Kekacauan di kastil semakin menjadi-jadi. Meski pasukan boneka Bushido telah dikerahkan, mereka tak mampu menekan gerombolan binatang buas yang mengamuk ini.
Darah dan jeritan menyobek kedamaian malam, Pulau Purgatory benar-benar menjadi neraka duniawi pada saat ini.
Monster-monster magis mengaum keras. Setelah merasakan kebebasan yang lama hilang, mereka menghancurkan setiap bangunan kastil dengan kemampuan khas mereka - yang bisa menyemburkan api, menciptakan Hujan Es, mengobarkan angin kencang, dan menerbangkan pasir.
Situasi kekacauan, adegan mengerikan, teriakan panik dan putus asa para pelayan, para magang sibuk memadamkan api di perpustakaan. Andrew sedang memimpin boneka Bushido bertarung hidup-mati melawan monster magis, sayangnya dia bukan komandan sejati yang mampu menghadapi situasi seperti ini.
Semua zona bahan mengalami penghancuran dahsyat pada saat ini.
Beberapa tanaman ajaib langka musnah selamanya, takkan pernah muncul lagi. Kawanan burung magis di udara terus-menerus berkicau riang, Merah dan Hijau bagaikan dua raja yang berada di tempat tinggi, terbang bebas menghempaskan bola api besar-besaran dari mulut mereka ke menara alkimia, menghantam perisai magis hingga memunculkan gelombang demi gelombang nyala biru.
Ini adalah bentuk kemarahan mereka yang meluap-luap dan kebencian terdalam terhadap kastil alkimia.
Heinz menatap semua ini dengan wajah pucat mayat, hatinya telah membeku.
Metode Hughie Glare sederhana, langsung, mematikan, dan efektif.
Bola kristal di tangannya telah berkedip beberapa kali, namun rumah kayu kecil di tepi danau tetap tak memberi respon. Jelas, bahkan sebelum Hughie melepaskan monster magis, dia telah lebih dulu melenyapkan kekuatan penjaga terkuat di pulau ini - Lancelot.
Sungguh tak bisa dipahami bagaimana dia melakukannya, padahal itu adalah seorang Bushido Puncak, lenyap begitu saja tanpa jejak.
“Kalau Lancelot ada di sini, bukan cuma monster-monster magis ini, bahkan Raksasa Dewa sekalipun yang datang, pasti tidak akan ditakutinya. Tapi sekarang, hanya dengan rintangan di depannya ini saja, dia sudah sulit bertahan.”
Heinz menghela napas panjang, akhirnya meletakkan bola kristal dan mengangkat tongkat sihir di tangannya.
Tujuh permata sihir berwarna-warni tertanam di tongkatnya, saat ini bersinar serempak memancarkan Cahaya. Energi sihir dahsyat seketika mengalir melalui tongkat memenuhi seluruh tubuhnya.
Berbeda dengan penyihir biasa yang menyuntikkan kekuatan sihir ke tongkat untuk memperkuat mantra, seorang alkemis justru menyerap energi sihir dari tongkat. Mereka mengandalkan peralatan alkimia mutakhir untuk melakukan sihir yang biasanya mustahil.
“Wahai peri kekuatan alam! Dengarkan panggilanku, pancarkan sinar Kehidupan kalian...” Heinz melantunkan mantra alam dengan suara lantang. Nada-nada magis yang aneh dan rumit meluncur dari bibirnya, terkumpul menjadi cahaya hijau di telapak tangannya.
“Belitan Kematian!” bisik Heinz sambil mengayunkan cahaya hijau itu.
Saat sinar kehijauan menerangi langit kastil, tiba-tiba ribuan duri berduri menjalar gila-gilaan dari tanah.
Itu adalah tanaman ajaib penghisap darah dari dunia iblis.
Satu demi satu sihir kekuatan alam dilepaskan, situasi kacau di dalam kastil bukannya membaik malah semakin parah. Monster-monster magis menghadapi serangan archmage dengan kemarahan dan kegilaan yang makin menjadi.
Malam ini, telah ditakdirkan menjadi malam kematian yang penuh tarian berdarah.
