Di bawah langit malam, jalan utama terang benderang oleh lentera, sama sekali tidak gelap.
Kendaraan anti-ranjau bersama dua pikap bersenjata melesat dari segmen G15. Sebelum memasuki segmen G16, ketiga kendaraan melewati sebuah persimpangan. Saat itulah, dari kedua sisi persimpangan - total empat pikap - tiba-tiba menyembul. Dua di antaranya dengan sikap beringas menabrak sisi kanan kendaraan anti-ranjau. Dua lainnya masing-masing menubruk dua pikap bersenjata yang mengawal.
Langsung menghantam kedua pikap itu hingga terpelanting. Sangat tak terpercaya bisa mencapai efek seperti ini, karena keempat pikap tersebut berukuran sangat raksasa.
Ford F650, berkapasitas mesin 6.7L, tinggi 2,86 meter. Lebar 2,69 meter, panjang 6,5 meter, kapasitas muatan mendekati dua belas ton. Tinggi bannya sendiri sudah sepadan dengan dua pertiga mobil keluarga biasa. Sementara tinggi satu lantai bangunan hanya tiga meter saja, Ford F650 ini hanya bisa disebut dengan kata "raksasa".
Keempat mobil telah dimodifikasi sehingga bagian depan tidak hanya kokoh, tapi saat menabrak kendaraan berpostur lebih pendek, mereka bisa langsung membalikkan kendaraan tersebut alih-alih menghancurkan dari atas.
Dua pikap bersenjata itu merupakan hasil modifikasi dari Ford F150 dengan tinggi bodi tak lebih dari 1,99 meter. Dibandingkan dengan Ford F650, dari segi ukuran fisik jelas bukanlah satu tingkat.
Semuanya terjadi dengan kecepatan ekstrem, membuat orang tak sempat bersiap. Dua mobil tertabrak hingga terbalik, hanya kendaraan anti-ranjau di tengah yang meluncur menyamping. Postur tubuhnya dibandingkan Ford F650 hampir setara, bahkan lebih besar. Rupanya tujuan mereka bukan membalikkan kendaraan anti-ranjau - mengingat bobotnya yang mencapai belasan ton, hal itu tidak realistis. Mereka hanya ingin membuat penghuni di dalamnya mengalami pusing akibat guncangan dahsyat yang tiba-tiba.
Jelas mereka berhasil. Semua orang di dalam kendaraan anti-ranjau mengalami pusing tujuh keliling akibat getaran dan guncangan tiba-tiba. Namun dibandingkan dengan penghuni dua pikap bersenjata, mereka masih lebih beruntung karena kekokohan struktur kendaraan anti-ranjau.
Tapi masih ada masalah: Kendaraan anti-ranjau itu terjebak di situ.
Di sebelah kanan terhalang dua Ford F650. Setelah dua pikap bersenjata ditabrak dan terbalik, Ford F650 juga menghalangi di depan dan belakang. Total empat mobil menghalangi tiga arah - ini sudah cukup karena kendaraan anti-ranjau mustahil berputar di tempat, artinya dalam waktu singkat tidak bisa kabur.
Dentuman senjata bergema di segala penjuru!
Dari empat pikap Ford F650 turun pria bertopeng membawa senapan mesin ringan. Dua di antaranya bahkan memikul peluncur roket portabel di bahu. Mereka seragam mengenakan jaket kulit hitam, terlihat sangat terlatih.
Dua pikap bersenjata yang di garis terdepan langsung diterjang roket hingga terbalik lagi. Bodi mobil penyok parah, kaca anti peluru yang dipasang belakangan pecah akibat tekanan. Disusul hujan peluru yang menyiram kedua kendaraan itu. Butir-butir peluru menyemburkan percikan darah segar, semburan merah darah menyebar menciptakan aura kekerasan yang mencekam.
Yang melindungi Tang Ji adalah prajurit-prajurit terlatih. Sebelum akhir zaman, sebagian dari mereka adalah pengawal pribadi, sebagian berasal dari kelompok tentara bayaran yang bekerja sama dengan Departemen Pertahanan. Mereka pasukan elit, namun semuanya terjadi terlalu mendadak. Sebelum sempat mempersiapkan pembalasan, mereka sudah tewas.
Bersamaan dengan hancurnya dua pikap bersenjata menjadi besi tua akibat serangan brutal, dua pria bertopeng membawa bahan peledak rakitan berlari cepat ke samping pintu kendaraan anti-ranjau. Mereka menempelkan bahan peledak di pintu, lalu mundur beberapa langkah dengan gesit.
