Merasakan tekstur tongkat kekuasaan yang tidak biasa, An Qingyu langsung berusaha mencabutnya dari kubangan lumpur gelap, namun tepat di detik itu, kilau pedang menyambar vertikal ke arah kepalanya!
An Qingyu segera menghindar ke samping, namun telapak tangan yang semula menggenggam tongkat kekuasaan telat bergerak, ditebas kilau pedang hingga terputus. Alisnya berkerut,【Pedang Raja】di tangannya yang lain menyapu ke belakang, dingin menusuk langsung membekukan separuh langit menjadi balok es!
Di tengah es yang dingin yang ekstrem, garis profil manusia gelap pekat melesat, seketika berubah menjadi tubuh Lin Qiye, sebuah tangan menggenggam ke arah 【Tongkat Kekuasaan Raja】!
Kapasitas 【Tongkat Kekuasaan Raja】 sangat kompleks, siapa yang bisa mengambil kekuatan ilahi pihak lawan lebih dulu melalui sistem acak ini, sama saja telah mengunci kemenangan lebih awal.
An Qingyu juga memahami hal ini, dari bawah tulang rusuk miliknya tiba-tiba mengucurkan darah, sebuah tangan darah mengeri mengeluarkan diri dari dalam tubuhnya, juga meraih ke uung tongkat kekuasaan.
Dua telapak tangan secara bersamaan menggenggam kedua sisi tongkat!
Dengan An Qingyu menggerakkan kekuatan 【Tongkat Kekuasaan Raja】, cahaya emas samar mekar dari bagian bawah tongkat. Bersamaan itu, cahaya sihir berkedip samar di tubuh Lin Qiye, kembali berubah menjadi tubuh aslinya disertai belitan benang-benang karma!
【Tongkat Kekuasaan Raja】 seketika berkilauan silih berganti di permukaan, bagai lampu rusak yang berkedip tak menentu.
Lin Qiye menyipitkan matanya, benang-benang karma langsung melewati 【Tongkat Kekuasaan Raja】 dan merambat ke tubuh An Qingyu. Bola mata abu-abu yang terakhir menyempit, telapak tangan satunya tiba-tiba meledakkan kilatan petir ungu tua yang menghantam permukaan tongkat kekuasaan!
Dor——！！
Bola kilat raksasa meledak di langit-langit, 【Tongkat Kekuasaan Raja】 terlempar oleh gelombang kejut dan menancap dalam-dalam ke tanah yang retak.
Siluet Lin Qiye muncul dari kegelapan dengan mantap mendarat di tanah. An Qingyu yang kehilangan satu lengan, hanya bertumpu pada lengan tersisa dan tangan berdarah yang dipaksakan, mendarat dengan kerepotan di sisi lain medan perang.
"Sejak awal aku heran, labirin ini begitu luas... bahkan seribu orang yang masuk pasti langsung tercerai-berai. Dari belasan anggota 【Surga Ranah Ilahi】 tak satu pun kutemui, kenapa justru Nomor 22 kebetulan menabrak Wishnu?" Lin Qiye berbicara pelan, "Sekarang kulihat, ini semua rekayasamu?"
"Ya." An Qingyu mengangguk.
"Kau merancang pertemuan Nomor 22 dengan Wishnu. Dengan begini, Wishnu pasti akan bertindak menahanku, lalu kau bisa menculik 【Tongkat Kekuasaan Raja】 sekaligus menghasut Wishnu, memanfaatkan kekuatan ilahinya bersama Nyx yang dikurung di balik pintu... Tapi satu hal masih belum kupahami."
Lin Qiye menatap tajam matanya, "Sejak kapan kau mulai membuntutinya? Atau... kau selalu bersembunyi di labirin ini?"
“Reruntuhan Gerbang Kebenaran sangat penting bagiku, tentu saja aku harus menyisakan beberapa cara untuk mencegahnya didahului orang lain.” An Qingyu berbicara datar.
“Apa yang ingin kamu lakukan dengan reruntuhan Nya?”
An Qingyu berhenti sejenak, “Bangunkan 【Kunci Gerbang】, turunkan Gerbang Kebenaran yang sesungguhnya.”
Mendengar ini, hawa dingin di sorot mata Lin Qiye kembali berkelebat. Dia mengulurkan telapak tangan, menekan udara gelap di hadapannya.
Pada momen berikutnya, An Qingyu tiba-tiba merasakan serangkaian rasa sakit hebat dari berbagai bagian tubuhnya, seolah-olah banyak paku besar kasar tiba-tiba tertancap ke dalam tubuhnya!
Saat menunduk, dia melihat bahu, lutut, pergelangan kaki, dan telapak tangannya sudah tertembus kegelapan. Seluruh tubuhnya seperti tertancap mati di sebuah salib, hawa beku menusuk menyusup ke dalam tubuh melalui luka, perasaan lemah yang belum pernah terasa sebelumnya membanjiri hatinya.
Lin Qiye menggenggam Pedang Ame-no-Murakumo, aura dalam dan menyala-nyala menyebar dari pupil hitam dan emasnya, kekuatan ilahi yang hampir mencapai tingkat tertinggi bergolak keluar!
Wajah An Qingyu menjadi sangat tegang. Saat mencoba menggerakkan kekuatan ilahi dalam tubuhnya, dia menemukan sebagian besar kekuatan itu terus-terusan tertelan oleh paku kegelapan yang menancap di tubuhnya. Akhirnya, hanya sedikit sekali kekuatan ilahi yang bisa dikumpulkan.
Embun beku putih salju merambat di tubuh An Qingyu, dia memutar tubuhnya dengan sekuat tenaga, bahu kiri yang membeku oleh es tercabut dengan paksa dari paku yang tertancap mati. Tepat saat dia bersiap melanjutkan, bola mata emas dan hitam itu telah berada di hadapannya.
“【Kunci Gerbang】Tidak bisa dihidupkan kembali, tubuhmu ini... Aku terima.”
Kilau pedang berkedip di depan mata An Qingyu. Dalam kegelapan tak berujung, cahaya keemasan jatuh dari langit, cahaya dan bayangan seolah terbelah oleh batas setipis benang, menggores tubuh An Qingyu yang tertancap mati.
Siluet itu terpantul di salib hitam. Tubuh An Qingyu yang masih meronta tertegun, garis darah muncul di persimpangan cahaya, seluruh tubuhnya terbelah menjadi dua dalam keheningan.
Api kegelapan menyala dari garis darah, dengan kejam menerkam daging dan darah di sekitarnya. Bola mata An Qingyu semakin kabur, kilau abu-abu itu menghilang tanpa jejak, kembali menjadi pupil merah menyala bertuliskan karakter "". Jubah hitamnya berubah menjadi abu-abu, jiwanya telah berpindah ke tempat lain.
Gelombang kegelapan surut ke bawah kaki Lin Qiye. Cahaya emas seperti sayap raksasa merapat kembali di antara enam sayap putih bersihnya.
Lin Qiye memandangi tubuh yang ditelan kegelapan ini, ekspresinya tidak banyak berubah. Dia sudah tahu sejak lama, An Qingyu tidak akan mati bersama tubuh ini. Untuk benar-benar membunuhnya, semua klon Dewa Buatan ini harus dibantai terlebih dahulu.
Lin Qiye mengemas Pedang Ame-no-Murakumo dan berjalan menuju Nyx di sampingnya.
Nyx yang melihat wajah yang tak terlihat lama itu langsung berbinar matanya. Dia mengangkat ekor gaunnya dan segera mendekat, kedua tangannya memeluk bahu Lin Qiye sambil bertanya penuh perhatian:
"Kenapa? Terluka tidak?"
"Tidak apa, Ibu." Lin Qiye tersenyum, "Aku sudah bukan diriku yang dulu... Sekarang bahkan jika dewa tertinggi bertindak, belum tentu bisa menggangguku."
Setelah memastikan Lin Qiye benar-benar tak terluka, Nyx menghela napas panjang, "Sayang, aku gagal menghentikan Wishnu. Dia kabur."
"Kekuatan ilahi Anda terkuras habis, tidak perlu mengambil risiko. Lain kali kita bunuh dia secara langsung saja."
Seperti teringat sesuatu, Lin Qiye mengambil 【Tongkat Kekuasaan Raja】 dan 【Pedang Raja】 dari tanah. Ikan Pertama yang dibunuhnya membuat artefak suci ini tak bisa dibawa pergi, akhirnya semuanya kembali ke tangannya.
Athena dan Artemis datang dari kejauhan. Keduanya terluka dengan kekuatan ilahi yang juga terkuras. Melihat Nyx kembali dalam keadaan utuh, mereka melepaskan napas lega.
Saat ketiganya berbicara, pandangan Lin Qiye tertuju pada mayat-mayat tentakel di antara mereka, bola matanya menyipit...
Dia melangkah mendekat. Di balik balok es yang tebal terlihat Nomor 22 yang perutnya dibedah, sedang berjuang keras melepaskan diri.
Menyaksikan Lin Qiye mendekat, sorot matanya dipenuhi ketakutan.
“Tampaknya, ayah angkat yang baikmu tidak terlalu memperhatikanmu.” Lin Qiye berbicara tanpa tergesa-gesa, “Dia sendiri kabur di tengah kekacauan, tapi meninggalkanmu di sini... sungguh menyedihkan.”
