Malam belum tiba, langit Kota Daun Harum sudah dipenuhi cahaya lilin. Meskipun penggeledahan besar-besaran merusak suasana festival, orang-orang yang masih berharap akan kebaikan bersikeras menyalakan lentera yang mewakili kerinduan mereka.
Jalan-jalan di Kota Daun Harum pun bersinar terang benderang. Malam ini, tak ada yang bisa terlelap di sini.
Grup Tari dan Musik Violet akan tampil pada prime time pukul 8 malam sesuai prosedur.
Para gadis harus masuk lokasi lebih awal pukul 5 sore untuk merias wajah, gladi resik terakhir, dan persiapan lainnya.
Daisy memperhatikan lingkaran merah di mata Clarisse. Ia bertanya pelan pada ketua rombongan: “Ada masalah apa, Clarisse?”
“Tidak ada apa-apa, cuma agak gugup saja.” Clarisse menjawab cepat.
Lanti berlari tergesa-gesa sambil berteriak, “Aku tidak melihat Fink, seharian ini aku tidak bertemu dengannya. Sialan, hari ini kan hari besar kita, dia pergi ke mana?”
“Dia di teater, dia katakan mau melihat pertunjukan grup tari lain dulu untuk membandingkan siapa yang lebih baik.” Clarisse menjawab.
“Masih perlu ditanya? Tentu saja kita. Kita adalah grup tari terbaik di negara ini!” Lanti menjawab dengan bangga, “Malam ini akan kuperlihatkan penampilan terbaikku padanya.”
“Sudahlah jangan bicara lagi, waktunya masuk, siap-siap merias diri Sayangku.” Clarisse mendesaknya.
Sebagai teater dengan fasilitas termewah dan kapasitas penonton terbesar di Kota Daun Aromatik saat ini, Teater Lanya berbentuk struktur setengah lingkaran dengan panggung sangat luas dan fasilitas canggih. Dapat menampung sekitar 8.000 penonton sekaligus.
Tarif di sini juga sangat standar, kursi biasa saja sudah mencapai 20 koin perak Viter, sementara balkon VIP bisa mencapai 3 hingga 5 Koin Emas Viter. Rata-rata harga per posisi sekitar 30 koin perak Viter.
Dalam satu pertunjukan, dengan kursi terisi penuh, pendapatan teater bisa mencapai 2.400 Koin Emas Viter, sedangkan grup tari akan mendapatkan minimal 800 Koin Emas Viter.
Namun jika pertunjukan gagal atau bisnis tidak bagus, grup tari tetap harus membayar hingga 1.600 Koin Emas Viter ke teater.
Di lantai paling atas teater, terdapat platform terbuka besar yang menjadi tempat para bangsawan mengadakan koktail. Para bangsawan tinggi sering memilih mengadakan pesta sambil menonton pertunjukan di platform ini, memberikan mereka kesenangan ganda. Ini juga memungkinkan bangsawan yang tidak tertarik pada opera menemukan tempat mereka sendiri di Teater Lanya.
Sesekali, para bangsawan akan mengundang penyanyi wanita yang tampil baik ke platform. Mereka minum, mengobrol, dan tidak keberatan mengeluarkan sejumlah uang untuk membawa gadis pilihan mereka ke kamar mereka di malam itu, menghabiskan malam yang menggoda.
Karena itu, ada yang menyebut platform terbuka itu sebagai Lapangan Perburuan.
Clarisse tidak tahu bahwa Hughie sudah berada di Lapangan Perburuan ini sebelum rombongan tarinya masuk ke Lanya.
Berdiri di platform terbuka yang mewakili strata tertinggi Kota Daun Harum, Hughie dengan santai menikmati pemandangan sekitar.
Platform terbuka yang dijuluki Lapangan Perburuan ini, bahkan di seluruh Kekaisaran Lans, terkenal dengan kemewahan dan keindahannya.
Seluruh platform terbuka dibangun di bagian paling atas teater, berbentuk elips. Dua tangga spiral berkelok-kelok menjulur dari atas ke bawah.
