"Benar!" Aku teringat, sebelum pingsan aku juga melihat tato bola mata merah darah di belakang leher Wan Juncheng. Ternyata Profesor Wan adalah anggota Aula Langit dari Aula Utama? Mengapa dia ingin mencelakakan kami? Kami sama sekali tidak ada hubungannya dengan Aula Utama Xia Barat, ini benar-benar membingungkanku.
Profesor Ye terdiam sejenak: "Kurasa mereka mungkin sedang menjaga rahasia harta karun Kota Air Hitam. Semua yang terkait dengan rahasia ini harus dibungkam. Ingat pedagang barang antik Fatou Tuo di kota Xi'an? Bukankah dia juga dibungkam oleh Aula Utama? Menurutku, organisasi rahasia Aula Utama ini tidak benar-benar musnah, tapi diwariskan turun-temurun hingga sekarang masih menjalankan tugas leluhur!"
Gu Meidi bertanya: "Jika menurut logika ini, si Wan seharusnya langsung membunuh kami, mengapa menyisakan nyawa kami?"
Profesor Ye menjawab: "Mungkin dia ingin menginterogasi kami dulu. Karena itu kita harus buru-buru pergi dari sini sebelum dia datang menjemput!"
“Di manakah kami? Tempat hantu apa ini?” Aku menengadah melihat sekeliling. Dengan cahaya redup, kudapati kami berada di sebuah kamar gelap. Ketinggian ruangannya rendah, tanpa jendela di keempat sisinya, tak tersisa celah udara, terasa sangat sempit. Udara menyelimuti aroma apek yang menyengat hidung.
“Ini adalah sebuah bunker!” Profesor Ye berkata singkat.
Bunker?!
Wan Juncheng yang sialan, ternyata melemparkan kami ke bunker rumahnya!
Melihat dinding keras di sekeliling, kurasakan kami seperti terkurung dalam sangkar energi yang tak tertembus. Bagaimana caranya keluar dari sini?
Gu Meidi mendekatiku: “Aku… Tiba-tiba merasa takut…”
Sebenarnya aku juga takut, tapi di depan wanita aku harus menunjukkan sisi maskulin. Kuusahakan senyum palsu: “Takut apa? Tak ada yang perlu ditakuti!”
Gu Meidi menekan bibirnya, berbisik: “Jangan-jangan si Wan itu psikopat? Ia mengurung kita di sini untuk menyiksa kita perlahan? Hei! Kau pernah nonton 《Gergaji Mesin yang Mengerikan》? Sekarang setiap kali teringat adegan film itu, aku merinding!”
"Gu Meidi tidak mengatakan apa-apa, namun perkataannya justru memancing rasa takut dari relung hatiku yang terdalam. Aku pernah menonton serial film horor klasik 'Gergaji Berdarah', bahkan menontonnya berulang kali. Adegan-adegan berdarah dalam film itu meninggalkan kesan mendalam. Kini saat Gu Meidi tiba-tiba menyebut ini, hatiku mulai gelisah. Jika Wan Juncheng langsung membunuh kami mungkin masih lebih baik, tapi jika dia benar-benar iblis pembunuh psikopat yang akan menyiksa kami perlahan-lahan... Ya Tuhan, aku tak berani melanjutkan bayangan ini."
"Kenapa kalian berdua berdempetan? Tuoba Gu, pergilah cari benda mudah terbakar di sekeliling! Korek apiku tak akan bertahan lama!" kata Profesor Ye.
Aku menerima korek api yang sudah memanas, berkeliling di bunker dan menemukan kardus bekas: "Profesor Ye, bagaimana menurutmu ini?"
"Ada tongkat kayu atau tali sejenisnya?" tanya Profesor Ye.
Setelah mencari lagi, kutemukan bangku kayu yang sudah rubuh dan segulung kawat besi berkarat: "Tali tidak ada. Kawat besi ini bisa?"
"Ikuti caraku, buat beberapa obor!" Profesor Ye merobek kardus menjadi lembaran kertas, lalu membongkar bangku kayu. Ia meremas kertas menjadi gumpalan dan mengikatnya di kaki bangku dengan kawat bekas, membuat obor darurat.
