Tang Ji bukanlah orang yang suka nekat, namun selalu dipaksa untuk mengambil risiko. Jadi setiap kali bertindak nekat, ia selalu mempertimbangkan berbagai faktor: kemenangan atau kekalahan, untung rugi, dan lain-lain. Zaman akhir yang memaksa manusia tak punya cara, sehingga harus seperti ini.
Golok, banyak yang tahu Tang Ji bisa melempar. Tapi seberapa mahir lemparannya? Selain Manila, tak ada yang benar-benar mengerti.
Tang Ji terbiasa melemparkan pisau bedah. Secara akurasi sebenarnya tidak terlalu rendah, tapi juga tidak tinggi. Dulunya ia berlatih melempar golok semata karena kebosanan, bahkan tidak bisa dianggap sebagai latihan sungguhan - hanya mengisi waktu. Lebih dari setahun, mayoritas malamnya dihabiskan dengan melemparkan pisau. Terus berlatih sampai mahir, kalau masih belum bisa juga, berarti memang penyandang disabilitas.
Akurasi golok terbang Tang Ji memang tidak tinggi, ini sangat ia pahami. Dulu saat bermain pisau bedah, ia melemparnya ke dinding apartemen kumuh yang disewanya. Dinding yang luas berjarak sekitar tujuh-delapan meter darinya. Lemparannya asal-asalan, sehingga bekas pisau bedah yang tertancap di dinding terlihat sangat berpencar. Ia juga tidak sengaja menargetkan satu titik tertentu.
Ini masalah akurasi, tapi melempar pisau dengan baik bukan hanya tentang ketepatan. Ada faktor lain yaitu kecepatan - laju lemparan pisau. Semakin cepat pisau melaju, semakin besar kekuatan yang dihasilkan.
Bisa dibilang kecepatan lemparan Tang Ji sangat luar biasa. Dulu di dinding beton padat berjarak 7-8 meter, ia bisa menancapkan golok sedalam 2-3 sentimeter. Bahkan mereka yang kekuatan fisiknya melebihi Tang Ji pun tak mampu menciptakan daya penetrasi sebesar ini, yang biasa kita sebut sebagai kekuatan membentang.
Alasan mengapa fenomena ini terjadi tetap karena Tang Ji adalah seorang dokter, dan lebih tepatnya seorang dokter bedah yang sangat terampil. Tingkat pemahamannya tentang anatomi tubuh manusia bukanlah sesuatu yang bisa disaingi oleh orang biasa. Ia telah mengembangkan kesadaran khusus: saat tubuh melakukan gerakan yang tidak biasa, ia tidak akan memilih aksi yang paling lancar dan bisa segera menjadi kebiasaan, melainkan memilih gerakan yang paling ilmiah dengan koordinasi otot yang paling rasional. Hanya dengan demikian, aksi yang dilakukan bisa mencapai kesempurnaan secara maksimal, sehingga memanfaatkan kekuatan yang lebih besar.
Orang biasa sama sekali tidak mengerti apa itu "koordinasi paling rasional", sehingga tidak bisa memaksimalkan kekuatan otot mereka dalam batas aman tanpa cedera. Sedangkan Tang Ji bisa.
Jika di masa sebelum akhir zaman, kesadaran ini bisa dibilang sebagai penyakit akibat pekerjaan, sama seperti banyak dokter wanita yang memiliki kebersihan berlebihan, mencuci tangan belasan kali sehari. Mereka bahkan ke restoran pun membawa alat makan sendiri, di bawah sadar selalu memikirkan berapa banyak bakteri di tangan mereka, betapa kotornya. Tang Ji juga demikian, dia selalu berpikir bagaimana gerakan yang paling logis, koordinasi otot seperti apa yang terbaik, agar bisa memanfaatkan kekuatan ideal.
Sebelum akhir zaman, itu adalah penyakit akibat pekerjaan yang tidak terlalu buruk pada diri Tang Ji. Dia juga bukan atlet olahraga, penyakit ini seolah tidak membawa kerugian, tapi juga tidak memberikan keuntungan khusus. Namun setelah akhir zaman, ketika kesadaran ini melebur ke dalam insting, kemungkinan Tang Ji untuk bertahan hidup meningkat drastis.
