"Bro, berapa sisa persediaan makanan kita? Aku kelaparan!" Keluh seorang pria.
"Sedikit. Harus hemat. Bukannya tadi pagi sudah makan?" Jawab pria lainnya.
“Bisa nggak sih, cuma makan sedikit, bahkan nggak cukup buat ngisi celah gigi. Oh sial, kapan hari-hari kayak gini bakal berakhir.”
Seorang pria berusia tiga puluhan bertopi baseball dengan janggut lebat, bersama pemuda sekitar dua puluh tahunan terus mengobrol sambil bergegas keluar dari koridor, memasuki parkir bawah tanah. Baru beberapa langkah mereka tiba-tiba berhenti, mulut terkunci rapat dengan ekspresi tertegun. Mereka baru menyadari lampu di parkir bawah tanah masih menyala.
Pria berjanggut itu mengangkat tangan menyesuaikan topi baseball-nya, menengadah memandang langit-langit parkir.
“Hei, liat sana! Ada orang!” si pemuda menyodok lengan pria berjanggut sambil berbisik menunjuk arah Tang Ji dan dua lainnya. Kemudian langsung melambaikan tangan ke arah Tang Ji berteriak: “Hei, bro!”
Tang Ji dan dua rekannya berdiri di depan tempat parkir di sudut barat laut area parkir, mengangkat tangan memberi isyarat kepada dua orang yang terlihat tidak berbahaya. Tanpa bicara, dia melirik ke Robbie lalu berbalik mengabaikan mereka. Memberi kode kepada Sarah, mereka berjalan menuju sebuah kendaraan besar yang tertutup kain penutup debu.
Dari bentuknya, kendaraan itu memiliki panjang sekitar enam hingga tujuh meter dengan kabin yang menjorok ke depan, menyerupai truk kecil.
"Di sebelah sana…" Tang Ji menengadah dan berbisik kepada Sarah.
Sarah pindah ke sisi lain kabin. Bersama Tang Ji, mereka memegang ujung kain penutup debu dan perlahan menggulungnya, menyingkap bodi kendaraan berwarna kuning di bawahnya.
"Wow, bus sekolah?" Sarah terkejut, melirik Tang Ji.
Tang Ji mengangguk. Mereka membuka penutup debu sepenuhnya, memperlihatkan bus sekolah tipe-A yang terlihat baru. Karena selalu ditutupi, tidak ada debu sama sekali yang menempel di permukaannya.
Jenis bus sekolah di Amerika terbagi menjadi empat kategori: A, B, C, D. Yang terbesar panjangnya melebihi 13 meter, sementara yang terkecil adalah bus tipe A di depan mata Tang Ji ini. Biasanya, bus jenis ini disebut "short bus", sering digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler sekolah dengan kapasitas 16 orang dewasa. Berat bodi bus melebihi 6 ton - setara dengan berat mobil lapis baja militer. Faktanya, berbagai parameter keselamatan bus sekolah telah menyamai standar kendaraan lapis baja, sehingga kerap dibandingkan dengan kendaraan tempur tersebut.
Di Amerika, tingkat keselamatan bus sekolah 40 kali lipat lebih tinggi daripada mobil keluarga biasa, hanya kalah dari kendaraan kepresidenan. Bus sekolah termasuk sedikit kendaraan dengan hak istimewa khusus. Biaya pembuatannya sangat fantastis, setara dengan mobil offroad mewah, namun tanpa fasilitas 'megah' seperti pada mobil mewah. Kemana uang dialokasikan sudah bisa ditebak.
Tentang tingkat kekokohan bus sekolah, contoh paling nyata terjadi pada tahun 2006 di ibu kota Indiana. Sebuah mobil Hummer sipil bertabrakan dengan bus sekolah kosong yang parkir di pinggir jalan. Hasilnya, bagian depan kanan Hummer hancur berkeping-keping seperti setengah badan mobil remuk, sementara bus sekolah sama sekali tak terluka, hanya bagian belakangnya yang sedikit rusak.
