Saat bangun pagi, Hughie merasa pipinya basah. Membuka mata, ternyata Xu sedang tidur menindih tubuhnya. Si kecil ini tidurnya sangat berantakan, air liurnya mengalir membasahi wajahnya.
"Hei, matahari sudah menyinari pantat, saatnya bangun." Hughie menepuk-nepuk pantat kecil Xu.
"Jangan dong Ayah, biarkan aku tidur lagi sebentar." Xu membalikkan badan dan menyelinap ke semak-semak di sebelahnya.
Hughie pergi ke sungai kecil di kaki gunung untuk mencuci muka. Meski hidup di hutan, ia tetap memperhatikan penampilannya. Setidaknya kehidupan selama lebih dari sebulan ini belum mengubahnya menjadi seperti orang liar.
Memandangi bayangannya di air sungai, Hughie mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi beberapa helai bulu halus yang jarang.
"Aku sudah mulai tumbuh jenggot?" Hughie terkekeh geli.
Apakah kehidupan keduanya ini akhirnya mulai benar-benar matang?
Kristal komunikasi di sakunya berdering, suara Haley terdengar: "Hei Bos, aura-nya cerah ya."
"Lumayan, bagaimana situasi di sana?"
"Biasa saja. Setiap hari perang, antara membunuh atau dibunuh." Suara Haley terdengar santai.
Keluarga Dardanelle menuju Wenlington, sementara organisasi Jiwa Balas Dendam pergi ke wilayah kacau Xiduo. Di bawah pimpinan Enam Raja Langit, mereka cepat berakar di daerah yang hanya mengakui kekuatan itu.
"Narapidana jahat berhadapan dengan pribumi barbar, awalnya terjadi beberapa pertempuran sengit. Saat ini Jiwa Balas Dendam telah menguasai sebuah kota kecil Xiduo, dikelilingi musuh-musuh yang saling menatap penuh ancaman. Kompleksitas situasi jauh melebihi perkiraan awal. Untungnya Haley adalah kuda tua yang tahu jalan, memahami cara bertindak dalam lingkungan seperti ini. Hughie memberikan strategi dari kejauhan, hari-hari mereka penuh ketegangan namun tetap aman."
"Terima kasih atas kerja keras kalian." Hughie mengucapkan terima kasih.
"Jangan sungkan, bagaimana perkembangan latihanmu belakangan ini?"
"Jalan menuju peningkatan berliku, tapi masa depan penuh cahaya." Hughie tersenyum.
Mereka berdua mendiskusikan situasi terkini di Xiduo. Hughie mengetahui Jiwa Balas Dendam saat ini stabil, berkembang pesat, dan reputasi semakin dikenal. Mengingat hubungan Hughie dengan Kekaisaran Lans sedang dalam momen genting, Hughie meminta Haley untuk sementara fokus mengembangkan dan menstabilkan kekuasaan di Xiduo, tidak terburu-buru ke Kekaisaran Lans.
"Semoga perubahan hubunganmu dengan Kekaisaran Lans tidak membuat kami menganggur. Semua orang mengandalkan gajimu."
"Belajarlah mandiri, Haley. Kalian jangan berharap mendapat keuntungan dariku."
"Pemilik yang pelit."
"Pemilik pelit akan mengeksploitasi keringat darah kalian. Sejauh ini aku sudah cukup murah hati. Tenang, kalian takkan pernah kehilangan pekerjaan. Aku menemukan semakin banyak hal yang layak dijelajahi di dunia ini. Bahkan jika kita tidak lagi berperang dengan Kekaisaran Lans, masa depan tetap penuh dengan tugas tak berujung."
"Kalau begitu, semoga beruntung."
“Semoga kita semua beruntung.”
Memutus panggilan, Hughie menghubungi Nanci di lembah: “Bagaimana situasi di laboratorium?”
“Pabrik alkimia mengirim banyak suku cadang, aku agak kewalahan. Untungnya Lilith datang membantu. Paddy si brengsek kecil ini selalu mengganggu, dia sangat merindukanmu.”
“Maafkan aku Nanci, keberadaan laboratorium Lembah sangat penting bagiku. Aku tidak bisa mengambil risiko membawa orang yang tidak dipercaya sebagai asistenmu. Untuk sementara ini harus kau tanggung sendiri.” Hughie menyatakan penyesalannya.
“Tidak masalah, pasti bisa diatasi. Kau berlatih sendirian di hutan, jaga keselamatanmu baik-baik. Jangan terlalu memaksakan diri.”
