Senja, sekelompok personel bersenjata yang seharusnya bertugas membawa sejumlah besar barang masuk ke dalam Gedung Sekretariat, akhirnya tiba di lantai tiga dan mengetuk pintu kamar 316. Mereka adalah orang-orang yang dikirim Hillary Clinton. Selain memberikan nutrisi dan "makanan" untuk Tang Ji, juga memindahkan beberapa ranjang besar baru serta perabot meja kursi, termasuk dua ranjang tunggal, dua ranjang susun dua, dan satu ranjang untuk tiga orang.
Tim bersenjata yang berjumlah hampir tiga puluh orang ini menaruh barang-barang di koridor, kemudian masuk ke kamar dan mengeluarkan hampir semua benda, lalu memasukkan kembali ranjang-ranjang besar dan perabot tersebut ke dalam kamar. Di bawah arahan Manila, mereka mulai menyusun tata letak.
Mereka sibuk selama satu jam penuh sebelum akhirnya berhasil menyelesaikan penataan sepenuhnya di kamar 316.
Sekitar pukul enam setengah sore, personel bersenjata baru mengangkut barang-barang di koridor pergi. Melihat kembali kamar 316, ruangan besar itu kini sudah berubah total dengan empat tempat tidur yang ditempatkan di empat sudut ruangan. Di samping setiap tempat tidur terdapat lemari kecil dengan lampu meja portabel bertenaga listrik dan beberapa baterai yang masih tersegel di atasnya. Di dinding kiri-kanan terdapat lemari pakaian baru, sedangkan di dekat jendela terdapat meja kopi kaca dan beberapa kursi sofa. Tempat tidur tiga orang tunggal ditempatkan di ruang dalam.
Karena perabotan kantor berlebih sudah dipindahkan, meskipun ada dua tempat tidur yang ukurannya membesar di ruang utama, sebenarnya kamar justru terasa lebih lapang.
Di sudut ruang utama, terdapat satu kelompok aki mobil yang terisi penuh - biasa disebut baterai mobil - disertai stopkontak konverter tegangan dan perlengkapan lainnya di sebelahnya.
Manhattan sudah kehilangan daya listrik, Markas besar PBB tentu juga demikian. PBB memang memiliki generator dan peralatan lainnya, namun pembangkitan listrik membutuhkan pasokan energi lain. Jika ingin seluruh PBB bertahan tanpa pemadaman, konsumsinya terlalu besar. Saat ini belum perlu melakukan hal itu. Sehingga saat ini di seluruh Markas besar PBB, hanya perpustakaan yang memiliki listrik, dan itu pun hanya akan menyediakan daya saat malam hari. Sana adalah lokasi tempat personel bersenjata inti lapisan tinggal.
Manila menutup rapat pintu kamar, berbalik sambil melilitkan satu tangan di pinggang. Tatapannya menyapu sekilas ruangan yang sudah diperbarui, tiba-tiba mengulurkan tangan menyodok Tang Ji. Dengan nada bercanda ia berkata: "Dia benar-benar peduli padamu ya."
Tang Ji memegang kotak susu di tangannya, dengan sedotan terjepit di mulutnya. Ia menoleh melihat Manila, menghisap sedotan hingga suara gemericik susu terdengar dari kotaknya yang hampir habis. Dengan senyum penuh percaya diri yang seolah berkata "Tentu saja", ia tetap menggigit sedotan sambil menganggukkan kepala ke arah jendela, memberi isyarat pada Manila untuk membantunya berjalan ke sana.
Manila terhibur oleh ekspresi Tang Ji. Ia menutupi mulutnya dengan punggung tangan sambil tertawa ringan, lalu membimbing Tang Ji menuju ranjang susun dua di sudut ruangan dekat jendela. Ranjang inilah yang nantinya akan menjadi tempat tidur Tang Ji setiap malam.
Setelah duduk di tepi ranjang, Tang Ji melepas sedotan dari mulutnya dan membuang kotak susu kosong ke tempat sampah di bawah ranjang. Ia berpaling ke Manila dan berkata pendek: "Lepas bajumu."