Di dalam mobil, Monica yang pernah menerima pelatihan pembunuh bayaran tingkat atas adalah yang pertama sadar. Hanya dengan sekilas pengamatan, dia segera mencabut pisau berburu dan memotong sabuk pengaman Tang Ji dengan cepat.
Di luar mobil, seorang pria bertopeng mengeluarkan peledak jarak jauh. Jarinya menekan tombol ledak merah dengan mantap.
Gemuruh! Dua suara ledakan yang hampir sepenuhnya bertumpukan tiba-tiba bergema. Seiring ledakan, bagian pintu samping kendaraan anti-ranjau meledak menjadi bola api, serpihan logam beterbangan. Kaca jendela, pintu, serta ban cadangan yang menggantung di samping mobil - semuanya hancur dalam ledakan ini.
Beberapa pria bertopeng terdekat segera memutar ujung laras senjata. Memanggul senapan mesin ringan, mereka mulai menyapu sekilas kendaraan anti-ranjau dengan tembakan.
Asap mesiu menyelimuti area. Di bawah lampu jalan redup di tengah malam, para penyerang dadakan ini terkesan dingin kepala, namun memancarkan aura mengerikan.
Hah! Hah!
Dalam riuh tembakan sengit, beberapa suara samar tiba-tiba terdengar. Dua pria bertopeng yang berdiri di dekat ekor kendaraan anti-ranjau langsung terjatuh. Pikap bersenjata di kedua sisi persimpangan jalan terbakar hebat, asap pekat bergulung-gulung. Bekas ledakan tadi masih belum sirna, membuat hampir seluruh area sekitar tertutup kabut kelabu dengan visibilitas sangat rendah.
Tapi di sini adalah persimpangan, ventilasi cukup baik. Tak perlu lama debu yang menyelimuti kendaraan anti-ranjau akan segera menghilang.
Di sebelah kanan kendaraan anti-ranjau, Monica dan Tang Ji berjongkok rapat di belakang roda, bersandar pada pintu dengan ekspresi serius.
Tepat sebelum pintu hancur, Monica mendorong pintu kiri terbuka, menarik Tang Ji keluar, lalu menutupnya dengan punggung tangan. Ini membuat Tang Ji berhasil mengelak - di dalam kendaraan sama sekali tak ada tempat bersembunyi. Begitu pintu hancur, kemampuan pertahanan pun lenyap.
Tang Ji menggelengkan kepala keras-keras, mencabut pistol dari kantong pinggang sambil memandang sekeliling. "Kau baik-baik saja?" bisiknya sambil menahan napas.
"Aku baik-baik saja. Kau?" Monica menjulurkan badan sebentar mengintip, suaranya terdengar datar.
"Aku juga." Tang Ji menjawab pendek, dadanya naik turun dengan napas tersengal.
Bum!
Pada saat itu, di langit terdengar suara tembakan yang khas. Sesaat sebelum suara tembakan terdengar, tepatnya ketika Tang Ji sedang berbicara, di pinggiran persimpangan jalan, kepala seorang pria yang memanggul peluncur roket portabel tiba-tiba meledak dengan kasar, tubuhnya roboh tak berdaya.
"Ada sniper!" Terdengar teriakan melengking. Belasan pria bertopeng yang membawa senjata mulai bersembunyi dengan sangat cepat. Beberapa di antaranya mengeluarkan batang asap dan melemparnya ke tanah. Asap berwarna segera menyelimuti area, cukup untuk memengaruhi pandangan penembak jitu.
Di gedung pencakar langit berjarak satu kilometer di barat laut persimpangan tempat Tang Ji diserang, sniper Fajar Api yang dingin kepala diam-diam melepas bidikan teleskop konvensional, lalu mengambil bidikan citra inframerah dari koper di sampingnya.
"Tuan Tang masih hidup, sisi kiri kendaraan anti-ranjau." Suara prompt terdengar di telinga sang penembak jitu.
Dalam radius tertentu di sekitar persimpangan jalan, tidak hanya ada satu penembak jitu. Lebih tepatnya, seluruh area basis pengumpulan korban selamat 'Fajar Api', di setiap posisi manapun, berada dalam jangkauan serangan para penembak jitu.
