Militer melakukan evakuasi dengan sangat cepat. Setelah menerima perintah Yahipol, hanya dalam waktu satu jam, 20 hulu ledak nuklir W87 berhasil diangkut dari lantai tiga bawah tanah ke lapangan di permukaan menggunakan helikopter transportasi menengah CH-47 Chinook. Setelah pemasangan selesai, tepat pukul sepuluh pagi, mereka meninggalkan basis pengumpulan korban selamat 'Fajar Api'.
Awalnya, militer mengerahkan 50 prajurit biasa sebagai pendamping. Namun karena pertimbangan transportasi hulu ledak nuklir, pesawat angkut C-5 yang dievakuasi dari pangkalan udara 20 kilometer jauhnya tidak hanya membawa truk berat termodifikasi "Penjarah", tetapi juga 30 prajurit. Dengan demikian, helikopter angkut menengah CH-47 baru bisa membawa 20 unit W87 dengan total berat 4 ton.
Basis Pengumpulan Korban Selamat 'Fajar Api', Lapangan Pusat.
Hillary, Tang Ji, dan para eksekutif Fajar Api menyaksikan helikopter angkut dan dua helikopter Apache perlahan menghilang di ufuk langit. Atas perintah Hillary, para petinggi bubar untuk melanjutkan kesibukan masing-masing. Setelah pernah dijebol gerombolan zombie, Fajar Api kini memiliki segudang pekerjaan yang membuat semua orang sibuk.
Dikelilingi belasan prajurit bersenjata, Tang Ji dan Hillary kembali ke pangkalan militer bawah tanah. Di koridor, kantor Hillary sudah terlihat di kejauhan.
"Ke tempatku. Kemarin karena sedikit kecelakaan, ibuku sudah tahu tentang Manuela dan Christine. Dia tidak ingin aku berbuat kacau lagi. Hari ini aku bisa memperkenalkanmu padanya." Tang Ji berjalan di samping Hillary, menoleh tajam sambil berbisik.
Langkah Hillary langsung melambat sejenak, tapi segera kembali ke kecepatan semula sambil melanjutkan jalan ke kantor. "Tidak takut ibumu melaporkan hubungan kita ke militer?" ujarnya.
"Takut apa? Sekarang sudah tidak ada yang perlu disembunyikan. Krisis kita selesai, mereka juga dapat yang diinginkan." Tang Ji menyesuaikan langkah dengan Hillary sambil menjawab.
"Tapi kau berikan Ann pada mereka. Dia tahu rahasiamu!" Hillary membalas cepat.
"Dia sudah tidak bisa bicara, tidak punya anggota badan, dan juga orang gila. Kau berharap dia bisa membocorkan informasi apa? Atau... apakah militer akan mempercayainya?" Tang Ji berkata. Perkataan ini bukan hanya ditujukan pada Hillary, tapi juga mengandung unsur penghiburan diri. Ia tidak boleh membunuh An, juga tidak bisa menghancurkan kecerdasan An. Karena itulah ia memotong lidah An. Ia hanya berharap bisa menyembunyikan diri, tapi An tetap berpotensi mengeksposnya. Tak ada cara untuk menghindari kemungkinan ini.
"Mau masuk?" Hillary sampai di depan pintu kamar, tangannya mendorong daun pintu sambil menoleh menatap Tang Ji.
Tang Ji mengangguk tanpa bicara, berjalan masuk bersama Hillary yang telah membuka pintu, lalu menutupnya kembali dengan punggung tangan.
"Siang nanti, undang ibumu ke sini. Kita makan siang bersama." Hillary berjalan ke samping meja kerja, melepas sarung tangan putihnya dan melemparkannya ke atas meja. Ia menoleh sambil tersenyum tipis pada Tang Ji.
Ekspresi berpikir muncul di wajah Tang Ji. Ia menatap Hillary Clinton sejenak, lalu berjalan dengan tongkat menuju sofa. Saat duduk, akhirnya membuka mulut: "Baiklah, akan kujemput dia datang."
