Old Mike, suami Laura, sebelum akhir zaman hanyalah sopir bus paling biasa. Kemampuan menembaknya pas-pasan, postur tubuhnya agak gemuk dengan perut buncit. Tidak memiliki karakter membenci kejahatan seperti musuh, juga tidak punya pikiran yang selalu tenang. Jika bukan karena keahliannya mengemudi yang luar biasa, nyaris tak ada keistimewaan pada pria ini.
Selama ini ia selalu menjadi sosok yang paling tak mencolok, sekaligus yang paling tak tergantikan. Berkat keahlian mengemudinya, peluang keselamatan orang-orang di sekitarnya di akhir zaman ini meningkat drastis. Ia selalu berselisih paham dengan Jason, sering berdiskusi dengan Robbie tentang segala hal terkait kendaraan, dan tak pernah lupa menghibur istrinya kala bersedih.
Dan hari ini, pria tua yang terlihat gemuk dan suka memakai topi baseball ini, demi orang yang paling dicintainya, menghadapi bahaya terbesar seumur hidupnya.
Soal kemampuan menembak, Mike sangat menyadari keterbatasannya. Saat anjing zombie hampir menerkam Laura, dialah orang terdekat dan satu-satunya yang bisa menyelamatkannya. Pilihannya antara mendorong Laura atau menariknya, namun tindakan itu akan membuat Christine dan Manila di belakang Laura terhisap masuk ke dalam bahaya besar. Dia juga bisa memilih menembak anjing zombie, tapi di momen genting seperti itu, meski mungkin bisa mengenai target, belum tentu bisa membunuhnya. Dua kemungkinan ini hasilnya berbeda bagai langit dan bumi.
Mike bukanlah sosok yang sepenuhnya bisa disebut pahlawan, karena saat pertama kali bertemu Tang Ji dulu, dia pernah menolak menolong orang dalam bahaya. Tapi kita tak bisa serta-merta mencapnya sebagai jahat, karena segala pilihannya punya alasan. Saat itu, dia melakukan keputusan itu demi keselamatan semua orang di dalam mobil.
Mike sangat peduli pada orang-orang di sekitarnya, hanya tidak mengungkapkannya lewat kata-kata. Bahkan terhadap Jason, ia selalu menyimpan keramahan dalam hatinya. Jason yang masih muda sering tidak menghormati Mike. Mike selalu mengancam akan melaporkannya ke Laura, namun tak pernah benar-benar melakukannya. Di hati Mike, bagaimanapun juga Jason tetaplah seorang anak.
Pada saat genting itu, Mike sebenarnya punya beberapa pilihan. Tapi keputusan akhirnya adalah menjadi tameng di depan Laura. Karena waktu yang terbatas, ia hanya bisa mengulurkan lengannya terlebih dahulu. Hanya dengan cara ini yang paling aman, peluang menyelamatkan Laura paling besar, dan tidak akan melukai orang lain.
"Mike..." Laura menjerit-jerit sementara air mata yang tak terkendali menyembur dari matanya, seolah akan mengalami collapse total.
Anjing zombie sudah mati, darah segar berceceran ke mana-mana. Tubuh Mike dipenuhi kotoran. Di area sikut lengan kirinya, rahang atas-bawah anjing zombie masih mencengkeram erat. Karena gigi-gigi tajamnya menusuk dalam ke lengan Mike, bahkan sampai menghancurkan tulang, meski kepala anjing zombie sudah hancur oleh butir peluru, rahangnya masih belum mengelupas dari lengan Mike.
"Mike bagaimana keadaanmu? Tuhan, bagaimana mungkin ini terjadi!"
Laura dan Mike tertabrak anjing zombie. Saat itu Laura tidak berusaha bangkit, malah langsung memeluk Mike sambil menjerit-jerit dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kepanikan sangat dahsyat. Mike tergigit, dan lukanya tergolong sangat parah.
Infeksi... zombie... Kosakata-kosakata ini berkilasan sangat cepat dalam pikiran Laura.
“Ya Tuhan, pantas mati... Aku baik-baik saja, tak apa, jangan tegang, aku takkan kenapa-kenapa.” Mike mengumpat kesakitan beberapa kali, segera mulai menghibur Laura, lengan satunya lagi memeluk bahu Laura secara terbalik, berdiri lalu mengusap air mata di pipi Laura dengan tangan, menahan rasa sakit sambil menatap wajah Laura menghibur: “Takkan ada masalah... Kau bagaimana, ada luka?” Ucapnya dengan ekspresi agak tegang, mengecek tubuh Laura ke kiri-kanan.
Untuk lengan yang terluka, Mike tidak melihatnya, tidak perlu dilihat lagi, Mike sudah menerka akhir nasibnya sendiri.
Akhir seolah sudah pasti, semua yang dilakukan Mike ini demi menyelamatkan kekasihnya, dia tidak ingin Laura terluka. Jika Laura juga terluka, maka pengorbanannya takkan mendapat balasan budi, inilah hal yang paling tidak ingin terjadi dalam hatinya.
