"Oh Tuhan, sial... Bagaimana bisa begini?" Monica terlihat seperti akan collapse total setelah mendengar perkataan Tang Ji. Dengan kedua tangan mencengkeram rambut dan tatapan yang melayang-layang, ia berteriak. Jika kejadian benar seperti yang dikatakan Tang Ji, maka Monica tidak akan menemukan alasan lagi untuk mencegah Tang Ji. Alasan Tang Ji bersikeras melanjutkan uji coba bukan karena kegilaannya terhadap eksperimen, bukan pula keinginannya mendapatkan fisik kebal, melainkan untuk memulihkan kesalahan yang telah diperbuatnya.
"Benarkah? Bagaimana bisa begini?" Tang Ji dengan kedua tangan menekan pinggang berdiri di samping meja rendah yang terbalik, memandang Monica sambil merenung. Ia terkesan sangat menyesal.
"Maaf, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal." Tang Ji menyapu pandangannya ke wajah-wajah di sekeliling, berbicara dengan nada tulus sebelum akhirnya tertunduk. Matanya menatap kursi yang terjungkir di lantai, lalu berbalik mendekat dan mengangkat kursi tersebut. Dengan gerakan memutar tubuh, ia duduk di atasnya sambil memandangi semua orang di sekitar meja kopi.
"Malam itu... saat pertama kali kita dikepung zombie, kalian memberitahuku tentang kedatangan mereka. Saat itulah aku mulai menyadari masalahnya. Keesokan paginya, kalian tahu aku selalu bangun lebih awal. Sebenarnya pukul enam pagi aku sudah terbangun, duduk menatap komputer sambil mengawasi kalian dan dunia luar... Aku tidak keluar, hanya menyaksikan kalian pergi membunuh mereka. Kalian harus tahu, pagi itu sangat buruk bagiku." Tang Ji menggelengkan kepala perlahan, ekspresinya memperlihatkan bekas luka emosional yang belum sembuh.
Tang Ji bangun sangat pagi di pagi hari kedua setelah pertama kali dikepung zombie, tetapi ia berlagak terus beristirahat. Karena sehari sebelumnya ia mengaku sakit, maka selama tidak muncul, ia bisa mendapatkan waktu istirahat.
Bukan Tang Ji tidak ingin keluar, melainkan tidak bisa. Sebab hari itu zombie terlalu banyak. Jika Tang Ji muncul, semua zombie akan menjadikannya target, membentaknya. Itu terlalu mencolok, rahasianya akan ketahuan.
"Sebenarnya... pertama kali itu, tebakanku masih sangat berat. Aku sama sekali tak berani memastikan fakta ini. Tapi saat kedua kalinya, aku sudah yakin sepenuhnya. Saat itu kalian tidur, sementara aku membawa Duke lari pagi di pekarangan. Raungan zombie berasal dari dalam hutan, mereka tidak melihatku karena saat itu aku di dekat tembok sisi utara, sedangkan mereka berada di luar tembok selatan. Jaraknya masih jauh, sekitar dua ratus meter. Tapi mereka merasakan kehadiranku."
"Awalnya, kukira itu bau. Mereka menemukanku melalui bau, agak tak terbayangkan karena aroma manusia tidak mungkin menyebar sejauh itu - beberapa kilometer, bahkan puluhan kilometer. Jadi pertama kali, aku enggan membuang zombie percobaanku itu. Hingga kedua kalinya, aku tak bisa lagi menggunakannya sebagai alasan. Sebenarnya saat itu sudah tidak berguna. Aku telah memurnikan virus zombie dan menemukan metode untuk mempertahankan aktivitasnya. Maaf, aku menipu kalian." Tang Ji meminta maaf lagi, hari ini entah sudah berapa kali.
Sebenarnya Tang Ji bisa menggunakan Duke sebagai tameng, menyalahkan semua masalah pada anjing itu. Itu akan tanpa celah karena Duke memang objek eksperimen yang semua orang tahu. Namun Tang Ji tidak melakukannya karena dia tak bisa kehilangan Duke. Jika dikatakan Duke yang memancing zombie datang, betapapun para gadis mencintainya dan berat melepas, pasti akan mati.
"Apa? Apa yang menarik zombie?" Melihat Tang Ji diam, Jenderal Qiang tidak bisa menahan diri lagi dan bertanya dengan serius.