“Aku akan melakukannya.”
“Oh ya, ada kabar baik. Bahan yang kita pinjam dulu dari Kota Royo, sudah kubah menjadi produk alkimia sesuai perintahmu. Cuma perlu mengirimkan kargo ini, maka kita tidak lagi berhutang pada mereka.”
“Utang bukanlah kabar buruk, Nanci. Untuk membuat orang melayanimu, berhutang padanya lebih efektif daripada meminjamkan uang. Karena sudah bisa melunasi hutang, pinjam lagi saja. Hubungi Kristen, suruh dia meminjam bahan lagi. Keluarga Dardanelle harus menjadi kreditor terbesar Wenlington. Dengan berhutang cukup banyak, status keluarga kita di Wenlington akan meningkat drastis. Perkataan keluarga kita tidak akan ada yang berani menentang.”
“Kau benar-benar anak nakal, Hughie. Baiklah akan kulakukan.”
Hughie tersenyum: “Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana tanpamu, Nanci. Kaulah pilar terbesarku yang diam-diam bekerja di balik layar.”
“Simpan ucapan itu untuk membujuk gadis muda.” Nanci tertawa mengakhiri percakapan.
Selanjutnya Hughie menghubungi Buckler: "Brian, bagaimana situasi di sana?"
"Semua lancar, Operasi Cicak sudah melangkah ke tahap pertama."
"Bagus."
"Hughie..."
"Ada apa?"
"Aku tidak mengerti kenapa kau terburu-buru meluncurkan Operasi Cicak. Bukankah keadaan sudah membaik? Kekaisaran Lans tidak akan lagi bermusuhan dengan kita. Sebagai rencana cadangan, kurasa ini tidak diperlukan."
"Rasher membuatku paham arti 'selalu ada yang lebih tinggi'. Pengalamanku mengajarkan bahwa tidak ada hal yang berjalan mulus selamanya."
"Kedengarannya kau tidak punya harapan apa-apa."
"Memiliki jalan mundur terakhir lebih baik daripada tidak. Kalian adalah satu-satunya yang kupedulikan. Aku tidak ingin kalian celaka. Sudah waktunya menyelesaikan ini, sekaligus memberi penjelasan pada semua pihak."
"Apa Rasher yang memaksamu? Karena dia mengetahui statusmu?"
"...Ya. Jadi Operasi Cicak bukan lagi rencana cadangan, tapi rencana wajib. Rencana untuk memastikan perkembangan lebih baik bagi Keluarga Dardanelle."
"Lalu kenapa harus dilakukan saat kau sedang latihan? Itu terlalu berbahaya."
"Agar lebih legitimasi. Lagipula ini memang memberiku keuntungan tertentu."
"...Baiklah. Rencana sudah berjalan, sekarang sudah tidak bisa mundur. Ngomong-ngomong, apa kau akan kembali ke Wenlington?"
"Tentu. Paling tidak sekali lagi. Di sini hanya proses, hasilnya ada di sana. Untuk masa depan... lihat situasi saja." Hughie tersenyum.
"Kalau begitu... semoga beruntung."
Komunikasi terputus.
Hughie tiba-tiba merasakan suatu perasaan, seolah dirinya adalah pemilik perusahaan abad 21 yang mengendalikan para manajer wilayah dari jarak jauh. Kristal komunikasi bagaikan telepon nirkabel, memberikan efek yang signifikan dan jelas, memungkinkannya memahami situasi di berbagai lokasi meski berada jauh dari keramaian kota.
Sayangnya, kristal komunikasi hanya bisa terhubung dengan satu orang dalam satu waktu. Andai bisa membuat kristal komunikasi dengan kemampuan konferensi multi-pihak, tentu rapat telepon bisa dilakukan. Hughie bahkan bisa menjelajahi berbagai wilayah sambil tetap mempertahankan kendali atas bisnisnya.
Begitulah ide ini muncul dan terus mengganggu pikirannya. Sejak meninggalkan Pulau Purgatory, dia terus mempelajari alkimia baru dan meningkatkan kemampuan sihir serta Aura Pertarungan, namun hampir tak pernah lagi melakukan penelitian untuk menciptakan teknik alkimia baru. Sejujurnya, keahlian utama Hughie dalam alkimia terletak pada teknologi ruang dimensi, sedangkan lainnya merupakan warisan leluhur. Kristal komunikasi memang belum memiliki kemampuan konferensi, tapi bukan berarti mustahil dikembangkan. Jika dia mau meneliti...
