Pagi setelah badai salju, langit biru nan luas, angin menggulung salju berputar-putar. Di area kosong besar dalam kompleks, pemandangan putih salju menyelimuti, salju setebal setengah chi menenggelamkan pergelangan kaki. Setiap langkah mengeluarkan suara kreek-kreek.
Di dalam kompleks, menyusuri jejak kaki di sepanjang tembok pagar yang tertutup salju. Berlari di hamparan salju memang sulit, tetapi Tang Ji tidak menyerah pada lari pagi hari ini. Meski lebih melelahkan, ini melatih fisik. Musim dingin masih panjang, ia harus beradaptasi dengan musim dingin pertama setelah akhir zaman ini.
Suhu minus sepuluh derajat, ini suhu pagi buta yang sangat dingin. Namun Tang Ji tidak mengenakan pakaian tebal, masih karena alasan yang sama: musim dingin perlu diadaptasi.
"Hush!" Jeritan hantu zombie yang tiba-tiba bergema membuat Tang Ji yang sedang berlari sambil merenungkan sesuatu kaget terbangun. Jantungnya berdegup kencang. Ia berhenti dan menoleh ke sisi selatan kompleks, sumber lolongan zombie berasal dari hutan di luar tembok selatan.
Posisi Tang Ji saat ini dekat tembok utara. Untuk menyelidiki sisi selatan, ia harus menembus seluruh kompleks lalu keluar ke area luar. Berhenti berlari, napasnya terengah-engah. Kabut putih mengitari bibirnya, bagian syal di dekat mulutnya dipenuhi embun putih tipis.
Tang Ji menengadah melihat pohon yang sarat salju tak jauh darinya. Ranting-ranting di tajuk pohon bergoyang tertiup angin - hari ini bertiup angin utara.
Gemerisik... Ciiiit...
Duke menunjukkan kegelisahan, mondar-mandir di hadapan Tang Ji dan meninggalkan jejak sepatu di hamparan salju di sekitarnya. German Shepherd memiliki ketahanan yang sangat kuat terhadap dingin. Meskipun Duke belum layak disebut anjing dewasa, tapi juga bukan anak anjing. Ia mampu beradaptasi dengan lingkungan musim dingin lebih cepat daripada manusia. Suhu minus sepuluh derajat sama sekali tidak menjadi masalah bagi Duke.
Duke mendengar raungan marah zombie yang jaraknya tidak terlalu jauh, tapi belum bisa mencium baunya karena faktor arah angin.
Rawr! Hush krak!...
Kembali terdengar suara menderu aneh, bukan hanya satu tapi beberapa kali. Masih dari selatan, tapi dengan arah yang berbeda dari sebelumnya.
"Bangun semua, zombie datang, cepat!" Waktu ini masih terlalu pagi, langit belum sepenuhnya terang. Orang lain masih tidur. Tang Ji menatap langit, lalu menekan earphone di telinganya dengan satu tangan. Suaranya tidak tinggi maupun rendah: "Bicara." Kemudian sambil menggiring Duke, ia mulai merambah hamparan salju. Belum berjalan beberapa langkah, rantai anjing yang ditariknya sudah dilepas. Dari dalam baju di pinggang belakang, dicabutnya pistol. Lalu dari pelukan, dikeluarkannya peredam suara pistol yang dipasang di ujung laras.
Zombie muncul dari hutan, menerjang keras ke tembok kawat besi. Tembok bergoyang kasar. Kedua tangan zombie berkuku panjang mencengkeram kawat besi. Sambil mengaum ke arah Tang Ji di dalam kompleks, mereka menggoyangkan kawat besi dengan kasar. Sedikit salju yang menggantung di atasnya berjatuhan berguguran.
Segera setelahnya, zombie kedua menerjang keluar dari hutan, menabrak tembok pagar. Dengan gerakan serupa mencengkeram pagar dan menggoncang-goncangkannya, mereka terus memekik ke arah dalam kompleks. Kedua zombie itu jelas-jelas telah melihat Tang Ji, terlihat sangat bersemangat secara abnormal.
