"Manila, cari tempat tinggi, naik ke gedung... Suaramu tak jelas!"
Di barat laut Mount Olive, tepi Danau Bard, Tang Ji berteriak ke walkie-talkie sambil berlari menuju klub pribadi di tepi jalan.
"Ai Wen, kembali ke mobil!" Robbie mengikuti Tang Ji sambil berlari, sambil menoleh dan berteriak.
"Kau dengar... di mana?..." Suara Manila kembali terdengar dari walkie-talkie, suara itu telah berubah menjadi jeritan yang terputus-putus, sama sekali tidak terdengar satu kalimat utuh pun.
Tang Ji sementara menghentikan komunikasi dengan Manila, mengerahkan seluruh tenaga untuk berlari ke klub pribadi di tepi jalan. Bangunan persegi empat itu hanya memiliki empat lantai dengan tembok berwarna biru laut. Di samping pintu gerbang utama terdapat tangga putar yang langsung menuju atap gedung lantai empat. Di puncak atap terdapat kafe terbuka tempat sebelumnya Tang Ji dan Robbie pernah naik, berharap menemukan biji kopi atau sejenisnya, tapi tidak menemukan apa-apa karena sudah "dijarah" oleh korban selamat lain.
Saat Tang Ji mencapai lantai dua, suara dari walkie-talkie mulai jelas. Bersamaan dengan itu, Tang Ji bisa mendengar desahan keras Manila yang terengah-engah, sepertinya dia juga sedang berlari mencari tempat tinggi.
Atap gedung klub pribadi lantai empat.
Tang Ji terengah-engah mendaki tangga sampai ke tepi atap gedung, menarik napas dalam-dalam, mengambil walkie-talkie dan bertanya: "Ada apa!"
"Tang... Tang kamu dengar, Tuhan, Christine digigit ular, cepat kembali!" Suara di walkie-talkie jelas-jelas terdengar, nada bicara Manila diselubungi suara tangis dan gemetar, terkesan sangat panik.
"Ular?" Tang Ji membalas bertanya secara bawah sadar, keningnya berkerut erat, ekspresi wajahnya tampak muram.
"Iya ular, ular berbisa! Dia sudah pingsan, kami tidak bisa menanganinya, kami sudah coba menyedot racunnya, kami tidak bisa menyelamatkannya, cepat kembali!" jerit Manila sambil terisak-isak.
……
Di bagian selatan Mount Olive, di sebelah villa tempat Manila dan lainnya berada, di hamparan rumput semua orang mengelilingi lingkaran. Jenderal Qiang berjongkok di tanah sambil memegang kaki Christine yang sudah pingsan, sedang membantu menangani lukanya. Sebagian besar racun darah telah disedot keluar menggunakan pompa ASI, lukanya juga telah diiris membentuk pola bunga salib... Di masa mudanya Jenderal Qiang adalah pasukan khusus, anggota Korps Marinir yang pernah menerima pelatihan keselamatan di alam liar, sehingga ia menguasai metode penanganannya.
Dari kejauhan terlihat gedung dua lantai yang usang. Di atap gedung itu, Manila berdiri sambil memegang walkie-talkie yang baru saja digunakan untuk menjelaskan situasi secara garis besar kepada Tang Ji. Tiba-tiba Monica muncul melalui tangga dengan wajah masam, di satu tangannya mencengkeram ular kecil hijau sepanjang satu meter. Mulut ular itu menganga, memperlihatkan dua taring melengkung tajam seperti kait. Ular itu masih hidup, namun kepalanya telah dicengkeram oleh Monica sehingga tidak bisa lagi menggigit.
"Aku yang bicara dengannya!" Monica berkata kepada Manila, berjalan ke tepi atap gedung. Tangan yang kosong melepas walkie-talkie dari pinggangnya.
"Hijau, kepala segitiga, kepala gepeng, area mata bersisik. Aku tidak tahu jenis ular berbisa apa ini. Butuh serum! Christine tidak bisa bertahan lama!" ujar Monica ke walkie-talkie dengan nada agak menyesal.
"Bahkan jenis ularnya tidak bisa dikenali?" Tang Ji mengejar lewat walkie-talkie. Serum bisa ular sendiri mengandung racun mematikan. Jika serum digunakan sembarangan tanpa tahu jenis ularnya, dia pasti mati. Ini harus dipastikan!
"Tidak tahu. Jenderal Qiang sudah periksa. Semua ular berbisa umum dia kenal, tapi yang ini juga belum pernah dia lihat. Mungkin jenis ular berbisa lokal yang tidak umum!" jawab Monica.