Karpet merah mewah terbentang mulai dari mulut tangga spiral hingga sepanjang platform.
Alasnya diukir dari batu giok besar, dengan pegangan tangga berhiaskan pola indah.
Kedua sisi platform terbuat dari dinding tirai kristal super besar yang dipotong dari satu bagian utuh. Dari sini dapat melihat jelas pertunjukan di panggung bawah. Tentu, penonton juga bisa menyaksikan kehidupan bangsawan yang berpesta pora di atas.
Platform elips terbagi tiga lapisan: lingkaran terluar adalah area istirahat pelayan, lingkaran tengah berisi kue-kue mewah dan anggur yang telah disiapkan. Para pelayan mengenakan seragam kerja putih berdiri berbaris sambil membawa nampan emas untuk melayani tamu. Lingkaran terdalam adalah area utama resepsi.
Antara lingkaran dalam dan tengah, puluhan Bushido berjaga ketat.
Belasan meja panjang berjejer di kedua sisi lingkaran dalam platform, dipenuhi hidangan istimewa. Tengah adalah area luas untuk menari. Di atas resepsi terdapat podium kecil untuk pidato.
Ratusan lampu sihir memancar dari berbagai sudut ke langit, membuat area ini terang benderang bahkan saat bulan dan bintang tak bersinar.
Keluarga Browni hari ini menggelar resepsi koktail megah di platform terbuka ini, mengundang seluruh bangsawan terkemuka Kota Daun Harum.
Ini tradisi Keluarga Browni: setiap Hari Natal mereka menyelenggarakan resepsi di sini untuk mempererat hubungan dengan keluarga ternama se-kota.
Kebanyakan bangsawan di sini memakai wig mewah. Sebagian memakai dasi kupu-kupu hitam di dada, sedikit yang mengenakan rompi pendek sambil membawa cambuk, seolah baru kembali dari berburu.
Beberapa nyonya bangsawan mengenakan gaun malam yang lebar, dengan lingkaran bambu di dalam rok untuk menjaga bentuk mengembang. Sebagian memakai topi beludru, cadar, atau syal sutra di kepala.
Hampir semua nyonya bangsawan dipenuhi perhiasan: tasbih, cincin, rantai, permata, intan, giok, mutiara, dan akik.
Mereka terlihat seperti monster magis berbentuk manusia yang bertabur permata. Bagi para wanita ini, acara ini adalah kesempatan untuk pamer kekayaan.
Para bangsawan di pesta bersikap sopan - membuka topi untuk wanita, dan mendekati yang cantik untuk merayu.
Sebelum pesta resmi dimulai, orang-orang bergerak bebas untuk menjalin hubungan. Ini cara bangsawan membangun jaringan melalui serangkaian pesta, mempromosikan diri untuk karier masa depan.
Pesta dansa semacam ini merupakan perwujudan lingkaran sosial aristokrat.
Alasan Claude Brownie mengundang Hughie ke pestanya adalah untuk menunjukkan kekuatan keluarga melalui tekanan sosial tingkat tinggi, sekaligus memenuhi "amanat kakaknya" untuk memastikan apakah Hughie benar-benar membawa harta karun yang sangat berharga.
“Setelah pesta minum seperti ini, jika satu atau dua orang hilang, itu bukanlah hal yang luar biasa. Bahkan Kantor Hukum tidak berani menyelidiki begitu banyak bangsawan.”
“Aku harap kau menikmati pestaku.” Saat itu Claude Brownie berkata demikian pada Hughie.
“Sebuah pesta megah, kulihat hampir semua orang berstatus tinggi di Kota Daun Harum hadir.” Hughie membalas dengan sopan.
Claude Brownie berkata dengan bangga: “Oh, hanya bisa dikatakan keluarga Brownie di Kota Daun Harum, tidak, seharusnya seluruh Velsa Archipelago masih memiliki sedikit reputasi. Tahukah kau? Setidaknya separuh bangsawan yang datang ke sini pernah menerima kebaikan keluarga Brownie. Kami selalu ahli dalam menyelesaikan masalah.”