"Apa yang dia sukai?" Hillary Clinton menoleh ke meja kerja, melipat lengan sambil menatap Tang Ji dengan senyum bertanya.
"Oh... Aku tak tahu. Sebelum bencana, dalam ingatanku dia menyukai masakan Prancis. Tapi... kau tahu, karena malapetaka ini, kebiasaan makan banyak orang telah berubah, selera juga berbeda..."
"Plak!"
Hillary Clinton menjentikkan jari, berkomentar: "Kalau begitu masakan Prancis saja..." Kemudian ia mengangkat telepon di meja, langsung memberi perintah: "Siapkan masakan Prancis untuk makan siang, porsi tiga orang."
Setelah meletakkan telepon, Hillary kembali menghindari meja kerja, berjongkok di belakang kursi bos, memasukkan password untuk membuka brankas. Dari dalam tiba-tiba meluncur keluar kotak perhiasan besar yang dia bawa sambil berjalan ke samping Tang Ji lalu duduk. Membuka kotak perhiasan itu, dia menatap Tang Ji: "Apa yang akan dia sukai?"
Kotak perhiasan terbuka terbagi menjadi lima lapisan. Setiap lapisan dibagi menjadi area berbeda berdasarkan ukuran dan fungsi, semuanya dipenuhi berbagai jenis perhiasan. Beberapa kalung terutama terlihat sangat bernilai, jika di masa sebelum akhir zaman, harganya minimal bernilai jutaan bahkan puluhan juta dolar AS. Butir-butir berlian memancarkan kilauan menyala-nyala.
Sekarang semua basis pengumpulan korban selamat berskala di dunia menggunakan logam sebagai mata uang yang beredar. Jika diperlukan, senjata dan "makanan" juga bisa menjadi alat tukar. Di akhir zaman, nilai mereka jauh lebih stabil daripada logam. Sedangkan perhiasan dan berlian... Sama seperti logam, mereka juga bisa berfungsi sebagai mata uang. Dan begitu akhir zaman berakhir, saat dunia mulai bangkit kembali, nilai mereka pasti akan melonjak jauh melebihi logam.
Pandangan Tang Ji menyapu sekilas isi kotak perhiasan, akhirnya mengarah ke sepasang anting telinga berlian. "Ini."
"Ini?" Hillary Clinton memiringkan kepala melihat perhiasan yang ditunjuk Tang Ji, sambil mengerutkan alis tersenyum: "Pilih lagi yang lain." Dia mengira Tang Ji sedang terus tumbuh (), karena perhiasan yang dipilih itu adalah yang paling tidak bernilai di seluruh kotak.
“Tidak, tidak! Ini persis cocok. Ibu saya tidak terlalu suka memakai perhiasan mewah. Seperti yang kau tahu, karena pekerjaannya sebelumnya yang sering menghadiri acara-acara resmi dan serius, beliau jarang memakai perhiasan sehari-hari... Jadi ini sangat pas.” Tang Ji memperagakan gerakan tangan sambil tersenyum menjelaskan.
“Baiklah!” jawab Hillary dengan wajah seperti sedang berbaik hati. Ia mengangkat kotak perhiasan itu dan berjalan menuju brankas.
Menjelang waktu makan siang, Tang Ji kembali ke pondoknya.
Di ruang tamu, Monica sedang berusaha menenangkan Lin yang rewel. Christine sedang melakukan latihan pemulihan, sementara Odel membantu Mani di dapur menyiapkan makan siang.
“Ibu!” Tang Ji memasuki dapur dan mendekati Odel dari belakang, lalu mencium pipinya.
Odel yang sedang memotong daging menoleh ke arah Tang Ji, “Mereka sudah pergi?” tanyanya sambil tersenyum.
"Hmm, sudah pergi..." Tang Ji menanggapi, ragu-ragu lalu membuka mulut lagi: "Ibu... eh... Hillary ingin mengajakmu makan siang bersama." Setelah berkata demikian, Tang Ji melirik Mani yang berada di samping, lalu tersenyum memandang Odel.