"Bawa Christine keluar dengan mobil, segera, ajak Basong, lewat jalan raya yang kita lalui tadi! Kami akan menjemput kalian di sepanjang jalan itu! Jangan lupa bawa ular itu, cepat!" Suara Tang Ji di walkie-talkie hanya terdiam sebentar, lalu langsung berbicara dengan nada mendesak.
"Siap!" Monica menjawab singkat lalu meletakkan walkie-talkie, berbalik dan bergegas menuruni tangga.
Di sisi Danau Bader, Tang Ji dan Robbie cepat-cepat turun dari mobil, menerobos jalan raya, dan berlari ke dermaga kecil di tepi danau.
Ai Wen mendorong pintu belakang mobil offroad, menjulurkan separuh tubuhnya keluar.
"Masuk, kita kembali!" Tang Ji berkata cepat ke Ai Wen, lalu mengitari mobil dan membuka pintu penumpang depan untuk menerobos masuk.
"Bagaimana dengan mobil di belakang dan barang-barang itu?" Ai Wen yang duduk di kursi belakang tak tahan menunjuk ke arah kaca belakang sambil bertanya.
"Taruh di sini, kita kembali dulu, bawa semua yang bisa memperlambat kecepatan kita!" Tang Ji duduk di kursi penumpang depan dengan ekspresi wajah muram menjawab cepat. Di samping, Robbie sudah menyalakan mobil offroad.
Ai Wen tiba-tiba mendorong pintu mobil, membawa laptop dan komputer turun dengan tergesa-gesa.
"Hei! Ai Wen!" Tang Ji mendengar keributan, menoleh ke belakang sambil berteriak.
"Aku akan bawa mobil ini kembali, harus mengantarkan barang-barang ini! Tenang, aku baik-baik saja, akan berhati-hati!" Pintu belakang sudah ditutup Ai Wen. Ia berlari ke samping pikap sambil membalas perkataan Tang Ji, sementara tangannya membuka pintu truk. Barang-barang yang dikumpulkan selama setengah sore ini penuh risiko, Ai Wen tak mau menyerah begitu saja.
"Ai Wen..." Tang Ji mendorong pintu mobil turun, berdiri di samping kendaraan sambil menatap Ai Wen melewati atap mobil offroad. Awalnya ingin memanggilnya kembali, tapi setelah merenung sejenak akhirnya berkata: "Hati-hati!"
Ai Wen memberi Tang Ji isyarat OK, lalu menerobos masuk ke dalam kabin pikap. Kemampuannya bertahan hidup hingga hari ini bukanlah kebetulan. Sebelum bertemu Tang Ji, kemampuan membawa Hanny dan Carey - dua orang menghambat - bertahan di akhir zaman juga bukan kebetulan. Maka Tang Ji tak pernah menilai rendah kemampuan melarikan diri Ai Wen. Tentu saja, di perjalanan ini belum tentu akan ada bahaya, jadi sebenarnya Tang Ji tak perlu terlalu khawatir.
"Kita pergi!" Tang Ji masuk kembali ke Mercedes G-Wagon, berteriak ke Robbie. Persis saat pintu truk dibantingnya, mobil offroad itu langsung meluncur.
Menembus dermaga kecil, naik ke jalan raya lalu belok ke selatan. Baru beberapa kilometer, mereka belok masuk ke jalan desa dan melaju kencang menuju wilayah selatan Mount Olive.
Ford pikap baru saja menyala setelah Mercedes G-Wagon pergi, langsung mengejar mobil offroad itu. Tapi jaraknya semakin tertinggal, perlahan lenyap dari pandangan. Dari segi performa, dua mobil ini memang berbeda level. Apalagi Ford pikap itu kebanyakan muatan - baik di bak belakang maupun kursi belakang, dipenuhi berbagai peralatan usang dan aksesori logam berantakan. Mustahil bisa mengejar mobil offroad.
Di dalam Mercedes G-Wagon.
Mobil melaju kencang menyusuri jalan desa. Tang Ji menoleh menembus kaca belakang, tak lagi melihat bayangan Ford pikap. Teknik mengemudi Robbie sudah jauh meningkat dibanding awal-awal kiamat dulu, hasil latihan keras di bawah tekanan zaman akhir. Kini kemampuannya langsung mengejar Monica.
26 Agustus 2015, pukul 15:48 sore.
Di jalan desa yang rindang pepohonan, Tang Ji yang duduk di kursi penumpang depan mobil offroad melihat siluet mobil offroad lain di depan jalan raya. Dua mobil offroad antipeluru Mercedes-Benz yang identik akan berpapasan di jalan pedesaan.
