Dengan kedua tangan memegang benda dari kotak, Jason mengangkat kepala sambil tersenyum lebar ke arah Christine dan yang lain. Rona kepuasan diri terpancar dari giginya yang putih berkilat. Di genggamannya, terlihat jelas sebuah... peluncur roket portabel!
Jason jelas sedang pamer pada Christine. Sikap mental keduanya bagaikan anak-anak yang selalu ingin berlomba dalam segala hal.
"Bagus!" Tang Ji mengacungkan ibu jari cepat ke arah Jason, memuji. Tiba-tiba pergelangan tangannya berputar menunjuk peti-peti yang belum terbuka di sebelah sambil mengerutkan bibir. Jelas, ia memberi isyarat "Jangan jumawa, masih ada urusan resmi yang belum selesai."
Senyum Jason langsung menghilang dari wajahnya. Seolah tak terjadi apa-apa, ia pura-pura batuk sambil menoleh ke peti-peti itu dengan ekspresi santai.
"Wah, Momen Memalukan nih!" Suara Christine yang terkekeh sampai di telinga Jason. Tanpa menoleh, Jason spontan mengacungkan jari tengah ke arahnya.
"Sudah, Jangan mengacau!" Tang Ji menyambar rambut Christine asal mengusap-usap, lalu menunduk terus mempelajari revolver M500 berlapis energi yang terlihat semakin aneh setiap dilihatnya.
“Pistolmu berikan padaku!” Tang Ji mengangkat kepala dan berkata pada Christine. Setelah mengambil pistol lain dari tangan Christine, ia menggenggamnya sambil merasakan beratnya di udara. Keningnya terangkat, lalu ia menyelipkan kembali pistol tanpa pisau bayonet Sekunder ke tangan Christine sambil berkomentar: “Beratnya sama, keduanya agak ringan.”
“Bahan-bahan tidak sama.” Tiba-tiba suara sangat kecil terdengar di samping Tang Ji.
Tang Ji menoleh dan melihat Monica sudah sampai di sampingnya. Sebelah pipinya masih bengkak, matanya masih merah sembari menatapnya, dengan bibir tergigit menampilkan kesan patuh.
“Coba lihat...” Tang Ji menyelipkan pistol di tangannya ke genggaman Monica sambil berbisik.
Monica adalah pembunuh bayaran, mengenal berbagai senjata sudah pasti. Meski seharusnya yang paling ahli senjata di sini bukan dia, melainkan Qiang En. Tapi Qiang En berlatar belakang militer, senjata yang dikenalnya hanyalah persenjataan standar. Sedangkan Monica berbeda, dia mungkin pernah kontak dengan barang-barang aneh.
Setelah menerima senjata itu, Monica menundukkan kepala. Matanya bolak-balik memeriksa senjata, lalu tiba-tiba mengangkat kepala dan menyodorkan kembali senjata itu ke tangan Tang Ji. Dengan suara berbisik penuh tekaan dia berkata: "Sepertinya terbuat dari paduan titanium intensif, material penerbangan. Senjata ini jelas bukan dibuat untuk fungsi tempur. Ada lapisan cat mengilap yang norak di permukaannya. Ini barang mewah, dibuat khusus untuk koleksi. Tapi... tentu saja masih bisa dipakai normal. Kekuatan tembakannya seharusnya sama dengan M500 standar, cuma bodi senjatanya lebih kokoh. Pisau bayonet di depan juga tetap bisa dipakai. Karena materialnya lebih bagus, tidak perlu khawatir badan senjata rusak."
“Oh, mengerti.” Tang Ji dengan senjata mengatakan kalimat itu, lalu berbalik meletakkan senjata di tangan Christine.
Sekitar lima belas menit kemudian, semua koper telah dibuka dan isinya dihitung secara sederhana. Materi utamanya terbagi menjadi tiga kategori besar: pertama senjata termasuk senapan mesin ringan dan peluncur roket, berbagai pistol, senapan semi-otomatis, senapan anti-materiel, pisau berburu, granat tangan, dll. Kategori kedua adalah makanan terutama biskuit kompresi dan berbagai kaleng. Kategori terakhir bisa disebut sebagai perlengkapan penyelamatan termasuk alat operasi trauma eksternal, berbagai obat dan kasa medis, tali, palu, paku, dan barang sejenisnya.
Bisa dirasakan, persiapan Hillary ini untuk mengantisipasi keadaan darurat khusus, misalnya jika ia terkepung di dalam kamar tanpa pertolongan, maka ia bisa mengandalkan barang-barang ini untuk bertahan hidup dalam waktu lama di sini. Jika hanya dia sendiri yang memakan "makanan" dalam koper tersebut, cukup untuk 10 bulan hingga satu tahun. Senjata-senjata itu bisa digunakan untuk mempertahankan diri, ditambah peralatan lain, memungkinkannya mendapat kesempatan melepaskan diri saat terkepung.
"Sepertinya dia pernah mempersiapkan pertempuran panjang di sini, tapi kekhawatirannya tidak terbukti. Ia telah berpulang... Sekarang barang-barang ini milik kita. Dalam dua tiga bulan ke depan kita tak akan mati kelaparan." Setelah merapikan barang, Tang Ji menghela napas lega sambil menatap koper-koper yang telah terkunci kembali.
