Avi tak menyadari hatinya sedang direbut perlahan.
Dia menyukai perasaan bersama Gong Hao. Emosinya berubah karena pria itu. Ini pertama kalinya dia peduli pada seorang lelaki - memperhatikan pemikirannya, perasaannya, tertawa dan menangis untuknya.
Perasaannya bergejolak karena dia, sepenuhnya dikendalikan oleh anak laki-laki berambut pirang ini.
Dia mengira ini persahabatan, karena dia adalah satu-satunya teman Wei Yi yang dia miliki.
Tapi Gong Hao tahu, perasaan Avi terhadapnya sudah jauh melampaui batasan teman.
Meskipun dia adalah Putri yang tinggi di atas, hati gadis itu kesepian, tidak pernah ada orang yang bisa diandalkan secara psikologis. Seseorang yang bisa dipercaya, dijadikan sandaran, dan memikat hatinya.
Di hati Avi, Gong Hao bagaikan perpaduan sempurna antara Ayah, Kakak, dan kekasih. Meski berstatus rendah, dia adalah sosok yang bisa diandalkan. Dia bisa mencurahkan isi hatinya, sementara pihak lain akan mendengarkan dengan tenang.
Terkadang Gong Hao juga menceritakan beberapa kisah padanya.
Lalu Avi akan berdecak kagum, Aduh, bagaimana otaknya bisa menyimpan begitu banyak kisah untuk diceritakan? Itu pun satu persatu begitu menarik dan mengharukan.
Dia seperti penyair keliling yang menyimpan kisah tak terhitung jumlahnya, selalu penuh dengan filosofi.
“……Raja berkata kepada utusan, perang ini telah menghabiskan banyak kekuatan negaraku, kalian harus membayar ganti rugi. Lalu utusan yang sombong itu menjawab: Siap Yang Mulia, kami akan mengganti tanah Anda. Kemudian utusan itu mengeluarkan selembar kulit binatang dan berkata, kami akan memberikan kompensasi seluas kulit ini. Ini merupakan penghinaan besar bagi Raja, tapi saat itu, Permaisuri yang cantik dan bijaksana justru tertawa sambil berkata, Oh, benarkah? Maka saya ucapkan terima kasih atas kemurahan hati negara Anda. Lalu tebak apa yang dia lakukan?”
“Apa yang dilakukannya?” Avi bertanya.
“Dia mengambil kulit binatang itu, memotongnya dengan gunting besar menjadi tali-tali tipis dan panjang. Kemudian menyambung semua tali itu menjadi satu dan menggunakannya untuk mengurung wilayah besar negara lawan.”
“Astaga, dia sangat cerdik.”
“Baiklah cerita sudah selesai, Putri kecilku, kamu harus tidur sekarang.”
“Aku ingin dengar satu lagi.” Avi mengedipkan kedua mata besarnya.
Gong Hao menggaruk-garuk kepala dengan gelisah: “Hmm... kamu mau dengar cerita apa lagi?”
“Masih ada berapa? Aku mau dengar semuanya.”
“Wah, jumlahnya sangat banyak. Tangan kiriku memegang 1001 cerita, tangan kanan menggenggam lebih banyak lagi. Bagaimana kalau kuceritakan kisah Lampu Aladin?”
“Yang itu sudah pernah kudengar.” Avi berbaring di ranjang gading mewah, bersandar pada bantal bundar lembut, rambut panjangnya terurai. Di bangku brokat sampingnya terdapat dua mangkuk hidangan penutup manis yang dibawa pelayan.
Satu mangkuk untuknya, satu lagi untuk Gong Hao.
Malam telah larut, lampu di kamar masih bersinar terang. Sang Putri kecil terbuai oleh dongeng, tak mau melepas Gong Hao pergi.
“Lalu cerita apa lagi yang ingin kau dengar?”
“Aku ingin dengar kisah Sang Pangeran dan Putri, yang sangat romantis.”
“Baiklah, bagaimana kalau kuceritakan dongeng Cinderella?”
“Baik.”
Setelah kisah Cinderella berakhir, Gong Hao melanjutkan dengan cerita Putri Salju dan Tujuh Kurcaci.
Entah bagaimana Sang Putri kecil ini belum pernah mendengar begitu banyak kisah menarik nan mengharukan, hingga semakin bersemangat dan enggan tidur.