Sebelum mengeluarkan golok, Tang Ji terus menanti. Menunggu anjing zombie mendekatinya. Saat jarak sudah sangat dekat, Tang Ji melemparkan golok. Dalam jarak 3 meter, dengan fokus penuh, Tang Ji pasti bisa menjamin akurasi lemparan goloknya. Tapi kecepatan anjing zombie sungguh luar biasa cepat. Dengan mengambil risiko seperti ini, Tang Ji jelas menghadapi bahaya sangat besar. Bagaimanapun juga golok tetaplah golok, bukan butir peluru. Jika Tang Ji melambat sedetik saja, mungkin golok belum sempat terlempar, anjing zombie sudah menerkam tubuhnya.
Namun jelas terlihat, pada saat genting, Tang Ji berhasil. Ini tak lepas dari ketenangan emosinya yang selalu terjaga dan daya ikat yang sangat kuat terhadap golok. Bisa dibilang, saat itu ia memiliki peluang keselamatan tertentu. Ia selalu memastikan ada jaminan sebelum bertindak. Hal-hal tanpa kepastian tak pernah ia lakukan. Berbeda dengan Robbie yang berani mempertaruhkan nyawa, Tang Ji tak akan melakukannya.
Semua orang tahu, mereka yang sering mempertaruhkan nyawa umumnya mati muda. Baik sebelum akhir zaman maupun setelahnya, prinsip ini tetap berlaku.
"Tuhan, Tang, kamu tidak apa-apa?" Manila yang menjerit langsung membeku, lalu menekan suaranya sambil berlari ke Tang Ji dan memeluknya erat.
"Tidak apa." Tang Ji menepuk punggung Manila untuk menghibur, berbisik pelan, kemudian perlahan mendorong Manila menjauh. Sekarang bukan saatnya untuk mesra dan bercinta.
Hah! Hah! Hah!...
Bersamaan dengan itu, dentuman senjata di samping kembali berdering. Robbie sudah mengganti magazen. Zombie-zombie di jalan kecil luar hutong sudah mendekat dan semuanya langsung di-ledakkan kepalanya dengan cepat oleh Robbie.
Tang Ji menyeka bekas darah yang baru saja dimuntahkan anjing zombie di pipi dan rahang bawahnya, membungkuk untuk mencabut belati dari mulut anjing zombie di bawah kakinya. Dia menggosokkan darah di celananya secara sembarangan, lalu menyelipkannya di sabuk kain di sisi paha.
Robbie menyerahkan pistol kembali ke Tang Ji. Tang Ji memberikan sebuah magazen yang ada di tubuhnya kepada Robbie.
"Ayo kita pergi!" Setelah mengambil napas dalam-dalam, mata Tang Ji menyapu sekilas semua orang yang masih trauma. Sambil berkata demikian, ia menganggukkan kepala ke arah Robbie. Keduanya berjalan di depan, memimpin rombongan keluar dari hutong dan masuk ke jalan kecil itu.
Jalan itu sangat sempit. Bangunan di kedua sisinya hanya setinggi tujuh lapisan. Namun jalanan dipenuhi mobil-mobil yang macet, bahkan beberapa bagian benar-benar terhalang tumpukan kendaraan yang bertabrakan. Tak satu pun yang masih bisa dioperasikan.
Di tanah bertebaran mayat-mayat membusuk. Saat itu hampir memasuki puncak musim panas. Cuaca sangat terik, lalat dan nyamuk beterbangan mengerubungi mayat-mayat yang membusuk, atau menempel di atasnya. Semua mayat itu adalah zombie. Zombie tidak akan memakan sesamanya. Jadi ketika zombie mati, jasadnya hanya akan membusuk perlahan. Zombie lainnya tidak akan menyentuhnya.
Setelah masuk ke jalanan, semua orang memperlambat langkah, melihat ke kiri dan kanan. Masih pemandangan rusak pasca akhir zaman, namun ada tambahan sesuatu yang istimewa - di dinding gedung-gedung dan pinggir trotoar terlihat bercak-bercak kecil berwarna hijau gelap.
Tumbuhan yang menyerupai lumut, tumbuh lapisan berbulu halus.
Tang Ji ingat dua hari sebelumnya pernah turun hujan.