“Saya tidak yakin.” Tang Ji menatapnya, menggelengkan kepala berkata, namun segera mengutarakan tebakannya: “Bau jelas tidak mungkin, kecurigaan terbesar saya saat ini ada di sini…” Sambil bicara, Tang Ji mengangkat tangan dan mengetuk pelipisnya dengan ujung jari.
“Gelombang otak… Kalian tahu, saat manusia berpikir, medan magnet akan mengalami perubahan, membentuk arus biologis yang melalui medan magnet tubuh. Hasilnya disebut gelombang otak. Di kalangan akademisi, mengenai seberapa jauh gelombang otak manusia bisa ditransmisikan masih menjadi kontroversi besar. Sebagian berpendapat hanya tiga sentimeter, sebagian meyakini bisa mencapai ribuan kilometer. Teori paling otoritatif menyebutkan jarak ratusan meter hingga beberapa kilometer. Tapi sampai sekarang, belum ada kesimpulan pasti yang sepenuhnya meyakinkan. Otak manusia memang luar biasa.” Tang Ji mengangguk pelan, menegaskan ucapannya.
"Kalian pasti tahu, dalam realita ada kemampuan yang berada di antara nyata dan ilusif bernama telepati. Situasi seperti ini umumnya muncul pada anak kembar. Contohnya ketika kakak jatuh sakit, adik akan merasakan ketidaknyamanan, dan kejadian serupa lainnya. Tapi sebagian besar ilmuwan tetap tidak mengakui keberadaan telepati. Di kehidupan nyata, telepati lebih sering dikaitkan dengan ilmu sihir, ramalan, pandangan transparan, dan Xuanxue. Namun di kalangan ilmuwan, pernah ada peneliti yang membuat kesimpulan atau teori tentang telepati dengan penjelasan ilmiah untuk fenomena tak terpercaya ini. Yang paling meyakinkan bagiku adalah hubungan telepati dengan gelombang otak. Menurut mereka, ketika dua orang sedang berpikir atau hendak mengatakan sesuatu, jika frekuensi gelombang otak mereka sinkron dan jarak antara keduanya cocok, maka akan terjadi resonansi. Di alam bawah sadar, mereka akan mengetahui pikiran atau ucapan yang ingin disampaikan pihak lain."
“Tentu saja, ini mungkin salah, tapi saat ini gelombang otak saya abnormal, saya hanya bisa menyimpulkan ini—zombie bisa merasakan gelombang otak saya, mengetahui bahwa saya ingin melepaskan diri dari ancaman mereka. Insting menggerakkan mereka untuk mencariku. Namun sebenarnya, hanya ketika mereka benar-benar berada sangat dekat, barulah mereka benar-benar menyadari ancaman dariku. Jadi mereka ingin membunuhku. Jika saya menghentikan eksperimen, kecuali saya bersembunyi di bawah tanah seumur hidup atau membunuh semua zombie di dunia, selamanya saya akan menjadi target buruan zombie. Orang-orang yang bersama saya juga akan terseret dalam konflik ini.”
Tang Ji berhenti. Ucapannya telah selesai. Apa yang dia katakan banyak mengandung unsur tebakan, namun ada satu hal yang sudah bisa dia pastikan sepenuhnya: zombie benar-benar bisa merasakan kehadirannya, tapi tidak merasakan Duke. Mungkin karena masalah kapasitas otak Duke—otak anjing tentu tak bisa dibandingkan dengan manusia. Meski sama-sama kompleks, perbedaan ukuran dan efek yang dihasilkan sangatlah besar, bukan cuma sedikit.
Semua orang di ruang tamu terdiam, saat ini bahkan ingin menangis pun tidak bisa. Uji coba yang harus dilakukan Tang Ji, tidak ada alasan yang bisa mencegahnya.
"Itu... aku ada pertanyaan." Suara mengkerut mundur tiba-tiba terdengar di ruang tamu. Semua orang memalingkan wajah dan melihat Christine yang mengangkat tangan dengan ragu-ragu ke arah Tang Ji, matanya yang kemerahan menatapnya dengan hati-hati.
"Apa?" Tang Ji yang sedang membungkuk mengambil folder yang jatuh karena lemari terbalik tadi, segera duduk tegak. Ia mengangguk perlahan ke arah Christine sambil bertanya.
"Kalau... kalau uji coba selesai, apakah kamu akan baik-baik saja?" Pertanyaan Christine ini justru diabaikan orang lain. Mungkin karena Christine lebih peduli pada Tang Ji, dan tidak sedalam kesedihan Monica maupun Manila, sehingga baru menyadari masalah ini.