“Aku ingin dengar satu lagi.” Kalimat ini paling sering diucapkannya malam ini.
“Ini cerita terakhir, setelah ini harus tidur.” Ini yang paling sering diulang Gong Hao sepanjang malam.
“Kalau begitu, akan kuceritakan kisah Putri Tidur. Jika kau berjanji akan patuh, besok akan kuceritakan kisah Troya, Beauty and the Beast, The Wizard of Oz, Petualangan Alice di Negeri Ajaib, dan masih banyak lagi. Setuju?”
“Baiklah, baiklah, yang terakhir, ini benar-benar terakhir.” Putri kecil menggeliat gelisah. Tampaknya malam ini mustahil menyelesaikan semua cerita.
Apakah dia benar-benar punya ribuan cerita? Avi merasa penasaran.
Saat cerita Putri Tidur usai, Avi berkedip bertanya: "Mengapa setiap putri yang tertidur harus dicium pangeran untuk bangun?"
"Oh, ini..." Gong Hao berpikir sejenak, pertanyaan rumit: "Terkadang ciuman punya kekuatan magis, bisa melakukan hal-hal luar biasa."
"Seajaib sihir?"
"Oh, lebih ajaib. Hal paling magis di dunia ini tetaplah perasaan manusia - tak bisa dipahami, tak bisa diukur. Kau takkan pernah benar-benar mengerti perasaanmu sendiri, tak bisa mengendalikannya, hanya bisa mengikuti alurnya. Sihir masih bisa dipelajari dan dikuasai, tapi perasaan... takkan pernah bisa kau pelajari atau kuasai."
Seperti dirinya yang mengusir Hughie pergi, tapi tak kuasa memanggilnya kembali? Avi mulai mengerti.
Avi memiringkan kepala: "Hughie, pernahkah kau berciuman?"
Gong Hao menggeleng: "Tidak. Itu hal yang sakral."
"Aku juga belum." Avi berkata dengan sedikit penyesalan.
Tiba-tiba ia merasa iri pada Putri Salju dan Putri Tidur yang mendapat ciuman pembawa kebahagiaan seumur hidup.
Ia sangat ingin merasakannya.
Dia segera membuat keputusan.
Dia menundukkan kepala, tangan mungilnya mencengkeram selimut erat-erat, berbisik dengan suara sehalus nyamuk: "Hughie, cium aku."
Kata-kata itu bagai petir menyambar kepala Gong Hao, hampir membuatnya melompat kaget.
Avi merajuk: "Kamu tidak perlu terlihat begitu ketakutan."
Gong Hao melirik ke sekeliling, syukurlah, hanya dia dan sang Putri yang berada di kamar.
"Cepat, cium aku." Avi mendesaknya.
Gong Hao bertanya pelan: "Kamu yakin?"
"Tentu saja." Avi melototinya. Rupanya dia takkan melepaskan Gong Hao sebelum mendapatkan ciuman itu.
Dengan enggan Gong Hao mendekat, menempelkan bibirnya sejenak di pipa Avi.
Ciuman itu sangat ringan bagai capung menyentuh air, namun meninggalkan cap yang dalam di hati Avi.
Avi merasa wajahnya terbakar panas. Ya Tuhan, apa yang baru saja terjadi? Apakah dia sakit? Mengapa jantungnya berdegup kencang begini?
Pipi mungilnya memerah padam.
"Ini... Avi, kamu tahu ini harus dirahasiakan, kan?" Gong Hao cemas, pantas mati, dia baru saja mencium seorang putri. Pipinya panas, tapi rasanya... lumayan enak.
"Ya aku tahu, ini rahasia kita." Jawab Avi dengan wajah merah padam.
"Kalau begitu, tidurlah dengan manis seperti Putri Tidur. Sampai besok."
“Baiklah, sampai jumpa besok.”
Gong Hao beranjak pergi.
Saat dia mendorong pintu keluar, Avi yang meringkuk di balik selimut berbisik lirih seperti nyamuk: "Hughie, jika suatu hari aku juga tertidur tak terbangunkan, kau akan datang menyelamatkanku seperti pangeran berkuda putih dan membangunkanku dengan ciumanmu, benar kan?"
"...Ya, aku akan melakukannya." Setelah ragu sejenak, Gong Hao menjawab dengan tegas.
