Saat Nanci membuka pintu rumahnya, ia terkejut melihat remaja yang tak pernah dilupakannya itu kembali berdiri di halaman.
Sejak Hughie pergi kala itu, Nanci tak pernah lagi bertemu dengan pemuda ini.
Kini, akhirnya ia muncul kembali di hadapannya.
Kali ini, tanpa kacamata dan rambut hitam - rambut pirang terurai di wajah tampan yang lembut itu.
Penampilannya persis seperti anak desa yang polos.
“Aduh, aku pikir aku takkan mendapat kesempatan ketiga untuk bertemu Anda.” Nanci menyambut dengan gembira.
Hughie mengangkat bahu: "Terakhir kali aku bilang akan kembali, aku rindu pada Paddy kecil."
"Tapi..."
"Maksudmu statusku? Kuharap itu tidak merepotkanmu."
"Oh tidak, tentu tidak." Nanci buru-buru menyatakan dengan serius: "Kau sudah dua kali menolongku, menyelamatkanku dan anakku. Yang ada hanyalah rasa terima kasih."
"Semoga kau tak mengira aku memanfaatkan budi baik ini." Hughie tersenyum.
Nanci tampak sedikit kesal: "Jika kau terus berkata begitu, aku takkan mengundangmu masuk."
"Sebenarnya aku tak ingin masuk." Hughie menjawab: "Wanita nan cantik dan murah hati, bagaimana jika kita jalan-jalan? Jika kau tidak terburu-buru buka toko."
"Tentu saja." Nanci tersenyum.
Dari senyuman itu, Hughie melihat ketulusan sejati yang terpancar dari mata wanita tersebut.
Nanci menutup pintu rumah perlahan sambil menggendong Paddy kecil keluar.
Di tepi sungai kecil Kota Royo, airnya jernih. Hughie dan Nanci berjalan berdampingan di tepian, terlihat seperti kakak-adik yang sedang berbisik.
Penampilan remaja berambut emas yang tampan itu menarik banyak perhatian. Meski kali ini Hughie tidak memakai kamuflase, bagi kebanyakan rakyat jelata, mustahil menghubungkan setiap remaja berambut emas dengan buronan kekaisaran berreputasi mengerikan itu.
"Jika bukan karena Anjing pelacak kekaisaran yang terus mencari jejak Hughie, sebagian besar waktu dia bisa berjalan di dunia dengan wajah aslinya tanpa masalah."
Hughie menyelipkan tangan di saku, mengenakan rompi kecil, berjalan dengan santai sambil bercanda dengan Nanci. Tapi tak ada yang tahu, di balik tawanya yang riang, setidaknya empat Feng Ying menari-nari di angkasa, dua belas lebah pengintai berputar-putar, di langit tertinggi sepasang burung api yang menyala-nyala mengawasi setiap titik hitam bergerak di tanah. Bahkan di bawah tanah, tikus arwah jahat berkilauan biru logam bergerak cepat.
"Hari ini tak kulihat anak laki-laki kecil milikmu itu?"
"Anak tetangga. Sesekali aku ajak jalan-jalan dan makan."
"Tapi kudengar dia memanggilmu ayah."
Hughie menjawab: "Hanya untuk bersenang-senang saja." Xu di pelukannya tidak puas menyundul dada ayahnya.
"Di usiamu, memang belum pantas menjadi ayah," kata Nanci. Matanya redup seketika: "Bahkan Blake pun tak pantas."
Mendengar nama Blake, Hughie terhenti sebentar sebelum bertanya: "Bisakah Anda bercerita tentang pasangan Anda, Nyonya Nanci?"
"Pasangan saya..." Nanci mengunyah sebutan itu, mengeluarkan desahan pahit: "Aku tak tahu harus mulai dari mana."
Menundukkan kepala dan berpikir sejenak, Nanci baru berkata dengan suara lembut yang perlahan: "Pertama kali aku mengenal Blake, dia masih seorang siswa seminari di Kota Daun Harum. Saat itu, dia rajin belajar, penuh cita-cita, sangat ingin menjadi Penjaga Cahaya Suci yang mulia di masa depan. Untuk meraih mimpi ini, dia tiga kali berturut-turut menjalani Pencucian Suci. Sayangnya setiap kali dia gagal melewati tahap pertama. Tubuhnya terlalu lemah, tidak bisa melatih Aura Pertarungan, tidak bisa mempelajari sihir, tidak mampu menerima Berkat Ilahi, gagal menjadi Ksatria Penjaga. Penjaga Cahaya Suci menjadi mimpi terakhirnya, tapi sayangnya mimpi terakhir inipun tak bisa dia raih..."