Basis Fajar Api memiliki panjang utara-selatan 6 kilometer dan timur-barat 4 kilometer. Meski luasnya cukup besar, Hillary telah menempatkan penembak jitu dalam jumlah signifikan - melebihi 30 orang - yang tersebar di seluruh area untuk memastikan bahwa setiap titik masalah akan langsung ditangani oleh setidaknya empat penembak jitu yang mulai bertugas seketika.
Tugas harian para penembak jitu ini hanyalah tetap berada di gedung-gedung tinggi. Mereka diperbolehkan melakukan aktivitas apapun, bahkan tidur, asalkan dapat merespons keadaan darurat dengan cepat dalam waktu singkat.
Di persimpangan tempat Tang Ji diserang, dentuman senapan sniper terus bergema. Satu per satu pria bermasker yang mencoba bersembunyi ditembak mati. Tiba-tiba, mereka seperti menerima perintah tertentu, secara serentak meninggalkan persembunyian dan melancarkan serangan ke sisi selatan kendaraan anti-ranjau.
Tang Ji membuka pintu kabin truk kendaraan anti-ranjau, menciptakan perlindungan tambahan di sisi tubuhnya. Penumpang di dalam kendaraan sudah menemui ajal akibat serangan multi-sudut senapan mesin ringan lawan tadi - artinya semua pengawal Tang Ji telah tewas.
Tang Ji menyerahkan pistolnya kepada Monica, lalu menyeret mayat prajurit bersenjata dari kursi pengemudi. Ia mengambil senapan semi-otomatis yang masih menempel di tubuh almarhum.
Keduanya mulai melancarkan perlawanan dengan memanfaatkan keunggulan pertahanan. Karena mereka takkan meninggalkan struktur pertahanan secara proaktif, tingkat bahaya mereka jauh lebih rendah dibanding penyerang di sekitarnya. Namun situasi tetap terlihat sangat genting - para penyerang jelas-jelas orang-orang nekat yang sadar konsekuensi menyerang Tang Ji. Mustahil mereka bisa melarikan diri, bahkan demi membunuh Tang Ji mereka rela membiarkan diri terekspos di ujung laras sniper. Tindakan ini sama saja dengan bunuh diri.
Tujuan mereka satu-satunya: memastikan kematian Tang Ji.
Sayang sekali, mereka melewatkan kesempatan terbaik untuk membunuh Tang Ji. Jika hari ini Monica tidak ada di mobil, mungkin Tang Ji sudah mati. Tapi... Tidak Ada Jika. Monica berhasil menarik Tang Ji keluar dari kendaraan anti-ranjau tepat waktu. Meskipun semua yang melindungi Tang Ji sudah tewas, situasi justru berbalik dengan cepat.
Beberapa kelompok operasi darurat yang disebar di persimpangan ini mulai berdatangan ke sekitar area. Setiap kelompok terdiri dari lima belas anggota. Ada empat kelompok yang tiba pertama kali berkat keberadaan sniper. Saat mereka tiba, jumlah lawan yang tersisa sudah kurang dari sepuluh orang.
Plak!
Dentuman senjata saling bertautan semakin dahsyat. Suara aneh membuat Monica siaga - sebuah granat tangan menggelinding ke bawah kaki mereka. Mata Monica melotot seketika. Dengan gerakan cepat, ia menendang granat itu lalu menjatuhkan Tang Ji ke tanah.
Braak!
Granat tangan meledak, kepala Monica dan Tang Ji serentak berdengung "ngung", tinnitus segera muncul, seluruh dunia tiba-tiba terasa tidak nyata.
Dengungan berlangsung cukup lama sebelum akhirnya mereda, dentuman senjata perlahan melemah hingga akhirnya menghilang.
"Tuan Tang, Anda baik-baik saja?" Suara berat itu mendekat dengan cepat ke arah Tang Ji.
Tang Ji mengangkat kepala melihat bayangan berlapis, menggoyangkan kepala lalu mengedipkan mata beberapa kali sebelum akhirnya mengenali sosok itu - ketua kelompok operasi darurat dari Fajar Api yang pernah ia temui sebelumnya.
"Oh, sialan..." Kutukan Monica bergema di telinga Tang Ji.
Beberapa prajurit bersenjata mendekat dan membantu kedua orang itu berdiri. Granat yang sebelumnya ditendang oleh Monica mendarat di atas pikap di samping, terpental lalu menggelinding ke depan kendaraan anti-ranjau sebelum meledak. Karenanya mereka tidak terkena dampak langsung, semua ketidaknyamanan berasal dari suara ledakan yang keras.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Tang Ji sambil mencengkeram bahu Monica.
