Langit malam semakin pekat, zombie yang hiruk-pikuk seharian di luar villa akhirnya mulai hening.
Di ruang tamu villa terasa sedikit dingin, dengan bau anyir darah yang sangat pekat. Meskipun mayat zombie di pintu tangga sudah dipindahkan ke lantai tiga, dan mayat Cynthia juga sudah sementara disimpan rapi, bau anyir tetap tidak berkurang sama sekali. Tanpa ventilasi jendela, udara di ruang tamu hanya akan semakin memburuk.
Makan malam hari ini dilakukan lebih awal oleh semua orang. Tanpa lingkungan yang aman, sulit bagi mereka untuk makan dengan tenang dalam gelapnya malam, terpaksa harus menyegerakan.
Bayi Lin masih sering rewel menangis, membutuhkan susu setiap beberapa jam dan ganti popok. Awalnya Monica merasa sudah terbiasa dengan rutinitas seperti ini, namun semua yang terjadi hari ini membuatnya kelelahan fisik dan mental.
Rencana untuk menghabisi para zombie telah disusun. Awalnya, rencana pertama adalah mengalihkan perhatian zombie. Berapa pun jumlah zombie di luar, semuanya bisa dialihkan. Ini untuk menghemat amunisi sekaligus menyelesaikan masalah secara tuntas. Namun setelah rencana dibuat, semua orang menyadari kemungkinan kegagalan. Kerusakan akibat angin puyuh terlalu parah. Jalan raya di luar mungkin terhalang pohon besar yang tumbang. Jika menemui jalan yang tak bisa dilewati saat memancing zombie, ini akan sangat berbahaya bagi orang yang bertugas menyetir dan menarik perhatian zombie. Bahkan dengan mengorbankan nyawa sekalipun, mungkin zombie tetap tak bisa dialihkan.
Jadi, rencananya diubah dengan fokus utama pada penghancuran. Orang-orang di sini telah mempersiapkan diri untuk bertempur melawan ribuan zombie, bahkan telah menyusun rencana terburuk. Jika jumlah zombie terlalu banyak, akan digunakan peluncur roket portabel. Dengan tembakan sudut tinggi dari lantai tiga, roket bisa diluncurkan hingga setengah kilometer untuk diledakkan. Artinya semua zombie bisa dipancing hingga setengah kilometer, lalu dicari cara untuk mengalihkan mereka secara bertahap. Jika pengalihan tidak memungkinkan, tangga penghubung lantai dua ke satu di villa akan ditutup, mengubah ruang tamu menjadi ruang tertutup sepenuhnya. Kemudian penembak jitu akan membasmi zombie perlahan. Dengan penghematan peluru, zombie pasti akan habis terbunuh. Jumlah mereka tak mungkin melebihi stok peluru di villa.
Singkatnya, rencana yang disusun cukup komprehensif. Semua orang seharusnya bisa melewati krisis zombie akibat angin puyuh ini. Mengenai apakah masih akan ada korban jiwa, itu masih belum bisa dipastikan.
Setelah malam tiba, selain yang bertugas jaga malam, orang-orang lain di ruang tamu tertidur satu per satu. Besok, mereka akan memulai pertempuran melawan zombie.
Did! Did!
Bunyi peringatan yang nyaring. Monica yang baru saja menutup mata membuka matanya kembali, memandang ke tempat tidur bayi di samping sofa. Tempat tidur bayi berbentuk seperti peti harta yang dirancang khusus. Total ada lima tempat tidur semacam ini yang tersebar di berbagai sudut villa, strukturnya cukup sederhana dengan satu ciri khas: kekokohan yang luar biasa. Bisa dibilang, bahkan senapan sniper pun tak mampu menembusnya.
Biasanya tutup tempat tidur bayi selalu terbuka, namun saat ini tertutup rapat membuatnya benar-benar menyerupai peti harta. Di sisi tempat tidur bayi terdapat layar elektronik yang menampilkan data oksigen, kehangatan, kelembapan, dan lain-lain.
Saat itu, lampu merah di samping layar elektronik memancarkan cahaya dan mengeluarkan suara "Didi", merupakan sensor suara. Situasi seperti ini menandakan Lin di dalamnya menangis kembali.
"Oh, Tuhan..." Monica mengangkat tangan memegangi dahinya, gejolak emosinya terlihat sangat berat.
"Aku saja, kamu istirahat." Manila yang duduk di samping Monica telah sadar, menarik lengan Monica yang baru saja hendak berdiri sambil berbisik.