Di tepi sungai kecil, Nanci menggendong anak sambil bercerita tentang perkenalannya dengan Blake dengan suara tenang penuh penyesalan. Di benua ini, Penjaga Cahaya Suci mungkin merupakan profesi yang paling dekat dengan rakyat jelata. Seringkali ketika rakyat jelata tidak bisa melatih Aura Pertarungan maupun belajar sihir, menjadi Penjaga Cahaya Suci mungkin menjadi pilihan terbaik bagi kebanyakan mereka.
Penjaga Cahaya Suci adalah profesi khusus di bawah lembaga khusus yang didirikan Gereja Roh Suci di berbagai negara lokal.
Sesuai dengan pengaturan pembangunan Gereja Roh Suci di seluruh benua, selain markas besar gereja, terdapat total 36 gereja besar dan 108 gereja menengah. Di mana para imam bertanggung jawab mengelola gereja dan urusan duniawi, tribunal mengadili dosa, Knight Order bertugas menjaga gereja serta memburu "penista dewa" dan "kaum bidah". Sedangkan Penjaga Cahaya Suci, tugas utamanya adalah melayani para dewa dan mendengarkan suara ilahi.
Menurut doktrin Gereja Roh Suci, Penjaga Cahaya Suci hanya boleh dipilih dari rakyat jelata. Keyakinan tak tergoyahkan merupakan satu-satunya persyaratan dewa bagi mereka. Setiap Penjaga Cahaya Suci menikmati status sangat tinggi dengan berbagai hak istimewa yang tak dimiliki orang lain.
Namun dalam pandangan Hughie, pemilihan Penjaga Cahaya Suci yang mirip undian berhadiah ini sebenarnya hanyalah teknik menjaring jemaat secara terselubung. Dengan menganugerahkan berkah kepada beberapa jemaat beruntung, mereka menarik penyembahan massal dari umat yang rela mengorbankan segalanya demi mendapat "pujian" sang dewa.
Jika benar ada dewa di dunia ini, mereka yang bertakhta tinggi di singgasana langit takkan memberikan perhatian sedikit pun pada kehidupan remeh bagai semut. Justru para dukunlah yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mengeruk uang, merekrut pengikut, dan membangun kekuasaan.
"Lalu apa yang terjadi setelahnya?" tanya Hughie.
“Blake gagal menjadi Penjaga Cahaya Suci, maka ia berjuang mati-matian mempelajari kitab suci teologi, menjalani asketisme, berharap bisa menjadi seorang sarjana teologi dan menjadi orang yang berpengetahuan luas. Saat itu aku adalah admin perpustakaan seminari, sering melihatnya datang meminjam dan membaca buku. Aku tersentuh oleh usaha dan kegigihannya, lalu mulai menaruh hati padanya.”
“Lalu dia juga gagal menjadi sarjana, malah meminang gadis admin kita?”
Nanci menundukkan kepala: "Di masa itu, Blake benar-benar berusaha keras. Sayangnya, di dunia ini banyak hal yang tidak bisa dicapai hanya dengan usaha."
"Mungkin usahanya masih kurang." Hughie tiba-tiba menyela ucapan Nanci. Nanci terkejut memandang Hughie.
Hughie berkata dengan pasti: "Ya, saya katakan dia belum cukup berusaha. Mungkin di dunia ini banyak hal yang meski sudah berusaha belum tentu mendapat imbalan, tapi ilmu berbeda. Ilmu adalah sesuatu yang pasti memberikan imbalan selama Anda bersedia berusaha, investasi terbaik yang layak dicurahkan seluruh tenaga pria. Namun sayangnya, saya tidak melihat bayangan keilmuan sedikit pun pada pasangan Anda, tidak terlihat aura kesopanan yang mulia. Saya sangat meragukan metode apa yang digunakannya dalam belajar, atau mungkin ada tujuan lain? Motivasi yang terlalu kuat akan membuat penelitian ilmiah terjebak dalam jalan buntu, akhirnya usaha tidak sebanding hasil. Jika Tuan Blake mempelajari teologi hanya demi kemuliaan di balik gelar sarjana, atau sekadar untuk wanita cantik yang lama diidamkannya, maka pencapaiannya yang terbatas sama sekali tidak mengejutkan."
Nanci memandang Hughie dengan heran: "Anda maksud keseriusan dan usaha Blake dulu..."
Hughie menggelengkan kepalanya: "Saya tidak mengatakan apa-apa. Menilai perilaku pasangan Anda adalah urusan Anda, saya hanya menyampaikan pemahaman pribadi tentang ilmu pengetahuan. Di masa lalu, saya juga pernah mengalami masa-masa sulit membaca buku-buku kuno, tanpa minat dan gairah mengeksplorasi yang tak diketahui, mustahil saya bisa bertahan. Oleh karena itu terhadap usaha yang pernah dilakukan pasangan Anda, saya tetap menjaga sikap keraguan pribadi. Tentu saja, menilai orang lain berdasarkan pengalaman diri sendiri pasti ada penyimpangan, jadi saya tidak bisa memastikan apa yang pernah atau tidak dilakukan pasangan Anda, saya hanya menyampaikan pandangan pribadi semata."