Hughie menggelengkan kepala, menekan keinginan yang menggoda ini. Prioritas utamanya sekarang adalah meningkatkan Level Bushido, berusaha mencapai status Bushido tingkat tinggi dalam waktu singkat. Sungguh tak ada energi tersisa untuk hal lain. Setelah menjadi Bushido tingkat tinggi, barulah dia bisa menyisihkan waktu untuk penelitian ini.
Hari sudah terang, Rubah Merah itu dengan sadar berjalan mendekat. Kini ia harus bertarung beberapa kali sehari dengan Hughie, perlahan terbiasa dengan cara sang remaja. Tampaknya pemuda ini hanya ingin bertarung, bukan membunuhnya, sehingga rasa takutnya pada Hughie pun berkurang. Yang menarik, rubah ini justru berteman akrab dengan Xu - seekor anak naga yang berubah bentuk menjadi anak anjing dan rubah darah kecil yang sering bercengkerama mesra. Meski naga dikenal memiliki sifat liar, mempertimbangkan usia Xu, hubungan mereka masih dalam tahap persahabatan murni.
"Ayo." Hughie melambaikan jarinya pada Rubah Merah.
Rubah Merah mulai berubah wujud, pertempuran sengit kembali dimulai.
Saat pertempuran memuncak, tinju berat Hughie terus menerus menghantam tubuh Rubah Merah, membuatnya meraung kesakitan "Ssss!" hingga akhirnya mengeluarkan jerit kepayahan. Hughie menghentikan serangannya, memeriksa tubuhnya sendiri. Aura Pertarungannya sudah terkuras 80%. Rubah Merah ini tak lagi bisa memaksanya mengeluarkan seluruh kekuatan. Dengan senyum ia memandangi rubah itu: "Sepertinya kau sudah tak bisa banyak membantuku lagi."
Kemampuan berkembang melalui pertempuran jelas merupakan keunggulan terbesar manusia, sesuatu yang tak dimiliki monster magis.
Rubah Merah merangkak di tanah, mengeluulkan rengekan pilu.
"Sudah, jangan berlagak tak bersalah. Mulai hari ini kau bebas. Aku akan menuju area lebih dalam, mencari lawan yang lebih sesuai."
Hughie melambaikan tangan ke rubah kecil.
Tepat saat hendak pergi, suara manusia tiba-tiba terdengar dari kejauhan.
"Di sebelah sana, aku mendengar suara rubah merah."
Bersamaan dengan teriakan itu, beberapa siluet manusia muncul dari ujung hutan.
Yang memimpin adalah pria besar berbadan kekar dengan kapak besar di punggungnya, mengenakan baju kulit cokelat dan sabuk berpaku tembaga di pinggang. Beberapa orang di belakangnya memiliki pakaian serupa, termasuk seorang wanita. Senjata yang mereka bawa kebanyakan adalah senjata berat yang cocok untuk melawan monster magis. Beberapa membawa tali khusus, bahkan perangkap hewan istimewa. Dari perlengkapan ini, mereka tampak seperti tentara bayaran profesional pemburu monster yang mencari nafkah dengan menyediakan berbagai bahan sumber daya. Ada juga yang menyebut mereka pemburu liar.
Melihat Hughie di sana, orang-orang yang tiba-tiba muncul tersebut terkejut.
"Bos, ada rubah merah," kata seorang pria membawa golok kepada pemimpin bertubuh besar.
"Aku bisa lihat. Sayangnya sudah didahului orang," jawab si pria kapak besar kesal. Situasinya jelas - rubah merah ini sudah dikalahkan, mungkin itu hasil karya absurd si remaja itu.
Seseorang memandang rakus ke arah rubah merah di tanah: "Bos, satu kulit rubah merah bernilai 200 Koin Emas Viter. Bagaimana kalau kita..."
Di padang liar dan hutan, perampokan adalah hal yang paling mudah ditemui. Pemburu liar yang beralih jadi perampok bukanlah hal aneh.
Remaja itu meski bisa mengalahkan seekor rubah merah, tapi dari tingkat keringat bercucuran dan napas tersengal-sengalnya, itu sudah mencapai batas kemampuannya.
"Anak itu kekuatannya setara warrior level lima," kata si pemberi saran dengan mata tajam, langsung mengenali energi Aura Pertarungan Hughie: "Tapi habis bertarung dengan rubah merah, mungkin Bushido level dua saja bisa menjatuhkannya."
Pemimpin bertubuh besar membawa kapak besar menyipitkan mata memandang Hughie.