"Oh, hari ini?" Odel bertanya heran.
"Hmm, di sebelah sana sudah mempersiapkan segalanya, menyuruhku untuk mengajak ibu ke sana." Tang Ji tersenyum.
Odel tak menyangka Hillary akan mengundangnya makan. Tapi karena Hillary sudah mengundang, ia tak bisa menolak. Meski tak memahami hubungan Hillary dengan Tang Ji, namun mengingat Hillary sebagai Komandan Tertinggi Fajar Api sedangkan Tang Ji adalah eksekutif Fajar Api, demi menghindari kesulitan untuk anaknya di masa depan, ia seharusnya datang. Lagipula, demi sopan santun, ia pun tak pantas menolak.
Odel berpikir sejenak, lalu tersenyum memandang Mani: "Kuserahkan padamu? Tidak masalah kan?"
"Aku baik-baik saja, silakan Ibu pergi..." Manila melirik Tang Ji, menatap Odel sambil tersenyum manis menjawab, lalu segera menoleh tajam ke arah pintu dapur berteriak: "Christine, kemarilah bantu aku!"
Dua orang memasak, jika tiba-tiba berkurang satu orang, yang lain akan menjadi tangan gemetar tak karuan. Memanggil orang untuk membantu adalah hal yang diperlukan.
Tang Ji menjulurkan kepala mencium bibir Manila, kemudian meletakkan tangan di bahu Odel keluar dari dapur. Christine seperti angin menerjang masuk ke dapur.
Odel kembali ke kamar untuk ganti baju. Tang Ji berjalan ke samping Monica. Monica tak beremosi menundukkan kepala, lengan perlahan mengayun-ayunkan Lin, tak menghiraukan Tang Ji. Dari bentuknya, seharusnya dia telah mendengar dialog di dapur tadi.
"Maafkan aku, harta karun." Tang Ji melihat anak perempuannya, lalu memindahkan pandangan ke wajah Monica, berbisik berkata.
Monica tidak bersuara, menggendong anaknya menuju sudut ruangan, meninggalkan punggung yang diam bagi Tang Ji.
Tang Ji menundukkan kepala sebentar, mengangkat tangan menggaruk ubun-ubunnya, seolah kehilangan kata-kata.
Tak lama, Odel keluar dari kamar. Koper yang dibawanya berisi banyak pakaian. Kini ia mengenakan gaun hitam formal dengan rambut disanggul rapi, plus riasan natural.
"Bagaimana?" Odel memutar tubuh satu putaran sambil memegang tas tangan, bertanya.
Penampilannya bak wanita bangsawan. Padahal usia Odel sudah 50 tahun, tapi kini terlihat seperti wanita 40 tahunan. Tuntutan pekerjaan sebelumnya mengharuskan penampilan prima, sehingga ia rajin merawat diri. Andai bukan karena keriput halus di sudut mata yang tak bisa disembunyikan, ia akan terlihat lebih muda.
"Ibu... Kau benar-benar cantik luar biasa!" ujar Tang Ji dengan nada keterlaluan.
“Jangan berlebihan... Jangan puji-puji aku.” Odel melambaikan tangan sambil tersenyum, meski berkata demikian, senyum di pipinya malah semakin merekah.
Tengah hari, pondok Hillary Clinton.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka, Tang Ji sendiri yang mendorongnya sambil mencondongkan badan membuat gestur "silakan", Odel yang tampak anggun perlahan memasuki ruangan. Hillary Clinton yang telah berdandan rapi segera berdiri menyambut.
“Selamat datang, Nyonya!”
“Maaf telah mengganggu.”
Setelah bertukar basa-basi dan saling mencium pipi, Hillary Clinton mengantar Odel ke meja makan, secara langsung menarik kursi untuknya. Tang Ji kemudian membantu menarik kursi untuk Hillary Clinton.