Bahkan jika semua monster magis ini berhasil dimusnahkan, Kekaisaran Lans tetap akan menanggung kerugian besar yang tak tergantikan.
Malam ini, Heinz telah ditakdirkan menjadi pecundang, tinggal melihat berapa sisa harga diri yang bisa dia selamatkan.
Tanah yang gemetar tiba-tiba mengeluarkan erangan kesakitan, bagaikan teriakan terakhir orang sekarat.
Seluruh kastil berguncang hebat seperti gempa bumi selama beberapa detik.
Dari kejauhan terdengar raungan nyaring yang menggema, bak geraman raksasa.
Suara itu, Heinz paling hafal di telinganya.
Wajahnya berubah pucat pasi: "Hughie Glare, akhirnya kau mengaktifkan Raksasa Dewa juga?"
Siluet raksasa muncul dengan gemuruh di depan kastil, gada rantai besar diayunkannya menciptakan gaung langit, menyapu seperti lereng gunung yang dalam sekali hantam merobohkan sebagian tembok kastil.
Murni dari segi kekuatan, kekuatan Raksasa Dewa benar-benar tak tertandingi. Setiap langkahnya menghancurkan area perumahan kastil dan zona bahan menjadi puing-puing.
Kekuatan perusak makhluk raksasa ini sendiri setara dengan gabungan seluruh monster magis.
Mungkin karena terkesima oleh kekuatan dahsyat Raksasa Dewa, para monster magis ketakutan dan berlarian menghindar. Makhluk-makhluk yang insting alaminya lebih dominan daripada kecerdasan ini, selalu akan melarikan diri sejauh mungkin saat berhadapan dengan entitas yang lebih kuat dari diri mereka.
"Roarrr!" Raksasa Dewa mengeluarkan raungan yang menggemparkan.
Makhluk raksasa ini terlalu kuat untuk dikendalikan, namun bagi Gong Hao yang hanya membutuhkan kehancuran, ini sudah cukup. Merusak adalah insting alami Raksasa Dewa, alasan tunggal keberadaannya di dunia ini. Tanpa bimbingan tuan, ia akan secara insting menyerang gila-gilaan segala sesuatu yang terlihat.
Dan sekarang, Gong Hao telah melepaskan iblis ini dan membawanya ke sini.
Di tanah yang dipenuhi puing-puing reruntuhan dan potongan anggota tubuh, tubuh-tubuh yang tercabik, serta genangan darah, seorang pria melangkah dengan anggun dan muncul perlahan di hadapan Heinz.
Dialah Gong Hao.
Rambut emasnya berkibar diterpa angin. Ia menengadah ke arah lantai tertinggi Menara Alkimia.
Kemudian berseru: "Master Hines, bagaimana menurutmu hadiah kejutan dariku ini?"
Di dalam kastil, Raksasa Dewa sedang mengamuk dan menghancurkan segala sesuatu. Pasukan boneka Bushido berdatangan silih berganti untuk menghentikannya, menciptakan pertempuran yang sangat mencekam.
Di pusat kastil, Gong Hao berdiri dengan tenang seolah semua kejadian ini tidak ada hubungannya dengannya.
Meski Andrew mati-matian menggerakkan boneka Bushido dan memerintahkan mereka untuk membunuh Gong Hao, entah mengapa perintah ini tidak pernah terlaksana. Gong Hao tetap berdiri di sana, tapi tak satu pun boneka Bushido yang menyerangnya.
Ia menatap ke puncak Menara Alkimia sambil tertawa, rambut pirangnya berkibar-kibar. Wajah penuh tawa itu begitu tampan dan menggemaskan, senyumnya polos seperti anak-anak namun penuh kecerian tak terbendung.
Heinz menghela nafas.
Akhirnya dia menyerah dan keluar dari Menara Alkimia.
Berdiri berhadapan dengan Gong Hao.
Gong Hao tersenyum: "Di wajahmu kulihat kemarahan, kecemasan, ketakutan dan penyesalan diri. Tapi tidak ada kejutan sama sekali. Sebenarnya kau sudah paham apa yang terjadi, kan? Hanya saja kau terus menipu diri sendiri, enggan mempercayainya."
