Legenda mengatakan, di masa lalu yang sangat jauh, di langit Tanah Tiongkok terdapat dua naga perkasa yang sedang terbang bebas: seekor Naga Hijau dan seekor Naga Kuning. Kedua naga ini bermain-main di angkasa, menelan awan dan menghembuskan kabut, menyedot lautan dan menurunkan hujan. Akhirnya, pada suatu hari, kedua naga itu kelelahan terbang lalu mendarat di Tanah Tiongkok. Naga Hijau berubah menjadi Sungai Yangtze, sedangkan Naga Kuning berubah menjadi Sungai Kuning yang terus mengalir deras selama puluhan ribu tahun.
Sungai Kuning, yang dijuluki sebagai Sungai Ibu bangsa Tionghoa. Berhulu di Gunung Bayan Har Provinsi Qinghai, mengalir melalui sembilan provinsi, dan akhirnya bermuara di Laut Bohai. Jika dilihat dari ketinggian, Sungai Kuning yang berkelok-kelok menyerupai karakter "" raksasa, lebih mirip seekor Naga Kuning yang sedang berkelok-kelok.
Seperti kata pepatah: "Hidup dari hasil gunung bila tinggal di pegunungan, hidup dari hasil air bila tinggal di tepi sungai!"
Penduduk pegunungan mencari nafkah dengan menambang batu bara; warga hutan bekerja di bidang kehutanan; sementara mereka yang tinggal di tepi Sungai Kuning bertahan hidup dengan menjadi pelaut atau nelayan. Namun selain dua mata pencaharian biasa ini, ada dua profesi paling misterius dan legendaris yang muncul di Sungai Kuning kuno: pekerja sungai dan penjemput mayat sungai. Orang-orang yang menggeluti dua bidang ini dijuluki "pengrajin Sungai Kuning".
Di sini saya akan menjelaskan secara singkat tentang pekerjaan di Sungai Kuning. Pekerja sungai Huanghe bukanlah petugas kebersihan sungai biasa yang hanya membersihkan lumpur dan sampah di aliran sungai. Tugas mereka memang membersihkan aliran sungai, namun yang mereka bersihkan bukan benda biasa. Yang mereka tangani adalah benda-benda berenergi negatif di Sungai Kuning.
Sungai Kuning yang kuno menyimpan banyak rahasia. Tak ada yang tahu berapa banyak benda aneh yang terkubur di bawah arus derasnya. Sebagian besar benda-benda ini terkubur di dasar sungai yang dalam, namun ketika terjadi kekeringan atau banjir besar, beberapa benda misterius akan muncul ke permukaan.
Contohnya setelah banjir besar tahun 1998, banyak benda aneh muncul di Sungai Kuning.
Saat itu, kapal feri di wilayah Shanxi sering mengalami kecelakaan. Saksi mata melaporkan melihat ikan monster hijau pekat sebesar kabin truk di dalam air. Setiap ada kapal feri yang lewat, monster itu akan menghantam kapal dengan tubuhnya. Anehnya, korban yang jatuh ke air hilang tak berbekas, bahkan mayatnya tidak ditemukan. Diduga mereka semua dimangsa monster itu. Penduduk setempat akhirnya melapor ke Komisi Konservasi Air Sungai Kuning, yang kemudian memanggil para pekerja sungai khusus.
Pekerja Sungai Kuning mengoperasikan perahu besi. Di perahu itu sama sekali tidak ada alat memancing, hanya dua kabin penuh ikan-ikan segar seukuran telapak tangan. Mereka mengarahkan perahu besi ke perairan yang sering dihuni monster ikan hijau pekat, lalu menuangkan semua ikan hidup dari kabin ke sungai dengan suara glekuk. Setelah menepuk-nepuk tangan, mereka pun pergi meninggalkan tempat itu.
Ada hal-hal yang memang aneh. Sejak para pekerja sungai itu pergi, kawasan perairan ini menjadi damai. Monster ikan hijau pekat sebesar kabin truk itu tak pernah muncul lagi, seolah ikut tenggelam bersama lumpur dan pasir yang bergelora ke dasar Sungai Kuning yang luar biasa dalam.
Karena air bah besar tahun 1998 ini, menyebabkan beberapa bagian tanggul Sungai Kuning jebol. Saat orang-orang membangun bendungan dan memperkuat tanggul di bagian Zhengzhou, mereka menemukan seekor ular putih raksasa. Ular itu panjangnya belasan meter, sebesar mulut tong, seluruh tubuhnya putih bersalju persis seperti Bai Suzhen dalam drama "Legenda Nyonya Putih Baru". Banyak warga setempat datang untuk sembahyang ke makam ular putih ini, meyakini bahwa ular putih ini adalah jelmaan dewa.
Kemunculan ular putih membuat kelompok konstruksi panik. Bagaimana pun pekerja berusaha mengusir, ular putih itu tetap enggan pergi. Kontraktor yang panik kemudian mengeluarkan perintah pembunuhan, langsung memimpin beberapa pekerja dengan ekskavator berat memotong hidup-hidup ular putih menjadi beberapa bagian, lalu membakar tulang-belulangnya. Yang aneh, orang-orang sekitar justru mencium aroma hio memikat alih-alih bau busuk menyengat dari pembakaran.
