"Kita kembali!" Masih berjarak ratusan meter dari mulut terowongan, di dalam terowongan, Tang Ji yang duduk di kursi penumpang depan bersuara.
Dia hanya ingin tahu apakah terowongan lancar, tidak akan segera keluar, karena setelah keluar langsung mungkin bertemu zombie, ini akan menjadi masalah, Tang Ji saat ini masih tidak ingin terlibat dengan masalah yang mungkin muncul itu.
……
Di pintu masuk Pulau Manhattan Terowongan Lincoln, para penumpang bus sekolah menatap keluar jendela dengan wajah bosan. Pemandangan monoton di luar kosong - tak ada manusia, zombi, atau binatang apapun. Hening yang mencekam membuat mereka hanya ingin segera meninggalkan tempat ini.
Dari kejauhan di ujung jalan, tiba-tiba terdengar deru mesin mobil. Ada yang datang!
Semua orang di dalam bus segera menoleh ke jendela. Di kejauhan terlihat bus sekolah kuning sedang meluncur cepat menuju terowongan. Ukurannya jauh lebih besar dari bus Monica, panjangnya minimal delapan sembilan meter - bus sekolah Tipe C.
"Hei, berhenti!" teriak Christine yang duduk di dekat jendela. Saat bus itu semakin mendekat, dia membuka kaca dan meneriakkan perintahnya.
"Aku akan periksa!" Jason yang duduk di kursi depan berdiri sambil membawa senjata api. Ia berjalan ke pintu depan. Monica yang duduk di kursi pengemudi membuka pintu. Jason turun dengan senjata masih di tangan, berlari beberapa langkah ke depan lalu menghadang di tengah jalan sambil melambaikan tangan ke arah bus sekolah itu. "Berhenti!" teriaknya.
Bus sekolah itu melaju hingga persimpangan T di tepi sungai. Dengan perlahan mengurangi kecepatan, kendaraan berhenti tepat di tengah persimpangan namun mesinnya tetap menyala.
"Hai, halo! Terima kasih untuk informasinya. Bus ini keren banget!" Pria pengemudi bus itu menurunkan kaca jendela, menyembulkan kepala sambil melambaikan tangan ke Jason. Gerakan serupa ia lakukan ke arah bus sekolah lain dan Mercedes G-Wagon. "Dengan kendaraan sekuat ini," lanjutnya sambil tersenyum lebar, "kita pasti bisa sampai ke lokasi shooting tepat waktu!"
Pria ini berusia sekitar empat puluh tahun, ekspresinya gembira namun terlihat letih, rambut cokelatnya sedikit berantakan. Dialah pria berambut cokelat yang sebelumnya meminta naik ke mobil Tang Ji namun ditolak. Saat itu Tang Ji memberikan informasi lokasi parkir, mereka berlari ke area parkir yang ditunjuk dan memilih bus sekolah ini sebagai alat pelarian.
"Hai!"
"Hai, kalian semua!"
Jendela bus sekolah Tipe C di satu sisi terbuka. Beberapa korban selamat menyembulkan kepala dan melambaikan tangan ke arah penumpang bus sekolah Tipe A. Mereka adalah kelompok korban selamat yang sebelumnya mengikuti pria berambut cokelat.
Penumpang di dalam bus sekolah Tipe A juga membalas lambaian tangan.
"Ada masalah apa, Penjaga?" Pria berambut cokelat itu menyapu sekilas keadaan sekitar dengan matanya, lalu menatap Jason yang menghadang di depan kap mobil.
"Kalian harus tunggu dulu. Lao Da kami sedang memeriksa situasi di dalam terowongan. Baru bisa berangkat setelah semuanya aman." Jason menoleh sambil menunjuk pintu masuk terowongan, mendongak menjelaskan pada pria tersebut.
“Baiklah!” Pria berambut cokelat mengangguk pengertian, ini justru menguntungkannya. Saat ini memang tidak tepat untuk nekat menerobos masuk. Jika jalan di dalam terhalang, tentu akan merepotkan. Tentu saja, selama tidak terlalu parah, dengan bodi bus sekolah yang kokoh, menabrak langsung sama sekali tidak masalah. Tapi karena sudah ada yang pergi memeriksa, tentu tidak masalah menunggu sebentar. Dalam waktu singkat, zombie juga tidak mungkin muncul di sini.
Di jalan raya, Jason melambaikan tangan ke arah pria berambut cokelat sambil tersenyum, "Aku Jason!"
"Thor!" Pria berambut cokelat tersenyum sambil melambaikan tangan balik.