"Bagaimana kau melakukannya? Mengapa Raksasa Dewa dan boneka Bushido tidak menyerangmu?" Di luar dugaan Gong Hao, Heinz tidak menanggapi pernyataannya tapi justru mengajukan pertanyaan ini.
Memang pantas disebut gila alkimia yang obsesif. Bagi pria ini, mungkin mencari misteri pengetahuan memang lebih penting dari segalanya.
Gong Hao tersenyum: "Sederhana saja, boneka Bushido tidak menyerangku karena aku meningkatkan otoritas lencana. Tidak sulit, cukup dengan meningkatkan level perintah lencana... Maaf aku melakukannya diam-diam. Soal Raksasa Dewa yang tidak menyerangku, itu karena kau tidak tahu tentang guncangan elemen. Ingat? Raksasa Dewa juga dibuat dengan metode guncangan elemen. Dan aku, beruntung memiliki kemampuan ini. Jadi sebelum dia menyerang, aku mengaktifkan kekuatan sihirku dalam bentuk guncangan elemen. Karena pernah melakukan kontak intim dengannya, aku sepenuhnya memahami frekuensi osilasi energi jiwanya... Aku menirunya dengan sempurna sampai mengira aku adalah sesamanya. Meski tak bisa mengendalikannya, setidaknya dia tak menyerangku."
"Ya Tuhan." Heinz mengerang: "Seharusnya aku sadar sejak awal, kau punya bakat latihan sihir... Hughie Glare, kau benar-benar jenius."
"Lucu, saat kubunuh Neil, dia juga bilang begitu."
"Neil? Jadi Piyé benar..." Heinz menggeleng penuh penyesalan.
"Benar, dia benar. Makanya kubunuh juga."
"Kau?!" Heinz terkejut memandang Gong Hao: "...Berarti Piyé tidak berniat pada Paduka Putri?"
“Yang dipikirkannya adalah Isadora, dayang Putri. Sayangnya setelah mengetahui itu sang Putri, dia kembali terkena serangan keinginan membara dan serangan jiwa dariku. Jadi dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Sihir serangan Klos tidak bisa membunuhnya, akulah yang menanamkan Aura Pertarungan ke dalam tubuhnya.”
“Sihir jiwa? Kau berani mencuri ilmu sihir jiwa?”
“Tentu saja, kalau tidak mana mungkin aku bisa mengaktifkan Raksasa Dewa dengan mudah sekaligus menyesuaikan gelombang jiwaku sendiri?”
Heinz menggigil hebat, berteriak: "Kau menggunakan sihir jiwa untuk mengaktifkan Raksasa Dewa? Maksudmu kau tidak menggunakan metode alkimia?"
Gong Hao terkekeh: "Akhirnya kau mengerti? Benar, aku berhasil memecahkan rahasia penggunaan Raksasa Dewa. Harus kukatakan Electra adalah jenius sejati. Metodenya sama sekali tak terduga dan tak mungkin ditiru... Siapa sangka Electra ternyata seorang penyihir? Dan sama sepertiku, dia juga ahli sihir jiwa. Inilah rahasia terbesar mengapa dia bisa mengendalikan Raksasa Dewa. Nyatanya tak ada alkemis lain yang bisa menjadi penyihir sekaligus, apalagi ahli sihir jiwa..."
“Ya Tuhan.” Heinz memeluk kepalanya.
Rahasia yang tak bisa dipecahkannya seumur hidup, akhirnya terbongkar oleh Gong Hao di saat ini.
Mungkin dia bisa mati tanpa penyesalan sekarang.
“Sayangnya, aku baru saja menjadi seorang Ahli Sihir Jiwa. Aku menemukan bahwa untuk mengontrol Raksasa Dewa dengan sempurna, setidaknya dibutuhkan kemampuan Ahli Sihir Jiwa Level Empat ke atas. Jadi aku hanya bisa membuatnya tidak menyerangku, tapi tidak bisa memberi perintah. Tapi sepertinya dia lebih menyukai ini." Gong Hao menatap Raksasa Dewa yang mengamuk di kejauhan, senyum kepuasan terukir di wajahnya.