“Apa yang mau kau lakukan?” Manila segera bertanya, senyum di wajahnya tak berkurang, namun suaranya direndahkan, matanya menyapu sekilas orang lain di dalam ruangan. Christine dan Khalida berada di kamar dalam, sementara yang lain ada di ruang besar. Tapi tak ada yang memperhatikan situasi Tang Ji di sini, semua sibuk mengatur ranjang masing-masing, merapikan selimut dan kasur serta menyesuaikan perabot dekorasi.
“Lukamu, biar kuperiksa.” Tang Ji tersenyum pasrah, mengulangi: “Lepaskan bajumu.”
“Oh.” Manila menjulurkan lidahnya sedikit ke arah Tang Ji, mulai melepas pakaian. Setelah lapisan luar terbuka, terlihat rompi antipeluru, di dalamnya masih ada kaos oblong dan bra. Tak perlu dilepas lagi karena lengan sudah terlihat.
Luka Manila berada di lengan kiri. Setelah pakaian dilepas, terlihat lengan atas kirinya masih dibalut perban. Tang Ji membuka perban itu, memperlihatkan tujuh batang logam kecil berpipih di bagian dalam.
Saat Tang Ji melakukan operasi pada Manila sebelumnya, bahan yang digunakan untuk fiksasi bukanlah material seperti ini. Tang Ji tahu bahwa selama hari-hari Manila terkepung di stasiun kereta bawah tanah, dia bertemu dengan seorang dokter yang selamat - seseorang yang sangat bersemangat. Di akhir zaman yang penuh korban luka, dari lebih dari 300 korban selamat di seluruh stasiun bawah tanah, tak sedikit yang mengalami cedera. Dokter itu membantu banyak orang, termasuk Manila. Ia melakukan pemeriksaan terhadap proses pemulihan luka Manila dan melakukan fiksasi ulang.
Karena tidak ada peralatan medis, dokter itu hanya bisa mengandalkan pengalamannya dan kondisi luka Manila untuk menilai sejauh mana penyembuhannya. Menurut penilaiannya, proses penyembuhan luka Manila berlangsung sangat baik. Di tengah kondisi yang sangat buruk di akhir zaman seperti ini, tingkat pemulihan yang dicapai Manila saat itu benar-benar bisa dikatakan sebagai hal yang sangat langka.
Tentu saja, ini mungkin terkait dengan fakta bahwa Manila tidak pernah kekurangan "makanan". Asupan nutrisi yang terpenuhi jelas jauh lebih baik dibandingkan kondisi Tang Ji yang terluka saat terkepung di gedung perkantoran dulu.
Manila mengalami tembakan pada lengan atas kiri yang menyebabkan patah tulang berkeping-keping. Dari insiden penembakan hingga sekarang sudah berlalu tiga puluh lima hari. Untuk jenis fraktur kompleks seperti ini setidaknya membutuhkan tiga bulan pemulihan, dan saat ini baru sepertiga waktu yang terlewati.
Sekarang lengan kiri Manila sudah bisa melakukan gerakan ringan. Setelah operasi patah tulang lengan, aktivitas ringan memang diperbolehkan selama masa pemulihan. Gerakan terkontrol semacam ini membantu proses penyembuhan tulang yang retak, tetapi jelas tidak boleh terkena tekanan sama sekali. Sebelum tulang menyembuh sepenuhnya, bahkan kekuatan kecil sekalipun bisa membuat tulang kembali patah.
Setelah membongkar perban dan benda lainnya, lengan atas kiri Manila sepenuhnya terlihat. Jahitan luka sudah dilepas, meninggalkan jaringan parut yang tidak terlalu besar. Kerusakan dalam akibat luka tembak cukup parah, terutama pada pembuluh darah yang tercabik-cabik yang bisa menyebabkan kehabisan darah hingga mati. Sedangkan luka permukaan terlihat tidak separah tebasan golok.
Bekas luka di lengan Manila hanya seukuran koin, sedikit cekung ke dalam dengan warna yang agak lebih gelap.