Chapter 1867 Niat Membunuh Nyx
Mendengar kalimat ini, wajah Nomor 22 langsung membara.
Saat Lin Qiye ditahan An Qingyu tadi, Wishnu memaksa kabur dari hadapan Nyx yang menghalangi, menimbulkan keributan yang cukup besar.
Di tengah situasi ini, Nomor 22 sempat meminta bantuan Wishnu. Tapi meski sudah merengek-rengek, Wishnu hanya meliriknya dingin sebelum pergi tanpa menengok... meninggalkannya sendirian terperangkap dalam balok es, bagai domba potongan.
Nomor 22 menarik napas dalam-dalam, nada bicaranya tak lagi angkuh. Suara berat menggema, “Lin Qiye, bagaimana kalau kita bertransaksi?”
“Transaksi?”
“Termasuk aku, 【Surga Hasrat Dewa】 masih punya dua dewa tingkat utama, dan belasan Dewa Sekunder. Bebaskan aku, aku akan bawa mereka semua bergabung di bawah Da Xia. Setuju?”
Lin Qiye memandangnya tanpa ekspresi, sama sekali malas menjawab proposal bodoh ini.
“Kalau tidak percaya, ikutlah aku pulang... Apapun ritual sumpah atau kontrak, aku mau terima. Sungguh.” Melihat raut Lin Qiye yang tak berubah, Nomor 22 buru-buru menambahkan.
Lin Qiye tetap membisu.
“Benar juga... Para dewa dari 【Surga Hasrat Dewa】 adalah musuh bagi Da Xia. Kalian tidak mau menerima mereka juga tidak masalah, aku bisa memandu kalian! Aku adalah Pemimpin 【Surga Hasrat Dewa】. Dengan sedikit trik, aku bisa melumpuhkan semua perlawanan mereka. Dengan begini, kalian bisa membasmi mereka sampai ke akar-akarnya tanpa perlu korban jiwa!” Melihat penyerahan diri tidak diterima, No.22 langsung berkhianat, menjual nyawa belasan dewa bawahannya untuk menyelamatkan diri sendiri.
Alis Lin Qiye sedikit terangkat.
Jujur saja, usulan No.22 ini membuatnya agak tertarik.
Perubahan ekspresi halus ini tertangkap oleh No.22, membuatnya langsung melihat secercah harapan. Ia segera menempa besi selagi panas:
"Tanpa 【Surga Hasrat Dewa】, tanpa 【Tongkat Kerajaan】 dan 【Pedang Raja】, aku cuma sampah masyarakat. Sekeranjang apapun ulahku, mustahil mengancam Da Xia... Kalau masih ragu, aku rela menganggapmu sebagai ayah angkat! Aku mau kerja kasar apapun asal dibiarkan hidup!"
Mendengar frasa "ayah angkat", Lin Qiye nyaris kedutan. Gelar ini terdengar janggal, seolah mengisyaratkan akhir yang buruk...
"Maaf, aku tidak berminat mengadopsi anak." Lin Qiye berbicara tenang, "Lagipula, untuk memusnahkan 【Surga Hasrat Dewa】, tidak perlu trikmu... Aku sendiri cukup."
Hati No.22 berdesir curiga. Otaknya berputar kencang mencari akal, namun tiba-tiba siluet berbaju gaun bertabur bintang menghampiri.
"Filotēs..."
“Nyx menatap kulit yang dikenakan oleh Nomor 22 di luar tubuhnya, kedua bola matanya tampak kosong.
Lin Qiye melihat pemandangan ini, setelah ragu sejenak, akhirnya menurunkan Pedang Ame-no-Murakumo yang sempat diangkatnya.
Dia mundur setengah langkah, berbicara lembut kepada Nyx: "Ibu, aku masih punya teman di lorong darurat. Aku akan menjemputnya... Adapun orang ini, serahkan saja pada Ibu."
Melihat sorot mata Lin Qiye, Nyx sepertinya memahami maksudnya. Setelah diam cukup lama, dia mengangguk.
"Baik... Terima kasih."
Lin Qiye melayangkan pandangan terakhirnya pada Nomor 22 sebelum berbalik dan pergi menjauh.
Dia tidak khawatir Nyx akan menunjukkan belas kasihan pada Nomor 22. Bagaimanapun, ini adalah Nyx - Dewi Malam yang pernah menyabet pedang sendirian ke Olympus untuk membalaskan dendam anaknya... Dia yakin, nasib Nomor 22 di tangan Nyx pasti akan jauh lebih menyakitkan daripada di tangannya sendiri.
Ketika Lin Qiye benar-benar telah pergi jauh, ketenangan di mata Nyx sirna sama sekali, digantikan oleh hawa dingin yang membeku!
Tatapan Nomor 22 bertabrakan dengan Nyx, seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali. Dia sangat tahu ini adalah Nyx - ibu dari kulit yang dikenakannya. Melihat putrinya dinodai hingga menjadi seperti ini, bahkan dengan jari kakinya pun Nomor 22 bisa membayangkan amarah seperti apa yang sedang membara di dada Nyx saat ini.
“Lepaskan aku... Lepaskan aku!” Sorot mata Nomor 22 dipenuhi ketakutan yang belum pernah terlihat sebelumnya, “Aku tidak sengaja... Aku benar-benar tidak sengaja! Aku akan melakukan apapun yang kau perintahkan, aku...”
Suara Nomor 22 belum habis bergema, dunia ini langsung diselimuti kegelapan, rintihan permohonannya berubah menjadi jeritan menyayat hati!
Lin Qiye tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Saat ia kembali bersama Lina, Nyx sudah menunggunya di tempat dengan tenang. Kecuali kantung matanya yang sedikit merah, tidak ada keanehan lain. Sang dewi tersenyum tipis padanya.
Lin Qiye tidak bertanya lebih lanjut. Dari potongan-potongan tubuh yang berserakan di tanah, jelas Nomor 22 sudah benar-benar mati.
Dengan dipindahkannya reruntuhan Gerbang Kebenaran, puncak kerucut waktu pun menghilang. Pecahan-pecahan waktu yang kacau balau mulai pulih ke bentuk semula. Di hamparan es yang luas, para dewa dengan sorot mata kosong bagai mayat berjalan mulai bermunculan silih berganti.
Mereka adalah anggota 【Surga Hasrat Dewa】yang mengikuti Nomor 22 masuk ke labirin sejak awal.
Menyadari waktu telah kembali normal, para dewa ini sama sekali tidak paham situasi. Setelah melirik sekeliling, cahaya harapan tiba-tiba menyala di mata mereka. Sebelum sempat bergembira, suara dingin sudah bergema dari kejauhan:
“Bantai mereka semua... Sisakan yang di sudut paling pojok.”
Sebuah kilatan gelap malam menelan langit, dua siluet anggun melesat keluar. Di bawah pengepungan Lin Qiye, Athena, dan lainnya, para dewa dari 【Surga Hasrat Dewa】 ini bahkan tidak bertahan satu menit pun sebelum dibantai seluruhnya, hanya menyisakan Jubilost yang menggigil ketakutan di sudut.
Jubilost memandang pemandangan pembantaian sepihak di hadapannya, benar-benar tertegun. Ia tak tahu dari mana dua dewa utama yang ganas itu berasal, apalagi bagaimana Lin Qiye tiba-tiba menjadi sehebat ini. Yang ia tahu, saat sadar kembali, hanya dirinya yang berdiri sendirian di atas dataran es.
"Jubilost." Lin Qiye mengibaskan noda darah dari Pedang Ame-no-Murakumo, suara beratnya menggema.
"...Kau...kau mau apa?"
Jubilost mana pernah melihat barisan megah seperti ini? Ia hanyalah Dewa Kekayaan yang tidak ahli bertarung, ditambah 【Surga Hasrat Dewa】 telah mengorosi pikirannya. Kini, bahkan secercah keinginan melawan pun tak tersisa.
Lin Qiye mengamatinya dari ujung kepala hingga kaki, "Kau tahu di mana 【Surga Hasrat Dewa】 berada, kan?"
Jubilost tertegun, refleks ingin berkata tidak tahu. Tapi suara Lin Qiye kembali menggema:
"Santo kalian sudah kubunuh. Kau lihat sendiri apa yang terjadi... Jika ingin hidup, tuntunlah jalan."
Jubilost terdiam di tempatnya lama. Baru setelah Lin Qiye memicingkan mata melepaskan wibawa ilahi, ia sadar dan mengangguk seperti ayam mematuk biji.
"Baik, baik! Aku akan mengantar kalian sekarang."
Santo dan "rekan-rekan" ini terbantai di sini, bahkan tanpa perlu Lin Qiye berkata-kata, Jubilo tahu 【Surga Hasrat Dewa】 sudah tamat. Sisa orang-orang itu mustahil bisa menahan para algojo yang bahkan bisa menebas dewa seperti menyembelih anjing...
Lebih baik mereka yang mati daripada Hamba. Daripada begini, lebih baik langsung jual mereka untuk mencari jalan hidup!
……
Selat Bayangan Cermin.
Duum——!!
Dentuman sayup-sayup terdengar dari balik dinding kabut yang bergulir. Lin Qiye yang sedang bersila di ranjang mengerutkan alis, perlahan membuka mata...
Ia berdiri dan melangkah keluar. Setelah memandang sekeliling, tak terlihat apapun selain kabut tebal. Namun getaran halus di bawah kakinya menandakan sesuatu memang terjadi di balik kabut.
