Malam kembali meredup.
Setelah makan malam, semua orang bubar. Biasanya mereka masih akan mengobrol di ruang tamu atau bermain kartu, tapi hari ini jelas tidak mungkin. Diperkirakan untuk beberapa waktu ke depan, mereka juga tidak akan punya semangat seperti ini - karena ruang tamu telah dikuasai orang.
Monica terbaring di sofa besar sebelah barat meja kopi, lengan menyilang di dada, menatap langit-langit tanpa tahu sedang memikirkan apa. Tak lama kemudian, suara dentang-denting terdengar di dalam kamar yang agak mengganggu. Monica menoleh tajam ke arah sumber suara - ternyata Tang Ji berjongkok di depan pintu kamar tidurnya, bersama Manira mengeluarkan palu dan paku, sedang memperbaiki pintu kamarnya.
Monica tak lagi berminat melihat. Memutar tubuhnya ke samping, badannya meringkuk sambil menutup mata.
Suara ketukan yang mengganggu segera menghilang, Tang Ji berhasil memperbaikinya dengan seadanya. Meskipun pintu masih retak dan terlihat seadanya, serta tidak memiliki efek perlindungan sama sekali - cukup ditendang sedikit lebih kuat pasti akan terbuka. Karena sudah larut malam, Tang Ji tidak mau merepotkan orang lain. Besok pagi ia akan menyuruh orang untuk menggantikannya.
Malam semakin pekat.
Seluruh kompleks Markas Besar PBB perlahan menjadi hening. Lampu-lampu berangsur padam satu persatu, para korban selamat berbaring di berbagai lokasi tertidur dengan tenang.
Di pondok Tang Ji, setelah semua orang meninggalkan ruang tamu, lampu aula langsung dimatikan oleh Monica. Dalam kegelapan, ia masih bisa melihat cahaya yang menembus dari celah pintu kamar di samping pipinya. Perlahan, cahaya-cahaya itu pun satu per satu padam - seolah semua penghuni telah terlelap.
Kamar Tang Ji.
Lampu meja di samping tempat tidur sudah dimatikan, namun tudung fluoresen lampu masih memancarkan cahaya lemah, memungkinkan orang untuk melihat samar-samar. Manila berbaring di atas tubuh Tang Ji, satu lengan memeluk lehernya. Keduanya berciuman perlahan, selimut tipis menutupi tubuh mereka.
Suara kreek ringan terdengar seiring goyangan ranjang. Manila tiba-tiba mengangkat kepala, tersenyum sambil merapikan rambutnya. Ia menatap Tang Ji di bawahnya, tubuhnya mulai menghempas perlahan.
Perlahan, desahan tertekan pria dan wanita mulai menggema dalam kamar. Goyangan ranjang semakin keras. Manila tak bisa menahan erangan lembut: "Oh Tuhan, Hmm..."
Akhirnya tubuh Manila gemetar hebat. Goyangan ranjang tiba-tiba terputus. Ia memeluk erat tubuh Tang Ji, terengah-engah dengan keras.
Plak!
Lampu meja tiba-tiba dinyalakan. Manila yang menyalakannya, lalu meraih kotak tisu di samping lampu dan membawanya ke ranjang. Seprai disingkap, tubuhnya membalik lalu duduk di samping Tang Ji. Beberapa lembar tisu diambilnya untuk membersihkan bagian bawah tubuhnya, kemudian merapikan bagian Tang Ji sambil tersenyum puas. Ia menoleh memandangi Tang Ji.
Tang Ji berbaring telentang dengan kedua tangan menutupi kepala. Senyum keanehan mengembang di wajahnya saat memandang Manila. Kepalanya sedikit dimiringkan, pandangan mendarat di bagian bawah tubuhnya sendiri, lalu memberikan kode mata khusus pada Manila.
Manila memandangnya dengan ekspresi menyalahkan. Ia bersujud di ranjang, melangkahkan kaki di antara kedua lutut Tang Ji. Rambutnya dirapikan perlahan sebelum kepala itu semakin mendekat. Perlahan, suara ckck yang aneh mulai terdengar...
