Pada pukul dua belas tiga puluh siang, sebuah mobil offroad berwarna perak-abu dan sebuah truk sedang melaju di jalan desa menuju Mount Olive. Karena truk tersebut membawa peralatan medis yang sangat penting, kecepatan kedua kendaraan ini tidak terlalu tinggi.
"Bicara, ada apa? Berkaitan dengan saya?" Di dalam kabin truk, Tang Ji yang duduk di kursi penumpang depan mengerutkan keningnya, menoleh memandang Robbie sambil bertanya.
Tang Ji adalah orang cerdas. Saat Robbie mengatakan ada masalah, ia tidak memaksa untuk mengetahui detail. Ia langsung memutuskan untuk pergi. Menghadapi situasi yang bahkan membuat Robbie ingin menasihatinya untuk kabur, lebih baik mundur terlebih dahulu. Sejak proses pengemasan barang hingga konvoi berangkat, ekspresi wajah Robbie tetap aneh. Ia sering melirik ke arah Tang Ji, sehingga Tang Ji yakin bahwa orang yang ditemui atau informasi yang didapat Robbie pasti terkait dirinya.
“Setengah jam yang lalu, saat sedang menyetir pulang, aku bertemu rombongan gerbong. Total enam kendaraan: dua truk dan empat mobil offroad. Semua sudah dimodifikasi, dilengkapi senjata berat. Saat kulihat mereka, sedang memindahkan barang-barang dari sebuah supermarket - perlengkapan hidup. Lalu aku berhenti.” Robbie menyetir mobil offroad sambil berbicara perlahan.
“Kau kenal mereka?” Tang Ji menyela.
“Kau juga kenal!” Robbie tidak menyangkal, menjawab pendek.
“Dia!” Tang Ji langsung paham, berdecak kagum sambil menoleh ke luar jendela mobil.
Hubungan Tang Ji dengan Robbie sebelumnya hanya sekadar kenal, baru benar-benar akrab setelah akhir zaman. Organisasi bersenjata yang sama-sama mereka kenal hanya satu, yaitu kelompok Hillary Clinton. Mereka sudah sampai di New Jersey, lokasi pastinya tidak diketahui Tang Ji. Kalau dipikir-pikir, keputusan Robbie menyuruh Tang Ji pergi memang tepat, khawatir terjadi pertemuan. Karena Tang adalah dokter, sekali bertemu pasti tak bisa lepas. Lagipula Monica juga ada di sana. Permainan saling bunuh antara dia dan Hillary Clinton dulu dihentikan Tang Ji. Jika keduanya bertemu lagi, mungkin akan terjadi kekacauan.
Dua alasan yang membuat Tang Ji harus pergi bagaimanapun caranya.
"Total mereka hampir seratus orang. Dari yang kukenal sekitar belasan, yang benar-benar dekat hanya tiga. Semua kenalan dari Markas besar PBB, sisanya orang asing..." Keheningan cukup lama menyelimuti kabin mobil sebelum Robbie yang menatap jalan di balik kaca depan tiba-tiba berbicara.
Tang Ji yang sedang asyik melamun memandang keluar jendela tertegun sejenak. Perlahan ia menoleh ke Robbie dan bertanya: "Apa maksudmu?"
Robbie diam, dia bahkan diam!
"Kau berhenti dan berbicara dengan mereka? Mendengar kabar apa?" Tang Ji tak tahan mengejar bertanya, dia merasakan Robbie pasti menyembunyikan sesuatu.
"Dia mati!" Bibir Robbie bergerak-gerak, menatap ke luar jendela mobil, lama sekali, baru berbisik pelan dengan suara serak.
"Apa?" Kening Tang Ji berkerut, secara reflek membalas bertanya seolah tak mendengar, padahal dia jelas mendengar, hanya alam bawah sadarnya berharap dia salah dengar.
"Dia mati!" Robbie segera mengulang lebih keras, setelah itu melirik Tang Ji sekilas lalu mengalihkan pandangan. Dia memperhatikan pupil mata Tang Ji mengerut keras seperti tersengat.
Setelah itu, untuk waktu yang sangat lama, keheningan total menyelimuti kabin mobil.
Dalam pengucapan Inggris, "he" dan "she" berbeda. Robbie menyebut seorang wanita yang mati, dan di organisasi Hillary Clinton, satu-satunya yang layak diperhatikan Tang Ji hanyalah Hillary sendiri.