Bisa dibilang bus sekolah adalah salah satu alat transportasi paling ideal untuk melarikan diri di akhir zaman. Alasannya cuma satu: kekokohannya. Dilengkapi balok anti tabrakan di depan-belakang, bodi monokok, kaca anti peluru... Tapi di seluruh Amerika hanya ada 500.000 unit bus sekolah. Meski terdanyak, penyebarannya di seluruh negeri tetap sangat sedikit dibandingkan jumlah kendaraan lain di jalanan. Lagipula bus sekolah hanya bisa didapatkan di lokasi tertentu. Di awal zaman apokalips, sekelompok korban selamat telah menggasak sebagian besar bus sekolah. Beberapa mengalami kecelakaan di jalan. Menemukan bus sekolah utuh di sebuah kota di tengah kiamat adalah hal yang sangat sulit.
Hillary Clinton pernah menemukan beberapa bus sekolah di Manhattan, hanya satu yang merupakan bus sekolah Tipe A, sisanya adalah bus sekolah Tipe C yang paling umum. Bus sekolah Tipe C jauh lebih besar daripada Tipe A, biasanya digunakan untuk mengantar-jemput siswa kelas 1 hingga 12. Tang Ji tahu lokasi bus sekolah lainnya, namun tidak memilih bus sekolah Tipe C yang lebih luas sebagai alat pelarian.
Bersamaan dengan aksi Tang Ji dan Sara membuka kain penutup debu bus sekolah, dua orang yang baru saja keluar dari koridor di kejauhan perlahan mendekati trio Tang Ji. Robbie memegang pistol di tangan kanannya, tangan kiri mencengkeram erat tangan kanan, kedua tangan bertumpu di perut, berdiri di jalur kendaraan di luar tempat parkir dengan tatapan yang terlihat santai namun waspada terhadap situasi sekitar.
Karena kedua pihak tidak saling mengenal dan sama-sama berusaha menyelamatkan diri, selain sapaan awal sebelumnya, tidak terjadi komunikasi lebih lanjut.
Si berjanggut dan si muda berjalan mendekati tiga orang Tang Ji. Mereka juga sedang mencari mobil. Pertama melihat mobil BMW, melakukan pemeriksaan sederhana pada tangki bensin, lalu tampak tidak puas. Mereka pindah ke mobil lain sambil terus mengamati. Sesekali kedua orang itu berbisik-bisik, dan diam-diam melirik perlengkapan lengkap yang dibawa tiga orang Tang Ji - senjata lengkap di badan serta tas pendakian besar yang penuh muatan di punggung.
Kedua kelompok berada di jalur kendaraan yang sama. Tempat parkir mobil yang sedang diperiksa pasangan itu juga sebaris dengan tempat parkir bus sekolah yang sedang diperiksa Tang Ji.
Tang Ji tak berminat mengurusi mereka. Dengan Robbie yang berjaga-jaga di samping, ia tetap tenang sambil menunduk memeriksa kondisi bus sekolah. Meski baru belajar memperbaiki mobil beberapa waktu lalu dan waktunya belum lama, setidaknya untuk pemeriksaan dasar seperti ini ia sudah mampu. Sarah juga membantu memeriksa bagian-bagian lain.
"Wah, keren banget!" Tiba-tiba terdengar suara kagum si berjanggut dari kejauhan.
Tang Ji sedikit mengangkat kepala melihat ke arah sana. Pria berjanggut itu sudah sampai di samping beberapa mobil yang tertutup penutup debu. Posisi bus sekolah parkir berada di paling kanan deretan mobil, sementara kedua orang itu telah mencapai posisi paling kiri deretan mobil. Mereka membuka penutup debu mobil paling kiri, di bawahnya terlihat Aston Martin supercar baru sama sekali dengan harga jual sebelum akhir zaman mencapai sejuta dolar AS. Ia melihatnya, maka memuji.
"Ck ck ck, lihat mobil ini..." Pria berjanggut itu membelai perlahan bodi mobil sport sambil berkata pada pemuda di sampingnya.