……
Laboratorium bawah tanah.
Suara whoosh-whoosh masih terus terdengar, disertai gerutu gelisah Duke. Anjing itu mencoba menggigit kunci pintu dan mendorong pintu, namun semuanya sia-sia. Setelah sekitar beberapa menit, akhirnya ia menyerah. Duke mulai berlari bolak-balik dalam kandang besi, mencakar-cakar kasur dengan liar, berputar-putar di lantai. Ia benar-benar kebingungan. Kandang besi yang dirancang untuk pertahanan zombie tentu sangat kokoh, dan tidak mungkin terbuka secara tidak sengaja karena tertabrak bagian tertentu. Ia sama sekali tidak bisa keluar.
Lima menit...
Delapan menit...
Sepuluh menit...
Selama tepat sepuluh menit, tubuh Tang Ji sepenuhnya terendam dalam bak mandi tanpa mengapung atau menunjukkan bagian kepala. Bagi manusia biasa, situasi seperti ini sudah pasti mematikan. Tentu saja kondisi Tang Ji saat ini sangat tidak normal - apakah ia mati atau tidak, tak seorang pun tahu.
Rekor dunia Guinness sebelum akhir zaman untuk menahan napas di bawah air hanya 22 menit 22 detik saja, itu pun setelah ia menghirup oksigen murni yang cukup sebelum menyelam, barulah bisa menyelesaikan keberanian ini. Tanpa menggunakan oksigen murni, ia hanya mampu menahan napas 10 menit 12 detik di bawah air.
Perlahan, waktu Tang Ji di bawah air melebihi durasi tersebut.
Sebelas menit...
Dua belas menit...
Tiga belas menit...
Tiba-tiba! Whoosh!
Sekitar 13 menit 15 detik, Tang Ji bangkit kasar dari bak mandi dengan wajah pucat pasi. Kesadarannya seketika jernih, namun tatapannya masih menyimpan kebingungan. Ia langsung merasakan suara kegelisahan Duke - anjing yang jarang menggonggong karena biasa dilatih untuk hanya menggeram. Kini, ia menggonggong.
“Ahem... whoosh... brengsek...” Tang Ji langsung batuk keras begitu keluar dari air sambil menarik napas dalam-dalam. Matanya membelalak saat terengah-engah memandang sekeliling. Sejenak ia seperti melupakan sesuatu, namun kebingungan di tatapannya cepat menghilang. Ia mulai mengingat apa yang terjadi.
"Duke, berhenti... ahem!" Tang Ji berteriak ke arah kandang diselingi batuk. Tenggorokannya perih karena tadi tersedak air saat muncul. Ia merasakan keanehan pada tubuhnya sendiri, juga lingkungan sekitar. Sepertinya suhu air meningkat - padahal sebelumnya menggunakan air biasa, kini terasa hangat yang tak seharusnya ada.
Suara Duke tiba-tiba terputus. Di dalam kandang besi sisi dalam laboratorium, Duke berbaring di pintu besi, moncongnya menyembul dari celah sempit kandang. Dengan susah payah ia bisa melihat Tang Ji, suara gonggongannya berubah menjadi gerutu rendah.
"Duduk manis, Jangan bergerak... Duduk Duke!" Tang Ji yang masih duduk di bak mandi kembali berteriak memberi perintah sambil memperagakan gerakan tangan khas.
Dua cakar Duke yang menempel di pintu besi perlahan meluncur turun. Anjing itu berputar satu putaran di tempat, lalu memutar tubuhnya dan berjongkok dengan tenang di lantai. Perintah Tang Ji terbukti sangat efektif.
"Anak baik!" Tang Ji mengangkat tangan menyeka air di wajahnya, memuji sekilas. Tiba-tiba ia menengok ke panel elektronik di dinding sisi dalam laboratorium, alisnya berkerut cepat menandakan kesadaran akan waktu.
Pada satu dua menit terakhir sebelum kehilangan kesadaran, Tang Ji pernah melihat jam. Jadi setelah melihat jam lagi saat ini, ia samar-samar bisa memperkirakan sudah berapa lama terendam dalam air—pasti melebihi sepuluh menit. Ini bagaikan kemustahilan mutlak baginya. Jika dilempar ke air, bukan sepuluh menit, bahkan tiga empat menit saja mungkin sudah membuatnya tenggelam. Namun Tang Ji yakin, ingatannya tidak salah.