“Jelaskan situasi spesifiknya.” Setelah waktu yang lama, truk telah memasuki wilayah Mount Olive, suara rendah Tang Ji baru kembali terdengar.
“Pada hari kita bebas dari Markas Besar PBB, organisasi pimpinan Hillary mengalami konflik sengit dengan kelompok lokal New Jersey. Kedua pihak menggunakan senjata berat dan memancing datangnya zombie dalam jumlah besar. Akibatnya, organisasi Hillary tercerai-berai. Hillary kehilangan kontak dengan kelompoknya. Setelah pertempuran, orang-orang kepercayaannya pernah mencari dia. Mereka menemukan mobilnya di barat daya Newark yang sudah bertabrakan parah, tapi mayat Hillary tidak ditemukan. Berdasarkan tanda-tanda di sekitar lokasi kecelakaan, dia seharusnya tewas setelah tabrakan. Kaca mobil hancur total. Dia diseret keluar dari dalam mobil oleh zombie... Ditemukan serpihan bajunya dan beberapa daging busuk di sekitarnya...” Robbie menatap keluar jendela dengan pandangan kosong, berbicara perlahan dengan suara berat.
Robby tidak menjelaskan secara gamblang, namun maksudnya Tang Ji paham. Organisasi pimpinan Hillary bertempur dengan kelompok lain, karena munculnya zombie, semua orang berpencar. Hillary menyelamatkan diri sendirian, mengalami kecelakaan mobil, lalu diterkam zombie.
"Siapa yang memimpin organisasinya sekarang?" tanya Tang Ji.
"Tidak jelas, aku tidak bertanya. Mungkin salah satu anak buah dekatnya yang menggantikan posisinya." Robby menggelengkan kepala sambil berkata.
Tang Ji berhenti bicara. Kabin mobil menjadi hening.
Dua mobil beriringan melaju di jalan desa. Saat melewati tepi Danau Budd, mereka kembali berhenti.
Semua orang turun lagi, berkumpul di tepi danau dekat dermaga kecil.
"Kapal itu, kita seret ke atas!" Tang Ji menunjuk sebuah kapal pesiar berukuran sedang yang tertambat di dermaga. Sebenarnya Tang Ji sudah lama ingin membawa pulang sebuah kapal pesiar, tapi sebelumnya terpaksa dibatalkan karena Christine terluka. Setelahnya Tang Ji sendiri juga terluka, sehingga orang lain tidak memikirkan hal ini lagi karena dianggap tidak terlalu penting. Tapi hari ini jumlah anggota kelompok mereka yang besar, secara relatif kekuatan tempurnya lebih kuat, bisa menanggapi serangan zombie dalam jumlah kecil. Jadi sebelum berangkat, Tang Ji sudah menyampaikan rencana menyeret kapal pesiar pulang – semua orang sudah tahu.
Seiring perintah Tang Ji, masing-masing orang mulai melakukan tugasnya; ada yang berjaga-jaga, ada yang menarik kapal. Karena luka Tang Ji belum pulih sepenuhnya, ia tidak ikut menarik kapal. Alih-alih, ia memanggul senapan sambil berjaga, sengaja menjauh ke tepi danau. Ia berdiri di sana menyipitkan mata memandang riak air danau yang berkilauan, menimbulkan kesan aneh. Biasanya dalam situasi seperti ini, Tang Ji selalu yang paling waspada.
"Ada apa dengannya?" Monica yang bertanggung jawab menjaga keamanan karena sedang hamil membawa senjata sambil memandang Tang Ji dari kejauhan. Ia mendekati Robbie yang juga sedang berjaga, bertanya pelan. Sambil bicara, matanya tetap menyapu sekeliling dengan santai.
Monica tahu pasti Robbie telah mengatakan sesuatu pada Tang Ji. Jika tidak, tak mungkin Tang Ji terburu-buru meninggalkan rumah sakit. Zombie di sekitar sana sudah disingkirkan sejak pagi, mustahil kembali secepat ini. Seharusnya area itu aman untuk sementara. Rencana awal Tang Ji adalah mengistirahatkan semua orang, tapi tiba-tiba memilih pergi. Pasti ada alasan penting. Ditambah penampilan Tang Ji yang tidak biasa sekarang, mungkin terkait alasan tersebut.