Jarak dari tembok utara kompleks ke tembok selatan adalah 90 meter. Tidak butuh waktu lama untuk mencapainya dengan berjalan kaki. Setelah dilepaskan oleh Tang Ji, Duke kembali diberi isyarat untuk berjongkok di tanah. Beberapa kali anjing itu berusaha bangun dan kabur, namun selalu dihentikan oleh tatapan tajam Tang Ji yang sesekali menoleh ke belakang.
Rasa takut Duke terhadap zombie harus dihilangkan. Untuk tujuan ini, Tang Ji pernah melatihnya di laboratorium bawah tanah. Di kedalaman paling dalam fasilitas itu, tersimpan seekor zombie yang dirantai.
Semakin banyak zombie mulai muncul, dalam waktu singkat sudah ada dua puluh ekor. Raungan marah masih terdengar dari hutan sebelah selatan, terus mendekati kompleks. Zombie yang sudah muncul tidak berada di posisi yang sama. Meskipun semua menggoyangkan tembok kawat besi, mustahil untuk merobohkan tembok sepanjang 90 meter di satu sisi hanya dengan 20-30 zombie yang muncul dalam waktu singkat ini.
Tang Ji merambah seluruh kompleks. Ia berhenti 5 meter sebelum tembok, lalu berbalik. Mengangkat lengan yang mencengkeram pistol, mengarahkan ujung laras ke zombie di luar kompleks. Ia menyusuri tembok ke arah barat sambil terus menekan pelatuk.
Zombie melihat Tang Ji berada sangat dekat, energi mereka mendidih sepenuhnya. Beberapa mencoba mendaki kawat besi, tapi itu mustahil. Mereka sama sekali tidak bisa naik.
Hah! Hah! Hah! Hah!…
Dentuman senjata bergema, setiap kali tembakan meletus, selalu disusul suara benda berat terjatuh ke tanah. Tang Ji masih tetap tenang seperti biasa, tanpa sedikitpun kepanasan atau ketidakstabilan. Tatapan matanya yang tak bergelombang terlihat seperti mesin, atau pembunuh bayaran berpengalaman. Ia berjalan perlahan di hamparan salju, memiringkan kepala sambil mengamati zombie di balik kawat besi. Lengan yang menggenggam senjapa tak sedikitpun gemetar, jarinya terus-menerus menarik pelatuk.
Menyerang target sebesar kepala manusia, dengan pengalaman setahun di akhir zaman ini, Tang Ji tak punya alasan untuk meleset. Kiamat memaksa manusia berkembang, dan Tang Ji pun aktif mengasah diri. Saat ini kemampuan menembaknya mungkin belum bisa dibilang luar biasa presisi, tapi setidaknya bukan lagi pemula seperti saat kiamat baru meletus. Robbie saja bisa menembak zombie dari jarak 40-50 meter tanpa meleset dengan pistol. Meski Tang Ji tak sehebat dia, untuk jarak 5 meter, benar-benar tak ada alasan baginya untuk melakukan kesalahan.
Saat Tang Ji menghabiskan magazen pertamanya, akhirnya seseorang menerobos keluar dari villa, yaitu Basong dan Jason yang tinggal di lantai satu, diikuti Robbie dan Sarah dari lantai dua yang juga muncul.
Pada saat itu, Tang Ji telah membunuh 12 zombie. Ia menggunakan pistol M9 alias Colt Beretta M92F yang telah digunakan militer AS selama hampir 30 tahun, namun tetap memiliki masalah yang belum terpecahkan - alasan mengapa masyarakat sipil lebih menyukai pistol generasi sebelumnya Colt M1911A1. Masalah pengisian peluru: magazen M9 berkapasitas 15 butir, namun ketika diisi penuh sering menyebabkan magazen terjebak pegas sehingga suplai peluru tidak lancar.
Karena itu, magazen yang seharusnya bisa memuat 15 butir peluru hanya diisi 12 butir oleh Tang Ji. Bukanlah ahli sejati seperti Robbie dan Monica yang bisa menyetel senjatanya dengan sempurna - Tang Ji tidak memiliki kemampuan itu.
