiritual Lin Qiye menyapu seluruh rumah mewah. Dengan cepat dia mengunci posisi Li Jianbai, [Zhan Bai] di ujung jarinya menyembul keluar sementara tubuhnya menghilang dalam kehampaan.
……
Di dalam rumah mewah.
“Direktur Grup Li, Li Jianbai, membawa sampanye di tangannya, tersenyum sambil berjalan di antara kerumunan.”
“Lima puluh persen tamu resepsi alkohol ini adalah eksekutif Grup Li, dua puluh persen rekan industri yang datang mendukung, dan tiga puluh persen sisanya adalah selebriti serta wanita kelas atas yang sengaja diundang Li Jianbai.”
“Suasana resepsi lebih baik dari perkiraannya. Semangat tamu terlihat tinggi, terutama beberapa eksekutif senior yang memeluk wanita cantik sambil menentang gelas anggur, bercengkerama dalam gemericik gelas.”
“Selamat malam, Direktur Li.”
“Bagaimana kabar bisnis akhir-akhir ini, Direktur Zhao？”
“Biasa saja, bisnis sedang sulit... Oh ya, kabarnya Grup Li berhasil mendapatkan lahan di pinggiran kota tua？ Apakah ada gebrakan besar？ Bisakah berbagi info, agar kami bisa menyusul Grup Li untuk mendapat remah-remah proyek？”
“Terlalu merendah, Direktur Zhao. Untuk proyek itu, saya memang ingin kerja sama. Setelah resepsi selesai, mari lanjutkan diskusi di lantai atas.”
“Hahahaha, baiklah！”
“……”
“Li Jianbai dengan lihai menyusuri ruang resepsi. Setelah menyapa hampir semua tamu, barulah ia naik ke lantai dua, bersandar di dinding megah sambil memandangi kerumunan yang sedang tertawa di bawah.”
“Sorot matanya memancarkan secercah penghinaan.”
“Sejak usia dua puluh tahun merantau, Li Jianbai merintis dari nol dan menciptakan legenda properti Grup Li—mitos bisnis yang dipuja puluhan ribu orang.”
Meski dalam proses ini, dia menggunakan banyak cara jorok dan kotor, tapi apa masalahnya? Di dunia sekarang ini, semua orang hanya peduli pada hasil, proses... semuanya bisa dihilangkan atau dipalsukan.
Dia sudah lama terbiasa berada di puncak, tata krama dan senyuman hanyalah siasat untuk permainan/sandiwara... Tapi sebuah kabar yang didapat siang tadi membuat suasana hatinya masih marah sampai sekarang.
Grup Baili berani berniat mengakuisisi Grup Li?
Mereka pikir diri mereka siapa?
Kekaisaran yang kubangun susah payah selama 30 tahun lebih, kalian pikir bisa dibeli semudah itu?
Di mata orang luar, ini adalah bentuk pengakuan Grup Baili terhadap kemampuan Grup Li di industri properti, tapi bagi Li Jianbai, ini adalah penghinaan!
Sorot mata dingin muncul di pandangan Li Jianbai, ia menengadahkan kepala dan meneguk habis sampanye di tangannya.
Saat hendak berbalik pergi, sebuah tangan tiba-tiba muncul dari kehampaan di belakangnya, menggenggam kerah bajunya dan langsung menyeretnya masuk ke dalam retakan udara berombak!
Pada momen berikutnya, siluet Li Jianbai menghilang di tempat.
……
Braak——!!
Di dalam gudang anggur bawah tanah yang sempit dan remang-remang, Lin Qiye melemparkan Li Jianbai. Tubuhnya menabrak dua rak kayu berturut-turut, mendengus kesakitan lalu terjatuh.
Li Jianbai mengerang sambil bangkit dari lantai, menggoyang-goyangkan kepala yang pusing. Saat melihat lingkungan sekitarnya, seluruh tubuhnya membeku di tempat.
"Di mana ini? Kamu... siapa kamu?"
“Li Jianbai melihat siluet di hadapannya yang mengenakan topeng Sun Wukong yang mengerikan, berkata dengan panik.”
“Chapter 1164 ”
“Lin Qiye tidak berbicara, hanya mengawasinya diam-diam.”
“Kamu penculik atau pembunuh? Siapa yang mengirimmu? Berapa uang yang dia bayar? Aku akan memberimu dua kali lipat... tidak, tiga kali lipat!”
“Li Jianbai memang pendekar tua, meskipun pemandangan ini telah melampaui pemahamannya, dia tetap cepat tenang dan mencoba mengubah situasi dengan keunggulan yang dimilikinya.”
“Siapa aku tidak penting.”
“Lin Qiye berbicara datar, 'Aku juga tidak tertarik dengan uangmu...'”
“Dia perlahan mendekat, berjongkok, bola mata dinginnya menatap tajam kedua kelopak mata Li Jianbai yang berkedip-kedip.”
“Lalu apa maumu?”
“Aku ke sini hanya ingin memberimu peringatan.” Sorot mata Lin Qiye menyipit membentuk lengkungan berbahaya：
“Tanah di pinggiran kota tua... kamu tidak boleh menyentuhnya.”
“Pinggiran kota tua?”
“Mendengar tiga kata ini, Li Jianbai membeku di tempat.”
“Sebelumnya, puluhan kemungkinan telah melintas di pikirannya - pembunuhan, pemerasan, penculikan, bahkan pemerkosaan... Tapi sama sekali tidak terbayang olehnya bahwa target pihak lawan ternyata wilayah pinggiran kota tua?”
“Apakah kau dikirim rival bisnis? Dari Grup Zhao atau Hengyu?” Li Jianbai mengerutkan kening lalu menggeleng, “Tidak mungkin...”
“Bukan demi uang, hanya untuk pinggiran kota tua. Selain persaingan keuntungan antar rekan seprofesi, Li Jianbai tidak bisa memikirkan kemungkinan lain. Tapi setelah dipikir-pikir, meskipun nilai pengembangan pinggiran kota tua cukup bagus, tapi tidak sampai level yang membuat orang mengirim pembunuh untuk memperingatkanku.”
“Dulu Grup Li juga sering mengembangkan lahan berpotensi tinggi, waktu itu tidak ada masalah. Kenapa sekarang baru mengembangkan pinggiran kota tua, langsung ada yang mengincar?”
“Apa yang spesial dari tempat ini?”
“Lin Qiye mengulurkan tangan, mencabut 【Zhan Bai】 di pinggangnya setengah inci. Kilau pisau melintas di dekat telinga Li Jianbai, menyapu secercah rambut pelipisnya bersama dua rak kayu tebal di bawahnya, semuanya tercincang jadi remah-remah!”
“Seketika hawa dingin yang meremang bulu kuduk menyelimuti hati Li Jianbai!”
“Aku ulangi sekali lagi.” Lin Qiye menyarungkan kembali 【Zhan Bai】, suaranya mengerikan, “Pinggiran kota tua... kamu tidak sanggup menyentuhnya, paham?”
“Punggung Li Jianbai sudah basah kuyup oleh keringat dingin. Dengan kaku ia terbaring di antara serpihan kayu, mengangguk berkali-kali:”
“Tahu, aku sudah tahu! Aku tidak akan menyentuh pinggiran kota tua! Sama sekali tidak!”
“Dan...” Lin Qiye berbicara pelan-pelan, “Katanya, kamu sering menyuap preman untuk mengganggu keluarga yang menolak pindah dengan main pukul...”
“Tidak berani! Ke depannya aku benar-benar tidak akan berani lagi!!” Li Jianbai langsung paham maksud Lin Qiye, meminta maaf dengan sangat cepat.
“Melihat ini, Lin Qiye meliriknya datar, lalu dengan tenang berbalik badan. Tubuhnya menghilang dalam kegelapan tanpa jejak.”
“Meskipun Grup Li menggunakan cara kasar untuk memaksa orang pindah, metode mereka hina, namun bukanlah tindakan terkutuk. Kedatangan Lin Qiye kali ini hanya bertujuan sebagai peringatan. Pertama, untuk membuatnya meninggalkan kawasan tua. Kedua, sebagai alarm agar ke depannya tidak ada lagi orang tua seperti Liu Laotou atau anak-anak yang menjadi incaran kekuatan gelap.”
“Karena Li Jianbai sudah menyerah, tujuannya tercapai. Jika dalam dua hari ini dia menerima kabar bahwa Grup Li belum meninggalkan kawasan tua, dia akan kembali menyambangi.”
“Saat itu, peringatan biasa takkan cukup lagi.”
“Melihat tubuh Lin Qiye menghilang bagai hantu, mata Li Jianbai melotot bulat. Lama setelahnya baru sadar, bangkit terhuyung dari lantai sambil menghela napas lega.”
“Sialan...”
“Li Jianbai mengumpat, naik ke permukaan dari tangga gudang anggur, merapikan pakaiannya. Saat hendak mendorong pintu rumah mewah, dua suara terdengar dari belakang.”
“Eh? Lao Cao, ini bukan si Li Jianbai?”
“Sepertinya iya, mirip foto di internet.”
“Kenapa dia keluar dari bawah tanah?”
“Jangan ikut campur... Serang!”
Li Jianbai: ???
“Sebelum sempat bereaksi, Li Jianbai sudah merasakan dingin di belakang kepala, lalu kesadarannya hilang.”
“Saat matanya terbuka lagi, tubuhnya sudah tergantung terbalik di pohon tua berleher bengkok.”
Li Jianbai memijat-mijat posisi belakang kepalanya, kesakitan sampai menyeringai. Dia menatap dunia terbalik di hadapannya, akhirnya pandangannya jatuh pada dua siluet bertopeng di bawah pohon.
Satu Zhu Bajie, satu Sha Wujing.
Mata Li Jianbai membelalak semakin lebar.
Sialan... Tidak mungkin kan?!
"Li Jianbai ya? Katanya kamu jagoan ya?" Siluet bertopeng Zhu Bajie mencemooh sambil berbicara, "Memukuli orang tua, mengganggu anak kecil... Usiamu yang sudah ribuan tahun ini, hidup di tubuh anjing ya?"
Siluet bertopeng Sha Wujing mengayunkan tendangan ke perut Li Jianbai, membuatnya berayun seperti ayunan di ranting pohon. Li Jianbai mendengus kesakitan sambil menutupi perutnya.
"Pahlawan... Pahlawan! Aku sudah mengakui kesalahan! Kalian maafkan aku..." Li Jianbai kembali merengek minta ampun.
Setelah Lin Qiye pergi, Li Jianbai mengira segalanya telah berlalu. Tapi tak disangka, ternyata ini aksi kelompok?!
Bahkan pakai strategi perang gesek untuk mengingatkan?!
Sun Wukong, Zhu Bajie, Sha Wujing... Kalau bilang mereka bukan satu grup, dipukuli sampai mati pun takkan percaya.
"Sudah tahu salah? Cepat sekali?" Bola mata Sha Wujing menyipit curiga, "Aku tidak percaya..."
Sekali lagi dia menendang tubuh Li Jianbai hingga terlempar, jeritannya tenggelam dalam derasnya hujan.
“Cukup Lao Cao, pulang terlambat akan ketahuan Qiye.” Topeng Zhu Bajie menekan suaranya.
Sha Wujing mengangguk, menahan Li Jianbai yang pingsan dengan posisi vertikal, berkata datar:
“Kuperingatkan...jangan sentuh kawasan tua. Kirim orang sekali lagi, kupenggal tanganmu...paham?”
“Paham...aku pa...Huek! Aku paham...”
Sha Wujing memilih secara acak, memutus tali di atas Li Jianbai. seperti karung pasir terjatuh, wajahnya menghantam lantai keras.
Ketika Li Jianbai bangkit dengan susah payah, dua siluet itu sudah menghilang tanpa jejak.
“Binatang...para binatang ini...” Li Jianbai ingin menyeka hujan di wajah, mendapati batang hidungnya sudah ambles, mulut berkedut kesakitan. “Sungguh tak ada hukum, sungguh tak ada keadilan!!”
“Aku mau lapor polisi!”
“Kalian pikir Li Jianbai bisa diinjak-injak??”
Li Jianbai menggerutu sambil mendekati rumah mewah, tangan gemetar mengeluarkan ponsel dari dekapan, memutar nomor:
“Halo? Komisaris Han? Aku Li Jianbai, ada yang mau kubicarakan...”
“Gemersik...”
“Halo? Halo? Tidak ada sinyal?”
Alis Li Jianbai berkerut halus.
Krak——!!
Saat dia masih bingung mengibas-ngibaskan ponsel, tiba-tiba seluruh lampu di perkebunan itu padam. Langsung setelah itu, bayangan hantu berbaju putih mulai terbentuk dari layar ponsel.
Suara wanita dingin yang membuat bulu kuduk merinding terdengar dari ujung telepon:
"Li Jianbai... Kamu cari mati?"
"Pinggiran kota tua, berani-beraninya kau sentuh?"
Chapter 1165 Lima
Begitu mendengar suara itu, kaki Li Jianbai gemetar. Langsung saja dia berlutut di lantai.
Tangannya bergetar keras, melempar ponsel ke tangga batu di kejauhan. Di layar yang dipenuhi noise hitam-putih, wajah pucat seorang wanita semakin jelas terlihat.
"Hantu... hantu!"
Setelah tiga kali mengalami teror berturut-turut, otak Li Jianbai kosong sama sekali. Dalam ketakutan yang belum pernah dialaminya, matanya terbalik dan tubuhnya terjatuh ke belakang.
Sebelum pingsan, Li Jianbai tetap tak mengerti: Dirinya hanya mengembangkan pinggiran kota tua, kenapa bisa mengundang begitu banyak hantu dan makhluk aneh?!
Braak——!
Suara meredam terdengar saat Li Jianbai ambruk tak sadarkan diri.
"Gemeresik... Qingyu, dia kok pingsan?" Dari dalam ponsel, suara mengerikan yang awalnya dingin sudah menghilang, hanya tersisa suara merdu gadis yang penuh kebingungan.
“……”
"Iya, aku baru bicara dua kalimat langsung pingsan. Belum sempat kuberi tahu larangan pembongkaran paksa secara kasar... Pria dewasa, kok pertahanan mentalnya rapuh banget sih?"
“……”
“Tidak apa-apa，Aku melakukannya dengan sangat rahasia，Qiye dan yang lain tidak akan menemukannya。”
“……”
“Semua data dan kontrak proyek kawasan tua di internal Grup Li，sudah kuhapus semuanya，mereka tidak bisa memulihkannya，kejahatan mendapat balasan yang setimpal，kalau harus ada sanksi disiplin，sanksilah aku，ini tidak ada hubungannya dengan Qiye dan yang lain……”
Tubuh gadis itu menghilang dari layar ponsel，seiring desiran yang tiba-tiba berhenti，seluruh perkebunan terjerumus dalam kesunyian maut。
……
Hari kedua。
Pagi buta。
Lin Qiye mendorong pintu kamar，sambil menguap berjalan menuju halaman。
“Qiye，Pagi ya。” Cao Yuan yang baru bangun melihat Lin Qiye，tersenyum menyapa，“Semalam tidur nyenyak?”
Lin Qiye mengangkat alis，“Lumayan，tertidur sampai pagi，kau bagaimana?”
“Aku tidak bisa tidur nyenyak。” Cao Yuan tak berdaya memijat batang hidung，“Si Gemuk mendengkur semalaman，seperti bor listrik... Ke depannya takkan lagi kutunggu dia tidur bersama。”
Saat mereka berbicara，Kakek Liu membawa wajan penuh bubur panas keluar dari dapur，melihat Lin Qiye berdua，heran bertanya：
“Bangun sepagi ini? Pantas mantan tentara... Ayo makan sarapan。”
Lin Qiye berdua saling bertatapan，melangkah mengikuti。
Kakek Liu mengambil beberapa mangkuk kosong，membagikan bubur panas satu per satu，anak-anak dengan mata mengantuk keluar dari asrama kecil，duduk mengelilingi meja menunggu sarapan。
“Ya? Di mana Wuquan?”
Cao Yuan di antara anak-anak, tak melihat Wu Quan, bertanya dengan bingung.
"Dia? Dia pergi sekolah." Kakek Liu menengadah, menunjuk suatu arah dengan dagu, "Sekolah mereka dekat sini, cuma dua jalan, dia jalan sendiri."
"Hampir lupa, hari ini sudah Senin." Cao Yuan mengangguk ringan.
"Tunggu habis makan siang baru pergi?"
"Tidak." Lin Qiye menggelengkan kepala, "Di kesatuan kami masih ada urusan, habis makan harus segera pergi."
"Ah... Baik, aku tidak menghalangi. Ngomong-ngomong, kalian pulang nanti, tolong sampaikan ke Shen bahwa kami rencana pindah rumah."
"Pindah rumah?!"
Lin Qiye dan Cao Yuan serentak tersedak bubur panas, tertegun menengadah.
"Iya. Sudah kupikir matang, kami orang biasa ini tetap tak bisa melawan Grup Li... Demi keamanan anak-anak, lebih baik pindah." Kakek Liu menghela napas, "Rumah sewaan sudah siap, nanti kuberi alamatnya untuk dibawa pulang."
Lin Qiye terpaku lama, baru membujuk:
"Sebenarnya, tidak perlu pindah... Ke depannya, Grup Li tidak akan mengganggu pinggiran kota tua ini lagi."
Mendengar ini, Kakek Liu dan Cao Yuan serentak menoleh ke Lin Qiye. Tatapan yang pertama penuh kebingungan, sementara yang kedua agak merasa bersalah.
Cao Yuan: Jangan-jangan Qiye tahu urusan kita semalam?
"Kudengar Grup Li sudah meninggalkan proyek pengembangan kawasan tua ini, jadi Bapak tidak perlu khawatir." Lin Qiye mengucapkan naskah yang sudah dipersiapkannya.
“Kakek Liu mendengar kalimat ini, ekspresinya menunjukkan kejutan dan kegembiraan, “Benarkah? Itu yang terbaik!”
Setelah semua orang selesai makan, Cao Yuan kembali ke kamar untuk membangunkan Bai Li Pangpang. Melihat ini, Lin Qiye diam-diam mendekati Kakek Liu dan membawanya ke sudut halaman.
Lin Qiye mengeluarkan sebuah kartu bank dari pelukannya dan menyodorkannya ke tangan Kakek Liu.
Kakek Liu tertegun.
“Ini...”
“Ini sedikit perasaan untuk anak-anak,” kata Lin Qiye dengan serius. “Uangnya memang tak banyak, tapi seharusnya cukup untuk menghidupi kalian. Password ada di belakang kartu.”
“Tidak, kami tidak bisa menerima ini.” Kakek Liu menggelengkan kepala tegas. “Anak Shen sudah mengirim banyak uang tiap bulan. Aku juga punya tabungan. Kami sungguh tak butuh uang sebanyak ini. Ambil kembali uang rekan kerja Shen ini...”
Setelah berusaha membujuk lama, Kakek Liu tetap tidak melunak.
Tak berdaya, Lin Qiye menunggu sampai kakek itu pergi, lalu diam-diam menyelipkan kartu melalui celah pintu kantornya. Dengan begini saat membuka pintu nanti, kartu bank di lantai pasti langsung terlihat.
Setelah semuanya selesai, Lin Qiye kembali ke kamar untuk membereskan barang. Yang lain juga sudah bangun, berkeliling di halaman sebelum akhirnya berkumpul di depan pintu gerbang.
Hujan sekarang sudah jauh berkurang dibanding semalam. Rintik-rintik hujan jatuh dari atap. Anak-anak dan Kakek Liu berdiri di pintu besi, melambaikan tangan untuk berpamitan pada Lin Qiye dan rombongan.
“Hati-hati di jalan! Jangan lupa sering-sering mampir.” Liu Laotou tersenyum lebar.
“Oke! Kalian jaga keselamatan, kalau ada urusan telepon saja ke kami.” Bai Li Pangpang terus melambai-lambaikan tangan.
Lin Qiye dan yang lain berbelok di sudut gang, kembali ke mobil.
Saat kendaraan mulai bergerak, tubuh mereka perlahan menghilang di ujung jalan.
Usai mengantar Lin Qiye dkk, Liu Laotou mengelus rambut Li Xiaoyan di sisinya, menghela napas, lalu berbalik menuju kantornya.
Dia menggenggam pegangan pintu, memutarnya perlahan, lalu mendorong pintu untuk masuk.
Tiba-tiba, pandangan sampingnya tertangkap sesuatu di lantai, seluruh tubuhnya membeku!
Tampak di lantai depan kantor, beberapa kartu bank berantakan berserakan, sepertinya dimasukkan dari berbagai sudut ke celah pintu hingga jatuh.
Tidak kurang tidak lebih, persis lima lembar.
……
“Harus kembali ke ibu kota lagi nih.”
Bai Li Pangpang terbaring dengan posisi membujur di jok mobil, malas-malasan menguap, “Aku belum cukup tidur...”
“Bangun telat masih ngantuk? Jangan-jangan semalam jadi maling?” An Qingyu bercanda.
Ekspresi Bai Li Pangpang langsung membeku.
“Kau bisa tidur di pesawat, kan dari sini ke bandara Linjiang masih lama.” Cao Yuan menyela, membantu mengalihkan topik.
“Tapi... kok hujannya semakin deras ya?”
Lin Qiye menoleh ke arah jendela, melihat cuaca yang baru saja bersiap cerah kembali meredup. Di bawah awan hitam pekat, hujan mengalir deras bagai air terjun, menutupi sebagian besar pandangan.
"Ah, hujan seperti ini cocok untuk tidur. Aku tidur dulu."
Bai Li Pangpang menyesuaikan posturnya, tertidur pulas. Seiring dengan kemudi halus Sekretaris Jin, keheningan kabin mobil diisi oleh para penumpang lain yang satu per satu mulai mengantuk.
Tak terasa berapa lama, di saat Lin Qiye setengah sadar, mobil tiba-tiba mengerem hingga berhenti.
Lin Qiye terbangun oleh rem mendadak, menatap ke luar jendela.
Saat ini mobil telah sampai di pintu bandara khusus, namun tidak masuk ke dalam karena di depan mobil, di tengah hujan deras, berdiri dua siluet berbaju jubah merah gelap.
Chapter 1166: Kasus Tragis Keluarga Li
Penjaga Malam?
Kerutan kebingungan muncul di wajah Lin Qiye.
"Kenapa berhenti?" Bai Li Pangpang mengusap mata mengantuknya sambil bangkit dari kursi. Melihat dua sosok di depan mobil, ia tertegun sejenak sebelum heran bertanya:
"Bukankah itu Qian Duoduo?"
Dari dua sosok yang menghadang, salah satunya adalah salah satu rekrutan baru yang pernah dilatih Lin Qiye dan kawan-kawan. Yang lain terlihat asing, mungkin anggota Penjaga Malam senior yang sebelumnya ditugaskan di Kota Linjiang.
Penjaga Malam asing itu mendekati mobil, mengetuk-ketuk kaca jendela.
Jendela mobil diturunkan, pandangan orang itu menyapu bagian dalam mobil, ekspresinya sangat serius:
“Permisi, apakah ini tim 【Malam】?”
“Benar.” Lin Qiye mengangguk, “Saya Kapten Lin Qiye.”
“Nama saya Shi Wenxuan, kapten tim 'Penjaga Malam' yang berbasis di Kota Linjiang.” Shi Wenxuan mengeluarkan lencananya, memperlihatkan identitas.
“Ada urusan apa?”
“Apakah kalian semalam pergi ke perkebunan Grup Li?”
Mendengar pertanyaan ini, pandangan kelima orang di dalam mobil serentak menajam, Lin Qiye dalam hati menghela napas.
Tetap saja tidak bisa menyembunyikan aktivitas kami dari tim 'Penjaga Malam' setempat... Tampaknya Li Jianbai akhirnya melapor ke polisi.
Begitu Li Jianbai melapor dan menjelaskan kronologi kejadian ke kantor polisi setempat, adanya fenomena supernatural pasti akan membuat kasus ini dialihkan ke meja kerja tim 'Penjaga Malam' setempat. Cukup dengan penyelidikan sederhana, mereka akan tahu kedatangan kami ke Linjiang.
Lin Qiye sudah mengantisipasi hal seperti ini sejak lama, dan sudah mempersiapkan mental untuk menerima sanksi disiplin.
Lin Qiye diam sejenak, lalu mengangguk tegas:
“Benar, saya yang pergi... Tapi ini tidak ada hubungannya dengan mereka.”
Keempat orang di dalam mobil serentak menoleh memandang Lin Qiye.
Ekspresi Shi Wenxuan semakin tegang, ia menarik napas dalam-dalam lalu berbicara perlahan:
“Maaf, mohon kalian ikut saya.”
……
Pos tim 'Penjaga Malam' Kota Linjiang.
Di dalam ruangan sempit, Shi Wenxuan menarik kursi dan duduk berseberangan dengan Lin Qiye, alisnya berkerut sambil menatap tajam mata Lin Qiye.
“Semua ini, semua ini kulakukan sendiri.” Lin Qiye berbicara pelan, “Sanksi disiplin atau kritikan, seranglah aku saja, tidak ada hubungannya dengan mereka.”
“...” Shi Wenxuan menghela napas, “Kapten Lin, kenapa kau sebodoh ini... Aku tidak tahu konflik apa antara kau dengan Grup Li, tapi mereka kan orang biasa, sementara kau adalah kapten tim khusus. Hal kejam seperti Musnahkan Keluarga, bukankah ini keterlaluan?”
Lin Qiye membuka mulut hendak berbicara, tiba-tiba terdiam.
“Musnahkan Keluarga?” Alis Lin Qiye berkerut rapat, “Musnahkan keluarga siapa?”
Shi Wenxuan mengeluarkan beberapa foto, menyusunnya di meja satu per satu, lalu berbicara pelan:
“Pukul enam lebih pagi tadi, kepala pelayan keluarga Li menyetir kembali ke perkebunan, menemukan TKP dan melapor ke polisi. Ini foto-foto TKP... Lihatlah.”
Pandangan Lin Qiye menyapu foto-foto di meja, pupil matanya menyempit tajam.
Tampak di dalam rumah mewah nan megah itu, mayat-mayat berdarah-darah berserakan, gelas anggur pecah dan perhiasan mewah terendam dalam genangan darah merah, bekas tebasan pisau dalam di dinding-dinding bagai cakar binatang buas yang menyobek separuh bangunan.
Salah satu foto memperlihatkan selokan di luar pintu rumah mewah, leher mayat terpotong hingga kepala terpisah. Wajah mayat ini sangat familiar bagi Lin Qiye.
Tidak lain adalah Li Jianbai yang baru ia temui semalam!
Lin Qiye membalikkan foto-foto ini satu per satu, wajahnya muram pasi.
"Lebih dari 50 orang yang hadir di resepsi alkohol semuanya binasa di sini, para eksekutif Grup Li bahkan dihancurkan seluruhnya tanpa tersisa satu pun saksi mata... Ini adalah kasus pembunuhan terbesar di Kota Linjiang selama puluhan tahun. Bekas-bekas di dinding, juga luka goresan di mayat-mayat ini, semuanya tidak seperti yang bisa dilakukan orang biasa. Jadi kantor polisi setempat langsung menghubungi kami. Setelah menyelidiki, kami menemukan bahwa satu-satunya tim yang baru-baru ini mengunjungi Linjiang adalah tim kalian 【Malam】."
Shi Wenxuan menatap Lin Qiye dengan bola mata yang rumit, "Kapten Lin... Mengapa kau memaksakan diri seperti ini? Melakukan kejadian dengan sifat sangat jorok seperti ini, konsekuensinya tidak akan sesederhana sanksi disiplin..."
"Tidak." Lin Qiye menggelengkan kepala dengan tegas, "Tidak mungkin. Aku memang pergi ke Perkebunan Li semalam, tapi hanya memberi peringatan kepada Li Jianbai sendirian. Semua ini bukan perbuatanku."
Shi Wenxuan tertegun.
Ia mengerutkan alis sambil berpikir beberapa saat, lalu pelan-pelan mulai berbicara, "Kapten Lin, sebelumnya aku sering mendengar cerita tentang kalian dari mulut Duoduo. Dia sangat mengagumi kalian. Jujur saja, aku juga tidak percaya ini ulahan tim kalian. Tapi, Kota Linjiang kami selama beberapa tahun terakhir selalu aman tenteram, bahkan satu 'misteri' pun tidak pernah muncul. Selain kalian, tidak ada super lain yang datang..."
"Bagaimana dengan peralatan pengawasan?" Lin Qiye mengerutkan alis bertanya, "Di Perkebunan Li seharusnya ada sistem pengawasan kan?"
“Semua kamera pengawas di perkebunan mengalami kegagalan sistem semalam. Ini merupakan faktor penting yang membuat saya curiga insiden ini adalah ulah manusia. Lagipula, bahkan jika ada campur tangan ‘misteri’, kecil kemungkinan mereka menggunakan teknik peretasan untuk mematikan kamera...”
Sistem kamera gagal?
Dalam pikiran Lin Qiye, nama Jiang Er langsung muncul sebagai pertimbangan pertama.
“Kapten Lin, jika bukan Anda... apakah ada anggota timmu yang mungkin...” Shi Wenxuan bertanya dengan hati-hati.
“Sama sekali tidak mungkin.” Ekspresi Lin Qiye sangat tegas. “Memang ada sejarah buruk antara kami dengan keluarga Li, tapi mereka takkan sampai membantai seluruh anggota keluarga seperti ini.”
Alis Shi Wenxuan semakin berkerut.
“Kalau begitu, berarti urusan ini...”
Ding ding ding——!!
Di tengah kalimat Shi Wenxuan, dering ponsel Lin Qiye tiba-tiba berbunyi kencang.
Lin Qiye mengeluarkan ponselnya, melihat nomor yang tertera, lalu langsung menekan tombol penerimaan.
“Halo? Panglima Zuo?”
“Saya baru menerima laporan mengenai kasus keluarga Li.” Suara Zuo Qing terdengar dari balik telepon. “Kondisi kalian sekarang...”
“Ini bukan ulah kami.” Lin Qiye berkata dengan suara berat.
“Jangan tegang. Saya yakin ini bukan kalian. Kontribusimu untuk Da Xia, semua orang melihatnya.” Nada Zuo Qing tetap tenang. “Tak perlu buru-buru kembali ke ibu kota. Tetap di Linjiang dulu, selidiki tuntas kasus ini. Selain itu, wilayah Linjiang memang memiliki beberapa keanehan... Sekalian telusuri itu juga. Detailnya akan dijelaskan Shi Wenxuan padamu.”
Hati yang menggantung di dada Lin Qiye baru lega setelah mendengar penjelasan tersebut.
Tidak peduli bagaimana, asalkan pihak berwenang Penjaga Malam percaya pada mereka, urusan ini akan jauh lebih sederhana.
"Paham." Lin Qiye mengangguk, "Akan kuselidiki sampai tuntas."
Lin Qiye menutup telepon.
"Kapten Shi." Lin Qiye memandang Shi Wenxuan di hadapannya, berkata serius, "Untuk urusan ini, mungkin aku butuh bantuan tim lokal Penjaga Malam..."
"Tidak masalah." Shi Wenxuan langsung berjanji.
Chapter 1167: Tidak Ada yang Selamat
"Keluarga Li dimusnahkan?!"
Mendengar penjelasan Lin Qiye, seluruh anggota tim 【Malam】 membeku di tempat.
"Benar." Lin Qiye mengangguk ringan, "Semalam aku memang pergi ke Perkebunan Keluarga Li, tapi saat aku tiba, malapetaka itu belum terjadi..."