Tang Ji mengambil teleskop dan melihat ke luar. Terlihat jelas di mobil seberang: di kursi pengemudi duduk Monica, sementara di kursi penumpang depan ada Basong yang diminta Tang Ji untuk dibawa.
Ciiiit... Krak!
Kedua mobil terus mendekat. Tiba-tiba Robbie yang sedang mengemudi mobil offroad berkecepatan tinggi memutar setir dengan kasar, sekaligus menyelesaikan serangkaian aksi seperti menginjak rem dan mengganti gigi. Mengikuti gerakan Robbie, ekor mobil melukiskan lengkungan spektakuler di aspal, membuat seluruh kendaraan melintang dengan ban yang menggesek permukaan jalan sambil meluncur ke depan.
Di jalan raya, mobil offroad lain yang mengikuti dengan ketat mobil offroad tempat Tang Ji berada juga melakukan gerakan serupa mengikuti aksi Robbie. Saat jarak antar dua mobil masih belasan meter, mereka tiba-tiba melakukan drift dan meluncur menyamping.
Ciiiit! Ciiiit!
Dua suara beruntun terdengar. Mobil Robbie berhenti meluncur terlebih dahulu, disusul mobil offroad yang dikemudikan Monica. Kedua mobil berpendar di tengah jalan raya, berhenti berurutan saat jarak antar mereka tinggal dua meter lebih.
Pintu belakang mobil offroad tempat Monica berada terbuka cepat. Sarah turun sambil memeluk Christine yang tak sadarkan diri. Robbie membuka pintu belakang mobil offroadnya, lalu Sarah membaringkan Christine di dalam.
Tang Ji dan Monica juga turun dari mobil, bergegas melangkah saling mendekat.
"Ular itu?" Tang Ji mengerutkan alis bertanya dengan panik.
Monica menyodorkan kantong plastik hitam di tangannya kepada Tang Ji. Tang Ji membuka kantong itu dan melihat ular berbisa berwarna hijau di dalamnya. Tubuhnya ramping, kepalanya sedikit besar berbentuk segitiga pipih. Ular itu terlihat sudah mati, dibunuh oleh Monica.
Tang Ji mengeluarkan ular mati itu. Dengan cermat ia memeriksa kepala ular ke kiri dan kanan, lalu membuka paksa mulutnya untuk mengamati dua taring melengkung dan runcing di dalam.
"Ini spesies dari genus Agkistrodon," kata Tang Ji sambil menatap ular itu dengan suara perlahan. Ekspresi wajahnya kembali berubah suram saat mengucapkan ini.
Ular berbisa (Crotalinae), terutama tersebar di Benua Amerika. Di Amerika Serikat, jenis yang umum ditemukan adalah ular tembaga kepala tembaga (Agkistrodon contortrix), juga disebut ular tembaga Amerika Utara. Di negara bagian New Jersey, ular berbisa jenis ini sangat umum. Namun, ular yang kini berada di tangan Tang Ji ini bukanlah ular tembaga kepala tembaga, melainkan spesies ular berbisa tak dikenal. Meski Tang Ji tidak mengetahui nama pasti spesies ini, melalui berbagai ciri khas yang diamati, ia dapat mengenali bahwa ini termasuk keluarga ular berbisa (Crotalinae).
Selama bisa mendapatkan serum anti bisa ular berbisa (Crotalinae), nyawa Christine masih bisa diselamatkan - semakin cepat semakin baik. Namun... Ular berbisa ini memiliki toksisitas yang sangat mematikan. Meski luka Christine telah dibersihkan, jika serum tidak segera ditemukan dalam waktu dekat, otot-otot di sekitar luka akan mulai mengalami ulserasi sehingga membutuhkan amputasi. Jika lebih lama lagi, Christine sudah tak tertolong lagi.
Di Amerika Serikat, serum anti bisa ular sering langka karena setiap tahunnya lebih dari 10.000 orang digigit ular berbisa, seringkali terjadi kekurangan persediaan. Namun jumlah korban jiwa tidak banyak, kurang dari sepuluh orang, terutama karena ular yang menggigit tidak selalu mematikan.
Di AS, serum anti bisa ular kapak umumnya hanya bisa ditemukan di dua tempat: apotek dan rumah sakit.
"Bawa pulang untuk direbus, ajak Sarah pergi! Kita bawa Christine cari serum!" Tang Ji menyelipkan ular berbisa kembali ke kantong plastik hitam, lalu menyodorkan tas itu ke tangan Monica sambil membelai pipinya dan mencium bibirnya, sebelum berbalik menuju kursi penumpang depan mobil offroad.