Dengan berkurang drastisnya aktivitas manusia dan tidak adanya campur tangan manusia, iklim yang tidak bisa mempertahankan suhu dan kelembaban stabil, perubahan kota terjadi dengan kecepatan luar biasa. Baik percepatan pembusukan makanan-barang maupun perubahan lingkungan, semuanya terjadi dalam tempo yang tak terbayangkan. Bisa ditebak, dalam waktu setengah tahun hingga satu tahun, akan banyak kota di planet ini yang tampak "hijau berminyak".
Saat ini banyak daerah di AS telah sepenuhnya mati listrik, Manhattan belum. Sebagai salah satu wilayah terpenting di dunia, fasilitas kota Manhattan seharusnya yang terbaik. Tang Ji memperkirakan, sistem pasokan listrik cadanganlah yang sedang beroperasi di Manhattan sekarang. Ketika sistem utama mengalami masalah, sistem cadangan otomatis aktif untuk menyediakan listrik bagi kota.
Namun diperkirakan tidak akan bertahan lama lagi. Tanpa pemeliharaan manusia, masalah kecil sekalipun bisa menghentikan operasi sistem pasokan listrik cadangan.
Tidak ada toko senjata di jalan ini, meskipun ada toko serba ada. Namun karena persediaan makanan semua orang masih cukup, mereka tidak terjebak di sini dan melanjutkan perjalanan ke Fifth Avenue New York.
……
Amerika Serikat, New York, Fifth Avenue Manhattan.
Sebuah jalan arteri yang membentang utara-selatan di Manhattan, merupakan jalan pusat kota. Dimulai dari Washington Square Park di selatan hingga 138th Street di utara. Sepanjang jalan ini berdiri gedung-gedung pencakar langit, merek-merek fashion ternama dunia membuka toko di sini. Sebelum akhir zaman, kawasan ini merupakan area tersibuk di Manhattan bahkan seluruh New York, dengan landmark terkenal Empire State Building setinggi 102 lantai (381 meter) yang berdiri megah di Fifth Avenue.
9 Juni 2015, dua puluh hari setelah ledakan akhir zaman, sekelompok korban selamat pasca bencana memasuki jalan termasyhur ini.
Di jalanan, bekas kemewahan masa lalu kini tak berbeda jauh dengan jalan-jalan lain di New York maupun dunia. Kekacauan mendominasi, noda darah coklat kehitaman dan mayat-mayat membusuk berserakan di mana-mana. Bau busuk menyengat memenuhi udara, tak terlihat manusia hidup, hanya mobil-mobil bertabrakan yang terbengkalai memenuhi sudut jalan.
Di Fifth Avenue, atap sebuah mobil terbengkalai menjadi pijakan Tang Ji yang sedang mengamati sekeliling. Orang-orang lain berdiri mengelilingi mobil dalam formasi pertahanan, waspada terhadap ancaman sekitar. Zombie di jalanan tidak terlalu banyak. Beberapa di antaranya sudah menyadari keberadaan rombongan Tang Ji dan mulai menderu mendekat, namun satu per satu dengan cepat dijatuhkan.
"Braak!"
Tang Ji melompat turun dari mobil. Ia menganggukkan kepala ke arah rombongan, lalu terus berjalan.
Setelah menempuh sekitar 200 meter, toko senjata terlihat di sisi kiri jalan.
Kaca etalase sudah hancur berantakan. Mayat zombie berserakan di depan pintu. Dari jalanan, terlihat interior toko yang porak-poranda - jelas sudah dijarah oleh beberapa kelompok sebelumnya. Meski demikian, gudang senjata yang luas ini masih menyimpan banyak persediaan senjata api dan amunisi.
Krakcicit!
Bunyi butir peluru tergesek lantai. Rombongan Tang Ji menginjak-injak amunisi yang berserakan sambil memasuki toko senjata.
"Ambil pistol semua, pilih M9, kapasitas magazennya tinggi, cukup dua buah per orang. Sisanya ambil peluru saja. Kami tidak punya mobil, tidak bisa membawa terlalu banyak barang. Bawa sebanyak mungkin selama tidak mempengaruhi kecepatan. Senapan di punggung biarkan saja, jangan dibuang." Tang Ji memberi instruksi cepat. Jenis senjata di toko ini sangat beragam, mulai dari pistol roda putar di level bawah hingga senapan mesin berat di tingkat atas, semuanya tersedia. Tapi tak ada yang bisa dibawa semua. Membawa senjata ekstra berat itu tidak berguna, malah jadi beban.
