"Kamu punya safehouse di sekitar sini kan? Mengapa harus ke tempatku?" Tang Ji membalas bertanya.
“Kenapa? Aku tak boleh bertemu orang? Atau kau takut aku akan berbuat sesuatu pada kalian? Kondisiku sudah seperti ini.” Tatapan Hillary Clinton memancarkan kesedihan, dialog sederhana itu tanpa disangka justru semakin menjauhkannya dari Tang Ji. Sebenarnya Hillary bukan tipe wanita yang suka mengasihani diri sendiri, namun penolakan tersirat dalam ucapan Tang Ji tetap membuat hatinya berduka.
“Bukan itu maksudku, maaf, aku hanya... kau tahu, Monica ada di sana. Aku tak ingin kalian bertemu.” Tang Ji menjelaskan sambil menatap wajah letih Hillary Clinton. Sebenarnya di dalam hati, ia tidak terlalu waspada terhadap Hillary, terutama karena Monica. Keduanya pernah saling berusaha membunuh. Memang waktu dikatakan bisa menghapus segalanya, tapi kebencian antara Monica dan Hillary Clinton belum tentu bisa lenyap hanya karena mereka tidak bertemu selama lebih dari setahun.
Sebenarnya di dalam hati, Tang Ji tidak ingin Hillary Clinton kembali mengalami luka, terlebih yang mungkin menyebabkan luka semacam ini adalah ibu kandung anaknya sendiri. Tang Ji pernah memberikan disiplin keras kepada Monica, namun beberapa sifat bawaan dalam tulang punggung Monica tak bisa ia ubah. Seperti meski ia telah berkali-kali menegaskan agar orang lain tidak mendekati laboratorium, Monica tetap nekat mendatanginya jelang persalinan.
"Bagaimana keadaannya? Masih tetap tak punya otak, bertindak tanpa pikir panjang?" Ucapan Hillary Clinton mengandung ejekan samar. Dia bukan tipe orang yang impulsif, lebih menyukai rencana matang. Sedangkan Monica... benar-benar memberi kesan mendalam!
"Dia baik-baik saja. Setiap hari dialah yang mengurus anak. Dia ibu yang menjalankan tugas dengan baik." Tang Ji menatap Hillary Clinton sambil berkata.
"Bawa aku, aku ingin melihat orang-orangmu. Selain Ban Hui yang akan ikut, yang lain akan tinggal di sini. Mereka masih punya urusan. Bawa aku, ya?" Sorot mata Hillary berkilat seolah menyimpan permohonan. Ia merasakan jaraknya dengan Tang Ji semakin menjauh, dan ia tak menyukai perasaan ini.
"Baiklah!" Tang Ji menatap Hillary lama sebelum akhirnya mengangguk. Ia menyadari dirinya ternyata tak tega menolak permintaan Hillary.
"Terima kasih, Tang!" Hillary menarik tangan Tang Ji, menciumnya lalu tersenyum lebar.
Tangan Tang Ji bersih tanpa noda karena selama operasi selalu mengenakan sarung tangan. Kini sarung tangan telah dilepas, telapak tangannya yang kasar semakin perkasa mencirikan tangan pria sejati.
"Tanganmu kenapa?" Tiba-tiba Hillary menyadari ibu jari kanan Tang Ji yang hilang. Ia menunduk memeriksa sambil bertanya, baru kali ini memperhatikan detail tersebut.
"Zombie, sekali kecelakaan, sudah tak apa, tidak mempengaruhi apapun!" Tang Ji berbisik menjelaskan sambil menarik kembali tangannya.
Sorot mata Hillary menyiratkan kilau spiritual yang tak terdefinisi, seperti kekecewaan karena keengganan Tang Ji bercerita lebih banyak tentang kejadian yang menimpanya.
"Ayo kita turun!" ujar Hillary sambil memiringkan kepala melihat ke luar.
Keduanya turun dari mobil. Tang Ji dengan hati-hati menopangnya. Hillary mengamati lingkungan parkir bawah tanah lalu menoleh ke Ban bertanya: "Mobil bisa keluar?"
Ban sedang berdiri bersama Robbie sambil merokok, berbincang pelan. Jelas keduanya telah menjelaskan urusan penembakan Mulaq oleh Robbie sebelumnya, membuat hubungan mereka semakin harmonis.
"Bos, dua pintu keluar sudah tersumbat. Di sebelah sana ada pintu tangga, orang bisa keluar jalan kaki tapi mobil tidak bisa!" Ban berdiri tegak sambil menatap Hillary.