Saat Lin Qiye sedang berpikir, kabut di sekitarnya tiba-tiba mengalir deras, membuka jalan bagi siluet berbaju hitam yang perlahan mendekati halaman kecil ini.
Lin Qiye berdiri di tengah halaman. Kelopak matanya berkedut halus, ekspresinya agak aneh.
Chapter 1868: Halaman dan Wilayah
"Sudah bertemu lagi."
An Qingyu berbicara datar.
Lin Qiye menatap wajah yang familier itu, rasa kikuk tak terucap di hati... Baru saja menebasnya di labirin, kini sudah bertemu lagi, itupun justru di wilayah kekuasaan lawan.
"Suara tadi... Kau pindahkan reruntuhan Gerbang Kebenaran ke sini?"
"Selain sini, mau kau suruh pindah ke mana lagi?"
“Ekspresi Lin Qiye menjadi serius,”Kamu mau membangunkan Nya sekarang?”
Jika An Qingyu mau membangunkan 【Kunci Gerbang】 sekarang, dia harus mengirim klon kembali ke Da Xia untuk mengerahkan seluruh pasukan dan melancarkan serangan total. Perkataan Lin Qiye sebelumnya bukanlah lelucon—di dunia ini, tidak boleh ada Tiga Dewa Pilar lagi yang muncul.
“Aku akan membangunkannya… tapi bukan sekarang.”
An Qingyu seolah enggan berdebat lebih lanjut. Dia melangkah langsung menuju rumah di dalam pekarangan sambil berkata dengan suara berat, “Di skenario ini, kau sedikit lebih unggul… tapi lain kali, belum tentu.”
Lin Qiye mengawasi punggungnya yang menjauh, tiba-tiba tersadar akan sesuatu. “Mau kemana?”
“Istirahat.”
“Bukannya ini tempat penahananku? Kau mau istirahat di sini?”
“…Ini memang tempat istirahatku. Menahanmu cuma bonus sambil lalu.” An Qingyu menoleh memandangnya, “Kalau mau coba membunuhku lagi saat aku lemah, silahkan…”
Suaranya berhenti. Dia memasuki salah satu kamar dan menutup pintu erat-erat.
Lin Qiye: ……
Waktu itu orang ini bilang ini tempat tinggalnya sendiri, Lin Qiye masih ragu. Ternyata benar…
Tampaknya meski An Qingyu bisa kabur lewat transfer jiwa, harga kehilangan klon tak main-main. Baru bicara beberapa kalimat saja, Lin Qiye sudah bisa merasakan kelemahannya.
Kalau sekarang menyerang, berapa peluang menangnya?
Lin Qiye berpikir sejenak, akhirnya mengurungkan niat itu. Belum lagi berapa klon yang dimiliki An Qingyu setelah ia dibunuh, tubuh aslinya sendiri belum memiliki hukum yang mengatur. Bahkan jika berkelahi, hampir mustahil membunuhnya.
Tugas tubuh aslinya bukanlah menghabisi An Qingyu, melainkan memetakan posisi markas besar Cthulhu dan kartu as mereka... Tidak perlu mengambil risiko di saat seperti ini.
Lin Qiye menarik kembali pandangannya, setelah ragu sejenak, melangkah menuju papan catur di bawah pohon.
Ia menyeka debu di papan catur, meletakkan dua keranjang bidak hitam-putih di hadapannya. Menghadapi bayangan pohon yang bergoyang, ia mulai menurunkan bidak.
An Qingyu memang benar. Dalam skenario ini, memang dirinya yang sedikit unggul.
Labirin waktu pada dasarnya adalah perangkap yang dipasang An Qingyu lebih dulu. Meski akhirnya ia sukses mengalihkan Gerbang Kebenaran dan membujuk Dewa Tertinggi Wishnu menyerah, Lin Qiye juga menyelamatkan Nyx, Athena, dan dua lainnya. Ia hampir menghancurkan Wishnu, bahkan menebas satu klon An Qingyu.
Tentu saja, semua ini karena ia tiba-tiba menguasai Hukum Kegelapan... Ini adalah langkah tak terduga yang membuat An Qingyu terkejut.
Andai saja ia tidak mengendalikan Hukum Kegelapan, akhir cerita pasti akan menjadi: An Qingyu mengalihkan Gerbang Kebenaran, bersatu dengan Wishnu menekan Nyx. Bisa jadi bahkan klon Serafim-nya sendiri ikut ditahan.
Dengan begini, hubungannya dengan Da Xia benar-benar terputus. Da Xia yang kehilangan pemimpin akan menjadi sangat pasif dalam permainan selanjutnya.
“Lin Qiye sambil mengkaji ulang dalam hati, sambil menurunkan bidak, dia membayangkan di hadapannya duduk An Qingyu yang sedang bermain catur bersamanya, pion hitam-putih bertarung sengit di atas papan catur, perlahan menguasai sebagian besar papan.
Angin sepoi-sepoi menerpa pohon maple merah menyala, terdengar desiran daun... Lin Qiye tersadar, menatap ke arah kamar tempat An Qingyu beristirahat, tanpa disadari matanya terlihat bingung.
Sebuah halaman kecil, sehelai papan catur.
Sebuah dunia, kelahiran dan kepunahan suatu ras...
Mereka berdua jelas-jelas berada di halaman seluas beberapa jengkal ini, tapi setiap bidak yang mereka turunkan terus-menerus menentukan pola langit-langit dunia luar.
Lin Qiye duduk sendirian di bawah pohon maple untuk waktu yang lama, menghela napas panjang... Bagaimana perasaan mereka seandainya bisa melihat pemandangan ini sejak pertama kali masuk ke halaman ini?
Lin Qiye meletakkan bidak terakhir di papan catur hitam-putih yang saling bertautan, diam lama, menggelengkan kepala, lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
……
Di dasar laut gelap pekat, sorotan lampu-lampu menyapu sekeliling. Di antara arus laut yang bergulung-gulung, sebuah kota bergaya pixel seperti gurita merangkak di dasar laut, perlahan bergerak ke suatu arah.
Markas Besar Perkumpulan Shangxie——【Utopia】.
Ksatria itu berjalan cepat melewati lorong bergaya pixel, ekspresinya tampak gelisah, dia menoleh dan bertanya:
“Di tempat apa mereka ditemukan?”
“Tempat sekitar 800 mil laut dari sini... Saat itu kapal eksplorasi mereka tenggelam, Kami menyusuri cahaya lampu dan menemukan mereka. Setelah mengkonfirmasi identitas, langsung kami antar ke unit medis.”
“Kondisi korban?”
“Tidak ada yang mati, hampir semua berhasil diselamatkan. Tapi mereka terus muntah dan diare, sepertinya mabuk laut yang parah.”
“...Mabuk laut?”
Sambil berbicara, sang ksatria telah sampai di pintu ruang rawat berwarna putih. Ia mendorong pintu masuk.
Di ruang rawat yang luas dan terang, beberapa siluet tinggi besar dengan luka terbungkus perban berjongkok rapi di sudut dinding. Masing-masing memeluk tong sampah dengan wajah pucat pasi.
Charles melihat sang ksatria, terdiam sejenak. Saat hendak berbicara, tiba-tiba membungkuk dan muntah kering!
Ksatria: ......
"Lama tak berjumpa... Charles." Di antara gemuruh suara muntah, sang ksatria menahan rasa jijiknya dan menyapa.
"Hukh hukh hukh... Lama tak berjumpa, Gary! Tak kusangka bisa bertemu di sini!" Charles menarik napas dalam-dalam, menahan dorongan muntah, lalu bangkit dan bergegas memeluk sang ksatria.
Ksatria merasakan bau menusuk yang menyergap, dengan enggan menerima pelukan sebentar sebelum cepat-cepat melepaskan diri.
"Lukamu bagaimana?" Sang ksatria menatap balutan perban yang membungkus tubuhnya.
"Tak apa. Luka begini takkan merenggut nyawa kami. Hanya saja... Huek!"
Charles tertatih di bawah kakinya, segera berbalik arah dan muntah ke tong sampah. Setelah lama, dia baru goyah berdiri, "Entah kenapa... sepertinya agak mabuk laut... Aneh, bukankah kita sudah tidak di kapal lagi, bukan?"
Mulut sang ksatria sedikit berkedut.
"Intinya, untunglah ada Perkumpulan Shangxie kalian, kalau tidak kami mungkin sudah tenggelam di laut." Charles menghela napas, "Dulu saat kau meninggalkan Ordo Ksatria dan bergabung dengan Shangxie, aku masih punya keberatan dengan pilihanmu. Tapi sekarang kelihatannya, pandanganku waktu itu terlalu sempit."
"Urusan masa lalu tak perlu dibahas lagi." Sang ksatria melambaikan tangan berkata, "Bukankah kalian sudah bergabung dengan 'Penjaga Malam'? Kenapa bisa karam di perairan itu? Siapa yang melukai kalian parah begini?"
Menghadapi pertanyaan sang ksatria, Charles seperti sedang mengingat sesuatu, wajahnya muram, "Kami diperintah Komandan Lin untuk menyelidiki 【Surga Hasrat Dewa】. Berdasarkan petunjuk yang kami pegang, kami lacak lokasi sarang mereka..."