Nanci menatap Hughie dengan bengong. Tak pernah terbayang olehnya, remaja ini bisa mengucapkan kata-kata penuh kecerdasan dan pemahaman filosofis. Meski tak sedang menyalahkan apapun, namun sindirannya menyiratkan bahwa pasangan yang pernah dikenalnya mungkin sama sekali berbeda dari bayangannya.
Mungkin sejak awal, dia tak pernah memahami diri pasangannya sendiri.
"Tidak, aku tidak percaya." Gumamnya pelan.
Hughie menghela napas pelan: "Aku tidak ingin merusak kenangan indah yang pernah Anda miliki, tapi sayangnya realita selalu kejam tanpa ampun."
Ia menatap mata Nanci, berkata dengan sungguh-sungguh: "Pasanganmu telah melaporkan ke Kantor Hukum, bahkan menyeretmu ke dalam bahaya."
"Dia mengkhianatiku, juga mengkhianati istrinya sendiri." Hughie mengungkap fakta tak berperikemanusiaan itu dengan nada datar.
Wajah kemerahan Nanci mendadak pucat, ia menatap Hughie dengan terperanjat sambil terus menggeleng: "Tidak! Aku sama sekali tidak percaya!"
"Anda tidak percaya? Baik, ikut Aku." Hughie langsung mencengkeram tangan Nanci dan buru-buru lari ke belakang: "Ikuti Aku, ingat apapun yang terjadi jangan tinggalkan Aku. Maaf sudah menyeretmu ke lingkungan ini."
Di tepi sungai kecil, beberapa turis yang awalnya sedang berjalan-jalan tiba-tiba mengeluarkan senjata dan menyerbu ke arah Hughie yang sedang pergi.
"Oh, Aduh!" Nanci berteriak ketakutan.
"Pedang panjang sihir di tangan Hughie tiba-tiba muncul dari udara, bagaikan macan tutul yang ganas menerjang kerumunan musuh."
Di medan perang tepi sungai kecil, Hughie mengayunkan pedang bagaikan dewa haus darah yang melahap nyawa orang-orang di sekitarnya.
Jurus pedangnya luar biasa cepat, tekniknya tajam dan ganas, dalam sekejap mengubah tepian sungai menjadi lautan darah.
Warga yang kebetulan lewat berteriak ketakutan menyaksikan pembantaian mengerikan ini, namun aura Bunuh di mata Hughie justru semakin menyala-nyala.
Semakin banyak agen dari Kantor Hukum bermunculan mengelilinginya.
Beberapa samurai kelas menengah-rendah mulai muncul.
Sejak detik pertama Hughie muncul, misi mereka adalah menghentikannya dengan segala cara lalu segera melapor ke Kantor Hukum tentang penemuan Hughie Glare.
Menyaksikan musuh yang semakin banyak, mata Hughie justru berkilau penuh semangat, tekad bertarung membara di dadanya. Ia tiba-tiba berbalik dan berteriak:
"Peluk erat Paddy!"
Nanci tertegun. Hughie menyambar pinggang Nanci dengan tangan kirinya, lalu melemparkannya ke atas dengan hentakan lengan kanan.
"Aduh!" Teriak Nanci yang melayang di udara.
"Wahai peri udara, kabulkan panggilanku, timpakan hukuman bagi yang tak menghormati..."
Dalam konsentrasi Hughie, peri elemen Biru muncul di udara, berubah menjadi angin puyar yang membungkus Nanci.
Burung api yang menyala-nyala mendongak ke langit sambil melolong, lalu terjun menyelam dari udara. Biru membungkus Nanci dan Paddy dengan lembut di punggung Merah.
Dengan bantuan Biru mengurangi berat badan Nanci, Merah kini sudah bisa mengangkut ibu dan anak ini.
Dua sayapnya terkembang, ia mulai terbang ke angkasa.
"Belenggu cincin angin, latihan kain kasa, oh angin abadi yang tiada henti menyapu bumi sepanjang tahun, berubahlah menjadi belenggu pengikat - Ikatannya Langit!"
Dari kerumunan yang berlarian di kejauhan, seorang penyihir tiba-tiba melantunkan mantra keras-keras. Ribuan benang perak tipis menyembur dari tangannya, membentuk jaring langit yang menembus angkasa.
Udara menjadi kental di bawah pengaruh benang perak, bahkan kecepatan angin melambat. Merah di udara menggeleparkan sayapnya mati-matian, tapi tetap terjatuh ke bawah. Nanci menjerit ketakutan, sementara Paddy justru tertawa riang dalam dekapan ibunya.
