Sejak kembali dari hutan pohon huai waktu itu, Gu Meidi telah memberiku banyak pengetahuan.
Zombie dapat diklasifikasikan menjadi lima tingkat berdasarkan daya serangnya. Tingkat terendah adalah zombie bulu hijau yang seluruh tubuhnya ditutupi bulu hijau, gerakannya lamban, hanya mampu melakukan gerakan sederhana seperti menerkam dan menggigit dengan daya serang rendah. Tingkat kedua adalah zombie bulu merah yang menyimpan dendam besar semasa hidup, dendam tersebut terakumulasi dalam tubuh membentuk bulu merah, gerakannya lebih lincah dengan daya serang lebih tinggi. Tingkat ketiga adalah zombie bulu putih yang memiliki daya serang sangat kuat, tetapi pembentukannya memerlukan faktor lingkungan dan geografis tertentu seperti dimakamkan di lokasi fengshui buruk. Tingkat keempat yang luar biasa adalah zombie bulu kuning atau disebut juga zombie bulu emas, dikenal masyarakat sebagai "mayat berlapis tembaga". Jenis ini menyerap energi alam semesta, mampu melakukan kultivasi mandiri, bersifat buas dan kejam dengan daya serang ekstrem serta seluruh tubuhnya dilapisi sisik yang kebal senjata tajam dan peluru. Tingkat kelima atau tertinggi adalah zombie bulu ungu yang disebut Raja Mayat. Selain menyimpan dendam yang sangat kuat, pembentukannya memerlukan berbagai kebetulan faktor eksternal sehingga sangat langit terjadi bahkan hampir tidak pernah muncul, kini telah menjadi legenda.
Gu Meidi membelakangi Profesor Ye sambil berbisik cepat mantra: "Mata Hantu terbuka, Iblis jahat muncul!"
Kemudian tangan kanannya merangkai jurus mantra dan menekan bagian tengah dahi. Kilau emas menyambar, di tengah dahi muncul tanda bola mata berwarna merah tua.
Ini kedua kalinya aku melihat Gu Meidi membuka Mata Hantu. Aku tahu ia sedang mencari aura mayat yang menjulang ke langit itu.
"Gu Meidi menggunakan Mata Hantu menyapu sekeliling, tiba-tiba menunjuk ke arah sumur di atas tembok: "Aura mayat itu menyembur keluar dari dasar sumur itu!"
Aku menembak kepala dua zombie bulu hijau hingga meledak, terengah-engah tiba di tepi sumur. Lalu mengarahkan sinar Mata Serigala ke dasar sumur. Tampak sumur kering yang sudah lama ditinggalkan, angin pembunuh berbau busuk menyengat menyembur dari bawah. Meski tak memiliki kekuatan spiritual seperti Gu Meidi, aura mayat yang pekat menerpa wajahku tetap terasa jelas.
Kutoleh ke arah Gu Meidi: "Di bawah sana?"
Gu Meidi mengangguk: "Turunlah lihat!"
"Kalian duluan, aku akan melindungi!" Profesor Ye mengganti magazin baru. Di kakinya sudah berserakan peluru kosong mengkilat seperti emas.
Posisi kami berada di sudut mati rumah. Zombie-zombie semakin banyak mengerumun. Gerak kami terkekang, tak bisa manuver ke kiri-kanan.
"Cepat, Tuoba Gu!" Gu Meidi mendesak sambil terus menembak. Seekor zombie hancur berkeping-keping dari kepala hingga kaki oleh tembakan presisinya.
Dengan cepat kupasang tali pendakian di dinding sumur. Situasi darurat, sudah tak ada waktu berpikir. Sekalipun di bawah ada gunung pisau dan lautan api, harus kuterjang. Kuhela napas dalam, lalu melompat ke dalam sumur kering. Tangan menggenggam erat katrol turun di tali pendakian, tubuhku terjun bebas dengan suara "hu hu hu".
Sumur kering itu tingginya sekitar 10 meter. Aku segera berdiri di dasar sumur, disusul Gu Meidi yang ikut melompat turun.
"Profesor Ye, segeralah!" Teriakku ke arah mulut sumur di atas.
Tapi di tepi mulut sumur sudah tak terlihat bayangan Profesor Ye. Aku berteriak tiga kali berturut-turut, tapi tak ada jawaban dari atas. Jantungku langsung berdebar kencang, sial! Jangan-jangan Profesor Ye mengalami nasib buruk?