"Sebelum kembali, aku bertemu anggota organisasi Hillary. Beberapa kenalan lama. Mendapat kabar - Hillary Clinton sudah meninggal!" Kalimat Robbie singkat dan padat. Sambil terus mengawasi sekitar, ia berbicara cepat pada Monica. Tak ada beban baginya membagi informasi ini.
Hubungan Tang Ji dengan Hillary Clinton bukanlah rahasia di Markas PBB. Jadi Robbie tahu pasti ada sesuatu antara mereka. Namun mengenai Monica, Robbie tidak mengetahui konflik yang pernah terjadi antara Monica dengan Hillary. Saat insiden itu, dia tidak bersama kelompok Tang Ji, dan setelahnya pun tak ada yang membocorkan hal ini. Yang dia tahu hanyalah Monica adalah wanita milik Tang Ji, sementara Hillary pernah memiliki hubungan spesial dengan sang pemimpin.
"Oh? Dia mati?" Alis Monica terangkat halus sementara sudut bibirnya sedikit melengkung ke atas, menatap Robbie yang sedang menjawab pertanyaannya.
"Ya! Tewas dalam kecelakaan mobil, lalu bertemu zombie!" Robbie menghela napas panjang sambil menjelaskan.
"Baguslah dia mati!" Senyum Monica semakin berkilauan. Gumamnya yang sebenarnya ditujukan untuk diri sendiri tetap tertangkap telinga tajam Robbie.
Robbie menoleh melihatnya, perlahan menggelengkan kepala lalu memandang ke tempat lain. Tak sepatah kata pun diucapkannya karena ini bukan urusannya. Justru karena ia mengalihkan pandangan, dia tidak menyaksikan senyum di wajah Monica yang tiba-tiba menghilang tanpa alasan.
Monica teringat sesuatu yang membuatnya kesal. Hillary adalah musuhnya, pembunuh bosnya, dan pernah memancing perhatian Tang Ji. Semua itu sebenarnya tak berarti lagi karena si perempuan itu sudah tiada. Masalahnya, setelah kematiannya, Tang Ji yang mengetahui kabar itu berdiri di tepi danau dengan ekspresi membuat Monica semakin geram setiap mengingatnya.
Tentu saja marah pada Hillary. Selama hidup merebut laki-laki, bahkan setelah mati masih membuat orang lain tidak tenang.
"Kawal terus, aku ke sebelah sana!" Monica menarik napas dalam-dalam, menengok sekeliling lalu berbisik pada Robbie. Dengan senjata di tangan, dia berjalan menghampiri Tang Ji.
“Harta karun, ada apa?” Monica berjalan mendekati Tang Ji sambil tersenyum bertanya.
Tang Ji menoleh memandangnya, wajahnya menunjukkan senyum samar, dengan ekspresi normal berkata: "Ada apa maksudmu?"
"Tidak... Hanya melihatmu di sini terlihat aneh, apakah terjadi sesuatu?" Monica tetap menjaga ekspresi wajahnya, pura-pura belum tahu situasi sebenarnya, bertanya sekilas.
"Oh, tidak ada. Aku sedang memikirkan urusan laboratorium. Sebelum pulang kita harus menangkap seekor zombie untuk penelitian..." Tang Ji menggelengkan kepala perlahan sambil tersenyum.
"Oh!" Monica menanggapi singkat, memutar tubuh memandang ke arah permukaan danau.
"Ayo ke sebelah sana, hampir selesai!" Tang Ji merangkul pinggang Monica sambil menunjuk arah Robbie. Keduanya membawa senjata api, menyusuri tepian danau dengan langkah tidak cepat maupun lambat menuju Robbie. Di samping Robbie, beberapa orang lain telah menarik kapal pesiar ke darat dan mengikatnya di atas trailer, sedang mengikat tali.
"Kamu masih memikirkan dia?" Monica berjalan berdampingan dengan Tang Ji, tiba-tiba bertanya.
Tang Ji menghentikan langkahnya, menoleh memandangnya dengan keningnya berkerut sedikit, terus menatap tanpa berkata-kata. Orangnya sudah tiada, ia sungguh tak ingin Monica terlalu keterlaluan.
"Hm... Aku bersalah!" Monica menundukkan kepala sambil batuk kecil, mengangkat tangan merapikan rambut di dahinya, berkata dengan suara rendah.