Ada yang mengecam praktik kontraktor sebagai terlalu kejam, ada juga yang mengatakan kontraktor dan pekerjanya akan menerima hukuman.
Hal mengerikan benar-benar terjadi seperti ramalan orang-orang, sambung-menyambung tanpa henti.
Pertama, seorang pekerja tiba-tiba meninggal di lokasi proyek tanpa alasan jelas. Kemudian dua pekerja lainnya bunuh diri dengan melompat ke sungai tengah malam, tanpa pertanda sebelumnya. Bahkan mayat mereka tak ditemukan setelah kejadian.
Yang paling membuat merinding adalah nasib kontraktor sendiri. Saat istrinya melahirkan seorang bayi perempuan, seluruh tenaga medis di ruang bersalin terkejut melihat lidah bayi itu bercabang seperti lidah ular merah. Ketika anak-anak lain sudah bisa berjalan, putri kontraktor ini justru merangkak di tanah seperti ular, tubuhnya bergeliat-geliat sambil mengeluarkan suara decak-decak aneh, membuat tetangga takut keluar rumah. Gadis ini dijuluki "Gadis Ular" dan pernah menjadi bahan pemberitaan media.
Sungai Kuning yang megah terus mengalir berkelok-kelok, menyimpan ribuan kisah misteri yang tak terhitung. Kisah tentang para pekerja sungai ini cukup sampai di sini. Kini kita beralih ke legenda lain yang tak kalah epik - para Penjemput Mayat Sungai Kuning.
Penjemput Mayat Sungai Kuning, juga dikenal sebagai "Hantu Air Sungai Kuning".
Julukan seram dan mistis ini melekat karena profesi mereka yang sehari-hari bergumul dengan mayat dan arwah penasaran.
Sesuai namanya, mata pencaharian utama penjemput mayat Sungai Kuning adalah mengangkat jenazah.
Meski Sungai Kuning telah mematangkan sempurna tak terhitung nyawa, ia juga telah menelan banyak nyawa. Ada mayat anak-anak yang bermain di tepi sungai lalu terseret arus sungai, ada yang terjatuh dari perahu, ada yang bunuh diri dengan melompat ke sungai, dan ada pula yang dibunuh lalu mayatnya dibuang ke Sungai Kuning. Pokoknya, jenis-jenis mayat yang ada tak terhitung jumlahnya.
Justru karena situasi seperti ini, lahirlah profesi penjemput mayat Sungai Kuning. Pekerjaan utama mereka adalah mengangkat mayat-mayat dari sungai ke darat. Keluarga korban yang datang mengidentifikasi jenazah akan membayar biaya penjemputan mayat yang cukup besar. Tentu saja, ada juga keluarga korban yang secara aktif mencari penjemput mayat Sungai Kuning untuk meminta bantuan mencari dan mengangkat jenazah. Untuk kasus seperti ini, tarifnya tentu lebih tinggi lagi.
Profesi penjemput mayat Sungai Kuning selalu menjadi topik perdebatan di kalangan masyarakat.
Sebagian orang menganggap profesi ini bertentangan dengan moral. "Korban sudah meninggal, tapi masih meminta keluarga membayar biaya identifikasi mayat. Ini terlalu kejam bagi keluarga yang berduka." Namun tak sedikit juga yang berpendapat: "Penjemput mayat Sungai Kuning telah mencurahkan tenaga dan keringat mereka. Wajar jika mereka meminta imbalan tertentu. Apalagi, dalam arti tertentu, pekerjaan ini bisa dianggap sebagai perbuatan baik."
Sebenarnya menurutku, apapun jenis mata pencaharian, semuanya untuk bertahan hidup. Selama tidak membunuh, merampok, atau melanggar hukum, tidak ada yang perlu disalahkan. Orang-orang yang tinggal di rumah bergaya Barat, mengendarai gerbong mewah, dan memakai mantel bulu takkan pernah mengerti bagaimana kaum papa hidup dengan susah payah.
Lagipula, profesi penjemput mayat Sungai Kuning tidak sesederhana yang kita bayangkan. Menjadi penjemput mayat Sungai Kuning bukanlah hal mudah. Jangan kira sembarang orang bisa menyewa perahu lalu menjemput mayat. Jenis orang seperti itu meski berhasil mendapat mayat dan uang, nyawanya bisa melayang sebelum sempat menikmatinya.
Setiap profesi punya adatnya sendiri. Penjemput mayat Sungai Kuning juga memiliki banyak pantangan dan aturan aneh. Karena jumlahnya terlalu banyak dan rumit, aku akan pilih beberapa yang sederhana untuk diceritakan.