Situasi yang aneh, Odel tidak bisa dikatakan seperti mendapat kehormatan besar, namun di hatinya tetap ada rasa aneh, karena Hillary Clinton terlalu segan bertindak. Sebagai komandan tertinggi basis pengumpulan korban selamat menengah, Hillary Clinton sama sekali tidak perlu menjilat Odel. Odel di Kota Korban Selamat hanya bertanggung jawab atas urusan internal, tidak pernah terlibat dalam urusan militer.
Di samping meja makan, Hillary Clinton dan Odel duduk berhadapan. Tang Ji mengambil posisi di salah satu sisi. Di atas meja sudah tersedia cawan arak dan peralatan makan, namun hidangan belum dihidangkan.
"Kring!" Hillary Clinton mengangkat lonceng di meja dan menggoyangkannya, lalu memandang Odel dengan wajah dipenuhi senyum: "Wah, sering mendengar Tang membicarakan Nyonya. Sungguh kehormatan bisa bertemu. Bersalah... akhir-akhir ini karena banyak situasi, belum sempat berkunjung. Jangan disalahkan."
“Tidak, tidak, seharusnya saya yang mengunjungi Anda. Terima kasih telah merawat Tang di sini. Sekarang kondisi tubuhnya tidak terlalu baik, tapi terlihat hidup dengan baik. Terima kasih." Odel tersenyum menanggapi.
“Oh, jangan begitu. Sebenarnya, Tang banyak membantu saya. Dia dokter yang luar biasa. Saya sangat bersyukur bisa memilikinya di samping saya." tambah Hillary Clinton.
Sementara kedua wanita itu saling berbasa-basi, kamar terbuka. Pelayan mendorong troli makanan masuk. Di samping, Tang Ji mengepalkan tangan di bibir, pandangannya bolak-balik menyapu wajah kedua wanita, terlihat hampir tak bisa menahan tawa.
Ia agak tidak tahan dengan dialog resmi mereka, sangat ingin tertawa.
“Harta karun, kamu baik-baik saja?" Odel menangkap ekspresi wajah Tang Ji, buru-buru bertanya.
Tang Ji yang wajahnya memerah karena menahan tawa buru-buru melambaikan tangan: “Aku baik-baik. Ahem..." Ia batuk ringan dua kali, lalu merapikan baju depannya.
Pelayan meletakkan makanan di hadapan Odel, Odel memutar tubuh sambil berbisik tertawa mengucapkan "Terima kasih". Bersamaan dengan itu, Hillary mengeluarkan kotak perhiasan kecil nan indah, menaruhnya di atas meja makan lalu mundur ke depan Odel: "Pertemuan resmi pertama, hadiah kecil untuk Anda." Sambil berkata demikian, Hillary membuka kotak perhiasan itu.
Di dalamnya terdapat sepasang anting berlian yang sangat indah, terlihat cantik. Tentu saja jika ditaruh di masa sebelum akhir zaman, pasti harganya sangat mahal.
"Mereka begitu cantik..." Senyum di wajah Odel mekar sempurna. Dengan kedua tangan menerima kotak perhiasan, ia memeriksa anting berlian itu ke kiri dan kanan. Tiba-tiba senyumnya sedikit meredup, "plak!" menutup kotak perhiasan lalu mendorongnya kembali ke Hillary sambil tersenyum: "Sikap dasar saya hargai, materi ini tidak bisa saya terima. Kami memiliki peraturan, maaf."
"Tidak, tidak! Ini hadiah dari identitas sebenarnya saya pribadi untuk Anda. Harap Anda pasti menerimanya." Hillary menjelaskan, sekali lagi mendorong kotak perhiasan itu ke depan.
“Tidak boleh, bersalah.” Odel kembali menggelengkan kepala, tak lagi mengulurkan tangan menyentuh kotak perhiasan itu.
Tatapan Hillary meminta pertolongan ke arah Tang Ji.