Chapter 1869 Peringatan Menjadi Dewa
"Tak disangka, mereka malah memasang begitu banyak pos jaga tersembunyi di sekitar sarang... Kami bahkan belum mendekati ambang batas sarang sudah ketahuan. Seorang dewa dari 【Surga Hasrat Dewa】 memburu kami. Kami yang berbadan tebal selamat, tapi kapal eksplorasi hancur berkeping... Urusan setelahnya, kau sudah tahu."
Setelah mendengar penjelasan Charles, ksatria itu mengangguk ringan. Bisa bertahan hidup dari kejaran para dewa sudah sangat sulit. Tampaknya teman-teman lama yang sudah lama tidak bertemu ini, kemampuan tempur mereka juga telah meningkat pesat selama bertahun-tahun.
"Meski Surga Nafsu Dewa adalah tempat berkumpulnya dewa-dewa pengembara, tapi Santo mereka terkenal sangat hati-hati dan licik. Penyusupan pengintai rahasia juga wajar." Ksatria itu menepuk bahunya, "Kalian istirahat total dulu di sini. Aku akan menyiapkan kapal baru untuk mengantarkan kalian kembali ke Da Xia."
Charles mengangguk, seolah teringat sesuatu, "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan ketua perkumpulan Shangxie kalian itu?"
"Ketua kami? Beliau sedang menyepi akhir-akhir ini... Ada apa?"
"Setelah kalian membebaskan 'Lingkaran Manusia' waktu itu, kalian pergi terlalu mendadak. Aku tidak sempat bertemu beliau. Kali ini nyawaku lagi diselamatkan, aku ingin menyampaikan terima kasih langsung." Ekspresi Charles penuh harap.
Ksatria itu mengusap dagunya dengan satu tangan, tampak agak dilema.
Bukan karena tidak ingin mempertemukan Charles dengan Ji Nian, tapi Ji Nian memang benar-benar terus menyepi di gudang itu. Beliau tidak menemui siapa pun selama berhari-hari, entah sedang merancang apa... Bahkan jika dia mengantar Charles dan yang lain ke sana, kemungkinan besar mereka akan pulang dengan tangan hampa.
Tapi melihat tatapan penuh harap Charles, ksatria itu akhirnya menghela napas dan berkata:
"Aku akan mengantarkan kalian untuk mencoba. Tapi siapkan persiapan mental, kemungkinan besar beliau tidak akan menemui kalian."
"Terima kasih banyak."
"Kita semua keluarga. Tidak perlu sungkan-sungkan."
Ksatria melambaikan tangan, membawa Charles dan yang lain langsung menuju area terdalam 【Utopia】.
Charles dan rombongan baru pertama kali memasuki 【Utopia】. Saat Ksatria menjelaskan ini adalah kota pixel yang berjalan di bawah laut dalam, mereka semua menganga lebar... Beberapa detik kemudian langsung membungkuk muntah.
Bagaimanapun, kota ini dalam pemahaman mereka seperti mukjizat ilahi yang nyata!
"Membangun kota pixel sebesar ini sendirian... Sungguh luar biasa." Pandangan Charles menyapu gedung-gedung dan pejalan kaki di sini, tak tahan berkomentar, "Apakah Ketua Ji Nian sudah menjadi dewa?"
Ksatria tertegun, serius berpikir sejenak:
"Yang ini aku memang tidak paham, sistem kekuatannya sepertinya berbeda dengan kita... Tapi kali ini dia menyepi dengan misterius, mungkin memang sedang berusaha menjadi dewa."
"Kalau dibandingkan dengan Komandan Lin, siapa yang lebih kuat?" Di tim 【Ksatria】, seseorang penasaran bertanya.
Ksatria tersenyum kecut, "Ini aku tidak tahu..."
Sambil berbincang, rombongan telah sampai di depan sebuah gudang.
Gudang ini seluruhnya terbuat dari pixel, tingginya hampir 100 meter, seperti kontainer raksasa. Dari dalam terdengar suara Brak yang sayup-sayup, seolah ada mesin besar yang sedang menghantam lantai dengan kegilaan.
Merasakan getaran kuat di bawah kaki, ekspresi Charles dan yang lain menjadi aneh:
"Di sini?"
“Ya.” Ksatria mengangguk tenang, sepertinya sudah terbiasa dengan aktivitas mencurigakan ini, “Kalian tunggu di sini sebentar, aku akan menanyakannya.”
“Baik.”
Baru saja Ksatria hendak mendekat, suara gemuruh menggelegar keluar dari gudang. Sorotan biru tua menyilaukan menyobek atap gudang membentuk lubang besar, gelombang kejut yang menakutkan menyelimuti bahu semua orang!
Merasakan tekanan ini, wajah Charles berubah pucat, tingkat dewa!
Tampaknya Ketua Ji Nian dari Perkumpulan Shangxie telah menjadi dewa?
Gema ini bergema di seluruh 【Utopia】, mengguncang tanah hingga bergetar halus. Kota pixel yang berjalan di dasar laut ini terhuyung-huyung, hampir ambruk.
Seluruh penghuni kota serentak menoleh kaget ke arah sorotan biru itu, sorot mata mereka dipenuhi kegelisahan.
Cahaya menyilaukan itu perlahan menghilang, wibawa ilahi yang menyelubungi 【Utopia】dengan cepat diredam. Pada momen berikutnya, suara gadis remaja bergema di sudut-sudut kota:
“Hukh hukh hukh... Tidak apa-apa semuanya, efek jadi dewa agak berlebihan, maaf-maaf～”
Mendengar ini, semua orang menghela napas lega. Sorakan riuh bergema dari berbagai penjuru kota, mereka berseru memuji nama Ji Nian bagai menyebut tumpuan keyakinan mereka.
Para anggota 【Ksatria】 terpaku mendengar sorakan yang tak henti-hentinya ini.
Wuah——!
Hanya terdengar suara lembut, gudang setinggi lebih dari seratus meter di depan mata, seketika terurai menjadi partikel-partikel pixel kecil-kecil, bagaikan awan berwarna-warni yang padat berputar setengah lingkaran di udara, lalu berkumpul dengan cepat ke satu titik.
Hanya dalam sekejap mata, partikel pixel sebanyak lautan berubah menjadi sebuah broş perak sebesar ibu jari, mendarat ringan di tengah telapak tangan putih yang terentang.
Tampak seorang gadis berambut perak berdiri di posisi bekas pusat gudang, dengan santai memasang broş itu di mantel yang lusuh, menjulurkan kedua tangannya ke dalam saku, lalu berjalan perlahan ke arah sini.
"Eh? Kalian adalah...?"
Ji Nian melihat Charles dan yang lain di samping ksatria, tertegun sejenak, "Oh, anggota baru hasil rekrutan ya? Aku adalah Ketua Perkumpulan Shangxie, Ji Nian, selamat bergabung!"
Dengan antusias Ji Nian membuka tangannya, hendak memeluk teman-teman baru ini, tapi sang Ksatria tiba-tiba berbicara dengan ekspresi aneh:
"Ketua, mereka adalah anggota asli dari 【Kesatria Tribunal Suci】, yaitu tim 【Ksatria】 Penjaga Malam sekarang... Bukan anggota baru kita."
Kedua tangan Ji Nian membeku di udara.
Matanya menyapu seluruh hadirin, dengan canggung membuang debu di bajunya sambil tertawa: "Kalau begitu orangnya Lin Qiye? Tidak apa-apa, Penjaga Malam dan Shangxie bisa dianggap satu keluarga. Jika kalian berniat pindah karier, pintu kami selalu terbuka!"
Menghadapi upaya terang-terangan Ji Nian merekrut orang, ekspresi Charles dan yang lain terlihat agak aneh. Beberapa saat kemudian, Charles akhirnya berbicara dengan serius:
"Ketua Ji Nian, kedatangan kami kali ini adalah untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Anda..."
Charles menceritakan pengalamannya, menyampaikan terima kasih dengan tulus kepada Ji Nian dan Perkumpulan Shangxie, sambil menyelipkan beberapa pujian berlebihan... Ini adalah skill khusus yang terpaksa dikembangkannya dalam "persaingan" dengan Tim 【Iblis】, mengingat Fang Mo si anak bawang itu benar-benar ahli dalam menjilat, dan caranya sangat natural. Jika tidak lebih waspada, mungkin reputasinya akan kalah lagi.
Dari ekspresi Ji Nian, pujian-pujian itu tampak tepat sasaran... Matanya tiba-tiba berbinar, mendengarkan pujian Charles dengan fokus penuh, sudut mulutnya tak bisa menahan hingga sampai ke akar rambut.
"Ternyata begitu... Hahaha, kita semua satu keluarga, saudara baik! Jangan terlalu formal, hahaha..." Ji Nian tersenyum lebar.
Tiba-tiba dia seperti teringat sesuatu, "Oh ya, siapa yang katamu... yang memburu kalian?"
"【Surga Hasrat Dewa】," Ksatria di samping mengingatkan, "Kekuatan yang beberapa kali mengganggu kita sebelumnya."
“Oh～ itu anjing-anjing nafsu itu ya?” Jinian menyipitkan bola matanya, melihat pola rumit di punggung tangannya, sudut mulutnya melengkung, “Sekumpulan anjing liar, sebelumnya aku sudah lama menahan mereka! Kali ini setelah terobosan, justru bingung tidak ada yang bisa jadi bahan latihan... Beri tahu ruang kendali untuk berpindah arah, langsung ke sarang mereka! Aku mau membantu saudara baikku Cha... Cha... Apa namanya tadi?”