Kami meniru metode Profesor Ye dan berhasil membuat lima buah obor.
Profesor Ye menyalakan salah satu obor dengan korek api, nyala apinya segera mengusir kegelapan dan menerangi bunker dengan terang.
"Profesor Ye, bagaimana cara kami keluar dari sini?" Aku memandangi keempat tembok, tak ada secercah harapan yang menyala di dasar hatiku.
Profesor Ye mengangkat obor sambil mondar-mandir tak jauh dari kami: "Barusan kudapati tanah di bawah bunker ini relatif gembur, tidak dicor beton. Aku sedang mempelajari kemungkinan mencari jalan keluar dari bawah!"
"Keluar dengan menggali dari bawah bunker?" Aku membuka mulut takjub: "Ini... Bagaimana mungkin?"
Meski metode Profesor Ye terdengar masuk akal, tapi menghadapi dua masalah.
Pertama, harus ada alat penggalian yang memadai; Kedua, harus ada cukup waktu, harus menyelesaikan sebelum Wan Juncheng datang menginterogasi kami.
Gu Meidi juga mengernyit: "Profesor, kami tak punya alat. Apa harus menggali dengan tangan kosong?"
"Alat ini saja sudah cukup!" Profesor Ye seperti sulap mengeluarkan sekop.
"Sekop Luoyang!" Kami berdua serentak berseru.
Sekop Luoyang alias sekop eksplorasi adalah alat arkeologi, juga favorit para pencuri makam. Wan Juncheng sebagai ahli aksara kuno yang berkecimpung di bidang arkeologi, wajar saja ada sekop Luoyang di bunkernya.
"Benda ini bisa membantu kami kabur dari sini?" Keraguan memenuhi raut wajak kami berdua.
“Profesor Ye tidak sepesimis kami,” dia tersenyum percaya diri. “Mungkin kita bisa kabur dari sini dengan membuat lubang pencuri!”
“Bikin lubang pencuri?!” Aku dan Gu Meidi terbelalak memandang Profesor Ye. “Profesor, kau bisa bikin lubang pencuri?”
Dalam pemahaman kami, bukankah membuat lubang pencuri adalah keahlian eksklusif pencuri makam? Makam kuno biasanya dilengkapi mekanisme jebakan. Pencuri makam kelas atas tidak akan menerobos paksa, melainkan menggunakan teknik tinggi. Mereka menentukan posisi makam di gundukan tanah terlebih dahulu, lalu menggali lubang pencuri langsung menuju ruang makam utama untuk menghindari memicu jebakan.
Profesor Ye seolah membaca isi hati kami. “Sebagai profesor ahli di dunia arkeologi, bisa membuat lubang pencuri bukanlah hal aneh. Bidang kami mengharuskan penguasaan semua seluk-beluknya. Contohnya, polisi terbaik juga adalah ahli kriminal yang paling ditakuti, karena hanya dengan memahami metode kejahatan mereka, polisi bisa sukses mengungkap kasus. Demikian pula, kami yang meneliti arkeologi tentu paham betul trik-trik pencuri makam! Kalian berdua perhatikan baik-baik, sebagai mahasiswa berprestasi arkeologi, bahkan tak bisa menggunakan, nanti malah jadi bahan ejekan!”
“Nah, di sini, tanahnya paling lembek!” Profesor Ye menancapkan ke dalam tanah sambil berbicara.
Baru beberapa kali menancap, Profesor Ye tiba-tiba berhenti. Dia menyandar pada seolah sedang merenung.
Melihat raut wajahnya yang aneh, kami tak tahan bertanya. “Ada apa, Profesor Ye?”
Profesor Ye berkata: "Bagian bawah sangat keras, sepertinya semacam batu pijakan!"
"Kalau begitu, cara membuat lubang pencuri tak bisa digunakan?" Ekspresi Gu Meidi dipenuhi kekecewaan, secercah harapan yang baru saja muncul pun musnah.
"Yang sedang kupikirkan sekarang bukan masalah itu!" Profesor Ye menopang dagunya sambil merenung: "Apa kalian tidak merasa konstruksi bunker ini aneh? Mengapa permukaannya tanah gembur, tapi di bawahnya terkubur batu pijakan yang keras? Saat membangun dulu, kenapa tidak langsung menuang beton? Buat apa repot-repot begini?"