Belasan zombie mati, tetapi jumlah zombie di luar tembok kawat besi bukannya berkurang malah bertambah, sebab di hutan masih terus ada zombie yang keluar berlarian.
Orang lain juga berlari ke tepi tembok, melepaskan tembakan - semuanya menggunakan pistol. Karena ini keadaan darurat dan kedatangan zombie yang tiba-tiba, semua orang yang tidak siap terpaksa menghabisi mereka dengan pistol. Pertimbangan tentang pemborosan amunisi sudah tidak masuk dalam skala, sepenuhnya dianggap sebagai latihan menembak dengan peluru tajam.
Pembantaian sebaliknya tidak berlangsung lama, hanya beberapa menit waktu pertempuran sebelum secara resmi berakhir. Lebih dari tujuh puluh zombie telah dibantai habis. Setelah raungan zombie pertama muncul, Tang Ji mulai menilai situasi melalui gema raungan zombie yang saling bersahutan. Dia menyimpulkan jumlah zombie tidak akan terlalu banyak, sehingga berani berjalan ke tepi tembok untuk "bersantai-santai" membunuh mereka. Faktanya memang demikian - jumlah zombie yang datang kali ini benar-benar tidak banyak, hanya lebih dari tujuh puluh yang sudah terbunuh ini.
Meski demikian, pertempuran dimenangkan dengan mudah, prosesnya bahkan tak layak disebut berbahaya. Tapi hati setiap orang terasa berat, tidak ada sedikitpun perasaan senang. Masalah sebenarnya bukan pada berapa banyak jumlah mereka atau apakah bisa diatasi dengan mudah, melainkan... Mengapa mereka datang?
Di desa, dua gelombang zombie berturut-turut merambah setengah hutan, dari kota hingga pusat hutan, muncul di tempat persembunyian manusia. Jarak antar kedatangan hanya dua minggu saja. Jika disebut kebetulan, itu terlalu kebetulan. Dari situasi kedatangan gelombang pertama, semua orang bisa melihat ini bukan kebetulan. Mereka datang ke sini karena alasan tak dikenal.
“Kecepatan mereka melambat, suhu udara rendah dan hamparan salju memengaruhi kecepatan mereka. Suhu tubuh mereka sangat rendah, otot-otot mulai mengeras lagi karena dingin.” Di luar pintu gerbang sebelah selatan kompleks, Tang Ji berjongkok di samping mayat zombie sambil menekan-nekan tubuh kotor zombie itu, menundukkan kepala sambil menganalisis: "Sebagian temuan ini didapat dari pengamatan saat zombie-zombie itu masih hidup sebelumnya."
Setelah berbicara, Tang Ji mengambil segenggam salju bersih di sebelahnya, menggosok-gosokkan ke tangan untuk membersihkan sedikit kotoran yang menempel. Ia mengibaskan tangan lalu mengenakan sarung tangan sebelum berdiri.
Di belakangnya, sebagian besar orang yang beberapa menit lalu masih beristirahat di villa telah keluar. Belasan orang berpencar - sebagian bertugas berjaga-jaga, sementara yang lain memandangi Tang Ji.
“Tang, ingat perjanjian dua minggu lalu kita?” Mulut Jenderal Qiang mengeluarkan asap putih, menundukkan kepala memandang Tang Ji dengan serius. Postur tubuhnya terlalu tinggi, sehingga untuk melihat semua orang di sini harus terus menunduk.
Tang Ji mengangkat kepala sejenak memandang Jenderal Qiang, lalu menunduk sambil menepuk-nepuk salju di pahanya dengan tangan yang masih mengenakan sarung tangan. "Nanti setelah kembali, aku akan melakukan pengumpulan darah terakhir," ujarnya sambil mengangkat kepala kembali, membuat gerakan memotong leher dengan jari ke arah Jenderal Qiang. Tiba-tiba ia berbalik badan, mengangkat tangan menunjuk ribuan mayat zombie yang berserakan mulai dari sampingnya hingga sepanjang tembok barat, "Bakar semuanya!"