“Charles.” Sang Ksatria menutupi wajahnya.
“Oh! Bantu saudara baikku Charles! Balas dendam dan luapkan amarah!!” Jinian mengibaskan tinjunya, berkata dengan semangat membara.
Chapter 1870 Jodoh Ibu dan Anak
Di atas Antartika.
Beberapa siluet menyambar keluar dari balok es secara berturut-turut, seiring kepergian mereka, bayangan bulan yang semula mengambang di permukaan aliran air pun menghilang tanpa jejak.
“Selanjutnya, apa rencanamu?” Nyx menatap Lin Qiye di sampingnya, bertanya.
Lin Qiye melirik Jubilo yang menggigil ketakutan, “Mengingat kali ini sudah keluar, tidak perlu buru-buru kembali... Lebih baik sekalian mencabut tumor【Surga Hasrat Dewa】ini dulu.”
Dengan kemampuan Lin Qiye sekarang, sendiri pun bisa menaklukkan【Surga Hasrat Dewa】, dalam perjalanan kembali ke Da Xia jika bisa sekalian memusnahkan ancaman ini, tentu merupakan hal baik.
“Baik, kami akan menemanimu.” Nyx menjawab tanpa keraguan sedikit pun.
"Susah payah baru bisa bersatu kembali dengan Lin Qiye, Nyx tentu tak akan pergi begitu saja. Meski ia tahu dengan performa Lin Qiye saat ini, jarang ada yang bisa menimbulkan ancaman padanya... Tapi bagaimana kalau?"
"Cara kematian putri terakhirnya, Filotēs, masih jelas terbayang. Sekarang ia tak mau berpisah dengan Lin Qiye."
"Bagaimana denganmu?" Lin Qiye menoleh memandang Li Na.
Li Na ragu sejenak, akhirnya berkata:
"Meluluhlantakkan 【Surga Hasrat Dewa】, kalian saja yang pergi. Aku ingin kembali ke 【Dewa yang Bersembunyi】..."
"Baiklah. Setelah pulang, kau bisa mengawasi mereka." Lin Qiye mengangguk, "Jika ada masalah yang tak bisa Selesaikan, datanglah ke Da Xia mencariku. Jika aku tak ada, carilah..."
"Carilah Dewa Pedang Da Xia, Zhou Ping." Li Na menyambung kalimatnya, "Tenanglah, aku mengerti di hati."
Usai berpamitan dengan Lin Qiye dan yang lain, Li Na menampar kepala serigala Fenrir si Iblis di bawahnya. Seiring lolongan serigala menggema, tubuhnya cepat-cepat menghilang di kejauhan.
Melihat Li Na pergi, Lin Qiye seperti teringat sesuatu. Telapak tangannya menggenggam udara kosong, seberkas obor muncul di genggamannya.
"Ngomong-ngomong Ibu, benda ini lebih baik Ibu yang menyimpannya."
Saat obor itu muncul, Nyx dan dua lainnya tertegun, lalu bola mata mereka memancarkan keterkejutan!
"Diri sendiri Olympus??" Athena tertegun memandang Lin Qiye, "Bagaimana kau mendapatkannya? Zeus mau menyerahkan ini padamu?"
“Mereka tentu tidak akan memberikannya padaku.” Lin Qiye tersenyum, “Tapi, setelah kubunuh mereka semua, secara alami aku bisa mendapatkannya……”
“Kau menghancurkan Olympus?!” Artemis dan Athena saling bertukar pandang, terlihat tidak percaya.
Setelah diserang diam-diam oleh Zeus tahun lalu, mereka datang ke Antartika untuk menyembuhkan luka dan tidak sengaja memasuki labirin waktu…… Sejak saat itu, mereka sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di luar. Bahkan Nyx masih berencana, setelah urusan Lin Qiye selesai, langsung membawa Athena dan Artemis kembali ke Olympus untuk balas dendam!
Tapi sekarang, Lin Qiye malah membawa sumber energi Olympus dan berkata bahwa Olympus sudah hancur?
“Ceritanya panjang…… Tapi Olympus benar-benar sudah musnah. Zeus, Kronos, bahkan Poseidon dan para dewa utama lainnya, semuanya tewas.” Lin Qiye menatap mata Nyx dengan serius, “Aku sengaja tidak menghancurkan sumber energi Olympus karena khawatir akan mempengaruhi kalian. Kalian sekarang adalah satu-satunya dewa Olympus yang tersisa, jadi paling tepat jika kalian yang menjaganya.”
Nyx tertegun memandangi Lin Qiye cukup lama, ekspresinya rumit.
Apakah dia masih memiliki perasaan terhadap Olympus?
“Pernah ada mungkin... Tapi setelah Zeus bersama dewa-dewa lain memburu anak-anaknya, dia hanya menyisakan kebencian tak berujung pada Olympus. Sejak pulang dari rumah sakit, dia berniat menghancurkan Olympus untuk membalas dendam kematian anak-anaknya, tapi akhirnya hanya selangkah kurang, tak bisa terwujud.”
“Tak disangka, Lin Qiye-lah yang akhirnya membantu menyelesaikan dendam ini sepenuhnya...”
“Dendam anak-anakku sendiri, diselesaikan oleh anakku yang lain. Mungkin memang ada takdir yang bekerja di balik layar...”
“Terima kasih...” Setelah terdiam lama, Nyx akhirnya mengucapkan dua karakter ini.
Nyx tak ingat sudah berapa kali berterima kasih pada Lin Qiye. Sejak pertemuan pertama mereka di Rumah Sakit Jiwa Para Dewa, nasib mereka sudah terikat erat... Lin Qiye membantunya sembuh, mengeluarkannya dari kenangan menyakitkan, memberinya kehangatan dan rasa memiliki keluarga. Meski tak terhubung darah, ikatan emosi mereka tak kalah dari ibu-anak sejati.
“Mereka terikat karena rumah sakit jiwa, tapi ikatan itu jauh melampaui itu.”
“Antara ibu dan anak, tak perlu ucapan terima kasih.” Lin Qiye menyodorkan sumber energi Olympus ke tangan Nyx, tersenyum.
Nyx menenangkan diri, teringat sesuatu: “Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Merlin?”
“Paman Merlin...”
Lin Qiye menghela napas: “Tidak tahu.”
“Tidak tahu?”
“Setelah dia pulang dari rumah sakit, dia langsung pergi... Katanya mau mencari esensi dunia ini, tapi bertahun-tahun sudah tak ada kabarnya. Tak tahu apakah dia sudah menemukan jawaban yang dicari.”
“Hmph, dari dulu aku tahu orang ini tidak bisa diandalkan.” Nyx mendengus dingin, “Yang lain di mana?”
“Bragi sedang mencari Idun di dunianya sendiri, sekarang entah di mana... Kak Kera menyusul Surga mengambang ke kedalaman semesta, Gilgamesh... Oh, Gilgamesh adalah pasien kamar kelima. Meski pemarah, dia sebenarnya cukup baik. Dulu kita bersatu meluluhlantakkan Asgard, lalu dia bilang ingin mencari kembali Kerajaan Uruk yang hilang. Sekarang entah di mana. Pasien keenam masih di ruang rawat, tapi tak begitu patuh...”
Lin Qiye menjelaskan kondisi mereka satu per satu. Wajah Nyx memucat. Dia ingin mengatai mereka semua tidak bisa diandalkan, tapi teringat dirinya juga terjebak di reruntuhan Gerbang Kebenaran selama bertahun-tahun. Akhirnya hanya mendengus diam-diam.
“Intinya, banyak hal terjadi selama kalian tak ada...” Lin Qiye menengok masa lalu, hatinya berdesir, “Jika Anda ingin mendengar, kita bisa bicara sambil berjalan.”
“Baik.”
Beberapa orang berubah menjadi cahaya dan terbang ke awan. Di bawah pimpinan Kubira, mereka langsung melesat ke arah 【Surga Hasrat Dewa】.
……
Selat Bayangan.
Di atas ranjang sederhana, An Qingyu perlahan membuka lebar-lebar bola matanya...
“Setelah beberapa saat menatap langit-langit yang familiar di atasnya, dia bangkit dari tepi ranjang dan duduk sambil memijat pelipis dengan kedua tangan. Setelah tertidur lelap, rasa sakit hebat dari jiwa yang terkoyak telah mereda banyak - setidaknya tidak seperti sebelumnya di mana dia bisa pingsan kapan saja. Tapi tampaknya harga yang harus dibayar untuk metode evakuasi jiwa ini terlalu besar...”
An Qingyu melirik pintu kamar yang masih dalam kondisi sama seperti saat dia masuk, tanpa jejak dibuka.
“Tidak mengambil kesempatan untuk berkelahi...”
Dia bergumam pelan, tidak terkejut. Setelah berdiri dan mendorong pintu keluar, di halaman merah menyala tak terlihat siluet Lin Qiye - mungkin sudah kembali ke kamar untuk istirahat. Pandangan An Qingyu menyapu sekeliling, terhenti pada papan catur hitam-putih yang saling bertautan di bawah pohon.