Sampai di sini, Lin Qiye menoleh memandang Jiang Er yang melayang di langit-langit, "Jiang Er, kamu juga pergi ke keluarga Li semalam?"
Jiang Er tertegun, menundukkan kepala seperti anak yang berbuat salah, "Aku..."
"Aku yang menyuruhnya meretas jaringan internal Grup Li." An Qingyu mengambil inisiatif bicara, "Kupikir, kalau tidak bisa langsung menghadapi Keluarga Li, setidaknya hapus semua data proyek pinggiran kota tua mereka. Sekalian memperingatkan Li Jianbai. Kalaupun ketahuan, paling-paling kena sanksi disiplin. Tapi semalam saat kami bertindak, Li Jianbai masih baik-baik saja... Oh, cuma pertahanan psikologisnya agak rapuh. Baru dua kalimat dari Jiang Er, dia langsung pingsan."
Lin Qiye memandang An Qingyu dan Jiang Er, menghela napas dengan pasrah.
"Mengapa kalian repot-repot seperti ini."
“Itu... Sebenarnya kami berdua juga pergi.” Bai Li Pangpang mengulurkan tangannya dengan hati-hati.
“Kamu dan Cao Yuan? Kalian perginya kapan?”
Bai Li Pangpang dan Cao Yuan menceritakan segala kejadian semalam secara detail.
Lin Qiye mendengarkan lalu berkata dengan ekspresi antara ingin menangis dan tertawa, “Jadi, semalam kita lima orang bertindak dalam tiga gelombang, bergantian memperingatkan Li Jianbai?”
“Dari urutan waktu, aku dan Jiang Er yang terakhir bertindak. Saat itu Perkebunan Keluarga Li masih utuh.” An Qingyu menerima foto dari Lin Qiye dan memberikannya ke Jiang Er untuk diperiksa, “Kami berdua seharusnya orang terakhir yang melihat mereka.”
Jiang Er menyapu pandangannya ke berbagai foto, lalu menunjuk gambar Li Jianbai yang tergeletak di selokan:
“Benar, semalam ketika dia kuteror sampai pingsan, posisinya juga persis di tepi selokan ini.”
An Qingyu terlihat termenung:
“Artinya, saat seluruh keluarga Li dimusnahkan semalam, Li Jianbai sebenarnya belum siuman dari pingsannya? Kalau begitu, pelaku pembantaian ini harusnya bertindak tak lama setelah kita. Biasanya waktu siuman dari ketakutan tidak terlalu lama, jadi bisa diperkirakan waktu pembantaiannya... sekitar pukul dua dini hari sampai jam tiga semalam.”
“Tidak perlu menghitung serumit itu.” Lin Qiye berkata dengan tenang, “Asalkan aku pergi ke TKP, semua yang terjadi semalam akan terungkap.”
……
Perkebunan Keluarga Li.
Lin Qiye dan empat rekannya dipandu Shi Wenxuan melewati garis polisi, memasuki radius perkebunan.
Begitu masuk, aroma darah pekat langsung menyergap hidung Lin Qiye. Perkebunan luas itu sunyi senyap, burung gagak hitam berputar-putar di udara mengeluarkan desahan menusuk.
"Setelah kasus dialihkan ke pihak kami 'Penjaga Malam', lokasi langsung ditutup. Saya juga sempat mengajak Qian Duoduo survei, sayang tidak ada temuan berarti." Shi Wenxuan memandu rombongan melintasi halaman, langsung menghadap rumah mewah yang porak-poranda.
Sudut atap rumah mewah itu hancur diterjang tebasan. Puing batu bertebaran di lantai sekitar bangunan. Dari bekas potongan, seolah ada senjata tajam yang menyayat. Tingkat perusakan sebesar ini sama sekali bukan kemampuan orang biasa.
An Qingyu memicingkan mata menatap bekas tebasan di atap, tangan menopang dagu seolah tengah merenung.
"Kamu menemukan sesuatu?" Jiang Er menyorotkan bola mata berbinar, rasa penasaran menyelinap dalam tanya.
"Arah tebasan pedang ini... agak aneh..."
"Aneh bagaimana?"
"Tebasan ini datang dari atas ke bawah." An Qingyu mengulurkan telapak tangan, melayang menyabet udara mengikuti garis potongan di atap seakan mensimulasikan situasi saat itu. "Untuk menghasilkan bekas seperti ini, pelaku harus melompat sambil menebas dari bawah, atau... menghujam dari langit dengan satu sabetan maut."
“Turun dari langit?” Jiang Er mengedipkan mata, “Maksudmu, dia datang naik pesawat?”
“……Maksudku, mungkin dia bukan manusia.” An Qingyu mengangkat bahu, pandangannya tertuju pada Lin Qiye yang sudah mendekati rumah mewah, “Lihat saja apa kata Qiye nanti.”
Lin Qiye melewati ruang tamu yang berantakan, berhenti di pusat rumah mewah.
Matanya menyapu dinding-dinding bernoda darah di sekelilingnya, lalu berbicara datar:
“Heitong.”
Bayangan hitam seketika merayapi tubuhnya. Di pelipis Lin Qiye, sepasang mata merah menyipit tajam!
Dalam pandangan Lin Qiye, segala sesuatu di sekitarnya mulai mengalir mundur. Selubung masa lalu perlahan terbuka di bawah sorot mata merah itu...
Dalam beberapa detik, waktu telah mundur ke awal resepsi. Rumah mewah, dinding, langit-langit, perabotan—semua kembali utuh. Jejak kaki bermunculan di lantai, gelas kristal melayang-layang di udara, seolah digerakkan oleh tangan-tangan tak kasat mata yang mengarahkannya dalam pesta.
Mata Peretas Rahasia Heitong tak bisa mengintip makhluk hidup. Semalam Jiang Er juga meretas semua CCTV di sekitar sini, sehingga tak ada rekaman yang bisa ditelusuri. Lin Qiye pun hanya bisa menyimpulkan kejadian semalam dari lintasan gerakan benda-benda ini.
Tak lama, pandangannya mengunci sebuah gelas anggur yang sedang melayang menuju lantai atas.
"Gelas anggur itu terapung di dekat dinding lantai dua sejenak, tiba-tiba jatuh ke lantai dan langsung hancur menjadi serpihan. Jejak kaki di lantai satu berhenti seketika, para tamu tampak bingung dengan apa yang terjadi di lantai dua."
Lin Qiye tahu, itu karena kemampuannya melalui 【Zhan Bai】 yang langsung menyeret Li Jianbai ke gudang anggur bawah tanah.
Kurang dari sepuluh menit kemudian, pintu masuk gudang anggur terbuka. Sebuah jejak kaki terhuyung-huyung naik ke permukaan, hendak mendekati rumah mewah ketika sebatang kayu besar mengambang di belakang kepalanya dan menghantam keras bagian belakang kepala di udara.
Kemudian di tanah berlumpur terbentuk bekas seretan panjang - Bai Li Pangpang dan Cao Yuan sedang menyeret Li Jianbai ke bawah pohon, menggantungnya lalu memukulinya habis-habisan.
Setelah itu, jejak sepatu Li Jianbai dengan susah payah kembali ke depan pintu, lalu ponselnya terlempar sementara tubuhnya roboh ke tanah.
"Datang..." gumam Lin Qiye menyipitkan bola matanya saat menyaksikan pemandangan ini.
Menurut perhitungan An Qingyu, pelaku pembunuh seluruh keluarga Li seharusnya muncul dalam periode ini. Pandangannya menyapu sekeliling, tidak melewatkan detail apapun.
Dia, atau "itu", akan muncul dari mana?
Lin Qiye berdiam di tempat selama beberapa belas menit. Tiba-tiba kilauan cahaya muncul dari atas kepalanya - atap rumah mewah langsung terbelah berkeping-keping!
Lin Qiye menyempitkan sorot matanya, membuka pintu dengan gesit dan masuk ke dalam rumah mewah. Di bawah celah di bagian atas, terlihat jejak kaki raksasa bertiga jari menginjak ubin keramik yang retak, menekannya hingga dalam.
Bukan manusia, telapak kaki hanya bertiga jari, dan sangat berat, diduga memiliki kemampuan terbang.
Lin Qiye dengan cepat menyimpulkan informasi efektif.
Setelah bayangan ini mendarat, gelas-gelas anggur yang melayang di sekitarnya pontang-panting kabur ke segala arah. Langsung setelah itu, beberapa bekas tebasan merobek-robek dinding dan lantai, puluhan siluet tubuh terjatuh di atas ubin, noda darah menyebar liar di permukaan keramik.
Chapter 1168 Kejanggalan
Seiring genangan darah yang meluas, mayat-mayat pucat penuh ketakutan satu persatu muncul di hadapan mata Lin Qiye.
Mayat-mayat ini bukan makhluk hidup, bisa dicatatkan oleh【Peretas Rahasia】milik Heitong.
Setelah semua orang di dalam rumah mewah terbantai habis, jejak kaki bertiga jari itu keluar dari pintu, berputar-putar di sekitar rumah seolah mencari sesuatu.
Akhirnya ia menemukan Li Jianbai yang pingsan di selokan, langsung merobek lehernya. Pada momen berikutnya, mayat Li Jianbai pun terbentuk di depan mata Lin Qiye.
Usai semua ini, jejak kaki itu sedikit tenggelam, lalu tak bergerak lagi.
Lin Qiye mengerutkan alisnya, menatap langit di atas.
"Monster itu memiliki kemampuan terbang, begitu naik ke langit, tidak akan meninggalkan jejak apapun, bahkan Heitong pun tidak bisa melacak keberadaannya."
Lin Qiye menghela napas, mengantarkan Heitong kembali ke rumah sakit jiwa, pemandangan di hadapannya kembali seperti sekarang.
"Bagaimana?" tanya Bai Li Pangpang dan yang lain saat melihat Lin Qiye membuka mata.
"Bukan manusia, ini adalah 'misteri' berkaki tiga dengan kemampuan terbang. Ia datang dari langit, setelah membunuh langsung terbang pergi. Aku tidak bisa melacaknya." Lin Qiye melapor jujur.
"'Misteri'?"
Mendengar dua kata ini, alis Shi Wenxuan berkerut rapat.
"Ada masalah apa?" tanya Lin Qiye.
Shi Wenxuan merenung sejenak sebelum akhirnya menghela napas: "Sejujurnya, di Kota Linjiang kami, sudah hampir empat tahun tidak muncul 'misteri'..."
"Empat tahun?" An Qingyu terkejut, "Bagaimana mungkin? Kemunculan 'misteri' terkait kepadatan penduduk. Kabupaten Anta yang terpencil saja setiap tahun ada invasi 'misteri'. Linjiang kota tingkat dua, mana mungkin tidak ada?"
"Aku juga tidak tahu." Shi Wenxuan tersenyum getir. "Sudah lebih dari tiga tahun aku menjadi Penjaga Malam di sini, benar-benar belum pernah sekalipun melihat bayangan 'misteri'. Kadang aku berpikir, kalau kota ini memang tidak ada 'misteri', lalu apa gunanya kami para Penjaga Malam? Sudah beberapa kali aku mengajukan mutasi ke atasan, tapi mereka selalu menyuruhku tetap di sini... untuk jaga-jaga."
“Inikah yang dimaksud Sang Panglima Zuo tentang keanehan di Kota Linjiang?” Lin Qiye termenung,“Tak ada satu pun ‘misteri’ yang muncul selama empat tahun, memang sangat mencurigakan.”
Empat tahun...
Waktu ini, kenapa terasa begitu familiar?
Lin Qiye teringat kebakaran besar yang disebutkan anak-anak panti asuhan Gunung Han semalam, sepertinya juga terjadi empat tahun lalu?
Kebetulan? Atau...
“Lalu sekarang harus bagaimana?” Jiang Er yang melayang di udara bertanya,“Kita hanya tahu yang membantai keluarga Li adalah ‘misteri’ bisa terbang, tapi bagaimana cara menemukannya?”
“Saat ini hanya ada satu cara: pencarian menyeluruh.” Cao Yuan menyela,“‘Misteri’ itu membantai Perkebunan Li semalam, seharusnya belum meninggalkan Linjiang. Dengan persepsi mental Qiye dan banjir tikus Qingyu, menemukannya hanya masalah waktu.”
“Kalau begitu, kita berpencar mencari petunjuk lain.”
Setelah berdiskusi, mereka berpencar mencari keberadaan “misteri” di Linjiang. An Qingyu hendak pergi menyebarkan “Benih Ikan”, tapi melihat Lin Qiye masih berdiri mematung.
“Apa yang kaupikirkan?” An Qingyu mendekat.
Lin Qiye menatap selokan tempat mayat Li Jianbai, merenung sejenak:
“Kurasa... kejadian ini mungkin bukan sekadar invasi ‘misteri’ biasa.”
“Mengapa?”
“Karena ‘misteri’ itu sedang mencarinya.” Lin Qiye mengulurkan tangan, menunjuk ke selokan.
“Li Jianbai?” An Qingyu tertegun,“Apa maksudmu?”
“Setelah 'misteri' itu jatuh dari langit dan membantai semua orang di rumah mewah, alih-alih langsung pergi, ia malah berkeliaran di sekitar properti seolah mencari sesuatu... Baru setelah menemui Li Jianbai dan menghabisinya, ia terbang meninggalkan lokasi. Artinya, Li Jianbai sudah menjadi targetnya sejak awal? Tapi ini tidak masuk akal. Jika ia hanya 'misteri' yang muncul acak, mengapa harus nekat mencari Li Jianbai dulu sebelum membunuhnya? Lebih dalam lagi, kenapa 'misteri' ini justru memilih Perkebunan Keluarga Li sebagai lokasi pembantaian, bukan tempat lain?”
Ucapan Lin Qiye ini membuat alis An Qingyu berkerut.
“Maksudmu... di balik 'misteri' ini masih ada orang lain? Target aslinya memang Li Jianbai dan perkebunan keluarga Li ini?”
“Ada kemungkinan seperti itu.” Lin Qiye berpikir sejenak, “Intinya, kau tetap menyebarkan banjir tikus di Kota Linjiang untuk mencari 'misteri' itu. Aku akan pergi sebentar.”
“Ke mana?”
“Panti Asuhan Gunung Dingin.”
……
Panti Asuhan Gunung Dingin.
Kreek——!
Pintu besi tua perlahan terdorong terbuka. Seorang pemuda berbaju seragam sekolah biru-putih dengan tas di punggungnya melangkah masuk.
Hujan mengguyur deras, kabut tebal menyelimuti antara langit dan bumi. Tapi pemuda itu tak membawa payung. Air hujan menetes dari ujung rambut hitamnya ke seragam sekolah yang basah kuyup. Ekspresinya tetap datar, tatapan mata dalamnya tenang bagai jurang.
Dia melewati halaman, berdiri di depan kantor Kakek Liu. Tetesan air menyusuri bajunya, jatuh ke lantai abu-abu kehitaman, dengan cepat membentuk genangan.
Saat itu, Kakek Liu sedang duduk membelakanginya di meja, menatap lima kartu bank di atas meja dengan tatapan kosong.
"Kakek Liu." Suara berat pemuda itu tiba-tiba menggema.
Dalam kantor yang remang-remang, Kakek Liu terkejut, menoleh tiba-tiba.
Melihat Wu Quan yang basah kuyup di pintu, dia langsung berdiri dan bergegas mendekat: "Xiao Quan? Kenapa kamu kehujanan seperti ini? Bukankah pagi tadi Kakek sudah taruh payung di tasmu?"
Kakek Liu cepat-cepat melepaskan jas sekolahnya yang basah, khawatir dia masuk angin. Tapi Wu Quan tampak tak peduli, hanya menatap mata Kakek Liu dengan tenang, "Kakek, kita tidak perlu pindah. Grup Li sudah lenyap. Ke depannya tak akan ada yang berani mengganggu. Kita bisa tinggal di sini dengan tenang, menunggu Kakak Qingzhu pulang... Selamanya tak akan berpisah."
"Lenyap?" Kakek Liu tertegun, lalu mengangguk, "Kakek sudah tahu sejak pagi. Kita tak akan pindah."
Mendengar ini, raut wajah Wu Quan sedikit mengendur. Pandangannya tertuju pada lima kartu bank di meja.
"Kartu-kartu ini darimana?"
"Oh, ini dari teman-teman seperjuangan Qingzhu sebelum mereka pergi."
"Mereka?" Wu Quan terkejut. Bayangan wajah Lin Qiye dan yang lain muncul di pikirannya, "Untuk apa mereka memberikan ini?"
"...Kakek tidak tahu."
“Kakek Liu menghela napas panjang.”
Di kantor yang remang-remang, sunyi hanya menyisakan suara hujan mengetuk jendela. Setelah lama, Kakek Liu akhirnya bergumam:
“Shen Xiaozi……jangan-jangan terjadi insiden tak terduga?”
Sorot mata Wu Quan tiba-tiba menyempit.
Kreeek——!!!
Kilatan guntur mengerikan menyambar langit sekejap mata.
“Tidak mungkin!!” Wu Quan refleks mundur selangkah, bola mata hitamnya yang sunyi memancarkan gelombang emosi belum pernah terlihat, “Kakak Qingzhu pasti baik-baik saja... Dia pasti tidak kenapa-kenapa!”
Chapter 1169: Anak yang Diculik
Teriakan Wu Quan bercampur gemuruh di luar jendela, membuat Kakek Liu terkejut!
Ia buru-buru mengusap punggung Wu Quan sambil menenangkan: “Kamu ini, kenapa setiap disebut nama Shen Xiaozi langsung bereaksi berlebihan... Jangan banyak berpikir, nyawa bocah itu sekeras tulangnya, tidak mudah terjadi apa-apa.”
Wu Quan menggigit giginya, melepaskan genggaman Kakek Liu, lalu berbalik badan berlari ke tengah hujan.
“Xiao Quan!”
Kakek Liu berteriak, mengulurkan tangan ingin menggenggam lengannya, tapi kecepatan Wu Quan terlalu gesit. Sekejap mata ia sudah mendorong pintu besi dan berpacu menuju ujung gang di tengah derasnya hujan.
“...Anak ini.” Kakek Liu berdiri di bawah atap, menghela napas panjang.
……
Di dalam gang.
Hujan deras mengalir dari awan hitam. Wu Quan menyusuri gang sempit, menginjak genangan air sambil terus berlari ke depan.
Ia mengerutkan kening erat, bola matanya dipenuhi pergulatan dan kegilaan. Dalam kebingungannya, suara Shen Qingzhu kembali bergema di telinganya:
"Namamu Wu Quan? Jangan takut, para binatang itu sudah kubantai habis."
“……”
"Aku Shen Qingzhu. Mulai sekarang, aku kakakmu."
“……”
"Mereka hanya terlihat galak dan bertindak kejam. Tak perlu ditakuti... Asal kita lebih kejam dan nekat, merekalah yang akan takut."
“……”
"Mimpi jadi payung pelindungku? Kamu masih terlalu lemah... Tumbuhlah baik-baik, nanti akan ada kesempatan."
“……”
"Xiao Quan, aku akan jadi tentara. Ke depannya, jagalah Liu Lao Tou dan adik-adikmu baik-baik. Jangan biarkan mereka di-bully, paham?"
“……”
Wu Quan yang berlari dalam hujan mulai kehilangan fokus, bergumam lesu: "Tidak mungkin... Kakak Qingzhu, kau takkan mati... Kita sudah berjanji, nanti aku yang akan jadi payungmu. Kalau kau mati... Aku harus bagaimana?"
Tiba-tiba, siluet seseorang muncul dari ujung gang berlawanan, melangkah menghampiri.
Dddak! Dddak! Dddak!—!
Wu Quan melesat melewati siluet itu, tertegun sejenak, lalu berbalik memandang.
Lin Qiye yang sedang menenteng payung hitam juga menoleh ke arahnya.
Di gang yang diguyur hujan lebat, dua siluet saling bertatapan melalui kabut air.
"Namamu... Wu Quan?" Lin Qiye memandang remaja basah kuyup itu dengan bingung, "Ada masalah apa?"
“Wu Quan menatap tajam Lin Qiye dengan bola matanya, refleks membuka mulut, ingin menanyakan sesuatu.”
“Beberapa saat kemudian, ia tetap menutup mulutnya, diam-diam menoleh dan berjalan menuju hujan. Sorot mata hitam pekat yang penuh gejolak emosi itu semakin kembali tenang.”
“Melihat Wu Quan tidak menghiraukannya, meski Lin Qiye merasa bingung, ia tak terlalu memikirkannya dan melanjutkan langkah menuju pintu panti asuhan.”
“Saat sosoknya benar-benar menghilang di gang, Wu Quan yang telah sampai di mulut jalan sepi baru perlahan berhenti melangkah.”
“Ia menoleh ke belakang, memandang gang yang diselimuti kabut hujan.”
“Dia pasti tahu urusan Kakak Qingzhu.”
“Tapi, kalau memang terjadi sesuatu pada Kakak Qingzhu... bertanya seperti ini pun pasti tak akan dijawabnya.”
“Wu Quan bergumam pelan. Beberapa saat kemudian, bola mata hitamnya menyipit perlahan.”
“Dia mengangkat telapak tangan dengan lembut. Setetes hujan mengalir dari telapak tangannya ke ujung jari, lalu menetes ke genangan air di bawah kakinya.”
“Secercah riak muncul di permukaan air. Dalam bayangan kabur itu, di belakang Wu Quan mulai terbentuk barisan kursi posisi tertinggi berwarna hitam.”
“Kursi-kursi hitam ini bagai tempat duduk band yang mengelilingi aula musik kuno, terukir pola bunga gelap nan misterius. Di lebih dari dua puluh kursi tersebut, duduk monster-monster mengerikan dengan berbagai bentuk dan ukuran.”
“Ada gunung daging hitam setinggi puluhan meter, ada pria kekar berkaki tiga yang mengangkat pisau dengan sayap besar di punggung, ada kantong plastik kelabu yang bentuknya mirip awan……”
Mereka duduk diam-diam dalam bayangan gelap, menundukkan kepala, bagai karya seni yang disegel rapat di Museum Koleksi, atau orkestra kegelapan yang mengitari Wu Quan siap memainkan melodi kapan saja.
Di tengah hujan, Wu Quan mengangkat kedua tangannya perlahan, mengayunkan lintasan misterius di udara.
Kantong plastik kelabu itu menggelembung cepat, melingkari Wu Quan hingga tubuh dan baunya lenyap tertutup rapat.
Monster-monster lain di kursi hitam terlihat seperti boneka yang dikendalikan orang. Dengan kaku mereka bangkit dari tempat duduk, sorot matanya menatap tajam ke ujung lorong, tubuh mereka menerobos tirai hujan satu per satu lalu menghilang tanpa jejak.
“Dia adalah rekan Kakak Qingzhu, pastinya punya kemampuan hebat. Jangan sampai lengah.”
“Selain itu, jangan lukai dia. Cukup baca memorinya saja……”
Suara Wu Quan tenggelam dalam gemuruh hujan yang menggelegar.
……
Panti Asuhan Hanshan.
Lin Qiye mendorong pintu besi, melihat Lao Liu berdiri di bawah atap sambil menghela napas.
“Eh? Kamu?” Lao Liu tertegun melihat Lin Qiye masuk, “Kalian... bukannya sudah pergi?”
“Oh, aku ingat ada sesuatu yang belum diambil, jadi sengaja kembali ke sini.” Lin Qiye tersenyum minta maaf, dia menoleh ke arah luar pintu dan bertanya sambil mengerutkan kening, “Ngomong-ngomong, tadi Wu Quan berlari keluar... ada apa ya?”
Lao Liu ekspresinya berubah-ubah, menggelengkan kepala sambil menghela napas panjang:
“Tidak apa-apa, anak itu cuma sedikit tertekan... pengalaman masa kecilnya agak khusus, jadi sifatnya cenderung ekstrim, mudah emosi saat menghadapi masalah, terutama yang berhubungan dengan Shen Xiaozhi...”
“Sifat ekstrim?”
“Ya.” Lao Liu mengangguk ringan, sorot matanya memancarkan kilau kenangan, “Anak itu bukan dikirim ke sini untuk diasuh, juga bukan ditinggalkan... dia diculik pedagang manusia, lalu diselamatkan.”
“Anak korban penculikan?” Alis Lin Qiye berkerut, “Di era sekarang, masih ada hal seperti ini?”
“Banyak sekali。”Liu Laotou menghela napas，“Saat janin ini berusia empat lima tahun, sudah diculik menggunakan obat bius, kemudian dijual ke geng pengemis. Mereka mematahkan tangannya, membiarkannya kelaparan berhari-hari sampai tubuhnya menyusut tinggal kulit pembungkus tulang, lalu menyuruh tua bangka lumpuh mendorongnya mengemis di jalan. Semua uang hasilnya dibagi habis geng, makanan sehari-hari hanya beberapa potong roti kukus basi. Jika pendapatan harian kurang, pulang masih harus menerima pemukulan kejam... Hampir setiap dua tiga bulan, geng itu berganti kota untuk menghindari polisi. Dia disiksa begitu selama hampir empat tahun. Segala cara kotor yang bisa kamu bayangkan, hampir semua telah dialami janin ini. Kalau bukan karena kebetulan mereka sampai di Linjiang waktu itu, kalau bukan kebetulan tertabrak Shen kecil, mungkin anak ini takkan pernah bisa bangkit selamanya. Bahkan jika dewasa, dalam pengaruh lingkungan seperti itu, akan berubah dari korban penyiksaan menjadi pelaku penyiksaan...”
“Apakah Shen Qingzhu yang menyelamatkannya？”
“Ya, waktu itu Shen Qingzhu masih remaja belasan tahun, duri kepala yang tak kenal takut. Saat itu dia melihat Xiao Quan mengemis di jalan, menyimpan kewaspadaan, diam-diam mengikuti mereka kembali ke gubuk reyot di gunung. Setelah menemukan kebenaran, di kegelapan malam dia membebaskan semua anak yang diperbudak. Kemudian ketahuan dalam perjalanan, dia mengambil pisau tumpul dan berkelahi mati-matian dengan para berdarah dingin itu, menusuk sampai mati empat lima orang, nyawanya sendiri hampir melayang. Saat itu tubuhnya berlumuran darah, menggendong Xiao Quan yang pingsan turun dari gunung, tulang-tua bangka ini sampai panik dibuatnya.”
Chapter 1170 Siapa Bilang Linjiang Tak Punya Misteri
Setelah mendengar cerita ini, dalam pikiran Lin Qiye otomatis berimajinasi sosok Shen Qingzhu belasan tahun bertelanjang dada, turun dari gunung dengan tubuh berlumuran darah.
Pantas dijuluki Si Sok Jago... Lin Qiye berkomentar sambil menghela napas.
“Xiao Quan ini sejak kecil kehilangan kasih sayang orangtua, tumbuh besar di lingkungan tidak manusiawi, wajar saja psikologisnya terdistorsi dan sakit... Yang kau lihat sekarang sudah jauh lebih baik. Dulu saat pertama kali Shen Qingzhu membawanya pulang, dia kadang seperti patung kayu tak bergerak, kadang seperti orang gila berteriak-teriak, bahkan dua kali mencoba melukai diri sendiri dan bunuh diri. Anak-anak seperti Xiao Yan dan Qian Cheng saat itu sampai trauma, sama sekali tidak berani mendekat. Hanya Shen Qingzhu yang terus menemaninya, mengajarinya langkah demi langkah kembali ke kehidupan normal anak-anak.”
Kakek Liu menatap pintu besi yang terbuka lebar, menghela napas panjang:
“Bagi Xiao Quan, kakak Qingzhu adalah segalanya...”
“Ternyata begitu.” Lin Qiye mengangguk.
Dia seolah teringat sesuatu, bertanya lagi:
“Ngomong-ngomong Direktur Liu, tentang kebakaran empat tahun lalu itu, bisakah Anda ceritakan lebih detail?”
“Kebakaran?” Tua Liu tertegun, “Maksudmu tanya ini buat apa?”
“Aku tiba-tiba ingat, dengar Shen Qingzhu pernah menyebut urusan ini, sepertinya meninggalkan trauma psikologis... Aku ingin konfirmasi, siapa tahu bisa membantu.” Lin Qiye membuat alasan sembarangan.
“Trauma psikologis? Anak itu punya hal semacam itu?” Tua Liu curiga sesaat, akhirnya berkata, “Urusan kebakaran itu, ingatanku sudah kabur... Yang kuingat hari itu, aku tidur di kamarku, tiba-tiba kobaran api mengurung asrama kecil anak-anak. Saat itu aku panik, bahkan tak sempat pakai sepatu, setelah membasahi badan langsung berlari ke lokasi api. Tapi baru saja menerobos masuk, balok rumah yang runtuh menghalangi pintu, mengurungku dan anak-anak di dalam. Asap di lokasi kebakaran sangat tebal, anak-anak menangis sebentar lalu pingsan. Saat aku hampir mati lemas, terdengar tangisan Xiao Quan dan teriakan Shen dari luar, kusadari mereka berdua kembali... Lalu tiba-tiba udara mengencang, dan aku kehilangan kesadaran. Saat sadar, sudah terbaring di ranjang pasien. Katanya, Shen-lah yang menggotong kami satu per satu keluar.”
Lin Qiye merenung sejenak, “Penyebab kebakarannya? Apa itu?”
“Urusan ini, aku juga bingung sekali... Saat itu yang terbakar adalah asrama kecil, tapi di sana sama sekali tidak ada benda yang mudah terbakar, para ahli juga sudah datang memeriksa, tapi tidak menarik kesimpulan apa-apa. Syukurlah tidak ada korban jiwa, kalau tidak pasti urusannya jadi besar.” Wajah tua bangka Liu memerah karena sisa ketakutan.
“Kalau begitu, apakah kalian melihat sesuatu yang aneh saat itu? Contohnya... monster?”
“Monster?” Tua bangka Liu terus menggelengkan kepala, “Aku tidak melihat hal semacam itu.”
“...Aku paham.”
Lin Qiye mengangguk, terjebak dalam lamunan.
Dari sudut pandang penyebab kebakaran yang tidak diketahui, kemungkinan besar "misteri" lah yang memicu kebakaran ini. Perasaan mati lemas tiba-tiba yang disebutkan tua bangka Liu seharusnya adalah 【Qi Min】 milik Shen Qingzhu. Hanya saja tidak diketahui apakah saat itu dia baru saja membangunkan area larangan, atau sudah membangunkannya sejak beberapa waktu lalu.
Sebelum datang, Lin Qiye juga meminta arsip Penjaga Malam Kota Linjiang dari Shi Wenxuan. Kasus terakhir yang diduga terkait "misteri" adalah kasus kebakaran panti asuhan ini. Tapi karena tidak ditemukan tubuh asli "misteri" dan tidak ada korban, kasus ini hanya diklasifikasikan sebagai "kasus dugaan".
Artinya... setelah kebakaran itu, Kota Linjiang sama sekali tidak pernah lagi muncul "misteri"?
Sayangnya Shen Qingzhu tidak ada di sini. Kalau tidak, cukup bertanya padanya tentang apa yang terjadi saat itu, pasti semuanya akan jelas.
Tunggu.
Bukankah selain Shen Qingzhu, ada juga Wu Quan yang hadir saat itu?
Jika bisa bertanya padanya, mungkin masih bisa menemukan petunjuk lain.
Lin Qiye pura-pura berkeliling di dalam rumah, mengambil barang yang "tertinggal", hendak pergi ketika si Tua Liu menarik lengannya.