“Kata-kata Anda membuatku malu. Beberapa hari lalu, aku justru membuat masalah untuk keluarga Anda. Sungguh luar biasa kalian bisa melupakan masa lalu, tidak hanya tidak menuntut tanggung jawabku, malah mengundangku ke pesta megah ini. Aku sendiri merasa tersanjung.”
“Oh, kemurahan hati adalah kebajikan setiap bangsawan.” Claude memeluk bahu Hughie sambil tertawa: “Jangan pikirkan masa lalu, ingatlah kau adalah seorang alkemis. Keluarga Brownie bersedia bekerja sama dengan alkemis berbakat mana pun. Maksudku, jika ada masalah, kau bisa mencari kami.”
“Ya, misalnya sebelum berangkat hari ini, aku beruntung mendapat bantuan orang-orang kalian untuk melepaskan diri dari para Bushido yang menyebalkan... Mereka sedang berburu pemuda di mana-mana.” Hughie menjawab dengan ekspresi pasrah.
"Oh ya, saya tahu hal ini. Dengar-dengar mereka sedang menangkap seorang remaja bernama Hughie Glare. Sulit dibayangkan, siapakah sebenarnya remaja itu? Sampai-sampai seluruh kekaisaran dikerahkan. Bahkan hari ini Tuan Bupati mengeluarkan perintah lockdown kota, melarang remaja di bawah 17 tahun keluar-masuk." Saat mengatakan ini, Claude memandang Hughie dengan tatapan khusus.
Hughie pura-pura santai menjawab: "Itu tergantung seberapa besar keuntungan yang bisa didapat dari menangkap buronan ini."
"Oh? Maksudmu hadiah 10.000 Koin Emas Viter?" Claude sengaja mengarahkan pembicaraan ke nilai Hughie Glare, sementara Hughie dengan antusias mengikuti alur ini.
Dia tersenyum: "Mungkin itu hanya sepersepuluh ribu dari nilai sebenarnya."
Jantung Claude berdegup kencang tak terkendali. Ia terkekeh canggung: "Sulit kubayangkan orang macam apa yang bernilai begitu besar."
Hughie menjawab perlahan: "Itu karena Tuan bukan seorang alkemis. Barang-barang yang dimiliki alkemis, ada yang nilainya bahkan tak bisa ditukar dengan sebuah kota. Contohnya..."
Hughie sengaja berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan santai: "Misalnya cincin dimensi yang bisa menyimpan banyak barang; bahan-bahan langka yang sudah punah di dunia ini; ribuan obat-obatan top; atau al-kimia tingkat tinggi yang sudah hilang dari peradaban..."
Claude menghirup napas dalam-dalam. Matanya terpaku pada Hughie, lalu beralih ke tangan kiri pemuda itu yang sedang memegang gelas anggur.
Pada jari Hughie, sebuah cincin dengan desain biasa memancarkan cahaya sihir samar.
Keserahan yang besar menyembur dari mata Claude. Ia tak pernah menyangka bisa mendapatkan rahasia besar Hughie Glare begitu mudah dari mulut Hughie sendiri. Lalu sambil tertawa ia mengangkat gelas, gerakan gemetar halusnya berusaha menutupi ketegangan dalam hatinya. Dia katakan: "Sangat menarik, spekulasi yang bagus, Tn. Danito."
"Ya." Hughie juga mengangkat gelasnya ke arah lawan bicara.
Ia melirik sekeliling lalu berkata: "Bolehkah saya berkeliling sebentar?"
"Tentu saja, pesta belum resmi dimulai. Anda bisa menjelajah sesuka hati. Lihatlah ke sana, ada putri bangsawan cantik yang sedang menatap Anda. Mengapa tidak mendekati gadis itu? Mungkin Anda bisa melewatkan malam yang indah."
