Di dalam villa, setelah Tang Ji mengumpulkan semua orang, terlihatlah mayat Cynthia. Mayatnya sudah dibersihkan, tubuhnya terlihat bersih, namun di bagian lengan dan leher terdapat luka gigitan daging dan darah berhamburan. Di dahinya terdapat sebuah lubang berdarah. Dari depan hanya terlihat lubang ini, tapi jika dilihat dari samping akan ditemukan bahwa ubun-ubun belakangnya sudah hilang.
Dia awalnya digigit zombie hingga mati dan berubah menjadi zombie, kemudian ditembak kepala oleh Robbie hingga mati. Itulah sebabnya terdapat luka parah seperti itu di kepalanya.
Sekitar pukul dua belas siang, Cynthia dikremasi dan dimakamkan di tepi danau di luar kompleks. Seluruh anggota hadir dalam pemakaman Cynthia, termasuk Lin yang baru lahir dan Duke.
“……Cynthia telah memenangkan rasa hormat dan cinta kami dengan kerajinan serta kebaikan hatinya. Ia adalah wanita baik. Karena sibuk dengan uji coba, interaksi saya dengannya tidak terlalu banyak, tapi saya cukup memahaminya. Senyumannya sungguh mengesankan... Setelah kiamat tiba, ia mengalami tragedi terbesar dalam kehidupannya. Ia terus-menerus menekan dirinya sendiri... Di usianya yang masih muda, seharusnya ia belum meninggalkan kita. Kematiannya sungguh memilukan, tapi bagi dirinya sendiri, mungkin ini adalah kelegaan... Semoga ia beristirahat dengan damai di surga!”
Di tepi danau, Tang Ji menyampaikan pidato pemakaman untuk Cynthia. Di sampingnya, orang-orang lain mengenakan baju hitam dengan kepala tertunduk dan ekspresi wajah yang khidmat. Beberapa wanita diam-diam menyeka air mata. Setelah lebih dari setahun tahun bersama, Cynthia telah menjadi teman bagi semua orang. Ia mati, tiba-tiba mati, namun senyumannya akan selamanya tertanam dalam ingatan setiap orang.
Pemakaman yang dipenuhi kesedihan telah usai, dentang langkah semua orang perlahan menjauh, diiringi isakan tertahan gadis yang juga semakin redup.
Di tepi danau, dalam foto di nisan Cynthia, senyum manisnya tetap terpancar.
……
Setelah makan siang sederhana, pada sore hari Tang Ji menuntun Duke memasuki hutan untuk memulai pembersihan kedua. Bukan karena tak percaya hasil pembersihan orang lain, tapi ia berniat membersihkan area lebih luas - radius dua kilometer di sekitar hutan. Memburu semua zombie cacat yang masih bersembunyi, lalu dibunuh semua.
Pukul dua sore, di dalam hutan bagian timur villa tepi danau.
"Hush, krak!" Seekor zombie berlumuran darah dengan bagian bawah hanya menyisakan satu kaki merangkak susah payah di hutan. Kepalanya masih mendongak memperlihatkan wajah paling mengerikan, deruan tajamnya bergema di antara pepohonan.
Di depan zombie, sekitar lima puluh meter jauhnya, Tang Ji memegang tali Duke berdiri di bawah pohon besar. Tangan kirinya menarik rantai anjing, tangan kanannya mengepal pistol dengan lengan terentang lurus mengarah ke zombie, tak bergerak sedikitpun.
Duke yang berjongkok patuh di kaki Tang Ji mengeluarkan suara berat dari mulutnya, menciptakan kesan penuh ancaman. Menghadapi zombie, setelah eksperimen usai, tiba-tiba ia tak lagi takut. Namun sayangnya, karena alasan tertentu, ia tidak seperti Tang Ji yang bisa diabaikan zombie. Ia tetap menjadi target incaran zombie layaknya anjing normal.
"Braak!"