“Dasar bajingan! Kau berani mencuri ilmu terlarang, kau akan masuk neraka!” Heinz mengaum marah.
“Apakah mencuri ilmu terlarang sesuatu yang langka?” Gong Hao menyeringai dingin: “Masih lebih baik daripada kalian yang menggunakan orang hidup untuk eksperimen. Jika neraka benar-benar ada di dunia ini, pasti kau yang akan masuk lebih dulu dariku. Omong-omong, meski latihan sihir jiwa membutuhkan banyak pembunuhan, tapi aku tak perlu khawatir kehabisan target... Maksudku aku tak perlu ragu apakah yang kubunuh pantas mati, karena di seluruh Kekaisaran Lans, terlalu banyak orang yang layak mati!”
Nada dingin Gong Hao telah mengisyaratkan nuansa berdarah yang akan menyelimuti Kekaisaran Lans di masa depan.
Setelah menarik napas panjang, Heinz menghela: “Hughie Glare, terima kasih telah memberitahuku semua ini. Lalu, bisakah kau beri tahu kapan tepatnya kau menemukan rahasia ini?”
“Dalam waktu tersingkat.”
“Begitu rupanya. Lalu kau langsung merencanakan semua ini?”
“Tepat. Sejak aku melihat kalian mengeluarkan benda-banda kotor dan menjijikkan dari tubuh para pelayan, aku sudah merencanakan untuk memusnahkan dan membunuh kalian semua.”
“Anda sebenarnya bisa pergi begitu saja!”
Gong Hao menggelengkan kepala: “Jika aku ingin pergi, aku sudah pergi sejak lama. Aku tetap di sini karena menanti hari ketika bisa menghancurkan tempat ini dengan tanganku sendiri.”
Heinz mengaum: “Aku bisa menerima kematian, itu konsekuensi dosaku! Tapi aku tak tahan dengan perusakanmu! Hughie Glare, tahukah kau apa yang telah kau lakukan? Kau sedang menjerumuskan rangkaian penemuan terhebat di dunia ini ke neraka! Kau seharusnya bisa menjadi alkemis terbesar!”
“Tentu, aku melihat semuanya.” Gong Hao tertawa terbahak-bahak: “Justru itulah yang kutunggu-tunggu, kusabarkan hampir empat tahun. Berbeda dengan dugaanmu, aku lebih memilih menyelamatkan nyawamu demi menghancurkan neraka berdosa ini! Soal alkimia... aku tetap bisa berprestasi tanpamu.”
Benar, semua yang terjadi inilah yang telah lama diidamkannya.
Meski api di lantai satu Menara Alkimia telah dipadamkan, seluruh koleksi buku habis terbakar. Semua tanaman di berbagai zona hancur, monster magis dilepaskan, kastil diruntuhkan, bahkan obat-obatan hasil alkimia dan bahan berharga lainnya di menara raib entah ke mana – jelas ini semua adalah karya masterpiece Gong Hao.
"Sambil berbicara, Gong Hao menatap para pelayan yang berkumpul di samping sambil gemetar. Dia berteriak: 'Aku tahu kalian terkejut, heran, tidak mengerti mengapa aku melakukan ini. Sekarang akan kuberi jawaban. Jawabannya sebenarnya sederhana, Tuan kita...' Gong Hao menunjuk si tua Heinz di depannya, berteriak: 'Dia adalah serigala berbulu domba! Menurut kalian ke mana para pelayan yang dibawa pergi setiap bulan? Semua dipakai si tua bajingan ini untuk percobaan! Mereka menggunakan tubuh kalian untuk uji coba, mengembangbiakkan benih ajaib, membunuh kalian, merampas jiwa kalian, bahkan mayat pun dipakai untuk membuat boneka arwah penasaran! Menurut kalian dari mana boneka darah-daging dan roh jahat itu berasal? Dibayar dengan kehidupan kalian!'"
"Tidak! Ini tidak mungkin!" Semua pelayan ketakutan setengah mati.