Gu Meidi berkata: "Profesor Ye sangat berpengalaman, pasti baik-baik saja. Lebih baik kita cari sumber mayat dulu dan musnahkan jiangshi tua yang jadi pemimpinnya!"
Aku menggenggam pistol dengan gemetar. Gu Meidi menangkap keteganganku: "Kenapa? Kau pikir kita tidak mampu?"
Aku menggaruk kepala sambil tertawa kering: "Kemampuanmu sudah kulihat. Aku yang takut tidak bisa mengimbangimu dan malah jadi beban!"
"Jangan tegang, ada kakak yang melindungimu!" Gu Meidi mengangkat dagunya dengan bangga.
Setiap kali ada bahaya, selalu Gu Meidi yang melindungiku. Aku ini pria sejati malah seperti hanya bisa bersembunyi di belakang wanita, sama sekali tak berguna. Sepertinya nanti harus serius mempelajari "Pedang Iblis", suatu hari nanti aku juga ingin menjadi ahli Tao yang sakti.
Aku mengangkat mata serigala menyapu sekeliling dasar sumur. Dasar sumur tidak terlalu luas, hanya beberapa meter persegi. Di bawah penuh dengan debu yang melayang-layang, dan di dasar sumur juga menumpuk lapisan pasir yang tebal. Daerah perbatasan utara sering tertiup pasir, hal ini tidak aneh. Dengan sekali sapuan sederhana ini, seketika kulihat di dinding sumur sisi utara ada retakan. Aura mayat yang pekat sedang menyembur keluar dari retakan itu.
Aku mendekatkan mata serigala dan menekan retakan itu dengan tangan. Terdengar suara berat berderit, sebuah pintu batu setinggi setengah badan ternyata bisa kubuka. Hatiku berdebar, tak menyangka di dinding sumur ternyata ada pintu rahasia. Retakan itu sebenarnya adalah celah pintu.
Gu Meidi menarik lenganku, lalu mengusap-usap pintu batu itu: "Tuoba Gu, lihat ini!"
Di permukaan pintu batu terukir pola-pola aneh yang rapat berjejal, seperti jimat dan mantra yang memenuhi seluruh permukaan pintu. Aku dan Gu Meidi saling memandang, serentak berkata: "Pola Penjinak Yin!"
Pola Penjinak Yin biasanya muncul di dalam makam kuno. Keringat dingin mengucur di dahiku. Jangan-jangan di bawah sumur kering ini ada makam kuno? Setelah dipikir-pikir, sangat mungkin. Lokasi Kediaman Jenderal ini adalah titik keberuntungan "Tiga Yuan Menyembah Suci", memang masuk akal untuk dikuburkan di sini. Tapi aku masih belum paham, mengapa di tempat fengshui bagus ini bisa muncul jiangshi tua? Apa analisisku salah?
"Hati-hati, jiangshi tua seharusnya ada di dalam!" kata Gu Meidi dengan suara lembut.
Aku mengangguk, memeriksa laras senjata, lalu berjalan masuk sambil mengacungkan pistol.
Di balik pintu batu memang terdapat ruang makam yang luas, sekitar seratus meter persegi, gelap gulita dipenuhi bau busuk yang menyengat.
Dengan lampu mata serigala, kami menyorotkan cahaya ke sekeliling. Terlihat relief berwarna-warni di dinding yang menggambarkan adegan pertempuran di medan perang. Garis-garis kasar dan warna-warna pekat yang saling terjalin menciptakan pukulan visual dramatis seperti film 3D, seolah gambar-gambar itu mengambang di depan mata, membuat hati bergetar hanya dengan sekali pandang.
Biasanya relief makam berkaitan erat dengan riwayat hidup sang tuan makam. Dari sini bisa disimpulkan pemilik makam ini kemungkinan besar adalah seorang jenderal yang berperang di gurun pasir.
Kami mengalihkan sorotan lampu ke tengah ruangan. Di sana ternyata berdiri peti mati merah menyala yang terlihat sangat angker dalam kegelapan. Spontan kami sama-sama menjerit kaget.