Kemudian Jason kembali ke mobilnya. Tiga kendaraan mulai menanti dalam keheningan. Terowongan Lincoln sepanjang 2.3 km, pulang-pergi 4.6 km - jarak yang cukup jauh. Ditambah pasti banyak mobil terbengkalai di dalam. Mobil offroad pun tidak bisa ngebut, harus menghindari reruntuhan kendaraan. Jadi Tang Ji tidak akan kembali dalam waktu dekat.
Waktu sudah menjelang tengah hari, mendekati pukul dua belas. Para penumpang di bus sekolah tipe A menunggu sebentar namun Tang Ji belum kembali. Mereka pun mengeluarkan bekal makanan masing-masing dan mulai menyantap makan siang.
"Sayang, sudah makan?" Hanny yang duduk di sebelah Christine mengeluarkan walkie-talkie, bertanya dengan nada mesra yang cenderung norak.
"Baru mau makan. Aku lihat kalian..." Suara Carey terdengar dari walkie-talkie menjawab.
"Tunggu aku, aku akan menemanimu! Aku cinta kamu!" Hanny kembali mengeluarkan kata-kata norak melalui walkie-talkie sambil berpura-pua memberikan ciuman. Setelah meletakkan alat komunikasi itu, ia membuka tas ransel dan mengeluarkan beberapa makanan.
"Kamu benar-benar norak, aduh aku merinding! Tidak malu-maluin?" Christine tak tahan dengan gaya Hanny. Ia memeluk bahunya sendiri sambil berpura-pua menggigil, lalu menggoyangkan bahu sambil melontarkan sindiran pada Hanny.
“Kamu tahu apa? Pria harus dihibur, kalau tidak hatinya berubah, menangis pun sudah terlambat.” Hanny dengan gaya "mentor kehidupan" membalas olokan sambil memegang makanan, lalu langsung berdiri dan berjalan menuju pintu depan.
Setelah meninggalkan bus sekolah, Hanny menuju mobil offroad di belakang. Dia menarik Carey ke kursi belakang dan mereka mulai mesra saling menyuapi. Di kursi pengemudi depan duduk Ai Wen yang "tenang". Menghadapi situasi seperti ini, biasanya dia memilih untuk tak menghiraukan. Dia tahu karakter adiknya yang tak tahu malu, tak bisa diurus dan tak ingin mengurus. Asal adiknya lebih patuh daripada dulu, itu sudah memenuhi standarnya. Tak ada lagi yang dia minta.
Di mobil kecil, Christine memelintir tubuhnya memandang mobil offroad di luar jendela belakang. Cukup lama baru menoleh kembali. Dia menyelipkan makanan ke mulutnya dengan gerakan tak fokus. Meski rasanya enak, tapi terasa seperti mengunyah lilin.
"Duke!" Christine memanggil, memanggil Duke yang sedang berlarian di dalam mobil ke sisinya. Duke melompat ke kursi, duduk di samping Christine sambil menjulurkan lidahnya dengan riang. Christine perlahan mengelus kepalanya, mengunyah makanan di mulutnya sambil menatap keluar jendela dengan pikiran yang tak jelas.
Di bus sekolah tipe C, termasuk Sol total ada tujuh korban selamat. Melihat orang-orang di mobil sebelah mulai makan, mereka pun mengeluarkan tas ransel masing-masing dan mengambil sedikit makanan untuk dimakan.
Tak lama kemudian, deru mesin terdengar dari dalam terowongan. Suaranya semakin keras hingga sebuah mobil offroad antipeluru Mercedes-Benz menerobos keluar dari terowongan, barulah suara itu mereda. Mobil offroad itu melambat lalu berhenti perlahan.
"Tetap di mobil!" Suara Tang Ji bergema melalui semua walkie-talkie.
Orang-orang di Bus Sekolah Tipe A dan mobil offroad penuh keraguan melihat ke luar jendela. Mereka melihat mobil offroad yang dikendarai Robbie berhenti, lalu Tang Ji dan Robbie turun. Robbie mengunci mobil dengan kunci, sementara satu memegang shotgun dan satu lagi membawa dua pistol. Mereka berlari ke gedung pencakar langit di pinggir jalan.
Tang Ji dan Robbie mencapai gedung tepi jalan. Mereka berhenti di sekitar lantai lima belas tanpa menemui bahaya. Memasuki ruangan sisi barat, mereka mendekati jendela dan mengamati area New Jersey melalui teleskop.