Waktu berlalu. Lampu meja kembali dimatikan. Manila meringkuk di sisi tubuh Tang Ji, perlahan terlelap dalam tidur.
Tengah malam, Tang Ji yang tertidur lelap perlahan terbangun. Pandangannya disambut kegelapan. Ia mengangkat tangan menyalakan lampu meja. Cahaya terang menyelimuti area sangat terbatas. Ekspresi wajah Tang Ji samar-samar, ia menunduk memandang Manila yang masih terlelap dalam dekapan. Perlahan ia menyusutkan lengan, meletakkan Manila dengan hati-hati di ranjang, merapikan selimut. Kemudian ia sendiri turun dari tempat tidur dengan gerakan sangat halus.
Di ruang tamu, cahaya bulan samar-samar menyelinap melalui jendela menerangi kamar. Redup, tapi masih memungkinkan untuk melihat.
Pintu kamar tidur Tang Ji terbuka tanpa suara. Tang Ji yang mengenakan piyama dan sandal lembut keluar dari kamar. Dengan gerakan pelan ia menutup rapat pintu, lalu berjalan menuju sofa. Saat tiba di sisi sofa, matanya menangkap sosok Monica yang sedang tertidur lelap.
Monica berbaring miring di sofa dengan selimut tipis menutupi tubuhnya, kedua mata terpejam rapat. Rambut sutranya berantakan, alisnya sedikit berkerut, entah mimpi apa yang sedang dialaminya.
Tang Ji berdiri di samping sofa, menunduk memandanginya lama. Setelah beberapa saat, dia bergerak ke depan sofa. Membungkuk perlahan, menarik selimut tipis di tubuh Monica hingga seluruh badannya tertutup rapat, hanya menyisakan kepalanya yang terlihat.
Tang Ji merapikan postur tubuhnya. Sorot mata terakhir dilemparkannya pada Monica sebelum berbalik dan berjalan menuju kamarnya.
Krak!
Bunyi pintu kamar yang tertutup. Di sofa, kedua mata Monica perlahan terbuka memancarkan pandangan yang kompleks. Perlahan, dia kembali menutup matanya. Sebuah tangan menyembul dari selimut, mencengkeram ujungnya, lalu seluruh tubuhnya meluncur turun dan sepenuhnya menyelip ke dalam selimut.
……
Dalam beberapa hari berikutnya, Monica hidup bersama orang-orang seperti Tang Ji tanpa komunikasi berlebihan, hampir tidak berbicara, makan tepat waktu, tidur teratur, menunjukkan sikap yang sangat diam. Dia seolah tiba-tiba berubah dari sosok yang mudah didekati menjadi penghuni yang sulit diajak kontak, terkesan menyendiri.
Masalah yang ditinggalkan Monica, Tang Ji memberitahu Hillary. Sebenarnya Hillary tetap akan tahu meski dia tidak bicara, tapi lebih baik diungkapkan. Saat mendengar kabar itu, Hillary hanya mengedipkan bibir tanpa berkomentar. Dia merasa wanita Monica ini masih belum menyerah.
Namun Hillary Clinton tidak takut. Selama Monica tinggal di sini satu hari, maka selama 24 jam akan selalu ada yang mengawasinya. Hillary tidak memahami karakter Monica, tidak tahu seperti apa sebenarnya wanita ini. Oleh karena itu, ia menyimpulkan dengan sederhana alasan Monica tinggal bersama Tang Ji dan yang lain: hanya dengan berada di dekat Tang Ji-lah Monica bisa merasa aman, bisa tidur dengan tenang. Keberadaan Tang Ji membuat Hillary tidak akan terlalu sering mengganggunya, dan pengawasan pun akan berkurang.
Tentu ini hanya pemikiran Hillary. Tang Ji tidak sependapat, dan inilah yang terus membuatnya pusing. Ia yakin keinginan Monica tinggal bersama mereka pasti bukan semata-mata karena alasan Hillary. Mungkin ada motif lain yang tidak terungkap. Tang Ji tidak bisa membayangkan konspirasi apa yang mungkin dilakukan Monica. Apakah bertahan di samping mereka untuk mencari kesempatan balas dendam? Tang Ji tidak yakin, tapi ia merasa Monica seharusnya tidak akan melakukan hal seperti itu.
