Krak... krak... krak...
Pintu logam perlahan dibuka, mengeluarkan suara aneh yang samar. Secara bertahap, Tang Ji melihat langit di luar dan mencium bau anyir darah bercampur busuk. Dengan banyaknya zombie di sekitar, tidak aneh jika bau-bau tersebut tercium.
Tang Ji menengadah sejenak untuk menenangkan diri. Tangan kirinya melepas gagang pintu lalu mencabut pisau berburu di pinggangnya, menggenggamnya dengan cengkeraman terbalik dan mengangkatnya setinggi dada. Tangan kanannya tetap memegang senjata sementara ia melangkah maju ke atas langkah demi langkah.
Gerombolan zombie berkumpul di sebelah barat kompleks. Karena jumlahnya terlalu banyak, sebagian berada di luar tembok sebelah barat kompleks. Sementara pintu masuk/keluar laboratorium bawah tanah terletak di sudut timur laut kompleks. Dari sudut pandang, mereka tidak bisa melihat Tang Ji, tentu saja Tang Ji juga tidak bisa melihat mereka. Pandangan terhalang oleh sudut garasi dan fasilitas seperti pos jaga di kejauhan. Jadi ketika Tang Ji menyembulkan kepala, dia tidak khawatir gerombolan zombie sejauh 70-80 meter akan melihatnya. Alasan dia terus berhati-hati adalah karena pandangan Robbie di gedung seberang terbatas, ada blind spot. Tang Ji takut ada zombie di sana.
Gerakan Tang Ji sangat lambat. Perlahan dia menyembulkan kepala dari balik pintu, mendengarkan suara di luar. Jika zombie melihatnya lebih dulu, baik melalui raungan marah maupun suara pergerakan, dia akan segera merasakan dan bereaksi sesuai situasi.
Dia tidak mendengar suara aneh, perlahan mengeluarkan seluruh kepalanya. Ia berhenti, tubuhnya berputar 360 derajat pelan. Ia melihat pemandangan sekitar—area keluar ruang bawah tanah tak ada zombi. Garasi di sebelah memang runtuh, terutama di bagian tengah. Atap dan dinding ambruk, serpihan kayu berserakan di tanah.
"Bagus!" Tang Ji bergumam pelan, terus naik dengan langkah senyap. Gerakannya tetap hati-hati dan lambat.
Setelah keluar dari ruang bawah tanah, ia berjongkok sambil menutup rapat pintu besi. Hanya selangkah ia sampai di dinding kayu garasi yang runtuh. Melalui celah reruntuhan itu, dengan berjalan 8-9 meter lagi ia bisa mencapai pintu samping villa yang terhubung ke garasi. Tapi bukannya langsung bergerak, ia malah memutar badan dan bersandar di dinding kayu yang hangus.
"Pintu garasi telah collapse total, hati-hati saat kau menembus garasi. Gerombolan zombie mungkin melihatmu." Ini adalah petunjuk Robbie untuk Tang Ji, tepat saat Tang Ji baru saja keluar dari ruang bawah tanah.
Pintu garasi menghadap ke barat dengan lebar 5-6 meter dan tinggi 3-4 meter. Sementara gerombolan zombie berada di sebelah barat kompleks. Mustahil bagi Tang Ji untuk tidak disadari zombie jika melintas, namun selama ia cukup berhati-hati dan bergerak dengan kecepatan tinggi, masih mungkin masuk ke villa sebelum zombie bergegas datang. Syarat utamanya adalah: jangan sampai ada zombie di dalam garasi.
"Whoosh... Whoosh..." Bersandar di tembok, Tang Ji menarik napas dalam-dalam dua kali, kembali menenangkan hatinya.