Tang Ji tersenyum, matanya menyapu sekilas wajah kedua wanita itu, berkata: "Tolonglah, jangan terlalu formal ya? Haha..." Tang Ji tertawa, namun Odel sama sekali tak mengerti apa yang lucu.
"Ibu, terimalah. Nanti katakan saja aku yang memberi. Tolong... jangan begini ya?" Melihat Odel bersikeras menolak, Tang Ji dengan wajah pasrah berdiri, bersandar pada tongkatnya perlahan mendekati belakang Odel, menjulurkan tangan mengambil kotak perhiasan.
"Hati-hati Ibu, aku gampang terjatuh lho." Tang Ji tersenyum, mengeluarkan anting-anting dan memakannya satu per satu di telinga Odel.
"Kali ini giliran Odel yang pasrah." Ia tak berani melawan, khawatir benar-benar menjatuhkan anaknya. Dalam situasi ini, yang bisa dilakukannya hanyalah menatap Hillary sambil berkata, "Terima kasih!"
"Senang Anda menyukainya!" Hillary memiringkan kepala sambil tersenyum.
Setelah membantu Odel memasang anting telinga, Tang Ji berjalan kembali ke kursinya. Hillary mengambil cermin kecil di sampingnya dan menyerahkannya kepada Odel. Odel bercermin sejenak lalu kembali mengucapkan "Terima kasih" kepada Hillary.
"Mari kita mulai. Tang bilang Anda menyukai masakan Prancis. Semoga sesuai selera. Oh... Ada juga anggur putih di sini, Anda bisa minum bersama Tang." Sambil berkata demikian, Hillary menggerakkan jari ke arah pelayan yang baru saja membawa anggur. Pelayan itu menyerahkan sebotol anggur putih yang sudah dibuka gabusnya kepada Hillary. Dengan tangannya sendiri, Hillary menuangkan anggur untuk Odel.
Odel menjunjung cawan arak dengan kedua tangan untuk menerima tuangan, pandangannya terus bergerak bolak-balik antara Hillary dan botol anggur putih itu.
Jika Odel tidak salah lihat, anggur putih kelas premium Riesling yang sedang dituangkan Hillary sekarang adalah produksi asli Jerman. Warna anggur putih ini bukan putih, melainkan kuning - semakin tua usia anggur, semakin kuning warnanya. Dari pigmen yang terlihat, Riesling putih yang dituangkan Hillary telah disimpan minimal 15 tahun. Anggur Riesling dengan usia penyimpanan seperti ini sudah mencapai masa puncak kematangan, periode terbaik untuk dinikmati.
Bencana telah meletus selama satu setengah tahun. Saat ini, berbagai makanan dan minuman produksi sebelum akhir zaman di seluruh dunia praktis sudah terkuras habis. Terutama minuman beralkohol kelas tinggi seperti arak putih yang semakin sulit ditemukan. Namun melihat kehidupan Hillary Clinton, sama sekali tidak terasa atmosfer kiamat. Gaya hidupnya tetap mewah. Ia tidak hanya bisa mengeluarkan arak putih yang disimpan selama belasan tahun, bahkan peralatan makannya pun terbuat dari perak.
Lebih lagi, di atas meja saat ini terpajang makanan yang disebut "kaviar". Kaviar sebelum akhir zaman sudah dijuluki sebagai kenikmatan termewah di meja makan orang Prancis. Karena produksinya sangat sedikit, harganya sangat tinggi. Tapi sekarang di akhir zaman yang miskin sumber daya, kaviar itu dengan berani terpajang di hadapannya. Kaviar hitam pekat itu, tiap butirnya mengembung sempurna, terlihat sebagai kualitas paling top.
Kehidupan Hillary jelas sangat mewah. Gaya hidupnya yang seperti ini, ditambah dengan sanjungan dan upaya pendekatan yang disengaja, selalu membuat Odel merasa Hillary sedang menginginkan sesuatu. Di hatinya, ada sedikit kewaspadaan. Bagaimanapun, posisinya di Kota Korban Selamat cukup tinggi, dan banyak aspek yang bisa dimanfaatkan.