Kandon menatap Gong Hao dengan bengong: "Tuan Glare, apakah yang Anda katakan benar? Semua pelayan... akan mati?"
Gong Hao melihat Kandon, mengangguk pasrah: "Aku menyesal, selama bertahun-tahun aku berusaha meneliti benih ajaib. Tapi si tua ini terus menolak memberikannya padaku. Yang kuketahui hanya satu, setiap tubuh kalian mengandung ini. Saat benih ajaib itu lahir, itulah saat kematian kalian. Dan aku... tidak bisa berbuat apa-apa."
Kandon menggigil seluruh tubuh: "Artinya... kita pasti mati, ya?"
"Ada kilasan kesedihan di mata Gong Hao, ia mengangguk pelan: 'Benar, aku hanya bisa menghentikan kelanjutan semua ini, tapi aku tak punya cara untuk menyelamatkan kalian. Metode yang pernah kugunakan untuk menghilangkan bibit spiritual... tidak cocok untuk kalian.'"
Semua pelayan dilanda keputusasaan.
"Bunuh tua brengsek ini!"
"Bunuh dia!"
"Bunuh dia!"
Para pelayan serempak meneriakkan teriakan yang sama, amarah massa menyala-nyala.
Sekumpulan pelayan menyerbu Heinz secara serentak, namun wajah Heinz malah menampakkan keganasan yang mengerikan.
Ia mengangkat tongkat sihirnya.
Rangkaian mantra misterius meluncur dari mulutnya, semua pelayan yang menyerang tiba-tiba berhenti di tempat sambil memegangi dada mereka dan menjerit-jerit.
Kandon memegangi dadanya sambil menatap Gong Hao: "Tuan Glare, tolong aku! Ada sesuatu di dalam tubuhku!"
Kilasan kesakitan terlihat di mata Gong Hao.
Dengan cepat ia menghunus pisau kecil yang tajam, lalu menikamkannya ke tubuh Kandon dengan keras.
Dor! Tubuh Kandon mengeluarkan jeritan melengking yang mengerikan.
"Maafkan aku, Kandon. Ini satu-satunya yang bisa kulakukan untukmu," bisik Gong Hao di dekat telinga Kandon.
Tubuh yang tak pernah dilatih itu akhirnya limbung. Kandon menatap Gong Hao dengan putus asa sebelum pelahan tertekuk lutut di tanah.
Kepalanya merunduk, menyaksikan golok di tangan Gong Hao menarik diri dari tubuhnya, lalu membelah perutnya dan mengeluarkan gumpalan daging berdarah yang ditunjukkan padanya.
"Sakit yang luar biasa menyapu seluruh tubuh Condon, dia membuka mulutnya, merasakan Kehidupan di dalam tubuhnya dengan cepat mengalir pergi."
"Kemudian dia berbisik pelan: 'Terima kasih... Tuan Glare.'"
"Plok, dia terjatuh."
"Satu per satu roh jahat yang dibangunkan oleh mantra menghancurkan Organ Dalam dan darah dan daging para pelayan, kemudian merangkak keluar dari tubuh mereka. Meskipun merupakan Kehidupan lemah yang dipaksa, puluhan roh jahat tetap tidak bisa diremehkan."
"Heinz membisikkan mantra, seikat besar tumbuhan Hijau membungkus dirinya dengan erat. Puluhan pemimpin roh jahat yang kehilangan satu target segera mengalihkan perhatian, semua tatapan serakah dan haus darah terpusat pada Gong Hao."
"'Dengan nama kontrak, penjaga angin ada di mana-mana, serangan balik angin tak tertahankan... Pusaran angin'"
"Rangkaian mantra terucap, Gong Hao dengan santai menggerakkan tangan, pusaran angin berputar penuh pisau angin telah mengelilinginya. Siapapun yang berani menyerangnya harus merasakan pisau angin mengiris tubuh."
"Ini membuat roh-roh jahat itu untuk sementara ragu-ragu, mereka melihat ke kiri-kanan, bingung menentukan pihak mana yang harus diserang lebih dulu."
"Heinz memandang Gong Hao dengan penuh keheranan."