Tang Ji meremas rahang bawah Monica, mendekat dan mencium bibirnya, berbisik menjawab: "Aku merindukannya!" Setelah berkata, kembali melilitkan pinggang Monica dan berjalan ke samping trailer.
"Aku yang menyetir!" Robbie melihat Monica dan Tang Ji kembali, berkata singkat lalu berjalan cepat menuju jalan raya di sebelah.
Tak lama kemudian, Robbie tiba di tepi danau mengendarai Mercedes G-Wagon. Beberapa orang menghubungkan trailer dengan tali pengikat ke truk. Monica mengemudikan truk offroad untuk menyeret trailer ke jalan raya. Kemudian mereka memisahkan trailer dari mobil offroad, memposisikan truk di depan trailer, dan memasang trailer di belakang truk.
Alasan tidak langsung menurunkan truk untuk menarik trailer adalah karena kemiringan lereng dari jalan raya ke tepi danau cukup curam. Jika truk turun, guncangannya akan terlalu besar sehingga peralatan medis di dalam pasti akan kacau.
"Berangkat!" Di kabin truk, Tang Ji yang duduk di kursi penumpang depan memegang walkie-talkie dan memberi perintah.
Mobil offroad melaju di depan truk menyusuri jalan desa menuju selatan Mount Olive. Truk mengikuti dari belakang dengan kecepatan stabil. Dengan kecepatan sekarang, diperkirakan masih membutuhkan waktu minimal satu setengah jam untuk mencapai tujuan.
Hari ini tidak tahu kenapa, sebelumnya Tang Ji selalu menghindari zombie agar tidak ketahuan, namun sekarang dia justru ingin bertemu zombie karena perlu menangkap yang hidup. Tapi sepanjang jalan ternyata bahkan satu pun zombie tidak ditemui, entah ini nasib baik atau nasib sial.
"Mau tidak coba masuk ke dalam untuk mencari?" Melihat dua mobil hampir meninggalkan kota dan masuk ke area yang dipenuhi pepohonan, Robbie mengusulkan. Dia memperhatikan Tang Ji terus memandang keluar jendela mobil, jelas terlihat agak panik.
Aum... Hush krak... Aum...
"Muncul!" Tang Ji mendengar jeritan hantu dan lolongan serigala zombie di luar jendela, tepat setelah Robbie selesai bicara.
Zombie yang muncul total empat ekor, berhamburan menuju dua mobil yang sedang melaju dari arah berbeda. Meski kecepatan kedua mobil tidak terlalu tinggi secara relatif, tetap cukup cepat untuk meninggalkan zombie. Kedua mobil tidak berhenti. Perlahan, satu zombie yang menyerbu tabrakan hingga tewas, sementara lainnya terlempar ke belakang mobil dengan jarak semakin menjauh.
"Berhenti!" Tang Ji mengambil walkie-talkie dan memberi perintah ke Monica yang sedang mengemudikan mobil offroad di depan.
Zombie humanoid hampir tak mungkin tiba-tiba muncul dalam jarak ekstrem. Karena dari kejauhan, mereka akan mendengar suara dan mendeteksi korban selamat terlebih dahulu. Meski berlari cepat, mereka tetap memberi jeda waktu bagi para penyintas untuk bereaksi.
Monica memutar setir dengan kasar, menghindari jalan, lalu mengerem mendadak. Alasan melakukan ini adalah truk tidak boleh melakukan pengereman darurat demi mencegah kerusakan peralatan di dalamnya. Truk dengan cepat melampaui mobil offroad, memperlambat kecepatan, dan akhirnya juga berhenti.
Mobil offroad berhenti melintang di tengah jalan raya. Pintu-pintu mobil dengan cepat dibuka. Qiang yang duduk di kursi penumpang depan turun sambil membawa senjata berlaras tebal. Di sisi lain, Monica mengarahkan shotgun-nya lalu turun dan berdiri di samping Qiang. Orang lain tetap tinggal di dalam mobil.
Tiga zombie tersisa berlari kencang menuju mereka sambil mengeluarkan deruan penuh semangat.
Bum!
Bum!
Monica melepaskan dua tembakan akurat yang menjatuhkan dua zombie.
Qiang juga mengangkat senjata khususnya dan menekan pelatuk.
Plaaak... Plak!
Dari senjata unik itu terlempar jaring yang menyelubungi zombie terakhir.