Tang Ji mengambil kembali rantai anjing dari tangan Christine. Setelah berciuman dengan Manila, ia membawa Duke kembali ke laboratorium. Cuaca belum sepenuhnya terang, namun orang lain terpaksa mulai membersihkan mayat-mayat zombie ini. Untungnya kali ini jumlah tubuh zombie tidak terlalu banyak. Mengangkutnya ke persawahan 100-200 meter jauhnya tidak memakan banyak waktu. Membersihkan area kecil di persawahan, menumpuk mayat, menyiram bensin, dan menyulutnya - seluruh proses ini hanya memakan waktu tiga puluh menit saja.
Meskipun sekarang musim dingin, sekalipun mayat-mayat ini dibuang ke hutan, mereka hanya akan membeku. Tidak akan membusuk mengeluarkan bau busuk, juga tidak mencemari lingkungan sekitar. Namun musim semi pasti akan tiba cepat atau lambat. Saat itu tiba, tetap harus membersihkan mayat-mayat ini. Hal seperti ini toh harus dikerjakan juga nanti. Tentu lebih baik diselesaikan sejak dini.
Setelah mayat-mayat itu terbakar dengan nyala dahsyat, Robbie dan Basong mendapatkan pemberitahuan dari Tang Ji. Mereka datang ke laboratorium Tang Ji. Tak lama kemudian, ketiganya bersama-sama mengangkut mayat zombie dengan permukaan tubuh halus tanpa luka sedikitpun, berwarna abu-abu keputihan yang bahkan terlihat sedikit kristal keluar dari laboratorium. Itulah mayat zombie yang selalu digunakan Tang Ji untuk uji coba. Mayat ini terlihat jauh lebih kurus dibandingkan zombie-zombie di luar. Tang Ji membunuhnya dengan menusukkan golok dari mulut, tapi tidak menembus keluar dari ubun-ubun. Ia hanya ingin membunuhnya saja, bukan menghancurkan seluruh kepala. Cukup melukai sebagian kecil saja sudah cukup untuk mematikannya.
Zombie tidak memiliki detak jantung, tidak ada siklus peredaran darah, dan tekanan darahnya sangat rendah. Jadi meskipun zombie yang dibunuh itu mengeluarkan darah dari mulut, darahnya tidak memuntahkan keluar. Itu sebabnya mayat itu terlihat tetap bersih.
Robbie dan Basong masing-masing mengikat tali di pergelangan kaki zombie, menyeretnya di hamparan salju menuju persawahan yang berjarak lebih dari seratus meter. Sementara Tang Ji, sambil menggandeng Duke, kembali berlari mengelilingi kompleks. Setelah tiga putaran dan menghindar dari beberapa bola salju Christine, Tang Ji yang terengah-engah akhirnya kembali ke laboratorium.
Penelitian Tang Ji tetap menjadi misteri. Meski telah dijelaskan dengan panjang lebar menggunakan terminologi teknis, semua orang akhirnya menyerah memahami. Yang mereka tahu hanyalah risetnya tentang antibodi virus zombie pada hewan dengan Duke sebagai subjek utama. Namun detail metodologi penelitiannya tetap kabur bagi mereka.
"Whoosh!" Tang Ji menghela napas lega saat memasuki laboratorium. Dengan menyalakan semua lampu di pintu masuk, ia menembus pintu pagar berlapis lalu mengikat Duke di sana.
Di laboratorium bawah tanah sudah tidak ada zombie, namun Tang Ji berhasil mencabut sekitar 10 kilogram darah dari jenazah tersebut, hampir mengeringkan seluruh darah di tubuh zombie. Darah tersebut dibagi ke dalam 25 kantong darah, masing-masing berisi sekitar 400CC darah zombie. Karena darah zombie berbeda dengan darah manusia biasa, Tang Ji tidak menggunakan metode penyimpanan konvensional. Ia menempatkan kantong-kantong darah tersebut ke dalam inkubator kultur dengan suhu dan kelembaban stabil, tanpa menambahkan antikoagulan. Dalam lingkungan tertentu, darah zombie tidak akan membeku seperti darah manusia biasa.