“Sihir Pusaran Angin? Hughie Glare, kau memang hebat. Tak hanya mencuri ilmu sihir jiwa, kau bahkan sudah berhasil menjadi penyihir angin resmi? Ini sulit dipercaya. Aku tak ingat berapa banyak waktu yang kau habiskan untuk latihan. Bagaimana mungkin kau menjadi penyihir dua elemen?”
“Masih banyak hal yang tak bisa kau bayangkan, orang tua. Bagaimanapun juga, semua ini berkat kebaikanmu.” Gong Hao menjawab dingin.
“Begitu? Tapi dengan kemampuan selevel ini, kau tetap tak akan lolos dari hukuman roh jahat memangsa tubuh! Sekalipun jadi penyihir dua elemen, kau cuma penyihir pemula!” Heinz mengangkat tongkat sihirnya tinggi-tinggi, bersiap memberikan pukulan mematikan pada Gong Hao.
“Sayangnya aku tak sependapat.” Kilatan sikap meremehkan terpancar dari mata Gong Hao: “Mungkin aku harus membuatmu merasakan rasanya terlebih dahulu.”
Rangkaian mantra ajaib kembali mengalir dari mulut Gong Hao.
Heinz tertegun sejenak, tiba-tiba merasakan sesuatu seperti merayap perlahan di dalam tubuhnya.
Matanya membelalak tak percaya menatap Gong Hao: “Kau! Apa yang kau lakukan padaku?”
Gong Hao mengangkat bahu: "Masih ingat naga jahat di area tengah itu? Kurasa aku perlu membuatmu merasakan siksaan yang dialami korban-korbanmu. Jadi aku meminta beberapa bibit spiritual dari naga itu dan diam-diam menanamnya di tubuh kalian. Sekarang, rasakanlah organ dalammu dihancurkan oleh roh jahat terkutuk ini. Itulah balasan yang pantas untukmu."
"Tidak!" Heinz berteriak histeris.
Saat itu juga ia memaksa mengerahkan semua kekuatan magisnya, berusaha menghentikan pertumbuhan bibit spiritual dalam tubuhnya, sambil terus mengeluarkan berbagai obat dari tasnya.
Gong Hao memandang Heinz dengan tatapan penuh kesedihan dan belas kasihan, akhirnya tak tahan berkata: "Jangan buang-buang tenaga. Bibit spiritual dalam tubuhmu berbeda dengan yang lain. Aku tidak hanya mengganti mantra percepatan pertumbuhannya, tapi juga menambahkan sesuatu khusus pada bibit itu. Ini sudah melampaui pemahamanmu, bukan sesuatu yang bisa ditekan oleh obat-obatanmu."
"Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya kau lakukan?!" Heinz mengaum keras.
"Tidak ada, hanya melakukan percobaan kecil pada tubuhmu seperti yang pernah kalian lakukan dulu. Tidakkah kau perhatikan perubahan pada roh-roh jahat yang baru saja kau percepat pertumbuhannya ini?"
Heinz terkejut memandang roh-roh jahat yang baru lahir itu. Mereka terlihat limbung, bahkan tidak bisa berdiri tegak.
Tak lama kemudian, mereka roboh ke tanah, mengeluarkan darah dari mulut dan mati.
"Ya Tuhan, bagaimana kau melakukannya?"
“Tidak ada, bagi anak yang baru lahir, daya tahan mereka paling lemah. Sedikit racun bisa menyelesaikan segalanya. Oh, sumber racun ini berasal dari bibit spiritual di dalam tubuhmu. Sudah kukatakan, ini berbeda dari bibit spiritual lain. Ini khusus kubuat untuk kalian. Sayangnya, saat ini hanya efektif untuk anak roh jahat. Tapi aku yakin tak lama lagi, aku bisa membuat racun khusus untuk roh jahat. Pasukan roh jahat yang jadi andalanmu dan negaramu untuk semena-mena akan musnah seketika!”
“Tidak!” Heinz menjerit putus asa.