Chapter 1871: Kebinasaan Dewa yang Bersembunyi
An Qingyu mendekati papan catur itu, membungkuk dan menatap pion-pion yang bertebaran tak beraturan, seolah merenungkan sesuatu.
“Bagaimana? Luka jiwanya sudah pulih?”
Suara Lin Qiye bergema dari dalam rumah. Dia mendorong pintu dan melihat An Qingyu di depan papan catur.
Tentu saja Lin Qiye tidak beristirahat. Dengan tingkatan yang dimilikinya sekarang, selama tidak mengalami luka jiwa seperti An Qingyu, dia tidak perlu tidur untuk memulihkan diri. Posisi duduk bersilanya di kamar hanyalah karena memfokuskan seluruh energinya pada klon Serafim.
Begitu mendengar An Qingyu bangkit, dia segera memisahkan sebagian kesadarannya untuk kembali.
Dia harus sebanyak mungkin berkomunikasi dan mendekati An Qingyu - hanya dengan cara demikian dia bisa menyelidiki lebih banyak intelijen.
“An Qingyu tidak mengangkat kepala untuk melihatnya, hanya menatap papan catur, berbicara pelan: "Kamu ingin meniru gaya bermain catarku... sayang, hanya bisa meniru tujuh puluh persen."
“Benarkah？”
Lin Qiye mendekati papan catur dan duduk, menghantamkan tangan untuk mengembalikan semua bidak ke keranjang, "Memang benar katamu, lagipula aku bukan dirimu, sebanyak apa pun meniru, hanya akan memiliki bentuk tanpa esensi... Daripada bermain catur dengan bayanganmu, lebih baik bertarung langsung dengan orang aslinya."
An Qingyu berbicara dengan tenang, "Kita sudah bertarung berkali-kali, bukan?"
“Beberapa kali pertarungan catur di halaman Shangjing dulu, logikamu terhambat, tentu tidak bisa dianggap sebagai pertarungan sesungguhnya... Pertarungan catur di rumah sakit jiwa itu, kita berdua sama-sama paham tujuannya apa, juga tidak bisa dihitung. Kalau dihitung begitu, sebenarnya kita belum pernah benar-benar bertarung."
An Qingyu meliriknya, setelah ragu sejenak, akhirnya duduk berseberangan dengan Lin Qiye.
“Aku sangat sibuk, skenario catur ini mungkin yang terakhir."
“Yang terakhir ya..."
Lin Qiye menarik keranjang bidak putih ke hadapannya, "Bagiku juga begitu."
“Kali ini kamu yang ambil bidak putih？”
“Sebelumnya mengambil bidak hitam karena aku memang pemain pertama... Sekarang, siapa yang pertama sudah tidak ada artinya." Lin Qiye menggenggam sebuah bidak putih, menaruhnya pelan di suatu titik papan catur.
An Qingyu memandang keranjang bidak hitam di hadapannya, mengangguk ringan, "Iya juga ya."
Dia mengambil sebuah bidak hitam, menempel rapat dengan bidak putih Lin Qiye lalu menaruhnya.
“Kamu tahu, kemarin saat aku sendirian di sini main catur, sedang merindukan apa?” Lin Qiye sambil menggerakkan pion, mulai berbicara.
“Apa?”
“Aku berpikir, tubuh asli kita berdua sebenarnya ada di halaman ini, setiap hari bisa bertemu, jaraknya sangat dekat bagai sedang ikut perkemahan sekolah... Tapi melalui klon masing-masing kita bisa bertarung, mempengaruhi situasi seluruh dunia. Dunia ini sangat besar, sampai dewa tertinggi pun hanya dianggap pion di dalamnya; dunia ini juga kecil, sampai di papan catur seluas telapak tangan ini, bisa menentukan kemenangan akhir.”
An Qingyu menyipitkan bola matanya, ia mengangkat kepala melihat Lin Qiye, lalu berbicara dengan santai:
“Memang tak masalah kau menyamakan dunia dengan papan catur... Tapi jika kau menganggap permainan di papan ini sebagai patokan kemenangan, mungkin selamanya tidak akan menang.”
Tangan Lin Qiye yang hendak menaruh pion terhenti.
Ia mengerutkan alis sambil menatap mata An Qingyu, bertanya dengan suara berat:
“Maksudmu... hal yang menentukan kemenangan tidak ada di dalam papan ini?”
“Dunia kecil, papan catur pun kecil... Ada hal yang lebih besar dari mereka, bahkan jauh lebih besar.” An Qingyu menaruh pionnya, memakan pion putih yang terkepung, lalu membuangnya sembarangan ke tepi papan, “Catur, adalah permainan antar pion... tapi permainan... hanyalah permainan belaka.”
Lin Qiye merenungkan kata-kata An Qingyu, hendak melanjutkan permainan, tapi An Qingyu tiba-tiba berdiri dan berjalan menuju pintu halaman.
“Permainan belum selesai, ke mana kamu mau pergi?” tanya Lin Qiye.
“Catur di luar tidak selesai, bidak yang ada di papan catur tentu juga takkan berakhir...”
An Qingyu kembali ke tepi dinding kabut itu, ujung jarinya menyentuh lembut, kabut pun langsung menyibak ke kedua sisi meninggalkan jalan keluar, "Aku akan terus menurunkan bidak, tapi bukan di sini."
Seiring bayangan hitam itu menghilang dalam kabut, seluruh halaman kembali sunyi. Lin Qiye duduk sendirian di sisi papan catur, menatap kekacauan hitam-putih di hadapannya, terjebak dalam lamunan.
……
Kabut.
Siluet raksasa hitam menginjak ombak, melesat secepat kilat melintasi permukaan laut.
Lena berdiri di punggung Fenrir, pandangannya tertancap ke depan. Angin kencang menerbangkan sudut bajunya berkibar-kibar. Seperti teringat sesuatu, ia mengeluarkan topeng dari dekapan dan mengenakannya, menutupi wajahnya.
Bersamaan dengan laju gesit Serigala Fenrir si Iblis, garis kontur sebuah pulau muncul dari kabut.
Pulau ini tak terlalu besar, cukup terbang sedikit ke atas langit untuk melihat garis pantai utuh. Di tengah pulau tandus nan sunyi ini, kawah gunung berapi kuno berdiri megah.
Lena mengendarai Fenrir, melompat dari tepi pantai lalu meluncur tegak lurus ke bawah kawah.
Kegelapan terus naik mengelilingi Lena. Beberapa saat kemudian, cahaya putih menyembul dari dasar. Ia dan Fenrir menghantam cahaya itu. Saat kilauan meredup, mereka telah berada di tengah gurun pasir.
Lina dengan cepat menentukan arah, lalu melanjutkan perjalanan ke suatu tujuan.
Ini adalah dimensi kecil yang terisolasi dari dunia luar, mirip dengan kerajaan dewa seperti Asgard dan Takamagahara, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil.
Ruang gurun ini dulunya adalah kerajaan dewa dari mitologi yang terlupakan dalam kabut. Kemudian, Si Xiaonan menemukan tempat ini dan membawa 【Dewa yang Bersembunyi】untuk menaklukkan dewa pribumi setempat dengan cara setengah kekerasan setengah persuasif, sekaligus menjadikannya markas besar 【Dewa yang Bersembunyi】.
Meski area di sini tidak luas dan lingkungannya cukup keras, keunggulannya terletak pada kerahasiaan. Tempat ini sulit dilacak dan sesuai dengan karakteristik low-profile 【Dewa yang Bersembunyi】.
Hmm——!
Di tengah perjalanan, Fenrir yang ditunggangi Lina tiba-tiba berhenti.
Serigala gaib dari dunia bawah ini terus mengendus bau di udara, suara geramannya yang berat bergema dari tenggorokan, dengan ekspresi waspada berlebihan.
Wajah Lina berubah pucat. Dengan gesit ia melompat dari punggung serigala, menepuk pahanya sebagai isyarat untuk mengecilkan tubuh, lalu menyusuri hambatan di sekitarnya dengan waspada menuju pusat...
Di titik ini, bahkan Lina bisa mencium bau darah di udara. Alisnya semakin berkerut. Reruntuhan istana yang jauh perlahan muncul, bangkai-bangkai retak bertebaran di berbagai tempat, seolah digigit mati oleh makhluk raksasa!
Mayat-mayat ini masih menyelimuti lendir kuning pekat yang memancarkan bau busuk pekat. Seluruh kerajaan dewa terlihat membengkak tak wajar, seolah terendam cairan menjijikkan.
Bulu Fenrir meledak marah. Ia menatap tajam lendir yang melumuri mayat dan istana, bola matanya merah darah bagai terkukus amarah.
Adalah aroma dewa Cthulhu.
Lina tertegun memandang mayat-mayat familiar yang berserakan, di tengah gurun pasir yang panas membara, hawa dingin membeku membanjiri hatinya!
【Dewa yang Bersembunyi】，telah runtuh.
Chapter 1872 Meriam Penghancur Bintang Peringatan
【Surga Nafsu Dewa】.
“Aneh, Santo dan mereka pergi begitu lama, kenapa belum kembali？”
Di dalam istana megah, seorang dewa utama terbaring di kursi santai yang lembut, seakan teringat sesuatu, mengerutkan kening dan berbicara.