Tentu saja, mungkin juga Tang Ji terlalu banyak berpikir. Alasan sebenarnya Monica tinggal mungkin sama sekali tidak ada yang spesial, hanya sekadar ingin bertahan saja.
28 Juli 2015, pagi hari. Semua pembangunan di Markas Besar PBB hampir selesai sepenuhnya.
Tembok container setinggi 4 meter lebih telah berdiri kokoh. Container di lantai satu diisi dengan sampah konstruksi untuk menambah bobot. Sementara di lantai dua, ketika malam tiba, para personel bersenjata akan bermalam di dalamnya. Semua container lantai dua telah dimodifikasi - bagian atasnya ditambahkan bukaan, sementara di dalamnya dipasang ranjang hasil pengelasan. Penjaga malam bisa berpatroli dengan menginjak container selama paruh pertama malam. Saat paruh kedua, mereka berganti shift dengan penjaga lain dan langsung masuk ke dalam container melalui bukaan di atas untuk beristirahat.
Dalam rencana akhir yang ditetapkan Hillary Clinton, pemanfaatan kontainer tidak terbatas hanya pada ini. Tembok kontainer mengelilingi markas besar PBB yang ditetapkan sebagai proyek tahap pertama, dengan proyek tahap kedua menyusul di belakangnya. Hillary akan mengorganisir anak buahnya untuk mengangkut lebih banyak kontainer, membungkus beberapa blok di sekitar markas besar PBB hingga membentuk basis pengumpulan korban selamat yang lebih besar. Dengan ini tidak hanya markas PBB mendapatkan lapisan pelindung tambahan di satu sisi yang meningkatkan keamanan, tapi juga blok-blok yang dibungkus kontainer di luar memberikan lingkungan tempat tinggal yang baik bagi para korban selamat.
Dan selama rencananya selesai, Hillary akan memindahkan semua korban selamat di Markas besar PBB untuk tinggal di gedung pencakar langit di luar. Dalam skemanya, ada enam blok yang dikurung di sekitar Markas besar PBB - kebanyakan gedung biasa dengan beberapa gedung pencakar langit di atas 40 lantai. Namun ini tidak menjadi masalah. Jika area ini selesai dibangun, bisa menampung puluhan ribu orang. Artinya, hanya dari segi ukuran zona aman saja, Hillary sudah bisa menampung semua korban selamat di Manhattan.
Hari itu, menjelang sore, Hillary mengadakan rapat rutin di ruang bawah tanah. Mereka membahas implementasi rencana fase kedua selama sekitar satu jam. Tidak ada perdebatan berarti, hanya beberapa perbedaan pendapat di antara anak buah dekatnya terkait detail teknis. Akhirnya diputuskan bahwa proyek fase kedua akan mulai dilaksanakan lima hari kemudian.
Alasan waktu dipilih lima hari kemudian adalah karena akhir-akhir ini jumlah korban selamat di markas besar PBB kembali bertambah banyak, membutuhkan waktu untuk menyortir ulang guna mencegah adanya faktor tak stabil. Selain itu, dalam waktu dekat ini, satu pasukan eksplorasi beranggotakan 100 orang akan segera kembali. Hillary telah mendapat kabar bahwa mereka berhasil mendapatkan banyak "makanan" di Distrik Queens dan Brooklyn New York, sekaligus menarik banyak korban selamat. Karena jumlahnya terlalu banyak dan rombongan gerbong yang raksasa, pergerakan di Brooklyn menjadi sangat lambat - seringkali harus berhenti tak lama setelah bergerak, bahkan kadang seluruh anggota harus bersembunyi di bangunan sekitar untuk menghindari zombie.
Setelah rapat selesai, Tang Ji meninggalkan ruang rapat tanpa sepatah kata pun dan kembali ke pondoknya. Saat memasuki ruang tamu, pandangan pertamanya langsung tertuju pada Duke yang sedang melompat-lompat mengganggu Monica. Tubuh Duke masih dibalut perban, namun lukanya sudah membaik dan sekarang terlihat penuh nyawa.