Bibit spiritual yang sengaja ditanam Gong Hao itu ganas melahap organ dalam Heinz. Sekalipun penyihir besar tingkat tinggi, mustahil bertahan dari serangan internal seperti ini.
Tanpa dukungan kekuatan magis, semua tanaman rambat lenyap. Heinz terjatuh tak berdaya, matanya membelalak menatap langit.
Sebenarnya dia penyihir kuat. Jika bertarung langsung, Gong Hao pasti kalah. Tapi akhirnya dia tewas oleh siasat licik Gong Hao, mati di tangan penemuannya sendiri.
Gong Hao memandang bangkai Heinz, sorot sedih sekilas di matanya.
“Hughie, Hughie! Lepaskan aku, kumohon ampuni aku! Aku sudah sadar kesalahan, jangan bunuh aku!” Dari kejauhan, Andrew berlari sambil berteriak ke arah sini.
“Raksasa Dewa itu sudah membunuh semua boneka Bushido miliknya, saat ini sedang merusak segalanya tanpa ampun.”
Setelah melihat kondisi Heinz yang mengenaskan, Andrew yang putus asa benar-benar melepaskan semua harga diri dan kebanggaan.
Dia melihat roh jahat merangkak keluar dari tubuh Heinz, lalu mati tak berdaya. Dia memahami segalanya.
Dia berlutut di tanah dan bersujud memohon pada Gong Hao: "Hughie, Hughie, tolong aku! Tolong keluarkan bibit spiritual ini dariku!"
"Anda tahu aku tidak bisa melakukannya, Tuan Andrew." Gong Hao memandang Andrew di depannya dengan tatapan iba.
Sapaan "Tuan" itu mengandung sarkasme yang luar biasa.
"Oh tidak, tidak! Hughie, jika benar tidak bisa, kumohon berhenti baca mantra. Biarkan saja tertidur. Aku punya obat, obat untuk mengontrol pertumbuhannya. Beri aku waktu untuk meneliti, aku bisa menyelesaikan ini!"
"Sudah tidak perlu diselesaikan. Kastil sudah hancur, Heinz juga tewas. Pulau ini telah meraih kebebasan. Tidak akan ada remaja lagi datang ke sini, mengalami penderitaan seperti kalian. Hanya kalian yang menuai konsekuensi perbuatan sendiri... Maaf, aku harus membunuhmu, Tuan Andrew. Aku tahu dulu kau baik padaku, tapi aku harus melakukan ini."
"Sampai di sini, Gong Hao tertawa: 'Masih ingat perkataan yang pernah kau ucapkan padaku dulu? Kau bilang: Seringkali para pelayan tidak sepenuhnya menuruti perintahmu. Mereka kerap bermalas-malasan, main akal bulus, dan merasa diri paling benar. Jika kau mengira dengan merencanakan, memerintah, dan memberi instruksi semuanya sudah selesai... Tuan Andrew, perkataanmu itu sangat tepat! Aku tak pernah melupakan kalimat itu. Itulah kebenaran, dan kini saatnya membuktikan kebenaran itu telah tiba.'"
Andrew memandang Gong Hao dengan putus asa.
"Tidak, Hughie, kumohon... Lepaskan aku."
"Melepaskanmu? Lalu bagaimana aku harus mempertanggungjawabkannya pada Fink, Biler, Sither? Siapa yang melepaskan mereka? Ketika mereka merengek-rengek memohon ampun pada kalian, pernahkah secuil belas kasih terbersit dalam hatimu?"
"Aku bisa mengajarkan semua ilmu alkimia yang dimiliki mentorku padamu! Termasuk formula pola sihir jahat, penyihiran berbagai senjata, pembuatan gulungan sihir hingga boneka perang tingkat tinggi! Semua yang dia tahu, aku juga tahu! Bukankah itu yang selalu ingin kau pelajari tapi belum sempat?"
"Sayangnya, semua itu tak perlu lagi kupelajari darimu."
Gong Hao menjawab dengan kejam.
Di tangannya tergenggam salinan catatan Electra dan dokumen hasil jerih payah Heinz selama bertahun-tahun.
Kastil yang kacau balau itu akhirnya sunyi senyap.