Saat datang, tas ransel Tang Ji dan kawanan sudah berisi banyak makanan berkalori tinggi dengan volume kecil. Ditambah persediaan Hillary yang tertinggal di sini, selama mengontrol porsi makan, dalam tiga bulan mereka sama sekali tidak perlu khawatir tentang makanan.
Setelah itu, semua orang memindahkan koper-koper ke sudut ruang tamu di sebelah sana dan menatanya sesuai jenis. Mereka memindahkan ranjang besar ke area ruang tamu, memasangnya kembali di samping salah satu dinding, serta menata sofa dan kursi di sekitarnya. Semua orang bisa memilih tidur di ranjang, sofa, atau di permukaan lantai yang sudah dilapisi karpet. Dengan menambahkan alas tambahan di atas karpet, tidur di lantai tetap nyaman.
Sementara di area kamar tidur sebelumnya, mereka melakukan penyesuaian pada perabotan. Dua lemari pakaian besar setinggi 2,2 meter dari kayu solid dipindahkan ke bawah lubang di langit-langit, diposisikan saling berhadapan. Jarak antara puncak lemari dengan langit-langit hanya tersisa 80 cm. Jason dan Basong yang lincah memanjat ke atas lemari. Dengan dukungan Jenderal Qiang di bawah dan bantuan lainnya, beberapa meja rendah yang sebelumnya ada di samping ranjang dan sofa diangkat ke atas. Jason dan Basong bertugas menata semua meja tersebut di atas lemari pakaian besar.
Lemari pakaian besar dan meja rendah ditumpuk bersama, ketinggiannya mendekati tiga meter. Jarak ke langit-langit hanya menyisakan celah sempit kurang dari lima sentimeter. Dengan menempatkan lemari-lemari ini di bawah mulut gua, persis bisa menghalangi lubangnya. Tentu bukan sepenuhnya tertutup, masih ada sedikit perbedaan ketinggian. Tapi tidak masalah. Baik zombie manusiawi maupun anjing zombie, mustahil bisa menerobos turun melalui celah selebar telapak tangan.
Setelah itu, semua orang melakukan pekerjaan penguatan. Mereka memindahkan lemari-lemari lain yang ada di ruang tamu ke sekeliling lemari besar, lalu mengikat semua lemari dengan tali panjang menjadi satu kesatuan. Perabot kayu solid yang sudah berat secara alami, ketika digabungkan beratnya menjadi berlipat. Jangankan zombie yang hanya mengandalkan kekuatan kasar tak bisa menggeser lemari-lemari ini, bahkan Tang Ji dan kawan-kawan pun takkan bisa memindahkannya tanpa melepas tali pengikat. Mereka terlalu berat.
"Yang merasa tubuhnya kotor bisa mandi dulu, saatnya tidur." Tang Ji menyapu sekilas debu di telapak tangannya, menoleh ke arah semua orang yang baru selesai bekerja sambil berkata. Setelah berbagai keributan, waktu sekarang sudah mendekati pukul satu dini hari.
"Nak, kamu duluan. Lihat badanmu yang kotor itu." Laura tersenyum sambil menarik-narik lengan Tang Ji.
Tang Ji menunduk memeriksa dirinya. Masih mengenakan baju basah kuyup yang sempat didorong Monica ke bak mandi. Karena terus sibuk mengurus berbagai hal, bajunya belum sempat diganti. Kini bajunya dalam keadaan setengah kering setengah basah, kusut menempel di tubuhnya. Baru saja melakukan banyak pekerjaan fisik, debu yang menempel pada baju lembab itu tak bisa dibersihkan sehingga terlihat sangat kotor.
Krisis di markas besar PBB hari ini, meskipun semua orang sempat melakukan pelarian singkat dan bertarung secara langsung dengan zombie, karena terus mempertahankan perhatian musuh yang kuat, hampir semua zombie ditembak dari kejauhan. Tak ada percikan darah yang mengotori pakaian mereka. Tentu saja, jika zombie benar-benar mendekat, mustahil mereka bisa selamat keluar dengan utuh saat itu. Jadi pakaian mereka tidak ternoda darah, kecuali bagian sol sepatu yang sengaja digesekkan di koridor luar sebelum masuk.
Sebenarnya kondisi fisik semua orang relatif bersih. Hanya Tang Ji yang terlihat compang-camping dengan luka di wajah. Namun... meskipun Monica saat itu bertingkah bagaikan setengah gila, ia tetap mempertimbangkan batasan. Tak ada luka berdarah pada tubuh Tang Ji - semua cedera di wajahnya berupa pembengkakan dan memar kebiruan yang akan menghilang setelah bengkak reda, tanpa perlu menunggu proses penyembuhan luka karena memang tak ada jenis luka seperti itu.
“Baiklah.” Tang Ji menundukkan kepala melihat bajunya sendiri, bergumam pelan. Ia mengangkat kepala dan berkata "Terima kasih" pada Laura, lalu berbalik menuju kamar mandi. Saat sampai di depan pintu kamar mandi, dia menambahkan: "Para pria bisa ikut bersamaku." Setelah mengatakan itu, ia masuk ke dalam kamar mandi.