Setelah masuk ke laboratorium, Tang Ji melepas jas luarnya. Setelah mandi, ia mengganti jas lab putih dan berjalan ke area terdalam laboratorium. Di atas meja eksperimen, ia membuka sebuah koper warna perak-abu yang berisi sembilan suntikan model kecil. Setiap suntikan terisi separuh dengan cairan transparan.
Berdasarkan penomoran, Tang Ji mengambil suntikan bernomor 7, mencabut tutupnya, mengeluarkan udara di dalamnya, lalu berbalik menghampiri Duke.
Duke yang berdiri di pintu pagar berlapis langsung bersikap manis. Tubuhnya merebah di tanah, ekor yang bergoyang pun diam, mata besarnya menatap ke atas ke arah Tang Ji dengan tatapan yang bisa disebut "bergairah".
Melihat Tang Ji membawa suntikan, Duke tahu apa yang akan terjadi. Bukan pertama kalinya ini. Ia sadar tidak bisa menghindar. Awalnya sangat takut Tang Ji akan menyakitinya, tapi perlahan rasa takut itu hilang karena ia tahu setelah sedikit sakit, akan ada makanan enak.
Tang Ji berjongkok di samping Duke, menemukan area berbulu sedikit, lalu menusukkan suntikan ke dalamnya. Cairan dimasukkan ke tubuh Duke. Setelah mencabut suntikan, ia menepuk kepala besar Duke dan memberikan beberapa kaleng ikan untuknya.
Mengeluarkan shotgun, mengisi peluru, Tang Ji asal meletakkan senjata di meja eksperimen, berbalik lalu berjalan lagi ke bagian terdalam laboratorium - kandang besi tempatnya tidur di sebelah kanan pada malam hari.
Sebuah ranjang, meja samping tempat tidur, lemari pakaian, lemari penyimpanan, brankas. Ruang dalam kandang besi tidak luas, namun barang-barang yang ditata tidak sedikit. Di tembok masih menggantung beberapa baju, di atas meja samping tempat tidur terdapat laptop serta foto bersama Tang Ji dengan Monica dan Manila.
Tang Ji masuk ke kandang besi dan menutup pintu, berjalan ke tepi ranjang lalu duduk. Ia mengambil bingkai foto dan memeriksanya. Latar belakang foto tersebut adalah sebuah sofa. Tang Ji duduk di sofa dengan Monica di atas pahanya, menatap lensa kamera sambil menyembulkan bibir untuk mencium pipinya. Manila berdiri di belakang sofa, memeluk leher Tang Ji sambil menatap lensa dan mencium pipi sebelahnya yang lain.
Wajah Tang Ji menunjukkan senyum samar, mengembalikan bingkai foto ke meja samping tempat tidur. Ia berbalik turun dari ranjang dan berjongkok, memasukkan password untuk membuka brankas di hadapannya. Dari dalam brankas, ia mengeluarkan botol kaca transparan berisi cairan jernih. Botol kecil itu bertuliskan label "Glukosa Intravena, 100ml" dalam bahasa Inggris. Tang Ji langsung membuka tutup botol, menarik napas dalam-dalam dua kali untuk menenangkan diri, lalu menengadah dan perlahan meminum seluruh isi botol glukosa itu.
Glukosa Intravena dapat diberikan melalui injeksi intravena untuk suplai energi dan cairan tubuh. Bisa juga dikonsumsi langsung, dengan efek suplai energi yang sama.
Menghabiskan cairan glukosa dalam botol, Tang Ji asal meletakkan botol di atas meja samping tempat tidur. Ia kemudian mengambil sebuah buku harian dan pulpen dari laci di bawah meja tersebut. Setelah memutar tubuhnya, ia berbaring di ranjang sambil mengatur bantal agar punggungnya bisa bersandar. Saat membuka buku harian itu, terlihat bekas robekan pada banyak halaman di bagian dalam. Buku yang seharusnya tebal itu kini terlihat lebih tipis.
Tang Ji membalik buku harian hingga menemukan halaman terbersih yang belum terisi, lalu mulai menulis di sana.
Dua setengah jam kemudian.