"Oh!" Hillary mengangguk paham lalu menambahkan: "Yang lain tinggal di sekitar sini. Orang-orang itu mungkin akan datang lagi. Ban, kamu yang atur!"
Ban mengangguk, berjalan ke samping dan mulai berbisik dengan para prajurit bawahannya. Sepertinya sedang menyusun strategi jika lawan kembali, bagaimana merespons.
"Kalian punya mobil?" Hillary menoleh ke Tang Ji, bertanya pelan sambil mengangkat tangan merapikan rambut acak-acakannya.
"Hmm! Ada, tapi juga terjebak di sini!" Tang Ji tersenyum kecut dengan nada pasrah. Setelah jeda sebentar, ia menunjuk ke mulut gua di tengah parkir bawah tanah: "Di luar sana ada beberapa mobil peninggalan orang yang mau menangkapmu. Terlihat masih bagus, seharusnya bisa dipakai!"
"Oh, kalau gitu ayo pergi!" Hillary mengangguk setuju. Bersama Tang Ji dan Robbie, mereka bergegas menuju pintu tangga. Belum jauh berjalan, ia menoleh memanggil Ban: "Ban, sudah siap? Kita berangkat!"
"Begini saja. Jika jumlah mereka banyak... paham?" Ban memberi instruksi terakhir ke anak buahnya. Sambil menoleh ke Hillary ia menjawab: "Siap!" Kemudian bergegas menghampiri.
"Rencananya gimana mau mengeluarkan mobilnya?" tanya Hillary.
"Mungkin harus menunggu sampai besok, mereka akan mencari cara untuk mengerek mobil langsung dari mulut gua!" ujar Ban, sambil melirik Tang Ji dengan penglihatan tepi tanpa bertanya apa-apa. Sebelumnya saat Tang Ji belum kembali, Hillary sudah memberitahunya untuk memeriksa alamatnya, jadi dia mengetahui hal ini.
Paramount Predator memiliki bobot kosong mencapai lima belas ton, dan bisa dimuati hingga delapan belas ton. Mengeluarkan entitas raksasa ini dari parkir bawah tanah yang tertutup di sekelilingnya bukanlah hal mudah. Namun mobil ini sangat terpenting bagi Hillary sebagai jaminan keselamatan, sehingga selama memungkinkan, harus diangkut ke permukaan.
Sebenarnya dari beberapa aspek, mengangkut mobil keluar tidak terlalu sulit. Contohnya dengan membangun tanjakan di mulut gua yang tidak perlu terlalu rata - Paramount Predator bisa langsung menaikinya tanpa masalah. Hanya saja sekarang cuaca sudah gelap, dan mereka yang ingin menangkap Hillary mungkin akan kembali ke sini setelah waktu tertentu, sehingga pengangkutan mobil harus ditunda sampai siang besok.
Keempat orang berjalan dalam formasi dua di depan dan dua di belakang. Tak ada yang berbicara. Perlahan mereka tiba di depan pintu masuk tangga mall yang terhubung dengan parkir bawah tanah. Di sebelahnya ada lift, namun sudah berhenti beroperasi karena mati listrik.
"Tunggu!" Saat keempat orang hendak memasuki pintu tangga, Tang Ji tiba-tiba berhenti dan berteriak.
"Ada apa?" Hillary bertanya dengan suara lembut.
"Kalian tunggu di sini, jangan pergi!" Tang Ji memejamkan mata sejenak, seolah mengingat sesuatu. Setelah membuka matanya, dia segera berkata sambil menyerahkan Hillary kepada Ban untuk ditopang. Dirinya sendiri lalu bergegas masuk ke pintu yang menuju lantai bawah tanah mall.
Dengan cepat Tang Ji tiba di area lantai bawah tanah mall. Sekelilingnya gelap gulita. Dia mengeluarkan senter dan menggerakkan berkas cahayanya secara acak untuk memindai sekitar.
Baru saja, beberapa fragmen kenangan tentang lantai bawah tanah mall muncul jelas di pikiran Tang Ji. Adegan saat siang hari ketika ia bersama Robbie mencari kotak listrik di lantai bawah tanah. Ia mengingat setiap sudut lantai bawah tanah mall dengan sangat detail, bahkan kenangan sekilas pandang yang tersimpan di ingatannya tak pudar sedikitpun meski sehari telah berlalu.