Melihat ekspresi ragu-ragu si Tua Liu, Lin Qiye mengerutkan kening dan bertanya: "Ada apa?"
"Nak, jujurlah padaku..." Si Tua Liu berpikir sejenak, lalu bertanya dengan hati-hati, "Apakah Shen Xiaozi... mengalami kecelakaan?"
Lin Qiye tertegun.
"Tidak," Lin Qiye menggelengkan kepala tegas, "Direktur Liu, jangan khawatir sembarangan, dia benar-benar baik-baik saja."
Memandang sorot mata penuh tekad Lin Qiye, kecurigaan di hati si Tua Liu sedikit berkurang. Ia mengangguk, "Baik... Aku mengerti. Tolong sampaikan padanya setelah misi rahasianya selesai untuk mengirim surat ke rumah... Agar kami bisa lebih tenang."
"Aku akan menyampaikannya saat dia kembali."
Lin Qiye berpamitan dengan si Tua Liu, lalu berbalik menuju gang.
Sambil memayungi payung, ia berjalan di tengah hujan sambil memikirkan alur seluruh peristiwa.
Sampai saat ini, baik kasus pembantaian keluarga Li maupun fenomena aneh tidak adanya 'misteri' di Kota Linjiang, semuanya belum ada perkembangan nyata. Selanjutnya, harapan hanya bisa ditumpukan pada pencarian 'misteri' terbang itu...
Tiba-tiba, Lin Qiye seperti merasakan sesuatu, langsung menghentikan langkahnya.
Saat ini, ia telah jauh dari panti asuhan, tiba di persimpangan jalan berbentuk salib di dalam gang.
“Hujan deras tercurah dari langit, mata telanjang melirik ke 4 minggu, selain kabut air yang tebal, sulit menyaksikan pemandangan kejauhan... Di gang kesunyian maut, hanya derai hujan tak berujung yang tersisa.”
Lin Qiye menyapu pandangan ke sekeliling, menyipitkan matanya perlahan.
“Ini...”
Tangan kirinya menopang payung, tangan kanan yang kosong berkedip samar cahaya sihir. Pada momen berikutnya, sebilah pedang panjang putih salju telah digenggamnya di telapak tangan.
Duum——！！！
Siluet hitam bagai meteor jatuh dari langit, tepat menabrak tanah di hadapan Lin Qiye!
Makhluk raksasa bersayap kelelawar itu bertelapak kaki tiga jari, masing-masing tangan menggenggam dua golok berdarah. Di atas sepasang tanduk merah yang bengkok di kepalanya, berkobar nyala api merah.
Ia mengangkat tinggi golok berdarah di tangannya, menggunakan punggung pedang menghantam tubuh Lin Qiye!
Payung Lin Qiye terangkat perlahan, bola matanya menembus tirai hujan, dengan tenang menyapu pandangan ke atas. Kilau pisau putih salju berkelebat, bilah 【Zhan Bai】 dengan mantap menahan dua golok!
Gelombang kejut bulat dari tubrukan kekuatan langsung membalikkan arah hujan di sekitar langit-langit.
“‘Misteri’ pembasmi keluarga Li... Kau berinisiatif datang sendiri?”
Lin Qiye mendengus dingin, mengayunkan pedang mendorong mundur tubuh raksasa. Posturnya bak batu karang di tengah hujan, tak bergeming sedikit pun.
“Misteri” di hadapan mata ini hanya berada di level "Wu Liang", di hadapan Lin Qiye sama sekali tidak ada artinya.
Lin Qiye hendak mengayunkan pedang untuk memutus kepalanya, ketika energi spiritual yang menyebar seolah menyadari sesuatu, tiba-tiba menoleh ke sekeliling.
Di persimpangan gang berbentuk salib, dari segala arah terlihat bayangan-bayangan hitam mendekat dengan cepat melalui hujan.
Lin Qiye mengerutkan alis dan mengumpat pelan:
"Sial... Siapa bilang di Kota Linjiang tidak ada 'misteri'?"
Chapter 1171 Pertarungan Melalui Udara
Dalam persepsi mental Lin Qiye, "misteri" yang mengelilingi dari semua arah jumlahnya setidaknya dua puluh lebih.
Mereka menatap lurus ke Lin Qiye di tengah gang, mengabaikan keberadaan masing-masing, seperti boneka-boneka tanpa kesadaran.
"Apakah ini dikendalikan seseorang?" Lin Qiye langsung menyadari keanehan.
Biasanya, bahkan antar "misteri" pun akan ada persaingan atau hubungan permusuhan, situasi dimana lebih dari dua puluh "misteri" bekerja sama dengan selaras seperti ini hampir mustahil terjadi.
Terkait adegan monster mencari Li Jianbai di Perkebunan Keluarga Li dulu, Lin Qiye hampir pasti yakin bahwa entitas yang mengontrol "misteri-misteri" ini adalah orang yang sama dengan pembantai keluarga Li.
Lalu dari mana datangnya dua puluh lebih "misteri" yang tiba-tiba muncul ini?
Jawabannya sudah jelas di depan mata.
Empat tahun ini, bukan tidak ada "misteri" yang muncul di Linjiang, melainkan semua "misteri" yang turun telah lebih dulu ditaklukkan seseorang.
Di dalam pikiran Lin Qiye, semua petunjuk dengan cepat tersambung. Sorot matanya menyapu sekeliling, lalu berkata dengan tenang:
"Seandainya orang lain yang menghadapi begitu banyak 'misteri', pasti akan merugi... Sayang, yang kau hadapi adalah aku."
Lin Qiye melangkah, air hujan menyiprat! Cahaya sihir berkilauan bermunculan di sekitarnya!
Siluet-siluet berpakaian seragam perawat hijau tiba-tiba muncul mengelilingi Lin Qiye, menyelinap cepat lalu menerjang para "misteri" itu!
Dua kelompok "misteri" saling menerjang di gang yang diguyur hujan deras. Tingkatan dan kemampuan yang berbeda-beda, dalam sekejap membentuk medan perang rapat. Gelombang kejut pertarungan langsung meluluhlantakkan bangunan sekitar, untungnya ini kawasan kumuh yang akan dibongkar dan cukup jauh dari Panti Asuhan Gunung Dingin, sama sekali tidak ada korban jiwa.
Lin Qiye tetap berdiri di tempat sambil menopang payung, bola mata keemasan pucatnya perlahan menyapu area:
"Biar kutebak... Di mana kau bersembunyi?"
Persepsi mental Lin Qiye gagal menemukan dalang di balik layar. Entah dia menggunakan kekuatan untuk menenggelamkan eksistensinya, atau bersembunyi di luar jangkauan persepsi lalu mengendalikan "misteri-misteri" ini dari jarak jauh.
Lin Qiye lebih memilih opsi pertama.
“Harus diketahui bahwa di dunia ini tidak ada Rumah Sakit Jiwa Para Dewa kedua yang mampu mengendalikan kemampuan 'misteri'. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang kemampuan untuk mengendalikan 'misteri' dalam jumlah sebanyak ini. Jika bisa dikendalikan dari jarak super jauh, itu sudah pasti terlalu keterlaluan bagi orang mesum.”
“Bersamaan dengan itu, di atas gedung pabrik berjarak satu kilometer dari sini, Wu Quan yang diselimuti kantong plastik kelabu mengerutkan alisnya dengan rapat.”
“Dia juga bisa mengendalikan monster-monster ini?”
“Jangan-jangan, kemampuannya sama sepertiku?”
“Tidak, tidak mungkin...”
Wu Quan terdiam sejenak, sorot matanya memancarkan tekad yang kokoh.
Dia mengangkat kedua tangannya di puncak gedung pabrik, seperti seorang konduktor yang akan memulai pertunjukan, lalu menyapu tangannya ke arah medan perang di kejauhan.
……
Dor——!
Hong Yan yang sedang menerjang di kawasan kota tua tiba-tiba merasakan tubuhnya menjadi berat, kemudian seperti kehilangan kendali——badannya tak bisa menahan diri menoleh dan terbang!
Tubuhnya membengkak dalam badai, seketika berubah menjadi Naga Merah raksasa yang mengangkat kepala dengan angkuh, bola api menyala-nyala berkumpul cepat di tenggorokannya.
Raungan——!!
Semburan naga yang membara menyobek tirai hujan, langsung menghujam ke Lin Qiye yang berada di tengah gang!
Pupil Lin Qiye menyempit, tubuhnya langsung menghilang dalam udara kosong menghindari serangan nafas api ini. Setengah detik kemudian, dia sudah melangkah keluar dengan anggun di udara ratusan meter jauhnya.
“Dia masih bisa mengontrol perawatku?” Lin Qiye menatap Hong Yan yang berputar di langit, wajahnya memerah karena terkejut.
Belum sempat dia pulih dari keterkejutan, dimensi sekitarnya tiba-tiba kacau seperti Rubik's Cube yang diputar liar, mengurungnya dalam ruang yang kacau balau.
Wajah Lin Qiye berubah muram. Saat mengangkat kepala, Rubik's Cube Kacau berputar di udara kosong, menjebaknya dalam wilayah kekuasaan sendiri.
Benang-benang laba-laba menembus udara, menjalin jaring raksasa yang menyelimuti semua jalan mundur di sekelilingnya.
“Direktur, cepat pergi! Aku tak bisa menahan diri...”
A Zhu berdiri di sudut gang, sepuluh jarinya mengendalikan benang laba-laba dengan gelisah.
Baru setengah kalimat terucap, mulutnya seolah diresleting rapat, terkunci tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Tingkatan Rubik's Cube Kacau dan A Zhu tidak tinggi. Lin Qiye hanya perlu membelah dimensi dengan 【Zhan Bai】 untuk segera meloloskan diri.
Kekuatan spiritualnya menyapu sekeliling. Ternyata selain beberapa perawat level "Klein", seluruh staf telah dikendalikan untuk bersatu dengan "misteri" lokal Linjiang guna menyerangnya.
Bahkan perawat level "Klein" pun mulai bergerak tak wajar, seperti boneka yang ditarik benang tak kasat mata dalam perebutan kendali tubuh.
Wajah Lin Qiye menjadi semakin suram. Tanpa ragu, dia mengembalikan semua perawat ke rumah sakit jiwa.
“Kalau begitu, aku akan membantai semua 'misteri' ini, lihat sampai kapan kamu bisa tahan?”
Dia menggenggam 【Zhan Bai】 dengan satu tangan, kilatan gelap malam menyebar cepat di bawah kakinya, langit yang sudah suram semakin memudar dengan kecepatan yang terlihat jelas.
Lin Qiye berdiri di tengah gang, tekanan wibawa level "Klein" meledak sepenuhnya, di kedua bola matanya api pirang seperti tungku menyala berkobar.
"Misteri" di Kota Linjiang ini paling tinggi hanya level "Wu Liang", meski tanpa meminjam kekuatan perawat, membantai semua mereka bagi Lin Qiye hanyalah masalah waktu.
Tepat saat Lin Qiye hendak mengayunkan pisau, perubahan mendadak terjadi!
Hujan yang mengalir deras dari langit tiba-tiba berputar mengelilingi Lin Qiye, seolah ditarik oleh tongkat komando tak kasat mata, dalam hitungan napas membentuk pusaran air yang berkelok!
Sorot mata Lin Qiye menyipit tajam.
Saat hendak bergerak, tubuhnya terasa berat seperti diisi timah, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menekan otot-ototnya, berusaha mengendalikan tubuh jasmaninya.
Bersamaan itu, aliran darah Lin Qiye semakin melambat, otaknya yang kekurangan pasokan darah mulai pusing dan berkunang-kunang.
Dia tak hanya bisa mengendalikan "misteri", tapi juga benda dan tubuh manusia?!
Niat ini sekilas melintas dari pikiran Lin Qiye.
Sepertinya untuk membuktikan pikirannya, tanah di bawah kakinya dalam sekejap mata menyatu menjadi sepasang tangan besar, menerjang seperti kilat ke Pergelangan kaki Lin Qiye.
Tubuh Lin Qiye yang membeku kaku, tanpa persiapan dikendalikan oleh tangan ini, pusaran air menerpa wajahnya, berubah menjadi gumpalan air yang mengurung Lin Qiye di dalamnya.
"Misteri" dari semua arah berbondong-bondong menyerbu.
Alis Lin Qiye berkerut, mendengus dingin.
Cahaya sihir transformasi berkedip di permukaan tubuhnya, tubuhnya berubah menjadi Naga Es Abadi, langsung melepaskan diri dari belenggu tanah dan air, menyembur ke langit!
"Sudah lama bersembunyi seperti kura-kura... Bukankah sudah waktunya menunjukkan wajah?"
Naga Es Abadi kembali berubah menjadi tubuh asli Lin Qiye, tangan yang menggenggam 【Zhan Bai】 berkilau cahaya emas gemerlap.
Dengan mata tertutup, ia memeluk erat bilah 【Zhan Bai】 dan melemparkannya!
Di bawah pengaruh mukjizat, 【Zhan Bai】 memilih arah secara acak, melesat seperti kilat!
Chapter 1172 Permintaan Wu Quan
Tubuh Wu Quan diselimuti kantong plastik kelabu, bola matanya menancap ke medan perang di kejauhan, sepuluh jarinya bergerak mengikuti lintasan misterius, seolah sedang memimpin orkestra besar.
Sung——!
Tiba-tiba, kilau pisau penuh tekanan menembus langit, melesat dengan kecepatan luar biasa ke arahnya!
Kilau pisau yang menyeramkan membelah tirai hujan yang rapat, nyaris mendarat di kantong plastik kelabu. Wu Quan segera mengulurkan satu tangan, menggenggam udara ke arah kilau pisau yang melesat itu.
【Zhan Bai】berputar sedikit, nyaris menggeser posisi Wu Quan. Bilah pedang itu seperti ditarik kekuatan misterius, berputar dua kali di sekelilingnya sebelum tiba-tiba melayang tegak di hadapannya.
Persis saat Wu Quan mengira krisis telah berlalu, sorot mata Lin Qiye yang terjebak di medan perang jauh di sana menyipit. Cahaya sihir merekah serentak dari tubuhnya dan gagang 【Zhan Bai】. Pada momen berikutnya, tubuhnya melintasi dimensi dan tiba-tiba muncul di depan 【Zhan Bai】!
Lingkaran sihir pemanggilan terbalik!
Pupil Wu Quan menyempit tajam!
"Ternyata bersembunyi di sini..."
Pandangan dan kekuatan spiritual Lin Qiye gagal menangkap siluet Wu Quan yang tersembunyi kantong plastik kelabu, tapi itu tak menghalangi langkahnya.
Dari bola mata Lin Qiye, kilatan ungu samar menyemburat. Aura penguasa bak gelombang raksasa menerobos keluar, tekanan wibawa yang menakutkan tiba-tiba menyelimuti setiap jengkal tanah di sekitarnya.
"KELUAR!!"
Teriakan Lin Qiye menggema bagai amukan Sang Tiran, menggelegar bak guntur.
Wu Quan yang terbungkus kantong plastik kelabu merasakan tekanan tak tertahankan menghantam dadanya. Seluruh tubuhnya terlempar tak terkendali!
Di tengah hujan deras, kantong plastik seperti awan kelabu melayang terbalik ke langit. Siluet seorang pemuda terlempar dari lingkungan yang kosong, menghantam lantai dengan keras.
“Wu Quan？”
Lin Qiye melihat wajah menyakitkan pemuda itu, alisnya berkerut rapat.
Wu Quan terhuyung-huyung jatuh di tengah hujan, kedua tangannya menopang lantai, mencoba berdiri. Tapi pada momen berikutnya, sesosok tubuh berkedip di hadapannya!
Lin Qiye menggenggam 【Zhan Bai】, mata pisau menyentuh lehernya. Jika Wu Quan membuat gerakan sekecil apapun, tebasan ini akan dengan mudah memenggal kepalanya.
“Kau...” bola mata Lin Qiye menyipit, “Selama empat tahun ini, diam-diam menaklukkan 'misteri' di Kota Linjiang, memerintahkan pembantaian keluarga Li sampai ke akar-akarnya... Semua ini pekerjaanmu?”
Bibir Wu Quan terkunci rapat. Ia menatap Lin Qiye yang bagai Raja Kegelapan di hadapannya, tetap diam.
“Bicara.” Suara dingin Lin Qiye menggema.
“...Ya.”
“Kau gila?!” Lin Qiye menggapai kerah bajunya, bola matanya menancap ke wajah kekanak-kanakan nan keras kepala itu, berteriak keras, “Diam-diam menaklukkan 'misteri' Linjiang, takkan ada yang menuntutmu untuk itu. Dalam sudut pandang tertentu, ini justru 'jasa' bukan 'dosa'... Tapi kau tega membantai keluarga Li sampai habis? Mereka hanya orang-orang biasa! Meski cara mereka kotor, sama sekali tidak pantas dihukum mati! Membantai lebih dari 30 petinggi Li sekaligus, ini perbuatan iblis!”
“Iblis? Lalu kenapa.” Sorot mata Wu Quan memancarkan dingin yang menusuk tulang, “Mereka melukai Kakek Liu, bahkan memaksa kami pindah... Kalau mereka mau adu kejam, aku akan lebih kejam dari mereka... Hanya dengan membantai mereka semua, aku bisa mempertahankan ini!”
Melihat kilatan kegilaan di mata Wu Quan, Lin Qiye tertegun di tempat.
Ekspresinya terlihat rumit.
Seperti yang dikatakan Kakek Liu, kondisi mental anak ini memang tidak normal. Saat menghadapi masalah, caranya seringkali lebih ekstrim daripada orang biasa.
Sekarang, Lin Qiye akhirnya benar-benar memahami hal itu.
“Bagaimanapun juga, tindakanmu ini adalah kejahatan.” Lin Qiye menarik napas dalam-dalam, “Untuk pengguna kemampuan super ganas, Penjaga Malam memiliki hak dan kewajiban untuk menahan dan menangkap kapan saja. Kamu... harus ikut aku ke Lembaga Penyekatan.”
Mendengar ini, Wu Quan terlebih dahulu tertegun, kemudian menggelengkan kepala keras-keras:
“Tidak, aku tidak mau ikut... Aku harus tetap di sini!”
“Ini bukan pilihanmu.” Kata Lin Qiye tanpa ekspresi, “Nanti aku akan langsung menjelaskan ke Direktur Liu di panti asuhan. Tapi aku akan menyembunyikan fakta bahwa kamu dipenjara karena kejahatan, mencari alasan untuk membawamu keluar dari Linjiang...”
Wu Quan mengeratkan giginya, mengabaikan ujung pedang Lin Qiye, dengan gesit mundur ke belakang.
Namun sayangnya, kualitas fisik Wu Quan tampaknya tidak kuat, hanya bertahan di level orang biasa. Lin Qiye baru melangkah satu langkah, tangannya sudah menggenggam erat bahunya.
【Amukan Sang Tiran】kembali aktif. Kekuatan dahsyat menerobos masuk ke tubuh Wu Quan, seketika membuat tubuhnya tertekan. Keringat membasahi dahinya merembes di permukaan kulit, tak bisa bergerak setapak pun.
"Sudah kukatakan... urusan ini bukan kau yang tentukan." Lin Qiye berbicara datar.
Wajah Wu Quan pucat pasi, seolah sedang berjuang melawan kekuatan Tiran dalam tubuhnya. Tapi sekeras apa pun ia berusaha melepaskan diri, tak bisa lepas dari genggaman Lin Qiye.
Pupil matanya memancarkan tekad bulat. Cahaya suram berkedip samar. Pada momen berikutnya, puluhan besi bekas dari pabrik terbengkalai di bawah kaki mereka berputar keluar, langsung menggerayangi posisi mereka!
Hujan dan angin yang beterbangan seakan diayun oleh tangan tak kasat mata, bergelombang besar menghantam wajah Lin Qiye!
Wajah Lin Qiye berubah suram. Telapak tangan yang mengenggam bahu Wu Quan semakin mengencang.
Pengguna kemampuan super ganas yang kehilangan kendali dan menolak ditahan, Lin Qiye memang punya wewenang untuk mengeksekusi di tempat. Dari kontak singkat ini, ia sudah menyadari kualitas fisik tubuh asli Wu Quan hampir tak ada bedanya dengan orang biasa. Asalkan telapak tangannya sedikit lebih mengencang, organ dalamnya bisa diinjak keras hingga pecah dengan mudah.
“Tapi dia tidak mau melakukannya, pertama karena Wu Quan hanyalah seorang janin, kedua karena dia adalah adik Shen Qingzhu... meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah.”
“Aku peringatkan, kalau kau masih melawan sia-sia, aku akan langsung memberitahu Direktur Liu semua perbuatanmu.” Suara dingin Lin Qiye menggema, “Jangan-jangan kau ingin pertemuan berikutnya dengan mereka hanya terpisah oleh jeruji besi penjara?”
Wu Quan membeku di tempat, dalam pikirannya muncul siluet tua yang cerewet itu - si Liu Tua.
Bibirnya terkunci rapat, setelah beberapa saat memikirkan, semua senjata tajam yang mengelilingi mereka berdua jatuh kembali ke tempatnya, hujan badai yang melesat pun meredup.
Menyaksikan pemandangan ini, hati Lin Qiye sedikit melepaskan beban.
Tampaknya dugaannya tidak salah, esensi Wu Quan sebenarnya tidak jahat, dia hanya terlalu memperhatikan orang-orang di panti asuhan itu. Dibanding nyawanya sendiri, dia lebih khawatir Liu Tua dan lainnya akan ketakutan jika tahu dia ditahan.
Liu Tua yang sudah hampir berusia kerang, jika tahu anak yang dibesarkannya akhirnya dikurung karena eksekusi musnahkan keluarga, ini pasti pukulan mematikan baginya.
“...Aku rela menyusul kalian.” Wu Quan diam lama, akhirnya berbicara pelan, “Tapi, ada satu syarat... bukan, sebuah permohonan.”
Chapter 1173 「Kaisar Penguasa」
Kota Linjiang.
Pos Penjaga Malam.
Bai Li Pangpang, Cao Yuan, dan yang lain mengintip melalui kaca satu arah, memandangi pemuda yang diam duduk di ruang interogasi dengan ekspresi terkejut:
"Dia? Qiye, kamu tidak salah lihat?"
"Tidak mungkin salah, aku sudah berhadapan dengannya." Lin Qiye menggelengkan kepala, "Kemampuannya sangat menyebalkan, tidak hanya bisa mengontrol 'misteri', tapi juga fenomena langit, logam, bahkan tubuh manusia."
"Ada kemampuan seperti itu? Kenapa aku tidak pernah dengar?"
"Aku juga tidak pernah dengar... Tapi di perjalanan pulang, aku sudah melaporkan urusan ini ke markas, seharusnya segera ada hasilnya."
Lin Qiye melihat jam lalu menoleh ke Bai Li Pangpang:
"Ngomong-ngomong, nanti jemput Direktur Liu di pintu."
"Direktur Liu?" Bai Li Pangpang tertegun, seolah teringat sesuatu, lalu menekan suaranya, "Qiye, jangan-jangan kasus yang diperbuat anak bawang ini kamu laporkan ke Direktur Liu?"
"...Tidak."
Lin Qiye memandang Wu Quan yang membungkuk tanpa bicara di ruang interogasi, "Dia bilang sebelum pergi mau bertemu Direktur Liu sekali pun, keluarkan dia dari sini, cari rumah teh biar mereka ngobrol sebentar."
"Oke."
Saat Bai Li Pangpang pergi melepaskan Wu Quan, dering telepon menggema. Lin Qiye cepat-cepat menerima:
"Sang Panglima Zuo."
"Ya." Suara Zuo Qing di ujung telepon terdengar serius, "Lin Qiye, data yang kamu kirim sudah aku baca... Kali ini kita dapat anak yang luar biasa."
Lin Qiye tertegun, "Apa?"
“Berdasarkan deskripsimu, kemampuan yang sesuai dengan anak ini hanya satu... Raja Ruins keempat, 【Kaisar Penguasa】.”
“Raja Ruins?” Sorot mata Lin Qiye menyempit, heran bertanya, “Pantas saja sangat menyebalkan...”
“Raja Ruins ini asal-usulnya luar biasa.” Zuo Qing berkata serius, “Kamu tahu siapa dalam sejarah yang tercatat memiliki kemampuan ini sebelumnya?”
“Siapa?”
“Pendahulu Da Xia Night Watch, pemimpin pertama Kantor Penjinak Roh Jahat, langit-langit pertama, Marquis Juara Huo Qubing.”
Lin Qiye menganga lebar terkejut.
“【Kaisar Penguasa】 memiliki kemampuan menguasai semua materi fisik, termasuk tapi tidak terbatas pada tubuh manusia, hewan, api, aliran air... Emosi 【Kaisar Penguasa】 bisa langsung mempengaruhi fenomena alam. Saat marah akan muncul petir dan guntur, sedih akan turun hujan deras, santai akan cerah berangin. Tidak hanya itu, kontrolnya terhadap 'misteri' jauh melebihi kontrol terhadap materi lain. Artinya, 【Kaisar Penguasa】 memiliki efek penekanan alami terhadap semua 'misteri'. Secara teori, asalkan kekuatan spiritual penggunanya cukup kuat, bisa mencapai 'dominasi tak terbatas' terhadap 'misteri'. Jenderal Huo Qubing dulu menggunakan kemampuan ini untuk mendirikan Kantor Penjinak Roh Jahat, menangkap ribuan 'misteri' sendirian. Konon cita-citanya adalah menguasai semua 'misteri' di wilayah Da Xia demi menciptakan perdamaian abadi tanpa siluman jahat.”
“Menguasai semua 'misteri' di wilayah Da Xia？Sehebat itu？”Lin Qiye terkejut berbicara.
Seandainya benar-benar bisa melakukan ini, itu berarti Da Xia tidak akan pernah lagi terganggu oleh "misteri". Bagi manusia, ini hal yang sangat penting.
Hanya dari poin ini saja, 【Kaisar Dominasi】 memiliki tingkat kepentingan yang bahkan melebihi Raja Ruins Ketiga 【Abadi】, dan Raja Ruins Kedua 【Buddha Takdir】 bagi umat manusia.
“Tentu, ini hanya kondisi ideal. Faktanya, bahkan langit-langit terkuat manusia di masa lalu pun tidak bisa melakukannya. Ini membuktikan bahwa 【Kaisar Dominasi】 juga memiliki batas... setidaknya bagi manusia.” Zuo Qing berhenti sejenak lalu melanjutkan, “Selain itu, Raja Ruins ini juga punya banyak kelemahan... Yang paling utama adalah batas umur yang sangat pendek.”
Lin Qiye tertegun, “Apa maksudmu? Umurnya pendek?”
“Bisa diartikan begitu, kamu tahu berapa usia Marquis Juara saat meninggal dulu?” Sebelum Lin Qiye sempat menjawab, Zuo Qing langsung menyambung, "Usia nominal dua puluh empat... Itu pun dengan syarat setelah menjadi langit-langit manusia dan menyentuh ambang menjadi dewa. Penyebab kematian Marquis Juara selalu menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah, hanya segelintir orang yang tahu bahwa dia meninggal karena batas umur Raja Ruins keempat yang mencapai batas maksimal. Menurut prediksi kami, umur mereka seperti versi mini dari orang biasa - satu tahun mereka setara dengan empat tahun manusia biasa. Jika tidak mencapai level langit-langit manusia, pemilik Raja Ruins keempat hanya bisa hidup sampai delapan belas atau dua puluh tahun. Tapi justru karena ini, perkembangan kekuatan pemilik Raja Ruins keempat akan sangat cepat! Konon Marquis Juara dulu hanya butuh tiga tahun dari bangkitnya 【Kaisar Penguasa】 sampai menjadi langit-langit manusia."
Lin Qiye menoleh, memandang Wu Quan yang sedang meninggalkan ruang interogasi, sorot matanya penuh pemahaman.
Pantas saja Wu Quan yang baru empat belas atau lima belas tahun sudah memiliki kekuatan spiritual setara level Klein, bahkan bisa bertarung seimbang dengannya... Tapi ini juga berarti umur anak ini hanya tersisa tiga atau empat tahun?
“【Kaisar Dominasi】Kelemahan kedua adalah, seberapapun kekuatan mental meningkat, kualitas fisik sang pengguna tidak akan meningkat. Bahkan jika sudah mencapai langit-langit manusia, tetaplah orang biasa yang bisa dibunuh dengan satu peluru.” Zuo Qing berkata pelan-pelan, “Mereka bisa menguasai segala sesuatu di dunia, tapi diri mereka sendiri sangat rapuh. Kecuali seperti Marquis Juara dulu yang menempa fisiknya hingga batas manusia melalui latihan dan pertarungan sengit, kelemahan ini akan tetap mematikan selamanya.”
“Kelemahan terakhir adalah radius dominasi.”
“【Kaisar Dominasi】Hanya bisa mengontrol objek dalam radius tiga kilometer. Bahkan di level langit-langit manusia, jangkauannya tidak melebihi lima kilometer. Artinya dalam pertempuran, 【Kaisar Dominasi】yang sudah rapuh harus tetap berada di dekat pusat pertempuran, sangat rentan terhadap serangan penggalian.”
Setelah mendengar tiga kelemahan besar ini, Lin Qiye menghela napas panjang.
Tampaknya meski kemampuan 【Kaisar Dominasi】sangat luar biasa, terlalu banyak kekurangannya. Pantas saja akhirnya hanya menempati posisi keempat Reruntuhan Raja.
Tapi dari sisi ‘dominasi tak terbatas’, ini jelas Reruntuhan Raja terpenting bagi umat manusia.
“Lalu anak ini... harus ditangani bagaimana?” Lin Qiye bertanya.
Telepon di seberang diam sejenak:
“Lakukan sesuai prosedur. Meski dia memiliki kemampuan 【Kaisar Dominasi】, sifatnya terlalu ekstrem dan sudah membantai banyak warga sipil... Kalau masalah karakternya tidak ditangani, dia bukan hanya gagal jadi penolong umat manusia, malah bisa jadi bencana. Bawa dia ke Lembaga Penyekatan, serahkan pada Li Yangguang untuk dididik.”
Li Yangguang?
Mendengar nama itu, Lin Qiye tertegun sejenak sebelum bayangan Dokter Li dari Rumah Sakit Jiwa Sinar Matahari muncul di pikirannya.
Chapter 1174 Dua Orang yang Menghilang
Itu dia...
Dari perkataan Zuo Qing, sepertinya Dokter Li bukan orang sembarangan?
Setelah berpikir sebentar, Lin Qiye yakin: mana mungkin dokter biasa bisa mengelola rumah sakit jiwa di area inti penjara super ganas seperti Lembaga Penyekatan?
"Hanya kamu yang bisa menangani ini." Zuo Qing berpesan, "Kekuatan 【Kaisar Dominasi】 terlalu kuat, ditambah sifat ekstrem anak ini. Kalau terjadi masalah, sangat sedikit Penjaga Malam yang bisa mengendalikannya. Karena kamu yang menangkapnya, pastikan dia sampai ke Lembaga Penyekatan dalam keadaan utuh."
"Aku paham." Lin Qiye mengangguk.
Lin Qiye menutup telepon, pandangannya menyapu ruang interogasi yang sepi sebelum menghela napas panjang.
Wu Quan sudah diantar pergi oleh Bai Li Pangpang dan kawan-kawan. Mereka pasti sudah duduk di kedai teh, sementara Kakek Liu seharusnya sudah sampai di sekitar sini.
Lin Qiye mendorong pintu keluar.