“Aku tak apa... Tuhan...” Laura menatap lengan Mike sambil terisak, menutupi mulutnya dengan tangan, tak sanggup melanjutkan bicara.
Mike kembali menepuk bahu Laura untuk menghibur, barulah menoleh melihat lengannya sendiri sambil bergumam kutukan pelan. Tangan kanannya menarik rahang atas-bawah anjing zombie yang masih mencengkram sikut lengan kiri, lalu melemparkannya ke tanah. Lengannya sudah terdistorsi mengerikan, sikut yang digigit anjing zombie itu telah rusak parah hingga menjadi gepeng. Setelah rahang dicabut, darah langsung muncrat deras menggenangi lengan bajunya yang cepat berubah merah.
Ekspresi kesakitan terpancar di wajah Mike dengan kening berkerut kencang. Laura masih menangis di sampingnya, tangan menutup mulutnya yang terkadang mengulur seolah ingin berbuat sesuatu, namun akhirnya terhenti di udara. Dia tampak kebingungan tak tahu harus berbuat apa.
"Potong lengan Mike!" Suara lemah tiba-tiba terdengar.
Mike dan Laura segera menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Manira yang masih duduk bersandar di ban mobil sambil memegangi lengannya. Wajahnya pucat pasi seperti bisa pingsan kapan saja. Saat melihat tatapan mereka, dadanya naik-turun sambil berulang kali berkata: "Potong lengan Mike... Masih ada harapan!"
Dalam kekacauan situasi, pasangan ini sebagai pihak terlibat tak menyadari solusi. Laura sudah panik, sementara Mike sejak awal berniat menukar nyawanya dengan nyawa Laura. Mereka lupa petunjuk dari radio militer tentang memotong jaringan di sekitar luka untuk mencegah infeksi.
Namun setelah dua kali petunjuk dari Manira, mereka segera tersadar.
Ekspresi Mike menunjukkan perubahan yang jelas, seolah terkejut sekaligus senang. Tangan kanannya dengan cepat meraih ke sisi pinggang, langsung mencabut kapak perang militer hitam legam yang tergantung di sana. Kapak perang ini diambil dari toko perlengkapan militer, panjang totalnya 45 sentimeter dengan berat hanya 1 kilogram.
Setelah mengambil kapak perang, Mike segera melemparkannya karena terdapat darah di permukaan.
"Aku yang urus!" teriak Jason yang sedang menyerang zombie manusiawi yang membanjir dari samping. Entah mengapa matanya memerah, ia mencabut kapak perang yang tergantung di pinggangnya lalu berlari menuju Old Mike. Sesampainya di dekat Old Mike, tangan kirinya menarik lengan kiri Old Mike hingga lurus, lalu tangan kanannya yang memegang kapak perang dengan kasar menghujam ke arah lengan tersebut.
Gesek!
Kapak perang yang tajam langsung memutuskan lengan kiri Old Mike di bagian tengah lengan atas. Old Mike menjerit kesakitan, menutupi lengan yang putus sambil mundur dua langkah, lalu terjatuh duduk di tanah. Butiran keringat sebesar kacang kedelai langsung membanjiri dahinya.
"Aduh! Selamatkan aku, cepat selamatkan aku, aaaaa..."
Tiba-tiba terdengar jeritan menyayat dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Di lokasi Brooke dan kawan-kawan yang berjarak puluhan meter, anak buahnya yang merupakan pemuda kulit hitam telah dirobohkan oleh anjing zombie. Bagian dadanya langsung tercabik-cabik oleh gigitan anjing zombie itu. Pemuda itu hanya sempat menjerit beberapa kali sebelum diam membisu. Anjing zombie itu telah membelah dadanya dengan cepat.
Tak ada yang mencoba menyelamatkannya, karena dua orang lainnya sudah kewalahan. Selain harus menghadapi puluhan zombie manusiawi, masih ada seekor anjing zombie yang terus mencoba menyerang mereka. Brooke sedang berusaha melarikan diri ke mobil Ford offroad yang tak jauh di samping. Kaca jendela mobil masih utuh, selama bisa masuk dan mengunci pintu, dengan kekuatan anjing zombie biasa, mustahil memecahkan kacanya. Kecuali jika anjing zombie itu berlari dari kejauhan dengan kecepatan sudah mencapai tingkat ekstrem, baru bisa menghasilkan daya tumbukan yang cukup untuk menghancurkan kaca secara langsung.
Tapi Brooke yang kejam dan licik, takkan memberikan kesempatan itu kepada anjing zombie.
Ia bersama pria paruh baya di sampingnya berlari ke arah mobil Ford. Zombie berbentuk manusia di sekeliling sudah banyak mereka hancurkan, tekanan yang terbentuk sangat rendah. Hanya anjing zombie yang menjadi masalah. Keduanya terus-menerus menembak. Anjing zombie akan menghindar, setiap kali menghindar pasti ke sisi kiri-kanan. Meski terus mendekati Brooke dan rekannya, kecepatannya sudah berkurang banyak.