"Anda benar." Hughie melambaikan tangan ke pelayan yang lewat, meletakkan gelasnya di nampan, lalu membungkuk ke arah Claude: "Terima kasih atas kemurahan hati Anda. Sebagai imbalan, botol obat ini akan saya hadiahkan untuk keluarga Brownie."
Dengan santai ia mengeluarkan botol obat dan menaruhnya di tangan Claude, lalu berjalan menuju kerumunan orang.
Memandang punggung Hughie yang menjauh, Claude membuka botol obat di tangannya dan menghirup perlahan.
Benar-benar kualitas terbaik.
Dia melambai, seorang Bushido di sampingnya mendekat. Claude berbisik: "Atur semua samurai keluarga dengan baik, jaga tempat ini. Pastikan semua mengawasi nak itu, malam ini dia tidak boleh keluar dari pesta ini."
Bushido ragu-ragu: "Haruskah kita bertindak sekarang?"
Claude menggelengkan kepala: "Tidak, tunggu sampai pesta selesai. Biarkan nak itu menikmati kemenangannya sebentar. Ingat, saat bertindak harus rahasia, jangan sampai ketahuan. Hal ini... tidak boleh diketahui siapa pun."
Menyusuri pagar tepi, Hughie dengan santai mengamati lingkungan sekitarnya. Dia terlihat seperti sedang menikmati pemandangan, sesekali berhenti sejenak untuk menonton pertunjukan di panggung bawah.
Belum pukul delapan, penampil saat ini bukanlah kelompok hiburan Violet.
Berkeliling di antara kerumunan orang, sambil menikmati anggur dan buah segar langka di musim dingin, Hughie melakukan gerakan-gerakan kecilnya sendiri.
Tak ada yang menyadari bahwa dalam perjalanannya yang tanpa tujuan, dia hampir mengitari seluruh sudut platform terbuka.
Dari lipatan celananya sesekali menaburkan serbuk warna putih yang jatuh di karpet Merah, meresap masuk, perlahan menghilang. Kadang Hughie seperti anak nakal melemparkan potongan batu kecil ke sudut-sudut, benda tak mencolok itu hanya memancarkan cahaya redup di tempat gelap.
“Para bangsawan sedang mengobrol satu sama lain, para pria membahas situasi negara saat ini. Konon Kekaisaran Frank dan Kekaisaran Georgia sedang mempersiapkan serangan balik ke Kekaisaran Lans, sementara Strick VI telah kembali mengerahkan pasukan untuk mempersiapkan pertempuran besar.”
“Para wanita saling berbincang santai tentang cuaca, pakaian, serta kabar terbaru tentang anak bangsawan pemalas dari keluarga tertentu yang membuat skandal.”
“Mungkin karena penasaran dengan kemunculan remaja asing di acara penting ini, atau terpesona oleh penampilan Hughie yang tampan dan anggun, banyak nyonya dan nona bangsawan melayangkan pandangan penuh minuit padanya.”
“Kupikir tidak akan ada remaja lagi di pesta anggur hari ini, tapi ternyata ada pemuda tampan luar biasa seperti ini.” Seorang nyonya bangsawan tersenyum ringan melihat Hughie, dikelilingi beberapa nyonya dan nona bangsawan muda lainnya.
“Yang membuat mata Hughie berbinar adalah salah seorang wanita di antara mereka.”
“Dia berdiri di tengah kerumunan nyonya dan nona bangsawan, namun pandangan setiap pria yang jatuh padanya akan langsung berhenti menjelajah dan terpaku tak berkedip.”
“Dia memiliki sepasang mata yang berkilau seperti permata, gemerlap bagai bintang di malam gelap.”
Dia mengenakan gaun istana mewah yang terbuat dari kain ungu, kerah bundar yang rendah memperlihatkan hamparan kulit putih salju, seuntai kalung berlian berharga di lehernya memancarkan cahaya kristal. Rambut panjangnya bergelombang alami terurai di kedua bahu, menonjolkan dagu yang runcing dan wajah cantiknya.