"Memang bagus!" Pemuda itu mengangkat bahu, menunduk memandangi mobil sport. Setelah membeku sejenak ia melanjutkan: "Sayang sekali, tidak cocok untuk dikendarai di jalan di atas!"
“Hmm!” Si berjanggut mengangguk setuju sambil menyeringai. Mobil sport super dari zaman sebelum kiamat bagi para korban selamat yang masih berjuang menyelamatkan diri ini tak ubahnya seperti tumpukan besi tua. Ground clearance super rendah mobil-mobil mewah itu membuat tak ada satu pun korban selamat waras yang mau menggunakannya sebagai alat pelarian, karena itu sama saja dengan mencari mati.
"Mari kita lihat yang lain!" Si berjanggut berkata sembarangan ke pemuda itu, matanya melirik sekilas ke arah Tang Ji bertiga yang tidak jauh, lalu berjalan memutar menghindari mobil sport menuju arah mereka lagi. Dia berhenti di samping kendaraan kedua yang masih tertutup kain pelindung, lalu mengangkat tangan menyibak terpal itu.
Tampaklah Ferrari FF merah menyala, mobil sport super yang terlihat masih baru sama sekali.
"Wah!" Suara aneh keluar dari mulut si berjanggut. Sekarang dia paham - semua mobil di bawah terpal ini pasti kendaraan mewah. Masuk akal juga, kalau bukan mobil bagus, buat apa ditutupi?
Dengan cepat, kedua orang berjanggut itu mengitari ke sisi mobil ketiga dan membuka penutup debu. Dari bentuk luarnya saja sudah terlihat bahwa yang di bawahnya bukan mobil sport, tapi juga tidak mirip mobil offroad. Setelah dibuka, terlihat sebuah Maybach 62, mobil mewah dengan harga selangit di era sebelum akhir zaman.
Dari enam mobil, tiga pertama bukan mobil offroad, yang terakhir juga bukan melainkan bus sekolah. Masih tersisa dua mobil lagi yang tertutup penutup debu. Dari postur tubuhnya, keduanya adalah mobil offroad dan sepertinya identik sama persis.
Tang Ji yang sudah mengelilingi bus sekolah satu putaran penuh menghentikan langkahnya. Ia berdiri di depan kap mesin, melepas topi baseball di kepalanya, menggaruk-garuk kepala sambil mengerutkan kening memandangi si berjanggut dan pemuda itu.
Si berjanggut dan pemuda itu menggelengkan kepala melihat Maybach 62. Perlahan mereka berjalan melewatinya dan tiba di samping mobil keempat. Saat hendak mengangkat tangan untuk membuka penutup debu, tiba-tiba terdengar suara perintah berhenti.
“Jangan sentuh itu, itu milik kami.” Tang Ji kembali menggaruk kepalanya, memasangkan kembali topi baseballnya, lalu berteriak ke arah pria berjanggut yang hendak membuka penutup debu.
Gerakan pria berjanggut membeku. Ia menatap Tang Ji, lalu melirik sekilas ke arah Sarah dan Robbie. Tanpa bertindak gegabah, ia menarik kembali tangannya sambil membuat gerakan permohonan. “Aduh, bro, jangan gitu. Kalian sudah punya satu mobil yang bisa muat banyak orang... Bagaimana mungkin mobil ini milik kalian? Semua mobil di sini kan tak bertuan, bukan?” Selama bicara, matanya terus menyapu sekilas ke arah Tang Ji dan dua rekannya.
“Salah. Mobil ini milik kami. Cari mobil lain. Dua mobil ini sudah kami klaim. Kami yang datang duluan.” Tang Ji menunjuk ke dua mobil offroad yang masih tertutup kain, suaranya terdengar kejam. Ia enggan berpanjang lebar menjelaskan pada kedua orang itu.
Seiring ucapan Tang Ji, Robbie yang berdiri di samping mengangkat tangan kanannya, dengan ekspresi datar mengarahkan ujung laras ke arah keduanya, lalu melambaikan ke satu sisi. Ia menggunakan gerakan mengancam untuk menyuruh kedua orang itu pergi.