Keduanya memantau situasi di sekitar pintu keluar Terowongan Lincoln. Titik itu menjadi kunci strategis. Jika terhalangi zombie saat baru keluar, mundur ke terowongan yang sempit akan berisiko tabrakan beruntun. Meski terowongan bisa dilalui, arus yang macet akan membuat manuver balik arah menjadi kacau.
"Lumayan, di sekitar sana tidak banyak zombie!" kata Robbie setelah mengamati beberapa saat, menurunkan teleskop lalu menoleh memandang Tang Ji.
"Hm!" Tang Ji mengangguk tanda setuju, juga meletakkan teleskopnya.
"Kita pergi!" kata Tang Ji sambil menganggukkan kepala ke arah Robbie, lalu berbalik berjalan keluar pintu.
……
Di jalanan, beberapa mobil berhenti menunggu. Semua kendaraan sudah kapok.
"Ada mobil di sana, cepat!"
Dari kejauhan di persimpangan jalan muncul dua orang yang berlari. Melihat beberapa mobil yang parkir di mulut terowongan, salah satunya berseru ke temannya lalu bergegas mendekati kendaraan-kendaraan itu.
"Ada orang datang!" gumam Manila di kursi penumpang bus sekolah tipe A, kepalanya masih menoleh memandang ke luar.
"Jason!" Monica yang duduk di kursi pengemudi melirik ke luar sebentar, lalu menoleh ke Jason. Setelah menangkap tatapan Jason, dia menganggukkan kepala sambil berkata: "Cek keadaan!"
Jason mengangguk, lalu melambaikan tangan ke arah Basong yang berdiri di samping. Keduanya turun dari mobil sambil membawa senjata api, satu di depan dan satu di belakang.
，，，，，，，。
Di kejauhan, dua pria yang berlari mendekat memiliki usia sekitar tiga puluh tahunan, sama seperti Saul dan kawan-kawannya, memperlihatkan kondisi kotor di seluruh tubuh disertai wajah lesu. Setelah mendekati beberapa mobil, pandangan mereka menyapu sekilas kendaraan-kendaraan tersebut, terhenti sejenak sebelum kembali mempercepat langkah menuju bus sekolah Tipe C.
“Hai, apa kabar!” Kedua pria berdiri di depan kabin truk, melambaikan tangan kepada Bob dan yang lain di dalam mobil. Saat hendak berbicara lebih lanjut, Saul di dalam kabin tiba-tiba membuka pintu dan memberi isyarat agar mereka naik.
Sebenarnya kelompok Saul sendiri juga baru berkumpul secara temporer. Karena tidak terlalu lama bersama, mentalitas eksklusif mereka tidak separah kelompok Tang Ji. Tujuh orang ini pun masih saling asing, sehingga tidak menolak korban selamat lain yang ingin naik.
Tang Ji dan Robbie bergegas keluar dari gedung tepi jalan. Mereka melirik dua korban selamat yang sedang menaiki bus sekolah tipe C, mengabaikannya, lalu menyebrangi jalan dengan langkah cepat menuju Mercedes G-Wagon yang diparkir.
Jason dan Basong kembali ke bus sekolah, sementara Hanny tetap berada di mobil offroad yang berada di posisi belakang.
"Tidak masalah... Monica kamu jalan di depan, setelah melewati terowongan mungkin akan bertemu beberapa zombie, langsung tabrak saja dengan mobil, setelah naik ke jalan raya kita sesuaikan posisi." Tang Ji yang duduk di kursi penumpang depan sambil memegang walkie-talkie berkata.
"Mengerti!"
"Perhatikan keselamatan!"
"Tenang saja!"
Setelah komunikasi singkat dengan Tang Ji, Monica di bus sekolah Tipe A meletakkan walkie-talkie di tangannya, menyalakan bus sekolah, menghidupkan lampu mobil, dan mulai masuk ke dalam terowongan. Mobil offroad yang dikemudikan Robbie mengikuti di belakang, disusul oleh Ai Wen.
Melihat Tang Ji dan rombongan mulai bergerak, Saul juga mengemudikan bus sekolah Kelas A untuk mengikuti.
Empat kendaraan secara berurutan memasuki Terowongan Lincoln yang hitam pekat dan panjang.
……
Amerika Serikat, New Jersey, Kota Weehawken.
Di dalam pintu masuk/keluar Terowongan Lincoln, suara mesin mobil bergemuruh kian keras.
Di luar terowongan, jalanan menembus segala penjuru yang menghubungkan beberapa jalan utama Kota Weehawken. Sebuah jembatan layang membentang di atas jaringan jalan ini, dengan area parkir besar di sekitarnya yang pernah menampung ratusan bus besar sebelum akhir zaman.