Namun melihat situasi, saat itu jarak Brooke dan rekannya ke mobil Ford setidaknya 30 meter, sementara anjing zombie hanya berjarak 20 meter dari mereka. Pasti anjing zombie akan menyusul sebelum mereka mencapai mobil Ford. Bagaimanapun, kecepatan maksimal anjing zombie sudah cukup mengerikan untuk dideskripsikan.
Sambil bertarung dan mundur, tiba-tiba Brooke memutar ujung laras senjatanya dengan kecepatan ekstrem. Tiga tembakan dilepaskan berturut-turut - dua peluru mengenai lengan kiri dan kanan pria paruh baya di sampingnya, satu lagi menembus kakinya.
Pria paruh baya itu menjerit kesakitan, senjata di kedua tangannya langsung terlepas jatuh ke tanah. Tubuhnya oleng dan terjatuh. Ia langsung menyadari Brooke telah mengkhianatinya, tapi tak sempat memaki. Dengan satu kaki yang tersisa, ia berusaha bangkit sambil melompat-lompat ke arah Brooke meski kedua lengannya lunglai.
Hanya dalam 2-3 detik, anjing zombie tiba-tiba menerobos dari belakangnya. Binatang itu menjatuhkannya ke tanah dan mulai mencabik-cabik punggungnya. Setelah beberapa jeritan, pria itu tak lagi bersuara.
Memanfaatkan kesempatan ini, Brooke sudah berlari sendirian ke mobil Ford. Ia membuka pintu, masuk, lalu menguncinya rapat-rapat.
Boom! Boom! Boom!
Di luar, zombie-zombie menepuk-nepuk kaca jendela. Di dalam mobil, Brooke tersenyum tipis. Meski tak menyangka akan muncul begitu banyak anjing zombie, ia berhasil selamat.
Kaca tidak akan hancur dipukul zombie dalam waktu singkat, dan lubang kunci di bawah setir mobil ini masih terpasang kunci. Saat menemukan mobil ini, kunci masih tertancap di situ. Inilah alasan mengapa Brooke tidak lari ke truk yang kacanya dipasangi pagar pengaman - truk tak ada kuncinya, dia tidak bisa menyalakannya dengan cepat.
Ngung... Gemuruh!
Brooke dengan gesit menyalakan Ford. Dua anjing zombie sudah mulai menyambar lagi. Anjing zombie tidak rakus, ini sangat berbeda dengan zombie lain. Mereka hanya akan menggigit manusia sampai mati total, memakan beberapa gigitan, lalu segera lari ke samping mobil Ford.
Brooke melirik ke luar sebentar, lalu menggeber pedal gas beberapa kali. Melalui badan mobil, dia memandang ke arah Old Mike dan yang lain. Kemudian menggelengkan kepala sambil mencibir, seolah menyesali sesuatu. Entah menyesal karena gagal membunuh mereka, atau kasihan memikirkan nasib mereka yang mungkin segera dibantai zombie.
Perlahan melepas kopling, Ford mulai bergerak. Meski dikepung zombie di sekeliling, jumlah mereka belum cukup untuk menghentikan laju mobil. Ford berhasil menembus gerombolan zombie, lalu tiba-tiba berakselerasi kencang menuju persimpangan di sisi selatan jalan.
Zombie manusiawi mengejar Ford beberapa jarak sebelum menyerah. Mereka sama sekali tak sanggup menyusul Ford. Hanya dua anjing zombie yang dengan kecepatan ekstrem masih bisa mengikuti sebelum mobil mencapai kecepatan penuh.
Demikianlah Brooke mengemudikan Ford membawa dua anjing zombie menerabas jalanan. Sementara 20-30 zombie yang tersisa, setelah kehilangan target Brooke, mulai menderu dan bergegas menuju arah Old Mike dan kawan-kawan.
Di sekitar Old Mike dan kawanannya masih banyak zombie, bahkan ada seekor anjing zombie yang sedang mencoba menyerang Jenderal Qiang. Jenderal Qiang memang pantas dijuluki purnawirawan jenderal. Meski sudah tua, kemampuan menembaknya tidak berkurang banyak. Mantan pasukan khusus Korps Marinir ini, jika masih muda, pasti akan menjadi yang terkuat di antara mereka semua, bahkan Robbie pun tak bisa menandinginya. Kini, demi melindungi putrinya, Jenderal Qiang memanfaatkan seluruh kemampuannya.
"Khalida ke belakang!" tiba-tiba Jenderal Qiang mendorong menjauh putri yang sedang dipeluknya ke arah Jason dan yang lain. Dengan gesit ia melemparkan senjatanya, lalu mencabut pisau berburu dari pinggang dan kapak perang dari paha. Matanya menatap tajam ke depan.
Jenderal Qiang yang sudah berusia 60 tahun itu seolah akan bertarung jarak dekat dengan anjing zombie yang kejam sampai tingkat ekstrem!
Ia benar-benar sudah kehabisan akal. Anjing zombie itu sudah beberapa kali kena tembaknya, mundur sebentar lalu langsung menerjang lagi. Begitu terus berulang. Sekarang magazen senjatanya sudah kosong. Anjing zombie tak mungkin memberinya waktu untuk mengganti magazen. Tak ada pilihan lain selain bertarung habis-habisan!