"Takkan meninggalkanku lagi? Takkan karena alasan apapun?"
"Aku bersumpah takkan lagi, selamanya takkan."
"Baguslah..." Avi memejamkan mata dengan puas.
Gong Hao menghela napas pelan sambil membuka pintu kamar.
Malam sunyi senyap.
Gong Hao berdiri sendirian di tengah kastil.
Dia merasa agak kebingungan.
Selalu ada hal-hal yang tak bisa dikendalikan, selalu ada perasaan yang melampaui logika. Semangat, keluguan, dan ketergantungan Avi padanya semakin memanas. Jika terus begini, mungkin banyak hal akan berubah di luar perkiraannya.
Ini bukanlah hal yang ingin dia saksikan.
Antara dirinya dan Avi terbentang jurang alami - bukan hanya perbedaan status yang besar, tapi lebih penting lagi dendam membara pada Kekaisaran Lans.
Dia tak bisa melupakan Sak, Sither, Biler, dan Fink yang telah tiada.
Tak bisa melupakan setiap remaja yang gugur.
Tak bisa melupakan bahwa meski telah berjuang hingga titik ini, ancaman kematian masih membayanginya.
Tapi apa yang bisa dia lakukan?
Mungkin, sudah waktunya mempersiapkan rencana berikutnya.
Kali ini Avi tinggal lebih lama, alasannya karena Gong Hao belum menemukan mount monster magis yang dia butuhkan.
Meski semua orang tahu, satu-satunya mount yang Avi butuhkan adalah bocah pirang itu, bukan monster magis yang sama sekali tidak ada dalam rencana.
Mungkin Avi berharap tidak pernah menemukan mount-nya seumur hidup, agar dia bisa terus memelihara bocah pirang ini.
Sayangnya dalam hal ini dia tidak punya hak suara. Heinz menolak keinginannya untuk membawa Gong Hao pergi, membuatnya hampir menangis histeris.
Si tua itu bahkan tidak mau menghibur Paduka Putri, hanya berkata datar: "Banyak hal di Pulau Purgatory yang tidak kamu pahami. Tanyakan pada Ayahandamu, jika dia setuju, aku tidak keberatan memberikan Glare padamu."
Kaisar jelas tidak mungkin menyetujui. Dia tahu orang yang telah ditanami bibit spiritual tidak bisa dikeluarkan dengan aman. Meski mengabaikan masalah strata darah, dia tidak mungkin membiarkan putrinya menjadi janda.
Dua hari kemudian, Kapal Liberty tiba.
Ini pertama kalinya dua kapal bersandar bersamaan di Pulau Purgatory.
Gong Hao memutuskan menemui Bailey. Dia minta izin pada Avi dengan segudang janji manis, berjanji akan menceritakan sepuluh kisah menarik hari ini, baru akhirnya diperbolehkan pergi.
"Hei, Hughie Glare, teman baikku, senang bertemu lagi!" teriak Bailey.
Dia memberikan Gong Hao pelukan hangat, dan sesuai "kebiasaan lama" mengajaknya minum anggur di kabin kapal.
Di perjalanan masuk, Beili berkata pada Gong Hao: "Aku melihat kapal Raja, sepertinya Putri kecil kita yang manis kembali ke Pulau Purgatory mencari mount-nya. Katakan, sudahkah dia menemukannya?"
"Tidak, belum," jawab Gong Hao.
"Menurutku dia sudah menemukannya." Beili menyeringai menggoda Gong Hao dengan tatapan: "Kudengar dari prajurit penjaga kapal, Putri kecil sangat terpesona padamu. Hampir setiap hari dia bersamamu, bahkan saat akan tidur pun dia memaksamu menemaninya sampai tertidur. Astaga, kau membuat dayang-nya menganggur. Bahkan kau berhasil membuat Putri kecil marah dan menangis karenamu, bukan? Anehnya kau sama sekali tidak dihukum."
"Desas-desus selalu menyebar cepat," jawab Gong Hao datar.
"Tenang, ini hanya beredar di antara rekan seprofesi. Bukankah membosankan tinggal di sini? Mereka tidak punya daun pemberianmu, pasti mabuk bau tiap hari. Kukira mereka berharap kau membuat kesalahan pada Putri kecil sampai membuat Putri kabur dari pulau ini."