Akankah ia sembuh? Setelah eksperimen selesai, apakah ia tak lagi menarik perhatian zombi? Tang Ji tak pernah menyebutkan bahwa setelah eksperimen berakhir, dirinya akan berhenti menarik zombi. Ia hanya menegaskan eksperimen harus dilanjutkan. Namun dalam alam bawah sadar, terkesan seolah-olah setelah eksperimen rampung, kondisinya akan membaik. Padahal faktanya, pertanyaan krusial yang diajukan Christine justru...
"Apakah akan semakin memburuk?" Tang Ji membalas bertanya dengan nada datar.
Benar! Apakah ada situasi yang lebih parah daripada terus-menerus memancing perhatian zombi? Mungkin karena semua zombi yang bisa merasakan kehadiran Tang Ji di sekitar telah dibersihkan, sehingga selama dua bulan terakhir mereka menikmati hidup tenang tanpa gangguan zombi. Tapi musim semi hampir tiba. Zombi akan kembali aktif, manusia pun mulai beraktivitas. Gerombolan zombi mustahil terus berdiam di satu tempat - mereka akan berkeliaran. Tang Ji berpotensi memicu gelombang zombi yang bisa menghancurkan segalanya.
"Aku hanya bisa terus melanjutkan. Dengan ini masih ada kesempatan. Jika tidak..." Tang Ji membuka mulut lagi, tapi suaranya terhenti di tengah kalimat.
"Sejauh apa progres uji cobamu sekarang?" Jenderal Qiang yang duduk di sofa menatap langsung ke arah Tang Ji dengan pandangan serius.
"Wah..." Tang Ji merenung sejenak. Duduk di kursi dengan lengan menyilang di dada, ia menengadah ke langit-langit seolah menyusun kata-kata. Sekitar 2-3 detik kemudian, pandangannya kembali tertuju pada Jenderal Qiang: "Kami para korban selamat yang hidup di akhir zaman memiliki kekebalan tubuh terhadap virus zombie yang pada dasarnya setara - sangat lemah. Karena aku belum menemukan materi tersebut, aku tidak bisa memberi angka pasti tentang jumlah zat imun yang terbentuk. Tapi," jarinya mengetuk meja, "jika kita anggap kekebalan orang biasa - termasuk diriku sebelum eksperimen - sebagai nilai 1, maka setiap orang di ruangan ini, kecuali aku, memiliki tingkat kekebalan terhadap virus zombie sebesar nilai 1."
"Sedangkan aku... saat ini nilai kekebalan tubuh terhadap virus zombie adalah 8, delapan kali lipat dari kalian. Secara probabilitas, tingkat infeksiku sudah sangat rendah, tapi masih ada kemungkinan terinfeksi. Asalkan aku meningkatkan nilai ini menjadi 9, akan terjadi proses perubahan kuantitatif ke transformasi kualitatif. Kekuatan imun tubuhku tak bisa lagi diukur dengan angka atau probabilitas, seharusnya akan menjadi kebal sepenuhnya, seperti mamalia non-menyusui yang takkan terluka oleh virus zombie." Ini seharusnya kabar baik, para ilmuwan korban selamat yang masih hidup pasti akan gila-gilaan jika tahu munculnya manusia kebal, tapi Tang Ji berbicara dengan nada berat.
Beberapa hal selalu lebih sulit dilakukan daripada diucapkan.
"Berapa lama lagi?" Qiang bertanya kembali. Inilah pertanyaan kunci sesungguhnya saat ini. Eksperimen Tang Ji sudah tak terelakkan, maka berapa lama lagi bisa menyelesaikannya menjadi hal terpenting. Jika terlalu lama, kehadiran Tang Ji di sini akan memicu bahaya.
"Satu bulan, maksimal tidak melebihi empat puluh hari. Aku akan terus berada di laboratorium. Ruang bawah tanah adalah penghalang yang bagus. Jika eksperimen selesai dan aku masih menarik..." Tang Ji terdiam sejenak, memalingkan wajah sedikit, memandang Manila dan Monica, lalu kembali menatap Qiang En. "Aku akan pergi, sendirian."