Perkataan terakhir Tang Ji tidak mendapat respons. Semua orang sudah sangat mengantuk dan tubuh mereka tidak kotor. Sebelum bencana meletus, mereka sedang tidur dan sudah mandi sebelumnya. Pakaian luar mereka juga tidak kotor, jadi tidak ada yang perlu dibersihkan. Setelah Tang Ji masuk ke kamar mandi, kelompok itu pun berjalan bersama-sama menuju arah ruang tamu.
Manila tiba-tiba mempercepat langkahnya. Dialah yang pertama kali mencapai sofa di sisi ruang tamu. Ia menemukan tas ransel Tang Ji, mengeluarkan satu set baju pria bersih dari dalamnya, lalu berbalik dan langsung berjalan menuju kamar mandi.
Orang lain tidak memperhatikan hal-hal tersebut. Manila pergi mengantarkan baju untuk Tang Ji, tidak ada yang perlu diperhatikan. Namun Monica tiba-tiba menghentikan langkahnya, tatapannya terlihat kecewa. Selama ini dia menganggap diri lebih unggul dari Manila dalam segala aspek. Tapi kenyataannya, dia menyadari banyak hal di mana dia tak sebaik Manila, contohnya dalam hal merawat prianya.
Tang Ji sebelumnya tidak menyebut siapa yang harus mengantarkan baju, mungkin lupa. Tapi Manila langsung memikirkannya. Apakah hati seorang wanita benar-benar melekat pada pria, bisa dirasakan dari urusan-urusan sepele seperti ini.
Saat jaraknya sekitar 2-3 meter dari pintu, tiba-tiba langkah Manila melambat. Dengan keraguan, dia menoleh ke arah Monica yang berdiri tak jauh. Dari penglihatan tepinya tadi, dia menyadari Monica sedang mengawasinya.
Manila memperhatikan ekspresi wajah Monica yang tidak beres, langkahnya kembali melambat sejenak seolah hendak berhenti. Namun tiba-tiba ia menolehkan kepala sambil menunduk, merapikan rambut di dahinya dengan tangan, lalu mempercepat langkah menuju pintu kamar mandi dan langsung membukanya untuk masuk.
Manila bukanlah orang bodoh. Ia paham apa yang dipikirkan Monica tadi. Tapi ia bukanlah pahlawan gadungan. Sekalipun ia memberikan baju itu pada Monica dan menyuruhnya mengantarkan, belum tentu Monica akan mengingat kebaikannya. Lagipula ada kontradiksi di antara mereka. Meski sempat merasa iba saat Monica menangis, namun setelah itu yang lebih sering terlintas di benaknya adalah sikap kejam Monica sebelumnya. Ia tidak menyukai wanita bernama Monica ini.
Setelah mengantarkan baju, Manila langsung keluar dari kamar mandi. Tanpa memandang Monica, ia berjalan sambil menunduk ke arah ruang tamu dan mulai menata ulang barang-barangnya bersama Tang Ji.
Setelah mandi sederhana yang hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit, Tang Ji segera keluar dari kamar mandi. Dengan mengenakan baju bersih, sekitar lima belas menit kemudian lampu di kamar pun dipadamkan. Mani membelakangi Tang Ji, membiarkan pria itu memeluk pinggangnya. Keduanya tidur di atas karpet di bawah lemari minuman, menutup mata dengan tarikan napas yang perlahan menjadi teratur.
Monica berbaring di ranjang besar itu, satu tangan dengan lembut menyentuh perut kecilnya. Kesendiriannya terasa menyayat hati. Cahaya bulan menyusup melalui celah sempit antara lubang di langit-langit dan lemari, menerangi kamar dalam kabut samar. Dalam redupnya ruangan, Monica terbaring lurus di atas kasur. Matanya mengedip-ngedipkan menatap langit-langit, tetap terjaga dalam waktu yang sangat lama.
……
Pagi buta lagi, matahari sudah terbit, cahaya hangat dan terang menyelimuti Manhattan. Sebenarnya sudah waktunya bangun, tapi di dalam kamar persembunyian Tang Ji dan yang lain, semua orang masih terlelap. Karena kemarin mereka tidur terlalu larut, membuat mereka sulit bangun tepat waktu hari ini.
Karena ada lubang besar berdiameter dua meter di langit-langit yang terhubung langsung ke luar perpustakaan, ditambah lemari tidak menutup rapat, cahaya matahari pun menyusup masuk seperti cahaya bulan semalam. Perlahan kamar menjadi terang, wajah-wajah yang tertidur lelap mulai jelas terlihat dari balik kabut samar.
Semua masih terlelap, namun tiba-tiba mereka mendengar suara tembakan senapan semi-otomatis.
Tak-tak-tak-tak-tak...
Seketika mereka terbangun, serentak bangkit dari posisi tidur dan menatap ke arah lubang di langit-langit seberang kamar. Suara itu jelas berasal dari sana, dari luar.