"Tidak, aku beri mereka daun. Kau tahu, berteman dengan Putri belum tentu baik. Itu bisa mendatangkan masalah seperti kecemburuan - yang paling berbahaya. Jadi aku bantu mereka. Tak perlu membuat musuh, kan?"
"Oh, tahukah Hughie, yang paling kukagumi darimu adalah hal ini. Kau selalu tenang, rasional, pandai bergaul, tak pernah sembarangan menyinggung siapapun. Aku sangat curiga dengan kecerdasanmu seperti ini, bagaimana mungkin tak menemukan rahasia kecil tentang pulau ini?" Beli tertawa terkekeh.
Gong Hao kaget, ia menatap Beli: "Apa maksudmu? Beli."
Beli menyeringai: "Sudahlah Hughie, jangan pura-pura bodoh. Kau tahu ada banyak transaksi rahasia antara kita, aku tak mungkin mengkhianatimu. Kau hanya ingin bertahan hidup, bukan? Sudah hampir dua tahun kau bekerja di sini, kaulah satu-satunya yang melanggar aturan dan bertahan sebagai magang. Aku tak percaya dengan kerja keras dan kecerdasanmu, mustahil tak melihat keanehan-keanehan tertentu."
Gong Hao terdiam: "Hanya karena performaku bagus, haruskah aku melihat sesuatu?"
"Setidaknya ada kecurigaan. Tapi kau tak pernah bertanya tentang hal ini, jadi kuduga mungkin kau sudah punya jawaban. Itu sebabnya kau berusaha keras..." Beli mengedipkan mata ke Gong Hao: "Kau tak salah melakukan ini, kau tahu bahkan jika mengaku padaku, tak perlu takut aku akan membongkarmu."
Gong Hao melihat sekeliling dengan waspada: "Apa lagi yang kau tahu?"
Beli tersenyum puas: "Ternyata benar. Tenang, tak perlu tahu lebih banyak. Lihat, kau memberi kami keuntungan, kami pun membantumu. Selama kau tak membuat masalah besar, kami tak peduli apa yang kau lakukan atau rencanakan."
“Baik, bulan depan aku akan memberikan kalian lebih banyak barang bagus, tapi kamu dan temanmu sebaiknya menjaga mulut kalian. Ngomong-ngomong, terima kasih atas peringatanmu. Kurasa aku memahami satu hal penting.”
Ya, Gong Hao akhirnya mengerti mengapa Piyé selalu bersikap dingin-dingin panas padanya? Mengapa dia tetap tidak mempercayainya? Sial, seharusnya aku menyadari ini sejak awal. Pikirnya.
Neil pernah berkata, seiring berjalannya waktu para remaja bekerja di sini dan peningkatan kedewasaan mental karena pertambahan usia, selalu ada orang pintar yang mulai menyadari masalahnya.
Performa Gong Hao di Pulau Purgatory terlalu luar biasa, sampai semua orang yakin dia adalah jenius.
Tidak masuk akal jenius seperti ini mengabaikan kejadian di depan matanya tanpa sedikit pun curiga. Bahkan di antara para pelayan yang kadang membicarakan kemana para pelayan yang dibawa pergi, Gong Hao tak pernah ikut bergabung.
Namun fakta membuktikkan ini bukan cara yang baik untuk menghindari kecurigaan.
Inilah alasan mengapa Piyé tidak mempercayainya.
Alasan mereka masih berani mempekerjakannya mungkin karena di satu sisi membutuhkan kerja bagusnya, di sisi lain yakin bisa mengontrolnya.
Tampaknya ke depannya dia harus lebih hati-hati. Haruskah sengaja menunjukkan sedikit kecurigaan terhadap semua ini?
Tapi apakah tindakan itu terlalu terang-terangan? Apakah dengan membongkar semuanya justru akan memperkeruh keadaan?
“Tidak, tidak bisa diungkapkan. Ada hal-hal yang lebih baik dipahami bersama daripada diutarakan secara terbuka.”
“Lalu apa yang harus dilakukan? Mungkin pertama-tama kita harus mencari tahu berapa banyak orang yang mulai meragukan diriku, selain Piyé, apakah ada orang lain. Cari tahu dulu hal ini, baru bisa mengambil keputusan.”
Gong Hao tenggelam dalam lamunan.