Sebuah konflik akhirnya berakhir dengan kemenangan mutlak Tang Ji. Namun dia telah membocorkan semua rahasia yang seharusnya tidak diungkapkan. Awalnya Tang Ji berencana memulai eksperimen siang ini, karena semakin cepat eksperimen selesai semakin baik. Waktu tidak menunggu. Tapi atas permintaan Monica, Tang Ji tetap tinggal di villa untuk menemani Monica dan Manila. Ketika Tang Ji kembali masuk ke ruang bawah tanah, mungkin dalam 30-40 hari dia akan menyambut kelahiran baru, atau mungkin... mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini selamanya.
Di hati Tang Ji ada rasa bersalah. Tapi kejadian yang sudah terjadi tak terelakkan. Saat ini bahkan kompensasi yang seharusnya dia berikan pun tidak bisa dilakukan. Dia hanya bisa, setelah eksperimen dimulai kembali, menggunakan semua ilmu pengetahuan, energi dan data yang dimiliki, berusaha sekuat tenaga menyelesaikan eksperimen ini.
……
Pukul empat sore, dunia di luar villa yang diselimuti jubah perak telah memasuki senja, rona merah membentang segenap angkasa.
"Mengesankan, bukan?" Di kamar tidur hangat lantai dua, Monica yang matanya masih sembap memeluk Lin sambil berdiri dekat jendela, memandang rona merah di luar. Dengan senyum mengembang ia berkata, "Lin sedang berbaring di pelukanku, menggigit puting susu kiriku. Mulut kecilnya bergerak-gerak mengeluarkan suara gemuruh ringan." Setelah bicara, Monica menatapnya sejenak lalu menoleh ke samping.
"Benar, sangat mengesankan." Tang Ji berbisik lembut. Ia berdiri di sisi tubuh Monica, lengannya melingkari bahu perempuan itu. Matanya menyipit memandang keluar jendela.
"Wah, dia sudah kenyang, ayah yang menggendong!" Monica tersenyum heran, merapikan bajunya sejenak, menatap Lin sambil berkata, lalu dengan hati-hati menyerahkan Lin kepada Tang Ji.
"Anak muda, harta karun..." Tang Ji memeluk Lin, senyumnya yang hangat seakan bisa melelehkan hati, mengangkat tubuh mungil itu. Dahi kecil Lin disentuhkannya perlahan dengan dahinya sendiri sebelum mencium lembut kening sang bayi.
"Apakah ini perpisahan abadi?" Kedua tangan Monica berpegangan di tepi jendela, suaranya bergetar pelan tanpa menoleh.
"Tidak. Aku akan bertahan." Tang Ji tetap mengangkat tinggi-tinggi Lin yang menggerakkan betis mungilnya, menggeleng pelan sambil tersenyum.
Janji itu menggantung di udara. Tak ada yang bisa menjamin apakah ilmuwan jenius ini benar-benar bisa keluar hidup-hidup dari laboratorium - bahkan dirinya sendiri pun tak tahu. Semua orang di ruangan itu saling memahami diam-diam akan kenyataan pahit ini.
“Mau lihat hadiah-hadiah itu?” Monica tiba-tiba berbalik, menunjuk tumpukan kotak hadiah yang menggunung di meja samping tempat tidur. Itu semua hadiah ulang tahun untuk Tang Ji dari para tamu, tapi ia belum sempat membukanya karena terlalu banyak kejadian.
“Bagus, kita lakukan bersama-sama.” Tang Ji memalingkan wajah ke arahnya sambil tersenyum lebar.
“Jangan!” Monica menggelengkan kepala sambil tersenyum, mengulurkan kedua tangan ke Tang Ji. Setelah menerima Lin kembali, ia perlahan mengayunkan bayi itu beberapa kali. “Hadiahmu harus kau buka sendiri. Aku mau lihat saja, penasaran apa yang mereka persiapkan.”
“Baiklah!” Tang Ji memiringkan kepala sebentar dengan senyum lembut, lalu menjulurkan kepala untuk mencium bibir Monica. Setelah itu ia berbalik ke ranjang, mengangkat semua kotak hadiah yang tergeletak di samping dan menumpukkannya di atas kasur. Dengan tubuh terpuntir setengah duduk di tepi ranjang, ia mengambil satu kotak secara acak dan mulai membongkar bungkusnya.
Monica memeluk anaknya berjalan ke sisi lain tempat tidur, menatap Tang Ji membuka hadiah, namun pandangannya jarang tertuju pada hadiah, lebih banyak tertuju pada wajah Tang Ji.
"Wow, cantik sekali." Tang Ji membuka hadiah pertama, mengeluarkan pistol emas dari dalamnya. Itu adalah pistol M9 yang sering digunakan Tang Ji, namun badan senjata dilapisi emas, dan pada gagang pistol terukir nama Tang Ji.