Dia berjalan mendekati kedai teh, melihat Wu Quan dan Liu Lao Tou duduk di sebelah pintu kaca pada posisi paling mencolok. Sementara Bai Li Pangpang dan yang lain duduk di kafe seberang jalan, memantau posisi mereka dari kejauhan.
Lin Qiye tidak mengganggu Wu Quan dan Liu Lao Tou. Dia masuk ke dalam kafe dan duduk, diam-diam mengamati situasi di kedai teh menggunakan kekuatan spiritual.
"Markas sudah ada kabar?" tanya Bai Li Pangpang.
"Ya."
Lin Qiye menjelaskan informasi tentang 【Kaisar Dominasi】. Wajah semua orang menunjukkan ekspresi terkejut mendalam.
"Raja Ruins keempat... Anak ini sehebat itu?" gumam Bai Li Pangpang, "Dia baru 15 tahun, kalau diberi waktu 2-3 tahun lagi, bukankah dia bisa setara dengan kapten tim khusus? Ini keterlaluan!"
"Jika dalam 2-3 tahun dia belum tewas karena cacat umur, kekuatannya pasti jauh melampaui kapten tim khusus... Lagipula di dunia ini hanya ada satu Raja Ruins keempat." Lin Qiye berhenti sejenak, "Tapi anak ini seharusnya tidak bisa menjadi Penjaga Malam."
"Mengapa?" Cao Yuan bingung.
"Sifatnya terlalu ekstrem. Memasukkannya ke Penjaga Malam mungkin lebih berisiko daripada manfaatnya. Siapa yang bisa menjamin dia tidak menghancurkan kota saat kehilangan kendali? Lagi pula, dia masih membawa 30 lebih nyawa manusia."
"Situasinya juga berbeda dengan Lao Cao. Korban Lao Cao karena Raja Gelap lepas kendali... Tapi anak ini benar-benar tega melakukannya."
“Ah... Sayang sekali dengan Raja Ruins keempat yang legendaris, ini kan model sama dengan Raja Ruins milik Marquis Juara!”
“Sebenarnya asalkan ada yang bisa mendidiknya, mungkin di saat genting bisa mengasahkan efek mengejutkan.”
Saat semua orang sedang mengobrol, Lao Liu dan Wu Quan di kedai teh bangkit dari kursi mereka, mendorong pintu keluar.
Lao Liu menahan bahu Wu Quan di jalanan, menggaruk-garuk sakunya, menyodorkan dua lembar uang ratusan yuan terakhir ke tangan Wu Quan, menasihati dengan serius beberapa kalimat, lalu berbalik pergi.
Lin Qiye dan yang lain mendekati Wu Quan, hendak bertanya sesuatu, tiba-tiba berbicara:
“Ayo, bukannya kalian mau membawaku pergi? Sekarang juga berangkat.”
“Sekarang?” Lin Qiye tertegun, “Kenapa mendadak buru-buru? Apa yang kalian bicarakan?”
“Aku membohonginya, bilang mau pergi sebentar dengan teman sekelas.”
Cao Yuan mengangkat alis, “Pergi sebentar? Alasan ini terlalu asal... Bisa kau katakan seperti kakakmu, bilang ikut kami masuk militer.”
Wu Quan menggelengkan kepala, “Jangan lihat Kakek Liu sudah tua, tapi dulu dia mulai dari bisnis, tidak mudah dibohongi. Sekarang tentara mana yang menerima belum dewasa? Lagipula bahkan jika dia percaya, tidak akan melepaskanku... Dulu saat Kakak Qingzhu mau masuk militer, Kakek Liu juga melarangnya. Akhirnya dia panjat tembok kabur duluan. Kalau aku langsung bilang seperti ini, hari ini pasti benar-benar tidak bisa pergi.”
“Kalau begitu setelah kamu pergi, ketika dia menyadari kamu menghilang, bukankah dia akan semakin panik? Bagaimana kalau dia mencari-cari ke seluruh dunia?” Bai Li Pangpang mengerutkan alis dan berbicara.
“Tidak. Aku baru saja menulis surat untuknya. Setelah membacanya, dia tidak akan mencariku lagi.”
“Surat?” Lin Qiye tertegun, “Aku selalu bersamamu, kapan kamu sempat menulis surat?”
Wu Quan tidak menjawab. Dia hanya berbalik dengan tenang, pandangannya tertuju pada dua siluet yang berdiri di seberang jalan...
……
Panti Asuhan Hanshan.
Hujan di langit perlahan menghilang, hanya awan hitam pekat yang masih menyelimuti langit.
Kakek Liu mengemas payungnya, mendorong pintu besi, dan melangkah besar langsung menuju dapur sambil berteriak keras ke dalam ruangan:
“Bocah brengsek! Siap-siap makan!”
Teriakan Kakek Liu bergema di halaman dan dalam ruangan. Seluruh panti asuhan sunyi senyap, hanya tetesan air dari atap yang jatuh ke genangan air, mengeluarkan bunyi tik-tak lembut.
Dengan kebiasaan, Kakek Liu masuk ke dapur, mengikat celemek, menuangkan sisa masakan semalam ke dalam wajan. Sambil menggoreng dengan mahir, dia bergumam ke luar:
“Hari ini Xiao Quan makan di luar dengan teman sekelas, tidak pulang. Kita makan sederhana saja.”
“Setelah makan nanti, siangnya beli sayur. Malam kita masak daging merah semur!”
“Xiao Yan, PR-mu sudah selesai belum? Kalau sudah, ambilkan aku bungkus garam di lemari itu.”
“……Xiao Yan, Xiao Yan?”
“Kakek Liu memanggil beberapa kali berturut-turut, namun tak ada jawaban dari dalam pekarangan. Alisnya berkerut halus, ia mematikan api kompor dan bergegas keluar dari dapur.
Dalam kesunyian yang pekat, Kakek Liu mendorong pintu kamar asrama kecil itu terbuka.
"Xiaoyan?"
Ia masuk ke dalam asrama, namun mendapati ranjang Liu Xiaoyan dan Qian Cheng kosong melompong, hanya tersisa tiga anak termuda yang bingung bangkit dari tempat tidur.
Mereka mengusap mata yang masih mengantuk, berbisik pelan:
"Kakek Liu... Anda sudah kembali?"
"Di mana Xiaoyan dan Qian Cheng?" Kakek Liu mengerutkan alisnya.
"Kakak Xiaoyan dan Kakak Qian Cheng... sepertinya pergi keluar."
"Pergi? Ke mana?"
"Kami tidak tahu, Kakek. Begitu Anda dipanggil telepon tadi, mereka langsung mulai membereskan barang-barang. Kakak Qian Cheng bahkan memberi kami masing-masing segelas jus. Setelah meminumnya, entah kenapa kami langsung tertidur..."
"Oh iya, sebelum tidur aku seperti melihat Kakak Xiaoyan sedang menindih meja menulis sesuatu!"
"Benar, aku juga melihatnya."
Kesadaran ketiga anak itu semakin pulih. Mereka mulai berdiskusi ramai. Kakek Liu bergegas mendekati meja kerja, dan benar saja menemukan sepucuk surat di sana.
Dengan cepat ia membuka surat itu, membaca dengan teliti.
Pupil matanya menyempit halus!
"Merantau bersama Wu Quan... Merantau? Bagaimana mungkin..." Tangan Kakek Liu yang menggenggam surat itu bergetar, gumamnya pelan.
Entah mengapa, dalam pikirannya tiba-tiba muncul siluet Wu Quan dan Lin Qiye serta yang lain.
"Kebakaran misterius, Shen Xiaozi mendaftar militer, kunjungan rekan seperjuangan, Wu Quan Xiao Yan Qian Cheng menghilang tanpa pamit."
Berbagai pikiran melintas di benaknya, alis Liu Laotou semakin berkerut. Ia tertegun memandangi surat di tangannya yang lama, lalu meletakkannya di meja.
"Kalian semua... berniat menyembunyikan sesuatu dariku... pikir aku takkan menyadarinya sama sekali?" Suara serak Liu Laotou menggema sambil menatap langit muram di balik jendela.
Bagai patung, ia membeku di tempat. Setelah lama termangu, dengan gigi terkerekat, ia menerjang keluar pintu!
Menunggang skuter listrik tua di depan rumah, gas diputar habis-habisan hingga tubuhnya lenyap di ujung gang.
Chapter 1175 Kebakaran yang Berulang
Di depan Pos Penjaga Malam Linjiang, sebuah Lincoln versi panjang perlahan mulai bergerak.
Wu Quan menunduk duduk di pinggir kursi, Lin Qiye di sisinya terus memantau situasi dengan kekuatan spiritual.
Lin Qiye menoleh ke dua pemuda yang kaku seperti kayu di kursi seberang, lalu memandang Wu Quan:
"Apa yang kau lakukan pada mereka? Kau paksa kendalikan mereka?"
"Tidak. Aku bisa menguasai tubuh, tapi tak mungkin mengontrol pikiran... Kekuatanku hanya untuk benda nyata."
"Lalu ini..."
"Kau ingin tahu?" Wu Quan menatap mata Lin Qiye. "Tentang aku, Kakak Qingzhu, dan mereka... Kebenaran kebakaran tahun itu, kau mau tahu?"
"Ya."
“Aku bisa memberitahumu, tapi kamu harus menukarnya dengan informasi tentang Kakak Qingzhu.”
Ekspresi Wu Quan sangat serius, sorot matanya berkedip-kedip.
Lin Qiye menyipitkan bola matanya, "Ini...tujuanmu menyerah begitu saja? Hanya untuk mengetahui keberadaannya?"
"Apakah itu penting?" Wu Quan membalas bertanya, "Hasilnya sudah seperti yang kalian inginkan. Aku tak peduli kemana kalian membawaku, asalkan kamu memberitahuku keberadaan Kakak Qingzhu. Aku jamin selama perjalanan akan diam tak membuat masalah."
Lin Qiye menatapnya lama, akhirnya mengangguk:
"Boleh."
Wu Quan sudah termasuk dalam kategori super, bukan orang biasa lagi. Ditambah hubungannya dengan Shen Qingzhu, sekarang tak perlu lagi menyembunyikan informasi darinya.
"Tapi aku tidak percaya kata-kata. Aku hanya percaya apa yang kulihat sendiri." Di belakang Wu Quan, seutas tali hitam sebesar ibu jari meliuk seperti ular kecil keluar dari kursi hitam, ujungnya melilit ujung jari telunjuknya sementara ujung lain bergoyang di udara. "Ini 【Cacing Ingatan】. Dengan menyatukan jari dua orang, kita bisa melihat bagian memori yang ditentukan. Aku akan membuka memoriku tentang kebakaran, kamu buka ingatanmu tentang Kakak Qingzhu."
Lin Qiye mengamati cacing ini beberapa saat, setelah memastikan tak ada masalah, ia mengangguk:
"Boleh."
Ia mengulurkan jari telunjuk yang terhubung dengan 【Cacing Ingatan】. Pada momen berikutnya, pemandangan di sekitarnya tiba-tiba berubah!
……
Dua siluet berlari kencang di gang yang remang-remang!
Sorotan api merah menyala membakar langit malam gelap gulita. Di halaman yang tak jauh, garis profil beberapa bangunan telah benar-benar terbungkus dalam lautan api yang membara.
Sudut pandang Lin Qiye menyatu dengan perspektif Wu Quan kecil. Dengan kaki kurus, dia berlari sekuat tenaga di gang sempit, namun tak sanggup menyusul punggung pemuda yang sedang berpacu di depan.
Dari garis punggung yang menjauh itu, tak diragukan lagi itu adalah Shen Qingzhu empat tahun silam.
Wu Quan mengikuti Shen Qingzhu menerjang panti asuhan. Mereka berhenti di halaman, mengangkat kepala. Sorotan api memantulkan wajah mereka menjadi merah.
Asrama kecil di hadapan telah tenggelam total dalam lautan api. Samar-samar masih terdengar teriakan anak-anak yang semakin lemah, diselingi batuk hebat Kakek Liu.
Di antara kobaran api yang mengamuk ini, di puncak asrama, tampak samar-samar wajah manusia terdistorsi dari nyala api.
"Hantu apa ini..." Shen Qingzhu mengerutkan alis menatap tajam wajah api itu, ekspresinya tegang luar biasa.
Wu Quan yang baru sebelas tahun dilindungi di belakang Shen Qingzhu. Dengan wajah kecil pucat pasi, dia memandang ngeri ke arah wajah berapi itu.
Saat kedua orang itu terkejut oleh pemandangan yang tidak beres, tangisan anak-anak di asrama kecil semakin menghilang, suara batuk juga melemah sampai titik terendah, hanya tersisa suara api menjilati bangunan yang berderak, bergema di halaman kosong.
Wajah Shen Qingzhu semakin berubah muram.
"Kamu tunggu di sini! Aku mau menyelamatkan orang!"
Dengan mengeratkan giginya, dia mengambil batang besi panas secara acak dari sampingnya, mengabaikan wajah api di atas kepala, tanpa ragu menerjang masuk ke lautan api!
Namun, tubuhnya baru saja menerobos ke pintu asrama kecil, tentakel-tentakel seperti ular api mulai menyusur dari lautan api, cepat-cepat mencengkeram keempat kaki Shen Qingzhu.
Sorot mata Shen Qingzhu menyempit, menggenggam batang besi, dengan pengalaman berkelahi selama bertahun-tahun dan naluri bertarung, dengan lincah menghindari beberapa tentakel. Tiba-tiba, tiang penyangga terbungkus api melesat dari gedung, menghantam dadanya!
Duum——!
Hanya terdengar suara meredam, tubuh Shen Qingzhu terlempar seperti layangan yang putus talinya, menghantam lantai keras.
"Kak Qingzhu!!" Wu Quan berteriak, berlari cepat ke sisinya.
Sudut mulut Shen Qingzhu mengalirkan darah, kedua tangan menopang tubuhnya di lantai, terhuyung-huyung ingin berdiri, tapi beberapa ular api sudah mengelus-elus sampai di hadapannya.
Di mata Wu Quan berkilat tekad bulat, dengan gesit ia mengambil batang besi yang terjatuh, berdiri di hadapan Shen Qingzhu. Entah dari mana kekuatannya muncul, ia menghantam balik dua ular api dengan sekuat tenaga.
“Hati-hati!” Shen Qingzhu menerjang Wu Quan hingga terjatuh, menghindari serangan ular-ular api berikutnya. Andai terlambat sedetik, pasti tubuh Wu Quan akan penuh lubang peluru. Matanya membelalak saat berteriak pada Wu Quan yang tertindihnya:
“Kau mati-matian?!”
Wu Quan terbaring di tanah, bibirnya tergigit erat. Sorot api berkedip dalam pantulan matanya, wajah kekanak-kanakannya dipenuhi sikap keras kepala.
Shen Qingzhu melotot marah ke wajah tak beres di lautan api, menyambar batang besi melengkung dari tanah, lalu seperti orang gila menerjang ke atap lantai tiga.
Kaki menjejak ambang atap, tubuhnya melayang sesaat di udara. Sorot mata penuh tekanan itu memancarkan kekejaman, batang besi di tangannya diayunkan keras ke wajah berapi di hadapannya!
Swoosh——!
Batang besi itu menembus wajah api bagaimana hantu, serangan fisik sama sekali tak berpengaruh.
Pupil Shen Qingzhu menyempit tajam. Tanpa tumpuan di udara, tubuhnya terjungkal jatuh ke lautan api di bawah.
“Kakak Qingzhu!!”
Air mata Wu Quan mengalir deras, jeritan tangis merobek jiwa menggema di langit.
“Bersamaan dengan itu, secercah-cercah cahaya hitam kelam bergelombang di sekujur tubuhnya, bola matanya yang gelisah dipenuhi kegelapan, memancarkan kedalaman dan misteri！”
“Tepat saat dia berusaha mati-matian menerobos masuk ke lautan api, sebuah teriakan terdengar dari dalam kobaran api！”
“Sebuah wilayah vakum menerobos sekeliling, menyedot seluruh udara di halaman, nyala api yang menyelimuti gedung serta wajah api aneh di langit pun lenyap seketika.”
“Perasaan mati lemas yang belum pernah terlihat sebelumnya menyelimuti hati Wu Quan, membuatnya pusing dan hampir terjatuh, untungnya perasaan itu hanya bertahan kurang dari dua detik sebelum udara kembali normal.”
“Bara hitam berputar-putar di udara panas, di antara puing-puing reruntuhan, sebuah siluet perlahan bangkit berdiri.”
“Dia mengangkat seorang anak dari reruntuhan, berjalan goyah ke depan, tapi baru dua langkah kakinya tersandung dan terjatuh.”
“Wu Quan menerobos pecahan kaca dengan cepat, berlari menghampiri Shen Qingzhu yang wajahnya penuh debu dan bajunya compang-camping. Meski terjatuh, tangannya masih erat melindungi anak yang digendongnya.”
“Wu Quan...” suara serak Shen Qingzhu terdengar, tangannya yang gemetar menggenggam ujung baju Wu Quan, “Cepat... selamatkan mereka... ambulans sudah di jalan... adik-adikku... jangan sampai ada yang celaka...”
“Begitu ucapannya terhenti, Shen Qingzhu yang kelelahan mental langsung pingsan di tempat.”
“Kak Qingzhu！”
Wu Quan berteriak kencang, segera memeriksa nafasnya. Setelah mengonfirmasi masih ada tanda kehidupan, barulah dia menghela napas lega.
Tapi saat telapak tangannya menyentuh hidung anak dalam pelukan Shen Qingzhu, seluruh tubuhnya bergetar nyaris tak terlihat!
Tak ada nafas, tak ada detak jantung...
Dia membuka mulut anak itu dengan paksa - rongga mulut penuh debu asap rokok.
Anak ini telah meninggal.
Sudah mati sebelum Shen Qingzhu menyelamatkannya.
Wu Quan terjatuh berlutut di tengah puing sunyi, memandang Shen Qingzhu yang pingsan dan mayat anak yang masih erat dipeluknya, membeku bagai patung.
Chapter 1176 Dominasi
Wu Quan kembali sadar, seperti orang gila merangkak keluar dari reruntuhan untuk menyelamatkan penghuni asrama lainnya.
Saat Wu Quan yang kurus akhirnya mengangkat tubuh tua Liu yang berat ke tanah lapang, keringat sudah mengucur deras. Tak sempat istirahat, dia segera memeriksa tanda kehidupan anak-anak lain.
Di kobaran api terdapat empat anak: dua berusia sepuluh tahun, satu tiga tahun, dan satu empat tahun.
Dari empat ini, dua selamat, dua meninggal.
Anehnya, Li Xiaoyan dan Qian Cheng yang lebih dewasa justru tak bertahan. Yang hidup adalah anak tiga dan empat tahun.
Wu Quan membuka mulut Li Xiaoyan dan Qian Cheng - lubang hidung dan mulut mereka tersumbat debu asap. Dia pernah melihat kematian seperti ini selama jadi pengemis, mati tersedak asap tebal dalam kebakaran.
Pandangan Wu Quan langsung menyapu wajah kedua anak yang selamat, di wajah mereka masing-masing tertutup handuk lembap.
Anak seusia ini takkan paham pengetahuan semacam ini. Jika tebakan Wu Quan benar, ini mungkin dibuat terburu-buru oleh Li Xiaoyan dan Qian Cheng setelah kebakaran terjadi. Di ambang nyawa, mereka tetap memilih memprioritaskan keamanan adik-adik mereka.
Kakek Liu mungkin baru menerobos masuk ke asrama kecil setelah kebakaran, menghirup asap paling sedikit sehingga selamat, hanya sementara dalam keadaan koma.
Abu beterbangan di atas halaman yang remang-remang. Wu Quan diam-diam memandangi mayat Li Xiaoyan dan Qian Cheng, serta Shen Qingzhu dan Kakek Liu yang tak sadar di sampingnya, kedua kepalannya terkepal erat.
Dalam pikirannya muncul bayangan Shen Qingzhu yang berjuang melawan wajah api tadi, dan kalimat terakhir yang serak namun penuh harapan.
Tapi pada akhirnya, Li Xiaoyan dan Qian Cheng tetap meninggal...
Ia sudah bisa membayangkan ekspresi Shen Qingzhu saat siuman nanti melihat mayat mereka berdua.
Wu Quan terlalu mengenal Kakak Qingzhu-nya. Pasti dia akan membenci diri sendiri mengapa tak bisa memadamkan api lebih awal, mengapa tak pulang ke rumah lebih cepat. Dengan sikap keras kepala, dia akan memikul semua kesalahan ini sendiri, hidup dalam penyesalan dan penyesalan tak berujung.
“Memikirkan ini, janin berusia sebelas tahun ini, sorot matanya dipenuhi kesedihan dan penyesalan yang pekat.”
Dia akan mengecewakan Shen Qingzhu.
“Andai saja…… Kalian bisa selamat.”
Wu Quan memeluk lututnya sendiri, berjongkok tak berdaya di tanah, memandangi dua mayat sambil bergumam.
Braak——！
Suara lembut terdengar dari dada Li Xiaoyan dan Qian Cheng.
Wu Quan tertegun.
Seolah menyadari sesuatu, ia menunduk melihat kedua tangannya sendiri, lingkaran cahaya samar muncul di sorot matanya.
Aku…… bisa mengontrol mereka?
Pikiran ini tiba-tiba muncul di benaknya.
Wu Quan mengulurkan tangan dengan hati-hati, mengayunkan tangan ke arah dua mayat, dua jantung yang telah berhenti ini, di bawah kekuatan 【Dominasi Kaisar】, ternyata kembali berdetak!
Jantung mulai berdenyut, darah mengalir cepat di dalam mayat, sorot mata Wu Quan semakin menghitam, kontrol terhadap dua mayat ini semakin presisi.
Kontrol jantung, fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi limpa, fungsi lambung……
Tubuh Wu Quan perlahan bangkit, kedua tangannya mengayun di udara seperti konduktor yang memimpin orkestra mayat, dua jasad dingin itu mulai memancarkan kehidupan.
“Ini bukanlah mengendalikan mayat, melainkan menghidupkan kembali tubuh yang 'mati' dengan menguasai semua organ kedua orang ini. Detak jantung, denyut nadi, tekanan darah mereka secara bertahap mendekati level normal di bawah kendalinya.”
“Satu-satunya kekurangan adalah, seberapa pun tubuh ini menyerupai manusia normal, kondisi mental dan kesadaran mereka sudah mati. Ini hanyalah dua 'mayat yang segar'.”
“Sorot mata mereka tetap kosong dan penuh kesunyian maut.”
“Tapi semua ini bisa diubah melalui modifikasi kecil pada organ-organ tertentu.”
“Di bawah kendali Wu Quan, bola mata kosong mereka mulai memancarkan cahaya, otot wajah terus-menerus kejang-kejang, seolah sedang berusaha menampilkan ekspresi berbeda.”
“Beberapa menit kemudian, Li Xiaoyan dan Qian Cheng benar-benar 'hidup' kembali, berdiri tenang di hadapannya.”
“Cahaya kejutan bersinar di mata Wu Quan.”
“Ah... Oh... Kamu... Wu, Wu Quan... Aku Li Xiao... Yan...”
“Aku tidak... terluka... Aku baik-baik saja.”
“Kak Qingzhu... jangan khawatir.”
“Wu Quan, waktunya makan!”
“Ngapain kamu panggil dia? Dia kayak kayu mati. Kalau mau menyendiri, biarkan saja!”
“Wu Quan menggerakkan rahang dan pita suara keduanya. Setiap percobaan, ucapan dan gerakan mereka semakin mirip kehidupan sehari-hari, sampai akhirnya tak terlihat secercah keanehan.”
Wu Quan menghela napas lega, pandangannya jatuh pada Shen Qingzhu yang tak sadarkan diri. Beberapa saat kemudian, senyuman polos mengembang di sudut mulutnya.
"Kakak Qingzhu." Ia bergumam, "Kamu menyelamatkan semua orang..."
……
Lin Qiye tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar!
Bersamaan dengan itu, Wu Quan yang duduk di sebelahnya juga membuka mata.
【Ingatan Cacing】 menyusut cepat ke dalam kegelapan di belakang Wu Quan. Keduanya saling menatap dalam keheningan.
"Ternyata begitu..." Lin Qiye menyusun semua petunjuk dalam pikirannya, "Sejak awal, Li Xiaoyan dan Qian Cheng sudah dikendalikan olehmu? 【Kaisar Dominasi】mu hanya efektif dalam radius tiga kilometer. Makanya meski sekolah, kamu harus memilih SMP terdekat dari panti asuhan. Begitu keluar dari jangkauan itu, Li Xiaoyan dan Qian Cheng di panti akan langsung berubah jadi mayat dan menakuti Direktur Liu serta anak-anak lain... Pantas saja kamu lebih memilih membantai seluruh keluarga Li daripada pindah rumah. Pantas saja setelah kutangkap, permintaan pertamamu adalah bertemu Direktur Liu. Hanya dengan mengalihkan Direktur Liu dari panti, Li Xiaoyan dan Qian Cheng bisa keluar dan terus menjaga jarak aman darimu secara diam-diam, mencegah mereka berubah jadi mayat..."
Sorot mata Lin Qiye penuh kerumitan menatap Wu Quan, "Jadi... Empat tahun ini, kamu terus memainkan tiga identitas sekaligus?"
“Ini bukan urusan sulit.” Wu Quan berbicara pelan, “Meski awalnya agak susah, sering terputus koneksi dengan mereka, tapi semakin ke belakang, semakin ringan.”
Wu Quan menunduk melihat kedua tangannya, seolah masih mencerna ingatan yang dilihatnya di pikiran Lin Qiye, ekspresinya tampak bingung.
Memori yang dipotong Lin Qiye untuknya adalah fragmen dari menemukan Shen Qingzhu di neraka sampai semua orang pergi, tapi sekalipun segini pendek, dampaknya bagi Wu Quan sangat besar.
Wu Quan menutup kelopak mata, terlentang di sofa kulit asli, menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan...
Tubuhnya yang tegang sejak tadi akhirnya benar-benar rileks, batu besar di hatinya pun ikut jatuh.
Di sudut mulutnya, terpancar senyuman datar.
Kakak Qingzhu tidak mati, pasti akan kembali... Mereka, cepat atau lambat akan bertemu lagi.
Mengetahui hal ini, bahkan terkurung di penjara gelap tanpa cahaya pun sepadan.
Chapter 1177: Kalian Sebenarnya Siapa?
Mobil melaju di jalan keluar kota, dengan mulus mendekati pinggiran.
Tiba-tiba, bayangan orang menerjang dari pinggir jalan, menghadang di depan lintasan kendaraan!
Criiiit——!
Lincoln versi panjang menginjak rem mendadak, gaya gerak membuat tubuh penumpang bergoyang, serentak menatap ke luar jendela. Saat melihat jelas bayangan itu, semua tertegun.
"Itu seorang orang tua yang keringat bercucuran, punggungnya agak bungkuk, wajah berkerut memandangi mobil-mobil di hadapannya, sorot matanya penuh tekad kokoh."
"Direktur Liu?" Bai Li Pangpang berteriak heran, "Kenapa dia ada di sini?"
"Sepertinya, dia datang untuk mengejar Wu Quan."
An Qingyu menoleh ke belakang, melihat Wu Quan juga tertegun di dalam mobil, terpaku memandangi siluet di depan mobil.
"Tapi bagaimana dia tahu kemana kita akan pergi?"
"Jalan keluar kota Linjiang cuma satu ini. Dia pasti sudah datang lebih dulu dan menunggu di sini." Sekretaris Jin memberikan penjelasan tepat waktu.
Di depan mobil, Liu Laotou melangkah mendekat, pandangannya menembus kaca depan mobil dan melihat Wu Quan, Li Xiaoyan serta Qian Cheng yang duduk di barisan belakang. Wajah berkerutnya menunjukkan ekspresi "sudah diduga".
"Kalian... menyembunyikan ini dariku dengan sangat rapat." Liu Laotou tersenyum getir.
Di langit, awan hitam yang hampir menghilang tadi mulai menumpuk kembali.
Lin Qiye memandangi siluet di depan mobil itu, diam sejenak sebelum menoleh ke Wu Quan yang bibirnya terkunci rapat:
"Sepertinya... kali ini kita tidak bisa menghindar..."
Wu Quan menarik napas dalam-dalam, "Aku akan turun."
Ia mendorong pintu mobil, menginjakkan kaki di aspal jalan. Li Xiaoyan dan Qian Cheng menyusul di belakang. Ekspresi kaku mereka tiba-tiba berubah lincah, tatapan mata berkilauan penuh vitalitas.
"Kakek Liu!" teriak Li Xiaoyan sambil berlari kecil dan menceburkan diri ke dekapan Liu Laotou.
Dia mengangkat kepala memandang Kakek Liu, wajahnya yang memerah menampakkan sorot mata yang menghindar, "Kakek Liu……kenapa kamu datang?"
Kakek Liu menyeringai kaku, "Hmph, kalau aku tidak datang, siapa yang tahu kalian mau melakukan apa?"
Ekspresi Kakek Liu muram, namun amarah dan kegeraman yang terpendam di hatinya langsung menghilang sekitar setengah saat Li Xiaoyan menerkam masuk ke pelukannya. Pertama karena kelunakan hatinya pada anak-anak, kedua karena tindakan Li Xiaoyan ini memancarkan sinyal tertentu padanya.
Lihatlah, anak-anak masih peduli padaku!
Sambil menggendong Li Xiaoyan, Kakek Liu memandang Wu Quan dan Qian Cheng, "Kalian berdua, tidak ada yang mau dikatakan?"
Wu Quan diam sejenak, "Maafkan aku, Kakek Liu……Kita harus pergi."
"Pergi? Ke mana? Jangan bilang kalian bertiga anak bawang yang bulu belum tumbuh ini juga mau menyusul Shen Xiaozhi masuk militer?"
Wu Quan terdiam seribu bahasa.
Alasan masuk militer sepertinya tidak bisa dipakai lagi. Tapi dia tidak mungkin memberi tahu pihak lawan bahwa dirinya akan dipenjara karena eksekusi?
Saat Wu Quan masih memikirkan masalah ini, pintu mobil terbuka lagi. Lin Qiye turun dari mobil dan berkata dengan lembut:
"Direktur Liu, ketiga anak ini memang ada urusan penting. Tapi detailnya menyangkut rahasia negara, sementara belum bisa diungkap."
"Rahasia negara……Hmph."
Kakek Liu menatap Lin Qiye, pandangannya semakin rumit, "Setelah kebakaran tak masuk akal tahun itu, Shen Qingzhu selalu berperilaku penuh misteri. Belakangan dia bilang mau masuk militer, tapi banyak kejanggalan. Begitu pula saat kalian berkunjung - setelah aku dikepung preman, keesokan harinya mereka datang meminta maaf sambil babak belur. Grup Li mau menggusur kami, tapi malah dibabat habis sebelum fajar. Sudah empat tahun Shen Qingzhu ikut kalian, sekarang kalian mau membawa pergi anak-anak ini... Kalian mau mencabut nyawa tua ini?!"
Semakin lama Kakek Liu bicara, semakin emosional. Dengan kedua tangan gemetar, ia menampar keras-keras kap mobil Lincoln.
Braak——Braak——!
Wajahnya dipenuhi kebingungan dan penderitaan!
Menatap tajam Lin Qiye, ia membuka bibir pecah-pecahnya, berkata serak:
"Kalian beri tahu aku... Kalian sebenarnya siapa?!"
Teriakan Kakek Liu bergema di udara. Baik orang-orang di dalam mobil maupun Lin Qiye dan kawanannya di luar, sama-sama tercekat.