Tang Ji yang masih terbaring menatap langit-langit dengan pandangan kosong tiba-tiba mengangkat tangan secara bawah sadar. Matanya yang kosong kembali fokus. Setelah melihat jam tangannya, ia mengambil buku harian yang tergeletak di tubuhnya dan meletakkannya di lemari samping, lalu turun dari ranjang.
Pertama-tama ia menengok Duke. Anjing itu masih seperti biasa, asyik menggigit mainan anjingnya sambil terlihat sangat menikmatinya.
Tang Ji berjalan melewatinya, meraba kepala anjing itu, lalu memasuki kamar mandi di bawah tangga di samping. Tak lama kemudian, terdengar desiran aliran air dari kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, Tang Ji keluar sambil telah berganti baju yang layak dipakai ke luar.
Menjaga Duke tetap di laboratorium, Tang Ji menyendiri ke luar. Suasana di luar ramai, belasan orang sedang membersihkan salju. Tampaknya mereka sudah bekerja lama namun belum juga selesai. Kompleks ini terlalu luas. Sesekali beberapa bola salju melintas di langit - itu Christine, Megan, dan beberapa gadis kecil lain yang kerap bermalas-malasan saat kerja bakti, terkadang saling melempar bola salju.
Di antara mobil-mobil di kompleks itu sebenarnya ada mesin pembersih salju. Jika digunakan, proses pembersihan akan lebih cepat. Tapi itu tak dipakai. Membersihkan salju secara manual memang lebih melelahkan, tapi bisa dianggap sebagai latihan fisik.
“Hai! Sayang!” Teriakan Manila terdengar di belakang, Tang Ji yang sedang berjalan keluar menoleh ke arah suara tersebut.
Plak! Sebuah bola salju menepuk wajah Tang Ji.
“Oh Tuhan, pantas mati... ahem... ahem...” Tang Ji menutupi mukanya lalu berjongkok.
“Ya ampun, harta karun apa kabarmu?” Manila berlari panik mendekati Tang Ji, dengan wajah grogi berjongkok sambil berkata gugup: “Kau baik-baik saja? Oh sayang, ini bukan sengaja...” Dia hanya ingin bercanda dengan Tang Ji, tak menyangka akan mengenai tepat sasaran.
“Aku baik-baik, tidak apa... ahem... ahem...” Tang Ji membersihkan salju di wajahnya sambil batuk-batuk lalu berdiri.
……
Waktu berlalu dengan cepat, tahun-tahun menerobos melintasi.
Hidup di akhir zaman terus berlanjut. Kehidupan selama musim dingin tidaklah mudah. Seteu kehangatan dan kebahagiaan awal yang dibawa salju, musim dingin ini hanya menyisakan dingin yang menusuk. Musim dingin New Jersey dimulai dari bulan November dan baru berakhir di April tahun berikutnya.
Lima hingga enam bulan musim dingin jelas merupakan periode yang panjang. Mempertimbangkan masalah keselamatan, seluruh penghuni villa tepi danau tidak keluar rumah selama musim dingin. Mereka merayakan Hari Thanksgiving, Natal, menyambut Tahun Baru, dan merasakan dingin ekstrem minus tiga puluh derajat Celsius di Februari - suhu yang seharusnya tidak muncul di musim dingin New Jersey.
Di akhir zaman, penurunan drastis aktivitas manusia menyebabkan anomali iklim terjadi.
Kehidupan musim dingin selama beberapa bulan ini tidak berjalan mulus. Zombie! Zombie muncul lagi! Dari November hingga Maret 2016, zombie muncul dua kali lagi, masing-masing pada Desember dan Januari. Jumlahnya tidak lebih dari seratus ekor, dan tidak mempengaruhi atau melukai penghuni di sini. Alasan kemunculan mereka tidak diketahui. Mungkin, mereka benar-benar hanya lewat dan menemukan keberadaan manusia. Atau, alasan yang lebih mengerikan - mereka mulai belajar mengamati.
Lima bulan kemudian, pada 17 Maret 2016, hari ini adalah ulang tahun Tang Ji.