Saat zombie merangkak mendekat hingga sekitar empat puluh meter dari Tang Ji, pria itu menekan pelatuk. Dentuman pistol menggema, ubun-ubun zombie cacat yang terus merayap mendekati Duke itu meledak dahsyat. Seluruh tubuhnya terjungkal terbalik, jatuh ke tanah tanpa sisa nyawa.
"Dengan memanfaatkan kesempatan membersihkan zombie ini, Tang Ji sekaligus melakukan latihan menembak menggunakan pistol dengan peluru tajam."
"Whoosh... Sudah, kita pergi!" Tang Ji menghela napas lega, menundukkan kepala sambil menarik rantai anjing, berbicara pada Duke.
Satu manusia dan satu anjing, sekali lagi bergerak menuju posisi lain di dalam hutan.
Bersamaan dengan masuknya Tang Ji ke hutan untuk membersihkan zombie, anggota lainnya tetap tinggal di villa serta dalam kompleks, pekerjaan utama adalah memperbaiki segala sesuatu yang rusak akibat angin puyuh termasuk atap villa, kamera pengawas, sirkuit listrik, generator, tembok, pos jaga dan lain-lain. Beban kerjanya jauh lebih besar dibanding Tang Ji.
Selain itu beberapa materi rusak sepenuhnya, reparasinya sangat merepotkan. Diperkirakan untuk mengembalikan segala sesuatu ke kondisi sebelum angin puyuh setidaknya membutuhkan waktu lima hari. Alasan utamanya adalah banyak material tidak memiliki cadangan, perlu meninggalkan tempat ini ke kota untuk mencari. Inilah bagian yang paling menyita waktu.
Tapi hari itu tak ada yang pergi mencari dan mengumpulkan persediaan untuk rekonstruksi pascabencana. Karena angin puyuh baru berlalu sehari, masih banyak korban selamat di wilayah utara New Jersey yang terdampak. Dalam beberapa hari terakhir, pasti para survivor lain juga sedang aktif mencari logistik.
Tang Ji ingin mengatur waktu pencarian persediaan agar tidak bersamaan dengan survivor lain, menghindari pertemuan dan konflik akibat memperebutkan barang yang sama. Rencananya, prioritas pertama adalah memperbaiki yang masih bisa diperbaiki. Dua hari kemudian setelah data kebutuhan logistik terkumpul lengkap, baru akan mengajak tim untuk mencari.
Dengan kehadirannya, proses pencarian logistik dipastikan akan berjalan mudah dan lancar.
Pukul lima sore ketika senja mulai tiba, Tang Ji dan Duke kembali ke kompleks villa tepi danau. Saat itu, seluruh area sudah berubah total - jejak-jejak bencana telah lenyap tanpa sisa.
Pagar kawat besi di kompleks terlihat mengalami kerusakan parah, sebenarnya yang termudah diperbaiki karena seluruhnya terbuat dari besi. Hanya perlu melakukan pengelasan dan penguatan kembali di bagian yang sobek, tidak ada material yang hilang. Pada pagi hari, bagian yang rusak sudah selesai dilas. Di siang hari, Ai Wen, Carey, dan Jenderal Qiang melakukan penguatan tambahan terutama di area sambungan dengan menambahkan kawat besi dan plat logam.
Saat Tang Ji kembali ke kompleks, yang dilihatnya justru tembok yang sudah diperbaiki sempurna. Bahkan jaring listrik di atasnya juga sudah ditarik kembali dengan baik. Di dalam area kompleks, empat pos jaga telah dibongkar total untuk dibangun yang baru. Mobil-mobil rusak sudah diseret keluar, sementara pohon besar yang patah ditebang hingga ke akar dan dipotong menjadi balok kayu berbagai ukuran yang ditumpuk rapi.
Selain itu, di dalam kompleks, termasuk semua mayat zombie di dalam villa telah diseret ke luar kompleks dan untuk sementara ditumpuk bersama. Seluruh kompleks dan villa dibersihkan dengan air sehingga terlihat agak berubah total. Air tersebut berasal dari danau di luar sana. Meskipun banyak zombie jatuh ke dalam danau sehingga mencemari air, namun karena danau sangat besar, konsentrasi virusnya sangat rendah sehingga masih aman digunakan untuk membersihkan kompleks.