"Siapa yang memberi?" tanya Monica sambil tersenyum santai.
"Hmm, mungkin Robbie atau Jenderal Qiang... Ini dari Robbie, dasar dia, haha..." Tang Ji mengambil kotak hadiah yang sudah dibuka sambil berkata, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum. Melapisi senjata dengan emas, pasti Robbie minta bantuan Ai Wen.
"Saudara seperjuangan, bukan?" ujar Monica dengan senyum mengembang.
"Tentu saja!" Tang Ji mengangkat alis sambil tersenyum, setelah berkata demikian ia meletakkan senjata dan kembali mengambil hadiah lain. Tanpa melihat nama pengirim, langsung membukanya. Ini kebiasaan Tang Ji, ia lebih suka membuka hadiah terlebih dahulu, melihat isinya, baru menebak siapa yang mengirim.
"Oh… Oh!" Hadiah kedua membuat Tang Ji mengeluarkan suara aneh yang panjang. Di bawah pengawasan Monica, Tang Ji perlahan mengeluarkan gulungan kain kecil dari kotak, lalu matanya melotot saat perlahan membentangkan gulungan itu - terbukalah sebuah celana dalam wanita hitam... G-string!
"Siapa yang ngasih ini? Haha, kan kamu bukan perempuan!" Monica tak kuasa menahan tawa, tapi berusaha tidak berisik karena bayi di pelukannya, Lin, sudah tertidur.
Seiring ucapan Monica, lubang hidung Tang Ji tiba-tiba berkedut. Dengan cepat ia mendekatkan G-string itu ke wajahnya, menciumnya sebentar lalu segera menjauhkannya. Keningnya berkerut halus saat menoleh dengan ekspresi pasrah, memandang Monica: "Ini bekas dipakai." Ia sudah menebak siapa pengirimnya. Manusia biasa memang takkan melakukan hal seperti ini.
"Christine, dia masih sama? Masih... tergila-gila padamu?" Monica juga langsung menebak pemiliknya. Ekspresinya tidak menunjukkan kemarahan. Situasi ini bisa dianggap remeh atau serius. Jelas saat ini Monica tidak punya keinginan untuk menggubris.
"Mungkin!" Tang Ji menggelengkan kepala pelan, menghela napas sambil mengambil kotak hadiah itu. Setelah memeriksanya, ekspresi 'terbukti benar' muncul di wajahnya. Benar saja dari Christine - celana dalam bekas pakai. Hanya dialah yang akan mengolok-olok Tang Ji seperti ini.
“Dia akan segera berusia delapan belas tahun, Hm... seharusnya masih dua bulan lagi. Apa kau tidak |hati yang tak tenang? Kau kan tidak suka |gadis kecil, dia sebentar lagi akan |dewasa.” Monica mengajukan pertanyaan aneh sambil menatap Tang Ji seolah sedang |mengolok-olok.
“Dia?” Tang Ji mengangguk pelan, setelah |merenung sejenak berkata: “Selamanya akan menjadi |anak-anak bagiku. Meski selalu |membuat masalah, tapi dia tetaplah |gadis baik.”
……
Tepat ketika Tang Ji membuka hadiah, di |villa lantai tiga, kamar Christine.
Hanya ada dua orang: Christine dan Manila. Khalida telah |diseret pergi oleh Jason sehingga tidak ada di situ.
“Sudah |Keputusan?” Manila yang |berbaring di ranjang menatap |langit-langit sambil bertanya.
“|Mengapa harus aku? Bagaimana mungkin? Apa dia akan |menyetujui?” Monica berkata dengan |kegelisahan sambil juga |berbaring di ranjang di samping Manila, menatap langit-langit.
“Dia yang menyuruhku datang, jadi pasti sudah setuju. Baru saja melahirkan anak, tubuhnya tidak nyaman secara fisik. Sedangkan aku, bukan masa subur. Kamu yang sedang subur, kan?” Manila menjawab.
“Ya!” Christine berbisik, suaranya masih terdengar gelisah.
“Jadi tidak ada masalah. Kamu menyukainya, bukan? Malam ini akan kita mabukkan dia. Putuskanlah, Christine. Bukankah ini yang selalu kau inginkan?” Manila memalingkan kepala ke Christine, mengangkat tangan menyisir rambut di dahi Christine, punggung tangannya menggesek lembut pipi gadis itu.