Tata letak dan struktur lantai bawah tanah mall, jumlah anak tangga sebelum masuk koridor, panjang koridor, struktur belokan tangga... Saat Tang Ji kembali memejamkan mata, adegan-adegan ini terus-menerus bermunculan di pikirannya. Struktur lantai bawah tanah mall di benaknya semakin jelas...
Ini adalah kemampuan mengingat ruang yang belum pernah dimiliki Tang Ji sebelumnya.
Sekitar setengah detik kemudian, Tang Ji membuka mata. Ia berbalik ke utara dan melangkah sekitar tiga puluh langkah, lalu berbalik lagi menghadap barat. Di hadapannya kini berdiri sebuah dinding. Setelah memandanginya sebentar, ia pun berbalik pergi.
Tang Ji kembali tiba di area parkir bawah tanah.
"Ada apa?" Hillary Clinton kembali bertanya.
"Ikuti aku!" Tang Ji melambaikan tangan kepada tiga orang itu, berjalan menuju sisi utara area parkir. Setelah menembus dua jalur kendaraan, mereka berhenti di depan tempat parkir yang sepi. Di sampingnya berdiri dinding hitam pekat.
"Di sini, di balik dinding ini ada mall. Dinding ini bukan penahan beban struktural. Ketebalannya seharusnya tidak melebihi sepuluh inci!" Tang Ji menunjuk dinding di sebelahnya.
Melalui pengamatan, ia menemukan masalah: Parkir bawah tanah dan mall ini bukan dibangun terpisah, melainkan dibangun bersamaan. Sebagian area sebenarnya terhubung, namun dihalangi oleh dinding.
"Kamu yakin?" Senyum mengembang di pipi Hillary Clinton saat membalas bertanya, seolah tak percaya Tang Ji bisa melihat ini. "Jika di siang hari, dengan alat ukur kita pasti bisa membuktikan klaimmu. Tapi sekarang malam hari, hanya dengan mata telanjang... Mustahil melakukan ini!"
“Tentu yakin, kita bisa langsung meledakkan tempat ini, dua mobil semuanya bisa meninggalkan sini.” Tang Ji mengangguk dengan penuh keyakinan.
“Baiklah! Tang, aku percaya padamu...” Senyum Hillary semakin lebar sambil menatap Tang Ji, lalu memalingkan wajah ke Ban, “Pergi bawa mobil ke sini!”
Ban mengangguk, melirik Tang Ji sejenak sebelum berbalik pergi.
“Kau berniat menabrakkannya langsung?” Tang Ji mendekati sisi Hillary, melirik sekilas ke arah Ban yang bergegas pergi.
“Hmm!” Hillary mengangguk sambil mengeluarkan suara persetujuan yang bergema.
“Aku yang akan menyetir!” Robbie di samping berkata, dia sangat paham tugasnya.
Beberapa menit kemudian, gemuruh Paramount Predator menggema dari kejauhan di area parkir. Lampu mobil menyala terang, cahayanya bergerak perlahan seiring kendaraan tempur berat itu melaju di jalur menuju arah Hillary.
Tang Ji menopang Hillary berjalan ke samping, menghindari dinding itu. Robbie mengemudikan pikap perlahan sampai di belakang mereka dan berhenti.
Gemuruh! Di dalam kabin Penjarah, Ban menginjak dengan kasar pedal gas dua kali. Dalam waktu singkat, kecepatan mobil mencapai level ekstrem. Kendaraan itu mengaum melintas di hadapan Hillary dan Tang Ji, menembus area parkir, lalu menabrak dengan keras dinding yang baru saja ditunjuk Tang Ji.
Gemuruh!
Dentuman dahsyat menggema. Di tengah debu tanah dan beterbangannya batu bata, Penjarah Paramount menembus dinding dalam sekejap napas. Mobil itu masih melaju belasan meter di dalam sebelum akhirnya memperlambat dan berhenti.
Tang Ji menuntun Hillary mendekati mulut gua di dinding. Cahaya dari lampu Penjarah Paramount di dalam memperlihatkan permukaan berdebu yang dipenuhi barang-barang berserakan. Rak-rak barang yang roboh tampak sedikit melengkung... Di balik tembok itu terbentang lantai bawah tanah mall.
"Wah, berapa IQ-mu sebenarnya?" Hillary Clinton mengeluarkan suara terkejut yang dibuat-buat, menoleh memandang Tang Ji sambil tersenyum. Dia tahu persis tingkat kecerdasan Tang Ji, sehingga pertanyaan ini lebih bersifat bercanda.
