Suasana di dalam kamar tiba-tiba membeku. Setelah lama terdiam, Tang Ji tiba-tiba bertanya: "Mengapa kau berpikir begitu? Apakah kau yakin akan menjadi yang... pertama..." Tang Ji menggerakkan tangannya seperti sedang memperagakan sesuatu, lalu terdiam sejenak sambil berpikir: "Kau pernah melihat? Atau... mengalami sendiri?"
Monica tetap diam, menundukkan kepala menatap permukaan lantai. Seolah memberikan persetujuan diam-diam.
Kanibalisme, memakan sesama manusia, ini adalah larangan mutlak yang tak seorang pun ingin bahas. Monica sepertinya enggan menjelaskan lebih lanjut. Tang Ji merasakan bahwa pastilah ia pernah menyaksikan sesuatu secara langsung dan mengalami trauma. Setelah terkepung kali ini, ia menganggap dirinya sebagai individu terlemah dalam kelompok. Ini menyentuh saraf sensitifnya. Ia menyimpulkan bahwa ketika semua "makanan" habis, semua orang akan menghadapi takdir mati kelaparan. Maka dalam situasi seperti ini, satu-satunya cara bertahan hidup adalah dengan memakan anggota terlemah dalam kelompok.
Hari ketika akhir zaman meledak, takdir seluruh umat manusia berubah karenanya. Sebagian orang putus asa terhadap dunia ini, mengakhiri kehidupan mereka sendiri. Sebagian lain masih di ambang kehancuran, mungkin suatu hari akan kehilangan harapan sepenuhnya terhadap dunia. Ada juga yang terus berjuang mati-matian, tetap percaya esok akan lebih baik dan tak pernah berpikir untuk menyerah.
Tang Ji termasuk golongan terakhir ini. Monica juga. Dia tak ingin mati, apalagi dimakan setelahnya. Meski semua orang di sini mungkin terjebak sampai mati, itu masih urusan beberapa hari bahkan belasan hari lagi. Setiap hari tambahan berarti secercah harapan baru. Bisa saja di detik berikutnya, seseorang datang menyingsingkan zombie.
Monica ingin hidup. Menyaksikan langsung zombie disingkirkan tentu sangat baik. Jika tidak, dia berharap bisa bertahan sampai hari dimana dirinya mati kelaparan.
Beberapa perkataan terdengar sangat lugas dan kejam, tetapi ketika orang-orang benar-benar berinteraksi dengan dunia ini, barulah mereka menyadari bahwa dunia ini jauh lebih mengerikan daripada yang kita bayangkan.
Kamar kembali sepenuhnya sunyi, cap darah di permukaan tanah belum sempat dibersihkan, terus menguapkan bau anyir yang menyengat. Tang Ji tiba-tiba menggenggam walkie-talkie lebih erat, ruas tulangnya memutih sedikit, ekspresi wajahnya berubah. Seolah teringat sesuatu, ia menoleh ke jendela. Setelah beberapa saat, ia membungkuk dan mengulurkan tangan satunya untuk merapikan tas perjalanan di lantai. Kemudian menggeser posisi duduknya mencari postur yang lebih nyaman, sebelum akhirnya memejamkan mata dengan tarikan napas yang perlahan merata.
Ketika Tang Ji kembali membuka mata, hari telah menunjukkan pukul empat sore. Matahari condong ke barat, menyiramkan sinar keemasan ke dalam kamar.
Kamar kini hanya menyisakan Tang Ji seorang diri. Monica telah pergi, membawa barang-barang yang menjadi haknya.
Tang Ji mengusap pipinya, berdiri dari tempat duduk, meregangkan tangan dan kaki. Tulang-tulangnya berderak-derak. Ia mengeluarkan senjata api yang diselipkan di pinggang, melepas magazen untuk pemeriksaan, lalu memasangnya kembali. Setelah menyelipkan senjata, ia mengangkat tas ransel dan melangkah keluar dari kamar itu dengan langkah tergesa-gesa sendirian.
Sepanjang hari itu tidak ada yang menyadari keanehan. Namun ketika memasok pagi hari berikutnya, telah ada yang menyadari masalah—Tang Ji lenyap!
Tidak ada jejak manusia hidup maupun mayat. Hanya ada dua kemungkinan: Pertama, ia mati terjatuh dari gedung dan diterkam zombie. Kedua, ia bersembunyi—mengingat kompleks gedung pencakar langit ini sangat luas (tidak heran disebut 'gedung pencakar langit'), mencari seseorang yang sengaja menyembunyikan diri dalam kondisi lingkungan saat ini sungguh mustahil.