"Langkah kita selanjutnya ke mana?" Jenderal Qiang menyuruh anak kandungnya membuka tas ransel sambil menuangkan peluru ke dalamnya, menoleh memandang Tang Ji dan bertanya.
"Cari area permukiman sembarangan, pasti ada parkir bawah tanah. Cari mobil." Tang Ji menjawab cepat. Hanya orang-orang seperti elite sosial, pengusaha kaya, selebritas dan sebagainya yang bisa tinggal di Fifth Avenue New York, kawasan Manhattan. Hanya mereka yang mampu membeli properti di sini. Mobil yang biasa dikendarai orang-orang seperti itu sudah pasti kendaraan mewah.
“Hai! Tang...” Jason tiba-tiba berseru dari kejauhan dengan nada bersemangat. Tang Ji segera menoleh dan melihat Jason berdiri di belakang etalase kaca, menggenggam benda hitam bulat bergulir di tangannya - sebuah granat tangan!
Tang Ji segera menghampiri sambil melambai ke arah Robbie.
Robbie mendekat dan mengamati granat itu. "Granat fragmentasi M67 dengan waktu tunda empat hingga lima detik, radius jangkauan 15 meter. Barang bagus," ujarnya sambil menatap Tang Ji.
Barang seperti granat tangan jarang ditemui di toko senjata kecil. Hanya toko senjata besar yang menjualnya, sama seperti senapan mesin berat. Bahkan di AS yang warganya bebas memiliki senjata, membelinya tidak semudah membalik telapak tangan.
“Bagus... ambil lebih banyak!” Tang Ji mengangkat alis. Granat tangan melawan zombie tidak praktis. Dari sepuluh zombie yang meledak, delapan mungkin tidak kena kepala dan bisa bangkit lagi. Suaranya juga terlalu keras. Tapi daya ledaknya besar, tak harus untuk zombie. Kadang bisa memberi efek tak terduga.
Hanya sepuluh menit, semua orang sudah mengambil senjata cukup. Meninggalkan toko senjata, dua menit kemudian muncul di toko peralatan militer tak jauh dari sana. Meski tak menjual senjata api, hampir semua barang terkait militer selain senjata ada di sini.
Teropong berkekuatan tinggi mini, kompas, peta, belati militer, kapak militer, baju tempur, dan lain-lain lengkap tersedia.
Kali ini, mereka menghabiskan waktu lebih dari dua puluh menit di toko.
Dua puluh menit kemudian.
Sekelompok orang yang terlihat seperti pasukan khusus berjalan keluar dari toko. Terdapat yang tua maupun muda, laki-laki dan perempuan. Semua telah mengganti baju tempur baru bermotif abu-abu keputihan, mengenakan topi tempur, sepatu bot tentara, dengan berbagai senjata terikat di tubuh. Berkat kehadiran Robbie dan Jenderal Qiang yang berasal dari latar militer, mempersenjatai diri dengan benar bukanlah masalah.
……
Di kawasan permukiman mewah Fifth Avenue, Manhattan, New York, rombongan bersenjata menembak beberapa zombie yang berkeliaran di jalanan. Mereka bergegas masuk ke dalam, namun tak lama kemudian segera berjongkok sembunyi-sembunyi di balik rerumputan sepanjang jalan masuk kawasan perumahan.
Pasalnya, seluruh anggota rombongan mendengar riuh rendah zombie dari dalam kawasan permukiman, disertai teriakan aneh yang tak wajar.
Suara itu jelas bukan berasal dari zombie. Dapat dikenali sebagai suara manusia, namun dengan artikulasi sangat ganjil—bukan bahasa Inggris. Di tempat kejadian, hanya Tang Ji yang menguasai tujuh bahasa asing yang mampu menangkap makna sesungguhnya dari teriakan tersebut.
Hanya Tang Ji yang mengerti, teriakan itu jika diterjemahkan ke Bahasa Inggris adalah: "Sampah pantas mati, iblis kotor, pergilah mati, bunuh... bunuh..."
Sedangkan jenis bahasa dari suara-suara tersebut... adalah Bahasa Thai.