"Sssst!" Hijau yang sedang mengawal mengangkat kepala, menyemburkan api ganas ke arah gumpalan besar Ikatannya Langit.
Di saat yang sama, senyum dingin muncul di mata Hughie.
"Kutemukan kau," teriaknya keras.
Sinar emas melesat dari ujung jarinya, menusuk lurus ke arah ahli sihir angin yang melepaskan Ikatannya Langit.
"Cepat menghindar!"
Seseorang berteriak histeris.
Beberapa samurai segera berlari, mencoba membelah sinar emas itu dengan pedang panjang mereka.
"Melindungi penyihir adalah tanggung jawab bawaan setiap samurai. Dalam pertempuran resmi, ketika penyihir menghadapi bahaya, bahkan harus mengorbankan diri sendiri untuk menyelamatkan nyawa mereka." Intervensi Hughie selama ini selalu ditujukan ke para penyihir, sampai-sampai semua orang mengira kali ini Hughie akan membunuh penyihir, terutama setelah dia mengatakan "ketemu kamu".
Namun di detik berikutnya, mereka segera menyadari kekeliruan besar mereka.
Karena kilau emas yang terbang itu ternyata adalah setetes minyak keemasan.
"Prak!" Tepat menghujam ujung pedang seorang samurai yang sedang menebas.
"Ini..." Para hadirin tertegun.
Seorang berteriak histeris: "Minggir! Itu Minyak Persembahan!"
Minyak Persembahan, senjata serangan kuat khas alkimia. Prinsip pembentukannya sebenarnya adalah efek ekspansi kompresi kekuatan elemen melalui belenggu elemen yang pernah digunakan Hughie untuk mengintimidasi George Deman, alkemis Keluarga Kamer dulu.
Hanya saja Minyak Persembahan ini sangat sulit dibuat. Yang paling buruk, selama proses pembuatan jika tidak terkontrol bisa membahayakan pembuatnya sendiri, memiliki risiko sangat besar.
Penggunaan Minyak Persembahan juga sangat merepotkan. Setelah diracik, harus ditekan terus dengan kekuatan magis. Begitu lepas kendali, akan langsung meledak. Ini berarti pengguna harus terus memantau perubahan zat ini setiap saat.
Dan seiring berjalannya waktu, kekuatan Minyak Persembahan akan semakin meningkat, sehingga mustahil untuk disimpan dalam jangka panjang.
Tak seorang pun menyangka bahwa kali ini Hughie justru mengeluarkan benda ini untuk melawan. Namun jujur saja, benda ini memang cara terbaik untuk menghadapi taktik serigala.
Secara teori, selama Hughie memiliki cukup Minyak Persembahan, lawan yang mengirim pasukan sebanyak apapun takkan berguna.
Saat teriakan "Minyak Persembahan" menggema, cairan emas itu berpendar dalam sinar matahari memancarkan kilau gemilang.
Boom! Dentuman dahsyat mengguncang udara, nyala api merah menyapu segala penjuru, membakar hebat bagai lautan kobaran.
Ratusan pecahan cahaya meledakkan gelombang energi ke segala arah, para agen Bushido yang berkumpul melindungi ahli sihir angin itu seketika tercabik menjadi potongan daging berdarah, gelombang energi keruh berubah menjadi badai angin maut yang menyapu bersih, menciptakan pemandangan neraka duniawi.
Bahkan Nanci yang berada di ketinggian pun tertegun oleh ledakan dahsyat ini, memandang ngeri ke bawah.
Dia melihat hamparan bangkai berserakan.
Dalam kobaran api dan kepulan asap, Hughie berjalan santai bagai di taman sendiri, mengarungi jurang kematian, dengan mudah membunuh setiap yang selamat dari ledakan besar itu.
Tindakannya kejam dan dingin, setiap pedang yang dihunuskan selalu menusuk tepat ke tenggorokan lawan, atau langsung memotong saluran pernapasan mereka, bagai algojo berpengalaman yang mengubah kematian dan pembunuhan menjadi pertunjukan paling indah dan memukau.
Beberapa helai rambut pirang panjang berkibar diterpa angin kencang, memancarkan aura bahaya mematikan dari remaja itu.
Memandang sisa beberapa agen, dia berkata datar: "Jangan terus mengorbarkan nyawa. Aku di sini, takkan kemana-mana."
Sorot matanya semakin penuh canda, berbisik lembut: "Segera suruh kurir cepat memberitahu Bushido Langit kalian, Tuan Kevin Beers dan Tuan Garrick Winston. Kabari mereka Hughie Glare secara resmi menantang mereka. Tapi ingat, aku takkan menunggu lama - hitung mundur 30 menit mulai sekarang."
"Ssst!" Merah di angkasa kembali melengking, membawa Nanci terbang menjauh.
