Tubuh Tang Ji seolah mengalami reaksi "luar biasa" akibat terkejuk kedua kali, gemetar seperti kejang yang tak terkendali. Ia berusaha bangkit, namun tubuh Manila juga menunjukkan reaksi serupa. Kedua kaki yang semula bertumpu di bahu Tang Ji kini menegang, menjepit kepala Tang Ji hingga tak bisa bergerak, sementara tubuhnya terus-menerus bergetar.
"Tuhan..." Kata itu seperti tercekik dari tenggorokan Tang Ji, sementara Manila mengeluarkan suara tangisan aneh yang memecah kesunyian.
Sekitar dua tiga detik kemudian, tubuh keduanya akhirnya mengendur. Mereka mulai terengah-engah menarik napas kasar.
"Kau masuk ke dalam?" Tanya Manila dengan suara menggoda yang lemah lesu.
"Hm, kau tahu... kau menjepitku... aku tak bisa bergerak." Suara Tang Ji terdengar menyesal, terengah-engah sambil rebah di ranjang, lalu menambahkan: "Jangan lupa minum obat." Setelah mengucapkan kalimat itu dengan napas tersengal, ia segera bangkit dari tempat tidur, membalikkan badan turun ke lantai. Di atas meja tak jauh dari situ tergeletak beberapa walkie-talkie.
Dentuman senjata tadi membuatnya bingung, karena itu ia ingin menanyakan lewat alat komunikasi. Baru saja ia melangkah tanpa alas kaki mendekati meja itu, tangan terulur namun belum sempat menyentuh walkie-talkie, salah satu unit yang dalam keadaan aktif tiba-tiba berdering.
"Sialan, apa yang terjadi?" Teriakan Hillary Clinton bergema. Perempuan itu menggunakan saluran komunikasi seluruh frekuensi untuk berteriak, karena tak bisa memastikan dari lantai mana suara tembakan berasal. Ia ingin secepatnya menghubungi personel bersenjata di lokasi kejadian - cara tercepat yang mungkin. Semua walkie-talkie dengan model sama yang dalam keadaan aktif pasti akan menerima transmisinya, termasuk unit yang dipegang Tang Ji.
"Zombie, ada korban selamat yang berubah jadi zombie di lapisan 35! Dave tergigit, Tuhan! Gerakannya cepat sekali!" Suara respon segera terdengar dari walkie-talkie. Tang Ji mendengar jelas - orang yang menjawab Hillary pasti personel bersenjata di lapisan terbawah yang tidak bisa menghubungi Hillary secara privat, jadi mereka juga menggunakan komunikasi frekuensi penuh.
"Pakai baju, cepat! Pakai baju, siapkan barang, keluarkan tas, cepat!" Mata Tang Ji melotot seketika. Ia meraih walkie-talkie sambil menoleh dan berteriak kencang ke arah Manila, lalu langsung berlari ke pintu. Sesampainya di pintu, ia membukanya kasar dan menerobos keluar.
Pernah berkali-kali ia melakukan simulasi mental: bagaimana jika di malam hari muncul seekor zombie di antara korban selamat di sini? Hasilnya bervariasi - skenario terbaik ada penembak jitu legendaris di sekitar yang bisa meledakkan kepala zombie secepat apapun gerakannya, sedangkan skenario terburuk adalah kehancuran total basis pengumpulan korban selamat.
Ini sama sekali bukan membesar-besarkan bahaya. Sejak mendengar siaran militer terakhir yang mengungkap virus bisa membuat waktu mutasi kematian tercepat hanya 15 detik, Tang Ji sudah memikirkannya. Ini benar-benar mungkin terjadi. Jika kejadiannya di siang hari masih lebih baik, di malam hari kemungkinan hasil terburuk akan meningkat secara eksponensial karena zombie memiliki penglihatan malam sedangkan manusia tidak.
Di akhir zaman yang penuh bahaya di setiap sudut, Tang Ji tak pernah percaya ada tempat yang benar-benar aman, hanya relatif aman. Saat menghadapi situasi, dia akan memperbesar potensi bahaya dan menyusun rencana terburuk. Hanya dengan cara ini, manusia bisa bertahan lebih lama.