Di sebelahnya berdiri dua pelayan wanita dengan penampakan manis, seorang menopang piring buah emas setengah berlutut di lantai, seorang lagi berdiri di belakangnya, sepasang telapak tangan lembut dengan lirih memijat bahunya, nyaman sampai membuatnya tanpa sadar menyipitkan mata.
"Tuan Pemegang Takhta, buruan apa... Semakin lama Tuan Suci mereka kembali, semakin panjang waktu Anda mengontrol sementara 【Surga Hasrat Dewa】, bukankah baik menikmati kebebasan lebih lama?" Pelayan yang sedang memijat bahunya berbicara dengan suara lembut, helai rambut hijau tua beterbangan melewati hidung dewa utama, memancarkan aroma wangi samar.
Sorot mata Zhangzuo dipenuhi kegirangan, dia menggenggam pergelangan tangan dayang di belakangnya, langsung memeluknya erat dalam dekapan. Sang dayang mendesah lembut, tubuh lemas bersandar, namun tak melawan.
"Benar memang... Tapi situasi di luar sekarang terlalu berbahaya, bagaimana kalau pasukan Da Xia menyerang kemari? Aku sendiri mana bisa menghadapi? Kalau mereka tidak kembali, hatiku selalu gelisah..."
Zhangzuo menghela napas panjang.
"Da Xia jauh di seberang, tak mudah menemukan kita. Urusan mengatasi dewa-dewa Cthulhu saja sudah cukup membuat mereka pusing." Sang dayang mengambil buah ceri dari piring, menggigitnya di bibir sendiri, lalu menyuapkan ke mulut Zhangzuo berciuman.
Mendengar ini, kekhawatiran di wajah Zhangzuo mulai memudar, "Ada benarnya juga."
Tangannya melambai, memberi isyarat pada dayang yang membawa nampan buah untuk pergi. Sang dayang langsung paham, sebelum pergi menutup rapat pintu utama. Zhangzuo memeluk dayang dalam pelukannya, setelah pergulatan mesra, wajah sang dayang sudah memerah padam. Kerah bajunya terbuka setengah, tubuhnya membungkuk mendekati telinga Zhangzuo, berbisik dengan suara menggoda:
"Tuan Zhangzuo, malam ini hamba ingin menikmati 'Buah Terlarang' sekali lagi... Bolehkah?"
"'Buah Terlarang'?"
Zhangzuo tampak ragu, "Itu bukan mainan sembarangan... Kalau sampai Tuhan Suci tahu, bisa-bisa kita menghadapi masalah besar."
“Tuan Pemegang Takhta～Sekarang Tuhan Suci juga tidak ada di sini, Anda-lah kepala 【Surga Hasrat Dewa】, makhluk ini diberikan untuk siapa, bukankah Anda yang menentukan... Kalau Anda tidak bicara aku tidak bicara, mana mungkin Tuhan Suci tahu?” Dayang itu menempa besi selagi panas.
Di bawah serangan bertubi-tubinya, akhirnya Tuan Pemegang Takhta terdesak, menasihati:
“Pakai 'Buah Terlarang' boleh, tapi tidak boleh diketahui orang lain, juga jangan tinggalkan kesan, tahu tidak?”
“Terima kasih Tuan Pemegang Takhta～”
Dayang itu tertawa kecil, kedua tangannya memeluk erat leher Tuan Pemegang Takhta, hendak melanjutkan, tiba-tiba suara ledakan memekakkan telinga terdengar dari kejauhan!
Dor——!!
Tanah istana bergetar tiba-tiba, suara kekacauan terdengar dari luar aula. Wajah Tuan Pemegang Takhta berubah pucat, mendorong dayang di dekapan, buru-buru memakai baju sambil bergegas keluar.
Ia membuka pintu besar, seorang Dewa Sekunder dari 【Surga Hasrat Dewa】 sedang bergegas mendekat, langsung bertanya:
“Ada urusan apa?”
“Ada, ada orang yang menyerang!”
Jantung Tuan Pemegang Takhta berdebar kencang, “Siapa? Da Xia? Atau 【Dewa yang Bersembunyi】?”
“Perkumpulan Shangxie!”
“Perkumpulan Shangxie?” Mendengar tiga kata ini, Tuan Pemegang Takhta tertegun sebentar, ketegangan di wajahnya langsung lenyap, mengejek, “Segrombolan semut saja, mereka bahkan tidak punya Dewa yang layak, berani langsung menyerang ke sini? Bagaimana dengan pos pengintai itu? Para dewa sampai tidak bisa menghentikan manusia? Apa gunanya kalian?!”
“Yang Mulia, situasinya tidak beres... Perkumpulan Shangxie entah memunculkan makhluk apa, satu tembakan meriam langsung meluluhlantakkan semua pos pengintaian!” Dewa Sekunder menunjuk ke arah kepulan asap tebal di kejauhan, “Sekarang mereka sudah sampai di depan gerbang kompleks kuil!”
“Apa？？！”
……
“Saudara Charles! Lihatlah betapa dashyatnya meriam ciptaanku ini?!”
Di antara debu yang masih beterbangan, Ji Nian menepuk-nepuk meriam penghancur bintang bergaya pixel yang lebih tinggi dari badannya sendiri, berkata dengan wajah penuh semangat.
Charles dan kawanannya yang masih terlilit perban, memandang tubuh cacat Dewa Sekunder yang sudah hancur lebur di kejauhan, lalu melihat super meriam berteknologi tinggi di samping Ji Nian, otak mereka kosong melompong.
“Meriam... penghancur bintang?” Charles membuka mulut dengan wajah hampa.
“Tentu.” Ji Nian menegakkan dada, “Pola senjata ini kucuri dari ayahku, tapi sekarang kemampuanku mengisinya masih kurang, mungkin baru bisa mengeluarkan 10% kekuatannya. Kalau ayahku yang menembakkan, menghancurkan sebuah planet pun bukan masalah!”
Charles:（＃？д？？）
“Ketua Ji Nian, bukankah tindakan kita ini terlalu mencolok?” Charles mencoba tetap rasional, berucap dengan hati-hati, “Perintah Komandan Lin kepada kita hanya menyelidiki 【Surga Hasrat Dewa】, sekarang kita hampir memusnahkan mereka semua...”
“Tidak apa-apa, tempat ini juga merupakan masalah laten bagi Da Xia. Bahkan jika kita tidak turun tangan, Lin Qiye sepertinya akan segera mengirim orang. Kalian tidak perlu merasa tertekan... Lagipula ini urusan dendam antara kita dengan mereka. Sebelum aku menjadi dewa, para bajingan ini sudah berkali-kali mengganggu kita. Kalau bukan karena 【Utopia】 bisa kabur, mungkin kita sudah lama mereka hancurkan.”
Suaranya berhenti, Ji Nian mengangkat mulut meriam penghancur bintang dengan kencang, mengarahkannya ke istana di pusat area. Sudut mulutnya merekah, “Hari ini aku akan mengajari mereka... apa arti KALIBER ADALAH KEBENARAN!”
Kekuatan ilayah mengalir deras di antara artileri-artileri, lingkaran cahaya biru tua menyala dari dalam laras meriam. Pada momen berikutnya, sorot cahaya kekar menyembur deras!
Dor——!!!
Dalam getaran hebat tanah, bola api sebesar mentari terik mengembang dari kejauhan. Kuil yang menjadi simbol Tuhan Suci itu seketika berubah menjadi abu beterbangan. Sorot api yang menyilaukan membuat Charles dan kawan-kawan refleks menutupi mata. Gelombang kejut ledakan saja hampir menjatuhkan mereka!
“Kuil Tuhan Suci!!”
“Wanita tidak tahu diri ini! Berani mengacau di 【Surga Hasrat Dewa】?!”
“Kalau Tuhan Suci ada di sini, pasti sudah menggelegar kemarahannya... Sebelum Dia kembali, tangkap perempuan ini!”
“Cuma dia yang jago bertarung! Serang sekaligus!!”
“……”
Para Dewa Sekunder yang tersebar di berbagai sudut 【Surga Hasrat Dewa】 langsung bertindak dari semua arah dengan wajah muram luar biasa, berniat mengeksekusi Ji Nian dan kawan-kawan di tempat!
“Charles dan yang lainnya melihat jumlah musuh begitu banyak, dengan waspada menggenggam erat senjata masing-masing. Lagipula, meriam penghancur bintang peringatan meski bisa meledakkan seorang dewa dalam sekali tembak, tapi di tengah serbuan seperti ini sama sekali tak ada waktu baginya untuk menembak secara bergantian.”
“Baiklah datang!”
“Ji Nian merasakan niat membunuh yang menerpa sekelilingnya, kilatan spiritual meledak dari bola matanya. Telapak tangannya menghujam ke tanah!”
“Angin kencang menyembur dari telapak tangan Ji Nian, menerbangkan ujung-ujung mantel lusuhnya. Tanah di bawah kaki semua orang tiba-tiba terurai seperti pasir hisap, berubah menjadi butiran pixel lebih halus dari pasir, memancarkan riak-riak yang berpusat pada telapak tangannya.”
“Dalam setengah detik, seluruh tanah dan istana dalam radius sepuluh li terurai menjadi pixel tak berujung. Para Dewa Sekunder merasa kaki mereka mengambar, telah berada dalam dunia pixel ciptaannya.”
“Chapter 1873 Saudaraku Charles Ini”
“Ji Nian menggerakkan ujung jarinya yang meringkuk di atas tanah, mengepal erat.”