Dalam pemahaman kami, hanya orang yang menyimpan dendam berat semasa hidupnya yang mungkin dimakamkan dalam peti mati berwarna merah. Fungsi peti mati merah ini adalah untuk mengakumulasi energi dendam dan mempercepat transformasi mayat. Namun biasanya ini bukan keinginan almarhum, karena tak ada yang ingin berubah menjadi zombie setelah mati. Selama dua tahun mengikuti Profesor Ye ke berbagai lokasi arkeologi, kami belum pernah sekalipun melihat peti mati merah digunakan untuk pemakaman. Pertemuan pertama kali ini membuat hati kami serasa tertindih.
Bahkan orang biasa seperti aku pun bisa melihat samar-samar aura hitam pekat menyelimuti peti mati merah itu. Ini pasti benda terkutuk tingkat tinggi. Jenis jiangshi tua seperti apa yang terkandung di dalamnya, sampai-sampai mampu menarik seluruh zombie di Bentara Utara untuk bergerak?
Meski ada rasa takut menggelayut di hati, aku tetap mengumpulkan keberanian dan melangkah mendekat.
Misi kami adalah memusnahkan jiangshi tua ini. Tak ada alasan untuk mundur sekarang.
Semakin dekat dengan peti mati merah, detak jantungku semakin kencang. Telapak tangan yang memegang pistol basah oleh keringat dingin. Aku bertanya-tanya, jika nanti jiangshi benar-benar keluar, akankah pistol ini berguna? Sebenarnya untuk melawan makhluk jahat seperti ini, pedang kayu persik, beras ketan, atau kuku keledai hitam jauh lebih efektif. Sayangnya kami tidak menyiapkan satupun peralatan ritual saat berangkat, karena tak menyangka akan bertemu zombie.
"Sst! Tuoba Gu, kau tak mendengar suara apa pun?" Gu Meidi tiba-tiba menegakkan jarinya.
Hatiku berdebar kencang, dengan reflek mengarahkan senjata ke peti mati berwarna merah: "Suara apa?"
"Tidak! Bukan dari dalam peti mati!" Gu Meidi menggelengkan kepala, menyondongkan telinga untuk mendengarkan: "Sepertinya berasal dari belakang peti mati!"
Dalam kegelapan, aku berdiam di tempat sambil menyimak, perlahan mendengar suara glekuk yang terus-menerus, alisku berkerut: "Kurasa itu suara air bah!"
Kami berdua mengikuti sumber suara ke belakang peti mati merah, mengangkat senter mata serigala. Pemandangan yang terlihat membuat kami terkejut.
Batu hijau di belakang peti mati telah diungkit, digali menjadi parit kecil yang mengalirkan air tanah ke dasar peti mati dengan suara glekuk.
Aku termangu memandang aliran air tanah yang merembes ke ruang makam ini: "Aku mengerti! Sekarang aku mengerti!"
"Apa yang kau mengerti?" Gu Meidi bertanya bingung melihat raut wajahku yang berubah.
"Bukankah sebelumnya kukatakan, tata letak aslinya adalah situs fengshui 'San Yuan Chao Sheng'? Tapi aku selalu bingung mengapa ada jiangshi di tempat suci ini. Kukira analisasku salah. Sekarang kusadari, sumber segala kejahatan adalah air tanah ini!" Napasku tersengal setelah bicara panjang lebar.
“Maksudmu… aliran air tanah ini merusak formasi feng shui yang semula?” Gu Meidi yang cerdas langsung menangkap poin krusial.
Aku mengangguk keras: "Benar! Tepat seperti itu! Formasi feng shui adalah sesuatu yang sangat hebat, setiap pengaturannya memiliki makna tertentu. Begitu ada sedikit perubahan pada skemanya, titik keberuntungan bisa berubah menjadi kutukan, sebaliknya kutukan pun bisa menjadi berkah. Tata letak di sini awalnya adalah 'Tiga Yuan Berziarah' yang sangat sempurna, tapi karena infiltrasi air tanah ini, merusak titik keberuntungan asli dan mengubahnya menjadi 'Tiga Hantu Bersujud' yang terkutuk! Pantas saja begitu banyak benda jahat bermunculan di sini!"
Alis Gu Meidi melengkung marah: "Lalu dari mana asal air tanah ini?"
Adanya air tanah di bawah gurun bukanlah hal yang aneh, tapi mengapa air ini tepat mengalir masuk ke makam jenderal ini? Dan lagi tepat menuju dasar peti mati berwarna merah? Bukankah semua ini terlalu banyak kebetulan?!