Untuk menyedot air guna membersihkan kompleks, Ai Wen dan yang lainnya terpaksa menggunakan cadangan baterai dari Laboratorium Tang Ji.
Di danau luar tidak ada mayat zombie, karena zombie yang jatuh ke danau sama sekali tidak bisa mati, mereka semua merangkak naik kembali. Air danau hanya tercemar ringan oleh darah yang mengalir dari tubuh mereka dan kotoran yang dibawa. Di musim semi yang sering hujan, diperkirakan butuh sekitar satu bulan dengan beberapa kali hujan deras, virus dalam dosis kecil di danau itu seharusnya akan terurai hingga tingkat yang benar-benar tidak berbahaya bagi manusia biasa. Kekuatan alam selalu tak terbatas, kemampuan mereka menghadapi materi berbahaya jauh lebih hebat daripada manusia.
Lagipula, ikan tidak takut virus zombie, jadi ikan-ikan di danau itu tidak akan terpengaruh.
Malam, kembali meredup.
Semua orang menyelesaikan kesibukan seharian dan kembali berkumpul di ruang tamu villa. Laura seperti biasa mulai mempersiapkan makan malam, namun yang berbeda adalah di antara mitra kerja Laura dalam menyiapkan makan malam, Cynthia sudah tidak ada lagi.
Di dalam ruang tamu masih terasa lembap dan ada nuansa dingin yang menyelinap. Karena villa belum memiliki atap, menyusuri tangga ke atas kita bisa langsung melihat langit. Namun berkat ventilasi jendela yang dibuka seharian, bau di ruang tamu sudah jauh membaik, hanya tersisa aroma tak sedap yang samar-samar.
Awal musim semi, malam hari masih terasa cukup dingin. Sebelum gelapnya malam tiba, semua orang telah mengenakan pakaian tebal.
Ruang tamu, di atas sofa.
Tang Ji memeluk putrinya Lin di samping Monica, kedua tangan mencengkeram ketiak Lin, terus-menerus mengangkat dan menurunkan tubuhnya untuk bermain. Tapi si kecil sepertinya tidak terlalu antusias, pipi tembemnya tanpa senyuman, lengan kecil bergerak-gerak acak seolah enggan dipeluk ayahnya. Mungkin sejak kelahiran Lin, Tang Ji selalu sibuk dengan uji coba sehingga tak sempat menemani. Akibatnya, Lin tidak mengenali ayahnya sendiri yang dianggapnya tak bertanggung jawab ini. Saat pertama kali dipeluk malam ini, Lin bahkan menangis dan baru tenang setelah dikembalikan ke Monica.
"Oh... Nak tersenyumlah... Tersenyumlah sayang..." Tang Ji berbisik manja mencoba mengambil hati Lin.
"Sudah-sudah, jangan dipaksakan. Nanti dia malah menangis lagi. Serahkan padaku, perlahan-lahan dia akan mulai menyukaimu." Monica tersenyum lebar sambil "merebut" Lin dari pelukan Tang Ji. Melihat cara Tang Ji mengajak bermain, hatinya masih merasa perlu memastikan keselamatan si kecil.
“Bagaimana？Takut aku melukainya？”Tang Ji memeluk erat bahu Monica, mencium pipinya, lalu memiringkan kepala sambil menatap mata Monica dan bertanya dengan senyum.
“Dia bukan takut kau lukai bayinya, dia masih kesal. Sudah lama bayi ini lahir tapi kau jarang mengurus. Merawat anak itu melelahkan.” Tiba-tiba sepasang lengan menyembul dari balik sofa dan mencekik leher Tang Ji. Manila menjulurkan kepala dari belakang, rahang bawahnya menekan bahu Tang Ji, berbisik sambil tersenyum.
“Benarkah？”Tang Ji menoleh dan mengecup bibir Manila, lalu kembali menatap Monica bertanya.
“Menurutmu？”Seolah benar terbongkar oleh Manila, Monica memeluk anaknya sambil merapikan senyum, melirik Tang Ji dengan sikap tidak dingin tidak hangat sambil membalas bertanya.