"Apakah ini terlihat jelek?" tanya Manila tiba-tiba, sorot mata berkilat dua kali saat menatap Tang Ji yang sedang menunduk memeriksa lukanya.
"Tidak, masih bagus." Bicara jelek tentu tidak mungkin keluar dari mulut Tang Ji. Ia tersenyum sambil mengangkat pandangan ke Manila, "Jika kau merasa tidak enak dilihat, aku bisa membuat tato di atas bekas lukamu."
"Apakah kau bisa membuat tato?" Manila bertanya dengan heran.
"Tentu, tato di pinggang saya itu saya yang buat sendiri. Yang terlalu besar tidak bisa, yang kecil tidak masalah." Tang Ji menjelaskan. Di pinggang sampingnya terdapat sebuah pola, tidak terlalu besar, desainnya menyerupai nyala api, tato biasa yang pernah dilihat Manira. Itu memang hasil karyanya sendiri.
Kemampuan ini dia pelajari secara otodidak. Sebagai dokter bedah, di masa pelajar dulu dia suka mempelajari segala hal tentang tubuh. Pernah juga tertarik membuat gambar di badan, namun karena dasar melukisnya biasa saja, teknik tato-nya bisa dibilang payah, setara dengan murid pemula di salon tato. Untuk pola-pola sederhana masih bisa, tapi yang agak besar tidak sanggup dia kerjakan.
"Gerakkan seperti ini." Tang Ji memperagakan sebuah aksi dengan lengannya, memberi isyarat agar Manira menirunya.
Manira menatap Tang Ji, melakukannya beberapa kali. Bukan gerakan yang terlalu ekstrem, masih bisa dia lakukan.
"Apakah kamu merasakan sesuatu... ketidaknyamanan... atau keanehan di bagian dalam..." tanya Tang Ji.
Manira menggelengkan kepala, ia merasa baik-baik saja.
"Begini, cengkeram tanganku." Tang Ji mengulurkan tangan, menyuruh Manira menggapai dengan tangan kirinya. "Patahkan pelan-pelan... pelan... terus... patahkan... Berhenti, lepaskan. Tadi ada perasaan khusus?"
Manira kembali menggeleng, ekspresinya tetap tenang.
……
Tanpa peralatan medis, Tang Ji hanya bisa mengevaluasi kondisi penyembuhan tulang Manira melalui metode non-konvensional. Seluruh proses pemeriksaan memakan waktu sekitar 20 menit. Setelah memakaikan baju kembali pada Manira, kening pria itu berkerut dalam-dalam seperti memendam teka-teki.
"Ada apa? Apakah pemulihannya tidak baik?" Manila bertanya sambil memakai baju. Ia memperhatikan ekspresi wajah Tang Ji yang membuatnya menjadi sedikit tegang. Dia tahu jika ada masalah dalam penyembuhan patah tulang, akan meninggalkan efek samping yang sangat serius. Dia tidak ingin lengannya menjadi tak bisa dipulihkan.
Di luar dugaan Manila, Tang Ji malah menggelengkan kepala. Dengan kening berkerut ia menatap Manila: "Bukan tidak baik, melainkan terlalu baik."
"Benarkah? Syukurlah." Ekspresi Manila langsung rileks sambil tersenyum, "Lalu kenapa kau masih membuat ekspresi seperti ini? Kukira ada masalah dengan diriku."
“Aku hanya tidak mengerti.” Tang Ji merenung sejenak, lalu melanjutkan: "Bagaimana mungkin luka-luka ini bisa menyembuh dengan begitu baik? Kondisi saat ini sangat buruk, sebenarnya bukan hanya kamu... Aku juga, kecepatan penyembuhan luka di tubuhku juga melebihi level normal yang seharusnya saat ini. Lalu ada Christine sebulan yang lalu, kecepatan penyembuhan lukanya juga sangat cepat. Satu orang mungkin kebetulan, dua orang kebetulan, tapi tiga orang tidak mungkin semuanya kebetulan? Kita ini terlalu aneh." Tang Ji menggelengkan kepala perlahan, ekspresi keraguannya semakin dalam.
