"Monica! Manila! Sayang, ada siapa di situ?"
Dentang langkah yang tergesa-gesa terdengar saat Tang Ji berlari sambil berteriak dengan ekspresi wajah yang panik. Di lantai tiga kamar Megan, banyak orang berhamburan keluar. Melihat sikap Tang Ji yang seolah terjadi masalah besar, mereka pasti ingin ikut melihat.
"Sial… sial!" Tang Ji menghantamkan kepalan tangannya ke dinding di pintu tangga lantai dua, lalu turun dengan langkah ekstrem ke bawah. Tang Ji menerjang masuk ke ruang tamu villa yang kosong tak berpenghuni. Setelah melirik sekilas, ia langsung berlari ke luar tanpa berhenti.
Setelah keluar dari villa, Tang Ji berlari memutari sisi bangunan menuju garasi. Ia berjongkok dan mencoba menarik pintu logam ruang bawah tanah, namun terkunci. Dengan cepat ia meraba-raba saku bajunya, mengeluarkan seikat kunci, dan dengan akurat menemukan kunci pintu terluar bawah tanah dalam cahaya redup. Tang Ji memasukkannya ke lubang kunci dan membuka pintu logam tersebut.
Pada saat Tang Ji membuka pintu, orang-orang yang tertinggal di belakangnya dan mengejarnya juga telah sampai di samping Tang Ji.
Tang Ji menarik pintu terbuka, langsung melompat ke bawah. Ia terhuyung-huyung di tangga, mencengkeram sandaran tangan sambil berlari turun. Orang-orang di pintu ragu sejenak, lalu ikut masuk.
Setelah menuruni tangga, ia sampai di depan pintu pagar berlapis ruang bawah tanah sambil menghela napas kasar. Tiba-tiba ia tak lagi terburu-buru. Memandang pemandangan di dalam ruangan, ia menepuk dahinya sendiri, menutup mata lalu berbalik menghadap pintu tangga. Beberapa kali menarik napas dalam-dalam, perlahan napas beratnya mulai teratur. Kembali berbalik, menghadap pintu pagar, mengeluarkan kunci dan membuka gemboknya.
Di dalam laboratorium bawah tanah, tepat di bagian tengah, Monica berdiri di sebelah lemari arsip besar dengan perut buncit. Pintu lemari arsip terbuka, beberapa folder sudah dikeluarkan dan diletakkan di meja bawah. Monica menunduk, memegang folder hitam di tangannya sambil terus membaca. Ketika Tang Ji turun tangga, dia hanya mengangkat kepala memberikan tatapan dingin sebentar sebelum kembali menunduk.
"Hei! Harta karun, sedang baca apa? Bukannya sudah kubilang jangan kemari? Mau pergi tidak? Aku masih ada kerjaan..." Tang Ji menembus pintu pagar berlapis, berlagak santai sambil mendekati Monica perlahan. Suaranya datar, di hatinya berharap Monica belum melihat konten yang tak ingin dia perlihatkan.
Orang-orang yang mengikuti Tang Ji ke basement berhenti di luar pintu pagar setelahnya masuk. Christine masih terlihat khawatir melambaikan tangan ke Duke sebelum kembali memandang ke dalam.
Setelah Tang Ji selesai berbicara, Monica tidak segera menanggapi. Ia terus menunduk melihat folder, membalik halaman demi halaman. Baru ketika jarak antara mereka tersisa dua meter, Monica mengangkat kepala dengan wajah muram. Ia melepas sampul plastik folder dan membuangnya sembarangan ke lantai. Semua dokumen di dalamnya diambilnya, digenggam erat sambil menatap Tang Ji: "Apa ini?"
Ekspresi Tang Ji berusaha keras menunjukkan senyum, namun tatapan dan raut wajah Monica membuatnya mengendalikan diri. Ia tahu Monica telah menemukan sesuatu. Langkahnya terhenti. Kepala ditundukkan sebentar lalu diangkat kembali: "Itu... berkas?" ujarnya dengan nada datar.
Plak!
