"Ayo, kita pergi dari sini!" Setelah beristirahat sejenak, Profesor Ye memanggil semua orang untuk pergi.
Sejujurnya, aku sudah lama ingin meninggalkan tempat hantu yang dipenuhi energi Yin ini. Begitu Profesor Ye bicara, aku langsung merespons antusias, bangkit dengan gesit dari tanah.
Tiba-tiba, suara geraman aneh itu kembali terdengar: "Srr... Aum..."
Lagi-lagi suara mengerikan ini!
Namun kali ini, ekspresi wajah semua orang berubah!
Karena kali ini kami akhirnya bisa menentukan sumber suara geraman itu - ternyata berasal dari dalam piramida makam!
Awalnya kami mengira suara itu berasal dari monster air di dasar danau. Tapi jelas penilaian kami salah. Jika suaranya berasal dari dalam piramida makam, berarti pasti bukan makhluk air. Apakah selain roh jahat ratu, masih ada monster lain di dalam piramida?
Saat kami panik melihat ke sekeliling, tanah di bawah kaki mulai bergetar. Berpusat di Pilar Penjara Roh, retakan-retakan seperti cakar monster mulai menyebar ke segala arah, membentuk jaringan retakan yang saling bersilangan.
Sebelum sempat bereaksi, BUM! Batu-batu beterbangan saat bayangan hitam raksasa tiba-tiba menyembul dari bawah Batu Penjara Roh. Bayangan sepanjang tiga zhang lebih itu bergerak liar di udara, tubuhnya menggeliat seperti lokomotif kereta yang kesakitan.
Pada saat bayangan hitam menerobos keluar dari tanah, lentera anak pelayan di sekeliling tiba-tiba meredup.
Ya ampun!
Awalnya kami mengira itu seekor ular raksasa, tapi setelah melihat wajah asli bayangan itu, seluruh tubuh kami menggigil tak tertahankan dan kami pun berteriak kaget!
Yang muncul di depan kami adalah seekor cacing raksasa berukuran luar biasa. Tubuhnya mencapai tiga zhang panjangnya, sebesar ember air. Anehnya, makhluk ini tidak memiliki fitur wajah yang jelas. Di kepalanya tumbuh empat sungut lentur yang akan mengembang ketika badannya menggeliat dan mengaum tak henti, memperlihatkan mulut berbentuk salib di dalamnya.
"Gila! Ini makhluk apa?!" teriak Gan Hongxin sambil gemetar.
"CACING MAUT DARI BARAT! Ini... ini Cacing Maut Xiyu!" Suaraku jelas terdengar bergetar ketakutan.
Pertama kali kami melihat Cacing Maut legendaris adalah di dalam otak mayat Xia Barat. Tapi cacing saat itu sangat kecil, hanya sepanjang satu cun, namun daya penghancurnya sudah cukup mengerikan - terutama lendir korosif yang disemburkannya, sama sekali tak berani kami sentuh. Sekarang yang muncul di hadapan kami adalah Cacing Maut raksasa sepanjang tiga zhang. Berani melawan makhluk ini sama saja seperti semut menggerakkan pohon!
"Bubar! Semua cepat bubar! Ini adalah CACING MAUT DARI BARAT, mulutnya bisa memuntahkan cairan asam korosif!" Gu Meidi berteriak panik ke kerumunan sambil terus melambaikan tangannya, memberi isyarat agar semua menghindar.
Cacing maut raksasa itu berputar-putar seperti ular piton, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan pandangan merendahkan ke arah kami manusia kecil.
Tak ada yang menyangka Ratu Kota Iblis masa lalu ternyata memelihara cacing maut sebesar ini. Mengapa cacing maut terkubur di bawah tiang pengurung roh? Kami berspekulasi, mungkin saat ahli Taoisme zaman dulu menyegel roh jahat sang ratu, cacing maut ini ikut terperangkap di bawah tiang tersebut. Siapa sangka runtuhnya tiang itu membebaskan makhluk ini.
Baru sekarang kami paham, teriakan mengerikan yang kami dengar sebelumnya berasal dari cacing maut ini. Tentang bagaimana bisa bertahan hidup ribuan tahun di bawah tanah, tak seorang pun tahu jawabannya.