Tang Ji menerjang keluar dari pintu kamar dengan cepat, berlari dengan gesit mengelilingi ruang tamu satu putaran penuh. Setiap kali melewati pintu, dia menghantamkannya beberapa kali sambil berteriak ke dalam: "Bangun semua! Kumpulkan barang-barang! Bangun sekarang!"
Sebenarnya ada beberapa orang yang memang belum tidur pada jam segini. Saat suara tembakan terdengar, mereka yang tertidur pun terbangun. Mendengar dentuman senjata, sama seperti Tang Ji, mereka juga tidak tahu apa yang terjadi. Sementara Tang Ji sudah menerima rekaman dialog antara Hillary dan personel bersenjata, orang lain tidak memiliki walkie-talkie. Kini Tang Ji tiba-tiba menghantam pintu sambil berteriak, mereka semua mengira terjadi sesuatu yang besar. Yang lebih bijaksana seperti Jenderal Qiang dan Laura langsung mulai mengenakan baju dan menyiapkan barang-barang.
Jason dan Christine justru lebih dulu melompat dari ranjang dan membuka pintu kamar. Ingin tahu apa yang terjadi, mereka pun menyaksikan Tang Ji yang baru saja selesai menghantam pintu di ruang tamu - dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.
"Pantas mati! Cepat kembali! Pakai baju dan siapkan barang, cepat!" Tang Ji membentak kedua orang itu dengan sangat mendesak.
Braak! Braak!
Dua pintu tertutup dengan sangat cepat. Setelah terhenti beberapa detik, dari kedua kamar terdengar suara berisik yang panik seolah-olah mereka sedang membongkar-bongkar. Mereka menyadari bahwa Tang Ji sampai nekat keluar kamar tanpa mengenakan baju, pasti ini bukanlah lelucon belaka.
Tang Ji berlari dengan sangat cepat kembali ke kamar. Manila telah selesai mengenakan pakaian dengan gesit, sedang memasang satu per satu senjata di tubuhnya. Tang Ji bergegas ke lemari pakaian, membukanya dan mengeluarkan pakaian lalu berpakaian dengan cepat.
Walkie-talkie mulai terus-menerus memancarkan berbagai suara: suara perintah Hillary Clinton, laporan panik, teriakan tak jelas asalnya, bahkan jeritan kesakitan. Terasa jelas situasi semakin memburuk.
Hanya dalam waktu lima menit, Tang Ji dan Manila telah berpakaian rapi, seluruh tubuhnya dipenuhi berbagai senjata api dan persenjataan, dengan ransel besar tergantung di punggung. Seseorang sudah lebih dulu keluar - Monica yang membawa ransel berisi "makanan", mengenakan jaket kulit, celana kulit, sepatu bot, dan topi baseball dengan ekspresi dingin yang terlihat sangat keren.
Dia tidak membawa senjata sama sekali, bahkan belati pun tidak. Karena tinggal di sini, Tang Ji telah membuat perjanjian dengan Hillary Clinton untuk tidak memberikan senjata apapun kepada Monica.
Lampu di ruang tamu menyala. Tang Ji berjalan ke sofa dan menyesuaikan kecerahan cahaya. Segera orang-orang dari berbagai kamar mulai berdatangan.
"Ada situasi apa?" Jenderal Qiang langsung melambaikan tangan pada putrinya Khalida begitu keluar, lalu merangkul bahu Khalida dan duduk di sofa sambil menatap Tang Ji dengan wajah dingin.
“Zombie, di lantai 35 Gedung Sekretariat ada korban selamat yang berubah menjadi zombie.” Tang Ji duduk di sofa dengan kepala tertunduk, satu telinga mengenakan earphone, berbicara dengan suara serius.】
Mendengar perkataan Tang Ji, beberapa kaum muda hampir bersamaan memperlihatkan ekspresi lega.
“Cuma satu zombie, perlu segitu hebohnya?” Christine sudah memasang kaler di leher Duke, memegang rantai sambil mencibir bertanya pelan.