Tumpukan folder tebal itu menghantam wajah Tang Ji, terpental, berpencar, lalu berhamburan melayang ke lantai.
“Aku tahu itu berkas sialan, yang kutanyakan itu berkas APA?” Monica meletus di saat yang sama ketika melempar berkas tadi, berteriak histeris ke arah Tang Ji sambil air mata tiba-tiba mengalir deras. Dia adalah wanita yang sangat-sangat kuat, dan jarang sekali menekan dirinya sendiri. Sulit dibayangkan, apa sebenarnya yang dilihatnya hingga membuatnya seperti ini, apalagi yang berdiri di hadapannya adalah Tang Ji - kekasihnya, ayah dari anak dalam kandungannya.
Pada detik terakhir sebelum berkas mengenai wajahnya, Tang Ji menutup mata. Ia berdiam tak bergerak di tempat, tak melakukan aksi menghindar atau tameng. Membiarkan folder itu menghantam mukanya. Di tengah deru amarah Monica, ia membuka mata lagi. Menoleh tajam ke arah lain, jakunnya bergerak seolah ingin batuk kecil. Tapi tak ada suara yang keluar. Ia menoleh kembali, memandangi Monica yang sedang menopang folder dengan satu tangan. Perut besarnya bergerak-gerak, wajahnya basah air mata, menyiratkan duka dan amarah. Dengan lembut ia berkata: "Ini log pekerjaan!"
Log pekerjaan, catatan rutin operasional. Di dalamnya tercatat semua urusan penting yang telah dilakukan Tang Ji sejak uji coba dimulai. Awalnya Tang Ji menaruh log itu di sudut lemari arsip. Ia tak mengerti apa yang mendorong Monica bisa menemukannya secepat ini.
"Oh Tuhan!" Laura yang berdiri di luar pintu pagar berlapis sambil menopang pintu dengan satu tangan, segera memegangi mulutnya dengan tangan satunya sambil berteriak kaget. Tak bisa menahan diri lagi, perlahan ia menembus pintu besi dan masuk ke laboratorium, lalu mempercepat langkahnya menuju Monica.
Perasaan khawatirnya memuncak. Monica yang akan segera melahirkan dalam beberapa hari ini justru sedang meledak amarah terhadap Tang Ji di laboratorium. Apapun kesalahan Tang Ji, Laura tidak ingin Monica bertindak seperti ini. Di sisi lain, ia juga cemas kalau-kalau Tang Ji bertindak impulsif - semua ini bisa memicu masalah. Monica yang tidak hamil adalah pembunuh bayaran yang menakutkan, namun sekarang Monica sangat rentan.
Seiring masuknya Laura, Qiang'en juga segera menyusul. Meski yang lain ragu-ragu di hati, mereka perlahan memasuki laboratorium. Apakah laboratorium benar-benar seberbahaya itu? Mereka tidak tahu. Namun dalam setengah tahun terakhir, banyak orang pernah masuk ke dalam untuk memperbaiki peralatan atau memindahkan barang, dan tak pernah ada masalah. Alasan mereka tetap di luar sebelumnya bukan karena takut ada sesuatu di dalam, melainkan karena mematuhi peraturan Tang Ji. Tapi dalam situasi seperti ini, peraturan itu sementara sudah tidak relevan lagi.
Usai Tang Ji bicara, Monica terus melotot padanya dengan air mata berderai. Tubuhnya gemetar karena emosi yang meluap.
"Anakku..." Laura bergegas mendekati Monica sambil memanggil penuh kekhawatiran, seolah ingin menopangnya. Cynthia yang pernah melahirkan mempercepat langkah, menyusul Laura, sehingga mereka bisa mencapai sisi Monica hampir bersamaan.
Monica tiba-tiba berbalik dan berjalan ke bagian terdalam laboratorium. Laura sekali lagi memanggil dengan cemas, mengejarnya, dan menangkap lengan Monica, namun tak berani menariknya, hanya membiarkan Monica terus berjalan maju.