Dibandingkan dengan para nyonya bangsawan yang berpakaian mewah dan aneh, penampilan wanita ini terlihat jauh lebih sederhana namun tetap penuh selera. Dia bersandar di meja panjang, tangan kirinya menopang lengan kanannya sendiri, sementara tangan kanannya memegang gelas berwarna akik yang berisi wine buah merah menyala, dengan posisi seolah hendak minum yang terlihat sangat menggoda. Bibir merahnya yang kontras seolah ingin membuat setiap pria bergegas Byur! untuk menciumnya.
Kecantikan seorang wanita, terkadang perlu ditunjukkan melalui berbagai aspek seperti pakaian, sikap, cara bicara, gerakan, dan lain-lain. Wanita yang hanya mengandalkan wajah kecil untuk menyenangkan pria sebenarnya berada di level paling rendah. Cewek cantik sejati tahu menggunakan setiap inci bagian tubuhnya untuk menarik laki-laki, termasuk setiap gerakan mereka.
Wanita di depan mata ini jelas termasuk tipe tersebut. Dia sangat mahir dalam mengimplementasikan bakat alaminya, dan melalui beberapa teknik kecil yang halus mampu memaksimalkan ekspresi dirinya sampai ke tingkat yang sempurna.
Hanya dengan sekali pandang, Hughie bisa memastikan bahwa pose memegang gelas seperti yang dilakukan wanita di hadapannya ini membutuhkan latihan tak terhitung kali untuk mencapai kelancaran dan keselarasan sempurna dengan sikap tubuhnya.
Dibandingkan dengannya, Daisy dan Lanti terlihat seperti gadis desa yang lugu. Meski sama-sama memiliki kecantikan fisik, mereka jelas belum memahami cara menampilkan diri secara lebih sempurna.
Berbeda dengan para bangsawan yang menjadikan acara seperti ini sebagai pamer kekayaan, wanita di depan mata ini telah mengubah tempat ini menjadi panggung tempatnya memamerkan pesona.
Di sekelilingnya, berkerumun banyak pemuda bangsawan. Kebanyakan adalah pewaris keluarga terkemuka yang tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berusaha mengambil hati gadis ini.
Demi sopan santun, setelah mendengar candaan sang nyonya tadi, Hughie membungkuk dengan sopan: "Jika yang Anda maksud adalah ketidaknyamanan dalam bepergian para pemuda akibat operasi penangkapan Tuan Bangsawan hari ini, maka saya akui memang mengalami sedikit kerepotan sebelum datang ke pesta ini."
"Oh? Lalu bagaimana kamu mengatasi masalah itu?" Tanya nyonya bangsawan yang bersuara tadi penasaran.
"Keluarga Brownie yang memberikan jaminan untukku," jawab Hughie.
"Jadi kau tamu undangan sang tuan rumah." Sang nyonya tertawa: "Kukira kau adalah..."
Dia tidak melanjutkan, Hughie sudah mengerti maksud tersembunyi dalam perkataannya. Pasti dia mengira dirinya sebagai kekasih gelap seorang nyonya bangsawan yang dibawa ke sini hari ini untuk memperluas wawasannya.
Gaya hidup hedonis kalangan atas membuat hampir setiap anggota lingkaran bangsawan memiliki kekasih sendiri - tidak hanya pria, bahkan wanita pun sering tak terkecuali. Hughie tidak terkejut dengan kesalahpahaman ini, jadi dia hanya mengangguk sedikit lalu hendak pergi.
Nyonya itu tertawa, "Semoga Tuan Pemimpin segera menangkap Hughie Glare yang terkutuk itu, kalau tidak Anda mungkin harus terus mengandalkan surat keterangan keluarga Brownie untuk bepergian."
Seorang pemuda bangsawan dengan dasi perak di samping segera menyela, "Dengan kemampuan Tuan Pemimpin, saya yakin ini bukan hal sulit."
Hughie menunduk sejenak lalu berkata perlahan, "Kurasa... ini juga mungkin bukan hal yang mudah."