Singkatnya, pintu masuk/keluar Terowongan Lincoln di Weehawken memiliki area yang sangat luas karena desain jalan dan parkirannya. Banyak zombie masih berkeliaran di sini. Begitu mendengar suara mesin mobil, mereka langsung berlari liar ke arah terowongan dengan wajah garang sambil mengeluarkan deruan tajam.
Gemuruh...
Sebuah bus sekolah kuning terus meningkatkan kecepatannya saat keluar dari kegelapan Terowongan Lincoln, melaju cepat menuju jembatan layang. Di belakangnya menyusul dua mobil offroad dan bus sekolah yang lebih besar. Bus tipe C di barisan akhir terlihat bekas tabrakan karena bodinya yang terlalu panjang sempat menggores mobil-mobil terbengkalai saat bermanuver di dalam terowongan - meski tidak parah.
"Tuhan, ada zombie!" Seiring semua kendaraan telah meninggalkan terowongan, serta zombie-zombie buruk rupa yang telah mengalir deras sepenuhnya mendekat, orang-orang di dalam bus sekolah tipe C mengeluarkan teriakan panik. Karena Tang Ji sebelumnya belum memberikan pemberitahuan pada mereka, penghuni bus itu melihat zombie sekarang dengan sedikit kepanikan. Meski mereka tahu selama tidak berhenti, jumlah zombie di sini saat ini mustahil secara fundamental membahayakan bus sekolah, tetap saja teriakan terkejut tak terhindarkan.
Braak! Braak! Braak! Braak!……
Bus sekolah yang dikemudikan Monica di depan mulai bertabrakan, melontarkan satu demi satu zombie. Setiap zombie yang menubruk atau menggores bus sekolah mati dengan mengenaskan. Kecepatan bus yang sangat tinggi ditambah kecepatan lari zombie yang juga cepat - perlu diketahui energi kinetik atlet top manusia yang berlari dengan kecepatan maksimal sangat mengerikan. Jika bertabrakan dengan manusia biasa, bisa menyebabkan patah tulang bahkan langsung tewas.
Sedangkan kecepatan lari setiap zombie sekarang hampir melampaui kecepatan atlet top manusia. Mereka berlari ke bus sekolah tanpa mengurangi kecepatan, bertabrakan dengan badan bus. Karena bobot bus sekolah yang tinggi, hampir seluruh kekuatan tabrakan dialihkan ke tubuh zombie. Satu per satu tubuh mereka nyaris hancur seketika akibat benturan langsung.
Tentu saja, darah segar menyembur deras ke badan mobil depan bus sekolah. Monica terpaksa mengaktifkan wiper untuk membersihkan kaca agar bisa melihat jalan di depan dengan jelas.
Menyusuri rute Highway 495, Monica mengemudikan bus sekolah ke arah selatan dan naik ke jembatan layang yang lebih tinggi dari jalan lain. Artinya, zombie tidak mungkin menyerang dari samping jalan - mereka hanya bisa mengejar dari belakang. Secepat apapun zombie berlari, tak mungkin mengimbangi kecepatan mobil. Setelah Monica berhasil menerobos "blokade" gelombang pertama zombie, bus sekolah sepenuhnya terbebas dari bahaya yang dibawa kelompok zombie itu, karena mereka tak sanggup mengejar.
Tiga mobil lainnya mengikuti ketat bus sekolah yang berada di depan. Masalah yang mereka hadapi jauh lebih kecil daripada yang dihadapi Monica. Memang ada beberapa zombie yang berlari dari samping dan menabrak bodi mobil, atau menepuk-nepuk kendaraan, tapi sama sekali tidak mempengaruhi performa kendaraan. Zombie yang menabrak langsung terlempar ke udara, sedangkan tepukan mereka tak berguna. Keempat kendaraan - dua bus sekolah dan dua Mercedes G-Class - semuanya anti peluru. Mustahil mereka tak bisa menahan tepukan zombie yang sedang berlari.
Singkatnya, setelah menerobos keluar dari terowongan, perjalanan selanjutnya penuh ketegangan namun aman. Jumlah zombie belum cukup untuk mengancam keselamatan konvoi. Keempat kendaraan naik ke jembatan layang, pertama menuju selatan, lalu timur, kemudian utara, dan berbelok lagi ke barat... Mereka mengitari jembatan layang melingkar ini hampir sepenuhnya selama satu putaran besar, perlahan turun dari struktur tersebut, dan melanjutkan perjalanan di Jalan Raya 495 menuju arah barat laut New Jersey.