Tang Ji tetap berdiri di tempatnya, tidak mendekat—atau mungkin bisa dikatakan, tidak berani mendekat. Dia takut gerak-geriknya akan kembali memicu amarah Monica. Tang Ji hanya bisa berdiri diam, mengangkat tangan menutupi dahinya, menunduk dalam kesunyian.
Orang-orang lain mendekati Tang Ji. Tak ada yang menghiburnya karena mereka bingung apakah pantas melakukannya. Bahkan Robbie pun tak tahu harus berbuat apa. Ia berjongkok mengambil selembar kertas log pekerjaan, matanya menyapu sekilas isinya, namun tak menemukan masalah apa pun yang pantas membuat Monica mengamuk.
Tanggal pada kertas itu tertulis 28 September 2015. Konten utamanya adalah injeksi virus zombie dosis kecil ke tubuh Duke, disertai beberapa reaksi anomali yang ditunjukkan Duke. Tak ada catatan lain selain itu.
"Oh... Langitku..." Jason yang berada di samping tiba-tiba mengeluarkan teriakan rendah, kemudian mengangkat tangan sedikit menutupi mulutnya. Matanya melotot menatap kertas yang dipegangnya - satu halaman log pekerjaan yang baru saja diambilnya. Ia telah melihat, dan kini mengerti alasan kemarahan Monica.
"13 Oktober 2015, olahraga setengah jam meningkatkan kecepatan sirkulasi darah. Pukul tujuh pagi menyuntikkan 0.6 gram darah zombie ke dalam tubuh Duke, menyuntikkan 0.8 gram darah zombie ke anatomi tubuh manusia..." Ini adalah kalimat "menyilaukan" yang dibaca Jason dalam berkas, hampir bisa disebut sangat provokatif.
Anatomi tubuh manusia - frasa singkat yang tak menyebut nama. Namun semua uji coba Tang Ji dilakukan sendiri, orang lain bahkan dilarang masuk laboratorium. Maka situasinya sudah jelas seperti telapak tangan.
Tang Ji, menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek uji coba anatomi tubuh manusia!
Orang-orang lain memperhatikan keanehan Jason, semua mendekat dan melihat. Segera beberapa orang menutupi mulut mereka, beberapa mengeluarkan teriakan terkejut, lalu serentak menengadah memandang Tang Ji yang berdiri di depan.
Tang Ji tetap tidak menoleh, juga tidak mencegah mereka mengumpulkan dokumen. Sebab ia sangat paham, hal ini sudah tidak bisa disembunyikan lagi.
Segala sesuatu terkesan kompleks, namun sebenarnya sejak orang-orang mengumpulkan dokumen hingga menemukan masalah, tidak butuh waktu lama. Monica bergegas memasuki kandang besi tempat Tang Ji tinggal, didukung Laura dan Cynthia. Karena di dalam terdapat lemari pakaian dan perabot lain, orang-orang di luar tidak bisa melihat apa yang dilakukan Monica di dalam.
Monica tidak membuat Tang Ji menunggu lama. Setelah masuk sekitar belasan detik, ia keluar membawa botol kecil di tangan.
Awalnya dua orang mengikuti Monica masuk ke kandang besi, tapi saat keluar hanya Laura sendiri. Cynthia tidak muncul kembali.
“Apakah dia baik-baik saja？”Saat Laura menopang Monica berjalan mendekati Tang Ji, Tang Ji tetap berdiri di tempat sambil memandang Laura dan bertanya.
"Dia sedang menangis, sangat sedih." Laura melirik Tang Ji, berbisik pelan sebelum menundukkan pandangannya ke Monica. Tang Ji juga mengalihkan pandangannya ke Monica.
"Dia" yang dimaksud oleh Tang Ji dan Laura tentu saja Manila. Tang Ji bisa menebak. Di laboratorium ini memang tidak ada tempat persembunyian, hanya kamar mandi dan kandang besi tempatnya tidur yang memungkinkan. Setelah Cynthia masuk, dia tidak keluar lagi. Jelas Manila ada di dalam sana, pasti Cynthia sedang menghiburnya.