Bèi Lì menepuk bahunya: "Sudah, jangan dipikirkan. Selesaikan dulu transaksi kita. Ini data tentang Heinz dan Piyé yang kau minta. Mengenai Lancelot, anehnya orang ini sepertinya sangat misterius, kami sama sekali tidak bisa menemukan informasi tentangnya. Tapi tenang, kami akan terus mencari. Aku punya teman di Kantor Hukum, hidung mereka selalu tajam, tidak ada informasi yang tidak bisa mereka selidiki."
“Sehebat apa?”
“Bahkan anjing pelacak paling biasa pun bisa melacak semua yang mereka inginkan berdasarkan jejak-jejak kecil. Ada juga penyihir tingkat tinggi yang bisa merekonstruksi semua peristiwa yang dialami suatu objek dalam periode tertentu melalui barang tersebut, mereka menyebutnya aliran waktu terbalik. Ah, mengerikan jika jatuh ke tangan orang-orang seperti itu, semua rahasiamu akan terbongkar.”
Jantung Gong Hao berdebar halus: “Orang seperti itu tidak banyak, kan?”
“Tentu saja, selain itu penggunaan aliran waktu terbalik sangat boros, dengan banyak batasan. Misalnya mereka hanya bisa mundur maksimal satu hari, setidaknya membutuhkan tiga Penyihir jubah hitam tingkat tinggi yang menghabiskan semua kekuatan magis sekaligus, plus media-media sangat berharga... Kecuali untuk kasus besar, mereka tidak mungkin sembarangan menggunakannya. Masalah Lancelot, selama temanku di Departemen Hukum Sihir mau membantu, pasti tidak masalah.”
Gong Hao mengulurkan tangan mengambil dokumen, tapi Bailey tiba-tiba menggenggam tangannya. Dengan serius dia mengingatkan: "Kuharap kau pahami, baik informasi yang sudah didapat maupun yang belum, semuanya membutuhkan biaya besar."
"Kau akan mendapat balasan yang jauh melebihi investasimu." Jawab Gong Hao dengan tenang.
Gong Hao menjawab sambil mengeluarkan sebuah kotak berisi barang-barang menguntungkan yang dibutuhkan Bailey dan kawanannya.
Lalu dia mengeluarkan selembar daftar: "Secara prinsip aku harus memberimu layanan gratis. Tapi maaf, aku tetap perlu kau carikan barang-barang dan informasi ini. Itu sangat penting bagiku. Tanpa ini aku tidak bisa memberi kontribusi lebih besar, tidak bisa semakin dipercaya Sang Master. Kalau sudah tahu, mestinya kau pilihanku ini hanya untuk bertahan hidup. Mana mungkin aku melawan seluruh kekaisaran?"
"Tentu, akan kusiapkan. Aku anggap kebutuhanmu sebagai biaya material produksi, bukan biaya tenaga kerja, kan?" Bailey tersenyum menjawab.
"Kemudian dia melirik daftar kebutuhan, tidak bisa tidak mengerutkan keningnya: \"Buku sihir? Kau ingin buku sihir tentang sihir jiwa? Untuk apa kau butuh itu? Harus kau tahu itu terlarang.\""
"\"Tidak bagi alkemis. Master Hines terus meneliti pembuatan boneka darah dan daging, aku juga terlibat. Menurutku untuk memecahkan masalah ini perlu menggunakan sihir jiwa, jadi aku butuh bantuanmu. Jika bisa membantu Master Hines menyelesaikan ini, aku yakin dia akan mengizinkanku mempelajari masalah alkimia yang bahkan belum terpecahkan olehnya. Kau tahu arti teknologi paling mutakhir itu, kan?\""
"\"Lebih banyak uang!\" Mata Bailey bersinar.
"\"Tepat.\""
"\"Baiklah, akan kucarikan bukunya untukmu, meski tidak mudah.\""
"\"Sampai jumpa bulan depan.\""
"\"Tidak mau tinggal minum sedikit?\""
"\"Tidak Bailey, kejutan hari ini terlalu besar. Aku harus pulang mempersiapkan beberapa hal.\""
"\"Bagaimanapun juga Hughie, kau jenius. Aku dan partner semua mengagumimu. Kami berharap kau bisa terus bertahan hidup dengan sehat.\""
"\"Semoga begitu.\" Gong Hao tersenyum menjawab."