Kami sampai menyesal setengah mati, andai saja tadi tidak berhenti untuk istirahat, pasti tidak akan bertemu monster ini!
"Srr... Graaak..."
Ulat Kematian bak meluapkan perasaan tertekan yang telah ditahan ribuan tahun, sungut-sungutnya mengembang sepenuhnya, mengeluarkan raungan yang membuat merinding. Aura hitam menyembur dari mulutnya yang berbentuk salib. Seketika, cairan asam hijau pekat menyiram ke arah kepala.
Li Yingxin berada paling dekat dengan Ulat Kematian. Kemunculan tiba-tiba cacing aneh ini membuatnya sedikit linglung. Tiba-tiba makhluk itu memuntahkan cairan asam. Saat Li Yingxin hendak menghindar, sudah terlambat. Cairan hijau pekat itu bagai hujan menghujani tubuhnya.
"Aaaa--aaaa--!" Jeritan menyayat hati Li Yingxin menggema di dalam piramida makam. Suaranya berubah nada, terdengar bukan seperti suara manusia. Seketika bulu kuduk kami merinding.
Di tubuh Li Yingxin tiba-tiba mengepulkan asap putih, cairan asam itu menggerogoti kulitnya dengan desis. Bau busuk menyengat memenuhi udara. Kulit dan dagingnya langsung meleleh, jatuh bergumpal-gumpal bersama genangan darah, dalam sekejap berubah menjadi kerangka putih mengerikan. Separuh kepalanya belum sepenuhnya terkikis - bagian kiri sudah menjadi tengkorak putih, sementara bagian kanan masih terbungkus kulit kepala yang perlahan dimakan asam. Bola matanya meleleh seketika, dari rongga mata kosongnya mengalir darah merah pekat. Tak lama kemudian, bahkan kerangka putih itu pun lenyap. Baru saja masih seseorang yang utuh, dalam sekejap mata telah berubah menjadi lumpur darah dan daging hancur. Kekuatan cairan asam korosif ini membuat semua yang menyaksikan merinding.
"Pergi! Cepat pergi!"
Kami berteriak histeris sambil berlari ke pintu masuk piramida makam, saat ini satu-satunya keinginan kami adalah segera meninggalkan tempat ini.
Seolah mengetahui rencana kabur kami, Ulat Kematian tiba-tiba menggeliatkan tubuhnya dan mulai mengejar. Gerakannya yang merayap di tanah terlihat sangat menjijikkan, seperti usus sapi raksasa yang menggeliat-geliat, sungguh pemandangan yang mengerikan dan memualkan. Karena tubuhnya yang panjang, setiap kali menggeliat bisa merangkak maju beberapa meter. Dengan cepat makhluk itu menyusul dari belakang kami.
Saat itu juga, dari belakang tiba-tiba terdengar suara "Aduh!", saat menoleh kulihat Han Jing tersandung dalam kepanikannya. Jatuhnya cukup keras, ketika ia berusaha bangkit, Ular Kematian sudah berada kurang dari lima meter darinya. Wajah Han Jing langsung berubah pucat mengerikan seperti kertas.
"Nenek buyutku! Kenapa harus sekarang kau jatuh?!" Aku mengentakkan kaki sekuat tenaga, kepala terasa panas lalu berbalik arah menyergap Han Jing. Bukan karena jiwa heroik, tapi aku tak tega melihat gadis cantik seperti bunga ini berubah jadi bubur daging. Ingat, mereka ikut kita mengambil Air Suci. Setiap korban jiwa akan menambah beban rasa bersalah di hati kami. Tak boleh ada lagi pengorbanan!
"Srr... Aum..."
Ular Kematian tiba-tiba membuka mulut, menyemburkan cairan asam seperti peluru meriam yang meluncur deras ke arah Han Jing.
"Cepat pergi!" Pas di saat aku menjatuhkan diri di samping Han Jing, kuraih tubuhnya yang kehilangan roh dan berguling menjauh tepat sebelum cairan itu menyambar. Saat menoleh, kulihat cairan asam itu menghujam tanah, membakar permukaan tanah hingga berdesis mengeluarkan kepulan asap putih.