“Maaf, harta karun, aku bersalah. Nanti tidak akan lagi, ya... kalian tahu? Tersenyumlah... uji coba sudah selesai, ku jamin, tak akan ada kejadian seperti ini lagi. Aku akan melihat putri kita tumbuh besar setiap hari, menatapnya tiap hari... tersenyumlah...” Tang Ji mendekat perlahan ke sisi Monica, tersenyum lelah sambil meminta maaf, mencium pipi Monica beberapa kali.
“Sudah, aku percaya!” Monica akhirnya tak tahan tertawa, mencium bibir Tang Ji seraya berbisik. Setelah mengalami banyak hal bersama, Tang Ji telah menjadi orang yang paling penting di hatinya, orang yang paling dicintai. Sekarang Monica sama sekali tak tega terus-menerus menyalahkannya.
“Bagaimana denganmu? Sayang, maafkan aku, apakah kau akan membuat masalah untukku?” Tang Ji kembali menoleh, menatap Manila yang membungkuk di balik sofa, bertanya sambil tersenyum. Sebenarnya dia sama sekali tak perlu bertanya, hal yang paling sering dilakukan Manila saat menghadapi masalah adalah menangis, bukan menyalahkan siapapun. Di hadapan Tang Ji, dia bahkan tak punya sedikitpun aura.
“Akan ku lakukan... masalahmu akan semakin besar...” Manila berbisik sambil tersenyum menjawab. Setelah jeda sebentar, dia mendekatkan wajah ke telinga Tang Ji, melirik ke arah Monica, lalu semakin menekan volume suaranya: “Dua hari lagi adalah masa suburku, aku ingin...” Usai berkata, Manila memutar kepala menatap mata Tang Ji. Wajah mereka hampir bersentuhan, sorot mata Manila dipenuhi harapan.
“Kau yakin? Tidak takut capek mengurus anak?” Tang Ji tidak langsung menolak, malah balas bertanya dengan nada heran sambil berbisik. Baru saja Manila mengeluh repotnya mengasuh anak, tapi kini maksud perkataannya justru ingin punya anak lagi.
"Hm? Aku yakin, kamu setuju?" Ekspresi wajah Manila tiba-tiba berseri-seri. Ia tak mendengar nada penolakan dari suara Tang Ji.
"Hmm! Baiklah, asalkan kamu mau." Tang Ji menatap mata Manila sambil berbisik merespons, lalu mengangkat tangan menempelkan pipi Manila, mencium bibirnya perlahan-lahan hingga cukup lama baru berpisah.
"Aku cemburu." Dari samping terdengar suara Monica yang tak puas.
Tang Ji menoleh ke arahnya, dan melihat Monica sedang menatapnya dengan senyum yang tak tertahan di wajah.
"Ya Tuhan, kok ada bidadari surgawi di sini?" Tang Ji berpura-pura terkejut melihat Monica sambil bercanda, lalu menyembulkan kepala untuk mencium bibirnya lagi. Monica membuat ekspresi "jangan macam-macam" tapi senyumnya justru semakin lebar.
Wanita mana pun menyukai kata-kata manis dari kekasih, semua wanita tanpa terkecuali, ini merupakan kebenaran universal.
Ketika Manila, Tang Ji, dan Monica berkumpul di sebelah sofa saling berbisik manis dengan tawa bahagia, di belakang sofa yang tidak terlalu jauh, dari sekitar meja terdengar bergelombang suara gerutu ketidakpuasan. Christine sedang duduk di kursi belakang meja, menatap grup Tang Ji yang mesra sambil satu tangan memegang kantong kertas, tangan lainnya terus-menerus mengeluarkan dendeng daging dan menyelipkannya satu per satu ke mulut, mengunyah dengan geram sambil terus memancarkan dengusan tidak puas dari kerongkongannya.