Setelah lama terdiam, Lin Qiye akhirnya berbicara pelan, "Direktur Liu, identitas kami adalah rahasia negara. Tapi percayalah, kami bukan penjahat. Kami prajurit yang melindungi negara dengan cara tak biasa. Shen Qingzhu adalah bagian dari kami. Semua jasanya nyata, bahkan lebih hebat dari yang kuceritakan. Mungkin saat perang usai dan kami boleh terbuka, Anda akan mengerti."
“Alis Lao Liu mengerutkan alisnya, dia mengulurkan tangan, menunjuk Li Xiaoyan yang dipeluknya, serta Wu Quan dan Qian Cheng di kejauhan sambil berkata:
“Kalau begitu mereka? Mereka hanya sekelompok janin berusia 14-15 tahun, mereka juga mau mengerjakan urusan-urusan itu? Ini terlalu berbahaya! Aku tidak setuju!”
“Kondisi mereka cukup khusus, tidak perlu melakukan hal yang sama dengan kita, juga tidak perlu bertaruh nyawa, dan tempat yang akan mereka tuju, sangat aman.” Lin Qiye berkata dengan serius.
Mendengar kalimat ini, ekspresi Lao Liu baru mulai relaks.
Pandangannya menyapu tubuh ketiga orang Wu Quan secara berurutan, lalu berbicara dengan rumit:
“Bolehkah kita ngobrol berdua saja dengan mereka?”
Lin Qiye melirik Wu Quan, “Tentu saja bisa.”
Lao Liu membawa Wu Quan bertiga mendekati pinggir jalan, berbicara dengan ekspresi serius tentang sesuatu, sesekali Wu Quan menoleh melihat Lin Qiye dan yang lain.
Cao Yuan menggulung jendela mobil, bertanya dengan suara tertahan:
“Qiye, jangan-jangan si anak bawang itu memanfaatkan kesempatan Direktur Liu untuk menolak ikut ke Lembaga Penyekatan?”
Seandainya sebelum melihat kenangan kebakaran empat tahun lalu, Lin Qiye memang tidak bisa memastikan jawabannya, tapi setelah menyaksikan kenangan itu, pemahamannya terhadap sifat Wu Quan bisa dibilang ada perkembangan baru.
Janin ini tumbuh besar di bawah asuhan Shen Qingzhu, urusan khianat seperti ingkar janji sama sekali tidak mungkin dia lakukan. Dia sudah berjanji tidak akan membuat masalah di perjalanan ini, pasti tidak akan kabur dengan cara licik.
“Tidak akan.” Dia menggelengkan kepala sambil berkata.
“Ternyata seperti yang diduga Lin Qiye, tak lama kemudian ketiga orang Wu Quan kembali ke samping mobil. Kakek Liu perlahan mendekat, seluruh tubuhnya terlihat seperti menua beberapa tahun, dengan pasrah dia berkata:
“Kalau mereka benar-benar ingin ikut kalian, biarkan saja… Tolong rawat mereka baik-baik, kumohon.”
Kakek Liu membungkukkan tubuhnya, memberi hormat dalam-dalam kepada Lin Qiye.
Lin Qiye menopangnya, membujuk cukup lama sebelum akhirnya berhasil memisahkan diri.
Lin Qiye memandangi punggung Kakek Liu yang kesepian menjauh, perasaannya campur aduk.
Meski bukan anak kandungnya, dalam hati Kakek Liu, mereka lebih berharga dari darah dagingnya sendiri. Melihat satu per satu anak asuhnya pergi, mustahil rasanya tak tersiksa.
Tapi yang lebih langka, dia bisa menghormati pilihan setiap anak.
Wu Quan menyaksikan kepergian Kakek Liu, lalu berbalik tenang dan mengambil inisiatif membuka pintu mobil masuk.
“Ayo pergi.”
Lin Qiye mengangguk. Mobil kembali melesat menuju bandara militer di pinggiran kota.
Chapter 1178 Sampai Jumpa Dokter Li
Da Xia.
Lembaga Penyekatan.
Sebuah pesawat berputar-putar di atas perairan, lalu mendarat perlahan di landasan khusus lembaga.
Lin Qiye membawa Wu Quan melompat dari pesawat militer, disusul Bai Li Pangpang dan lainnya.
“Kembali lagi…” An Qingyu memandang sekitar yang familiar, seolah teringat sesuatu, senyum tipis mengembang di sudut mulutnya.
“Iya.” Lin Qiye mengangguk, “Terakhir kali di sini, status kami masih pasien dan tahanan yang dipenjara. Setelah sekian lama, tempat ini sama sekali tidak berubah.”
“Kalian pernah jadi tahanan di sini?” Jiang Er bertanya penasaran.
“Tidak menyangka, kan?” An Qingyu tertawa, “Aku, Qiye, Cao Yuan, secara bergiliran pernah ditahan di Lembaga Penyekatan. Akhirnya kami kabur bersama dan membentuk pola awal tim 【Malam】.”
“Ternyata begitu.” Jiang Er mengangguk, setengah bergurau, “Kalau begitu feng shui di sini pasti bagus, kalau tidak mana mungkin bisa melahirkan begitu banyak makhluk luar biasa.”
Saat semua orang asyik mengobrol, siluet berjubah lab putih muncul dari kejauhan ditemani beberapa penjaga.
“Dokter Li?”
Melihat sosok familiar itu, Lin Qiye berseru gembira, “Kenapa kamu di sini?”
Sebagai dokter pribadi Lin Qiye dulu sekaligus direktur Rumah Sakit Jiwa Sinar Matahari, sosok ini sangat dikenalnya. Buku catatan tulisan tangan di rumah sakit jiwa dalam pikirannya adalah karya pria ini.
Dokter Li tersenyum getir:
“Di garis depan pertempuran semakin sengit, setelah Guru pergi mengendalikan benteng perang, area penjara di Lembaga Penyekatan ini kehilangan pemimpin. Kemudian, Sang Panglima Zuo dan yang lain memutuskan, aku selaku penanggung jawab rumah sakit jiwa merangkap dua jabatan, mengambil alih pekerjaan Guru Chen yang sebelumnya. Sekarang, baik penjara bagian luar maupun rumah sakit bagian dalam, semuanya kukelola. Baru saja Sang Panglima Zuo memberi tahu, katanya kamu akan membawa tahanan penting ke sini, aku langsung buru-buru datang dari bagian rumah sakit.”
Pandangan Dokter Li jatuh pada Wu Quan, mendorong kacamata hitam besar di batang hidungnya, penasaran bertanya:
“Inikah 【Kaisar Pengendali】?”
“Ya.”
“Raja Ruins keempat ya... sungguh langka.” Dokter Li menyapu pandangannya ke Li Xiaoyan dan Qian Cheng, “Lalu bagaimana dengan kedua ini? Apakah mereka Jenderal dan Perdana Menterinya?”
“Jenderal dan Perdana Menteri? Tidak, mereka hanya mayat yang dikendalikannya.”
Dokter Li mengangkat alis, “Oh...”
Saat Dokter Li mengamati Wu Quan, Wu Quan juga sedang mengamatinya.
Dokter sopan berkacamata hitam besar ini tampak lemah, tak berbeda dengan orang biasa. Tapi saat ditatap oleh sepasang mata itu, Wu Quan selalu merasa agak tidak nyaman.
Lin Qiye menoleh memandang Wu Quan, menasihati:
“Ke depannya, inilah tempat tinggal barumu. Dokter Li ini penjagamu. Segala sesuatu ikuti arahan dia, paham?”
“Wu Quan diam sejenak, lalu bertanya dengan tenang, \"Kalau begitu kapan aku bisa pergi? Atau apakah aku hanya bisa selamanya dikurung di sini?\"”
Lin Qiye tertegun.
\"Tidak pasti, ini tergantung performamu.\" Dokter Li menjawab mewakili Lin Qiye.
Wu Quan menunduk, tidak berbicara.
\"Orangnya sudah diantarkan, kita duluan pergi.\" Lin Qiye melirik beberapa pengawal di belakang Dokter Li, ragu sejenak, \"Atau... kita bantu mengantarkannya kembali ke penjara dulu?\"”
\"Tidak perlu, kalian sibuk saja. Di sini, dia tidak bisa berbuat macam-macam.\" Dokter Li tersenyum sambil melambai, \"Sampai jumpa.\"”
Setelah berpamitan, Lin Qiye dan yang lain kembali naik pesawat, langsung terbang menuju Shangjing.
Memandangi kepergian Lin Qiye dkk, Dokter Li menepuk bahu Wu Quan, berkata lembut:
\"Ikut aku, akan kuperkenalkan tempat ini padamu.\"
Wu Quan mengangguk diam-diam, menyusul di belakang Dokter Li.
\"Ini area penjara, tempatmu biasa tinggal. Meski sederhana, fasilitas dasarnya lengkap. Bagi tahanan lain mungkin membosankan, tapi tidak bagimu... Kamu masih di bawah umur dan bersekolah, akan kukirim guru khusus untuk memberimu pelajaran privat. Jadi, tempat ini juga akan jadi ruang kelas one-on-one-mu.\"”
\"Ini kantin. Setiap hari kalian diizinkan keluar untuk makan dan kegiatan. Lebih baik bergerak cepat, nanti masakannya dingin...\"”
\"Ini area aktivitas, digunakan bersama dengan Rumah Sakit Jiwa Sinar Matahari...\"”
Dokter Li membawa Wu Quan berkeliling di Lembaga Penyekatan, akhirnya tiba di sudut area aktivitas.
Di sana, seorang pria berambut kusut mengenakan baju bergaris biru-putih sedang berjongok sambil bergumam sendiri.
Melihat Dokter Li mendekat, ia menengadah dan memandang Wu Quan di sampingnya dengan ekspresi bingung.
"Ini Lao Gou Wu, pasienku." Dokter Li mendorong kacamatanya, "Ini Wu Quan, tahanan baru."
Lao Gou Wu menatap tajam bola mata hitam pekat Wu Quan, alisnya berkerut. Perlahan ia berdiri, sorot matanya yang keruh tiba-tiba tampak waspada.
Ia membuka mulut, berbicara dengan tegas:
"【Kaisar Dominasi】?"
"Benar." Dokter Li mengangguk.
Wu Quan mengerutkan alis menatap Lao Gou Wu, tampak kebingungan.
Lao Gou Wu diam sejenak, lalu mengulurkan tangan dengan tenang:
"Halo, panggil saja Lao Gou."
Wu Quan memandang tangan kotor itu, kerutan alisnya semakin dalam. Tapi akhirnya, ia menjabat tangan itu:
"...Halo."
……
Shangjing.
Perbatasan utara.
Sebuah McLaren bergaya pixel berhenti perlahan di ambang dinding kabut.
"Kau yakin mau pergi sekarang?" Ji Nian duduk di kursi pengemudi menoleh ke samping, "Lukamu belum sembuh total."
Leng Xuan berkata tenang, "Tak ada waktu untuk menunggu. Sudah terlalu lama aku menunda di Da Xia. Jika terus begini, rencana akan gagal."
“Ji Nian melihat ini, tidak lagi membujuk, melainkan mengeluarkan sebuah kendi alkimia dari pelukannya dan menyodorkannya ke hadapan Leng Xuan:”
“Kalau kamu mau pergi, kebetulan lewat, bawa ini untuk Xiao Nan.”
“Ini apa?”
“Oh iya, kamu baru keluar dari Lembaga Penyekatan, perubahan rencana Xiao Nan masih belum kamu ketahui...” Ji Nian mengulangi urusan yang diceritakan Si Xiaonan padanya.
Setelah ragu sejenak, Leng Xuan menggelengkan kepala:
“Mengantarkannya kebetulan lewat, mungkin tidak bisa. Kali ini aku masuk ke kabut, tidak akan bergabung lagi dengannya.”
“Mengapa?”
“Operasi di Dataran Tinggi Pamir kali ini memaksa siasat cadangan Loki yang disembunyikan dalam tubuhku keluar. Sekarang aku sudah benar-benar kabur dari pantauannya, dari terang beralih ke gelap. Ini sangat menguntungkan rencana kita. Kalau aku langsung kembali ke Asgard dan ke sisi Xiao Nan, bukan hanya membuat Loki curiga, tapi juga akan ditanami lagi cara pemantauan. Aku harus memanfaatkan kebebasan ini untuk melakukan lebih banyak persiapan.”
Ji Nian mengangguk termenung, “Paham. Aku akan mengirim orang lain untuk mengantarkan. Kamu sendiri hati-hati.”
Leng Xuan membuka pintu dan turun dari mobil, langsung menuju kabut bergulung. Cincin perak di tangan kanannya memancarkan kilatan cahaya redup, melindungi kesehatannya yang menghilang dalam kabut.
Ji Nian duduk di dalam mobil, menghela napas panjang.
Dring-dring——!
Dering telepon yang jernih menggema.
“Halo?”
“……”
“Lin Qiye dan yang lain akan kembali ke Shangjing? Aku tahu. Di sini juga sudah selesai, segera datang.”
Chapter 1179 「Pixel」
Kota Shangjing.
Lin Qiye berdiri di pintu Bandara Militer menunggu tak lama, lalu melihat iring-iringan mobil yang megah datang dari kejauhan.
Ji Nian membuka pintu mobil, melihat Lin Qiye dan yang lain sudah menunggu di situ, mengangkat alisnya, "Urusan sudah selesai?"
"Ya." Lin Qiye mengangguk.
"Di sini juga sudah beres, ayo pergi."
Semua orang naik ke pesawat militer yang terbang ke Pintu Naga Terbenam. Setelah lebih dari satu jam, mereka mendarat perlahan di landasan.
Melewati dinding dalam Pintu Naga Terbenam, terlihat di area labuh sebuah kapal pesiar pixel yang sangat mencolok di kejauhan. Ketika Lin Qiye dan rombongan mendekat, melihat jelas strukturnya, Bai Li Pangpang dan Cao Yuan sama-sama menganga lebar.
"Kapal sebesar ini, bisa dipakai di kabut?"
"Bahan apa ini? Kok berbentuk butiran-butiran?" Bai Li Pangpang mengelus permukaan kapal, "Ah, ini dijual di mana? Aku juga mau beli satu..."
"Makhluk ini tidak bisa dijual, ini buatan Ketua Shangxie sendiri," An Qingyu mengingatkan dengan ramah.
Naik kapal, buka pintu, kapal pesiar pixel perlahan meninggalkan Pintu Naga Terbenam, langsung menuju perbatasan kabut di dekatnya.
Di atas kapal, teriakan kagum Bai Li Pangpang dan Cao Yuan yang sedang berkeliling terus bergema:
"Gudang anggur, gym, kolam renang... Waduh! Ada klub malam dj juga?"
"Dalamnya lebih besar dari yang kubayangkan."
"Ini ruang VIP pasangan Pramuria apa? Boleh kulihat?"
“Tunggu, merek apa motor ini? Kok aku belum pernah lihat?”
“……”
Ji Nian menyimpan kedua tangan di saku, santai menyusul di belakang Bai Li Pangpang dkk. Mendengar seruan kagum mereka, sudut mulutnya hampir tak bisa menahan senyum.
“Ini ‘Dodge Tomahawk’, replika 1:1 dari prototipe tahun 03 perusahaan Amerika. Punya sepuluh silinder, kecepatan maksimal bisa nyaris 700 km/jam... Gimana, tampan enggak?”
“Amerika, tahun 03?” Bai Li Pangpang bingung menatapnya, “Apa maksudmu?”
“Ah, hampir lupa. Di dunia kalian tahun 03, negara-negara lain sudah ditelan kabut... Lupakan saja.” Ji Nian mengangkat bahu berkata.
Bai Li Pangpang menatapnya penuh tanda tanya lama sekali, baru menarik kembali pandangannya.
“Omong-omong, apa kemampuanmu bisa membuat apapun?”
“Pada dasarnya iya.” Ji Nian mengangguk, “Semua materi di dunia ini esensinya terdiri dari partikel. 【Pixel】 juga sejenis partikel, bahkan bisa dikontrol ukuran dan hukum fisika mikroskopisnya secara bebas. Asalkan bisa kulihat dengan mata telanjang, aku bisa mereplikasinya 1:1. Tapi hanya jika aku paham struktur dan prinsip kerjanya, baru bisa membuatnya berfungsi sebagaimana mestinya. Contohnya ‘Dodge Tomahawk’ ini, hanya karena aku menguasai prinsip kerja tiap komponennya, baru bisa membuatnya. Kalau tidak, cuma jadi model motor berpenampilan ‘Dodge Tomahawk’ yang sama sekali tak bisa dipakai di jalan.”
Cao Yuan memandang Ji Nian dengan heran: “Maksudmu, kamu sepenuhnya menguasai prinsip konstruksi setiap komponen motor ini? Lalu bagaimana dengan kapal pesiar ini? Kendaraan besar serumit ini, apakah kamu juga menguasai semuanya?”
“Untuk kapal ini, mungkin sekitar 70% yang kupahami.” Ji Nian merenung sejenak, “Pengetahuan yang dibutuhkan untuk membangun kapal ini terlalu banyak, mencakup hampir seratus disiplin ilmu termasuk mekanika fluida, aerodinamika, termodinamika teknik, dan sebagainya. Beberapa pengetahuan yang lebih spesifik belum kupelajari. Untungnya aku punya tim insinyur terbaik di dunia sebagai pendukung, jadi relatif lebih mudah.”
Lin Qiye dan yang lain saling bertatapan, memandangi Ji Nian seolah sedang melihat monster.
Di usia yang sama saat orang biasa saja bisa tidak lulus kuliah, wanita ini sudah mampu menciptakan kapal pesiar trans-samudra sendirian dengan pengetahuan.
“Kalau kamu bisa mengontrol partikel piksel dan atribut fisiknya secara bebas, bisakah kamu mengubah batu menjadi emas?” An Qingyu bertanya penasaran.
“Saat ini belum. Aku tidak bisa mengecilkan partikel piksel sampai ke tingkat fusi elemen terkontrol. Sekarang maksimal hanya bisa menyusutkan hingga ukuran molekul. Meski replikasi objek dengan partikel piksel berukuran molekul bisa sempurna tanpa cela, prosesnya sangat memakan waktu. Bahkan untuk objek sebesar kuku, butuh setidaknya tiga hari.”
“Aku paham. Lalu mengapa tidak mencoba menggabungkan kekuatan 'misteri' dengan fisika mikro untuk menciptakan...”
“Mendengar percakapan An Qingyu dan Ji Nian, Lin Qiye, Cao Yuan, dan yang lainnya hanya merasa pusing. Kunjungan sederhana ke kapal pesiar tiba-tiba berubah menjadi diskusi akademis yang rumit.”
“Tapi dari sini terlihat, kemampuan【pixel】memiliki jurang perbedaan yang sangat besar antara batas bawah dan atas, bahkan bisa dibilang langit dan bumi.”
“Seandainya orang biasa yang mendapat kemampuan ini, bisa membuat pistol layak pakai dari pixel saja sudah dianggap bagus. Tapi jika jatuh ke tangan jenius teknik mesin menakutkan seperti Ji Nian, ini akan menjadi kemampuan mesum yang bisa menciptakan meriam penghancur bintang dengan sekali balik tangan!”
“Diskusi An Qingyu dan Ji Nian semakin memanas. Lin Qiye memilih berbalik pergi. Jika terus mendengarkan, dia akan mulai curiga apakah IQ-nya bermasalah.”
“Kapal pesiar telah memasuki kabut dan menuju markas besar Perkumpulan Shangxie, 【Utopia】.”
“Setelah berkeliling di dek, Lin Qiye kembali ke kamarnya dan menenggelamkan kesadarannya ke dalam Rumah Sakit Jiwa Para Dewa yang ada di pikirannya.”
……
“Dengan jas lab putih terpasang longgar, Lin Qiye menyusuri koridor rumah sakit jiwa. Para perawat yang berlalu-lalang menyapanya dengan hormat.”
““Selamat pagi, Direktur.””
““Ya, pagi.””
““Pagi, Direktur sudah makan? Mau ikut mencoba?””
““Pagi. Kalian saja yang makan, aku tidak lapar.””
““Kau telah melakukan dengan baik, anakku.””
““Pagi... Ya?””
““Lin Qiye tiba-tiba menutup mulutnya di tengah kalimat, memandang Yelander yang berwajah penuh welas asih di hadapannya dengan pasrah.””
Setelah selesai berbicara, pandangan Yelander langsung mengabaikan Lin Qiye, melangkah pelan ke depan sambil terus bergumam sendiri:
“Kamu melakukan dengan baik, nak... Kamu melakukan dengan baik, nak...”
Lin Qiye menghela napas panjang.
Saat kembali ke Lembaga Penyekatan kali ini, aku lupa menanyakan tentang gejala penyakit Yelander ke Dokter Li, hanya bisa menunggu waktu luang berikutnya untuk mengunjunginya khusus lagi.
Lin Qiye melewati lorong, langsung menuju Ruang Direktur, membuka gerbang tol penjara bawah tanah dan masuk.
Tujuan kedatangannya ke rumah sakit jiwa kali ini adalah untuk melakukan eksperimen.
Di Kota Linjiang, meski Lin Qiye tidak membunuh satu pun "misteri", ia tidak lupa bahwa saat di neraka dulu, ia telah membantai puluhan malaikat dan iblis yang terkontaminasi.
Malaikat dan iblis juga termasuk makhluk mitos, tapi sejak zaman dahulu kala, mereka sudah mati, jiwa mereka pun tak tersisa. Yang dibunuh Lin Qiye hanyalah mayat-mayat yang dikendalikan kekuatan Cthulhu...
Lalu apakah makhluk Cthulhu yang dibunuhnya sendiri juga mungkin berubah menjadi perawat rumah sakit jiwa?
Dengan pikiran ini, Lin Qiye mendekati pusat penjara bawah tanah.
Matanya menyapu sekeliling, tiba-tiba tertegun.
Penjara yang luas itu kosong melompong. Pemandangan puluhan makhluk Cthulhu mengaum dan mendesis yang dibayangkannya sama sekali tidak ada.
Apakah mereka... tidak bisa memasuki rumah sakit jiwa ini?
Alis Lin Qiye berkerut rapat.
Chapter 1180: Gilgamesh yang Memburuk
Lin Qiye kembali memeriksa penjara bawah tanah dengan teliti, tidak ada mayat malaikat atau iblis, bahkan seekor serangga pun tidak muncul.
"Aneh..." Lin Qiye membungkuk sambil merenung.
Padahal sudah membunuh makhluk mitos, tapi tidak muncul di sel rumah sakit jiwa, ini pertama kalinya.
Setelah berpikir lama, dia hanya bisa menemukan tiga kemungkinan.
Pertama, level makhluk Cthulhu lebih tinggi dari rumah sakit ini, sehingga tidak bisa mengumpulkan jiwanya.
Kemungkinan ini langsung diveto oleh Lin Qiye saat muncul, rumah sakit ini bahkan bisa mengumpulkan jiwa makhluk dewa seperti Laifu, masa serangga pengendali mayat bisa kabur?
Kedua, serangga-serangga itu sama sekali tidak memiliki jiwa, jadi meski mati tidak akan terkumpul di rumah sakit.
Yang terakhir, makhluk Cthulhu ini tidak memenuhi syarat pengumpulan rumah sakit.
Lin Qiye sengaja memeriksa kembali template rekrutmen perawat, bagian yang paling mungkin bermasalah adalah empat karakter "makhluk mitos".
Rumah sakit ini hanya bisa mengumpulkan jiwa makhluk mitos.
Mungkinkah makhluk Cthulhu tidak bisa dikumpulkan karena mereka tidak dianggap sebagai makhluk mitos?
Lin Qiye samar-samar ingat, Merlin juga pernah mengatakan hal serupa... Tapi kalau bukan makhluk mitos, lalu apa?
Setelah lama berpikir di sel, Lin Qiye tetap tidak menemukan jawaban, akhirnya memutuskan untuk pergi dulu.
Baru saja mendorongnya pergi pintu direktur, langsung melihat Bragi menggendong harpa, berlari kencang melewati lorong, hampir bertabrakan dengan Lin Qiye.
"Kenapa buru-buru begitu?"
"Pergi main musik!" Bragi melirik jam di dinding, berkata tergesa, "Hampir waktunya, mereka berdua masih menungguku..."
Setelah selesai berbicara, tanpa memberi kesempatan Lin Qiye bertanya lebih lanjut, dia langsung menerjang ke ujung lorong.
Tapi baru setengah jalan, gedebukan pertarungan sudah bergema dari halaman.
Bragi membeku di tempat.
"Tampaknya mereka tak bisa menunggumu lagi."
Lin Qiye mendekati Bragi, melirik kedua petarung yang mulai bertarung di halaman, berkata tak berdaya.
Bragi tertegun memandang medan perang, bingung bertanya, "Tidak mungkin... Dulu mereka selalu menungguku, belakangan kok semakin terburu-buru, padahal waktunya belum..."
Lin Qiye dan Bragi mendekati tepi medan perang di halaman, beberapa perawat yang sedang menganggur membuka taruhan dan menonton pertunjukan. Meski telat beberapa menit, Bragi tetap profesional mencari celah untuk menyelaraskan alunan musik membara ke dalam pertarungan.
"Apa kau tidak merasa kondisi Jiji Guowang belakangan ini agak aneh?"
"Iya, padahal waktunya belum tiba, Kak Kera saja belum siap, sudah nekat menyerang... Terkesan ceroboh."
"Ini mau menyergap? Tidak seperti sifat Jiji Guowang ya?"
"Jangan-jangan karena terus dipukuli Kak Kera belakangan, mentalnya hancur?"
"Kurasa tidak mirip..."
“……”
Lin Qiye sambil memperhatikan pertarungan Sun Wukong dengan Gilgamesh, juga menyimak diskusi para perawat di sekitarnya, alisnya semakin berkerut.
Situasi pertempuran tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, Gilgamesh tetap berada di posisi lemah. Namun yang sedikit berbeda, kali ini cara menyerangnya sangat agresif bahkan bisa dibilang gila, seolah ingin bertaruh nyawa melawan Sun Wukong.
Ekspresi Sun Wukong meski tegang, tapi gerakannya tetap mantap bagai puncak gunung yang tegak menghadapi badai, apapun serangan Gilgamesh selalu bisa dihadapi dengan stabil.
Akhirnya, disertai suara meredam, tubuh Gilgamesh terlempar ke belakang.
Hari ini, Sun Wukong kembali menang.
Melihat kedua pihak telah menentukan pemenang, Lin Qiye segera bangkit dari kursinya menuju tempat Gilgamesh terjatuh, diikuti Bragi yang menggendong harpa dengan wajah dilanda kecemasan.
Hamparan rumput yang porak-poranda perlahan memulih, Gilgamesh terbaring memandang langit dengan bola mata tertegun, alisnya mengerut sesekali tampak bingung sesekali berusaha melepaskan diri.
"……Siapa yang berani menyerang Uruk, Sang Raja akan membunuhnya!"
"Nasib Uruk hanya ada di tangan Sang Raja dan rakyatnya! Kalian para dewa jika berani ikut campur, satu yang datang, satu akan kubunuh……"
"Tidak, tidak……Uruk sudah runtuh……Di mana Sang Raja sekarang……"
"Sang Raja……Sang Raja……"
Melihat Gilgamesh terjatuh sambil bergumam, ekspresi Bragi semakin gelisah. Dia menarik bahu Sun Wukong di sampingnya, lalu buru-buru berkata:
“Kak Kera, bukannya ini cuma latihan? Kenapa serangannya sekeras ini sampai pikiran Gilgamesh jadi kebodohan mulai terlihat?”
Sun Wukong meliriknya, pandangannya seperti sedang melihat orang bodoh.
“Ini bukan serangan Kak Kera.” Lin Qiye mengerutkan alis sambil menatap kehampaan di atas kepala Gilgamesh, berkata dengan suara dingin, “Ada sesuatu yang lain sedang mengganggu kenangannya.”
Dalam pandangan Lin Qiye, bilah progress penyembuhan Gilgamesh sedang meliarkiri kanan dengan gila-gilaan.
“Progress penyembuhan Gilgamesh 40%...”
“Progress penyembuhan Gilgamesh 34%...”
“Progress penyembuhan 38%...”
“Progress penyembuhan 35%...”
Ayunan bilah progress ke kiri-kanan ini membuat Lin Qiye sementara waktu bingung.
Sampai saat ini, dia hanya pernah melihat progress Bragi langsung terjun bebas, tapi yang seperti ini kadang jatuh sendiri kadang naik lagi, ini benar-benar pertama kalinya.
Saat percakapan sebelumnya, Gilgamesh pernah menyebut bahwa memorinya sedang dipalsukan. Dari kondisi sekarang, keadaannya semakin parah.
Sedangkan kenaikan progress itu sepenuhnya mengandalkan tekad dan keyakinan Gilgamesh sendiri yang sedang melawan ilusi memori.
“Kondisinya agak tidak beres.” Sun Wukong mengemas Tongkat Ajaibnya, sorot mata keemasannya menatap Gilgamesh, "Ada kekuatan yang mengintervensi jiwanya, dan semakin kuat..."
"Kak Kera, kamu bisa melihat apa itu?"
"...Tidak bisa." Sun Wukong menggelengkan kepala, "Tapi, masalahnya pasti bukan di rumah sakit jiwa ini. Seharusnya ada orang di luar yang sedang mengintervensi jiwanya dari jarak jauh melalui sesuatu yang terkait dengannya."
"Sesuatu yang terkait dengannya?" Lin Qiye mengerutkan alisnya, "Sebenarnya siapa orang itu..."
Sun Wukong tidak berbicara. Dia hanya mengerutkan alis, lalu langsung menginjak dada Gilgamesh!
Tubuh Gilgamesh langsung terbenam ke dalam tanah.
Refleks ingin melawan, tapi Sun Wukong sudah mengangkat kedua kepalannya dan menghujani tubuhnya bagai hujan!
Pukulan berat itu membuat halaman bergetar tak henti, debu beterbangan. Seiring tubuh Gilgamesh yang terus terbenam, bilah progress penyembuhan di atas kepalanya malah mulai pulih stabil.
Braak——!
Sebuah telapak tangan menyembul dari tanah, menggenggam kepalan Sun Wukong. Sorot mata Gilgamesh yang meronta itu akhirnya kembali jernih.
Tertegun memandang ketiga orang di hadapannya, setelah lama akhirnya dia menutup mata dengan getir.
"Sungguh memalukan..."
Chapter 1181 Kunci Pulang ke Rumah
“Lin Qiye ingat, Gilgamesh pernah mengatakan kepadanya, pertarungan bisa membuatnya tetap sadar.”
“Tampaknya sekarang, yang bisa membuatnya tetap sadar mungkin bukan hanya pertarungan... yang lebih penting adalah rasa sakit.”
“Dalam kondisi ingatan yang dipalsukan dan tidak bisa membedakan ilusi dengan realita, rasa sakit menjadi 'jangkar' yang menahan kesadaran Gilgamesh, mampu menariknya keluar dari ingatan palsu dan kembali ke realita.”
“Gilgamesh.” Lin Qiye berkata dengan suara berat, “Apa yang baru saja terjadi?”
Gilgamesh perlahan bangkit dari lubang di lantai, jubah kelabunya penuh debu dunia. Dia menunduk memandangi kedua tangannya, kilau kesakitan berkedip di sorot matanya:
“Sang Raja... Sang Raja melihat rakyat Uruk lagi.”