Mendengar penjelasan Profesor Ye, kami pun mulai merasa ada keanehan. Dengan tanda tanya dan rasa penasaran, kami terus menggali ke bawah.
Profesor Ye menggali sambil berkomentar: "Tanah di sini sangat gembur, kurasa seperti sering digerakkan orang!"
Aku bercanda: "Jangan-jangan si pecundang tua Profesor Wan menyimpan harta karun di bawah sini?"
"Bisa saja!" Gu Meidi menyela: "Si brengsek tua itu berniat jahat, mungkin menemukan harta berharga saat bekerja lalu menyembunyikannya di sini karena takut ketahuan. Hng, pengumpul popularitas palsu!"
Saat ini Gu Meidi menyimpan kebencian yang mendalam terhadap Wan Juncheng. Setiap katanya penuh duri, terasa seperti ingin mencincang tubuh Wan Juncheng menjadi delapan bagian.
Kami bekerja sama menggali hingga kedalaman sekitar dua meter, sekop Luoyang tak bisa menembus lebih dalam. Profesor Ye menyuruhku membalikkan tanah di sekitarnya, segera muncul lubang bundar berdiameter satu meter di depan kami.
Profesor Ye berjongkok, mengangkat obor ke bawah. Aku dan Gu Meidi serentak berteriak kaget.
Di dasar lubang, ternyata ada batu bata hijau persegi berukir pola-pola kuno yang aneh. Melihat ukiran ini, wajah kami langsung pucat. Sebagai mahasiswa arkeologi berprestasi, kami sangat paham: ini adalah Pola Penekanan Yin.
Pola Penekanan Yin adalah ukiran khusus pada makam atau peti mati. Polanya berbeda dari ukiran biasa, memiliki struktur dan makna khusus. Desainnya bervariasi sesuai penyebab kematian atau status almarhum. Misalnya untuk jenazah yang menyimpan dendam berat, pola ini berfungsi menekan energi negatif dan mencegah transformasi mayat.
Kami terpaku menatap batu hijau itu. Mengapa ada Pola Penekanan Yin di sini?
Pandangan kami bertaut. Dinginnya menusuk dari telapak kaki, tak kuasa kami menggigil. Jangan-jangan... di bawah gudang ini tersembunyi sebuah makam kuno?
"Menurut kalian, apakah Tn. Wan tahu tentang ini?" tanya Gu Meidi.
Profesor Ye menjawab: "Pasti tahu! Tanah di area ini sangat gembur, dia pasti sering datang ke sini untuk membalik tanah!"
Hati kami berdebar-debar, di bawah villa Profesor Wan si kura-kura tua bajingan itu ternyata tersembunyi sebuah makam kuno, ini... ini sangat mengerikan, apa sebenarnya yang ingin dia lakukan?
"Mau turun ke bawah untuk melihat?" Profesor Ye tiba-tiba bertanya pada kami.
Aku dan Gu Meidi tidak bersuara, Profesor Ye berkata: "Apakah kalian tidak ingin pergi melihat rahasianya? Mungkin jawaban yang kita cari ada di bawah bunker!"
"Pergi! Bagaimana mungkin tidak!" Gu Meidi melambai-lambaikan rambut panjangnya dengan gagah berani tak kalah pria, merebut sekop Luoyang dari tanganku dan segera membalik tanah.
"Cepat! Kita harus membuka area ini sebelum Wan Juncheng turun ke bunker!"
Kami bertiga bergantian bekerja, tak beristirahat seperempat jam pun, kelelahan hingga basah kuyup oleh keringat, seluruh tubuh basah kuyup.
Kira-kira sepuluh menit berlalu, diameter lubang bundar telah melebar hingga lebih dari dua meter, batu hijau di bawahnya juga sepenuhnya terbuka.
Kutusuk batu hijau dengan sekop Luoyang, gema kosong terdengar dari bawah batu hijau: "Di bawahnya kosong!"
"Cari dengan matang! Jika perkiraanku tidak salah, pintu masuk makam kuno seharusnya ada di bawah batu hijau!" Profesor Ye mengikuti turun ke bawah.