Dia sangat marah, benar-benar marah. Sebagian besar hari ini dihabiskannya dalam kegelisahan. Dia sudah hamil, dan Tang Ji adalah ayah dari anak tersebut. Karena Tang Ji sudah keluar dari laboratorium, kapan saja bisa mengetahui hal ini, itulah sebabnya dia seperti ini. Semula berharap setelah sibuk seharian, saat semua orang berkumpul bersama, Monica dan Manila akan memberitahu Tang Ji tentang hal ini.
Namun performa Monica dan Manila sama sekali tidak menunjukkan niat untuk mengungkapkan fakta kehamilan Christine. Keduanya hanya sibuk bermanja-manja dengan Tang Ji, bercanda dan tertawa, mesra berduaan. Karena itulah, Christine sangat marah.
Saat ini dia sangat ingin berlari ke depan Tang Ji, berteriak lantang "Tang Ji, aku mengandung anakmu!". Tapi dia tahu tak boleh melakukan ini. Perilaku yang tidak mendapat izin Monica seperti ini, jika benar-benar dilakukannya, maka hari-hari mendatangnya akan sangat sulit. Monica adalah wanita yang bahkan membunuh pun takkan berkedip. Sekarang hanya Tang Ji yang bisa mengendalikannya. Sedangkan orang lain, bahkan Manila yang secara lahiriah terlihat akrab seperti saudari seperguruan dengan Monica—Christine merasakan dengan jelas—Manila pasti tak berani mengusik Monica yang sekarang terlihat ramah itu. Apalagi Christine sendiri, semakin tak berani.
Jadi dia terus-terusan mengunyah makanan sambil menggigit-gigit gigi di belakang, tapi ada satu hal yang dia sadari betul: masalah ini cepat atau lambat akan ketahuan juga. Paling-paling seminggu lagi, gejala kehamilan seperti mual dan hilang nafsu makan akan muncul. Saat itu, banyak orang yang bakal tahu kalau dia hamil, dan kebenaran pasti terungkap dengan sendirinya. Tingkah Christine sekarang ini cuma karena dia terlalu buru-buru saja.
Dentang langkah kaki berdengung-derap. Hanny yang pipinya merah merona menarik-narik Carey turun dari lantai atas. Setelah melepas pegangan tangan, Carey berjalan menuju Ai Wen yang berdiri di sudut ruang tamu, sementara Hanny menghampiri Christine.
"Ada apa denganmu?" Tatapan Hanny penuh keheranan menatap Christine yang masih terpaku. Sepanjang jalan mendekati Christine, gadis itu sama sekali tidak bereaksi. Matanya tetap menyipit memandang sofa di depannya, tangan kanannya secara mekanis menyuapkan dendeng ke mulut, lalu mengunyahnya dengan geraham yang berderik.
“Oh?” Christine memalingkan wajah melihat Hanny yang tertegun, segera menyadari situasi dan menjawab: "Tidak ada, mau makan?" Sambil berkata demikian, Christine menyodorkan kantong berisi dendeng ke hadapan Hanny.
"Berikan semuanya, kamu harus kurangi. Aku perhatikan akhir-akhir ini badanmu melar." Hanny merebut kantong dendeng dari tangan Christine sambil tertawa.
"Oh, benarkah?" Christine kembali tertegun, tangannya mengusap pipinya secara reflek. Memang tubuhnya agak membulat karena selama sebulan terakhir tidak latihan, meski porsi makannya sama dengan yang lain, aktivitas fisiknya berkurang.
Bersamaan dengan gerakan Christine mengusap pipi, Tang Ji yang duduk di sofa tak jauh di depannya tiba-tiba berdiri. Ia menepuk tangan perlahan: "Mari berkumpul lebih dekat. Akan kujelaskan situasi tentang mengapa zombie tidak menyerangku."
"Masalah ini sebenarnya direncanakan Jenderal Qiang untuk dibahas dengan Tang Ji setelah makan malam. Saat ini, Jenderal Qiang sedang membantu Laura menyiapkan makan malam. Tang Ji memahami bahwa semua orang pasti ingin mengetahui hal ini. Jadi untuk menghindarkan masalah, ia ingin menjelaskan semuanya sebelum makan agar bisa beristirahat lebih awal setelahnya."