"Hati-hati!" seru Monica memandang punggungnya yang sedang menjauh.
"Tenang saja!" sahut Tang Ji sambil membelakangi Monica, mengangkat tangan dan menggoyangkannya sebagai isyarat.
Tang Ji, Robbie, dan Basong naik ke mobil offroad yang sama. Basong duduk di kursi belakang, bertanggung jawab merawat Christine yang kesadaran sudah memudar.
Deru mesin menggema. Robbie mengemudikan mobil offroad melesat dengan cepat ke utara.
Lima menit kemudian.
Mobil offroad yang dikendarai Robbie berpapasan dengan pikap yang dikemudikan Ai Wen. Ai Wen terlihat baik-baik saja. Jalan raya ini telah dilalui berulang kali dan bisa dibilang aman. Tampaknya ia bisa kembali ke villa tepi danau tanpa masalah.
Di balik kaca belakang mobil offroad, pikap semakin menjauh. Tang Ji yang memelintir lehernya perlahan menarik kembali pandangan. Matanya masih tertuju pada wajah Christine yang pucat pasi. Kelopak matanya tetap terpejam dalam keadaan koma. Bagian celana di betis kaki kirinya telah tercabik-cabik sepenuhnya. Luka setinggi seinci di atas pergelangan kaki telah dihaluskan oleh Jenderal Qiang.
Luka itu memiliki bekas terbakar api, yang dilakukan Jenderal Qiang dengan cara membakarnya menggunakan puntung rokok. Komponen utama racun ular adalah protein toksik yang akan mengalami denaturasi pada suhu tinggi sehingga kehilangan sifat racunnya. Oleh karena itu, panas tinggi dapat membasmi racun ular di sekitar luka. Bagian tubuh di atas luka Christine diikat erat dengan tali tipis untuk memperlambat penyebaran racun.
Jenderal Qiang melakukan pekerjaan dengan baik. Jika Tang Ji yang melakukannya, kemungkinan metodenya akan serupa dengan sedikit perbedaan. Satu-satunya masalah sekarang adalah serum anti bisa ular beludak. Meski Tang Ji memiliki persediaan obat-obatan tertentu, sebagian besar adalah obat luka luar. Karena tidak ada persediaan serum anti bisa ular beludak, mereka harus membawa Christine untuk mencarinya.
Lokasi yang mungkin memiliki serum anti bisa ular beludak... Perhentian pertama yang dipilih Tang Ji adalah apotek terbesar di Mount Olive, terletak di timur laut Mount Olive dan berdekatan dengan SMP Negeri Mount Olive.
26 Agustus 2015, pukul 4 lewat 17 menit sore. Robbie mengemudikan mobil offroad berhasil melepaskan diri dari puluhan zombie dan memasuki kawasan utara Kota Mount Olive.
"Tinggal empat blok lagi menuju apotek. Kita harus lebih waspada, jangan sampai ada masalah di sini!" Di dalam mobil, Tang Ji menunduk mempelajari peta detail Mount Olive sambil berbicara tanpa mengangkat kepala.
"Suara apa itu!" Tang Ji tiba-tiba menegakkan kepala, alisnya berkerut sambil menoleh ke arah kaca depan. Matanya langsung melotot lebar.
Gemuruh! Suara ledakan dahsyat!
Mobil offroad baru saja melewati mulut hutong. Sumber suara berasal dari dalam gang. Persis ketika Tang Ji mengangkat kepala, sebuah Land Rover yang telah dimodifikasi menyembur keluar dari hutong dan menabrak kasar Mercedes G-Wagon dengan brutal.
Mobil offroad Mercedes yang sedang melaju didorong oleh Land Rover dari samping bodi hingga meluncur ke tepi jalan. Dua pintu di sisi Tang Ji seketika cekung, kaca anti peluru retak seluruhnya dengan kaca depan penuh retakan seperti kulit kura-kura. Namun tidak hancur total karena struktur khusus kaca anti peluru yang terdiri dari tiga lapisan: dua lapisan kaca biasa di luar-dalam dan serat polikarbonat di tengah. Saat terkena hantaman, kaca biasa pecah namun tetap menempel pada lapisan serat tanpa beterbangan.
Di akhir zaman tidak ada orang yang tidak sengaja, di jalan ini hanya ada satu mobil offroad milik Tang Ji dan kawanannya yang sedang melaju. Suara melintasnya sangat jelas. Jika Land Rover yang tiba-tiba menerjang keluar dari hutong itu bukan serangan yang direncanakan, sekali pun membunuh Tang Ji, Tang Ji tidak akan mempercayainya.