Karena belum sepenuhnya melepaskan diri dari pusat kota Weehawken, kecepatan kendaraan tetap tinggi. Setelah memberi isyarat ke Manila, Tang Ji memerintahkan Robbie untuk menyalip dan memimpin barisan terdepan.
Meski New Jersey memiliki pembagian kota-desa dan daerah berpenghasilan tinggi-rendah, di mata warga New York seluruh negara bagian ini disetarakan dengan pedesaan. Banyak acara komedi dan film sering mengolok-olok orang asal New Jersey sebagai "orang kampungan", bahkan terkadang mengandung niat merendahkan. Klaim ini tidak sepenuhnya benar, tapi juga tidak bisa dikatakan salah total.
Karena setelah melewati Terowongan Lincoln, begitu memasuki New Jersey, kontras yang sangat besar akan segera muncul. Di New Jersey hampir tidak bisa dilihat gedung pencakar langit, lebih tepatnya, sangat mustahil menemukan gedung melebihi tujuh lapisan. Rumah-rumah di kedua sisi jalanan sebagian besar memiliki empat hingga lima lapisan, bahkan di beberapa lokasi hanya ada dua lapisan. Seluruh pemandangan memancarkan "nuansa pedesaan" - pohon besar yang tumbuh liar, tiang listrik dengan sirkuit agak kacau, semua ini bisa dilihat di mana-mana di New Jersey. Dibandingkan dengan Manhattan yang dipenuhi gedung pencakar langit hanya terpisah satu sungai, kontrasnya bukan sedikitpun.
Tentu saja New Jersey masih memiliki gedung tinggi, termasuk gedung pencakar langit, tapi sebagian besar terkonsentrasi di sekitar tepi sungai. Setelah meninggalkan tepi sungai, hampir tidak terlihat sama sekali.
Sebenarnya setelah memasuki Weehawken, New Jersey, tingkat keamanan semua orang telah meningkat berlipat ganda. Kepadatan zombie berkurang drastis, sangat berbeda dengan Manhattan. Tapi ini masih belum cukup. Tujuan Tang Ji adalah pedesaan sejati yang memiliki sawah, sungai, dan populasi jarang - bukan kota kecil yang terkesan seperti "desa".
Empat mobil melaju di Jalan Raya 495 menuju barat laut. Tak lama kemudian mereka kembali naik ke jalan layang. Zombie-zombie yang sebelumnya mengikuti di belakang jalan raya akhirnya berhasil dilepaskan. Saat ini kondisi zombie di New Jersey pada dasarnya sama dengan Manhattan - zombie biasanya muncul dalam kelompok besar. Tapi di sini, cukup sering ditemui zombie-zombie sporadis yang muncul sendirian.
Melanjutkan perjalanan melalui jalan raya jauh lebih aman dibandingkan jalan-jalan kecil. Setelah menempuh beberapa kilometer, mereka hampir menyebrangi seluruh kota Weehawken dan mencapai pinggiran kota Secaucus di New Jersey. Di bagian tertentu perjalanan, mereka bahkan melewati area persawahan.
Lalu, empat mobil tersebut dengan penuh ketegangan namun aman beralih ke Interstate 95. Melaju di jalan raya antarnegara bagian 95 ini menuju barat daya New Jersey, Tang Ji memerintahkan untuk memperlambat kecepatan. Ruas jalan ini kini telah sepenuhnya meninggalkan area perkotaan, tergolong cukup terpencil. Meski demikian, masih ada beberapa mobil yang ditinggalkan di jalan. Berkendara terlalu cepat tidaklah aman. Lagipula rencananya telah matang - jadwal kedatangan di setiap lokasi telah dipersiapkan. Tiba lebih awal belum tentu membawa keberuntungan.
Sore hari, matahari mulai condong ke barat. Di dalam bus sekolah yang dikemudikan Monica, Christine duduk di dekat jendela. Matanya menatap keluar menyapu pemandangan sepi dan tandus yang terhampar. Perlahan ia mengangkat tangan menutupi mulutnya yang sedang menguap, menunjukkan kebosanan yang mulai melanda. Musim gugur telah tiba. Selain vegetasi hijau abadi yang masih mempertahankan warna zamrudnya, tumbuhan lainnya perlahan mulai mengering dan menguning.
"Lihat, ada rusa!" Christine akhirnya menemukan sesuatu yang menarik. Dengan jari menunjuk ke luar jendela, ia berteriak kegirangan.