Setelah Tang Ji masuk ke ruang tamu, Duke yang awalnya sedang meletakkan cakarnya di kaki Monica dan meminta makanan, langsung melihat kehadiran Tang Ji. Ekspresinya langsung layu, diam-diam menarik kembali kedua cakar yang semula menempel di kaki Monica, lalu mengitari belakang sofa untuk bersembunyi.
Sekarang ia agak takut pada Tang Ji, karena kejadian waktu Tang Ji menembaknya dengan senjata. Anjing itu tahu rasa sakit. Sejak hari itu, setiap kali bertemu Tang Ji, Duke selalu menunjukkan ekspresi sangat hati-hati dan ketakutan.
"Keluar jalan-jalan?" Tang Ji berjalan ke samping sofa, duduk di sebelah Monica sambil menoleh bertanya dengan senyum. Ia bersikap santai, meski sadar hubungannya dengan Monica sudah membeku. Tang Ji selalu ingin memperbaiki hubungan mereka. Setiap hari Monica terlihat terlalu pendiam dan patuh, membuat Tang Ji merasa gelisah.
Monica sedang menunduk melihat kukunya sendiri dengan ekspresi datar. Mendengar perkataan Tang Ji, dia menoleh ke arahnya namun tetap diam.
"Hm?" Tang Ji menghentikan bicaranya sejenak, lalu melanjutkan: "Mau pergi? Terlalu lama mengurung diri di kamar tanpa menghirup udara segar tidak baik untuk tubuh."
Ekspresi Monica berubah sedikit. Dia mengerutkan bibir lalu tiba-tiba menatap bajunya sambil berbisik: "Bajuku kotor. Aku tidak punya baju ganti." Entah mengapa, raut wajaknya tiba-tiba terlihat muram, seolah tak ada yang peduli padanya.
Baju yang dikenakan Monica masih sama dengan yang dipakainya saat pertama kali dibawa pulang oleh Tang Ji. Meski terlihat bersih, selama ini dia sama sekali tidak pernah menggantinya.
“Ikut aku.” Tang Ji mengucapkan itu sambil menggenggam tangan Monica dengan hati-hati. Sebab dia mengira Monica mungkin akan langsung melepas genggaman. Tapi kenyataannya tidak. Monica membiarkan Tang Ji menggenggam tangannya, bahkan ikut berdiri setelah ditarik.
Tangan masih bergandengan, mereka memasuki kamar tidur Tang Ji. Manila dan Christine sedang berbaring di ranjang sambil melihat majalah fashion kadaluarsa. Di tepi ranjang selain tumpukan majalah tebal, juga terdapat berbagai macam kosmetik.
Saat Tang Ji membawa Monica masuk, Christine dan Manila serentak meletakkan majalah mereka dan memandang ke arah pintu. Monica yang berdiri di belakang kanan Tang Ji juga menatap keduanya dengan ekspresi datar, pandangan tanpa emosi, tangan masih tergenggam erat.
Manuela tiba-tiba mengerutkan kening, menatap Monica. Monica juga mengarahkan pandangannya sepenuhnya ke wajahnya. Empat mata saling bertatapan. Seketika, kesan visual seperti istri sah di rumah yang menyaksikan suami yang membawa selir pulang membuncah di hati.
Tentu saja fakta sebenarnya tidak seperti ini. Tang Ji tidak berkata apa-apa, menarik Monica menuju sudut dalam kamar di depan lemari pakaian besar. Ada dua lemari pakaian di sana. Tang Ji membuka lemari sebelah kiri yang dipenuhi berbagai macam baju. Pakaian pria sangat sedikit, sebagian besar adalah milik wanita - tepatnya milik Manuela. Beberapa baju yang tergantung sudah pernah dipakai, sementara yang lain tersusun rapi di bagian bawah lemari dengan bungkus plastik di atasnya yang masih utuh.
Tang Ji melepaskan genggamannya, lalu membuka lemari sebelah kanan yang juga berisi berbagai macam baju wanita.
"Yang di bawah semuanya baru. Lihat sendiri." Tang Ji berbisik.