Sebenarnya ada satu hal yang disalahpahami Odel. Hillary tidak selalu hidup mewah seperti ini setiap hari. Jika Odel bukan ibu Tang Ji, Hillary pun tidak mungkin mengeluarkan arak putih yang sudah disimpan lima belas tahun dan kaviar untuk menjamunya. Barang-barang itu bahkan biasa dia sendiri tidak tega menikmatinya.
Setelah menuangkan arak untuk Odel, Hillary menyerahkan botol arak itu kembali ke Tang Ji.
"Lobster hari ini sangat segar, baru pagi tadi dibawa kembali dari Teluk Barnegat. Silakan cicipi..." kata Hillary sambil mengambil tang kecil untuk memakan lobster, matanya menatap Odel.
Teluk Barnegat terletak di pesisir bagian timur New Jersey, di sana terdapat tim ekspedisi permanen milik Fajar Api yang tugas utama mereka adalah melaut menangkap ikan untuk menyediakan makanan laut bagi Fajar Api. Sebelumnya saat Fajar Api dikepung zombie, tim ekspedisi tidak bisa mengirimkan hasil laut hingga kemarin setelah permukiman terbebas, baru Hillary menghubungi mereka.
Makan siang berlanjut, demi sopan santun Odel tersenyum memuji keahlian koki Hillary. Faktanya, masakan Prancis ini dibuat dengan Bagus, kejunya juga enak, tapi pikiran Odel sama sekali tidak tertuju pada makanan. Kedua wanita ini membiarkan Tang Ji terdiam di samping, terus mengobrol berbagai topik tentang akhir zaman sambil sesekali tertawa lepas. Hillary tak henti-hentinya menjilat Odel, sementara Odel terus bertanya-tanya: Apa sebenarnya yang diinginkan Hillary?
"Sebenarnya... aku dan Tang sudah lama kenal, sebelum akhir zaman kami bertemu setiap hari." Hillary akhirnya menarik topik pembicaraan ke Tang Ji.
"Benarkah? Kalian…" Odel bolak-balik melihat keduanya, dia tidak tahu hubungan Tang Ji dengan Hillary sebelum akhir zaman, karena saat itu hubungannya dengan Tang Ji sedang membeku, lebih dari dua tahun Tang Ji tidak menghubunginya.
"Kami di satu perusahaan, saat itu dia sudah menjadi bosku, setiap hari berperangai garang… Haha…" Tang Ji berkata sambil tertawa.
"Haha… Jangan asal bicara, mana ada aku…" Hillary juga tertawa, melambaikan tangan memperagakan gerakan di depan wajah Tang Ji, lalu menatap Odel. Tapi dia melihat Odel sama sekali tidak tersenyum, ekspresinya bahkan terlihat serius.
"Batuk!" Perlahan Hillary menghapus senyumnya, dengan malu-malu mengeluarkan batuk kecil.
“Hillary, kalau ada sesuatu langsung saja bicara. Aku bisa merasakan, kali ini... kamu bukan cuma sekadar ingin mengajakku makan, kan? Masih ada apa? Mari kita bicara langsung. Anakku ada di sini, hubunganmu dengannya juga baik. Selama tidak melanggar prinsip, pasti aku bantu.” Odel kembali menunjukkan senyum mengembang bernuansa kepentingan, menatap Hillary sambil berkata. Ia ingin menghentikan kepalsuan dalam makan siang normal ini.
“Hm!” Hillary kembali batuk kecil, menunduk melihat makanan di piringnya, merenung sejenak lalu mengangkat kepala dan berkata lembut pada Odel: “Aku hamil.”
“Hm, aku tahu. Kemarin di kantor sudah kuperhatikan.” Odel langsung membalas.
“Hanya ini, aku hamil.” Hillary mengulang kalimatnya.
Odel tiba-tiba mengerutkan kening, seolah tak paham. Tapi segera, ia seperti tersadar, perlahan menoleh ke arah anaknya.
