Brooke harus mengitari beberapa blok untuk melepaskan diri dari dua ekor anjing zombie. Setelahnya ia terus waspada, berusaha secepat mungkin meninggalkan area sekitar. Tak disangka saat baru memasuki Broadway, ia langsung berpapasan dengan kelompok Tang Ji yang sedang kembali dengan tergesa-gesa.
Ia melihat Tang Ji. Tang Ji pun melihatnya.
Brooke tiba-tiba menaikkan kecepatan, memutar setir ke kanan. Semula mobilnya bersama mobil Tang Ji berada di jalur kiri, namun kini ia beralih ke jalur kanan. Ia berusaha menghindari mobil sport yang ditumpangi kelompok Tang Ji.
Brooke pernah diam-diam mengikuti kelompok Tang Ji selama beberapa hari. Dari kejauhan, ia menyaksikan mereka menembak zombie. Brooke tahu kemampuan menembak Robbie sangat mumpuni - ia melihatnya sendiri. Dalam kondisi sendirian ini, ia enggan berkonflik dengan kelompok Tang Ji karena sadar peluang menangnya tipis.
Sementara Tang Ji, begitu melihat Brooke, segera mengangkat pistolnya ke arah jendela. Karena Robbie yang sedang menyetir, tugas menembak jatuh ke tangannya. Bersamaan itu, Robbie memperhatikan pergerakan Brooke dan perlahan mengurangi kecepatan. Dengan gerakan kasar, ia memutar setir ke kiri sehingga mobil mereka pun berpindah ke jalur kanan.
"Aku yang urus!" Robbie tiba-tiba berteriak keras, tangan kanannya dengan cepat mengganti gigi transmisi. Sambil menatap Ford SUV yang terus mendekat di luar jendela, tanpa menoleh ia berkata cepat ke Tang Ji: "Suruh Basong pindah ke sisi kiri!"
"Pindah ke sebelah kiri!" Tang Ji tidak bertanya apapun, tanpa ragu-ragu memalingkan kepala dan memberi perintah cepat ke Basong. Bersamaan itu ia meletakkan pistolnya, lalu tangan yang satunya mencengkeram erat sandaran tangan di pintu mobil.
Demi menjaga keseimbangan mobil, sebelumnya Basong selalu duduk di posisi tengah antara dua kursi belakang. Mendengar perintah Tang Ji dan melihat ekspresi gusarnya, ia segera berpindah tempat. Salah satu tangannya mencengkeram sandaran tangan di pintu, sementara tangan satunya menekan atap mobil untuk menopang tubuhnya.
Basong sebelumnya tidak memakai sabuk pengaman. Ruang mobil sport yang sempit memungkinkannya duduk di tengah, cukup dengan mengulurkan kedua tangannya bisa meraih kedua sandaran tangan sekaligus. Meski melelahkan melakukan ini di mobil yang terombang-ambing, bagi poin fisiknya ini bukan masalah. Namun saat pindah ke sisi kiri, dia sudah tak sempat memasang sabuk pengaman. Dia juga bukan orang bodoh - meski tak bisa berkomunikasi dengan Robbie, dia bisa merasakan rencana yang akan dilakukan Robbie.
Dalam sekejap, tiga orang ini berhasil berkoordinasi cepat dan membuat persiapan. Selain karena reaksi mereka yang gesit, alasan lainnya adalah kepercayaan mutual di antara ketiganya.
Dan pada detik berikutnya setelah semua orang siap, jarak garis lurus antara dua mobil sudah kurang dari sepuluh meter. Robbie yang sebelumnya sudah mengurangi kecepatan tiba-tiba menambah kecepatan lagi. Dalam jarak sepuluh meter yang ditempuh sekejap mata, kedua mobil saling berpapasan. Tepat di momen itu, Brooke di dalam mobil Ford mengarahkan pistolnya ke luar jendela dan menekan pelatuk. Sementara itu, Robbie dan Tang Ji menjatuhkan tubuh mereka ke belakang dengan erat menempel pada sandaran kursi sambil duduk menyamping - tepian pintu dan jendela mobil sepenuhnya bisa melindungi tubuh mereka. Bersamaan dengan itu, Robbie menyentak setir ke kiri dengan kasar.