“Rakyat Uruk?” Lin Qiye tertegun, “Apa yang mereka lakukan?”
“...Dibantai.”
Gilgamesh menarik napas dalam-dalam, “Dewa dan monster dari mitologi Sumeria menerjang masuk ke kota dari semua arah, membantai rakyat Uruk dengan gila-gilaan. Sang Raja sedang bertarung dengan salah satu dewa itu, tapi malah tidak bisa mengalahkannya...”
Lin Qiye menoleh memandang Sun Wukong.
Dalam ingatan kacau Gilgamesh, lawannya adalah dewa dari mitologi Sumeria. Namun dalam realita, yang bertarung dengannya adalah Sun Wukong.
“Kalau begitu, apakah ilusi memorinya berkorespondensi dengan gerakan nyata di dunia nyata?”
Sun Wukong menatap Gilgamesh dengan ekspresi rumit di bola matanya untuk waktu yang lama, lalu berkata datar:
“Ke depannya kalau mau berkelahi, kapan saja panggil aku.”
Suaranya berhenti, dia memberi Lin Qiye sebuah tatapan, lalu berbalik badan menuju pintu keluar halaman.
Lin Qiye menyadari maksudnya, lalu melangkah menyusul.
Bragi menggendong harpa, merenung sejenak, lalu menoleh memandang Gilgamesh dan berkata serius:
“Kalau mau berkelahi, jangan cari aku, lagipula sepuluh aku sekalipun takkan bisa mengalahkanmu... Tapi kalau mau mengobrol, aku siap kapan saja.”
Gilgamesh diam-diam memperhatikannya, juga dua siluet yang sedang pergi itu, ekspresi rumit muncul di bola matanya.
……
Lin Qiye dan Sun Wukong sampai di lantai dua rumah sakit. Yang terakhir menyapu pandangan ke arah Bragi dan Gilgamesh di bawah, lalu memulai percakapan:
“Kondisinya tidak baik. Waktu yang tersisa untukmu... mungkin tidak banyak.”
Mendengar kalimat itu, Lin Qiye membeku di tempat.
“Apa maksudmu?”
“Beberapa hari terakhir, setiap bertarung dengannya, aku bisa merasakan kondisinya semakin payah. Kali ini benar-benar kehilangan kendali, mungkin ini pertanda bahwa keberadaan yang mengendalikan ingatannya dari luar telah menghancurkan batasan tertentu, mulai memengaruhi tindakannya secara bertahap.”
“Setelah ada yang pertama kali, selanjutnya frekuensi kehilangan kendalinya hanya akan semakin sering. Jika terus begini, dia akan benar-benar terjerumus dalam kekacauan ingatan dan menjadi gila, atau akan mulai melukai diri sendiri bahkan bunuh diri untuk mempertahankan rasionalitasnya...”
Mendengar kata-kata ini, wajah Lin Qiye tampak jelas berubah muram.
Apa yang dikatakan Sun Wukong memang pernah terpikir olehnya, tapi dalam prediksinya, skenario terburuk hanyalah progress penyembuhan kembali ke 0%, berubah kembali ke kondisi saat pertama kali keluar dari ruang rawat.
Tapi kali ini kondisinya agak berbeda.
Seandainya benar ada orang di luar yang menggunakan cara untuk mengendalikan kenangan Gilgamesh, maka batas bawah kemundurannya mungkin akan jauh melampaui bayangannya, bahkan lebih payah dari saat pertama keluar ruang rawat - progress penyembuhan bisa terjun di bawah 0%, menjadi negatif pun bukan tidak mungkin.
"Aku tahu." Lin Qiye mengangguk penuh kesungguhan, "Aku akan segera menyelidiki akar masalah perubahan pada Gilgamesh dan menghilangkannya."
Sun Wukong mengangguk ringan, "Mampu mengendalikan ingatan seorang dewa... urusan ini sama sekali tidak sederhana... kamu sendiri hati-hati."
"Ya."
……
Kesadaran Lin Qiye kembali dari rumah sakit jiwa, langsung duduk dari ranjang.
Ia membungkuk merenung beberapa saat, memakai baju dengan cepat, lalu keluar dari ruangan dan langsung menghampiri pintu kamar peringatan, mengetuk pintu.
Tok tok tok——!
"Ah, siapa ini? Tengah malam begini."
Suara terdengar dari balik pintu, disusul bunyi sandal menggesek lantai.
Kreek.
Pintu kamar terbuka, peringatan berdiri di balik pintu dengan wajah marah, mengenakan baju tidur berbulu cokelat.
Setelah meninggalkan Da Xia, Ji Nian mengembalikan rambutnya ke warna perak, berantakan terjuntai hingga pinggang, dengan kacamata hitam besar bulat di batang hidungnya, menambah kesan intelek yang kontras dengan penampilannya saat siang hari yang asyik memodifikasi motor.
"Kamu?" Ji Nian menyapu pandangannya ke arah Lin Qiye, berkata dengan kesal: "Apa kamu tidak tahu sekarang jam berapa?"
"Tahu." Lin Qiye mengangguk, serius menjawab: "Tapi ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu."
"Hal penting?"
Ji Nian memandang matanya dengan curiga. Setelah memastikan dia tidak bercanda, diam-diam membalut erat baju tidur bulunya lalu berbalik masuk ke kamar: "Ganti sandal dulu, masuklah... Jangan dikunci pintunya, biarkan agak terbuka. Tengah malam begini laki-laki dan perempuan sendirian di kamar, kalau tersiar kabar siapa yang bisa jelaskan..."
Lin Qiye tertawa getir sambil mengganti sandal, lalu masuk ke kamar Ji Nian.
Cahaya lampu hangat memantulkan lingkaran sinya, menerangi sudut ruangan. Di atas meja kerja di tengah, bertumpuk berbagai buku tebal dengan judul《Pengantar Fisika Plasma》,《Prinsip Fusi Nuklir》, hingga《Penelitian Lintasan Gerakan Atom dalam Kondisi Kritis》. Beberapa kertas coretan masih basah tinta bertebaran di atasnya, dipenuhi formula rumit yang tak dipahami Lin Qiye.
《Pengantar Fisika Plasma》,《Prinsip Fusi Nuklir》,《Penelitian Lintasan Gerakan Atom dalam Kondisi Kritis》...
"Larut begini masih belajar?" Lin Qiye bertanya heran.
Jinian berjalan ke belakang meja kerja, duduk di kursi, rambut panjang peraknya di bawah cahaya lampu yang hangat seperti air terjun emas. Dia melepas kacamata bundar di batang hidungnya, dengan lelah menggosok sudut matanya:
“Tidak belajar, bagaimana bisa jadi kuat?”
“Kamu sudah jadi langit-langit manusia, masih mau kuat sampai mana lagi?”
“……Masih belum cukup.” Jinian menggelengkan kepala pelan, kilau kesepian berkedip di matanya, “Aku masih sangat jauh.”
Lin Qiye bertanya bingung, “Ini masih kurang? Kamu ingin menerobos jadi dewa? Meskipun begitu, tak perlu buru-buru seperti ini... Apa yang ingin kamu lakukan?”
Jinian tidak menjawab. Dia hanya perlahan mengusap punggung tangannya sendiri, setelah waktu yang lama baru berbicara pelan:
“Aku ingin... pulang ke rumah.”
“Pulang? Di mana rumahmu?”
“Dari mana rumah sakit jiwamu berasal, di situlah rumahku.”
Pupil Lin Qiye menyempit. Dengan terkejut dia berseru: “Kamu dan Rumah Sakit Jiwa Para Dewa berasal dari tempat yang sama?”
“Kalau tidak, kenapa menurutmu aku muncul di rumah sakit itu, menyusuinya menjelajahi kabut?” Badan Jinian bersandar di sandaran kursi, berdesah pelan, “Awalnya, aku jatuh ke dunia ini bersamanya...”
Lin Qiye menatap tajam mata Jinian, cukup lama baru sadar, “Ternyata begitu... Pantas saja area laranganmu begitu spesial, punya begitu banyak bakat aneh.”
"Jinian tertawa, mengangkat punggung tangannya, pandangannya menatap tekstur rumit yang terajut dari pixel," Ini bukan area larangan... Di duniaku, ini disebut 【Pola Daun】, hanya saja dalam bentuk presentasi kemampuannya, sangat mirip dengan area larangan kalian."
Dia menengadah, menatap Lin Qiye, berkata dengan sungguh-sungguh:
"Rumah sakit jiwamu itu jauh lebih ajaib dari yang kau bayangkan. Ia bisa membawaku ke dunia ini, mungkin juga bisa membawaku pergi dari sini... Lin Qiye, kaulah kunci pulangku ke rumah."
Chapter 1182 Tenggelam
Lin Qiye melihat keseriusan di mata Jinian, diam sejenak, lalu menggelengkan kepala:
"Mungkin kau terlalu menganggapku hebat. Aku tak punya kemampuan sehebat itu."
"Sekarang belum punya, bukan berarti nanti tidak." Jinian menyilangkan kaki, berkata santai, "Semakin cepat kau tumbuh, semakin aku senang. Aku yakin padamu oh~"
Lin Qiye tersenyum pasrah.
"Ngomong-ngomong, kenapa datang larut malam cari aku? Ada urusan penting?"
Melihat akhirnya masuk ke inti pembicaraan, ekspresi Lin Qiye semakin serius: "Tentang Uruk dan Raja Pahlawan Gilgamesh, seberapa jauh kau tahu?"
"Gilgamesh? Kenapa tiba-tiba nanya ini?" Jinian tertegun, "Jangan-jangan dia pasien kamar selanjutnya?"
"Benar."
"Menarik... Kamar keberapa?"
"Yang kelima."
"Lalu yang keempat siapa?"
Saat di rumah sakit jiwa dulu, Jinian hanya berhasil membuka sampai kamar ketiga. Identitas pasien kamar-kamar selanjutnya sama sekali tidak dia ketahui.
“Sun Wukong。”
“……Waduh!” Ekspresi Ji Nian berubah emosional，“Dasheng? Ruang rawat keempat ternyata Dasheng? Itu idola masa kecilku AAA! Bisakah kamu minta tanda tangan untukku?”
Lin Qiye：……
“Sayang sekarang rumah sakit jiwa ada di pikiranmu，Aku tidak bisa masuk，kalau tidak pasti akan memaksa bertemu...Omong-omong，ruang rawat terakhir seharusnya sudah kamu buka juga kan? Siapa penghuni keenam?”
Lin Qiye menarik napas dalam-dalam，mengucapkan sebuah nama：
“Yelande。”
Ji Nian tertegun。
“Yelande? Santo pemimpin Gereja Suci Barat itu?”
Ji Nian sepertinya teringat sesuatu，alisnya berkerut menunjukkan kebingungan。
“Ada apa?” tanya Lin Qiye。
“Tidak...Aku hanya merasa agak aneh.” Ji Nian termenung，“Tidakkah kamu perhatikan? Semakin banyak pintu yang terbuka，sifat ketuhanan para pasien semakin melemah. Dari Nyx dewa tertinggi malam abadi di pintu pertama，Merlin dewa sihir di pintu kedua，Bragi dewa musik dan puisi yang tidak bisa berkelahi，hingga Dasheng yang berasal dari siluman，serta Gilgamesh setengah manusia setengah dewa...Semakin belakang pintu，mereka semakin mirip 'manusia' ketimbang dewa. Setelah kamu menyebut ruang keempat dan kelima，kukira penghuni keenam adalah dewa berdarah manusia，tapi ternyata Yelande yang termasyhur...Tingkat keilahiannya justru jauh lebih tinggi dibanding semua penghuni sebelumnya.”
Setelah diingatkan oleh Ji Nian, Lin Qiye menyadari memang ada pola seperti itu. Setelah berpikir sejenak, dia berkata:
"Mungkin kamu overthinking. Ini cuma kebetulan. Lagipula, selain Zhou Ping, tidak ada dewa yang berasal dari manusia di dunia ini."
"Mungkin... Oh ya, lanjutkan. Ada apa dengan Gilgamesh?"
Lin Qiye membeberkan gejala sakit Gilgamesh. Usai mendengar, Ji Nian mengangguk ringan:
"Aku paham. Kau ingin cari info tentang dia dan Kerajaan Uruk... Tepat sekali datang ke sini."
"Kau tahu?" Sorot mata Lin Qiye berbinar.
"Area kegiatan Perkumpulan Shangxie selain 'Lingkaran Manusia' di berbagai kerajaan dewa, ya eksplorasi reruntuhan kerajaan kuno. Dulu ada tim kami yang menyelidiki sejarah rahasia Uruk. Laporan detailnya ada di 【Utopia】."
"Tapi jangan terlalu senang dulu. Sejarah tetaplah sejarah. Meski tak tahu siapa yang menyiksa Gilgamesh, kurasa informasi sejarah saja tak cukup untuk lacak identitas mereka... Aku akan pakai jaringan intel Shangxie untuk membantumu menyelidiki, tapi tak bisa jamin hasil."
Lin Qiye melepaskan napas lega.
Pengetahuannya tentang kabut terlalu minim. Mencari petunjuk Gilgamesh sendirian di kabut bagai mencari jarum di lautan. Dengan bantuan Shangxie, urusan ini jadi lebih mudah.
"Terima kasih."
“Tidak perlu terlalu sopan, membantumu juga berarti membantuku sendiri.” Ji Nian menunjuknya, lalu menunjuk diri sendiri, "Kita, berada di garis pertempuran yang sama."
……
Dua hari kemudian.
Lin Qiye mendekati haluan kapal pesiar pixel yang diselimuti kabut, melirik ke 4 minggu.
Melalui kabut tebal, tak terlihat pulau maupun daratan di sekitar, ini adalah perairan yang sama sekali belum pernah dijelajahi oleh Lin Qiye dan yang lain.
"Qiye, kenapa bangun begitu pagi?"
Bai Li Pangpang sambil menguap keluar dari kabin kapal.
"Ji Nian bilang, pagi ini kita akan tiba di 【Utopia】, aku keluar melihat-lihat."
"Sudah sampai?"
Bai Li Pangpang melihat permukaan laut berkabut di sekeliling, bingung bertanya, "Tapi, di sini bahkan bayangan pulau pun tak ada... Lagipula di sini tidak ada Tembok Mukjizat yang menahan kabut, jangan-jangan anggota Perkumpulan Shangxie tinggal di dalam kabut sambil mengenakan masker gas?"
"Seharusnya tidak." Lin Qiye menggelengkan kepala, "Tidakkah kau perhatikan? Anggota Perkumpulan Shangxie hampir semuanya memakai cincin perak, bahannya mirip dengan kartu nama kita, mungkin bisa menahan pengikisan kabut."
"Itu namanya 【Chenji Steel】." Suara Ji Nian terdengar dari belakang.
Tampak Jinian mengenakan jubah compang-camping hitam, berjalan pelan. Tangan kanannya yang semula di saku diangkat, memperlihatkan cincin perak. "Ini logam khusus dari kedalaman lautan, bisa mengusir kabut sementara. Kalung plat nama di leher kalian juga dari logam ini, tapi kemurniannya lebih tinggi. Bahannya sangat langka, Perkumpulan Shangxie butuh bertahun-tahun hanya untuk membuat 60-70 Cincin Chenji, kebanyakan dipakai tim operasi lapangan seperti kita."
"Bukankah di 【Utopia】 kalian ada puluhan ribu orang? Lalu bagaimana dengan yang lain?"
Sudut mulut Jinian merekah, senyum misterius terukir.
"Sebentar lagi kalian akan tahu."
Beberapa saat kemudian, cahaya hijau muda berpendar dari puncak kapal pesiar pixel, seperti lampu sinyal yang terus berkedip di tengah kabut.
Lin Qiye, Bai Li Pangpang, dan Cao Yuan yang baru sampai di geladak segera menoleh ke atas kapal dengan ekspresi bingung.
Bersamaan dengan itu, suara bergema di seluruh badan kapal:
"Perhatian semua! Kapal telah memasuki Zona A. Bersiap untuk kembali!"
Anggota Perkumpulan Shangxie yang sibuk di berbagai sudut kapal segera menaruh pekerjaan mereka dan kembali ke kabin. Lin Qiye dan yang lain naik ke lantai dua, mengamati situasi luar melalui jendela besar.
“Ji Nian berdiri sendirian di dek yang bergoyang, saat cahaya hijau muda menghilang, dia mengangkat kedua tangannya dan menekan dek dengan lembut.”
“Pada momen berikutnya, partikel piksel yang rapat berhamburan dari dasar kapal pesiar, membentuk barrier melengkung yang muncul cepat dari segala arah lambung kapal.”
“Hanya dalam beberapa detik, partikel piksel dalam jumlah besar telah membungkus seluruh kapal pesiar, seperti bola raksasa berongga yang mengambang di permukaan laut.”
“Saat pusaran-pusaran muncul di permukaan laut, bola raksasa itu perlahan tenggelam dan menghilang di balik permukaan laut yang dipenuhi kabut bergulung.”
“Chapter 1183 Utopia”
“Di dalam bola piksel, An Qingyu berbicara dengan heran:”
“【Utopia】ada di dasar laut?”
“Benar.” Ksatria yang berdiri di antara semua orang menjelaskan dengan inisiatif, “Pada masa awal, sebelum Perkumpulan Shangxie lahir, Ketua bersama beberapa warga asli ‘Lingkaran Manusia’ yang berpengetahuan dan bersedia mengikutinya, menciptakan kapal selam khusus untuk kabur dari ‘Lingkaran Manusia’. Kemudian, seiring semakin banyak orang yang dibawa kembali Ketua, kapal selam ini terus diperbaiki dan diperluas. Pada akhirnya, puluhan ilmuwan top dan insinyur merancang kota bawah air berskala raksasa, dan Ketua menghabiskan hampir setahun untuk menciptakannya menggunakan piksel. Kota piksel yang menampung para pengungsi dari ‘Lingkaran Manusia’ berbagai kerajaan dewa di dunia ini, adalah 【Utopia】.”
“Sepertinya agar Lin Qiye dan yang lain bisa melihat jelas kondisi di luar, sudut bola pixel ini malah semakin transparan... ...”
“Seiring penyelaman bola pixel, di dasar laut yang remang-remang tiba-tiba muncul kilatan-kilatan cahaya, seperti memandang bumi dari angkasa tak bertepi, lampu-lampu menyala membentuk hamparan dalam kegelapan.”
“Cahaya-cahaya ini saling terhubung di dasar laut, membentuk lima sudut yang mirip bintang laut raksasa yang merangkak di kedalaman.”
“Waduh... ...”
“Bai Li Pangpang yang menyaksikan pemandangan spektakuler ini langsung melontarkan sumpah serapah, lalu bergumam, ‘Makhluk ini benar-benar di luar jangkauan beli...’”
“An Qingyu tertegun memandang kota penyelaman itu, bola matanya seolah menyala api keingintahuan yang membara.”
“Lin Qiye juga terpana. Ia membuka mulut tak berkata-kata, refleks memandang gadis berambut perak berjubah compang-camping di geladak, ekspresinya rumit.”
“Orang lain hanya melihat betapa megahnya kota bawah laut ini, tapi hanya dia yang tahu berapa hari dan malam jerih payah Jinian habiskan di baliknya.”
“Menciptakan kota di dasar laut dengan pixel? Bukan sembarang orang bisa melakukan ini.”
“Seolah menangkap pandangan Lin Qiye, Jinian menoleh dan mendongak sedikit, senyum sombong mengembang di bibirnya, tatapannya seakan berkata:”
“Lihat! Keren nggak tuh?!”
Lin Qiye diam-diam mengacungkan jempol.
Bola pixel membungkus kapal pesiar, perlahan mendekati bagian tengah bintang laut raksasa. Platform pixel bulat turun perlahan, bola pixel menyusuri air laut yang mengalir, menggelinding masuk ke dalam kota yang menyelam.
Brak—!
Dengan suara meredam, bola pixel terjepit di rak raksasa. Air laut di sekitarnya terkuras cepat, barrier yang membungkus kapal pesiar pun ikut menghilang.
Lin Qiye dan yang lain naik ke dek. Lampu-lampu berkerumun berbinar dari atas kepala, menerangi ruang kapal yang remang-remang ini.
Sebelum semua orang sempat melihat kondisi sekitar, sorakan riuh bak ombak tiba-tiba datang dari samping, membuat mereka terkejut!
"Ketua kembali!!"
"Hormat menyambut kemenangan Ketua!"
"Siapa orang-orang di samping Ketua? Apakah mereka penduduk 'Lingkaran Manusia' baru yang dibawa pulang?"
"Ketua perkasa!"
"Ketua! Ketua! Kita mencintaimu, Ketua!!"
“……”
Lin Qiye menoleh dan melihat di pintu ruang kapal, kerumunan orang berdesakan seperti fans fanatik yang histeris. Setidaknya ada tujuh delapan ratus orang.
Warna kulit mereka beragam—kulit putih, hitam, dan kuning proporsinya hampir sama. Tapi apapun warnanya, saat ini semua bicara dengan bahasa Mandarin seragam.
Mereka mengangkat spanduk horizontal, layar pixel, bahkan beberapa melepas baju putih lalu melambai-lambaikannya. Tulisan di sana terlihat jelas:
——？？Peringatan？？
“Apakah ini sedang mengejar bintang?” Cao Yuan terkejut luar biasa.
“……Bisa dimengerti seperti itu.” Ksatria tak berdaya menjelaskan, “【Utopia】ini pada dasarnya berisi orang-orang yang Ketua selamatkan dari ‘Lingkaran Manusia’. Kalian pernah ke ‘Lingkaran Manusia’, seharusnya tahu bagaimana tempat itu. Setelah keluar dari sana dan tak lagi menyembah para dewa, mereka butuh keyakinan baru. Di mata warga ini, Ketua yang menyelamatkan mereka dan menciptakan kota bawah tanah sehebat mukjizat ilahi ini jelas jadi objek pemujaan terbaik. Saat melihat Ketua, reaksi mereka seperti jemaat Gereja Suci Barat yang menyaksikan Tuhan Suci langsung - semangat fanatik dan kegembiraan itu tak terbendung. Bedanya, Tuhan Suci tak akan mudah muncul di hadapan umat-Nya, sedangkan Ketua adalah manusia hidup. Makanya setiap Ketua kembali, kami harus mengerahkan banyak pasukan untuk menjaga keributan di lokasi acara.”
Sementara ksatria menjelaskan, beberapa personel Perkumpulan Shangxie telah turun dari kapal, membuka jalan untuk mereka.
Peringatan terus melambai-lambaikan tangan ke kerumunan yang histeris sambil berjalan, Lin Qiye dan rombongan menyusul di belakangnya, menembus keramaian menuju 【Utopia】.
Setelah melewati pintu pixel yang berat, semua orang keluar dari platform di puncak menara, panorama internal 【Utopia】 muncul di kelopak mata.
“Kubah pixel abu-abu kecokelatan merambat hingga ujung pandangan, gedung-gedung pixel berwarna-warni bertebaran di atas tanah seperti balok kayu, lima wilayah kota sesuai dengan lima sudut bintang laut, membentang ke sekitarnya.”
“Cahaya lampu neon yang berkilauan menyoroti setiap sudut kota, membuat orang seolah-olah berada di kota pixel bergaya cyberpunk.”
“Ini... adalah 【Utopia】?”
“Lin Qiye dan yang lain berdiri di tepi menara tinggi, benar-benar terkejut luar biasa oleh kota di hadapan mata mereka.”
“Siapa yang bisa menyangka, di kedalaman laut yang diselimuti kabut, masih ada kota pixel ajaib nan megah seperti ini?”
“Bagaimana? Tidak buruk kan?” Peringatan menepuk bahu Lin Qiye, tertawa penuh semangat, “Ini semua adalah kekaisaran yang kubangun dengan susah payah!”
“...Benar-benar melampaui bayanganku.” Lin Qiye mengaku dengan jujur.
“Ayo, kalian kubawa berkeliling.”
“Peringatan membawa semua orang turun dari menara, beberapa kendaraan pixel mirip sepeda telah berjejer di sisi jalan.”
“【Utopia】 adalah kota laut dalam, tekanan siklus udara sangat besar, jadi semua kendaraan yang mengeluarkan gas terkontaminasi dilarang. Kalian harus rela menerima ini.”
“Peringatan mengangkat kaki menaiki salah satu kendaraan, mendorong dengan kedua kaki, lalu melesat pergi.”
“Lin Qiye dan yang lain penasaran merapikan kendaraan mereka sebentar, lalu bersepeda menyusul.”
“【Utopia】terbagi menjadi enam distrik besar, lima di antaranya dihuni oleh penduduk dari berbagai 'Lingkaran Manusia' yang pernah menjadi bagian negara berbeda—tanpa batas, tanpa perang, dengan bahasa resmi Mandarin, benar-benar kota kebebasan.”
“Area pusat tempat kami berada adalah markas Perkumpulan Shangxie dan wilayah institut penelitian utama, sekaligus menjadi inti dari seluruh 【Utopia】.”
“Peralatan pemelihara ekosistem【Utopia】serta area penanaman pangan terletak di kubah atas, dirawat oleh tim khusus.”
“Di lapisan terluar, terdapat sistem Garis Pertahanan Senjata dan perangkat siluman sensor cahaya. Dalam kondisi normal, bahkan jika bertemu 'misteri' dari laut dalam, pertahanan ini lebih dari cukup...”
Chapter 1184: Institut Penelitian Nomor 3
Dring-dring——!
Saat sedang membagikan penjelasan tentang bangunan sekitar, dering sepeda yang jernih bergema.
Di depan jalan, beberapa gadis Barat pirang bermata biru mengenakan celana pendek denim mengayuh sepeda sambil tertawa, melambai ke arah Lin Qiye dan yang lain.
Kulit pucat mereka halus sempurna, lekuk tubuh memikat bergoyang mengikuti bodi sepeda. Cao Yuan yang sedang mengayuh terpana, bibirnya terkaga.
Ini pertama kalinya mereka melihat orang Barat selain ksatria, apalagi wanita cantik dari Barat.
“Da Xia yang selama ini diselimuti kabut, yang terlihat hanyalah orang-orang Asia. Terakhir kali mereka melihat begitu banyak orang Barat, masih di foto hitam putih di buku pelajaran... itu pun foto dari seratus tahun lalu.”
“Melihat langsung wanita cantik Barat bersepeda melintas, dampaknya bagi Cao Yuan dan yang lain, tak beda dengan orang modern menyaksikan T-Rex berpacu di jalanan.”
“Tentu, si cantik bukan T-Rex. Dalam arti tertentu, dia lebih menarik perhatian daripada T-Rex.”
“Beberapa wanita Barat ini sepertinya menyadari pandangan Lin Qiye dkk. Setelah tertawa dan mengobrol sebentar, mereka berani melempar cium terbang yang tepat mengarah ke posisi Cao Yuan.”
“Cao Yuan menelan ludah.”
“Saat mereka bersimpangan dengan rombongan di sisi jalan lain, keempat mata Lin Qiye, Bai Li Pangpang, Cao Yuan, dan An Qingyu seolah menempel di tubuh para wanita itu. Serentak mereka menoleh, sorot mata dipenuhi keterkejutan luar biasa.”
“Hei, sudahlah! Kepala kalian hampir terpelintir lepas!” Ji Nian tak tahan mencurahkan isi hati, “Waktu aku memperkenalkan 【Utopia】, tak pernah kulihat kalian fokus begini.”
“Lin Qiye dan yang lain pelan-pelan menoleh kembali. Hanya Cao Yuan yang tetap menatap tajam ke arah mereka pergi, ekspresi kehilangan terpancar jelas.”
“Cantik, ya?” Di telinga An Qingyu, terdengar suara Jiang Er yang kesal.
“Cantik.” An Qingyu melihat ke arah wanita cantik yang pergi, mendorong kacamatanya, berkata dengan serius: “Pertumbuhan kerangka mereka memang ada perbedaan halus dengan kita, aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Mungkin ada perbedaan genetik. Entah apakah kali ini ada kesempatan untuk membedah... Aku belum pernah membedah orang Kaukasoid dan Negroid.”
An Qingyu menjilat bibirnya, sorot matanya berbinar antusias.
Jiang Er：...
Lin Qiye menyapu pandangan ke kawasan kota di depan yang dipadati berbagai ras, berkomentar: “Kemampuan kota ini untuk memaklumi memang membuat mata berbinar.”
“Yang membuat mata kalian berbinar, apakah kemampuan memaklumi? Aku malu mengungkapkan yang sebenarnya.” Ji Nian membalikkan matanya, “Tapi para warga dari berbagai negara ini memang punya sifat terbuka. Kalau benar-benar tertarik, kalian bisa ke bar atau klub malam di kota. Tempat itu akan membuat kalian lebih terkejut... Syaratnya harus patuh hukum, tahu tidak? Hukuman untuk kejahatan di 【Utopia】 sangat keras. Kalau tidak mau dibuang ke laut untuk memberi makan ‘misteri’, ikuti peraturan di sini.”
Cao Yuan berkata dengan sungguh: “Kami datang untuk urusan penting, bukan ke tempat-tempat seperti itu.”
“Benar, benar.” Bai Li Pangpang mengangguk berkali-kali.
Ji Nian memandang mereka dengan setengah percaya, lalu melanjutkan berjalan maju.
"【Utopia】area-nya terlalu luas. Karena keterbatasan waktu, aku hanya akan mengajak kalian mengunjungi markas Perkumpulan Shangxie dan institut penelitian. Lima area pemukiman lainnya bisa kalian jelajahi sendiri kalau ada waktu……Untuk dua bangunan terakhir ini, aku mau memperkenalkan dengan baik."
Ji Nian menghentikan mobilnya, menunjuk ke arah sebuah bangunan putih berpenampilan futuristik di kejauhan:
"Di sana, itulah 【Institut Penelitian No.3】 milik kita."
“Perkumpulan Shangxie memiliki tim riset khusus yang bertanggung jawab mempelajari karakteristik 'misteri' dalam kabut. Di dalam 【Institut Penelitian No.3】 ini, tersimpan koleksi spesimen jenazah ribuan 'misteri' yang telah dihabisi sejak pendirian perkumpulan, untuk dianalisis dan eksperimen.”
Ribuan jenazah "misteri"?
Seluruh anggota tim 【Malam】 tertegun, refleks menoleh memandang An Qingyu di sebelah mereka.
An Qingyu menatap tajam gedung putih di hadapannya, bola matanya berkilauan cahaya kegembiraan, bagaikan serigala kelaparan di padang gurun yang menemukan kawanan domba gemuk tanpa daya tahan.
Melihat reaksi An Qingyu, Jinian mengangkat sedikit sudut mulutnya dan berkata dengan santai:
“Tapi dalam beberapa tahun terakhir, penelitian di 【Institut Penelitian No.3】 belum menunjukkan hasil yang signifikan. Setelah kupikirkan dengan teliti, ini mungkin terkait dengan kurangnya pemimpin yang benar-benar memahami 'misteri' dalam tim peneliti...”
Lin Qiye diam-diam meletakkan tangannya di gagang 【Zhan Bai】.
"Aduh, aku cuma menyampaikan kesulitan kita sekarang, kamu kok melotot?" Ji Nian menyadari aura pembunuhan di sampingnya, tertawa mencoba mengelabui.
An Qingyu menatap gedung putih itu lama sekali, menarik napas dalam-dalam, lalu berkata pelan-pelan:
"Maaf, Ketua Ji Nian, meski syarat ini sangat menggiurkan, aku tetap tak bisa bergabung dengan kalian..."