Laura menopang Monica sampai di samping Tang Ji. Monica melotot marah ke arah Tang Ji, mengangkat tangan dan menggosok air mata di pipinya dengan kasar. Dia mengangkat botol di tangannya, suaranya gemetar bertanya: "Apa ini?"
"Injeksi Glukosa!" Tang Ji memandang Monica dengan penuh penyesalan di mata, berkata dengan nada tenang.
"Dasar anjing injeksi glukosa..." Monica langsung memaki tanpa bisa mengendalikan diri, tangannya yang satunya meraih tutup botol kemasan injeksi glukosa.
"Jangan jangan, jangan lakukan itu... Baiklah, ini injeksi glukosa yang sudah dicampur virus zombie, kumohon, jangan dibuka..." Tang Ji benar-benar ketakutan, kedua telapak tangannya menghadap Monica sambil memberi isyarat agar tidak terburu nafsu, suaranya bergetar cepat penuh ketegangan memohon.
Pada tahap awal eksperimen, Tang Ji menggunakan metode injeksi langsung untuk memasukkan virus ke dalam tubuhnya. Namun di fase akhir, ia berhasil memurnikan virus zombie. Setelah mencoba berbagai cairan, ditemukan bahwa larutan glukosa dapat mempertahankan virus dalam kondisi optimal tanpa reaksi kimia. Karena virus itu tak berwarna, ketika dilebur dengan glukosa, larutan tetap transparan sehingga mustahil mengidentifikasi keberadaan virus dari permukaan kulit.
Sejak itu, Tang Ji selalu mengkonsumsi virus zombie secara oral. Larutan glukosa yang disimpan di brankasnya kini memiliki konsentrasi virus yang sangat pekat. Ia enggan membiarkan cairan itu terekspos di udara terbuka karena berisiko menimbulkan bahaya.
Mendengar teriakan Tang Ji, aksi Monica berhenti. Tubuhnya gemetar ringan sambil menatap Tang Ji. Dengan suara parau terisak, dia bertanya perlahan: "Kumohon? Kau memohon padaku? Dulu aku pernah memohon—kumohon jangan nekat lagi. Saat itu apa yang kaupikirkan? Pernahkah kau memikirkan aku? Memikirkan anak kita? Memikirkan Manila? Tidak... Kau hanya memikirkan dirimu sendiri. Kau benar-benar pengkhianat egois yang tak pernah mempertimbangkan perasaan orang lain. Mengapa harus memperlakukanku seperti ini? MENGAPA?!" Teriakan terakhir Monica menggema sebelum kepalanya dipeluk erat Laura. Dia pun menangis tersedu-sedu dalam pelukan Laura.
Monica tak pernah terlihat selemah ini sebelumnya. Sama sekali tidak pernah.
Saat Monica berbicara, Laura mengambil botol injeksi glukosa dari tangan Monica. Perhatian Monica sama sekali tidak tertuju pada botol itu, jadi pengambilan itu relatif mudah. Kemudian Laura menyerahkan injeksi glukosa tersebut kepada Qiang En yang berdiri di samping. Qiang En dengan hati-hati meletakkannya lebih jauh, membuat Tang Ji merasa lega.
Sementara Monica menunduk dan menangis, Tang Ji menggigit bibirnya, memiringkan tubuhnya sambil melambaikan tangan ke arah Laura untuk pergi.
"Sayang, jangan menangis. Meskipun demi anak kita, jangan seperti ini..." Laura memeluk Monica sambil berbisik menghibur, perlahan berjalan keluar. Sarah Ye yang berdiri di sebelah Robbie segera menghampiri dan menyangga lengan lainnya Monica.
Tang Ji berbalik, menatap Monica yang sedang dihibur dan dibujuk perlahan dibawa keluar. Ia berdiri di tempat tanpa bergerak, ekspresi wajahnya yang sangat jelek tak terkatakan.
Kios berantakan ini sudah tak ia ketahui cara membereskannya. Mungkin menghentikan uji coba dan memohon maaf mereka adalah solusi terbaik. Tapi... karena alasan keunikan tertentu, Tang Ji sama sekali tak bisa menghentikan eksperimen.