Braak! Dentuman keras tabrakan kendaraan menggema.
Sisi kiri Nissan GTR menghantam dengan kasar bagian belakang sisi kiri Ford SUV. Meski secara postur, GTR tak mungkin bisa menyaingi Ford SUV, dan secara visual sulit mengguncang lawannya, kenyataannya justru sebaliknya. Pertama, keduanya tidak bertabrakan frontal. Kedua, pusat gravitasi mobil sport lebih rendah. Ditambah Robbie menggunakan seluruh bodi samping untuk menabrak bagian belakang sisi Ford SUV. Dari segi stabilitas, Nissan GTR lebih unggul. Yang terpenting... Nissan GTR memiliki lebih dari 500 tenaga kuda. Daya tumbukan dari putaran sekejap napas benar-benar mengerikan.
Pada sekejap ini, bodi samping Nissan GTR menabrak Ford SUV. Karena hukum aksi-reaksi, dan berkat kendali khusus Robbie, mobil sport ini berhasil membelokkan ekor Ford SUV sebelum terlempar ke kanan. Ban kiri depan terangkat seolah hendak terbalik, sementara tubuh Robbie miring sepenuhnya ke kiri...
Mobil masih melaju cepat, dalam beberapa detik menempuh puluhan meter. Saat ban kiri setinggi setengah meter dari tanah, daya tumbukan dari pantulan akhirnya sepenuhnya teratasi. Bodi mobil braak! jatuh kembali ke tanah.
Jika saat itu tidak ada Basong di mobil, mungkin mobil benar-benar terbalik. Soalnya ini mobil sport, bukan bumper car. Syukurlah Basong duduk di sisi kiri, menambah bobot bagian kiri kendaraan.
Semua terdengar rumit, tapi sebenarnya terjadi dalam sekejap napas.
Persis saat mobil sport baru stabil, Ford yang sudah tak terkendali setelah ditabrak dan saling berpapasan, terhuyung-huyung maju belasan meter. Salah satu ban menginjak mayat zombie, bodi miring lalu tergores mobil terbengkalai di pinggir jalan. Kemiringan semakin parah! Brooke mati-matian menginjak rem, tapi karena sebelumnya ingin cepat pergi, kecepatan masih tinggi. Setelah rem diinjak, mobil tetap meluncur deras ke depan!
Teknik mengemudi Brooke yang memang biasa-biasa saja, dalam situasi krisis malah semakin kacau. Ia tak menyangka Robbie akan seganas itu, menggunakan mobil sport berukuran lebih kecil untuk menabrak mobil offroad. Lagi pula, dia melakukan kesalahan fatal - seharusnya sama sekali tidak menginjak rem!
Ada satu prinsip yang dipahami semua orang dengan kemampuan mengemudi cukup baik: Ketika mobil yang melaju kencang mengalami，solusi paling efektif adalah mengurangi kecepatan terlebih dahulu, lalu menyesuaikan dengan kondisi jalan sambil mengandalkan kemampuan kontrol pengemudi. Terbalik atau tidaknya mobil sepenuhnya bergantung pada skill pengemudi. Satu-satunya yang dilakukan adalah menginjak rem secara mentah-mentah! Hasilnya adalah gaya inersia "tidak beraturan" dari mobil yang melaju kencang dalam kondisi akan sepenuhnya berpengaruh pada mobil saat rem diinjak. Karena sifat gaya ini "tidak beraturan" - tidak bergerak lurus, mungkin menghantam dari belakang kiri ke depan kanan, atau langsung menyerang dari kiri ke kanan.