Alis Ji Nian terangkat, seolah sudah mengantisipasi jawaban ini, tersenyum getir:
"Aku juga tak memaksamu masuk. Kalau mau tetap di【Malam】, aku takkan merebut orang dari Lin Qiye. Lagipula aku berharap dia bisa mengantarku pulang... Maksudku, selama kalian di【Utopia】, jika mau, kamu bisa sementara menjabat sebagai Direktur【Institut Penelitian No.3】. Mau pakai apapun, bedah mayat 'misteri' terserah, asalkan mau membagi teknik dan intelijen dengan peneliti lain. Anggap saja ini bayaran untuk mayat-mayat itu."
An Qingyu membeku di tempat.
Harus diakui, tawaran Ji Nian ini sangatlah fair.
Asal bisa bebas membedah "misteri", baik berbagi pengalaman maupun mengurus sementara【Institut No.3】, baginya mudah sekali.
Setelah ragu sejenak, An Qingyu menoleh ke Lin Qiye.
Lin Qiye mengangguk halus, "Terserah keinginanmu."
"Baik." An Qingyu langsung menyanggupi, "Kapan aku mulai kerja?"
“Kapan saja。”Jinian tersenyum，“Aku sudah berkoordinasi dengan semua orang di institut penelitian. Kamu bisa langsung pergi sekarang.”
“Pergilah. Kalau ada urusan penting, aku akan mencarimu.” Lin Qiye menoleh ke Jinian di sebelahnya, “Kesempatan memanfaatkan Perkumpulan Shangxie itu langka...”
An Qingyu mengangguk, menggendong peti hitam Jiang Er, langsung menuju ke 【Institut Penelitian Nomor Tiga】.
“Di kastil hitam sebelah institut penelitian, ada yang kamu butuhkan.” Jinian menunjuk ke kejauhan, berkata pada Lin Qiye, “Itu adalah museum arsip Perkumpulan Shangxie yang menyimpan berbagai data sejarah dan dokumen rahasia dari seluruh mitologi, termasuk catatan eksplorasi kami di reruntuhan Cthulhu di Bumi... Semua disimpan di sana.”
Chapter 1185 Mitologi yang Seharusnya Tidak Ada
Lin Qiye mengikuti arah tunjukannya, memandang kastil kuno misterius yang gelap gulita itu.
“Reruntuhan Cthulhu...” Alis Lin Qiye berkerut, “Di Bumi masih ada hal semacam itu?”
“Ada. Tapi reruntuhan itu jauh lebih kompleks dari bayanganmu.”
Jinian mengangguk, langsung berjalan menuju kastil, “Masuk ke sana butuh wewenang tertinggi. Ayo, aku akan antarmu langsung. Nanti kamu akan paham.”
Lin Qiye menyusul.
Baru dua langkah melangkah, Cao Yuan menepuk bahunya dengan serius:
“Qiye, urusan menyelidiki arsip seperti ini, aku pergi juga tidak akan paham... Kamu dan Ketua Ji Nian masuk saja berdua, aku sendiri akan jalan-jalan di luar.”
“Dan aku!” Bai Li Pangpang langsung menyusul bicara, berkata dengan serius, “Aku ikut Lao Cao, kalau tidak dia sendiri di sini mudah tersesat.”
Lin Qiye: ……
Lin Qiye malas mencolek pikiran sebenarnya kedua orang ini, hanya mengangguk berkata: “Baik, kalian jaga keselamatan, kalau ada urusan hubungi lewat radio.”
Setelah Cao Yuan dan Bai Li Pangpang pergi, Lin Qiye pun mengikuti Ji Nian memasuki pintu arsip.
Setelah serangkaian prosedur keamanan yang membuat pusing, mereka langsung masuk ke lantai satu kastil.
Meski dari luar kastil ini terlihat agak lapuk, perabotan di dalamnya cukup rapi. Rak-rak disusun berdasarkan klasifikasi mitologi berbeda, berlapis-lapis teratur, sekilas terlihat jelas dan terang.
“Di lantai ini disimpan data terkait kerajaan dewa Yunani dan Nordik. Lantai dua untuk India dan Mesir, data mitologi Sumer yang kamu cari semuanya di lantai tiga.”
Sambil memperkenalkan pada Lin Qiye, Ji Nian terus menaiki tangga menuju lantai dua.
“Mitologi Sumeria berasal dari wilayah antara dua sungai, berbeda dengan mitologi Yunani, Nordik, India, dan lainnya. Mitologi ini terlalu kuno, dan seiring berjalannya waktu serta pergantian dinasti, sudah sangat sedikit yang mengetahui keberadaannya. Minimnya keyakinan, ditambah beberapa peristiwa dalam sistem kepercayaan, membuat mitologi Sumeria hampir punah, tenggelam dalam aliran waktu. Bahkan apakah masih ada dewa dari sistem ini yang bertahan sampai sekarang, masih belum jelas.”
Keduanya menuju lantai tiga, Jinian mengulurkan tangan menunjuk ke rak berdebu di sudut:
“Itu rak yang menyimpan arsip tentang mitologi Sumeria. Tidak banyak data, sepertinya cepat selesai... Tapi, kamu bisa mulai nanti.”
“Mengapa?” Lin Qiye bertanya heran.
“Karena aku ingin menunjukkan sesuatu yang lain padamu.”
Jinian dengan kedua tangan di saku, berbalik dan melanjutkan naik ke lantai atas.
“Tentang Cthulhu?”
“Benar.”
Saat tiba di lantai empat, beberapa pintu pixel berat benar-benar memblokir seluruh lantai. Dengan gerakan tangan Jinian, pintu-pintu itu pun terangkat satu per satu.
Cahaya lampu remang-remang menyinari ujung lorong, Jinian dengan ekspresi serius berjalan di depan, perlahan berkata:
“Dalam proses pencarian Tim Eksplorasi Da Xia dan perkembangan kegiatan Perkumpulan Shangxie, kami secara beruntun menemukan beberapa reruntuhan misterius di berbagai lempeng benua. Setelah investigasi, dapat dipastikan reruntuhan ini berasal dari periode yang sangat kuno. Kami telah mengerahkan sumber daya besar untuk meneliti, dan akhirnya mengkonfirmasi bahwa semua ini adalah peninggalan aktivitas dewa-dewa dari mitologi Cthulhu.”
Melewati ujung lorong, ruang luas nan lega terbentang di hadapan mereka. Puluhan podium pamer tertata rapi di lantai berpixel, diselimuti kaca yang memancarkan kilatan cahaya redup, bagai museum pameran penuh aura misteri.
Lin Qiye menyapu pandangannya melintasi podium-podium kaca ini.
Tanah hitam yang merembes darah aneh, batang pohon retak dengan bekas telapak tangan ganjil, kulit serangga merah tua yang membatu di bebatuan, air sungai kelabu yang terkontaminasi gas tak dikenal...
Koleksi eksentrik ini semuanya memancarkan aura tidak beres dan keanehan yang mengganggu.
“Perkumpulan Shangxie memiliki 【Institut Penelitian No.2】 yang khusus menangani arkeologi rahasia. Kastil ini adalah hasil pembangunan mereka. Berdasarkan penelitian 【Institut Penelitian No.2】, dapat dipastikan bahwa dewa-dewa Cthulhu skala kecil telah aktif di Bumi sejak zaman kuno, yang kemudian diduga disegel oleh para dewa Kerajaan Surga di Bulan - inilah asal muasal adegan bulan merah sebelumnya.”
“Percakapan peringatan berakhir, Lin Qiye berhenti sejenak di depan salah satu lemari pajang kaca, mengamati sambil berkata tenang:
“Bukan dugaan, ini adalah Tuhan Suci Kerajaan Surga yang mengumpulkan sebagian dewa tertinggi bumi, memasang perangkap di bulan, menggunakan sumber daya Kerajaan Surga untuk menyegel para dewa Cthulhu, sedangkan dewa-dewa lain Kerajaan Surga pada dasarnya tewas dalam perang melawan neraka.”
“Oh?”
Ji Nian mengangkat alis heran, “Jelaskan detailnya.”
Urusan ini memang rahasia bagi orang lain, tapi Lin Qiye baru saja kembali dari Kerajaan Surga dan neraka, juga mendengar sejarah itu dari mulut Malaikat Agung Mikhael, cukup untuk mengisi celah intelijen Perkumpulan Shangxie.
“Awalnya hanya ingin berbagi informasi denganmu, tak disangka bisa dapat hasil tambahan.” Ji Nian mencatat sebab-akibat kejadian ini, berkomentar dengan kagum.
Lin Qiye berjalan melewati lemari-lemari pajang ini satu per satu, seperti teringat sesuatu:
“Ngomong-ngomong, masih ada satu masalah, mengapa Rumah Sakit Jiwa Para Dewa tidak bisa mengunci jiwa makhluk Cthulhu? Sebenarnya apa mereka itu?”
Ji Nian merenung sejenak, menatap mata Lin Qiye, bertanya serius:
“Kutanyakan padamu, tentang kisah para dewa Cthulhu... Bagaimana kau mengetahuinya?”
“......” Lin Qiye menggelengkan kepala, “Aku tidak ingat jelas, mungkin dengar dari orang lain? Atau dari novel, atau televisi?”
“Da Xia tidak pernah memiliki novel atau acara televisi yang berkaitan dengan dewa-dewa dari mitologi Cthulhu. Mengenai kabar yang kamu dengar dari mulut orang lain… Hah, hampir semua orang punya jawaban yang sama.” Jinian mengangkat bahu, “Tidakkah menurutmu ini aneh?”
“Memang agak aneh. Aku pernah dengar orang bilang, mitologi ini tiba-tiba muncul di benak semua orang… Tak ada yang bisa menjelaskan secara pasti di mana mereka pertama kali mendapatkan informasi ini.”
“Tentu saja tak ada yang bisa menjelaskan.” Jinian menggelengkan kepala, “Sebab, seharusnya ini tidak pernah ada di dunia ini sejak awal.”
“Apa maksudmu?”
“Seharusnya pernah kuceritakan, aku bukan berasal dari dunia ini… Di dunia asalku, mitologi Cthulhu benar-benar ada. Mitologi Cthulhu adalah sistem pengaturan fiksi yang dikembangkan berdasarkan pandangan dunia dari novel 'The Call of Cthulhu' karya penulis Amerika Howard Phillips Lovecraft yang terbit pada tahun 1928. Pada dasarnya, ini hanyalah karya fiksi, bukan mitologi sebenarnya.”
“1928? Amerika?” Lin Qiye mengernyitkan dana penuh kebingungan, “Tapi waktu itu…”
“Benar. Di dunia ini, kabut mistis telah menyelimuti seluruh wilayah di luar Da Xia sejak 1922. Amerika secara alami tidak mungkin ada… Novel 'The Call of Cthulhu' yang seharusnya terbit pada 1928 pun tidak mungkin muncul. Tapi nyatanya ia ada, dan menyebar dengan cara yang begitu tidak masuk akal. Tak ada yang tahu siapa yang pertama kali memperkenalkannya, atau bagaimana ia merasuki pemahaman semua orang. Ia bagai hantu yang turun ke dunia ini diam-diam, bahkan jejaknya bisa ditemukan di Bumi pada zaman purba.”
Ji Nian berhenti sejenak, "Aku bahkan curiga... mereka dan aku, serta rumah sakit jiwamu itu, sama-sama bukan berasal dari dunia ini."
Chapter 1186 Menyembunyikan Dewa
"Cthulhu berasal dari dunia lain? Lalu ini apa? Invasi spesies asing?" Lin Qiye bertanya dengan bingung.
"Tidak tahu, ini hanya spekulasiku. Lagipula selain teori ini, aku tidak bisa menemukan penjelasan lain." Ji Nian mengangkat bahu, "Tapi yang pasti, monster setting yang keluar dari novel ini sama sekali bukan dewa dan mitologi dalam pemahaman kita. Intelijen tentang tingkatan pasukan, kapasitas, hukum yang mengatur, semuanya tidak bisa dipakai untuk mereka. Eksistensi mereka sendiri adalah 'Tidak Diketahui'."
Pandangan Lin Qiye menyapu beberapa etalase, "Selain itu? Ada petunjuk lain?"
"Ada."
Ji Nian mengangguk serius, "Lihat batu vulkanik retak di tengah itu?"
Lin Qiye mendekati etalase yang ditunjuk, tatapannya menembus kaca dan menghantam batu retak setinggi lebih dari satu meter. Di permukaan kasar batu itu, terlihat samar-samar tekstur berkerumun yang terdistorsi, seperti gambar kuno.
"Ini apa?"
"Ini nisan kuno yang digali di sekitar reruntuhan Cthulhu. Era spesifiknya sudah tidak bisa dibedakan, tapi dengan teknik restorasi dari Institut Penelitian No.2, kira-kira bisa diartikan maksudnya."
Jinian berhenti sejenak, "Prasasti ini mencatat sejarah di mana para dewa Cthulhu disegel di bulan."
Lin Qiye mengangkat alis, "Tapi bukankah kita sudah sangat memahami sejarah ini?"
"Tidak, tidak sesederhana itu."
Jinian mengulurkan tangannya, menunjuk ke suatu area, "Lihat lukisan ini."
Lin Qiye mengikuti ujung jarinya, pada gambar kuno terlihat garis-garis berkelok melayang dan menyatu dalam sebuah bola di langit, menggantung di bagian atas gambar.
"Ini penggambaran dewa Cthulhu mendarat di bulan?" Lin Qiye mulai menduga maksud gambar tersebut.
"Benar, lihat lagi bagian ini."
Jinian menggeser jarinya ke bagian paling bawah gambar.
"Ini..." Sorot mata Lin Qiye menyipit perlahan.
Di permukaan batu hitam, tiga coretan kuas merah tua berkelok-kelok merangkak merendah di bawah puluhan garis melayang, seolah mengintai dari kedalaman bumi yang gelap tanpa bergerak.
"Berdasarkan makna gambar ini, masih ada tiga dewa Cthulhu yang tidak tersegel di bulan." Jinian menatap mata Lin Qiye dengan serius, berkata tegas, "Mereka... tetap bersembunyi di suatu tempat di bumi."
"Masih ada dewa Cthulhu di bumi?!"
Wajah Lin Qiye langsung berubah tegang.
“Kami menemukan kemungkinan ini, lalu mengirim sejumlah besar pasukan untuk mengeksplorasi lebih dalam reruntuhan dewa-dewa dari mitologi Cthulhu yang masih ada. Melalui restorasi teknik, puluhan spekulasi dan deduksi, serta menggabungkan konten terkait mitologi Cthulhu, kami akhirnya bisa mengidentifikasi ketiga dewa ini.”
Ji Nian menarik napas dalam-dalam, lalu berkata pelan-pelan:
“Mereka adalah: 【Kambing Hitam】Shub-Niggurath, 【Kunci Gerbang】Yog-Sothoth, 【Kekacauan】Nyarlathotep. Dalam beberapa pengaturan novel, mereka juga disebut sebagai Tiga Dewa Pilar dari mitologi Cthulhu.”
“【Kambing Hitam】, 【Kunci Gerbang】, 【Kekacauan】……” Lin Qiye bergumam mengulangi nama-nama ini.
Tiba-tiba, dia merasa nama 【Kambing Hitam】Nikolas ini sepertinya pernah didengarnya di suatu tempat...
An Qingyu?
Lin Qiye sejenak berpikir, lalu teringat pada An Qingyu dari masa depan yang muncul di ujung aliran waktu saat diadili oleh malaikat di neraka.
Saat itu An Qingyu melihat Serafim Uriel yang dikendalikan cacing merah kecil, berkata: “Aku juga tak menyangka kita akan bertemu lagi dalam bentuk seperti ini... Tampaknya aku harus berterima kasih pada Nikolas.”
Kalau begitu, apakah An Qingyu dari masa depan juga mengetahui keberadaan 【Kambing Hitam】Shub-Niggurath? Atau... Apakah mereka berasal dari faksi yang sama?
Mengapa dia harus berterima kasih pada 【Kambing Hitam】?
"Karena inilah yang mempertemukan mereka melintasi ruang-waktu? Ia, atau sebagian darinya, adalah cacing merah kecil yang mengendalikan Uriel untuk memicu pengadilan masa depan?"
Saat Lin Qiye masih berpikir, Jinian melanjutkan:
"Menurut prediksi kami, setidaknya dua dari tiga dewa pilar dari mitologi Cthulhu yang tersisa di bumi telah bangkit."
"Menurut catatan mitologi Cthulhu, salah satu karakteristik 【Kambing Hitam】Shub-Niggurath adalah kemampuan reproduksi super, sehingga dijuluki Ibu Tertinggi yang melahirkan ribuan keturunan. Serangga merah pengendali mayat malaikat dan iblis di neraka sebelumnya, tumor yang kalian temui, serta kumpulan serangga yang membentuk mata Odin baru-baru ini - semua itu mungkin keturunannya yang dikendalikan olehnya."
"Yang kedua adalah 【Kunci Gerbang】Yog-Sothoth. Kabut Tak Bernama yang memusnahkan dunia seratus tahun lalu memiliki hubungan erat dengannya. Bahkan bisa diprediksi bahwa kabut ini adalah bagian dari tubuhnya."
Alis Lin Qiye semakin berkerut.
Menurut penjelasan Jinian, 【Kambing Hitam】dan 【Kunci Gerbang】- yang pertama mengendalikan Surga dan Neraka untuk membangun kerajaan dewa Cthulhu, sementara yang kedua menciptakan kondisi menyedihkan bumi saat ini sekaligus akar penyebab para dewa Da Xia terjun ke reinkarnasi... Kekuatan dan niat mereka untuk meruntuhkan dunia jauh melampaui imajinasi Lin Qiye.
"Kalau begitu, bagaimana dengan yang terakhir?"
“【Kelam】Nyarlathotep, salah satu karakteristik terpentingnya adalah kegemarannya untuk membohongi dan menggoda manusia, serta menjadikan keterjerumusan manusia dalam teror dan keputusasaan hingga akhirnya mengalami gangguan jiwa sebagai puncak suka citanya. Belum ada kejadian yang terkait dengannya yang kami temukan saat ini, jadi untuk sementara kami kategorikan dalam kondisi belum siuman... atau mungkin, ia hanya menunggu saat yang tepat.”
Lin Qiye mengangguk termenung, "Memang belum ada penemuan terkait hal ini."
"Intinya, kita harus selalu waspada terhadap tiga dewa dari mitologi Cthulhu yang bersembunyi di bumi ini... Kalau tidak, urusan akan menjadi sangat buruk." Jinian menjilat bibir pecah-pecahnya, berkata, "Peringatan yang perlu kusampaikan sudah kusampaikan. Jika ada penemuan baru dari Institut Penelitian Nomor 2, akan kusinkronkan denganmu. Kalau kamu ingin mencari data tentang mitologi Sumeria, silakan cari pelan-pelan. Aku akan sibuk dengan urusan lain dulu."
Setelah berpamitan dengan Lin Qiye, Jinian langsung pergi meninggalkan kastil.
Lin Qiye memandang sekilas ke Museum Koleksi reruntuhan Cthulhu, menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, seolah belum sepenuhnya sadar dari informasi mengejutkan yang baru saja diterimanya.
Dia kembali ke lantai tiga kastil, mengambil secara acak satu arsip penyelidikan mitologi Sumeria, lalu duduk mempatuk dan mulai memeriksanya dengan serius.
Meskipun seperti yang dikatakan Jinian, arsip tentang mitologi Sumeria memang sedikit, namun upaya untuk mengekstrak informasi berguna dari fragmen-fragmen yang terserak ini merupakan proyek yang sangat megah.
Waktu berdetik-detik berlalu, ketika Lin Qiye berhasil menyelesaikan semua arsip dan meninggalkan kastil, sudah larut malam di 【Utopia】.
Chapter 1187 Perbendaharaan Sang Raja
Seperti yang dikatakan Peringatan, informasi yang efektif dari arsip-arsip ini sangat terbatas, apalagi yang terkait Gilgamesh.
Menurut catatan arsip, Gilgamesh telah memiliki kekuatan tingkat dewa dan pola hukum awal miliknya sendiri bahkan sebelum menduduki takhta Raja kelima Uruk.
Setelah naik takhta, pola hukum awal ini disempurnakan dengan cepat oleh Gilgamesh. Ditambah dua pertiga darah ilahi yang mengalir dalam tubuhnya, ia resmi memasuki barisan dewa utama. Satu-satunya kekurangan adalah sepertiga darah manusia dalam tubuhnya yang membatasi umurnya setara orang biasa - tak lebih dari seratus tahun.
Meski sama-sama menciptakan hukum sendiri dan mencapai status dewa sebagai manusia, Gilgamesh dengan Zhou Ping memiliki perbedaan esensial.
Alasan Gilgamesh bisa menciptakan hukum, menanggung hukum dengan tubuh jasmani, dan akhirnya mencapai tingkat dewa - selain bakat luar biasa - yang terpenting adalah dua pertiga darah ilahi dalam tubuhnya.
Secara ketat, dia bukanlah manusia murni melainkan keberadaan khusus di antara manusia dan dewa.
Sedangkan Zhou Ping adalah benar-benar manusia.
Jika bukan karena Ye Fan yang setelah menghilang, menggunakan 【Mutasi Nasib】 yang mengandung kekuatan 【Buddha Takdir】, memaksa memanggil kembali jiwanya, dan dengan 【Pedang Naga-Gajah】 sebagai wadah, menuangkan nasib negara untuk membentuk kembali tubuh dewa, Zhou Ping juga tidak mungkin menciptakan Dewa Pedang Da Xia.
Zhou Ping sekarang juga bukan manusia biasa, tubuh jasmaninya bukan lagi manusia biasa, melainkan 【Pedang Naga-Gajah】 yang menanggung hukum pedang.
Setelah Gilgamesh menjadi dewa, dengan hukum khusus miliknya, menggunakan tubuh setengah dewa melompat menjadi sosok legendaris yang mampu menekan dewa-dewa utama dari sebagian besar kerajaan dewa. Kemudian dia memanfaatkan kekuatan negara untuk menelusuri artefak suci di dunia manusia, menciptakan Gudang Harta Raja.
Apa sebenarnya yang ada di Gudang Harta Raja, arsip tidak mencatat secara rinci. Tapi yang pasti, di dalamnya sama sekali disimpan lebih dari satu artefak suci tak tertandingi.
Dengan kekuatan pribadi dan Gudang Harta Raja yang menakutkan ini, dalam sejarah kuno itu, Gilgamesh menjadi legenda yang sangat mendekati dewa tertinggi, memandu seluruh Uruk untuk berbagi keagungan dunia.
Setelah umur Gilgamesh habis dan jatuh di istana, Gudang Harta Raja yang menyimpan banyak artefak suci juga hilang tak tentu rimbanya.
Arsip juga menyebutkan: Tim eksplorasi Perkumpulan Shangxie saat mencari makam raja Uruk, tidak menemukan mayat Gilgamesh. Berdasarkan petunjuk, sejak ribuan tahun lalu diduga ada dewa Sumeria turun ke dunia bawah yang mencuri jasadnya.
“Jangan-jangan, di balik ketidakstabilan Gilgamesh, ada dewa dari mitologi Sumeria yang bermain-main?”
“Tapi bukannya mereka sudah lama runtuh dan menghilang?”
Lin Qiye berjalan di jalanan 【Utopia】, sambil menunduk merenung.
Saat ini sudah larut malam, peralatan yang mensimulasikan sinar matahari di kubah telah meredup, berganti menjadi cahaya bulan yang terang.
Lampu neon yang berkedip-kedip menerangi wilayah inti lima distrik dengan kilauan yang memukau dan kabur, jika bukan karena bangunan di sekitarnya yang bergaya pixel, Lin Qiye hampir mengira dirinya kembali ke distrik lampu merah "Lingkaran Manusia" di Jepang.
“Lin Qiye?”
Sebuah suara terdengar dari seberang jalan.
Lin Qiye menoleh dan melihat siluet yang familiar itu, tertegun sejenak.
“Anggota Kesembilan?”
Siluet itu mendekati Lin Qiye sambil menggelengkan kepala dan tersenyum: “Aku sudah bukan Anggota Kesembilan lagi... Aku anggota Perkumpulan Shangxie, panggil saja He Lin.”
Orang yang datang bukan lain adalah mantan 【jemaat】Anggota Kesembilan yang pernah beberapa kali berinteraksi dengan Lin Qiye dan kawan-kawan lebih dari dua tahun lalu, mata-mata andalan Perkumpulan Shangxie yang bersama Shen Qingzhu menghabisi Bisikan dan dengan tangannya sendiri meluluhlantakkan seluruh 【jemaat】.
Setelah membasmi 【jemaat】waktu itu, He Lin dikirim ke rumah sakit untuk beristirahat. Tak disangka setelah pulang, dia kembali ke Perkumpulan Shangxie.
“Kamu berkunjung ke 【Utopia】?” He Lin melirik sekeliling sambil bertanya, “Kenapa sendirian? Di mana saudara-saudaramu?”
“Mereka... masing-masing punya urusan, aku cuma jalan-jalan saja.” Lin Qiye tersenyum.
He Lin mengangguk, “Aku familiar dengan tempat ini, ada waktu? Kita minum bareng?”
Lin Qiye ragu sejenak, lalu menyetujui.
Sekarang sudah larut malam, langsung mendatangi rumah Jinian kurang tepat, apalagi dua hari lalu dia baru berkunjung larut malam. Laki-laki dan perempuan berduaan terus-terusan ngobrol sampai larut malam agak tidak sopan.
Lagipula, jam segini dia seharusnya masih serius belajar.
Lin Qiye mengikuti He Lin memasuki jalan neon yang meriah, bar, klub malam, barbekyu tersedia lengkap. Di area pusat, dia bahkan melihat klub pramuria baru yang sedang buka.
“Bagaimana yang ini? Ini mungkin proyek hiburan paling ramai di 【Utopia】. Kalau suka yang lebih sepi, kita bisa ke izakaya sebelah.”
He Lin menunjuk sebuah bar bergaya Eropa di hadapan mereka.
“Yang ini saja.” Lin Qiye mengangguk.
He Lin tampaknya pelanggan tetap di sini. Seorang pelayan wanita Kaukasia menyapa ramah lalu langsung mengantar mereka ke ruang VIP lantai dua. Setelah mengantarkan beberapa botol wiski, dia mundur dengan hormat.
Keduanya duduk di tepi jendela besar, memandang ke bawah ke kolam dansa yang panas dan hiruk-pikuk, mengangkat gelas anggur mereka dan saling bersentuhan perlahan.
“Ngomong-ngomong, Shen Qingzhu sudah datang? Setelah meninggalkan 【jemaat】, bagaimana kabarnya?” tanya He Lin tiba-tiba, seperti teringat sesuatu.
“Lumayanlah, tapi dia sedang menghadapi beberapa urusan belakangan ini.” Lin Qiye menjawab samar.
He Lin mengangkat alis, menghela napas, “Sayang, aku masih berharap bisa minum alkohol bersamanya lagi…”
“Akan ada kesempatan.”
Keduanya sambil minum alkohol, bercerita tentang pengalaman selama ini. Sejak 【jemaat】 diluluhlantakkan, He Lin setelah peristiwa invasi para dewa Mesir dua tahun lalu, mengikuti Ji Nian kembali ke 【Utopia】, lalu terus menjalankan tugas rahasia Perkumpulan Shangxie dalam kabut, bisa dibilang perjalanannya berliku-liku.
Saat mereka sedang mengobrol, di tengah keriuhan dance floor, DJ wanita berkulit hitam berambut gimbal sepertinya menerima informasi, mengangkat kedua tangannya dan bersorak:
“Semua konsumsi malam ini, ditanggung oleh tamu di meja a1!! Mari kita angkat cangkir dan bersorak untuk dua tamu di meja a1!!”
Kerumunan di dance floor langsung mendidih. Semua orang menoleh ke arah ruang VIP tertentu, dua siluet bertopeng berdiri di tepi jendela kaca, mengangkat cangkir ke arah kerumunan.
Di dalam ruang VIP, sudah ada puluhan wanita cantik berkeliaran di sekitar mereka, bercanda dan tertawa riuh.
Melihat topeng Zhu Bajie dan topeng Sha Wujing yang familiar itu, sudut mulut Lin Qiye berkedut halus.
“Eh, dua orang itu… kenapa terasa familiar?” He Lin menatap tajam ke arah dua orang di ruang VIP a1, bertanya dengan bingung.
Sepertinya menyadari pandangan He Lin, dua orang bertopeng itu serentak menoleh, memandang ke arah ruang VIP ini.
Tubuh mereka membeku secara bersamaan!
"Apakah kamu mengenal mereka?" He Lin yang melihat mereka sedang mengawasi Lin Qiye, heran bertanya.
Lin Qiye membawa gelas anggur, diam-diam duduk kembali di sofa:
"Tidak, aku tidak mengenal."
Chapter 1188 Petunjuk Santo Pedang
"Kecepatan kalian benar-benar luar biasa ya?"
Lin Qiye memandang Bai Li Pangpang dan Cao Yuan yang tertawa bodoh di depan sofa, tersenyum tak berdaya, "Baru tiba di 【Utopia】 beberapa jam saja, sudah benar-benar menyatu dengan lingkungan?"
Setelah ketahuan oleh Lin Qiye, Bai Li Pangpang dan Cao Yuan langsung mampir dari ruang VIP a1 ke sini, sebelum pergi tak lupa membawa serta alkohol dan piring buah dari ruang VIP.
"Ini kan sedang tidak ada kerjaan!" Bai Li Pangpang menggaruk kepalanya, "Ini ide Lao Cao, aku cuma ingin berada di sisinya untuk melindungi..."
Cao Yuan membuka mulut seolah ingin mencari-cari alasan lagi, tapi setelah ragu sejenak, akhirnya menyerah.
Dalam situasi seperti ini, semua penjelasan yang tidak tulus akan terlihat pucat pasi.
"Ini bukan Anggota Kesembilan? Kenalan lama!" Bai Li Pangpang langsung mengenali He Lin, heran sambil tertawa.
"Ternyata kalian." He Lin juga mengenali Bai Li Pangpang dan Cao Yuan, tersenyum, "Kalau sudah datang, minumlah bersama beberapa gelas."
Bai Li Pangpang dan Cao Yuan langsung duduk, keempat orang mengelilingi meja, mengangkat gelas bersama.
“Jadi, Kalian datang ke【Utopia】kali ini hanya sekadar berkunjung polos?” Setelah melanjutkan obrolan beberapa saat, He Lin bertanya penasaran.
Lin Qiye menggelengkan kepala, "Tidak, kita kali ini datang untuk mencari orang."
"Mencari orang? Cari siapa?"
"Zhou Ping."
"Santo Pedang Da Xia?" He Lin tertegun, "Tidak, sekarang seharusnya disebut Dewa Pedang Dunia Fana... Bukankah dia ada di Olympus?"
Kedengaran kalimat ini, tiga orang Lin Qiye serentak memasuki kondisi mental siaga, bertanya:
"Kamu tahu keberadaannya?"