Tanpa disadari, ia telah memojokkan dirinya sendiri ke jalan buntu. Duke ditinggalkannya di dalam laboratorium, sehingga setelah keluar, pintu laboratorium langsung ditutup rapat. Jika menghadapi masalah, ia tak bisa lagi cepat-cepat kembali ke laboratorium untuk mengungsi. Satu-satunya pilihan adalah menyelamatkan diri ke dalam villa. Namun kini virus zombie sudah tak mampu membunuhnya, artinya sekalipun tergigit zombie, ia tak akan benar-benar mati. Asalkan jangan sampai langsung digigit hingga tewas, atau muncul luka berdarah yang tak bisa dihentikan.
Tentu saja Tang Ji tak akan sengaja membiarkan zombie menggigitnya, juga tak akan memanjakan perilakunya secara gegabah. Ia tetap berhati-hati dan waspada. Saat ini gerombolan zombie masih sangat jauh darinya. Meski kecepatan zombie luar biasa ganas, mustahil mereka bisa mencapai sisi Tang Ji dalam waktu tiga empat detik. Sementara tiga empat detik itu lebih dari cukup baginya untuk kembali ke dalam villa.
Setelah beberapa kali menarik napas dalam-dalam dan menenangkan hati, Tang Ji mulai bergerak perlahan. Ia menyusuri dinding garasi dengan gerakan lateral. Tubuhnya perlahan muncul di depan celah dinding garasi, dengan satu tangan berbentuk golok dan satunya memegang pistol. Secara bertahap, Tang Ji memasukkan pemandangan dalam garasi ke dalam wawasannya, sekaligus menyadari keberadaan pintu samping villa yang berjarak delapan sembilan meter darinya.
Kini selama Tang Ji menyambungkan walkie-talkie dan mengirimkan pemberitahuan, pintu itu akan segera terbuka. Sebenarnya ia sudah bisa melakukannya sekarang. Jarak delapan sembilan meter, dalam kondisi normal bisa ditempuh dalam 2-3 detik lari. Masalah seperti apakah akan menimbulkan suara berisik atau terlihat oleh gerombolan zombie sama sekali tidak masuk dalam pertimbangan, mengingat gerombolan zombie masih berada sangat jauh.
Namun Tang Ji tidak melakukan hal itu, tidak segera memberi tahu karena garasi benar-benar berantakan—balok runtuh, kaca pecah, serpihan kayu yang berserakan secara tidak beraturan. Terlalu banyak rintangan. Jika berlari cepat, Tang Ji tidak mungkin bisa melewatinya dengan mulus. Jika menginjak paku atau sejenisnya, maka dia tidak perlu lagi berlari.
Oleh karena itu, Tang Ji terus mengamati, mencari titik pijakan yang cocok di dalam. Dia perlu menghitung berapa langkah yang dibutuhkan untuk kembali, di mana setiap langkah harus diinjakkan.
Pandangan Tang Ji terus menyapu sekilas. Seiring perluasan wawasan, yang dia lihat semakin banyak—bahkan melihat kandang besi usang di kedalaman garasi. Kandang-kandang besi itu awalnya dibuat untuk kelinci dalam jumlah banyak. Saat ini, kandang di garasi masih belum terpakai, alias masih baru. Sebenarnya kelinci juga seharusnya berada di garasi, tetapi sebelum angin puyuh datang—karena kemungkinan besar garasi akan runtuh—akhirnya semua kelinci dipindahkan ke gedung kecil di sisi barat laut villa.
Pandangan Tang Ji menyapu cepat kandang kelinci, tubuhnya mulai perlahan maju ke depan. Ia telah mengangkat tangan kiri yang mencengkeram pisau berburu secara terbalik, ibu jari terulur menekan earphone. Begitu ditekan dan teriakan dikeluarkan, ia akan segera berlari.
Gerakannya tetap sangat hati-hati. Ia khawatir tiba-tiba seekor zombie melompat keluar dan menjatuhkannya ke tanah. Bahkan zombie yang terluka sekalipun, jika berhasil menjatuhkannya akan menjadi akibat yang parah. Dalam situasi seperti itu, ia harus membunuh zombie dan melepaskan diri dari pergulatan sebelum bisa masuk ke villa. Melepaskan diri dari pergulatan membutuhkan waktu.
"Raung!"
