"Ya Tuhan!"
"Pantas mati!"
“……”
Tang Ji sulit percaya Marlos sudah mati begitu saja. Seorang pria yang bisa disebut penguasa kejam, menyambut era baru dunia akibat meletusnya zombie, di puncak kedewasaannya Marlos seharusnya bisa mewujudkan ambisinya membangun kekaisaran dengan kecerdasan dan kelicikannya. Tapi dunia ini tak pasti, tak ada yang menyangka Marlos tewas mendadak di tangan sniper. Tang Ji masih tak percaya, begitu pula yang lain.
Para pengikut setia ini ada yang menemani Marlos beberapa tahun, bahkan belasan hingga dua puluh tahun lebih. Mereka menyaksikan kebangkitannya, sangat paham betapa berdarah dan berbahayanya perjalanannya. Percobaan pembunuhan yang dialaminya mungkin tak kalah banyak dari pangeran dan putri Saudi di Timur Tengah, tapi ia selalu selamat.
Kali ini, ia tak bisa mengelak.
Mungkin karena kurangnya personel profesional pelindung Marlos pasca akhir zaman, atau sniper lawan yang terlalu dahsyat. Yang pasti, Marlos tewas!
Monica terus berdiri di samping Marlos. Ia menyaksikan langsung kepala Marlos tiba-tiba meledak seperti melon, darah segar dan otak menyembur ke wajahnya. Terdiam kaku, matanya melotot menyaksikan mayat tak berkepala itu perlahan roboh, bahkan lupa ancaman sniper terhadap orang lain masih ada.
Sebaliknya, sebagian orang bereaksi sama seperti Monica. Sebagian mencari bunker dengan sangat cepat, sebagian lagi mengamuk habis-habisan. Yang paling parah adalah Will dan Zack.
Zack adalah anak angkat Marlos. Hubungan emosionalnya tak perlu diragukan. Sementara Will telah mengabdi pada Marlos tepat lima belas tahun. Di akhir zaman dimana sebagian besar manusia menemui ajal atau menjadi zombie, dialah pengikut paling setia sekaligus orang paling dipercaya Marlos.
Relasi mereka adalah atasan-bawahan, tapi juga teman sejati.
Sak adalah penembak jitu legendaris dalam arti sebenarnya. Ia diadopsi Marlos sejak usia lima tahun. Bisa dibilang sejak kecil ia menerima pelatihan intensif dari Marlos. Marlos memberinya sumber daya terbaik, mendatangkan pelatih top, melatih stamina fisiknya, membuatnya menguasai hampir semua jenis senjata api di dunia, mengasah kesadaran refleksnya. Di masa mudanya, Marlos tidak hanya mengadopsi Sak, tapi juga beberapa anak lain. Namun hanya dua orang yang mendapat pengakuan darinya. Dan di akhir zaman, hanya Sak yang bertahan hidup.
Setelah kepala Marlos meledak, reaksi pertama Sak bukanlah penolakan atau kesedihan, tapi segera menghabisi sang penembak jitu. Ini respons paling ekstrem dari penembak kelas atas. Marlos mengajarkannya untuk dingin darah, sekaligus mengajarinya menyimpan perasaan di hati. Karena itu, mustahil kita melihat ekspresi tertegun bodoh seperti Monica muncul di wajahnya.
Karena lawan sudah menembak, Sak bisa menentukan posisi mereka. Ia segera menoleh dan mulai membalas serangan. Jalanan yang luas memungkinkannya mengangkat senapan serbu M16 dengan sudut elevasi. Dengan kemampuannya, menembakkan pistol dalam sekejap napas pun bisa dilakukan karena recoil kecil dan akurasi lebih tinggi saat tembakan cepat. Namun karena jarak sudah melebihi 50 meter, senapan serbu lebih efektif.
Kecepatan tembakan senapan sniper sangat lambat. Sak tahu ini sehingga berani melakukan penekanan tembakan tanpa berlindung sambil membalik badan. Sementara itu, Will si postur besar yang mengamuk sudah membawa senjata langsung menyambar gedung pencakar langit tempat sniper bersembunyi.
Zombie di sekeliling semakin mendekati kelompok. Tidak bisa ditunda lagi. Dengan Will sebagai pencetus, Sak menekan lawan dengan tembakan. Orang-orang yang masih tertegun atau sudah menemukan bunker pun mengikutinya menyerbu gedung itu.
Tang Ji berpikir sejenak, lalu ikut pergi. Meski terkejut sesaat ketika itu, kematian Marlos membuatnya tak perlu lagi mengikuti orang-orang ini. Awalnya dia hanya tinggal karena janji pada Marlos untuk menetap sementara. Jika tidak, Tang Ji pasti sudah pergi jauh sebelumnya. Sasaran musuh adalah Marlos. Andai sejak awal Tang Ji berpisah dari Marlos dan kawanan, mungkin saat ini dia sudah aman.
Ini saat tepat untuk menyelamatkan diri, tapi Tang Ji tak melakukannya. Jika pergi, bahaya dari manusia mungkin hilang, tapi ancaman zombie tetap ada. Sendirian, bahkan menggeser lemari pakaian untuk menahan pintu pun sulit. Masuk ke gedung pencakar langit lain pun risiko tetap tinggi. Sebaliknya, dengan mengikuti Wil dan kelompoknya, banyak orang berarti kekuatan lebih besar. Saling membantu memudahkan mereka masuk gedung dan menghindari bahaya zombie sementara ini.