“Tidak juga sepenuhnya.” He Lin meletakkan gelas anggur di tangannya, berkata pelan-pelan, "Kira-kira setengah tahun yang lalu? Saat aku menjalankan perintah Ketua untuk menyusup ke 'Lingkaran Manusia' Olympus, kebetulan aku melihatnya ketika sedang bertugas. Waktu itu, dia mengenakan kemeja hitam kotor, menggendong peti pedang, berjalan santai di jalanan. Baik penampilan maupun kostumnya sama sekali tidak sesuai dengan penduduk lokal. Jujur saja, sebelumnya di Da Xia pun aku belum pernah melihat wajah asli Santo Pedang, jadi tak bisa mengenalinya. Untuk mencegah identitasku terbongkar, aku juga tidak berinisiatif menyapanya. Kemudian kebetulan ada sekelompok perampok yang merampas seorang wanita di jalan, menendangnya hingga terjatuh, bahkan menculik putri keluarga itu yang berusia tiga belas atau empat belas tahun... Kalian mungkin tidak tahu, 'Lingkaran Manusia' Olympus sangat kacau balau. Hal-hal seperti ini sudah biasa terjadi. Di tempat seperti itu, sama sekali tidak ada hak asasi manusia, moral, atau hukum. Itu benar-benar surganya kejahatan. Hasilnya, pemandangan ini terlihat oleh Dewa Pedang. Dia hanya menyentuh peti pedangnya dengan jari telunjuk secara lirih, dan pada momen berikutnya kepala para perampok itu langsung terbang keluar."
He Lin melirik Lin Qiye dan yang lain yang mendengarkan dengan fokus, meneguk sedikit alkohol, sorot matanya memancarkan nuansa kenangan, "Gelombang energi pedangnya terlalu cepat, apalagi orang-orang biasa di 'Lingkaran Manusia' itu, bahkan aku sendiri tidak sempat menyadari apa yang terjadi. Tapi, para dewa Olympus yang terus memantau 'Lingkaran Manusia' pasti akan merasakan gejolak hukum pedang. Setelah Dewa Pedang itu mengeksekusi, belum sampai setengah menit, seorang dewa turun, yaitu Potamos, dewa sungai Olympus yang bertugas mengawasi 'Lingkaran Manusia'. Begitu dewa sungai ini bertindak, langsung muncul pemandangan spektakuler aliran sungai yang melayang ke langit, tapi sebelum dia sempat mendekati Dewa Pedang, sang Dewa Pedang menepuk peti pedangnya, sebilah pedang langsung menyambar dan menebas dewa sungai itu di pinggang menjadi dua bagian."
Sii——！
Lin Qiye dan kawan-kawannya menarik nafas terkejut.
Di wilayah kekuasaan orang lain, berani menebas dewa seenaknya, hanya Zhou Ping yang punya keyakinan sebesar itu.
"Lalu? Lalu?" tanya Bai Li Pangpang dengan terburu-buru.
"Setelah dewa sungai ditebas, dua dewa Olympus lainnya turun, tapi mereka juga bukan dewa utama. Setelah bergulat sebentar dengan pedangnya, Dewa Pedang itu membunuh mereka berdua sekaligus... Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat seseorang menebas dewa, itupun dengan begitu mudahnya, satu datang satu mati, dua datang dua terbunuh. Saat itulah aku tersadar, pria berpenampilan biasa ini adalah Dewa Pedang Dunia Fana dari Da Xia."
“He Lin meneguk habis wiski dalam cangkirnya, menghela napas lega, lalu melanjutkan, 'Tiga dewa berturut-turut dibunuh, Olympus seharusnya juga sudah tersadar akan seriusnya masalah ini. Saat beberapa dewa utama hendak turun, entah kenapa langit tiba-tiba menjadi gelap. Gelapnya malam menyelimuti seluruh 'Lingkaran Manusia', lalu sosok samar bercahaya bintang muncul dari ufuk, berbincang sebentar dengan Dewa Pedang, lalu sang Dewa Pedang pun mengikutinya pergi dari 'Lingkaran Manusia'. Apa yang terjadi setelah itu, aku tidak tahu lagi.'”
Suara He Lin berhenti. Seluruh ruang VIP, selain musik keras dan sorakan riuh di balik jendela kaca, terjebak dalam kesunyian maut.
Tak tahu berapa lama, Bai Li Pangpang pelan-pelan mengeluarkan kalimat:
“Santo Pedang Senior... Sungguh gagah sialan!”
Lin Qiye dan yang lain saling bertatapan, serentak tertawa.
“Tapi, kenapa kalian mencari Dewa Pedang? Ada urusan mendesak?” He Lin bertanya sambil mengerutkan kening.
“Situasi di kabut sekarang agak tidak baik. Kami ingin mengundang Santo Pedang Senior kembali untuk berjaga di Da Xia.” Lin Qiye melapor jujur.
“Benar, kondisi Da Xia sekarang terlalu berbahaya. Hanya mengandalkan Surga mungkin belum cukup untuk melindungi Da Xia sepenuhnya... Tapi yang kuketahui sudah kejadian setengah tahun lalu. Sekarang keberadaannya sebenarnya masih belum jelas.”
“Ketua Peringatan bilang, dia punya jalur yang bisa mencari tahu lokasi Santo Pedang Senior.”
“Ya?” He Lin mengangkat alis, seolah teringat sesuatu, “Jangan-jangan... Benar juga, di sana memang ada harapan.”
“Sebenarnya tempat apa itu?” Cao Yuan bertanya penasaran.
“Detailnya lebih baik tunggu ketua yang jelaskan. Sekarang ini, ketua seharusnya baru selesai belajar dan bersiap tidur. Setelah bangun, dia pasti akan inisiatif mencarimu.” He Lin menghela napas, “Selain mengurus urusan Perkumpulan Shangxie, ketua juga sibuk dengan produksi pixel dan belajar... Benar-benar sangat melelahkan.”
“Iya, dia memang banyak melalui cobaan.”
Keempat orang itu terus mengobrol sambil minum di ruang VIP, baru pergi setelah bar mulai bubar.
Begitu keluar pintu, mereka langsung melihat siluet familiar berjalan keluar dari klub pramuria seberang jalan.
Di antara rambut hitam legamnya terselip helai-helai perak, mantel menyampir di pundaknya. Tangan kiri membawa botol anggur, tangan kanan melambai-lambai riang ke enam pramuria yang mengelilingi pintu bar:
“Sampai jumpa... hik... Dua hari lagi aku kembali minum sama kalian!”
Badannya goyah berbalik, menenggak anggur ke mulut. Wajah kemerahan nanas membeku di depan pintu bar seberang jalan, bola matanya menyipit seakan memastikan sesuatu.
Ekspresi Lin Qiye dan yang lain di depan bar langsung berubah dramatis saat melihat wajah familiar itu.
He Lin diam-diam menopang dahinya.
Ji Nian yang melihat siluet mereka langsung membelalakkan mata:
“Waduh！”
Chapter 1189 Pertemuan Agen Dewa
“Hukh hukh hukh...”
Ji Nian duduk di depan meja kerjanya, batuk dua kali dengan canggung.
Lin Qiye duduk berseberangan dengannya, ekspresinya agak canggung, "Jadi, kamu membuangku di arsip, bilang mau mengurus urusan penting, ternyata malah ke bar pramuria?"
"Bukankah sebelum meninggalkan 【Utopia】, aku sudah janji dengan mereka? Bilang setelah kembali akan menemui mereka untuk minum alkohol. Aku sedang menepati janji untuk datang ke pertemuan, tentu ini urusan penting!" Ji Nian berkata dengan serius.
Lin Qiye menatapnya beberapa saat, lalu menghela napas panjang:
"Sudahlah, kan bukan pertama kali ketahuan... Waktu di 'Lingkaran Manusia' Jepang dulu, aku sudah terbiasa. Daripada ini, bagaimana kabar Zhou Ping?"
Ji Nian batuk ringan beberapa kali, ekspresinya semakin serius: "Aku mencarimu justru untuk urusan ini... Masih ingat kan saluran informasi yang pernah kubicarakan?"
"Ingat."
"Ia akan dimulai."
"'Ia'?"
"Sebuah pesta." Ji Nian berkata dengan tenang, "Pesta khusus yang hanya bisa dihadiri oleh Agen Dewa."
Alis Lin Qiye sedikit terangkat.
“Agen Dewa，di wilayah Da Xia memang tidak umum ditemui，tapi di balik kabut jumlahnya cukup banyak. Di dunia ini ada begitu banyak kerajaan dewa，pasti ada beberapa dewa yang punya kebutuhan khusus dan tidak bisa bertindak sendiri，jadi mereka mencari manusia dari 'Lingkaran Manusia' atau tempat lain，menganugerahkan kekuatan，untuk membantu mencapai target tertentu. Menurut statistik Perkumpulan Shangxie kami，saat ini ada lima sampai enam puluh Agen Dewa di balik kabut yang jejaknya bisa dilacak. Agen-agen ini berasal dari kerajaan dewa berbeda，membawa intelijen，informasi，atau barang khas kerajaannya masing-masing. Setiap tahun，sebagian dari mereka akan berjanji mengadakan pesta rahasia di suatu tempat untuk bertransaksi saling menguntungkan.”
Peringatan menepuk meja，tiba-tiba terpikir sebuah perumpamaan yang sangat gamblang:
“Bayangkan saja，kalau para dewa dari berbagai kerajaan itu diibaratkan selir-selir di istana kaisar kuno，maka pesta ini seperti kumpulan dayang-dayang selir yang diam-diam menggosip. Selir mana yang baru hamil，selir mana yang mulai tidak dimanjakan，atau burung pipit kesayangan selir mana yang hilang... Di sini kau bisa dengar segala gosip aneh seputar istana，tapi harus bayar harga sepadan，misalnya barang berharga atau informasi setara.”
Lin Qiye：……
Siasat otak seperti apa yang bisa menciptakan perumpamaan aneh begini？
Lin Qiye diam-diam mencurahkan isi hati，lalu berbicara，“Jadi，menurutmu aku bisa menemukan petunjuk tentang Zhou Ping di sini？”
“Zhou Ping adalah satu-satunya Dewa Pedang Da Xia di dunia yang berhasil menjadi dewa sebagai manusia. Ke mana pun dia pergi, dia akan menjadi fokus perhatian. Mengingat belakangan ini dia berkegiatan di sekitar Olympus, dan ada begitu banyak agen dewa di sana, pasti ada orang yang tahu informasi tentangnya.”
Lin Qiye mengangguk ringan, "Kedengarannya bagus... Tapi bukankah agen dewa mewakili dewa yang di belakang mereka? Seharusnya ada konflik kepentingan di antara masing-masing pihak. Benarkah mereka bisa berkomunikasi dengan damai seperti ini?"
"Kamu terlalu meremehkan hubungan antara dewa dan agen mereka." Ji Nian menggelengkan kepala, "Sebagian besar hubungan dewa dan agen hanyalah hubungan saling memanfaatkan. Dewa menggunakan agen sebagai alat untuk mencapai tujuan, sementara agen memanfaatkan dewa sebagai sumber kekuatan. Tentu ada juga pengecualian, seperti kamu dan Mikael yang sama sekali tidak ada transaksi kepentingan... Bahkan beberapa dewa hanya menganggap agen mereka sebagai mainan orang lain."
Dalam pikiran Ji Nian muncul wajah Loki dan Si Xiaonan.
Dia berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Konflik kepentingan antar agen memang ada, tapi itu urusan pribadi mereka sendiri, tidak ada hubungannya dengan dewa di belakangnya. Lagipula jika sampai memprovokasi agen lain, mudah sekali dikeroyok. Dalam pesta seperti ini, tujuan semua orang adalah transaksi. Biasanya semakin tidak mencolok semakin baik."
"Aku paham. Di mana lokasi pestanya? Kapan aku harus pergi?"
“Tempat pesta berubah setiap tahun, tapi bagi Perkumpulan Shangxie kami, menyelidiki hal seperti ini bukan urusan sulit... Lokasi tahun ini tidak terlalu jauh dari sini. Nanti aku akan berikan petanya, besok siang aku akan menyuruh He Lin ikut denganmu.”
“Apakah dia juga Agen Dewa?” Lin Qiye bertanya heran.
“Bukan, tapi setiap agen boleh membawa satu orang pengikut. Pengikut tidak ikut berdiskusi atau bertransaksi, hanya bisa menunggu di luar.” Jinian menjelaskan, “Pesta semacam ini punya banyak peraturan dan janji rahasia. Kamu tidak berpengalaman, gegabah datang bisa berbahaya. Dia tahu banyak intel, saat krusial bisa berguna.”
“Baik.” Lin Qiye mengangguk.
……
Hari kedua siang hari.
Lin Qiye berjalan sesuai janji ke bawah menara pusat 【Utopia】, He Lin sudah menunggu lama di sana.
Karena hanya agen dewa yang boleh ikut pesta, Bai Li Pangpang, Cao Yuan, An Qingyu dan lainnya tidak bisa pergi, hanya bisa menunggu kabarnya di 【Utopia】.
“Cepat sekali kita bertemu lagi.” Lin Qiye tertawa, “Bagaimana cara kita pergi?”
“Ada kapal selam khusus di atas, biar aku yang mengoperasikannya.”
He Lin dengan lancar menuju ke suatu lantai menara pusat, memasukkan perintah, membuka pintu besar berpixel.
Di ruang luas berbinar, sebuah kolam bulat muncul di hadapan Lin Qiye berdua.
He Lin menekan beberapa tombol di panel kendali, permukaan kolam segera bergoyang. Beberapa detik kemudian, kapal selam hitam berpixel muncul ke permukaan. Di sisinya tersemprot nomor unik tiga digit.
“Kapal selam seperti ini, Kalian punya berapa banyak?” Lin Qiye bertanya penasaran.
“Tidak banyak, kira-kira lebih dari lima ratus.” He Lin menjawab sambil melakukan pemeriksaan akhir, "Tapi umumnya tidak dipakai. Saat ada tugas penting, Kita selalu naik kapal pesiar Ketua. Kapal selam kecil ini adalah karya percobaan Ketua sebelum menciptakan 【Utopia】."
Lin Qiye mengikuti He Lin masuk ke dalam kapal selam, menutup pintu kabin. Bersamaan dengan aktivasi kapal selam, mereka perlahan tenggelam ke laut dalam.
Kapal selam ini tidak besar, tapi cukup untuk dua orang. Melalui periskop yang terpasang, Lin Qiye menyaksikan air laut yang dalam bergulung tak berujung di depan.
Kapal selam pixel dikendalikan He Lin dengan stabil naik, kemudian melayang sejenak agar lambung kapal beradaptasi dengan perubahan tekanan air, lalu melanjutkan pendakian...
Sekitar dua puluh menit kemudian, 【Utopia】 benar-benar menghilang dari pandangan Lin Qiye. Posisi mereka semakin mendekati permukaan laut.
Saat bagian atas kapal selam muncul ke permukaan, Lin Qiye mengulurkan tangan membuka pintu kabin.
Dia keluar dari kabin, berdiri di permukaan kapal selam. Kabut tebal membelit sekeliling, tak terlihat batasnya sekilas pandang.
Chapter 1190 Brown Myers
“Kira-kira berapa lama sampai tujuan?” Lin Qiye bertanya.
“Jarak tempuh kapal selam kira-kira lima jam, masih ada lebih dari 200 kilometer di belakang, hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.” He Lin tersenyum tak berdaya, “Baik kapal selam maupun kendaraan pixel lain dari Perkumpulan Shangxie, tidak boleh mendekati radius pesta agen, kalau tidak akan dikepung.”
“Mengapa？”
“Err... Ini berkaitan dengan aktivitas Perkumpulan Shangxie di dalam kabut.” He Lin batuk ringan, “Seperti yang kau tahu, lokasi utama aktivitas kami adalah 'Lingkaran Manusia' dari berbagai kerajaan dewa. Kami selalu berusaha meresap masuk untuk membuat masalah; selain itu, kami sering menggali reruntuhan dan rahasia kerajaan-kerajaan dewa; jika di jalan bertemu agen dewa dari kerajaan lain, kami akan kebetulan memberi mereka pelajaran, meminta biaya jalan, tapi jika bertemu agen jahat, kami akan langsung menjalankan keadilan...”
Lin Qiye terdiam sejenak dengan keraguan:
“Menggasak markas, menggali makam, merampok di jalan, eksekusi dan menjarah?”
“...Bisa dibilang begitu.” He Lin tersenyum kecut, “Karena itu, di mata kekuatan kerajaan-kerajaan dewa, kami adalah tikus yang harus dibasmi. Tapi meskipun aktivitas kami banyak, hampir tidak mungkin menggoyahkan kekuatan inti sebuah kerajaan dewa, paling-paling hanya membuat mereka jijik. Jadi dewa-dewa utama yang kuat bahkan yang tertinggi sama sekali tidak menganggap kami, sementara agen lemah atau dewa sekunder tak berdaya melawan kami. Perkumpulan Shangxie tumbuh di celah sempit yang tidak menentu ini.”
“Begini saja, kalau hari ini kamu pergi ke pesta agen ini, jika ada empat puluh agen yang ikut, maka hampir tiga puluh di antaranya pernah kita rampok. Menurutmu, apa yang akan mereka lakukan kalau melihat kendaraan pixel Perkumpulan Shangxie?”
“……Aku paham.”
Lin Qiye cepat-cepat menerima realita.
Seiring majunya kapal selam, garis daratan muncul dalam kabut tebal yang menyelimuti.
“Sudah hampir sampai, jalan selanjutnya hanya bisa kita tempuh sendiri.” He Lin mengendalikan kapal selam pixel, menyembunyikannya di suatu area perairan, lalu menginjakkan kaki di daratan.
“Bisakah kita terbang ke sana menggunakan area larangan?” tanya Lin Qiye.
Dua ratus kilometer memang tidak terlalu jauh bagi mereka, tapi berjalan kaki jelas membuang waktu. Jika menggunakan 【Awan Somersault】, mereka akan segera bisa tiba.
“Inilah yang ingin kuingatkan padamu.” He Lin berbicara dengan serius, “Dalam pesta ini, usahakan jangan sampai identitasmu terbongkar, terutama Divine Ruins Serafim dan Nyx, sama sekali tidak boleh digunakan. Kabar bahwa kau adalah agen dewa kembar sudah menyebar dari Da Xia ke kabut, sekarang banyak orang yang mencarimu, ingin mendapatkan rahasia menjadi agen dewa kembar. Ditambah kondisi terakhir Da Xia yang spesial, jika ada agen dewa Da Xia muncul di kabut, langsung akan menjadi target agen-agen lain. Lagipula, asalkan bisa mendapatkan sedikit informasi tentang pergerakan dewa-dewa Da Xia dari mulutmu, mereka akan mendapat keuntungan besar setelah kembali ke kerajaan dewanya masing-masing. Kau memiliki kedua syarat ini sekaligus, begitu identitasmu terbongkar, kau akan jadi bulan-bulanan. Maksud Ketua adalah, kau bisa menggunakan identitas agen dewa lain untuk menyusup ke pesta.”
Alis Lin Qiye sedikit terangkat.
Agen dewa kembar?
Tampaknya informasi para agen di kabut ini memang kurang update...
Masalah agen dewa kembar ini sebenarnya sudah tersiar sejak dia masih di kamp pelatihan, tapi ini bukan kesalahan mereka. Setelah itu, kemampuan lain Lin Qiye tidak pernah tercatat resmi, dan secara eksternal tetap diumumkan sebagai agen dewa kembar.
Para agen di kabut ini sudah cukup beruntung bisa mendapatkan informasi ini.
“Ini sederhana.”
Lin Qiye mengayunkan tangannya dengan santai, formasi sihir berkilauan mekar di bawah kakinya, tubuhnya tenggelam dalam cahaya sihir.
“cahaya，Lin Qiyeのbentuk sudah menghilang tanpa jejak，の，seorang pria Barat muda yang mengenakan pakaian resmi hitam，memakai topi gentleman，dan juga kacamata tunggal kuno di batang hidungnya。
Rambut pirang sedikit ikal berantakan menyusuri tepi topi，membentuk garis profil wajah yang elegan，sorot mata biru tuanya misterius bagai lautan，dia tersenyum mendorong kacamatanya，sekujur tubuhnya memancarkan aura kebijaksanaan dan keramahan。
“Begini masih bisakah？” Lin Qiye tersenyum。
“Ini adalah……”
“Agen Dewa Ramalan dan Sihir Merlin。” Lin Qiye berhenti sejenak，“Namaku adalah……Myers，Brown Myers。”
Dalam pandangan para agen dewa di balik kabut，Lin Qiye adalah agen dual dewa Serafim dan Dewi Malam Nyx，mereka tidak tahu identitas dewa lain yang diwakilinya，sedangkan Merlin termasuk dalam mitologi Inggris yang telah lama merosot，bahkan jika ada yang ingin menyelidiki latar belakangnya，mustahil。
Agen Merlin，adalah calon terbaik untuk penyamaran Lin Qiye。
Kalau sudah menjadi agen Dewa Sihir，secara acak memanggil seekor Naga Raksasa，sangat rasional bukan？
Lin Qiye memutar tangannya di udara kosong，sebuah formasi sihir panggilan mekar，Naga Bumi Aliran Api raksasa melesat keluar dari formasi sihir，menanggung tubuhnya dan He Lin，sayapnya bergetar，melesat di udara pergi。
“Begini muncul, apakah akan terlalu mencolok?” He Lin berdiri di punggung naga, baru selesai bicara langsung menggelengkan kepala sendiri, "Tapi... mencolok bagi kita memang kamuflase yang efektif. Semakin kita mencolok, semakin tidak ada yang berani curiga."
“Kalau mau berpura-pura jadi agen Dewa Sihir, harus berperan sampai tuntas.” Lin Qiye mendorong kacamata tunggalnya, sudut mulutnya mengarah membentuk senyum tipis, "Mulai sekarang, aku adalah Brown Miles... Brown Miles yang tenggelam dalam studi sihir dan sombong. Pujian bagi Dewa Sihir!"
Lin Qiye meletakkan kedua tangan di dada, ujung jari menggenggam kancing berlapis emas bersulam bintang dan rembulan, berbisik lantunan seperti jemaat yang religius.
He Lin mengamatinya dari atas ke bawah, mengangguk berkomentar: "Citra sudah kamu bangun sendiri... Tampaknya kamu punya bakat jadi mata-mata."
"Terlalu memuji." Lin Qiye tersenyum rendah hati.
Angin kencang menderu di telinga Lin Qiye. Naga Bumi Aliran Api berlari secepat mungkin, reruntuhan gedung-gedung kuno di tanah gersang melesat di depan pandangan mereka.
"Arsitektur di sini cukup spesial." Lin Qiye heran bersuara.
"Sebelum kabut mistis turun, wilayah ini termasuk Benua Eropa, beda budayanya jauh dengan Da Xia. Sayang sekarang cuma bisa lihat reruntuhan."
“He Lin mengulurkan tangan, menunjuk ke arah bangunan megah yang berdiri tegak di balik kabut. ‘Tempat pesta kalian kali ini, sebelum kabut mistis turun, dulunya juga gedung terkenal. Sepertinya namanya…… Katedral Notre-Dame de Paris?’”
Lin Qiye merasa nama itu terdengar familiar, entah pernah dilihat di buku mana.
Saat Lin Qiye berdua mengendarai Naga Bumi Aliran Api dengan mencolok menyambar dari langit, di dalam Katedral Notre-Dame yang gersang, beberapa siluet serentak mengangkat kepala. Melalui jendela-jendela bak kristal, mereka menatap ke arah siluet naga yang menggelegar dalam kabut.
“Benda hantu apa itu……”
Chapter 1191 Pekerjaan Berbahaya
“Sejak kapan ada agen yang bisa menjinakkan naga di dalam kabut ini?”
“Kulihat wajahnya, orang baru.”
“Banyak sekali wajah baru di pesta kali ini……”
Di aula utama Katedral Notre-Dame, siluet-siluet berjubah hitam mulai berbisik-bisik.
Lin Qiye menghantamkan tangan untuk membubarkan Naga Bumi Aliran Api. Saat mendekati gerbang kuno, sesosok siluet berjubah hitam lainnya berdiri di tepi pintu bagai hantu yang melayang dalam kegelapan malam.
Pada tudung jubahnya, terukir dua angka merah menyala:
——01
“Tunjukkan identitasmu.” Hantu hitam itu berkata dengan suara serak.
Bahasa Inggris yang digunakannya sama sekali bukan hambatan bagi Lin Qiye yang menguasai mantra penguasaan bahasa. Dengan lancar ia membalas:
“Brown Miles.” Lin Qiye mendorong lirih kacamata tunggalnya, lensa memantulkan cahaya pucat, "Agen Dewa Sihir Merlin yang menguasai ramalan dan sihir, ini adalah asistenku."
“Merlin?”
Hantu Hitam memandangi Lin Qiye dengan heran.
“Aku perlu memverifikasi Divine Ruins-mu.”
“Tidak masalah.”
Lin Qiye mengulurkan tangan, menekan udara kosong. Kilau sihir indah bermekaran, sebuah kerikil tiba-tiba muncul di telapak tangannya.
Hantu Hitam berdiam di tempat, seolah merasakan gelombang Divine Ruins dari tubuh Lin Qiye. Beberapa saat kemudian, ia menyapu tangan. Dua jubah hitam terbang sendiri ke tangan Lin Qiye dan He Lin.
“Benar ada aroma hukum sihir... Masuklah.”
Lin Qiye melihat jubah tersebut. Di tepi tudung, tertulis dua angka merah:
——33
Jubah di tangan He Lin juga memiliki deretan angka, namun berwarna putih. Mungkin untuk membedakan status agen dan asisten.
Lin Qiye menyampirkan jubah, mengenakan tudung, melewati gerbang lengkung megah. He Lin mengikuti dari belakang.
Langkah kaki mereka bergema di koridor. Cahaya bulan temaram menembus jendela kristal, memantul pada kabut tipis, menambahkan nuansa misterius pada dinding kuno yang mewah.
Setelah melewati koridor, mereka tiba di aula pusat yang luas.
“Saat ini di dalam aula pusat, sudah tersebar puluhan siluet berjubah hitam yang duduk, di tepi topi setiap orang tertulis seutas angka. Ketika Lin Qiye dan He Lin masuk, pandangan semua orang serentak menatap ke arah mereka.
Adegan Lin Qiye mengendarai naga yang turun dari langit tadi benar-benar terlalu mencolok. Semua orang berspekulasi tentang identitas agen baru misterius ini, serta dewa mana yang diwakilinya.
Lin Qiye menegakkan punggungnya, sama sekali tidak memperhatikan tatapan orang banyak. Dengan santai ia menemukan sudut dan duduk, mulai beristirahat dengan mata terpejam.
Tentu saja, memejamkan mata hanyalah ilusi.
Lin Qiye menyebarkan persepsi mentalnya, diam-diam mengobservasi kondisi para agen lain.
Namun baru menyebar sekitar 30-40 meter, beberapa aroma khas langsung menyadari kehadirannya di kerumunan. Beberapa kekuatan spiritual yang berbeda secara drastis saling bertubrukan!
Alis Lin Qiye berkerut, matanya terbuka lebar.
Bersamaan, beberapa orang di kerumunan menoleh memandang Lin Qiye di sudut.
"Ada yang bisa mendeteksi persepsi mentalku..." gumam Lin Qiye.
Setelah ragu sebentar, ia tidak lagi sembarangan melepaskan kekuatan spiritual. Dengan tetap duduk tenang sambil menunggu pesta dimulai, kesadarannya tenggelam ke dalam Rumah Sakit Jiwa Para Dewa.
……
Begitu memasuki rumah sakit jiwa, suara riuh-rendah langsung terdengar dari kejauhan.
Lin Qiye keluar dari Ruang Direktur, di halaman terlihat Gilgamesh yang mengenakan jubah abu-abu sedang mencekik leher rakun kecil dengan satu tangan mengangkatnya ke udara. Di sebelahnya tergeletak nampan makanan pasien yang terbalik dan sup yang tumpah ke mana-mana.
"Siapa yang mengirimmu... SIAPA YANG MENGIRIMU?!" Sorot mata keruh Gilgamesh dipenuhi amarah, suaranya menggeram, "Berani-beraninya meracuni makan malam Sang Raja? Nyalimu benar-benar besar?!"
Rakun kecil itu tergantung di udara, kedua kakinya terus-menerus mengayun kosong, ekspresinya menyiratkan penderitaan.
Para perawat lain mengelilingi mereka, terlihat ketakutan oleh kemarahan Gilgamesh dan tampak kebingungan.
"Kamu gila?!"
Li Yifei melangkah maju menggenggam pergelangan tangan Gilgamesh sambil mengerutkan alis, "Mana mungkin kami meracunimu?! Aku sudah mencicipi masakan ini di dapur, tidak ada masalah sama sekali! Lepaskan dia! Kalau ada masalah, hadapi aku!"
"Kamu... Tyr, di istana ini orang yang paling kupercaya adalah kamu... Kamu malah ingin mencelakai Sang Raja?"
Kilatan kekejaman muncul di mata Gilgamesh. Ia melepaskan rakun kecil itu yang langsung jatuh terduduk dengan mata berkaca-kara kesakitan.
Pada momen berikutnya, tangan Gilgamesh menyambar seperti kilat mencekik tenggorokan Li Yifei.
"Pengawas!" teriak rakun kecil panik.
Para perawat lain serentak terkejut, A Zhu, Hong Yan, Wangcai, Heitong dan lainnya refleks ingin bertindak, namun dihentikan Li Yifei yang tetap di tempat:
“Jangan bergerak! Sekarang orang ini sakit parah, kalau benar-benar membuatnya marah, kita semua harus mati!”
Para perawat terpaksa menghentikan gerakan mereka.
Bersamaan, siluet berjas lab putih melesat keluar dari gedung secepat kilat!
“Ada pembunuh bayaran?” Gilgamesh mengerutkan alis, tangan satunya mengangkat sebilah pedang yang terkristalisasi dari udara kosong, tergenggam di telapak tangannya.
“Qiye?” Mata Li Yifei berbinar.
Dalam beberapa tarikan napas, Lin Qiye sudah berkedip muncul di antara Gilgamesh dan Li Yifei.
Kekuatan ilahi yang ganas dan otoriter berpusar liar dari Gilgamesh, kilau pedang tajam menebas leher Lin Qiye, bahkan dimensi sekitar mulai terdistorsi!
Lin Qiye menyipitkan bola matanya, kaki kanannya menginjak lantai dengan keras.
Duum——!
Dentuman berat bergema dari halaman, seketika, tekanan wibawa Gilgamesh lenyap, nuansa ungu yang bergelora seolah dipadamkan oleh tangan tak kasat mata.
Tangan kanannya secepat kilat menggenggam balik pergelangan tangan Gilgamesh, lalu menendang dadanya hingga tubuhnya terlempar ke belakang.
Di rumah sakit jiwa ini, tak ada dewa yang bisa mengalahkan Lin Qiye.
Tubuh Gilgamesh mendesing menghancurkan satu sisi dinding, menerjang masuk ke dalam gudang, debu tebal beterbangan.
Tubuh Li Yifei tertatih-tatih dan terjatuh ke tanah.
Lin Qiye menopangnya, hendak mengatakan sesuatu, bayangan kelabu itu kembali melesat keluar dari gudang, menebas ke arah mereka berdua.
Tiba-tiba, seolah terbangunkan oleh keributan besar, energi ilahi keemasan yang mengamuk meledak dari ruang rawat di lantai dua. Sun Wukong yang menyampirkan kasaya compang-camping seketika menembus langit, menerjang Gilgamesh.
Dentuman ledakan keras bergema berturut-turut di tepi halaman.
Menyaksikan pemandangan ini, Lin Qiye menghela napas lega, menoleh memandang Li Yifei:
"Kamu tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja... Cuma celanaku agak basah." Li Yifei menampar dadanya dengan wajah pucat, "Ya ampun, kukira kali ini nyawaku habis! Merawat orang gila memang pekerjaan berisiko tinggi!"