"130, kau sudah tahu. Lagipula ini bukan soal IQ, tapi ingatan spasial!" Tang Ji menjawab dengan lembut sambil tetap menopang tubuh Hillary Clinton memasuki mall. Tangannya melambai ke arah pikap yang masih berada di area parkir.
Kemampuan offroad pikap ternyata cukup baik. Meski ada serakan pecahan batu bata di permukaan tanah, hal itu sama sekali tidak menghalangi laju kendaraan. Tang Ji pun malas membersihkannya.
Paramount Predator kembali bergerak. Karena bodinya terlalu besar dan tidak ada jalan yang bisa dilalui di dalam mall, kendaraan baja ini melaju lurus bagai meteor. Dengan aura "dewa pembunuhan yang menghancurkan segala rintangan", seluruh penghalang di depannya dibabat habis.
Robbie menyetir pikap mengikuti di belakang. Di depan awalnya tidak ada jalan, tetapi setelah dilalui Paramount Predator, terbentuklah jalur. Sepanjang perjalanan pikap tidak menemui hambatan apapun karena semua rintangan telah dibobol oleh Paramount Predator yang berada di depan.
Tak lama kemudian kedua mobil mencapai anak tangga pusat perbelanjaan. Tangga biasa yang lebar, menuju ke lantai dasar mall. Di sebelahnya terdapat tangga berjalan khusus untuk kereta belanja.
Paramount Predator sama sekali tidak menunjukkan niat berhenti saat mendekati tangga. Dengan sikap angkuh, mobil itu langsung menerjang naik. Guncangan tangga seolah tak berarti baginya. Dengan mulus ia mencapai lantai dasar, melaju beberapa meter dan merubuhkan beberapa rak barang sebelum akhirnya berhenti.
Kejam! Paramount Predator benar-benar menghidupkan makna kata tersebut secara sempurna!
Robbie mengemudikan pikap mendekati tangga lalu mengurangi kecepatan, perlahan-lahan mulai naik sambil bergoyang naik-turun mengikuti kontur tangga.
Tangga dari lantai dasar ke basement di mall ini dirancang untuk pengunjung, cukup lebar namun ketinggian antar anak tangga hanya 5 sentimeter. Kemiringannya lebih landai dibanding tangga biasa karena volume pejalan kaki yang tinggi dan minimnya pegangan. Desain ini dibuat untuk mencegah risiko pengunjung terjatuh akibat tangga curam.
Meski begitu, Robbie tetap tak bisa asal menerobos ke atas dengan paksa. Bak mobilnya penuh muatan sehingga harus ekstra hati-hati.
Tang Ji menopang Hillary di belakang sambil berjalan perlahan. Baru setelah mereka menembus lantai bawah tanah mal dan sampai di depan tangga, Robbie mulai mengendarai pikapnya naik secara perlahan.
"Bisa tidak?" Tang Ji menoleh memandang Hillary, lalu melirik tangga panjang di atasnya, bertanya penuh perhatian.
Hillary menggelengkan kepala, terlihat sangat lemah.
"Aku gendong!" ujar Tang Ji. Ia menggendong Hillary secara horizontal, melangkah setapak demi setapak menuju lantai dasar mal.
"Berapa beratmu sekarang?" sambil berjalan, kening Tang Ji berkerut halus. Ia merasakan tubuh Hillary jauh lebih ringan.
"38 kilogram!" Senyum pahit mengkilat di wajah lesu Hillary. Kedua lengannya memeluk leher Tang Ji saat berbisik, "Dulu... 45 kilogram."
Sebelumnya, Hillary adalah wanita berpostur tinggi dan subur, tingginya setara dengan Tang Ji. Setelah mengenakan sepatu hak tinggi, dia bahkan lebih tinggi dari Tang Ji. Dulu berat badannya mencapai 55 kilogram atau 110 jin. Namun sekarang, beratnya sudah kurang dari 80 jin.
"Ayo naik mobil!" Tang Ji terus menggendong Hillary hingga sampai di depan kendaraan Paramount Predator baru melepaskannya. Ia membantu Hillary naik ke mobil, lalu berbalik dan kembali ke pikap.
Gemuruh!
Dengan deru dahsyat dan pecahan kaca beterbangan, Paramount Predator menerjang keluar dari mall menuju jalan raya. Di belakangnya diikuti sebuah pikap.
Setelah melewati satu blok, kedua kendaraan bertukar posisi. Robbie yang mengemudikan pikap kini memimpin di depan. Kedua mobil itu melaju menuju villa tepi danau di kedalaman hutan bagian selatan Mount Olive.