Dan ada satu hal yang lebih penting, orang yang membunuh Marlos berada di gedung itu. Mereka pasti sudah mempersiapkan diri untuk dikepung. Selain itu, di gedung itu pasti tidak ada bahan peledak yang cukup untuk menghancurkan gedung pencakar langit. Tidak mungkin mereka bunuh diri sendiri. Ini juga alasan Tang Ji mengikuti mereka.
Zombie mengalir deras, semua orang mulai berlarian. Dentuman senjata di mana-mana meledakkan kepala zombie yang mendekat dan menjatuhkannya. Wilson si postur tubuh besar berlari paling depan membuka jalan. Penekanan tembakan Sak tidak pernah berhenti, namun hanya bisa menekan lawan. Sangat sulit untuk menembak mati lawan yang berada di posisi lebih tinggi dengan jendela dan dinding sebagai pelindung. Sekalipun Sak sangat hebat, peluru tidak bisa berbelok.
Gedung pencakar langit itu terletak di sebelah utara jalan, memiliki lima puluh lantai. Dari hiasan eksteriornya, sepertinya merupakan gedung perkantoran sebelum akhir zaman.
Masih di kamar yang bersebelahan dengan jendela itu, pria berusia tiga puluhan itu setelah menembak mati Marlos, menyusut sedikit ke belakang. Ia mengusap-usap kumis tipisnya, tatapan dinginnya yang jarang menunjukkan seberkas senyuman. Sudut bibirnya naik perlahan, mengambil walkie-talkie dan berkata: "Selesai, Marlos sudah mati!"
"Kerja bagus. Bersiaplah, aku sudah mengirim orang untuk menjemputmu." Suara dingin wanita kembali terdengar dari walkie-talkie. Respons yang begitu cepat menunjukkan bahwa dia pasti terus menjaga di samping alat komunikasi itu.
"Maksudmu..." Senyuman di wajah pria itu memudar, ragu-ragu ia bertanya: "Dia setuju?"
"Sekarang akulah yang berkuasa di sini! Bersiaplah!" Suara wanita tetap dingin, membawa nuansa kewibawaan yang tak terdefinisikan.
"Baik!" Senyum lebar kembali merekah di wajah pria itu. Awalnya ia mengira kali ini takkan terhindar dari baku tembak sengit, namun tak disangka bos kali ini lebih tegas dan berkuasa. Pria itu menggelengkan kepala pelan, mulutnya mengeluarkan suara decapan seolah mengungkapkan kekaguman. Peluru terus menerus menerobos jendela ke dalam kamar, langit-langit dan lampu gantung berderai hancur berkeping-keping, tapi matanya bahkan tak berkedip sedikitpun. Berjongkok ia melepas senapan sniper dan menyimpannya dalam koper perak pucat, lalu mengunci peti itu dengan rapat.
Ruangan tempat pria berdiri adalah kantor cubicle sebuah perusahaan asuransi, ruangan yang sangat luas. Dengan santai ia mengangkat koper lalu berjalan ke meja kerja di sebelah, mengambil tas ransel besar dan menggendongnya di punggung. Perlahan ia melangkah keluar, meski tahu sekelompok orang akan menerobos gedung untuk membunuhnya, sama sekali tak terlihat grogi.
Pria di dekat jendela menghilang sepenuhnya. Wilson bersama semua orang berhasil memecah gerombolan zombie yang belum membentuk lingkaran kepungan rapat, lalu menerobos masuk ke gedung.
Di belakang mereka, gerombolan zombie mengikuti dengan riuh. Suara menderu aneh menyatu menjadi satu, menggema di lobi lantai satu dengan resonansi yang membuat bulu kuduk berdiri.
Mereka menembus lobi masuk ke koridor panjang nan luas. Di kedua sisi selain beberapa kantor, terdapat empat lift. Tiga di antaranya sudah berhenti beroperasi. Hanya satu lift yang lampu indikatornya masih menyala, menunjukkan angka 30 terus naik.
Jelas, orang di dalam lift itulah pelaku pembunuhan Marlos.
Satu-satunya lift yang masih beroperasi sedang digunakan. Semua orang hanya berhenti sebentar di sekitar lift, lalu berlari ke pintu tangga. Saat mereka melewati koridor panjang dan tiba di pintu tangga, dalam sekejap mata terdengar sumpah serapah, wajah-wajah pucat, dan teriakan "Tuhan!" dari beberapa orang.
Ekspresi wajah Tang Ji juga berubah gelap, karena... tangganya telah diledakkan!
Ini sebenarnya adalah sistem pertahanan terhadap zombie, tapi sekarang justru bisa menyebabkan semua orang di sini meregang nyawa.
Tiba-tiba, semua orang dengan jelas mendengar suara "tak-tak-tak" tak henti-henti dari luar gedung pencakar langit. Frekuensinya sangat cepat, semakin mendekati gedung ini. Suara yang bisa menembus ke dalam gedung tentu sangat keras. Beberapa orang sudah menyadari apa itu.
Helikopter!