Tang Ji masih duduk di sofa, mengangkat kepala memandangnya sebentar lalu kembali menunduk. Walkie-talkie sudah terhubung ke earphone-nya. Semua orang di ruang tamu memandangi Tang Ji tanpa mengganggu, perlahan-lahan kembali duduk di sofa.
Suasana dalam ruang tamu hening, tapi di luar dentuman senjata terus bergemuruh, jelas terdengar pertempuran sedang berlangsung sengit.
“Tidak lama kemudian, hanya satu dua menit, Tang Ji tiba-tiba mengangkat tangan mematikan lampu. Kamar langsung terbenam dalam kegelapan. Namun cahaya bulan menyusup melalui jendela, meski tirai menghalangi. Karena jendela sangat besar, masih banyak cahaya masuk ke ruang tamu. Di depan semua orang, mereka bisa saling melihat wajah masing-masing.”
“Sepuluh lantai gedung sudah jatuh!” Tang Ji mendengarkan suara di earphone-nya, tiba-tiba berseru. Setelah membeku sejenak, suaranya kembali berat: “Orang-orang di gedung itu tamat.”
“Ya Tuhan, apa yang harus kita lakukan?” Christine menjerit kaget, buru-buru bertanya.
“Ssst! Pelan!” Tang Ji menaruh jari di bibir, lalu menunjuk arah jendela. Setelah diam sebentar, kembali berbicara: “Kita jangan bergerak. Markas besar PBB sudah sepenuhnya terkunci sejak Hillary Clinton masuk. Kita tidak bisa keluar. Bersembunyi di sini lebih aman daripada luar. Hillary sedang aktif menangani. Percayalah padanya. Selama tidak ada satu pun zombie yang lolos dari Gedung Sekretariat - bahkan jika semua orang di dalamnya mati - kita akan tetap selamat.”
"Lalu mengapa kau menyuruh kami berpakaian seperti ini secara terburu-buru?" Dalam kegelapan, tatapan Jenderal Qiang bersinar terang menatap Tang Ji yang tiba-tiba bertanya. Jenderal Qiang sama sekali tidak memahami tata letak di sini sehingga tidak bisa menyimpulkan beberapa hal.
"Karena kemungkinan zombie menerjang keluar lebih tinggi daripada dimusnahkan dari dalam. Kita harus bersiap." Tang Ji mengangkat kepalanya memandangnya, menjawab dengan cepat.
Tiba-tiba, Tang Ji bangkit kasar dari tempat duduknya.
"Oh, pantas mati! Hillary yang terkutuk, kau tak boleh melakukan ini!" Tang Ji berteriak dengan gemetar, baru menyadari komunikasinya tidak tersambung. Dengan cepat ia menekan volume suara ke semua orang di sekitar sofa: "Tinggal di sini, jangan bergerak, jangan bersuara..." Setelah berkata demikian, ia dengan gesit menghindari sofa dan berlari ke pintu sambil terus menekan tombol earphone-nya memanggil Hillary: "Hei! Hillary, Hei..."
Hillary seolah tidak menerima panggilan Tang Ji. Mungkin suara di walkie-talkie terlalu berisik sehingga ia sama sekali tidak bisa mengenali siapa yang memanggilnya.
Tang Ji terus memanggil sambil menerjang keluar kamar. Di koridor luar pintu, personel bersenjata tangguh masih memegang posisi. Tang Ji mulai berlari gila-gilaan menuju kamar Hillary, beberapa personel bersenjata segera mengikutinya. Dentang langkah kaki tergesa-ga pun menggema di koridor.
"Apakah Hillary ada di dalam kamar?"
"Bos ada di pintu!"
"Terima kasih!"
Tang Ji melintas cepat di depan pintu kamar Hillary. Semua tahu hubungan intim istimewa antara Tang Ji dan Hillary, sehingga tak ada yang menyembunyikan informasi. Dari mulut penjaga, ia mendapat kabar posisi Hillary, lalu menyambar ke pintu gerbang perpustakaan.