Tang Ji yang tertegun itu kembali mengangkat lengannya, mengamati dengan seksama. Pembuluh darah menonjol di permukaan kulit telah menghilang. Selain telapak tangan yang berkeriput dan pucat pasi, tak ada kelainan lain.
Tang Ji menatap telapak tangannya sendiri, mencoba mengepalkan dan melepaskan kepalan beberapa kali. Terasa agak kaku.
"Sialan, apa yang terjadi?" bisik Tang Ji dengan kesal, kembali menggerak-gerakkan telapak tangannya sebelum memindahkan pandangan ke air dalam bak mandi. Sebenarnya itu sudah tidak layak disebut air jernih lagi, karena warnanya telah berubah menjadi merah gelap.
Tang Ji mengulurkan tangan mengaduk-aduk di dalam air, ia bisa merasakan dengan jelas-jelas bahwa suhu air telah meningkat, dan bukan hanya sedikit, melainkan sangat signifikan. Meski tidak terasa mendidih, namun bisa dirasakan bahwa air tersebut mulai menghangat.
Fenomena yang sangat aneh, sulit dipahami oleh Tang Ji. Namun Tang Ji telah mempersiapkan diri. Di atas meja di sampingnya terdapat DV yang terus merekam. Setelah listrik di dunia nyata padam, Tang Ji mulai menggunakan perangkat ini untuk merekam dirinya sendiri, karena eksperimen telah memasuki tahap akhir dan ia perlu mendokumentasikan semua ini.
Hasil eksperimen masih belum jelas, namun Tang Ji perlu memahami terlebih dahulu apa yang terjadi selama belasan menit tadi. Ia pun berdiri dari bak mandi dan melangkah keluar. Di luar bak, seluruh tubuhnya masih meneteskan air. Baru beberapa langkah, belum sampai ke meja, tiba-tiba ia berhenti.
Ekspresinya terlihat sangat aneh, seolah tak percaya dengan apa yang terjadi. Perlahan ia mengangkat kedua tangannya, menggerakkannya di udara. Dengan jelas ia merasakan bahwa suhu di dalam kamar ini pun sepertinya telah meningkat.
Dengan penuh keraguan, ia berjalan ke sisi meja, mengambil DV. Belum sempat melihat, tubuhnya membeku. Segera meletakkan DV, tangannya meraba meja, lalu lemari, permukaan lantai... Ia berdiri, terpaku di tempat kejadian.
Ia tersadar. Bukan suhu air yang naik, bukan pula suhu ruangan. Semua benda memiliki suhu normal. Yang berubah bukan elemen eksternal itu, melainkan dirinya sendiri—suhu tubuhnya...turun drastis!
Tubuhnya yang dinginlah yang membuat sensasi panas dari lingkungan terasa menyengat.
Tang Ji seolah menemukan alasan mengapa bisa berbaring di bawah air lebih dari sepuluh menit tanpa cedera: laju metabolisme yang melambat.
Meski metabolisme merupakan konsep menyeluruh, sebagian prosesnya membutuhkan oksigen untuk menyempurnakan reaksi—inilah sebab manusia memerlukan oksigen. Penurunan suhu tubuh Tang Ji menyebabkan perlambatan metabolisme, secara drastis mengurangi konsumsi oksigen dalam durasi sama, sehingga memperpanjang durasi pemanfaatan oksigen dalam tubuh.
Tak diragukan lagi, ini adalah ulah virus.
Tang Ji sudah tahu mengapa, tapi tidak pergi mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuhnya. Alih-alih, ia langsung mengambil DV dan kembali ke dalam air. Ia harus mengembalikan suhu tubuhnya, harus! Jika tidak, ia sangat yakin—dirinya akan mati.
Sebenarnya fakta bahwa ia masih hidup sampai sekarang sendiri sudah merupakan hal yang sangat ajaib.
Berbaring di dalam air, Tang Ji memutar rekaman DV dengan mode cepat. Hanya dalam satu menit ia sudah melihat seluruh kejadian selama belasan menit itu. Dari waktu yang tercatat di DV, ia bisa memastikan bahwa dirinya telah berbaring di air selama tiga belas menit. Satu-satunya informasi berguna yang didapatnya adalah warna air di bak mandi yang semakin memudar seiring waktu—dari merah kehitaman berubah menjadi merah gelap. Tapi ini pun sebenarnya bisa ia ketahui tanpa melihat DV. Jadi bisa dibilang, tidak ada informasi berguna sama sekali yang ia dapatkan dari rekaman itu. Selama belasan menit tersebut, benar-benar tidak terjadi apa-apa.