Setelah terkepung, Will memberitahu Tang Ji frekuensi komunikasi walkie-talkie yang digunakan semua orang. Setiap tas perjalanan juga berisi walkie-talkie dengan power bank. Setelah Tang Ji menghilang, Will pernah mencoba menghubunginya via walkie-talkie. Ia tak percaya Tang Ji mati, namun tidak mendapat respon.
17 Juni 2015, hari ketujuh pengepungan. Hari pertama Will menemukan Tang Ji menghilang. Pada hari ini kecuali Monica, semua orang kehabisan makanan. Mereka memang menghemat-hemat, sebenarnya beberapa sudah kehabisan sejak beberapa hari sebelumnya. Hari ini hanya Monica yang masih punya persediaan.
Namun "makanan" yang dimaksud sebelumnya adalah yang mereka bawa dalam tas ransel - berupa makanan kompresi dan berkalori tinggi. Habisnya stok ini bukan berarti benar-benar tak ada makanan. Misalnya kemarin, beberapa orang sempat makan sampai kenyang.
Beberapa hal terdengar menjijikkan tapi sangat nyata bagaikan darah segar yang menetes.
Pada sore itu, setelah Will menyadari kehilangan Tang Ji, Monica juga membawa barang-barangnya dan sepenuhnya menghilang dari pandangan semua orang yang berkumpul.
Kanibalisme yang mengerikan hingga membuat merinding. Tang Ji kemarin tidak memverifikasi kebenaran perkataan Monica karena sudah tidak perlu dibuktikan lagi. Detail bahwa mayat lima anggota kelompok McKacy tidak langsung dibuang lewat jendela saat itu luput dari perhatian Tang Ji. Kini semuanya tampak semakin jelas.
Tang Ji hampir yakin: Sebelum Marlos meninggal, pasti membiarkan anak buahnya memakan sesama manusia. Atau mungkin demi menyelamatkan nyawanya sendiri, dia juga pernah melakukannya. Kalau tidak, mustahil lima mayat bisa dipindahkan begitu lancar tanpa ada yang bertanya - bahkan Will pun diam. Dari raut wajahnya, Tang Ji bisa melihat postur tubuh besar Will itu sudah dua hari tidak makan.
Jadi Tang Ji memilih untuk menghilang, alias bersembunyi. Ia tak menyangka anak buah Marlos ini punya riwayat kanibalisme. Ketika suatu hal yang dianggap manusia sebagai sesuatu yang sangat mengerikan telah dilakukan sekali, maka pada kali kedua, hambatan psikologis akan berkurang. Setelah berkali-kali, hambatan itu pun sirna sepenuhnya.
Kanibalisme pun demikian. Setelah pernah melakukannya, melakukannya lagi tidak akan terasa mustahil untuk diterima.
Saat ini musim panas, belahan bumi utara telah memasuki puncak musim panas. Berkurangnya aktivitas manusia menyebabkan banyak wilayah mengalami anomali iklim - suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Di Manhattan, New York, suhu tertinggi siang hari kini bisa mencapai 30℃. Meski suhu ini tidak berarti apa-apa bagi kehidupan manusia, namun cukup untuk membuat mayat membusuk dengan cepat.
Monica membunuh lima orang sekaligus, kelimanya menjadi santapan bagi yang lain. Banyak daging, tapi tanpa listrik, alat pendingin tak bisa digunakan. Mayat sama sekali tak bisa disimpan sehari penuh. Jadi setelah sehari, daging segar berubah menjadi bangkai busuk yang tak ada yang mau sentuh. Dalam kondisi ini, jika seseorang masih ingin bertahan lebih lama, satu-satunya cara adalah membunuh orang lain selagi masih punya tenaga.
Setiap anak buah Marlos, termasuk Monica dan Will, bisa diungkapkan dengan satu kalimat—BUKAN orang baik! Pertumbuhan setiap orang di sepanjang jalan mereka dipenuhi darah dan kekejaman. Mereka semua pantas menyandang kata-kata "kejam dan licik". Selama mereka masih ingin hidup, selama tak ada hambatan psikis untuk memakan sesama manusia, atau selama mereka tak ingin menjadi santapan, maka adegan saling bunuh di gedung pencakar langit ini pasti akan terulang kembali!
Seolah ini adalah Permainan Pembantai, di dalam permainan ini tak ada yang rela menjadi buruan. Sebenarnya di sini, tak ada kejelasan siapa yang menjadi mangsa dan siapa pemburu, karena peran kedua pihak terus berganti. Pemburu sedetik sebelumnya, seketika bisa berubah menjadi mangsa orang lain.
19 Juni 2015, di dalam gedung pencakar langit tak dikenal, pukul lima pagi.
Fajar baru merekah, jeritan kesakitan melanggar keheningan pagi ini.