Monica mengangkat tangan menggosok debu di wajahnya, matanya memandang sekeliling sambil menggelengkan kepala.
Tang Ji juga mulai melihat-lihat sekeliling. Debu masih tebal mengambang di udara, dua truk lapis baja yang terbalik masih menyala dahsyat. Namun lokasi kejadian sudah dikendalikan prajurit Fajar Api yang sedang membersihkan dan memeriksa area.
Di persimpangan jalan kini telah berkumpul lebih dari seratus prajurit bersenjata, dengan tambahan pasukan lain yang masih dalam perjalanan.
“Tang, kau baik-baik saja?” Suara panik Hillary Clinton terdengar di earphone Tang Ji.
“Hm, aku baik-baik saja. Segera kembali.” Tang Ji mengangkat tangan sambil menyahut.
Beberapa pikap bersenjata datang dari jalan sebelah selatan persimpangan, perlahan berhenti di dekat lokasi pertempuran. Tang Ji kembali memandang sekeliling, lalu memeluk bahu Monica sambil berjalan menuju kendaraan-kendaraan itu. Beberapa prajurit tinggi besar segera mengawal Tang Ji di kiri-kanannya.
“Ada yang hidup di sini!” Teriakan terdengar dari belakang pikap di samping.
Tang Ji berhenti, melirik sejenak lalu bergerak ke arah tersebut. Banyak prajurit bersenjata mulai berkumpul di sana.
Di sebelah kanan pikap, dekat roda belakang, tergeletak pria bertopeng berlumuran darah dengan kedua mata terkatup. Seorang prajurit muda berjongkok di sampingnya, jarinya menempel di hidung pria itu. Melihat kedatangan Tang Ji, ia menengadah dan mengulangi: “Ada denyut nadi!”
Tang Ji menunduk memeriksa pria bertopeng yang tertembak di dada, pandangannya menyapu sekilas wajah prajurit bersenjata muda itu. Dengan cepat ia mencabut pistol prajurit di sampingnya, menempelkannya di dahi... prajurit muda tersebut, lalu menekan pelatuk dengan kecepatan ekstrem.
Bum! Dentuman senjata disusul semburan panah darah menembus dahi prajurit muda itu yang langsung terjatuh.
"Ada yang mengenalnya?" tanya Tang Ji setelah membunuh. Mungkin tak ada yang mengenal pria muda ini di sini, tapi Tang Ji tahu. Ia pernah melihat fotonya - pemuda ini termasuk dari 230 korban selamat yang bergabung dengan Fajar Api setelah krisis zombie berakhir. Hillary tak punya rencana penambahan pasukan pascakrisis, jadi mustahil dia anggota resmi pasukan bersenjata Fajar Api.
Tak ada yang menjawab Tang Ji, karena memang tak seorang pun mengenal pria muda ini.
"Awas!" Teriakan Monica tiba-tiba menggema di telinga Tang Ji. Seketika kekuatan dahsyat menariknya ke samping.
Suara kacau bergema di sekitarnya. Sebuah pisau berburu yang awalnya ditujukan ke titik jantung belakang Tang Ji menyambar sisi rusuknya. Tak satu pun bereaksi, atau lebih tepatnya, tak ada yang menyangka - kelompok penyerang Tang Ji masih menyimpan rencana cadangan. Setelah rencana awal gagal, mereka menyamar sebagai prajurit Fajar Api, menyusup di samping Tang Ji untuk mencari kesempatan pembunuhan terselubung.
Monica menarik Tang Ji ke samping. Dengan gerakan tercepat, ia mencabut pisau dan menghantam. Dalam jarak dekat, golok memang lebih cepat daripada senjata api. Benar adanya... Pisau Monica menyambar leher penyerang. Lawan itu sama sekali tidak menghindar, menerima tebasan Monica dengan keras, lalu terjatuh ke pelukannya sesaat sebelum menghembuskan napas terakhir.
Kilauan jahat pisau berburu memancarkan keganasan di gelapnya malam. Tebasan ini menusuk langsung ke jantung Monica.
Sreeek!
Ujung pisau berburu menembus punggung Monica, noda darah di bilahnya mengubah gelapnya malam yang bergolak ini menjadi merah sepenuhnya.
"Tidak!" Teriakan histeris meledak tiba-tiba, Tang Ji langsung kehilangan kendali.