Remaja itu tetap tenang, tidak berkata-kata, hanya menatap dingin ke arah mereka.
Meski tak mendengar percakapan lawan, dia bisa menebak isi pikiran mereka. Jelas, situasinya sekarang tidak memungkinkan untuk terus bertarung, ada yang ingin mengambil keuntungan.
Para pendatang total tujuh orang. Pemimpinnya sepertiga warrior level enam yang hampir mencapai tingkat tujuh. Anggota lain minimal level lima. Pantas berani mendekati tepi wilayah Dewa. Enam warrior dan satu pemuda berbaju jubah penyihir abu-abu, mungkin magang sihir.
Pemburu liar adalah kelompok kelas bawah. Penyihir resmi tidak akan bergabung, warrior tingkat tinggi juga enggan. Dari analisis ini, kelompok pemburu liar di depan termasuk cukup kuat. Hughie menyadari kekuatan pribadinya takkan sanggup melawan tujuh orang ini, apalagi energi Aura Pertarungannya sudah terkuras habis. Tak heran ada yang ingin memanfaatkan kesempatan ini.
“Hughie tidak terburu-buru, dia ingin melihat pilihan apa yang akan dibuat sang Lawan.”
Si pemimpin perampok berpikir sejenak, lalu berteriak ke arah Hughie: "Hei, jangan tegang, kami hanya orang yang sedang lewat. Kau juga datang berburu monster magis? Hidup memang sulit akhir-akhir ini."
Hughie mengangguk tipis. Tempat seperti Divine Blessing ini tidak berani dimasuki rakyat biasa, para bangsawan tidak perlu mengambil risiko, hanya Bushido kelas menengah seperti mereka yang gagal menjadi Bushido tingkat tinggi dan tidak bisa menikmati fasilitas kekaisaran yang menganggap ini tempat mencari kekayaan.
"Sepertinya kau dapat Rubah Merah." Pemimpin itu memandang rubah kecil di tanah dengan tatapan penuh iri, lalu menggeleng: "Kau beruntung bertemu aku, Harigrence. Aku tidak akan merebut trofimu."
"Kalau begitu... terima kasih banyak." Jawab Hughie.
Harigrence dan beberapa anak buahnya mulai mendekati Hughie.
Alis Hughie berkerut: "Jangan terlalu dekat."
Hari terdengar canggung menghentikan langkah, menggaruk belakang kepala: "Hei, kau tidak percaya? Kami pemburu monster magis, bukan perampok. Hanya ingin berbincang. Kau tahu di mana ada Ular Darah di sekitar sini?"
"Kalian mencari Ular Darah?"
"Ya. Gigi, sisik, dan bisa Ular Darah sangat dicari alkemis. Mereka suka tinggal di dekat air, makanya kami ke sini."
"Ikuti aliran sungai di lembah ini ke bawah, 400 meter dari sini ada sarang ular darah. Di dalamnya ada dua ular darah besar berkekuatan tingkat sembilan, dan empat anak ular darah yang tidak berbahaya."
"Anda pernah melihatnya?"
Hughie mengangguk. Dia telah tinggal di sini lebih dari sepuluh hari, sudah sangat mengenal monster magis di sekitar.
"Aku tidak bisa mengalahkan ular darah, jadi tidak mengganggu mereka. Kalian tahu kebanyakan monster magis punya wilayah jelajah tetap. Selama tidak memasuki wilayah mereka, mereka tidak akan aktif mengganggu manusia."
"Benar juga." Harrison mengangguk: "Kalau begitu, kamu juga datang berburu monster magis?"
"Bisa dibilang begitu." Hughie berpikir sejenak lalu mengangguk. Berpura-pura menjadi pemburu monster magis bisa menghemat banyak penjelasan.
"Selamat, rubah merah ini saja sudah bisa membuatmu kaya."
"Terima kasih." Hughie menjawab sopan.
Dari nada bicaranya, Harrison benar-benar tidak berniat merampok Hughie.
Seorang pemburu monster magis tak sabar, mendekati Harrison dan berbisik: "Hei, bos, beneran mau pergi begitu saja? Itu 200 Koin Emas Viter, cukup untuk saudara-saudara bersenang-senang di pelacuran lama sekali."
"Diam, Lyson! Harrison belum sampai jatuh miskin merampok anak kecil!" Harrison tanpa ampun menghajar beberapa brengsek di sampingnya.
"Lalu dia menoleh ke Hughie dan berkata: 'Jangan tersinggung, partnerku sudah hampir gila karena kemiskinan. Faktanya aku juga bukan orang baik, kami kadang melakukan hal-hal yang tidak terlalu etis. Tapi hari ini kamu beruntung, aku tidak ingin melakukannya.'"