Hanya sekitar dua menit waktu yang dibutuhkan, Tang Ji telah menembus seluruh perpustakaan dan tiba di pintu keluar. Dengan dorongan kuat, ia melesat keluar. Di anak tangga depan perpustakaan, pandangannya tertumbuk pada Hillary Clinton yang sedang mondar-mandir gelisah sambil menutupi dahinya. Di hadapannya, lebih dari seratus personel bersenjata membentuk barisan manusia di anak tangga bawah, senjata api terpanggul membentuk formasi setengah lingkaran yang mengurungnya di depan pintu.
"Whoosh... Whoosh... Whoosh... Jangan lakukan ini!" Tang Ji meletakkan tangan di bahu Hillary sambil terengah-engah keras, "Whoosh... Whoosh... Jangan biarkan mereka keluar! Korban luka bisa menyusup di antara mereka!" ujarnya dengan napas tersengal-sengal.
Barusan Tang Ji mendengar perintah Hillary di walkie-talkie yang memerintahkan personel bersenjata untuk mengorganisir semua korban selamat dari lantai 1 hingga 25 Gedung Sekretariat untuk melakukan evakuasi. Tindakan ini sangat berbahaya karena di lantai atas, korban selamat yang terluka pasti akan menerjang ke lantai bawah. Waktu mutasi kematian mereka mungkin lebih lama, sehingga mereka bisa menyusul korban selamat keluar dari Gedung Sekretariat. Sekali mereka mati dan bermutasi di luar, lalu melancarkan serangan di tengah kerumunan korban selamat yang kacau balau, hasilnya sudah bisa ditebak.
"Sudah kusiapkan orang..."
"Oh, tidak..."
Hillary menatap Tang Ji, baru saja membuka mulut untuk menjelaskan sesuatu, tiba-tiba Tang Ji kembali berteriak kaget. Karena dia melihat di kejauhan, sudah banyak korban selamat yang mengalir keluar dari Gedung Sekretariat. Kejadian ini sudah tak terelakkan.
"Sudah kukerahkan semua sniper dan prajurit dengan kemampuan menembak mumpuni untuk menguasai posisi strategis. Begitu terdeteksi zombie atau korban selamat yang menunjukkan gejala mutasi, mereka bisa langsung menembak!" Hillary Clinton menutupi dahinya sambil menoleh memandang Tang Ji, lalu melirik ke arah luar sebagai isyarat.
Napas Tang Ji masih belum teratur. Ia mengikuti arah pandangan Hillary dan baru menyadari seluruh lampu di sekitar kompleks Markas Besar PBB telah dinyalakan. Dari kejauhan terlihat jelas di atas tembok kontainer yang mengelilingi kompleks, personel bersenjata berjaga-jaga. Tak hanya di situ, di atap Aula Majelis Umum dan puncak Gedung Dewan Perwalian pun terlihat siluet orang-orang memanggul senjata panjang yang fokus mengawasi kerumunan korban selamat yang membanjir keluar dari Gedung Sekretariat.
"Apa ini akan efektif?" Tang Ji mengerutkan kening sambil menoleh bertanya.
“Akan ku lakukan!” Hillary mengangguk, Tang Ji bisa memprediksi akan ada korban luka yang ikut berlarian keluar dari Gedung Sekretariat bersama korban selamat, dia pun bisa. Namun tetap memutuskan mengevakuasi mereka sambil menyusun formasi pengamanan sebelumnya.
Bum!
Bum!
Plak!
Dentuman senjata mulai bergema di sekeliling, teriakan panik pecah dari korban selamat di hamparan rumput. Beberapa benar-benar bermutasi, tapi hampir seketika langsung ditembak tepat di kepala begitu muncul. Dengan puluhan penembak jitu di posisi tinggi yang terus mengawasi, pergerakan zombie yang berbeda dari manusia membuat mereka mudah dikenali.
Tiga menit berlalu tanpa kekacauan berarti. Satu per satu zombie ditembak, sementara korban selamat hampir tidak terkena dampak.
Tang Ji mengangkat ibu jari ke Hillary. Beberapa hal memang harus diakui - kemampuan Hillary dalam mengatur personel dan visio besarnya seolah tak bisa dikejar meski Tang Ji mengendarai kuda sekalipun.
Tiba-tiba...
Whoosh!
Jendela di lantai tiga Gedung Sekretariat hancur berantakan. Seekor zombie melompat turun dari atasnya.