Keduanya perlahan mengangkat tangan. Meski membawa senjata, mustahil bagi mereka untuk melakukan gerakan mengeluarkan senjata. Aksi berbahaya seperti itu akan mengundang tembakan. Mereka menyadari hal ini, hanya bisa berpura-pura pasrah pada takdir.
"Baik, kami akan cari tempat lain. Mobil itu milik kalian," kata si Berjanggut dengan nada kesal sambil mundur beberapa langkah bersama pemuda itu ke jalur kendaraan. Setelah berbalik dan berjalan cukup jauh, barulah mereka menurunkan tangan. Membelakangi Tang Ji dan yang lain, mereka berbisik sesuatu sebelum akhirnya menjauh.
Tang Ji terus menatap mereka hingga mereka agak menjauh, baru menarik kembali pandangannya. Ia berpesan pada Robbie: "Awasi mereka." Kemudian melambaikan tangan ke Sarah. Keduanya berjalan ke samping dua mobil offroad yang tertutup sarung debu, lalu menarik sarung tersebut hingga terlepas.
Di bawah sarung debu ternyata ada dua mobil offroad identik - Mercedes G55 perak-abu yang baru. Penampilannya tidak terlalu mencolok, karena harganya jauh lebih rendah dibandingkan mobil-mobil lain. Namun hanya Tang Ji yang tahu, kedua Mercedes G55 ini adalah versi antipeluru.
Tang Ji dan Sarah dengan cepat mulai memeriksa kedua mobil tersebut.
Pria berjanggut dan pemuda itu berjalan ke jalur kendaraan lain yang lebih jauh, bersembunyi di belakang sebuah Ford off-road. Mereka mulai berbisik-bisik.
"Pantas mati, serang mereka, brengsek!" kata pria berjanggut dengan nada sangat kesal, kilatan kejam melintas di wajahnya. Sambil bicara, ia mengeluarkan bungkus rokok dari saku, mengambil puntung rokok setengah habis dari dalamnya, lalu menjepitnya di mulut. Bungkus rokok diremas-remas sebelum dibuang. Dari saku lain dikeluarkannya korek api, kepalanya menunduk saat menyalakan puntung rokok itu. Asap tebal mengepul saat ia menarik napas dalam-dalam. Kepalanya terangkat, memandang tajam ke arah pemuda yang diam membisu di sampingnya.
Keraguan jelas terpancar di wajah pemuda itu. Bukan sehari dua mereka saling mengenal. Ia paham maksud tersembunyi si berjanggut. Menatap sorot mata yang menuntut jawaban, ekspresi wajahnya ragu-ragu saat berbisik pelan: "Mengapa? Hanya karena kejadian tadi? Tidak perlu sampai segitua... Lagipula lihatlah persenjataan mereka lengkap dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kita bahkan tak bisa mendekat, bagaimana mau menyerang?"
“Kau orang bodoh?” pria berjanggut segera membentak rendah, mengambil rokok dan menghisapnya sebelum melanjutkan, “Kau sudah melihat barang-barang yang mereka bawa, masih bertanya mengapa? Mungkin hanya karena itu? Lihat persenjataan mereka... senjata api, amunisi, tas ransel mereka yang pasti berisi makanan. Persediaan makanan kita hampir habis. Sekarang sulit mencari makanan di luar. Kau mau mati kelaparan?”
“Oh...” pemuda itu tampak mengerti, ragu-ragu mengintip setengah kepalanya melewati bodi mobil ke arah Tang Ji dan yang lain, lalu menarik diri kembali. Ia menatap pria berjanggut bertanya, “Apa yang harus kita lakukan? Mereka tak mengizinkan kita mendekat. Si brengsek yang membawa senjata itu terus mengawasi kita.”
Pria berjangguto melengkungkan jarinya memanggil pemuda. Si pemuda mendekat saat pria berjanggut membisikkan sesuatu cepat di telinganya sambil berbaring.