Mobil ini, semakin berat kendaraan maka gaya inersia saat melaju kencang semakin besar. Gaya inersia yang dihasilkan saat melaju cepat mampu menggulingkan dirinya sendiri tanpa masalah.
Semua ini sudah direncanakan Robbie. Pada detik pertama Ford offroad menerjang keluar, bagiannya tergores mobil terbengkalai di pinggir jalan. Ini memberi kesan bagi Robbie bahwa teknik menyetir sang pengemudi sangat buruk - mungkin biasa saja di kalangan manusia biasa, tidak bisa disebut buruk, tapi bagi Robbie ini sangat parah. Maka terjadilah adegan sebelumnya, dan seketika itu pula adegan yang telah dibayangkan Robbie benar-benar terwujud.
Brook menginjak rem, mobil Ford yang sudah satu ban terangkat langsung meluncur miring sejauh dua tiga meter dengan cepat, lalu terbalik keras. Tubuh mobil berguling-guling beberapa kali di tanah disertai suara Braak! Kreng! Klang! Semua kaca pecah, bodi mobil terpelintir dan berubah bentuk. Akhirnya atap mobil menghantam tanah, meluncur lagi belasan meter sambil menggesek permukaan jalan hingga memercikkan cahaya terang berkilauan, baru berhenti total.
Seluruh proses tercipta panorama spektakuler, persis seperti adegan efek khusus di film-film.
"Sudah mati?" Tang Ji yang duduk di kursi penumpang depan mobil sport yang sudah stabil, menoleh memandang mobil Ford yang semakin menjauh di balik kaca belakang, bertanya dengan suara berat.
"Tidak bisa dipastikan, kecelakaan seperti ini memiliki tingkat kematian yang tinggi, tapi ada juga yang selamat." Robbie menghela napas lega, melirik kaca spion di atas badan mobil, kemudian meningkatkan kecepatan mobil sport yang sudah stabil. Setelah jeda sejenak bertanya: "Jangan kita kembali untuk memeriksa!"
"Tidak perlu, cepat kita kembali!" Tang Ji menggelengkan kepala dengan cepat, mengalihkan tatapannya ke Basong, bertanya dalam Bahasa Thai: "Kamu bagaimana?"
"Saya baik-baik saja!" Basong yang juga sedang melihat ke belakang, mendengar pertanyaan Tang Ji dalam Bahasa Thai, langsung menoleh dengan wajah penuh kegembiraan. Namun pandangannya sesaat mengarah ke Robbie di depan.
“Dia benar-benar bersemangat. Sensasi berbahaya tadi adalah pengalaman yang belum pernah dirasakannya seumur hidup. Adegan yang biasanya hanya bisa dilihat di film, tak disangka dia sendiri yang mengalaminya langsung. Meski Basong adalah Raja Muay Thailand dengan kemampuan pertarungan jarak dekat yang luar biasa, tapi jarang melakukan hal-hal melampaui batas. Sebagian besar energinya dicurahkan untuk latihan tinju. Di arena pun ada aturannya. Sedangkan Robbie berbeda. Sebelum akhir zaman, Robbie hidup di ujung pisau, apalagi berasal dari latar belakang militer.”
“Karena itu saat Robbie memandang Basong, dia merasa Basong ini tak terbayangkan. Sebaliknya dari sudut pandang Basong, dia juga menganggap Robbie sebagai sosok yang sulit dipahami.”
“Baguslah.” Tang Ji mengangguk, membalikkan tubuhnya dan duduk dengan rapi. Sambil menatap ke luar jendela, dia mengangkat walkie-talkie lalu ragu-ragu meletakkannya kembali. Awalnya ingin menanyakan kabar Mike dan yang lain, tapi takut mendengar berita buruk.
“Berapa lama lagi sampai?”
“Dua menit!”
Haoshou! Haoshou!
Saat Tang Ji dan Robbie selesai berbicara dengan cepat, dua ekor anjing zombie tiba-tiba melesat keluar dari gang pinggir jalan, mengejar mobil sport dengan kecepatan tinggi.