"Kenapa?" Hughie penasaran.
"Tidak merampas anak, tidak merampas wanita, itu prinsip, nak." Harry Gurnsey menjawab dengan kesal.
"Aku suka orang yang punya prinsip." Hughie tertawa, dia mundur beberapa langkah.
"Sepertinya dia hendak menyimpan rubah merah di tanah, tapi tepat di saat itu, rubah merah yang seharusnya sudah mati tiba-tiba membalikkan badan dan masuk ke hutan secepat panah, lenyap dalam sekejap mata."
"Para pemburu monster magis yang mengira Hughie sudah membunuhnya langsung berteriak ketika melihat rubah merah kabur."
"Pantas mati, rubah merah itu masih hidup!" seseorang berteriak marah.
"Si idiot kecil ini!" yang lain juga memaki penuh amarah.
"Seolah-olah yang kehilangan rubah merah saat ini bukan Hughie, melainkan kelompok pemburu monster magis ini."
"Harry Gurnsey juga terdiam sejenak, dia memandang Hughie dengan tidak percaya: 'Kamu tidak membunuhnya?'"
"Sebenarnya... aku kira sudah membunuhnya." jawab Hughie.
"Pasti ini pertama kalinya kamu bekerja sebagai pemburu monster magis." Harry Gurnsey menghela nafas: "Rubah merah adalah monster magis licik yang sangat pandai pura-pura mati. Sayang, sayang sekali kulit bernilai 200 Koin Emas Viter itu."
"Begitu rupanya, ini memang pertama kalinya aku datang ke hutan ini." Hughie membenarkan kesalahan lawannya dengan pernyataan jujur.
"Kau beruntung, sendirian di sini tapi masih bisa bertahan. Tidak mudah lho. Namamu siapa?"
"Andrew... Yeb Sak." jawab Hughie.
"Baiklah, kalau begitu aku akan memanggilmu Andrew. Dengar Andrew nak, karena kau juga sendirian di sini, tertarik ikut bersamaku?" tiba-tiba Harigerns berkata.
"Ikut denganmu?" Hughie terkejut.
"Tepat. Sebagai Bushido level lima yang datang sendirian ke perbatasan Tanah Berkat Dewa ini, itupun masih newbie tanpa pengalaman, harus kukatakan kau benar-benar beruntung. Tapi keberuntungan tak akan selamanya berpihak. Untungnya kau bertemu aku. Harigerns ini sudah berpengalaman di daerah sini. Melihat kau bisa mengalahkan seekor Rubah Merah sendirian, skillmu cukup baik. Ikutlah dengan kami, kita berburu monster magis bersama. Keamanan akan jauh lebih terjamin."
"Memburu Ular Darah?" tanya Hughie.
"Tentu bukan cuma Ular Darah." Harigerns tertawa terbahak-bahak: "Kita akan berburu monster magis level sepuluh!"
Berburu monster level sepuluh? Kekuatan seekor monster magis level sepuluh bahkan melebihi samurai tanah. Lingkungan hutan justru memungkinkan monster-monster ini mengoptimalkan kemampuan mereka. Padahal di kelompok ini tak ada satu pun Bushido tingkat tinggi, berani-beraninya ingin menangkap monster level sepuluh? Ini terlalu mengada-ada!
“Monster ular darah tingkat sembilan masih bisa dihadapi dengan jumlah personel yang banyak. Tapi untuk monster magis level sepuluh, hanya dengan beberapa orang ini, mungkin tidak cukup bahkan sebagai hidangan pembuka mereka.”
Hughie terdiam.
“Hei, nak, apa kau ketakutan?” seseorang di seberang tertawa terbahak-bahak.
“Ya, aku benar-benar terkejut oleh kalian.” Hughie mengakui dengan jujur. Dia tidak menjelaskan bahwa yang membuatnya terkejut bukanlah monster level sepuluh, melainkan kesombongan orang-orang ini.
“Tenang saja, nak. Karena kami berani datang, berarti kami punya strategi. Jika kau mau bergabung, kami akan membagikan bagianmu setelah menangkap Badak Emas—tentu sesuai kontribusimu selama perjalanan. Dan akulah yang memegang komando.”
Badak Emas? Rupanya target mereka adalah makhluk legendaris itu.
Sorot mata Hughie tiba-tiba berkilau penuh semangat.
“Baik, aku bergabung.” katanya.