Pertama, untuk menjadi penjemput mayat Sungai Kuning, harus memiliki elemen Yin dalam takdir dan unsur lima elemen harus air. Ini adalah dua syarat mutlak yang tak boleh diganggu gugat. Konon hanya yang memenuhi syarat ini yang nasibnya cukup kuat untuk beroperasi di sungai tanpa ditarik arwah-arwah ke dasar air.
Kedua, penjemput mayat Sungai Kuning harus laki-laki. Perempuan secara alami bersifat Yin. Jika terlibat dalam profesi yang berurusan dengan kematian ini, energi Yin akan menggerogoti tubuh. Ringannya dililit penyakit, parahnya nyawa tak terselamatkan.
Penjemput mayat Sungai Kuning hanya boleh mengangkat satu murid seumur hidup, sama sekali dilarang menerima lebih. Setelah memilih murid, Guruku akan membawanya ke "kolam pengawetan mayat", mewajibkan murid berinteraksi intim dengan mayat untuk menghilangkan sepenuhnya rasa takut dan gentar terhadap kematian dalam hatinya. Murid harus berendam selama tujuh hari tujuh malam di kolam pengawetan mayat yang dipenuhi mayat mengambang, baru boleh mandi dan menyelesaikan ritual.
Kolam pengawetan mayat yang disebutkan di sini bukanlah kolam untuk memelihara mayat atau melatih ilmu hitam. Karena setelah mayat diangkat ke darat, keluarga korban mustahil langsung datang mengklaim jenazah. Agar mayat tidak cepat membusuk, penjemput mayat Sungai Kuning akan menyimpan sementara mayat di kolam pengawetan.
Kolam pengawetan biasanya dibangun di tempat teduh dan minim cahaya, menghindari sinar matahari serta menjaga suhu rendah. Penjemput mayat sejati juga membuat cairan pengawet khusus untuk memastikan mayat tetap utuh. Meski tidak bisa menjamin mayat seperti manusia hidup, setidaknya kondisi mayat sama seperti saat baru diangkat dari sungai.
Penjemput mayat Sungai Kuning wajib dimakamkan di sungai setelah meninggal, melalui ritual penguburan air dimana bangkainya dibiarkan digerogoti ikan dan udang. Praktik ini melambangkan penyatuan roh dengan Sungai Kuning.
Selain berbagai aturan kaku yang telah disebutkan di atas, masih banyak pantangan dalam profesi penjemput mayat Sungai Kuning ini. Meskipun tampak absurd dan misterius di permukaan, semua pantangan ini merupakan pelajaran berharga yang dibayar dengan darah dan nyawa oleh para leluhur. Percaya atau tidak, kita harus tetap mematuhinya.
Contohnya: Dilarang keras melaut menjemput mayat saat cuaca badai petir; Jika mayat yang sama gagal diangkat ke perahu hingga tiga kali, tidak boleh dicoba lagi; Sebelum setiap pelayaran, harus menyembah Dewa Sungai Kuning terlebih dahulu, serta membawa seekor ayam jago merah besar di perahu. Saat mengakhiri misi, pisau digunakan untuk memotong leher ayam tersebut, lalu melemparkannya ke sungai sebagai persembahan untuk sang Dewa.
Jika kau bertanya mengapa aku begitu memahami seluk-beluk misterius profesi ini, aku tak akan menyembunyikan bahwa kakekku Tuoba Lie adalah seorang penjemput mayat Sungai Kuning sejati, sementara keluarga Tuoba kami dikenal sebagai "Hantu Air Sungai Kuning" yang termasyhur di sepanjang aliran sungai kuno.
Dua tahun lalu, serangkaian foto tentang penjemput mayat Sungai Kuning viral di internet, memicu kontroversi publik yang cukup besar. Ketika kuceritakan hal ini melalui telepon, kakek dengan geram berkata: "Mereka sama sekali bukan penjemput mayat sejati! Mereka sedang menciptakan karma buruk! Reputasi profesi kita sudah dihancurkan oleh orang-orang tak bermoral itu!"
Di sini, saya merasa perlu menjelaskan tentang penjemput mayat Sungai Kuning yang sesungguhnya. Perbuatan kurang ajar seperti membuang mayat tak dikenal kembali ke Sungai Kuning sama sekali tidak dilakukan oleh penjemput mayat sejati. Saya bisa bertanggung jawab mengatakan bahwa penjemput mayat Sungai Kuning yang asli sangat menghormati jenazah. Saat keluarga almarhum datang mengidentifikasi mayat, mereka akan menyembelih ayam jago merah besar untuk menjamu keluarga tersebut sebagai simbol penghapus bencana, yang kami sebut "chongxi". Untuk mayat-mayat yang tak diklaim dalam waktu lama, penjemput mayat sejati akan mengangkatnya dari kolam pemeliharaan mayat, melakukan ritual sederhana lalu mengkremasi di tempat, sebelum menaburkan abunya ke Sungai Kuning.
Sebelum cerita dimulai, saya ingin berpesan: "Hargailah para penjemput mayat Sungai Kuning! Melalui merekalah, roh-roh yang telah tiada menemukan jalan pulang!"