“Bersamaan, pixel tak terbendung yang berombak-ombak tiba-tiba membubung ke langit, menyelubungi siluet beberapa Dewa Sekunder. Semua orang hanya melihat berkunang-kunang, lalu rasa sakit hebat menyambar dari seluruh tubuh!”
Dari besar seperti tubuh hingga kecil seperti celah kuku, seolah ada pisau tak terhitung jumlahnya yang menggores gila-gilaan daging dan darah mereka. Hanya dalam beberapa detik, kulit permukaan mereka menguap tanpa jejak, daging merah darah dan meridian tubuh terbuka di badai pixel, menghilang dengan kecepatan yang terlihat jelas.
"Benda hantu apa ini?!" Pupil seorang Dewa Sekunder menyempit tajam, langsung mengerahkan seluruh kekuatan ilahi berubah menjadi cahaya yang menerjang keluar dari badai pixel ini.
Kecepatannya sudah sangat tinggi. Setelah keluar dari badai, saat menoleh memandang, dia melihat beberapa Dewa Sekunder yang reaksinya lebih lambat sudah menyusut hanya tersisa kerangka. Butiran pixel tingkat molekuler terus berkumpul membentuk pisau yang tak terlihat mata telanjang, membantai cangkang tubuh mereka dari tingkat mikroskopis.
Selain dia, masih ada tiga empat Dewa Sekunder yang nekat lolos dari badai. Melihat pemandangan ini, mereka semua merinding.
"Reaksi cukup bagus." Peringatan bersandar di samping meriam penghancur bintang, menyimpan kedua tangan di saku, berbicara dengan santai, "Sayang, kewaspadaan kalian masih kurang ah..."
Dia mengangkat tangan kanan, membuat isyarat ledakan.
“boom！”
Pada momen berikutnya, bunyi detik jam bom bergema dari dalam tubuh beberapa Dewa Sekunder. Mereka tertegun membungkuk, belum sempat bereaksi, tubuh mereka sudah meledak di udara seperti kembang api!
Sorot api kemarahan membakar langit. Menyaksikan hujan darah megah dan kembang api ini, Charles dan yang lain terdiam seperti patung.
Mereka sempat berpikir Ji Nian mungkin bisa menghadapi para Dewa Sekunder ini, tapi mereka tak menyangka metode Ji Nian malah sekejam ini. Bahkan saat mereka menyaksikan seluruh prosesnya dari samping, tetap tak paham bagaimana cara para Dewa Sekunder ini mati di akhir.
"Ekspresi kalian yang seperti ini maksudnya apa?"
Usai membereskan para Dewa Sekunder, Ji Nian membersihkan debu di tangannya. Melihat ekspresi aneh Charles dan yang lain, ia tak bisa menahan diri untuk bertanya.
"Ke...Ketua Ji Nian..." Seorang ksatria tak tahan berkomentar, "Ini area larangan macam apa? Ledakan massal? Modusnya seram begini?"
"Seram?" Ji Nian tertegun sejenak lalu tertawa, "Nggak serumit itu. Cuma pixel berukuran molekul yang menyusup lewat hidung-mulut mereka, lalu menyatu jadi bom mini di paru-paru... Kan ilmiah banget?"
Charles dan kawan-kawan: ......
"Sudah, sampah bersih hampir tuntas... Katanya di 【Surga Hasrat Dewa】 ada beberapa Dewa Utama? Kenapa tidak ada satupun yang terlihat?" Ji Nian memikul meriam penghancur bintang, matanya menyapu puing-puing reruntuhan, "Lalu mana itu Santo? Sarangnya sudah kuhancurkan begini masih belum muncul juga?"
Charles yang bingung bertanya, "Ketua, Anda sendirian bisa melawan begitu banyak Dewa Utama?"
"Kalau nggak bisa menang, lari saja dong?" Ji Nian menampar dadanya meyakinkan, "Tenang, urusan kabur aku jago. Sekalipun kalah, aku bisa bawa kalian kabur dengan selamat."
Charles: ......
Charles memandangi gadis berambut perak yang memanggul meriam dan menembakkan meriam ke seluruh peta ini, sudah tidak tahu berapa kali dia menekan keinginan untuk mencurahkan isi hati... Dibandingkan dengan ketua yang sumbang ini, Komandan Lin mereka benar-benar Sang Panglima yang Paling Dapat Diandalkan.
Bersamaan dengan itu, di depan sebuah istana di tempat tinggi, wajah Sang Pemimpin 【Surga Hasrat Dewa】 memucat pasi.
Awalnya dia mengira Perkumpulan Shangxie sama sekali tidak berbahaya, bahkan jika ada yang mencapai tingkat dewa, pasti bukan lawannya... Tapi setelah menyaksikan peringatan membantai Dewa Sekunder, hatinya mulai ingin mundur.
Baik artileri yang kekuatannya luar biasa, maupun badai yang menghancurkan segalanya dengan tak kasat mata, semuanya benar-benar di luar pemahamannya. Dia bahkan tidak perlu bertarung langsung dengan Peringatan untuk tahu bahwa dirinya pasti bukan lawannya.
Kalau Santo dan dua Dewa Utama lainnya ada, dalam kondisi empat lawan satu pasti menang mudah. Tapi nyatanya sekarang seluruh 【Surga Hasrat Dewa】 hanya ada satu Dewa Utama!
Melawan? Bagaimana jika dibunuhnya?
Kabur? Ke mana bisa lari?
Sang Pemimpin memandangi siluet Peringatan yang semakin mendekat, hatinya dipenuhi pergolakan.
Pada saat itu, langit yang sebelumnya masih agak terang tiba-tiba menjadi suram... Kegelapan malam pekat seperti tinta mengalir dari utara, menggerogoti seluruh angkasa.
Sebuah wibawa ilahi yang menakutkan mengunci seluruh 【Surga Hasrat Dewa】, melepaskan kilauan pembunuhan tanpa tedeng aling-aling. Meski aura itu belum mencapai tingkat tertinggi, entah mengapa saat Sang Pemimpin menyaksikan senja ini, tubuhnya langsung bergetar tak terkendali diselimuti hawa dingin di hati.
“Lagi satu？？”
Sang Pemimpin bergumam.
Niat membunuh yang dilepaskan dari jarak sejauh itu membuktikan pihak lawan memiliki keyakinan mutlak untuk meluluhlantakkan 【Surga Hasrat Dewa】. Darah dagingku merasakan firasat buruk: Kehadiran di balik senja itu akan lebih mencekam daripada gadis remaja yang sedang memikul artileri di hadapanku.
“Eh？”
Ji Nian seakan menyadari sesuatu, menoleh ke arah datangnya kegelapan.
“Bau ini... Dia?” Ji Nian menatap kegelapan itu, sudut mulutnya mengembang sedikit, “Sekarang jadi rame nih...”
Di bawah senja sebak tinta, siluet merah marun muncul perlahan. Kepala masih tertunduk, matanya menangkap sosok Ji Nian yang antusias melambai dari reruntuhan, ekspresinya penuh keheranan.
“Sang Panglima!!” Charles berseru girang saat melihat wajah itu dengan jelas!
Pasti menang!
Berbeda dengan gaya Ji Nian yang kabur jika kalah, Lin Qiye sebagai Panglima Tertinggi Da Xia Night Watch sekarang setiap gerakannya mempengaruhi skenario besar. Kehadirannya di sini membuktikan setidaknya kita tak perlu khawatir ditarik kabur tiba-tiba oleh Ji Nian di tengah jalan.
“Ji Nian？Kenapa kamu di sini？”Tubuh Lin Qiye mendarat di reruntuhan, bertanya dengan wajah penuh tanda tanya.
“Oh, aku baru saja terobosan, ingin cari orang berkelahi untuk mengasah kemampuan……Ini perkenalkan, ini saudaraku Charles!” Ji Nian memeluk erat lengan Charles sambil tersenyum lebar.
Charles：？？？
Aku kan bawahannya, perlu kamu perkenalkan? Taktik memecah belahmu terlalu kasar kali ini!
Charles menggerutu dalam hati.
“Charles……saudara?” Pandangan Lin Qiye tertuju pada Charles, ekspresinya terlihat agak aneh.
“Sang Panglima, saat menyelidiki 【Surga Hasrat Dewa】kami mengalami insiden……Untung Perkumpulan Shangxie menyelamatkan, kalau tidak nasib kami sudah tamat.” Charles berkata serius, “Awalnya kami hendak langsung kembali ke Da Xia untuk melapor, tapi Ketua Ji Nian benar-benar……sulit menolak kebaikan hatinya, memaksa kami tinggal menyaksikan dia menghancurkan 【Surga Hasrat Dewa】, jadi……”
Mendengar ini, Lin Qiye akhirnya paham situasinya, lalu berpaling ke Ji Nian:
“Terima kasih.”
“Antara kita, perlu basa-basi?” Ji Nian memeluk bahu Charles sambil tersenyum manis, “Penjaga Malam dan Perkumpulan Shangxie, kan satu keluarga besar.”
Charles melihat ekspresi normal Lin Qiye, menghela napas lega, hendak melangkah mendekatinya. Tapi lengan Ji Nian bagaikan baja, mengunci tubuhnya di bahu. Meski sudah berusaha sekuat tenaga, tak juga bergeming.
Charles：……