Tiba-tiba, dari dalam garasi terdengar raungan berat. Itu adalah jeritan khas yang hanya dikeluarkan zombie dalam keadaan kebingungan secara bawah sadar - suaranya berat dan mudah dikenali.
"Pantas mati!" Tang Ji segera bergumam, melangkah besar masuk ke dalam garasi. Ia berbalik mengangkat lengan dan mengarahkan ujung laras ke sumber suara. Sebenarnya sejak tadi ia sudah mendengar suara samar, makanya lama ragu-ragu di posisi celah. Saat ini ia telah memindai mayoritas ruang garasi, mengetahui area mana yang tak ada zombinya. Beberapa titik yang belum terlihat karena tertutup balok runtuhan yang menghalangi pandangannya.
Kini ia yakin di sisi kiri setelah masuk garasi tak akan muncul zombi. Makhluk itu berada di balik balok runtuhan sebelah kanan celah. Mungkin cuma satu, atau dua-tiga ekor, tapi pasti tidak banyak. Sebab sebagian besar zombi sudah terpancing keluar oleh suara ledakan. Tang Ji berniat menyerang duluan. Dengan mengetahui posisi pasti zombi, ia yakin bisa membunuhnya sebelum sempat bereaksi.
Hanya dua langkah besar, Tang Ji sudah mencapai posisi di garasi di mana pandangannya bisa melebihi balok runtuh. Ia melihat zombie, zombie itu juga melihatnya. Ia menekan pelatuk, "Hah!", peluru menghantam tanah di hadapan zombie itu. Ekspresi Tang Ji berubah seketika, lalu tertegun.
Zombie itu berjarak sekitar lima meter dari Tang Ji, tergeletak di tanah dengan tubuh terdistorsi tertindih balok runtuh lainnya. Inilah alasan mengapa suara ledakan tak memancingnya pergi - tertindih balok berat dengan sebagian besar tulang tubuhnya patah, membuatnya tak bisa bergerak melepaskan diri.
Jarak lima meter, Tang Ji gagal menembaknya. Bukan karena kemampuan menembaknya yang merosot ke tingkat terburuk, melainkan tangannya sempat menggoyang saat menekan pelatuk. Goyangan tangan itu bukan karena gugup - ini disengaja. Karena di detik terakhir sebelum menembak, ia menyadari... zombie itu sama sekali tidak menunjukkan gejolak emosi aneh atas kehadirannya. Saat pandangan Tang Ji bertemu dengan mata zombie tersebut, tatapannya tetap kosong. Proses saling pandang itu hanya berlangsung sekejap mata sebelum sorot mata zombie itu berpindah mengikuti goyangan ringan kepalanya.
Tang Ji seolah tidak memiliki daya tarik sama sekali baginya. Justru peluru yang menghujam tanah lah yang menarik perhatian zombie itu. Makhluk itu menoleh ke arah sumber suara, mengeluarkan geraman rendah bawah sadar sambil memandang dengan kebingungan.
Tang Ji tertegun sejenak, langkahnya pun berhenti. Segera ia mengangkat kepala memandang ke luar garasi. Di kejauhan 80-90 meter, gerombolan zombie berkumpul. Sebagian berbaring di tanah, lainnya berdiri tegak, pandangan kosong tertuju ke berbagai arah. Beberapa mengeluarkan deruman rendah.
Beberapa zombie memang menatap ke arah garasi. Karena jumlah mereka yang sangat banyak, tentu ada yang seperti itu. Mereka jelas melihat Tang Ji, tapi seolah tak menganggapnya sebagai "sumber daging". Pandangan mereka hanya melintas cepat di tubuh Tang Ji.
Perlahan Tang Ji menurunkan lengan yang menggenggam senjata. Matanya bolak-balik memandang ke luar dan zombie dalam garasi, membeku di tempat.
Ia menemukan masalah yang sangat serius.
Rupanya, dia bukan hanya kebal terhadap virus zombie, tapi bahkan... zombie sendiri kebal padanya!