Keringat dinginku langsung memercik, jantung berdebar membayangkan akibatnya jika terlambat setengah detik tadi - pasti sudah jadi tulang yang terpapar.
“Ter... terima kasih...” Tubuh Han Jing gemetar tak terkendali, jelas ia masih shock, bicaranya pun terbata-bata.
“Cepat pergi!” Aku menarik tubuh Han Jing berdiri, menggamitnya berlari kencang menuju pintu makam.
Saat tiba di depan pintu makam, kulihat Profesor Ye, Gu Meidi dan yang lain sudah berdiri di sana. Sambil berlari kuteriakkan: “Jangan tunggu aku, keluarlah dulu!”
Gan Hongxin menjerit histeris: “Siapa yang nungguin lo? Dasar pintu makamnya terkunci, kita terkepung di sini!”
Apa?!
Pintu makam terkunci?!
Mendengar kabar buruk di saat genting begini, rasanya seperti disiram air dingin. Seluruh badan menggigil, rasanya ingin mati saja.
“Kutuk leluhur lo!” Liu Hanhao mengamuk, menendang-nendang pintu batu hingga debu beterbangan, tapi pintu tetap tak bergeming.
Jalan buntu di depan, pengejar dari belakang!
Sekarang kita benar-benar terjepit dalam situasi tanpa jalan keluar!
Sudah tamat!
Kali ini benar-benar tamat!
Siapa yang mengunci pintu makam?
Siapa yang ingin mencelakakan kami?
Liu Hanhao melotot mata merah, menatap Gan Hongxin: “Tadi saat masuk piramida makam, kau yang terakhir masuk!”
“Terus gimana? Masa kau tuduh aku yang ngunci? Gila apa nggak jelas?!” Gan Hongxin membalas bentak, merasa difitnah.
“Apakah mungkin pintu makam menutup sendiri？” kataku.
Liu Hanhao menggelengkan kepala: "Struktur pintu makam ini hanya bisa dibuka atau ditutup dari luar!"
Profesor Ye mengerutkan alis: "Menurutmu, berarti ada yang menutup pintu makam dari luar?"
"Tapi kita semua ada di sini, tak ada yang keluar!" Suara Han Jing gemetar ketakutan.
"Tidak! Ada satu orang yang tidak di sini!" Aku menekan bibir, dingin yang menusuk seperti duri tajam menembus jantung: "Apa kalian lupa? Masih ada Wang Dongyu! Sejak masuk ke piramida makam, Wang Dongyu menghilang! Mungkin dia tidak mati! Dia... dialah yang menutup pintu makam dari luar!"
"Wang Dongyu?! Mengapa bisa dia?！” Gan Hongxin terkejut.
Tinju Liu Hanhao berkeretak: "Jika aku bisa keluar hidup-hidup, pasti akan kukuliti kulitnya!"
Kalau begitu, Wang Dongyu bukan menghilang tapi sengaja bersembunyi untuk membunuh kami. Tapi... aku benar-benar tak mengerti, mengapa dia melakukan ini? Apa keuntungannya membunuh kita?
"Srr... graa..." Ulat Kematian telah sampai di belakang kami. Meski tak berwajah, kurasa ia menatap kami dengan meremehkan, mungkin dalam hatinya mengejek: "Lihatlah ke mana manusia bodoh ini bisa lari!"
Bagaimana?
Sekarang harus bagaimana?
Pikiranku kacau balau, seluruh otak seperti terbakar, kosong melompong.
“Aku punya ide, pakai bom. Bukankah kami masih membawa granat tangan?” Liu Hanhao menggerakkan biji matanya.
“Granat tangan?” Profesor Ye menepuk-nepuk pintu makam: “Pintu gerbang makam ini terlalu tebal, granat tangan tidak akan bisa meledakkannya!”
“Bukan untuk meledakkan pintu makam!” Liu Hanhao menarik napas dalam, bersuara keras: “Ini untuk meledakkan seluruh makam piramida!”