Monica berjongkok tanpa sedikitpun upaya mengulur waktu atau keraguan, langsung mulai membongkar-bongkar isi lemari.
Tang Ji menoleh ke arah pintu sambil memalingkan wajah ke Christine dan Manila yang masih di ranjang, melambaikan tangan memberi isyarat agar mereka ikut keluar. Dengan cepat, ketiganya meninggalkan kamar dan duduk di sofa ruang tamu. Atmosfer tiba-tiba terasa sedikit iblis, karena sebelumnya kondisi Tang Ji dan Monica memang sudah terlihat aneh. Kini Tang Ji malah menyuruh Monica mencari baju di lemari Manila, membuat suasana semakin terasa mistis.
Sebenarnya di hati Tang Ji tidak ada pemikiran khusus apapun. Monica mengaku tidak punya baju, tentu Tang Ji akan memberikannya. Hanya postur Manila yang mendekati tubuhnya, dan hanya baju-baju Manila yang cocok dikenakannya. Karena itu ia membawa Monica ke lemari pakaian Manila, sama sekali tidak mengandung maksud tersembunyi.
Namun wanita selalu sensitif dan curiga, baik itu wanita Besar maupun gadis manja sama saja. Christine dan Manila duduk berdampingan, menggunakan majalah untuk menutupi setengah wajah, diam-diam mengamati Tang Ji di sofa seberang.
"Mau tanya apa langsung saja!" seru Tang Ji sambil memegang buku dan menunduk membaca. Kini membaca sudah menjadi bagian dari hidupnya, sebuah kebiasaan yang mendarah daging. Begitu keluar dari kamar tidur, secara refleks ia langsung mengambil buku di samping meja kopi dan mulai membacanya.
Mendengar perkataan Tang Ji, Christine dan Manila saling berpandangan. Christine mengedipkan mata dengan cepat ke arah Manila, memberikan isyarat melalui tatapannya seolah ingin Manila mengajukan pertanyaan. Setelah menatap Christine sejenak, Manila akhirnya meletakkan majalah di tangannya dan menatap Tang Ji sambil menggerak-gerakkan bibirnya, ragu sejenak sebelum akhirnya berkata: "Tidak ada. Kau bisa beri tahu dia, sandal baru ada di bawah ranjang. Entah cocok ukurannya atau tidak." Manila tetap tidak mengungkapkan isirat hatinya yang sebenarnya. Atau mungkin, beberapa hal sebenarnya tidak ia pedulikan. Selama Tang Ji masih memperlakukannya dengan baik dan menganggapnya sebagai wanita miliknya, hal-hal lain bagi Manila tidaklah penting.
Tidak lama kemudian, pintu kamar tidur terbuka. Monica keluar dari ruangan. Beberapa orang di ruang tamu menoleh ke arahnya. Tang Ji meletakkan buku dan bangkit dari tempat duduknya.
Monica berdandan sangat biasa. Bagian atas tubuhnya mengenakan kaos oblong putih, bagian bawah mengenakan celana jeans, dan sudah mengganti sepatu flat. Jelas dia menemukan lokasi sepatu baru. Rambut panjangnya diikat menjadi kuncir satu. Gaya yang sangat sederhana, namun membuat pesona seksi Monica terlihat lebih polos. Penampilannya tampak lebih muda dari usia sebenarnya, sehingga secara keseluruhan terlihat seperti gadis tetangga yang manis.
Tang Ji berjalan ke lemari di dinding, mengambil rantai anjing dari atasnya, lalu berjalan ke belakang sofa dan menangkap Duke yang ingin melarikan diri. Memasangkan kalung ke leher Duke, menggoyangkan rantai dua kali, barulah Duke menurut mengikuti di samping kakinya. Saat sampai di pintu, Monica juga sudah berada di sisinya.
“Aku temani dia jalan-jalan, kalau ada urusan panggil lewat walkie-talkie.” Tang Ji menoleh memberi instruksi, setelah mendapat respon dari Mannila, ia memutar kepalanya kembali dan menepuk bahu Monica. Keduanya berjalan menuju pintu keluar.