Menara simbol status dan kemuliaan itu, di bawah serangan gila Raksasa Dewa, akhirnya kehabisan semua energi. Setelah kehilangan perlindungan perisai magis, ia rubuh dengan dahsyat. Saat menyelesaikan pukulan terakhir, energi jiwa Raksasa Dewa habis dan kembali terjerumus dalam tidur abadi.
Segalanya telah berakhir.
Heinz tewas, Andrew tewas, para magang tewas, bahkan para pelayan pun tewas. Boneka Bushido dan roh jahat sekalipun tak tersisa.
Di tanah ini, selain mantan tuan monster magis pulau ini, tak akan ada lagi keberadaan asing.
Tanah kini dipenuhi darah dan potongan daging yang hancur, bau anyir busuk menyengat hidung hingga hampir membuat orang pingsan.
Gong Hao berdiri sendirian di tengah reruntuhan kastil, memandang sekeliling dengan hati yang sunyi sepi.
Dulu, tempat ini adalah harapan kebangkitan Kekaisaran Lans. Kini, ia telah menjadi puing-puing.
Semua kejahatan telah tersapu. Saatnya menyambut kehidupan baru.
Dari cincinnya, ia mengeluarkan sebotol obat.
Dengan hati-hati menuangkan sebagian ke telapak tangan, ia mengoleskan obat itu merata pada rambutnya.
Rambut pirangnya segera berubah menjadi hitam.
Dengan gesit melepas jubah panjang asisten alkemis dan melemparkannya ke tanah, ia mengganti pakaian biasa lalu bergegas ke tepi danau kecil.
Dari Ruang Dimensi, Gong Hao mengeluarkan sekumpulan kristal energi lagi dan menatanya sesuai urutan formasi teleportasi, lalu melangkah ke atas formasi tersebut.
Tepat saat dia bersiap mengaktifkan formasi, teriakan mendesak tiba-tiba terdengar dari kejauhan.
Seekor anak anjing hitam tiba-tiba melesat keluar dari hutan.
Melihat Gong Hao, binatang itu bersemangat menerjang ke arahnya, menjilat dan menggonggong gembira.
"Xu? Bagaimana kau bisa di sini?" Gong Hao berteriak gembira.
Dia memperhatikan ada daun yang diikat di punggung naga kecil itu. Setelah membacanya, ternyata itu ditulis oleh naga betina pemimpin itu.
"Hughie Glare, aku sudah tahu semua yang terjadi di kastil. Burung api yang menyala-nyala telah memberitahuku segalanya. Kau melakukan dengan baik, aku sangat berterima kasih. Xu adalah merdeka, wataknya tidak cocok untuk tinggal lama di Pulau Purgatory, jadi kusuruh dia mencarimu. Bawalah dia pergi bersamamu. Percayalah, dia tidak akan menjadi beban tapi akan menjadi penolong baikmu. Ingat, perlakukan anakku dengan baik. Rita."
Meletakkan daun itu, Gong Hao memeluk naga kecil itu: "Xu, kau mau ikut denganku?"
Makhluk kecil itu mengangguk antusias, sambil memandang bingung warna rambut hitam Gong Hao yang sebelumnya berwarna pirang.
Gong Hao tersenyum bahagia: "Baiklah, kita pergi bersama."
"Tiba-tiba terdengar dua lengkingan tajam dari langit, dua burung besar dengan sayap berkilau merah api terus berputar-putar di atas Gong Hao."
"Tepat Merah dan Hijau."
"Hati Gong Hao berdebar, ia menengadah dan berteriak: 'Kalian juga ingin ikut denganku? Kita akan berpetualang bersama, jalan-jalan, melihat keindahan dunia luar!'"
"Merah dan Hijau secara bersamaan menyemburkan api membara ke langit."
"Sesaat kemudian, ukuran mereka menciut dan hinggap di bahu Gong Hao."
"Memandang sekali lagi ke arah kastil di kejauhan dan asap mesiu yang masih menggantung, Gong Hao tersenyum lega: 'Baiklah, semua sudah berkumpul, kita... pergi dari tempat sialan ini!'"
